Cerpen Remaja
“gita, walaupun aku kenal kamu Cuma dari facebook, tapi aku ngerasa
kita udah cocok. kalau kita chatting kita selalu nyambung, kamu mau jadi
pacar ku?” andi mengirimkan pesan ke jejaring sosial facebook ku.
“iya aku ngerti dan aku tahu, tapi aku kurang yakin kalau kita Cuma
kenalan di facebook,” balasku kepada andi
“ya udah kalau gitu kita ketemuan aja?!” balasnya.
“emangnya lokasi kamu dimana sekarang. Aku di bogor” balasku.
“wow! Kebetulan rumahku juga di bogor. Emm gimana kalau kita
ketemuan di (nama suatu mall)?” balasnya mengajakku ketemuan di
suatu mall di daerah bogor.
“emm jangan disana deh kayanya di sana terlalu ramai. Di (nama suatu
mall) aja di sana kan baru opening, jadi belum terlalu ramai” balasku.
“ya udah oke, besok ya jam 11 aku tunggu di (nama suatu mall). Oh ya
minta nomer kamu dong” balasnya.
“oke. 08777055XXXX itu nomer ku” balasku.
“oke sampai ketemu besok ya”
“iya”
Keesokan harinya aku terbangun dari tidurku, melihat ke arah jam dan
ternyata OMG GUE TELAT!. Aku berlari dari ranjangku menuju kamar
mandi, memakai baju dan langsung berangkat. Tanpa ku sadari
handphone ku tertinggal di atas meja. Sesampainya di mall aku
kebingungan mencari handphone ku di tas. Tiba tiba seorang pria
menabrakku dari samping, setelah ku tengok aku seperti mengenali
wajahnya, wajah yang selalu menemani ku di facebook. Dan benar saja
dia adalah Andi. “andi?”. “gita?” tanyaku berbarengan dengannya.
“Kamu andi?” tanyaku lirih
“kamu gita?” tanya andi balik
“iya”. “iya” jawabku berbarengan dengannya. Disana kami berdua hanya
tertawa kecil sambil memandang satu sama lain.
“emm, jalan yuk?” tanya andi gerogi. Aku hanya menjawabnya dengan
senyuman kecil.
“emm git, tadi sms ku kenapa ga dibalas?” tanya andi.
“sory ya di, tadi handphone nya ketinggalan” jawabku lirih
“ohh gitu ya udah gak papa” jawab andi sambil melemparkan senyum nya
padaku. Aku pun membalasnya lagi dengan senyum.
“git..” andi mulai berbicara serius padaku.
“iya..” jawabku bingung.
“gimana soal pertanyaan ku tadi malam?” jawab andi gerogi.
“emm, kita kan baru bertemu sekali, jujur saja aku masih ingin tahu
dirimu lebih banyak sebelum aku menjawab pertanyaan mu itu.” Jawabku
tegas.
“tapi git..” jawab andi lalu ku potong
“aku tidak mau buru buru di” jawabku.
“oh ya udah, ngomong ngomong ini udah sore, kamu bawa kendaraan?”
tanya andi
“iya nih, engga bawa, memang kenapa? Jawabku
“bareng sama aku yuk, kebetulan aku bawa motor, tenang aja aku udah
punya sim kok” jawab andi meyakinkanku
“tapi aku gak bawa helm” jawabku.
“itu sih gampang kebetulan aku bawa 2 helm” jawab andi
“ya udah tapi benar kan kamu udah punya sim?”
“iya gitaaa”
Aku pun pulang diantar oleh andi. Di perjalanan aku tidak berpegangan
pada andi memegang jacket nya pun aku ragu. Tetapi sepertinya andi
sengaja ngebut agar aku mau berpegangan padanya.
“gita pegangan yang kuat yaaa” teriak andi. Akhirnya apa mau dibuat
karena andi mengendarai motor sangat kencang jadi aku terpaksa
berpegangan padanya.
“nah gitu dong kalau naik motor tuh harus pegangan” teriak andi
meledekku.
“ini juga terpaksa!!” jawabku marah
“iya iya maaf dehh” jawab andi
“udah udah konsentrasi sama jalannya!” bentakku
“siap boss!” jawab andi sambil menambah kecepatan motornya.
Akhirnya kami pun berangkat, kali ini aku sudah tidak canggung lagi naik
motor dengan andi. Di sepanjang jalan kami terus ngobrol. Saking asik
nya ngobrol Sampai sampai kami melewatkan sekolah, setelah memutar
balik andi mengantarku sampai di gerbang.
“kamu hati hati ya”
“iya kamu juga ya”
“belajar yang bener..”
“iya andiii, udah sana berangkat, nanti telat lho!”
“ya udah aku berangkat dulu ya, dadaaa”
“daa”
Sesampai nya di depan kelas sahabatku denty dan nia menanyakan soal
andi.
“ciyee gitaa, dianter pacarnya” sahut denty
“iya nih enak banget kamu gitt” sambung nia
“bukan pacar Cuma temen” balasku
“aahh temen atau “temen” nih?” ledek nia
“udah lahh nanti aja aku ceritain, ngomong-ngomong kalian udah
ngerjain pr belum? Kasih tau caranya dong tadi malem aku gak sempet
ngerjain soalnya sms, ehhh..” ucapku keceplosan.
“wahh smsan sama cowok yang tadi yaa? Hayoo ngakuuu, eh ngomong
ngomong itu bukannya andi ya murid di sma sebelah?” tanya denty
penasaran
“iya hehe, iya dia andi anak sma sebelah, kok kamu tahu?” balasku
bingung
“ya iyalah aku tahu dia itu kan anak basket yang super duper kecee”
jawab denty
“ohh gitu aku malah gak tau kalau dia itu terkenal,” balasku
“ya udah deh gak usah dibahas nih lihat pr punyaku aja” jawab denty
sambil memberikan bukunya padaku..
Bel pulang sekolah telah berbunyi, aku denty dan nia langsung bergegas
ke rumah ku untuk “mengetes” andi apakah dia bener benar cinta
padaku. Sesampainya di rumah kebetulan ibu dan ayah sedang tidak di
rumah jadi kami bertiga bebas melakukan apapun.
“ini andi?” awal mula aku mengetes nya
“iya ini siapa?” jawab andi
“lo ga perlu tau siapa gue, yang jelas lo jangan deketin gita lagi karena
gita itu gebetan gua”
“lho siapa lo larang larang gue toh lo juga belum jadian kan sama gita
bererti gua bebas dong deketin gita!” jawab andi sepertinya marah
“pokoknya kalau lo sampe nekat deketin gita abis lo sama gue!”
“bodo amat! Gua gak takut sama lo! Yang penting gita itu jadi milik gua!”
Setelah itu andi tiba tiba menelpon ke nomer yang kami gunakan untuk
mengerjainya. Kringg lagu bruno mars greenade terdengar dari
handphone ku. Kami ber tiga kebingungan harus bagaimana. Akhirnya
denty yang menjawab telpon itu karena suara denty lah yang paling mirip
dengan suara pria.
“heh lo! Lo jangan ngelarang larang gue deh buat deketin gita, gue cinta
sama dia!” ucap andi marahh
“tapi gita itu gebetan gue!” jawab denty menirukan suara pria
“bodo amat! Yang penting lo jangan ganggu gita dan ga usah ngelarang
gua untuk deketin gita lagi! Tutt..tutt…tutt..” jawab andi semakin
memarah lalu mematikan telponnya.
Sehabis kami mendengar semua itu aku semakin yakin untuk menerima
andi. Dan kedua sahabatku pun sejutu. Akhirnya aku mengajak andi jalan
nanti sore. Dan seperti biasa dia menjemputku di depan komplek. Kurang
lebih jam 16.00 kami berangkat ke danau yang ada di daerah bogor. Di
danau itu aku mengungkapkan cintaku pada andi.
“andi..” ucapku lirih. Andi langsung menoleh ke arahku sambil
melemparkan senyum manisnya padaku.
“iya gitt?” jawab andi
“aaaku cinta sama kamu” jawabku secepat kilat
“apa git? Coba ulangi” jawab andi kaget
“aku cinta sama kamu dii” jawabku
“aku juga cinta sama kamu git. Jadi sekarang kita pacaran kan?” jawab
andi sambil memegang tangan ku. Aku pun hanya mengangguk sambil
mengatakan “iya” lalu andi langsung memelukku dengan erat.
“andiii, lepasiinnn!!” teriakku sambil mencubit pinggang andi
“awww, ehh maaf git kelepasan hehe” jawab andi sambil nyengir seperti
kuda.
