Anda di halaman 1dari 21

Chapter 1

Tumbuh

Sudah lama jariku mengetuk meja didepanku, sembari


menghilangkan rasa bosan, 20 menit lagi café tempatku bekerja akan
tutup, tapi waktu terasa lama sekali…

Tring…
bunyi lonceng yang sengaja diletakkan diatas pintu berbunyi
menampilkan seorang pria gagah,tampan dan rupawan yg siap
kumasukan dalam list jodohku walaupun mustahil bagi wanita
rendahan sepertiku.

“ada yang bisa dibantu mas?” tanyaku dengan lembut mencoba


menarik perhatiannya, walaupun kutau itu mustahil. Sekali lagi
kutekankan MUSTAHIL.

“mba.. mau pesan 10 cup masih bisa?” tanyanya hati hati mengingat
waktu sudah malam,dan kuyakin semua café disekitar sini sudah
menolak permintaanya.

“maaf mas,pesanannya terlalu banyak lagipula kami sudah mau


tutup” jawabku berhati hati sembari mendekati saklar lampu
dibelakangku untuk mematikan lampu teras dan juga
musik,setidaknya aku berusaha mengusir secara halus calon jodohku
ini.

Kulihat matanya melihat ke sekitar,saat aku mulai merubah suasana


café yg tenang menjadi gelap dan canggung.

“Mbaknya sendirian?” tanyanya pelan

1
Mati aku! kenapa aku bisa lupa kalau Andri ,teman satu Shift ku izin
pulang lebih awal. Kalau pria ini macam macam denganku
bagaimana? Mana cicilan motorku belum lunas!

“i..i..iya mas”jawabku dengan takut

“walaupun sendirian, bisa kan mba buatin 10 cup, apa aja.. saya bayar
double juga gpp..” bujuknya

Mantab juga nih.. dapat uang lembur sekaligus uang dari mas ganteng

“vanilla latte hangat semua gpp?” jawabku mulai tergoda

“gpp mba.. makasih ya” jawabnya tersenyum

Masyaallah bisa diabetes aku lihat senyumnnya

Setelah proses pembayaran selesai aku langsung merubah sign open


menjadi closed. Lalu mulai membuatkan 10 cup vanilla latte special
dengan tambahan cinta karena dibayar double oleh mas ganteng.

“Mas.. pesanannnya sudah selesai” ucapku

“oh iya.. makasih banyak ya mba…” kemudian ia pun langsung


berjalan ke arah pintu, namun belum keluar dia sudah kembali lagi

“kamu mau langsung pulang? Saya antar ya” tanyanya

Deg.. kamu?

“gak usah mas.. saya bisa jalan kaki kok.. rumah saya deket”

“saya antar jalan kaki juga.. saya tunggu didepan ya” jawabnya
langsung meninggalkanku yang bingung

Bergegas akupun merapikan seluruhnnya lalu mengunci pintu.

2
Kulihat ia sedang berdiri bersandar di mobilnya sembari menatap
langit malam. Nikmat tuhan mana lagi yang kalu dustakan wahai
manusia

“Mas.. saya pulang sendiri aja gapapa.. udah biasa kok”

“gapapa kamu saya antar aja.. udah malem gak baik cewek pulang
sendiri”

Lah.. yg bikin saya lembur dan pulang malam siapa hmm..

“tap mas, nanti minumanya keburu dingin?”

“saya juga sekalian mau antar disekitar sini, ayo..” ucapnnya sembari
berjalan mendahuluiku

“mas.. minumannya mau diantar kemana sih? Kok malem?” tanyaku


mencoba membuka percakapan

“iya.. saya baru pulang tugas. Em.. Kamu tau dipertigaan situ,disana
ada beberapa anak kecil yg hidupnya kekurangan, saya ingin sedikit
membantu mereka..” ucapnya lembut namun tegas. Namun 2 detik
kemudian dia berhenti tiba tiba hingga aku menabrak punggungnya.

“Masyaallah.. makanannya ketinggalan dimobil. Kamu tunggu sini


biar saya ambil mobil dulu” ucapnya setengah berlari

“Mas…. Kopinya biar saya bawa.. biar mereka minum dulu” ucapku
setengah berteriak

“oh iya.. terimakasih banyak ya, kita ketemu disana” jawabnya


sebelum berlari lagi

“Ini aku yang bodoh atau terlalu baik sih. Bisa bisanya aku percaya
orang asing,malam malam pula” gumam mu merutuki diriku sendiri

3
***

‘Bodoh banget sih bisa lupa hal pentingnya’ gumamku sambil berlari
kearah café tempat kerja gadis tadi

Aku pun memasuki mobil dengan tergesa gesa, aku khawatir terjadi
sesuatu pada gadis itu,apalagi ini sudah malam..

Tak perlu waktu lama aku pun sampai di pertigaan, aku


terkejut melihat gadis itu bisa berbaur dengan anak anak jalanan itu..
bahkan kulihat dia sedang menyanyi diiringi oleh salah satu anak itu.
Dan ada beberapa kotak martabak manis ditengah tengah mereka.
Tanpa sadar aku tersenyum melihat pemandangan sederhana itu.
Aku pun menghampirinya dan membagikan 2 kantong besar berisi
nasi kotak siap saji dari restoran berlogo M. Kami pun berbincang
bincang dan bercanda agar lebih akrab. Setelah cukup lama
kebersamaan kami. Aku dan gadis ini pun pamit dan berjanji untuk
berkunjung lagi.

***

Perbuatan serta tutur kata pria itu kepada anak anak tadi
benar benar membuatku tersentuh. Nada bicaranya yg lembut
namun tetap ada ketegasan disetiap katanya membuat ku takjub.

“ayo naik.. saya antar kamu pulang” ucapnnya membuatku terkejut

“udh deket kok”

“udah gk usah nolak” ucapnya sambil mendorongku masuk mobilnya

Dan aku pun tidak bisa melawan tenaganya yg lumayam hmm..

Saat di dalam mobil aku heran melihat banyak baju digantung


rapi,serta 2koper besar duduk manis di bangku belakang.

4
“mas punya usaha laundy?” tannyaku dengan polos,kulihat ia
tersenyum kecil,lebih tepatnya menahan tawa.

“bukan.. itu seragam saya” seketika aku langsung menoleh


kebelakang lagi

“seragam? Berarti mas anggota TNI?”

“iya.. saya baru saja dipindah tugaskan di kota ini”

“oh begitu”

“kenapa? Kok jadi gugup gitu?”

“takut mas”

“takut saya tembak? Atau apa?”

“ya takut aja.. serem”

“wajah saya nyeremin?”

“bukan.. kalau gk pakai seragam saya berani.. kalau udh pake seragam
vibesnya beda mas.. jadi garang, kayak harimau aauurrmm..” ucapku
sekaligus mempraktekan auman harimau.

Pria itu pun hanya tertawa mendengarku. Tak terasa rumahku sudah
mau sampai.

“Mas.. berhenti disini aja.. rumah saya masuk jalan kecil. Mobilnya gk
muat” ucapku,mengingat mobil yg dia bawa adalah pajero hitam yg
sangat mengkilap.. bisa panjang urusannya kalau sampai lecet gara
gara anterin aku pulang.

“oke..” jawabnya singkat

5
“makasih ya mas…” ucapku sambil membuka gagang pintu,namun
tiba tiba tanganku ditahan

“sebentar.. seltbeltnya belum dilepas”

Malu woy… pengenn hilanng

“hehe.. maaf ya mas..”

“gpp.. nama kamu siapa?”

“Raara..”

“Nayla?”