Hai, nama gue Nava claudia Angelin. Gue kelas VIII-2 di SMPN 183, gue
punya sahabat namanya febby, esti, dan meyvika. Gue lagi mencoba
untuk move on dari anak VII-2, namanya justin. Karena ada anak kelas
VIII-4, namanya raras yang suka juga sama justin.
“tin, lo kok ol nya jam 12 malem sih?”. kata gue pas lagi chatan sama
justin. “iya, gue nggak bisa tidur kalo malam”. “eh tin gimana misalnya
ada cewek yang nembak lo?, lo bakal respon apa?”. kata gue. “lo salah”.
katanya. Andai aja lo tau gue suka sama lo tin kata gue dalam hati. “oh
ya udah udah dulu yah, udah malam nih”. “ok”.
Semua pun berlalu dengan semestinya gue udah coba move on dari
justin, tapi hasilnya nol besar. Hingga akhirnya ulangan tengah semester
pun tiba. Gue dapat ruang 3, dan ternyata pas gue tanya ke justin dia
ruang berapa, dia ruang 3 juga, tapi gue nomor 26, justin nomer 27.
Setelah ulangan tengah semester berakhir sekolah gue ngadain kelas
meeting. Ada bermacam-macam lomba yang akan dipertandingkan. “Tin
lo ikut lomba apa?”. tanya gue. “gue ikut loma rebut kursi”.
Saat gadis itu sedang tenang meanatap senja, tiba tiba saja sebuah
tepukan di pudaknya mengejutkan dirinya.
“Mmm, maaf jika kamu terkejut.” Ucap seseorang yang tiba tiba
menyapanya.
Gadis itu cukup memalingkan wajahnya dari pandangan laki laki itu tanpa
menjawabnya sepatah katapun.
Orang itu langsung saja duduk di samping sang gadis.
“Kamu orangnya pendiem ya?.” Sekali lagi orang itu memancing suara si
gadis.
“Hanya ingin kamu tau sih namaku Adi.”
Lagi lagi gadis itu hanya diam.
Tiba tiba gadis itu pun pergi begitu saja meninggalkan Adi.
“Aku tunggu kamu besok disini.” Tanpa ada perasaan marah Adi berteriak
kepada gadis itu.
Tiba tiba Adi pergi meninggalkan gadis itu. Namun, tia tiba…
“Namaku Dina.” Teriak gadis yang bernama Dina itu.
Langkah Adi tiba tiba saja menghentikan langkahnya. Berbalik badan lalu
menghampiri Dina.
“Dina?”
“Iya.”
“Maaf mungkin aku sedikit egois dengan mendiamkanmu seperti itu.”
Lanjutnya.
“Tidak papa, aku paham.” Balas Adi.
“Aku sering liat kamu, selalu duduk sendiri di sini.” Lanjut Adi.
“Memangnya kenapa? Tidak boleh?” Balas Dina.
“Ah jangan tersingung seperti itu Din aku hanya ingin tau saja. Apa pacar
kamu tidak mau menemanimu?” Tanya Adi.
“(menghela nafas) bahkan di dalam kandungan pun kita sendirian iya
kan? Lalu kenapa hanya untuk ke pantai ini pun aku harus berdua.” Jelas
Dini
“Loh kok dia udah ngilang aja?” Kata salah seorang sahabat dari Dini
yang bernama Erga.
“Yaelah, kalian kan sudah pada tahu jam istirahat gini dia biasa ada di
mana.” Balas satu lagi sahabat Dini, Nayla.
“Pokoknya hari ini juga kita harus tau apa alasan dia berbuat seperti ini
kepada kita semua.” Ucap Rehan.
“Ya sudah dari pada sekarang kalian banyak omong mending kita cepat
cari Dini.” Ucap Nayla. Erga dan Rehan pun mengangguk. Tanpa berfikir
panjang mereka pun pergi menemui Dini.
“Kita bertiga tahu kamu tidak akan bermaksud untuk menjauhi sahabat
sahabat kamu. Kita juga tahu pasti ada sesuatu yang membuat kamu
menjauh dari kita. Karena itu kita mohon banget sama kamu, tolong
kamu jangan jauhi kita seperti ini. Kita siap bantu masalah kamu apapun
itu. (berhenti sejenak dan menggenggam tangan Dini) Karena kita itu
adalah sahabat.” Bujuk Nayla
Dengan perkataan sahabat sahabatnya tadi, pelahan Dini mulai luluh dan
berfikir untuk menceritakan masalahnya yang telah lama ia pendam
sendiri itu. Saat ia ingin menceritkannya seakan angin berkata
kepadanya, menahannya agar tidak berkata apapun kepada mereka.
“Udah udah..!!! kalian itu kaya anak kecil tau gak. Erga bagaimanapun
dia, dia tetep sahabat kita. Dan kita udah sama sama tau bahwa dia
menjauh bukan karena dia gak mau lagi temenan sama kita. Tapi, dia
begitu karena ada masalah besar yang dia sembunyiin dari kita yang kita
sendiri pun gak tahu itu apa.” Jelas Rehan yang mencairkan suasana.
“Bagi gue jawabannya tadi cukup jelas bahwa dia gak mau lagi temenan
bahkan kenal sama kita lagi.” Balas Erga yang semakin memanas.
Lalu Erga pun pergi begitu saja.
“Erga.”
“(menahan Nayla) sudahlah Nay, kamu kan tahu Erga orangnya memang
seperti itu.” Ucap Rehan berusaha menenangkan.
Rehan dan Nayla pun terus berusaha mencari cara untuk mengetahui
alasan Dini menjauhi mereka.
Jam pelajaran terakhir pun telah selesai. Lagi lagi Dini tidak langsung
pulang, tapi dia berkunjung dahulu ke pantai yang sering ia kunjungi
hingga senja tiba.
Terlihat Dini yang sedang duduk di atas pasir di tepi pantai sendirian dan
dari salah satu kamar hotel yang tak jauh dari pantai itu ada seseorang
yang sedang mengawasinya. Ya itu Adi. Sebenarnya bukan hanya hari ini
ia mengawasi Dini, tapi dari awal Dini sering berkunjung sampai sekarang
Adi selalu penasaran pada Dini. Tanpa berpikir panjang lagi lagi Adi
menghampiri Dini.
Lama lama Dini sangat merasa terganggu dengan keberadaan Adi. Dia
pun pergi tanpa berpamitan.
“Dini…” teriak Adi.
Dini pun pergi meninggalkan Adi sendirian.
Hanya sekilas tapi percakapan itu membuat Erga, Nayla, dan Rehan
semakin bingung lagi akan sikap Dini. Dari tadi ternyata mereka berada di
luar rumah Dini dan Syila, mendengarkan percakapan Dini dan Syila dari
jendela rumah mereka.
Keesokan harinya, kebetulan hari ini weekend. Jadi, Dini tidak perlu ke
sekolah dan bertemu dengan sahabat sahabatnya.
Tiba tiba saja ada seseorang yang mengetuk pintu rumah mereka.
Dengan cepat Syila yang sedang menyiapkan sarapan untuknya dan Dini
pergi untuk membuka pintu.
“Oh iya kakak sudah siapkan sarapan buat kalian.” Ucap Syila.
Mereka pun pergi bersama sama ke meja makan.
“Loh kak, kakak gak sarapan bareng sama kita?” Tanya Dini.
“(gugup) kakak sudah sarapan tadi de.” Jawab Syila.
“Bener?” Ucap Dini seakan akan ragu dengan jawaban Syila.
“Bener de, sudah kalian saja yang sarapan.” Balas Syila meyakinkan.
Lalu Syila pun pergi ke kamarnya. Di situ entah kenapa Syila tiba tiba
saja menangis. Entah masalah apa yang sedang ia tangisi. Lalu Syila
pergi setelah dia menerima WhatsApp dari seseorang.
Tanpa sepegetahuan adik adiknya dia pergi menemui Nana sahabatnya di
taman dekat kampusnya.
“(bersandar di bahu Nana) Aku benar benar tidak tahu lagi harus berbuat
apa Na.” Ucap Syila sambil menangis.
“Aku tidak akan membiarkan kamu melakukan itu Syil.” Balas Nana
khawatir.
“Tapi aku tidak akan pernah rela kehilangan adik aku sendiri Na.” Ucap
Syila.
Tiga bulan yang lalu, aku baru pulang dari perantauan. Rona ijo
royo-royo tanaman padi di sepanjang sawah menghampar, sangat
mendamaikan hatiku. Paling tidak aku bersyukur karena orangtuaku
yang berprofesi sebagai petani tulen pada musim panen nanti pasti
bisa memenuhi lumbung padi yang tampak longgar. Kebahagiaan
lain yang aku rasakan karena keberhasilan panen nanti juga akan
berdampak pada kelangsungan rencanaku yang akan meresmikan
hubunganku dengan Ratih, gadis desa tetangga.