Leh.. ganteng ganteng budeg nih

“Alraara Adreena Saila, karyawan di Café Starlight, berusia


22tahun,alamat ya disini. Ada lagi yg mau ditanyakan mas? ” jawabku
panjang lebar

Dia menahan tawa lagi

“sudah cukup.. Perkenalkan saya Dirgantara Al Ghifahri, pekerjaan


seperti yg kamu tau. Pendapatannya insyaallah cukup untuk hidup
kita sampai tua. Berusia 25tahun. Alamat … kapan kapan aja kamu
saya ajak ke rumah bertemu mama saya” jawabnya panjang lebar
namun dengan wajah datar

“salam kenal mas.. saya pamit dulu ya” ucapku sembari membuka
pintu

Disaat mulai berjalan kaki, tiba tiba langkah besar mengikutiku

“saya antar sampai depan pintu” ucapnya sembari berjalan


disampingku

6
Aku pun hanya bisa menurut

Kami berdua berjalan dalam keheningan, canggung mulai


menyelimuti kami berdua. Hingga akhirnya pagar rumahku pun
terlihat.

"Anterinnya sampai sini aja ya, takut ketahuan bunda.. Kan jadi ribet
kalau tau aku pulang telat, sama cowok lagi"

"Gpp.. Biar saya yg jelasin ke bunda kamu"

"Gak usah mas.. Bun-" Belum selesai kalimatku, sebuah panggilan


lembut yg familiar membuatku seketika menoleh

"Alraara.. "

"Bunda belum tidur?" Jawabku cengegesan

"Nungguin kamu, ayo masuk dulu.. Temennya ajak masuk"

"Enggak bunda.. Dia udh mau pulang kok"

Baru aja ngomong gitu, eh Mas Dirga udah nyelonong aja


menghampiri bunda dan menyalami tangannya.

"Assalamu'alaikum bunda.. Perkenalkan saya Dirga, mohon maaf saya


sudah membuat Alraara pulang telat"

"Waalaikumsalam.. Lain kali jangan diulangin ya.. Bukannya apa apa..


Saya gak mau putri saya Alraara sakit hati karena cowok
sembarangan"

"Siap bunda.. Saya tidak memperraankan Alraara"

lah.. Kok jadi serius gini

7
"Eh bunda... Ini mas Dirga, baru kenal tadi kok" Ucapku sambil
mengkode bunda, bahwa dia bukan siapa siapa ku

"Gak mungkin baru kenal udh dianterin pulang" jawab bunda


sembari menyengol bahuku

"Ya sudah tante, saya pamit dulu.. Lain kali saya mampir di waktu yg
tepat, assalamu'alaikum"

"Waalaikumsalam"

***

8
Chapter 2

Mekar

Saat istirahat latihan ,aku ingin sekali mampir ke café tempat


Alraara bekerja. Setelah sampai di café,aku melihat antrian yg
lumayan panjang, sekitar 7 orang sedang berdiri berbaris didepan
Alraara, dan semuannya pria. Ada perasaan aneh melihat Raara
tersenyum kepada para pria itu.

Setelah menunggu lama,akhirnya giliranku tiba

“mau pesan apa mas? Mas Dirga?” Tanya Alraara

“Mau pesan menu kesukaan kamu, sama Americano, ice semua”


jawabku dengan ketus, entahlah rasannya tidak nyaman melihatnya
tersenyum untuk pria lain

“1 Strawberry Frapuccino dan 1 Americano ice large, mau ditambah


tulisan mas?”

“boleh.. yg strawberry ‘jangan senyum ke cowok lain’ ”

“eh.. kok aneh? Buat pacarnya ya?” Goda Alraara

“buat kamu.. minuman dan pesannya”

“saya gk boleh senyum ke cowok lain? Gak gajian dong saya” ucap
Raara protes

“Saya bisa nafkahin kamu”

“Mas.. gak usah bercanda..”

“Saya serius… tolong antar pesanan saya ke depan.. saya mau minum
disana” ucapku lalu meninggalkannya

***

9
Apaan sih Mas Dirga, bercandanya aneh banget. Masa iya dia suka
aku kan gk mungkin banget’ gumamku pada diri sendiri

“eh raara.. tadi pacar kamu?” Tanya Andri

“bukan Andri.. baru kenal minggu lalu”

“pacarin aja.. kayaknya dia tertarik sama kamu.. pria berseragam lho..
Abdi Negara ini ”

“ah gak mau.. beda kasta… aku mah apa..”