Suasana malam begitu senyap tak ada suara warga yang terdengar
dari dalam tenda. Para pengungsi larut dalam lelah. Lelah jiwa dan
raga karena sepanjang siang para warga sibuk mengurusi nasib
dirinya dan keluarganya.
Menjelang pagi, kokok ayam piaraan warga di tempat pengungsian
membangunkan kami. Jernih suaranya bersahutan menyambut fajar
yang telah menjingga di ufuk timur. Kami terbangun lantas melihat
suasana di sekitar kami masih setengan sepi.
“Wah, ini ada apa kok kumpul semua di sini?” tanyaku pura-pura
tidak tahu kepada mereka.
“Begini, Nak Rafi. Tadi kami sudah ngomong-ngomong dengan
orangtuamu,” kata ayah Ratih.
“Iya, Rafi. Tentang rencana pernikahanmu dengan Ratih. Kami
sudah sepakat bahwa akad nikahmu dilaksanakan besok lusa,”
sambung ayahku.
Aku berpura-pura memikirkan berita bahagia ini dengan berdiam
sejenak. Padahal dalam hatiku sangat senang dengan keputusan
itu.
Bisa dibilang karena kuis itu kedekatan kita dimulai. Setelah lama
kita main kuis dengan kecurangan yang dibuat dan canda tawa saat
kuis itu membuat rasa ini nyaman ada di dekatnya. Kedekatan kita
terus membuat rasa ini semakin nyaman dan nyaman.
“Dek, gimana sama dia. Tenang aja dia orangnya setia kok, gak
perlu takut udah terima aja” kata-kata itu seperti mengusik
lamunanku.
“terima apa kak, orang gak ada apa-apa kok, terus apa yang mau
diterima”
“halah, gak usah pura-pura dek, aku lho tahu. Uda terima aja dia
orangnya setia kok beneran dek. Aku lho udah temenan sama dia
udah lama.”
“iya kak, aku tau dia orangnya setia”
“maaf, aku gak nurut sama kata-kata kamu, maaf aku gak bisa buat
orangtua aku bangga sama aku, dan aku malah ngebuat mereka
malu sama sikap aku sekarang, aku gak bisa berubah kalo bukan
kamu yang ngebuat aku berubah. Meskipun sekarang aku tahu, aku
gak lagi sama kamu dan aku juga tahu kamu udah sama dia, tapi
aku gak rela kamu sama dia aku cuma mau kamu sama aku aja.
Aku bakalan berubah kalo kamu putusin pacar kamu sekarang.”
Pesan singkat yang muncul dalam layar handphoneku dari masa
laluku, aku tak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Dulu, saat aku
ada dan mempertahankannya ia menganggap dunianya seperti
dalam penjara. Namun, sekarang ia hadir dan membuatku takut
akan kehilangan sosok yang saat ini menemaniku dan
menggantikannya. Aku dan dia dari masa laluku mengirim pesan-
pesan singkat. Dan akhirnya aku sendiri tak tahu harus bagaimana
dengan keadaan ini.
“kak”
“malam kak”
Aku mencoba menghubunginya, meneleponenya namun tak ada
jawaban darinya. Perasaan ini berusaha bersikap tenang, meskipun
dalam hati ini sedikitpun tak ada ketenangan.
Hingga aku teringat akan sesuatu sebelum kemah itu, seseorang itu
pernah memberi sebuah gelang bertuliskan “DREAM” dan tanpa aku
sadari gelang itu memiliki arti tersendiri darinya.
“itu gelang dari siapa, kok tulisannya dream, dream kan mimpi”
ucap salah satu temanku
“dari kakak,” dan aku terdiam sejenak, mencerna kata temanku
“iya, emang hubungan kalian gimana, masih pacaran apa uda
putus”
“nggak tahu juga,”
“coba, deh kamu tanya sama dia. Ajak dia ketemu dan ngomong
gimana hubungan kalian sebenarnya”
Setelah mendengar perkataan temanku, yang tidak hanya satu anak
melainkan perkataan teman-teman dekatku, aku pun
menanyakannya, melalui pesan singkat itu aku bertanya.
“kak, aku baru sadar kalo gelang yang kakak kasih itu bertuliskan
DREAM yang berarti mimpi, terus apa maksud sebenarnya kak”
“iya, aku kasih gelang itu emang tulisannya DREAM, dan
maksudnya kamu itu mimpi buat aku dek”
“kenapa mimpi kak, apa aku gak bisa jadi nyata buat kakak”
“dulu kamu itu nyata buat aku dek, tapi sekarang kamu Cuma
mimpi buat aku dek, mimpi yang sulit buat aku raih”
“terus apa maksudnya”
Mendengar pengakuannya kalau aku hanyalah mimpi, benar-benar
membuatku bingung apa lagi dengan kata-kata temenku, yang
melihat gelang yang ada di tanganku sering lepas.
“kalo dia dateng kisah kita tak sebatas patok tenda, tapi kalo dia
gak dateng berarti bener kisah ini hanya sebatas patok tenda”
“ya udah, egois aja terus. Pikirin itu aja terus gak usah minta
jawaban dia.”
Halo namaku risa umurku sembilan belas tahun. Langsung saja kita
mulai ceritanya
“RISA AYO MAKAN!.” teriak kakakku “IYA SEBENTAR.” aku pun
berlari menuju ruang keluarga. Ya rumah kami tidak terlalu besar
kami hanya punya ruang keluarga, dapur, kamar mandi dan kamar
tidur. Ayahku kerjanya hanya sebagai tukang becak.
Saatnya sholat isya, aku pun sholat isya. Setelah sholat isya aku
pun langsung tidur. Saat itu aku bermimpi aku melihat sebuah peta,
tiba tiba ada sebuah suara yang sangat mengerikan “peta ini akan
menunjukkan sebuah lokasi harta karun, yaitu pohon ajaib dengan
daun emas yang sangat banyak”. Suara itu pun hilang. Saat aku
terbangun dari mimpi, saat aku melihat ke samping, peta itu ada di
sampingku.
Pagi hari kami menyiapkan bekal dan peralatan seadanya. Lalu kami
pun berpamitan kepada ibu dan ayah “Aku pergi dulu ya”
“Iya hati hati di jalan”
Aku dan kakakku pun pergi. Walaupun sedikit sedih karena harus
meninggalkan ibu dan ayah di sana hanya berdua saja. Tapi aku
mencoba untuk tetap tegar dan kuat.
“Dik, boleh tidak kakak pinjam petanya?” “Boleh kak, ini” jawabku
sambil memberikan petanya kepada kakak. “Hmm, menurut peta ini
kita harus melewati tiga bukit”, “APA tiga bukit” kakak pun
mengajak aku berjalan lagi “Ya sudah ayo kita pergi”.
Setelah kami melewati tiga bukit kami pun memakan bakal yang
sudah kami bawa. “wah ada ikan goreng, hmm enak”. Kami pun
selesai makan, dan melanjutkan perjalanan
“Dik kita harus cari sebuah gua, di peta ini tertulis carilah sebuah
gua.” “Hmm, sebuah gua. Hah, apa itu?” “Mana?, iya itu sebuah
gua. Ayo kita masuk” “Ayo”
Kami pun masuk ke dalam gua. “Aaaagh, laba laba lari” “Dik tunggu
aku” “ah sudah tidak ada” “jangan tinggalin kayak gitu dong”
“hehehehehe” (namanya juga anak cewek takut laba laba lah).
Kami pun jalan lagi.
Tiba tiba aku melihat sebarkas cahaya, saat sampai di ujung gua,
aku dan kakak melihat pohon dengan daun emas dan buah buahan
“Wah inikah pohon ajaibnya dik” “iya, hem enak. Buahnya rasanya
manis dan bijinya terbuat dari emas” “ayo kita ambila sebanyak
banyaknya”. Aku dan kakak pun mengambil daun dan buahnya
sebanyak banyaknya. Aku pun bertanya pada kakak “kak, bukankah
sebaiknya kita bawa saja pohonya” “tidak dik pohon ini untuk yang
lebih membutuhkan. Lagi pula kita kan sudah mengambil banyak.