“ eeeii.. gk usah pesimis gitu lah… cinta itu menyatukan perbedaan”

“iya kalau bedanya dikit, nah ini… bumi dan langit.. udah ah.. aku
mau anterin dulu pesanannya” ucapku kesal dengan godaan Andri

Saat sampai diteras depan cafe,kulihat Mas Dirga hanya meraankan


handphonenya.

“ini mas pesanannya”

“terimakasih”

Cuek banget.. hm, godain ah

“Mas… lain kali kalau kesini jangan pakai seragam ya”

“kenapa?”

“saya gk suka mas jadi pusat perhatian cewek cewek itu” ucapku
sambil melirik wanita yg berlalu lalang di jalanan depan café.

“kamu cemburu?” Tanya mas dirga dengan sedikit senyum

“enggak tuh.. Cuma agak sedikit kurang nyaman aja”

10
“iya..nanti waktu jemput kamu saya pakai baju bebas,supaya gak
menarik perhatian. Saya pamit dulu” ucapnya berlalu pergi

What? Jemput aku? Ngapain? Masa beneran dia tertarik sama aku!! Ah
tau ah.. pasti Cuma bercanda.. tentara kan emang biasanya gitu,
raanin perasaan huh..

***

“Siap,Laksanakan”

Baru saja aku berganti baju untuk menjemput Alraara pulang kerja,
namun harus gagal karena atasanku menelepon,meminta bantuan.
Mau tidak mau sebagai abdi Negara aku harus siap kapan pun
dibutuhkan. Lagipula aku belum punya nomor HP Raara,besok aku
akan minta maaf kepada Alraara karena tidak jadi menjemputnya.

***

Sudah 15 menit aku melihat keadaan sekitar,takut takut mas


Dirga benar benar menjemputku,namun belum terlihat hilal nya
sama sekali. Hingga aku dan Andri selesai beres beres pun,tidak ada
tanda ia akan datang. Aku juga sedang tidak bawa motor.

“Raara.. kuy balik, gue anter” tawar Andri

“Makasih deh.. aku mau mampir ketoko sebelah” bohong ku,padahal


aku ingin membuktikan apakah mas Dirga jadi menjemputku atau
tidak

“Beneran nih? Nanti bunda loe nyariin,kasian”

Betul juga,minggu kemarin aku udah buat bunda khawatir gara gara
nemenin mas Dirga. Bodoh amat lah sama mas Dirga.

“ya deh Andri.. aku nebeng ya”


11
“Kuy lah… sans aja”

Naasnnya ditengah perjalanan Hujan turun begitu deras,

“Raa… neduh dulu yaa,gue cuma bawa jas hujan 1 soalnnya” ucap
Andri kemudian berhenti di depan sebuah toko yg gelap.

“Andri.. jas hujannya kamu pakai aja, rumah kamu kan masih jauh”
tolakku halus disaat Andri menawarkan jas hujannya kepadaku

“gapapa,lu pakai dulu aja”

“emm gini aja deh.. aku celananya kamu bajunya,aku kan udh pake
jaket” gak masuk akal sih.. tapi daripada neduh disini,serem euyy

“yaudh deh.. gitu aja ya..”

Kami pun mulai memakai jas hujan dan melanjutkan perjalanan.

“Makasih banyak ya Andri.. kamu mau mampir dulu? Minum teh?”

“gak usah ra.. keburu malem.. gue pamit ya”

“makasih banyak ya andri…”

Andri pun mulai meninggalkan halaman rumahku, dan Hatchinggg…

wah gawat.. flu nih.. cepet cepet mandi dan bikin teh hangat deh

“Assalamualaikum Bunda sayang…”

“Waalaikumsalam.. anak bunda basah semua,bunda panasin air ya”

“terimakasih bunda”ucapku memeluk bunda

“ih.. basah Maira]…” protes bunda

Akupun cengengesan dan langsung melesat pergi


12
***

Dengan masih menggunakan pakaian dinas, Aku mulai memasuki


café, mencari Raara,namun nihil. Ia tidak terlihat sama sekali.

“mas.. Alraaranya ada?”

“Alraara izin mas.. dia sakit” jelas rekan kerja Raara

“makasih ya”

Kenapa anak itu bisa sakit sih, syukurlah hari ini ada waktu luang,aku
bisa mengunjunginya

Aku mencoba menelfonnya,namun tidak diangkat. Sakit apa sampai


tidak sempat angkat telp

Perasaanku benar benar kalut saat ini,Maira..

Tok .. tok…

“Assalamualaikum..”

“Waalaikumsalam.. Dirga? Masuk dulu”

“Terimakasih tante..”

“Ada apa kesini?”

“saya mau jenguk Raara, katanya dia sakit” ucapku serius sambil
memberikan Buah yg tadi kubeli,namun malah dibalas tawa dari
Bunda Raara

“Raara cuma sakit demam kok .. ya ampun… Makasih ya udah


perhatian.. bentar ya tante panggilin Raaranya” tidak lama setelah
memasuki kamar raara, tante melambaikan tangan
kearahku,menyuruhku mendekatinnya.
13
“ada apa tante?”

“coba kamu bangunin Raara”

“gak usah,kasian biar istirahat”

“udah gapapa” ucapnya sedikit mendorongku.

Akhirnya aku pun mendekati tempat tidur Raara, dan menatap wajah
polosnya yg tengah terlelap

Hatiku benar benar sudah jatuh pada gadis ini, sifatnya yg apa
adanya,tanpa harta berlebihan disekitarnya membuat aku semakin
menyayanginya. Pertemuan yg sederhana menjadi awal mula rasa ini
tumbuh.

“Almairaa Adreena Saila, Maukah kamu menemaniku


selamanya,menjadi seseorang yang kusebut istri,menjadi tempatku
kembali, dan memberiku peluk saat kulelah?” ucapku pelan sambil
menatap wajahnya yg awalnya tertidur namun..

“bisa ulangi sekali lagi mas?” jawab raara dengan wajah herannya

“ulangi apa?”

“ih yang tadi.. pas aku tidur”

“kamu kann tidur, memang apa yang kamu dengar?”

“lupa. Makannya ulangi dong”

“makan dulu,nanti saya kasih tau” ucapku lalu keluar kamar


mengambil makanan

***

14
Chapter 3

Rekah

Sebenarnya aku mendengar ucapan Mas Dirga tempo hari,


namun aku malu untuk mengakui bahwa aku juga jatuh cinta
padanya. Rasa minder kembali menghampiri saat aku ingat kasta
kita.

“raara, kamu gk berangkat kerja malah ngelamun?” Tanya bunda

“eh iya bunda.. Alraara pamit dulu ya, assalamualaikum”

Aku pun mulai mengendarai Motor matic kesayanganku yg kubeli


dengan uang hasilku bekerja selama ini, ditengah perjalanan,aku
melihat mobilnya mas Dirga, kenapa dia?

“Mas Dirga… kenapa?”

“Alraara? Mobil saya mogok”

“nebeng aku aja yuk… aku antar ke kesatuan”

“beneran gpp? Kamu kuat bonceng saya?”

“kuat.. udah ayo.. keburu telat nih”

Pasti kami sedang menjadi pusat perhatian orang orang karena postur
tubuh kami yg sangat berbeda. Mas dirga dengan tubuh tinggi dan
gagahnya sedangkan aku pendek dengan sedikit berisi,hm.. insecure
lagi :(

“kamu mau berangkat kerja?”

“iya.. kalau sampai telat gaji saya bisa dipotong mas..”

“sudah.. kamu gk usah kerja,biar saya yg nafkahin kamu”


15
“kenapa wanita gk boleh kerja sih mas? Ini udh jaman emansipasi lo
yaa”

“Karena saya suka perempuan yang mau bergantung sama saya”

“ih gk bisa mas, saya wanita mandiri.. saya wanita karir”

“berhenti dulu” ucap ms Dirga menghentikanku

“ada apa mas?”