Buah juga kita sisakan untuk ibu dan ayah.” “Baiklah kak”
Setelah itu kami pulang dan menjumapi ibu dan ayah “kalian sudah
pulang” ibuku memeluk erat aku. Kami pun memberikan harta
karunnya kepada ayah dan ibu. Ayah pun menjual emasnya, aku
dan kakakku bisa sekolah di tempat yang layak, ayah mendapat
kerja sebagai pegawai yang gajinya sangat banyak sampai berjuta
juta rupiah dan ibu bisa memasak makanan yang enak dan banyak,
aku sangat senang kehidupanku bisa berubah.
Aku sendiri gak tau dari mana kedekatan kami dimulai hingga
semua sedekat ini, aku merasakan kenyamanan saat kusandarkan
kepalaku di pundaknya, pemandangan yang indah, terasa damai
hatiku bersamanya, angin pun menghembuskan lambaian-
lambaiannya ke tubuhku, kurasakan kesempurnaan rasa ini di
tempat yang kuimpi-impikan dari dulu bersamaku, ketika hujan
membahasi kita, di situ kurasakan kau menjagaku dengan kasih
sayang.
Rizal memanggilku dan Wina dari arah ruang kelas 7, ruangan itu
telah terisi penuh oleh para aktivis sekolahku. Hari ini akan
diadakan rapat untuk membahas hal apa saja yang akan
ditampilkan pada acara orientasi murid baru. Tiap ekskul harus
menampilkan sesuatu. Aku dan Wina adalah pengurus ekskul PMR
dan kami berencana menampilkan drama. Dramanya memakai
rekaman suara. Tapi diantara Aku dan Wina tidak ada yang bisa
membuatnya. Kemudian Aku mengingat seseorang yang bisa
membantu kami. Aku yakin dia bisa.
O iya, Kak Defan itu tetanggaku. Dia lebih tua 3 tahun dariku, tapi
sekolah kami hanya berbeda 2 tahun. Kak Defan itu sangat baik,
pintar, rajin tapi pendiam.
Hari lebaran tiba. Sore harinya Aku pergi kerumah Kak Defan
dengan membawa teks drama yang belum sempat Aku berikan
padanya, waktu Aku kesana yang membukakan pintu dan
menyuruhku masuk adalah Kakaknya Kak Defan karena Kak Defan
sedang shalat ashar. Beberapa menit kemudian Kak Defan datang,
masih memakai sarung dan baju koko tentunya. Tampan! pikirku.
Kemudian Kak Defan mengajakku pindah ke ruang TV sambil
mengerjakan tugas.
Setelah beberapa jam aku dan kak Rio hanya bisa menjawab
beberapa soal saja sedangkan kak Vika tidak ada menjawab satu
soalpun karena dia hanya fokus dengan HP-nya. Setelah kami
pulang dari perpustakan aku merasa kesal karena hanya sedikit
yang bisa kami jawab setelah berjam-jam di perpustakan dengan
kondisi tidak ada makanan apapun yang masuk kedalam perut
mulai dari pagi sampai sore.
Aku menceriterakan itu pada kak Rio, dia memarahiku karena aku
memberikan jawabanku pada kak Vika.
“Aduhh Cikaa, kamu gimana sih?!!”
“Kalo dia gak ada usaha biarin aja tugasnya gak selesai, itu kan
salah dia.”
“Awas kalo dia ikutin jawaban kamu persis kamu pasti dikatakan
plagiat sama dosen kita.” Aku menjadi khawatir mendengar
perkataan kak Rio.
“Aku gak bisa nolak dia kak Rio, tadinya sih aku pengen banget
menolaknya tapi apalah daya diriku yang gak bisa nolak ini.”
“Cika cika, (sambil menggaruk kepalanya) harusnya kamu itu
memberanikan diri untuk menolaknya, kamu sih gak memikirkan
dulu apa resikonya jika kamu memberikan jawaban kamu.”
“Maaf kak Rio tapi udah terlanjur aku memberikan jawabannya
kak”. Aku menyesali tindakanku yang tidak berpikir dahulu dan
langsung bertindak.
“Yaaa udah terlanjur juga kan, lain kali kamu harus bisa menolak
sesuatu yang bisa membahayakan kamu. Pokoknya Cika harus
belajar berani menolak yang tidak penting dari sekarang”.
“Okee?!” Kak Rio menepuk pundakku.
“Okee siappp pak!”, aku memberikan hormat pada kak Rio.
“Hahaha kamu ini, bercanda terus”. Kak Rio tertawa melihat
tingkahku.
Tiba waktunya pengumpulan tugas, aku, kak Rio dan kak Vika pergi
mengumpulkan tugas bersama ke kantor dosen kami. Setelah
mengumpulkan tugas aku sedikit lega karena bebanku sudah
berkurang. Tapi tiba keesokan harinya Dosen mengirim pesan ke
emailku dan mengatakan bahwa aku dan kak Vika plagiat (jiplakan)
karena ada jawaban kami yang sama persis. Aku sangat syok
membaca email itu aku teringat dengan perkataan kak Rio. Rasanya
aku pengen menangis, aku benci dengan diriku karena
perbuatanku.
Beberapa hari aku gak keluar dari kos dan hanya menyesali apa
yang telah terjadi. Kak Rio mengetahui hal ini dan dia menemui dan
berusaha menghiburku yang sedang terpuruk karena aku dikatakan
plagiat. Dan yang paling menyakitkan bagiku adalah ketika kak Vika
mengatakan kepada orang lain bahwa akulah yang melihat
jawabannya. Saat kak Rio menemuiku aku menangis dan ingin
marah sama kak Vika yang ternyata menusukku dari belakang. Aku
memberikan jawaban padanya tanpa membeberkan sama orang lain
selain kak Rio karena aku percaya sama kak Rio dia tidak akan
mengatakan hal itu kepada orang lain. Tapi kak Vika justru
memutar balikkan fakta.
Aku berdoa sama Tuhan agar semester ini aku mendapat nilai yang
bagus dan meningkat dari sebelumnya. Aku lulus dalam mata kuliah
Psikologi yang dikatakan aku plagiat meskipun dengan nilai yang
kurang memuaskan. Aku bersyukur atas kejadian ini karena aku
mendapatkan pelajaran yang sangat berharga dalam hidupku.
Kejadian ini membuatku untuk lebih waspada terhadap apapun
juga. Berpikir sebelum bertindak itu sangat penting, walaupun
dalam situasi genting kita harus mampu berfikir untuk melakukan
tindakan agar kita mengambil tindakan yang tepat.
Dahulu kala ada sebuah desa yang sangat damai dan sejahtera.
Suatu hari ada dua orang pemuda bernama adam dan guntur.
Mereka hendak membeli jamu karena badan mereka sedang sakit
semua, saat mereka sedang asyik berbincang datanglah seorang
tukang jamu.
“lima bulan yang lalu ada tiga orang pemuda yang bernama putra,
imron dan pratama. Mereka hendak membeli jamu dari tukang jamu
yang baru saja kalian beli, setelah mereka meminum jamu tersebut
tiba-tiba tubuh mereka menjadi keriput seperti kalian, mereka
menjadi keriput selama sepuluh tahun. jadi kalian akan bernasib
sama seperti mereka selama sepuluh tahun kedepan!!!” kata hikmal
sambil menyelesaikan ceritanya.
TAMAT
Suatu hari seperti biasa kami melakukan ritual lari pagi yang biasa
kami lakukan di pagi hari. Pas bel pulang sekolah berbunyi, dia
meneleponku “drey, kita ketemuan yuk di cafe biasa, aku tunggu
yaa” katanya. Aku senang sekali karena udah lama juga aku gak
nongkrong bareng fikar. “Okee deeh, emang ada apa gitu kar? Kok
harus ketemuan segala?”Kataku. “Nanti deh aku ceritain di sana
oke” katanya.
Aku langsung pergi ke cafe itu dengan perasaan senang. Tapi
setibanya di sana aku agak sedikit bingung karena ada seorang
perempuan. “Seorang perempuan! Tapi, aku rasanya mengenal
perempuan itu, iya itu adalah kakak kelasku. Dia itu kak lestary”
kataku dalam hati. Lalu fikar menyuruhku duduk. “Kamu pasti
ingung ya drey? Aku mau jelain sesuatu” katanya. “Sesuatu apa?
Ceritain aja sama Audrey” kataku. “Jadi sebenarnya..” “Sebenarnya
apa?” Jawabku memotong perkataan fikar. “Sebenarnya aku sama
lestary ada hubungan” sontak kata kata fikar membuatku makin
bingung. “Hubungan? Maksdunya apa sih aku gak ngerti kak”
kataku karena aku sungguh bingung sama keadaan ini. “Jadi kami
udah pacaran selama 2 Bulan terakhir” kata kata fikar itu sontak
membuat jantungku beberhenti sejenak, hatiku berantakan, air
mata ingin rasanya keluar dan aku ingin sekali menangis.
“Hah? Pacaran? Kenapa kalian gak Kasih tau aku?” Kataku sedikit
mengontrol emosiku. “Maaf ya aku gak ngasih tau kamu. Pasti
kamu marah” kata fikar. Jelas lah aku marah tapi aku mencoba
untuk mengontrol emosiku. “Hah marah? Nggak lah malah aku
seneng kalian pacaran!” Jawabku dengan penuh kebohongan.
“Syukurlah kamu gak marah, dengan begini kita gak perlu
merahasiakan hubungan kita lagi ke kamu drey” kata fikar. “Hhe iya
iyaa aku seneng banget kalian pacaran, eh aku lupa aku ada janji
sama mamah aku pergi duluan yaa” kataku untuk menghindari
mereka. “Oh ya udah hati hati di jalan yah drey” kata kak lestary.
Aku hanya senyum mendengar perkataannya walaupun jauh di
dalam lubuk hati ini aku begitu sakit hati kepadanya.
SELESAI
Cinta Mikha
Cerpen Karangan: Meiryza Wulandari
Kategori: Cerpen Galau, Cerpen Patah Hati
Lolos moderasi pada: 9 March 2018
Setelah 1 tahun aku putus dengan Hadi. terkadang dia masih saja
menghubungi dan mengajakku untuk bertemu ketika dia pulang ke
Jakarta. Aku memanfaatkan kesempatan itu untuk bertanya
padanya, apa alasan dia memutuskan untuk mengakhiri hubungan
kami. Setelah aku mendesaknya, dia mengakui bahwa dia akan
dijodohkan oleh orangtuanya. Dia mengatakan bahwa dia tidak bisa
menolak keinginan kedua orangtuanya. Sebenarnya dia masih
menyimpan rasa padaku, aku pun juga masih mencintainya. Aku
masih merindukan sosoknya. Sebagian hati ini lega, akhirnya
mengetahui alasan dia sebenarnya. Sedangkan sebagian lagi
merasa sesak, akan menjadi seperti apa hidup ini ke depannya
tanpa dirinya. Namun, apa yang dapat kami lakukan apabila orang
tua sudah memilihkan yang terbaik dan Allah SWT tidak merestui
kami bersama. Kami pun menyadari bahwa kami bukan jodoh. Kami
tidak akan pernah satu.
Tak terasa waktu sudah berjalan 2 tahun setelah aku putus dengan
Hadi. Perlahan-lahan luka hati ini mulai sembuh, perlahan-lahan diri
ini mulai move on. Dia tidak lagi menghubungi ataupun mengajakku
bertemu. Aku menjalani hidupku seperti biasa sebelum aku bertemu
dengan dia. Di awal sangatlah sulit, dimana biasanya setiap
kegiatan melibatkan dia dan setiap harinya berkomunikasi dengan
dia. Kini harus terbiasa tanpa dia, tanpa perhatian dia, tanpa
kehadiran dia, dan aku perlahan-lahan belajar melupakan dia.
Hatiku tak lagi merasakan perasaan dulu yang disebut cinta. Hati ini
terasa kosong dan hampa. Tapi, aku baik-baik saja sekarang.
8 April 2017 merupakan hari bersejarah untuk dia. Dia adalah Hadi
Prasetya, mantan pacarku yang akan menikah dengan calon pilihan
orangtuanya. Hadi mengirimkan aku pesan yang berisi undangan
pernikahan dia dengan calon istrinya, namun aku tak dapat hadir
dikarenakan mereka melangsungkan pernikahan di Yogyakarta. Aku
hanya dapat berdoa dari sini, semoga ini merupakan pilihan terbaik
dari Allah SWT untuk dia dan istrinya, semoga Hadi benar-benar
mencintai istrinya lebih dari cintanya dulu padaku, dan semoga
mereka berbahagia di dunia dan akhirat. Hati ini ikhlas dan rela
melepasmu, asal kan kau bahagia dengannya.
Mereka bertiga pun pergi untuk melihat taman itu, Leo dan Coco
pun terkejut ketika melihat taman yang ada di balik air terjun itu.
Mereka berdua berhanti karena heran dengan semua ini, sedangkan
Riri terus melangkah tanpa menyadari bahwa teman-temannya
terdiam di belakangnya.
“ayo teman-teman kita main ke rumah Loly, siapa yang mau ikut?”
tanya Riri
“Leo, coco ayo cepat kita ergi ke rumah Loly.” Ajak Riri
“ah… kalian ini kayak nggak pernah melihat taman saja.” Kata-kata
Riri ini membuat mereka berdua pun tersadar dari lamunan.
“ayo kita ke rumah Loly, akan kukenalkan kalian kepadanya.”
Sambung Riri
“ya udah kita sekarang ke sana.”
Coco dan Leo pun setuju dan mereka bersama-sama ke rumah Loly.
Mereka bertiga pun sudah sampai di rumah Loly.
“eh… Riri, mau main ya?” tanya Loly
“ya nih aku mau main, Loly kenalkan ini temanku Leo dan Coco.”
“salam kenal Leo, Coco” ucap Loly
“Loly, kamu dari kapan tinggal di balik air terjun ini?” tanya Coco
“aku sudah dari dulu tinggal di sini.” Jawab Loly
“kamu sama siapa tinggal di sini?” tanya Leo
“samua kerabat-kerabatku.”
“enak ya.. kalau rumahku di sini, ada taman dekat air terjun,
senang rasanya.” Kata Leo
“mengkhayal saja Leo ini, ayo lebih baik kita pulang sebelum petang
datang.” Ajak Riri
“udah ya Loly kapan-kapan kita main lagi ke sini, kamu juga ya
sering-sering main ke rumah kita.” ucap Coco
“ya… sampai jumpa.”
“aku senang sekali bisa kenal dengan Loly, aku jadinya punya
sahabat lagi..” kata Riri bahagia
“ya… dia baik.” Sambung Coco dan Leo.
Namaku adalah Mira Safitri, aku duduk di kelas 1 SMP. Aku baru
pindah dari jakarta. Aku sekarang tinggal di Bali bersama dengan
kedua orangtuaku. Papaku bernama Andreani Purnama, sedangkan
mamaku bernama Amirna dewi. Aku memiliki seorang kakak
perempuan yang bernama Anita Yahra. Kakak perempuanku ini
suka memanjakanku. Aku merasa bahagia dengan adanya seorang
kakak yang selalu menjagaku dan menyayangiku.
Hari senin ini adalah hari pertamaku mengikuti hari Masa Orientasi
Siswa (MOS).
“Mira, cepat bangun. Ini sudah jam 6, apa kau lupa ini adalah hari
pertamamu sekolah.” Teriak kakaknya
“Apa…!! kenapa kakak tidak membangunkanku dari tadi, aku kan
harus ke sekolah jam 6.30.” ucap Mira dengan segera bangun dari
tempat tidurnya.
“Kakak!!” teriak Mira dari dalam kamar mandi “Aku lupa
menyeterika baju sekolahku..” sambung ucapan Mira.
“kau ini bagaimana sih Mira, apa kau tidak menyiapkan kemarin
malam?” tanya kakaknya dari depan lemari pakaian Mira.
“ah.. aku lupa” jawab Mira
Lima menit kemudian Mira keluar dari kamar mandi dan mengambil
baju sekolah yang baru diseterika oleh kakaknya. Mira dengan cepat
bersiap-siap untuk pergi ke sekolah. Setelah itu Mira pun keluar dari
kamar terus memanggil kakaknya agar dia mengantarnya ke
sekolah. Jam pun menunjukkan pukul 6.15, mereka pun segera
melajukkan mobil dengan cepat.
Bel masuk pun berbunyi, Mira pun tersentak kaget. Dia pun dengan
cepat berlari ke arah kelasnya. Ketika akan menuju ke dalam kelas,
Mira pun tidak sengaja menabrak seseorang sehingga mereka
berdua terjatuh.
“sorry, aku tidak sengaja menabrakmu.” Ucap Mira
“Oh, ya tidak masalah. Apa kau siswa di kelas ini?” tanya seseorang
itu dengan menunjuk kelas yang ada di sebelahnya.
“ya…” jawab Mira singkat
Mira pun masuk ke dalam kelas tersebut, dia memilih untuk duduk
di bangku yang paling depan. Selang berapa menit, ada sekumpulan
kelompok yang masuk ke dalam kelas Mira. Mereka beranggotakan
4 orang dan mereka pun mulai memperkenalkan dirinya kepada
para siswa yang ada di kelas tersebut.
Dan kemudian seseorang pun berdiri dan maju ke depan, dia adalah
Mira.
“Kak, aku akan memperkenalkan diriku terlebih dulu.” Ucap Mira.
“Hi teman-teman Namaku adalah Mira Safitri, aku tinggal di Bali
bersama dengan kedua orang tuaku dan seorang saudara
perempuan yang sangat baik, hobiku adalah menggambar dan
menari. Aku baru pindah dari Jakarta. Aku harap kalian mau jadi
teman baikku. Sekian terima kasih” Mira pun kembali duduk di
bangkunya
“Hai Mira..” sapa Marcel “apa kau tidak pulang” tanya nya lagi
“aku… lag..” ucapannya pun terpotong dengan ucapan Marcel
“pasti kau belum dijemput kan? Yaudah kau pulang saja
bersamaku”
“Baiklah, terima kasih.”
“sama-sama.” Jawab Marcel
Sesampai mengantar Mira, Marcel pun langsung pulang. Mira pun
masuk ke dalam rumah, dia melihat kakaknya sedang tertidur di
sofa ruang tamunya yang luas. Mira pun membangunkan kakaknya
dan menyuruhnya untuk tidur di kamar tidurnya.
Mira pun menuju kamarnya, dia menjatuhkan tubuhnya di tempat
tidur, Mira terlihat sangat bahagia sekali.
To Mira
Hi Mira, bagaimana kabarmu di sana dan bagaimana hari
pertamamu sekolah, apa menyenangkan?
From: dinda
To Dinda
Aku baik, bagaimana denganmu?. Hari pertamaku sekolah sangat
menyenangkan
From : Mira
To Mira
Aku baik, yaudah ya Ra, aku mau keluar dengan orangtuaku. Bye…
Sebulan sudah Mira bersekolah, hari ini Mira pun ingin segera
berangkat ke sekolah sebelum jam 7.15 pagi, karena hari ini kelas
Mira akan berlibur ke pantai Kutha. Sehingga membuat Mira ingin
berangkat lebih awal.
Mira pun selesai mengamasi barang-barang yang akan dibawanya
ke Bali. Setelah itu dia memanggil kakaknya dari teras rumah.
Tamat
SMPN 1 PURI
Mysterious Admirer
Cerpen Karangan: Diana Fitri
Kategori: Cerpen Misteri
Lolos moderasi pada: 9 March 2018
Siapa yang tak kenal dengan Carl, cewek yang paling populer di
sekolah terelit di pusat ibu kota. Tiada yang tau seperti apa
keluarganya, tetapi dilihat dari cara berpakaian dan tunggangannya,
dia terlihat seperti orang tajir dengan paras yang apik. Dia juga
cewek yang pandai yang selalu membawa nama baik sekolah elit
ini.
Saat ia ingin keluar dari pintu kamar mandi tiba-tiba ada tangan
yang menariknya ke dalam. Saat dia di dalam di sana tidak ada
siapa-siapa dan ternyata George telah kembali. Dia kembali
memekikkan suaranya seperti tadi. Dan kemudian ia kembali
merasa takut dan teriak teriak tidak jelas. Saat berusaha keluar Carl
melihat George berteriak “Mampus lo mampus!.” Sambil menyakiti
dirinya sendiri dengan pisau yang ia bawa. Anehnya, terkaadang
Carl melihat sosok pria berkacmata itu merasuki tubuh George.
Suatu Kota Bekasi seorang remaja yang bernama Andi Bagas yang
biasa dipanggil Agas kini berusia 18 tahun. Kini dia kuliah PTS di
salah satu universitas favorit ternama di Bekasi, pulang kuliah
jadwalnya menghabiskan waktunya main games di warnet selama 3
jam.
Agas puas main game online lalu lanjutkan jalan pulang, selama di
perjalanan pulang ada orang lain yang seumurannya mengajak
balapan liar namun agas menolaknya. Orang tersebut meninggalkan
agas.
“tuh liat ayah kelakuan anak kita makin kesini makin gak berubah”
“selama itu positif ayah biarkan, kecuali udah salah pergaulan baru
ayah akan lakukan tindakan”
“terserah ayah!!”
Kedua adik Agas dari tangga atas melihat perselihan antara Agas,
ayah dan Ibunya membuat perasaan adik-adiknya menjadi sedih.
Agas tiba di lantai atas tak menghiraukan perasaan kedua sang
Adik, lalu menutup pintu kamar dengan keras membuat perasaan
adik-adiknya menjadi takut.
Ketika mamah Agas memanggil Agas untuk makan tak ada jawaban
sama sekali membuat cemas dengan kesehatan Agas, berusaha
membuka pintu kamar Agas ternyata dikunci.
400 meter sebelum taman safari polisi lalu lintas melihat 2 orang
remaja yang sedang balapan liar, tiba-tiba polisi mengejarnya. Tiba
di tempat pertigaan rekreasi taman safari Bus pariwisata keluar dari
area taman safari melanjutkan perjalanan menuju puncak pass.
Agas dengan kagetnya menabrak bagian belakang Bus Pariwisata
tersebut dan terpental jatuh sejauh 200 meter, orang yang
mengajak Agas balapan liar melarikan diri masih dikejar oleh polisi.
Kejadian tersebut Agas dilarikan ke rumah sakit Cisarua teman-
temannya menelepon keluarga dan pacarnya Agas. Salah satu dari
teman-temannya Agas dibawa ke kantor polisi terdekat untuk
diminta keterangan dengan membawa bukti video bahwa Agas tidak
bersalah. Keluarga Agas tiba di rumah sakit cisarua pukul 16:18, 10
menit kemudian pacarnya Agas datang untuk menjenguk dengan
membawa keluargnya.
Namaku adalah Ruli aku adalah murid SMA aku tinggal di kota
Centropolis, aku hanya hidup bersama ayahku ibuku telah
meninggal Karena kecelakaan, ayahku adalah seorang pedagang
biasa dan aku pun menjalani kehidupanku dengan menjadi seorang
murid yang baik.
Pagi ini Ruli akan berangkat ke sekolah, jarak rumah Ruli ke sekolah
pun tidak jauh jadi hanya jalan kaki saja jika berangkat ke sekolah,
saat Ruli sampai di sekolah suasana masih terasa sepi Ruli pun
menunggu di luar kelas karena kelas Ruli masih dikunci, setelah
beberapa menit murid ternakal pun datang dia adalah murid
ternakal di sekolah dia bernama Dika.
“Huhhh apa apaan ini mengapa kelas masih dikunci?” Ucap Dika
dengan kesal.
“Ini kan masih jam 5 pagi bodoh kelas kita kan dibuka jam 6”
jawabku.
“Kamu tadi bicara apa, kau bilang aku bodoh?!!!” Dika berkata
sambil marah.
“Aku hanya memberitahu kamu bodoh tidak disangka ternyata
murid ternakal di sekolah gampang marah.” ucapku.
“Diem kau atau nanti kamu akan kupukul habis habisan!!!” Dika
mengancamku.
Ruli pun langsung mengajak berantem Dika, pertengkaran itu ada di
hutan di sebelah sekolah mereka, Ruli tidak melihat apa yang ada di
belakangnya, ternyata yang ada di belakang Ruli itu adalah sebuah
lubang dan akhirnya Ruli masuk ke dalam lubang itu.
“AAAAAAAAAAAA” Teriak Ruli dan dia pun berpindah waktu
“Di mana ini? mengapa aku ada di pasar? dan di pasar ini banyak
perlengkapan perang seperti armor, pedang, perisai.” Ruli sangat
bingung.
Lalu ada 4 orang yang berjalan berjajar di pasar tersebut dan Niko
pun memeberitahu Ruli bahwa 4 orang itu adalah The Big Four.
“berhati-hatilah dengan mereka, mereka itu sangat kejam biasanya
mereka menantang orang untuk battle dengan mereka berempat.”
Niko memberitahuku.
Saat di toko armor mereka melihat armor, senjata dan perisai yang
bagus.
“Selamat datang di G-Fort Armor Shop, apa yang kalian cari?”
pemilik toko bertanya.
“Kami mencari Armor, Senjata dan perisai.” Ruli menjawab
“Kekuatan apa yang kau pilih dan Elemen apa? jika kau ingin
menambah skill kami akan langsung menempanya dengan cepat”
Ucap pemilik toko
“Aku memilih kekuatan Naga dengan elemen api skillnya adalah Fire
Blast, Dragon Fire Boom, Final Max Dragon Blast!!!” Ucap Ruli
dengan semangat.
“Aku memilih kekuatan Elang dengan elemen Listrik skillnya adalah
Eagle Eye Shoot, Lightning Blast Shoot, Final Eagle Eye Perfect
Shoot!!!” Ucap Niko dengan semangat.
“Baiklah aku akan menempa kedua armor itu plus perisainya dan
senjata yang kalian pilih apa?” Pemilik toko bertanya.
“Aku memlih senjata Destiny Sword!!!” Ruli menjawab dengan
semangat.
“Aku memilih senjata Maximum Long Spear!!!” Niko berkata.
“Ok orderan kalian akan saya tempa silahkan tunggu dalam 1 jam.”
ucap pemilik toko.
Mereka pun berjalan dan The Big Four sudah ada disana menunggu
mereka. Lalu Niko menyerang Garrix dengan tombaknya,
tombaknya pun hampir mengenai kepala Garrix.
“Hahahaha Luput.” Ucap Garrix.
Dan Ruli mengeluarkan skill pertamanya Fire Blast ke arah 3
anggota geng.
“Fireee Blasttt!!!” Skill Ruli pun dikeluarkan
Ketiga anggota geng itu pun menghindar dari skill Ruli dan 3
anggota geng bersatu menjadi Perfect Armor Bear.
“Hos hos hos hos kau ternyata hebat juga!!!” Niko berkata dengan
sangat kecapean.
Niko sangat kesulitan melawan Garrix padahal mereka berdua
belum mengeluarkan skill sama sekali armor mereka hanya tergores
saja.
“Night Roar Wolf!!!” skill pertama pun dikeluarkan.
Niko nyaris mendapatkan serangan itu dan Niko membalas
mengunakan skill Eagle Eye Shoot.
“Eagle Eye Shoot!!!” Niko mengeluarkan skillnya dari tombaknya
dan akhirnya lengan Garrix pun terluka, Garrix menggunakan
teleportasi dan muncul di belakang Niko, Niko pun kebingunan
karena Garrix tiba-tiba menghilang padahal Garrix ada di belakang
Niko dan mengeluarkan Skill Wolf Shadow.
“Wolffff Shaadowwww!!!” Skill kedua dikeluarkan.
“Arghhhhhhhh!!!” Niko sangat kesakitan.
“Red Blaster Blue Shootttt with Pet Blast!!!” Skill Ruli dikeluarkan
dan seperempat Wolf Saber Zero Armor hancur lebur.
“Arghhhhhh skillnya sangat kuat!!!” ucap Garrix.
“Eagle Eye shoot Dragon Boommm!!!” dan seperempat Wolf Saber
Zero Armor hancur lagi.
“Aku bisa mati jika begini aku harus mengeluarkan skill yang
membuat niko mati!!! Xtreme Blaster Wolf Boommm Plasmaaaa!!!”
skill Wolf Saber Zero Armor dikeluarkan dan Ruli bisa
menghindarinya Garrix pun sangat kaget lalu Ruli mengeluarkan
skill terakhirnya.
“Blaster Plasma Dragon Gatling Gunnnnn with Pet Puple Lightning
Blasterrrr!!!” skill terakhir dikeluarkan dan” Jedarrrrrr” Wolf Saber
Zero Armor pun telah hancur Ruli sangat senang sekali dan
“Bummmmm” Ruli berada di hutan yang deket sekolah tadi dengan
cepat Ruli melihat jam dan sekarang sudah jam setengah 7 untung
sekolah mulai jam 7 jadi Ruli tidak terlambat sekolah, Ruli teringat
dengan Niko, Ruli sangat rindu kepadanya.
Tamat
Pada suatu hari hiduplah seekor rusa betina dengan satu ekor
anaknya. Mereka tengah makan rumput segar di padang rumput. Si
anak rusa melihat seekor kupu-kupu yang cantik lalu si anak rusa
mengikuti kupu-kupu tersebut.
Setelah serigala dan singa telah sampai di daerah ibu rusa, serigala
dan singa pun tak segan untuk memangsa ibu rusa. Tapi ibu rusa
tak mau kalah di sana terdapat pertengkaran hebat antara ibu rusa
dan dua ekor hewan buas. Akhirnya kemenangan diraih kedua
hewan buas tersebut dan segera memangsa sang ibu rusa. Anak
rusa tampak sedih dan terpuruk atas kematian ibunya.
Nah, amanat atau pesan yang dapat kalian ambil dari cerpen
karangan saya adalah, seorang ibu rela mengorbankan dirinya demi
keselamatan anaknya. Maka kalian harus bersikap baik kepada ibu
kalian karena berjasa terhadap kita, dan yang telah membesarkan
kita hingga sekarang.
Terima Kasih Ibu
Dulu waktu aku kelas 7 aku orangnya humoris dan ceria banget
saat itu mungkin aku sedang semangat semangatnya belajar namun
hari demi hari pelajaran kian sulit dan akhirnya aku dalam ujung
kesedihan ketika sahabat dekatku mulia egois, pada mulanya
kukuira sahabatku ingin mengajariku lama kelamaan temanku
sepertinya bosan duduk di sebelah orang bodoh seperti diriku. Aku
terus usaha dan usaha sehingga kami naik di kelas yang sama
namun karena aku sulit belajar aku kebanyakan melamun di kelas
saat itu aku kecewa dengannya ada tugas mading dia malah
mengajak teman kursi depan untuk membuat skor tambahan.
“Ra yuk besok buat mading.” Bujuk vitra sahabatku “Hee yo besok
sabtu ya di rumahmu.” Jawab Clara teman depanku “heh aku juga
ikut ya.” Kataku ramah sambil tersenyum. Namun mereka sama
sekali tak meresponku aku pikir mereka tak dengar, namun ketika
hari itu tiba ternyata sahabatku telah membuat rencana tersendiri
bahwa dia akan mentraktir seblak kepada Clara.
Sekali lagi aku bilang keras ingin ikut namun mereka pura pura tak
dengar, hal hampir sama juga kualami saat rapat osis ketika itu aku
datang paling awal namun pada saat pembagian koordinator aku
sama sekali tak dianggap seperti hantu padahal jelas jelas ketosnya
memandangku, aku memang senagaja diam biar dia peka namun
dia sama sekali tak peka padahal aku teman sekelasnya dan
menurutku aku anggota aktif setiap rapat aku selalu datang
memang di kelas 8 ini aku lebih pendiam namun tidakkah ada yang
bisa mengertiku? Bahkan anggota pasif telah ia sebutkan.
Smelling the baked soil by the sun and enjoying the wind, Sastro
ran quickly chasing the flown kite with other kids happily. The rule
was one, “the runner who gets the kite first is the owner of it”. He
spiritfully ran and yelled, imaging that he was a power ranger, the
blue ranger of power ranger turbo. He was keeping ran and smiling
realizing that he was the fastest. The kite fell down and almost
came to the field but unfortunately, the wind blew it to the top of
the tree. Well, there was it, hanging on the tree, the coconut tree.
Sastro walked to the tree, kept looking to the kite and waited
someone who wanted to pick the kite up to him.
The kids ran and yelled happily for the kite they found. They tied
the nylon string and then flew it by the wind from the west. Smiles
and laughs arose when the kite swing again in the sky beautifully.
Sastro learned that it was better to enjoy the happiness together.
Sastro loved kite so much. He was always excited when many kites
flew in the sky, arranging a randomly but beautifully pattern that
seemed like stars in the noon. Unfortunately, Sastro did not have
any kite because his parent would never allowed him to buy or
make it, worrying that he would play rather than study. Sastro knew
it and had no choice. Nevertheless, today he was so happy because
he could play a big kite, the biggest kite he had ever seen. It was
enough for him, remembering years where he just could saw the
kite and today he drove it. Pulling the nylon felt like fishing in his
imagination. It was hard for him for the first time; he could not
handle it when the top wind blew faster and faster. The deeper he
pulled, the heavier it would. Moreover, the kite almost dragged him
to somewhere. That was the very moment to him.
“I am sorry Mom.”
“How do you know it?” The curtain opened.
“I see your legs.”
“Oh, come on, you are in the third grade now! You will have national
examination, won’t you?”
“It is my hobby Mom; I will be the kite master in the competition.”
“Hmm… Enough, it is better to eat your soup now.”
“Okay Mom.”
Dry season in this time brought hotter waves. The river, the grass,
the leaves, and the others were quickly dried. It was hard to get
clean water because the well was getting dried too. Everyone in the
village needed and looked for the same thing, water, as the most
important element in their life. All of people knew if there was one
way to solve it. A pump well was not dag by human but machine, so
that they could reach the underground water. Unfortunately, the
cost was too expensive for people like them.
Sastro was wondering how to get very much money at instance. He
walked around the house, hung in the tree, and finally sat down
under the tree and closed his eyes imaging something. He saw a
bamboo, nylon, paper, and plane. The plane was so huge and
beautiful. It flew around the sky, showed its shines and glory. Then
a giant comes, trying to break the plane and chasing him. He
screams aloud but no one listen. Finally the giant grabs him by
hand.
“Bamboo, nylon, paper, and plane. And a giant like you hahaha.”
“Very funny. Well, you must be dreaming too.”
“Yup, maybe. What are you doing here?”
“What do you think about the kite competition? Will you join it?”
“I really want it but you know, my parent will not allow me.”
“Oh come on, it is just a few days and we will get a much prizes.”
“Like what?”
“A collection of combat kite of course and the most valuable one,
the cash”
“How much?”
“I am not sure but the rumor said that it is enough to build a pump
well.”
Six days later, Sastro and Agus came to the kite competition
committees for the first time. They wondered to follow the
competition and win it. Surprisingly, the two boys also saw the
champions and their kites surrounded by people, seemed very
happy, and enjoyed their popularity. How great the kite competition
they thought. They registered at beautiful kite contest, the contest
that allowed the participants to make a unique kite based on their
creativity. The rule was so simple; it must be original and could fly
steadily in the sky.
The kite competition held in every dry season where there was no
rain and wind blew more often. It was the most popular event
among the villages, included the village where Sastro and Agus
lived. There were hundreds of participants and thousands of
audience. The winner of each branch of competition will get title
“master” until the next competition and they were not allowed to
join the competition until new “master” chosen. For the prize, it was
always been a mystery because the committee thought that a prize
should be a surprise and no one should know. Nevertheless, all of
people always enjoyed it and the participants were not too thinking
about the prize because being a master was an honor.
The date of competition was about a month again. Sastro had much
time to prepare but too short to make his parent allowed him to
follow the kite competition. One day in the night, he tried to talk
about it again.
“Mom…”
“Yes…”
“May I talk to you?”
“I know and the answer is still no!”
“Why?”
“The national examination is two weeks after the competition, you
must choose to study rather than your competition.”
“But I could do both of them Mom, every teenagers join it.”
“They don’t think about future.”
“You know what! life is so hard in the dry season. We are lack of
clean water and the prices of some needs arise. Please, don’t waste
what we have been collected for you.”
“Yeah I know it.”
Sastro and Agus worked hardly to make their kite. They tried to
measuring and weighing precisely to get the perfect shape. Several
testing were done, some of them were failed but they were not
surrender. Sastro studied harder than before. He always woke up at
03.00 a.m to pray and study because after school he should finish
his project with Agus. After 3 weeks and 4 days, the kite was ready.
They smiled and were not patient to show it in the competition.
The day of competition came. Sastro and Agus, the two boys felt so
nervous because their competitors had a very beautiful kites. They
walked to the edge and waited their turn to fly the kite and then the
competition was begun. The audiences yelled happily, when the
kites of the participants started to fly one by one. Sastro and Agus
were excited too and they were still not believe if today they were
join it as the participants. Unfortunately, bad thing happened.
Sastro forgot to bring the nylon and the time was 10 minutes left.
He got shocked and Agus tried to calm him. However, Sastro still
looked so confused until someone approached and called him.
“Do you forget it?”
“Mom?”
“Ya… I know that you always forget to bring something in your big
day.”
Sastro and Agus prepared the kite in the field. Then it was their turn
to fly. Everyone looked so shocked to see what they made. Some
kids yelled happily to see the uncommon kite. Well, they were not
build kite at all, they built a plane. A very beautiful plane that
amazed thousands eyes of people, which fly as the distinction
among the others. The plane flew beautifully and steadily in the sky,
inviting the good comments from the people.
“Fantastic!”
“That is great! Yahoo!”
“Good job fellas!”
The competition was over, Sastro and Agus became the master for
their genius work. They got a series of combat kite and a cow. Agus
thought that they must be held a party by roasting the cow together
with the entire village’s people but Sastro had a more brilliant idea.
He asked to sell the cow and then build a pump well for village’s
people. So, they would be easier to get the clean water. Agus
agreed and then they talked the plan to the people in the village. As
what they expected, all of the people were very happy.
“Bertahanlah!”
Apa yang ia maksud ‘Bertahanlah!’? Siapa yang ia suruh bertahan?
“Siapa kamu?”
“Apa kau lupa? Ini aku Margi!”
Margi? Siapa dia?
“Tidak apa-apa jika kau lupa yang penting sekarang kita harus
segera bersembunyi”.
Aku pun tertidur kembali. Saat tidur, aku mendapat mimpi yang
aneh. Disaat itu, aku lihat keadaan yang aman dan tentram. Di
suatu rumah, ada beberapa anak yang sedang bermain sekitar
berumuran 4-5 tahun dan beberapa orang tua yang sedang
berbincang-bincang di teras rumah tersebut.
Aku melihat semua sudah mulai menulis tetapi, ada dua orang yang
berhenti menulis salah satunya diriku dan satunya adalah seorang
anak perempuan barisan yang berbeda tetapi, satu urutan
denganku yang remaja.
“Mengapa ia berhenti?” Tanyaku.
Di saat itu, aku remaja menulis nama Dian tetapi, setelah menulis
nama itu ia menghapus kembali dan berpikir kembali.
“Mengapa ia hapus nama itu? Tetapi, biarkanlah”. Kataku dan
sekarang aku sudah berada di samping anak perempuan tersebut
karena satu meja terdiri dari 4 orang anak dan anak perempuan itu
ada di pinggir sebelah kanan dan aku remaja ada di barisan
selanjutnya. Aku melihat anak perempuan itu menulis “Ikhqa”
“Hah”. Kataku. Aku pun melihat dia membalikkan kertas itu dan
terlihat nama’Dian’. Tiba-tiba aku berada di tempat lain.
“Ada apa ini?” Kataku yang merasa aneh dengan itu semua. Dan
ternyata dugaanku benar, ada sebuah meteor yang tiba-tiba jatuh
dari langit. Aku langsung berlari tetapi, ada sebuah meteor yang
menujuku. Aku hanya diam dan seketika meteor itu menembusku.
“Tidak terjadi apa-apa”. Kataku dan aku langsung mencari diriku
yang berumur 15 tahun itu. Dan di sanalah aku bertemu diriku yang
ternyata sedang bersama dengan seorang perempuan.
Di sana aku lihat jika itu adalah aku yang sama denganku yang
sekarang. Maksudnya umurku dengan Ikhqa di sana sama.
“Apa ini kejadianku sebelum aku tidur?”
“Hei! Ada orang di sini! Ini aku Ikhqa!” Kataku yang lain.
“Ooohhh, jadi kau sudah datang. Hahahahaha. Apa yang kau mau?
(Mengambil sebuah gulungan) Apa ini?” Kata orang itu.
“Berikan gulungan itu! Itu sangat penting bagi negara ini!” Kataku
saat itu.
“Oohhh, jadi kau lebih memilih gulungan ini daripada orang yang
kau sayangi?”
“DIAN!!! Mengapa dia ada di situ?”
“Dian. Tunggu aku. Dan negara ini jangan mati dahulu!” Teriakku.
“Margi, mengapa kau sampai seperti ini? Bertahanlah, aku akan
berjuang demi kalian!” Kataku. Tiba-tiba ada yang menahan
tanganku.
“Berjuanglah!” Kata Margi.
“Eemm”. Jawabku.
“Dian, bawa gulungan ini pergi jauh dari sini, Cepat!” Kataku.
“Tidak, Ikhqa! Aku tidak akan meninggalkanmu!” Kata Dian.
“Tidak! Cepat pergi sebelum dia kembali sadar. Cepat!” Kataku.
“Tapi…” “Sudah cepat pergi!”
“B.b..baik”. Kata Dian.
“Ikhqa. Di mana dia? Apa ini?” Tanya Dian. “Apa ini surat darinya?”
‘Maaf semua aku harus pergi. Maaf. Karena aku memang harus
pergi untuk menyelamatkan kalian dan negara ini. Jagalah diri
kalian orang-orang yang aku sayang, sahabatku Margi dan Tania,
terutama kamu Dian’. Isi surat tersebut.
“I L U”
‘I L U T’
“Apa Yang Terjadi, Ikhqa?”
“Banyak atau dikit nasinya Jang?” Tanya mama. “Sedikit aja ma.”
Jawabku dengan lemas. “Cuci tangan dulu sebelum makan Ujang!
Kebiasaan banget langsung makan aja”. “Iya ma.” Kataku.