“biar saya aja yg bonceng” akupun hanya bisa menurut

“Pegangan.. saya mau ngebut”

Refleks aku pun memegang bajunya kuat kuat, namun bukan menuju
arah kesatuan,ia malah menuju cafe tempatku bekerja

“sepeda kamu saya bawa,nanti saya jemput juga, terimakasih


bocengannya..”

“sama-sama” ucapku, dan ia pun langsung melaju meninggalkan


tempat

Dan saat aku masuk café, Andri sudah menatapku seakan mau
meledekku

“cieee… dianterin Abdi Negara nih.. katanya gk minat sama pria


berseragam”

“ihh apaan sih andri.. gak sengaja ketemu tadi”

“gak sengaja tapi motor lu dibawa dia.. sengaja itu mah.. biar bisa
antar jemput”

“terserah deh.. kalau gk percaya”

16
***

“andri… kurang 10 menit nih.. tutup yuk” ajakku

“buru buru amat.. yg jemput juga belum dateng”

“ih ngeledek lagi”

“udahlah raara… jujur aja lu juga suka dia kan”

“dikit.. tp belum yakin”

“gak yakin kenapa juga.. secara fisik,finansial dan mas depan udah
cerah semua Maira]aa… gemes gue lama lama”

“perbedaan kita terlalu jauh Andri… dia dengan seragamnya,gue?


Sama apron?”

“santai dulu,jodoh maut,rezeki gak ada yang tau raa… udahlah.. coba
buka hati lu dulu”

“iya deh.. gue cobaa”

“nah gitu dong.. dah yuk beres beres.. keburu Mas Abdi Negara
dateng” ujar Andri cengengesan

“berisik deh”

Tidak lama kemudian terdengar bunyi klakson yg sengaja ditekan,


refleks aku dan Andri menoleh, ternyata mas Dirga sudah stand by
menjemputku

“raa.. lu duluan aja biar gue yg lanjutin” ucapnya sedikit


mendorongku.

“beneran nih ya…”

17
“iya … good luck ya”

***

Kulihat jam tanganku, rupanya aku datang lebih awal, Raara terlihat
masih membereskan meja meja didalam sana. Lalu ia berjalan
kearahku, dan melihat penampilanku, ya.. karena aku sudah
menurutinya untuk tidak memakai seragam saat bertemu dengannya.

“Mas.. mau langsung pulang?”

“kamu mau kemana?”

“kalau gak keberatan anterin belanja ya..”

“oke” Raara pun langsung naik ke bocengan dan memegang jaketku,


ada sedikit getaran didalam sana

Setelah memarkirkan motor, kami pun langsung menuju ke dalam


supermarket. Kulihat Alraara benar benar belanja sesuai list yg sudah
ia tulis. Dia sudah behasil menambah poin + dihatiku.

“Raa.. kamu butuh apa lagi? Ambil aja.. buat bunda sekalian”

“enggak usah mas.. ini yg aku beli udh sesuai kebutuhan kok” elaknya

Namun diam diam aku memasukan beberapa kebutuhan pokok ke


dalam trolinya. Setelah sampai dikasir aku menyuruh dia membeli
beberapa ayam goreng di stand dekat supermarket tersebut. Agar dia
tidak bisa menolak kalau aku yg membayar belanjaannya. Setelah
selesai membayar aku menunggu Raara diatas motornya sambil
memakan es krim yg tadi kubeli.

“Mas Dirga… total belanjaan aku tadi berapa?” ucapnya menunduk


sambil membuka dompetnya

18
“gak usah.. ini hadiah karena kamu udah sembuh” ucapku sambil
mengusap kepalanya, tingkahnya benar benar membuat gemas.

“Mas Dirga… kenapa sih kok baik banget?”

“karena kamu juga baik”

“Jadi ini Cuma sopan santun?”

“bukan”

“trus kenapa baiknya berlebihan mas? Aku takut salah respon”

“memang kamu mau respon bagaimana?”

“Mas gak suka aku kan?”

“kalau suka gimana?”

“jangan mas”

“kenapa gak boleh?”

“ya gak boleh aja”

“kamu sudah ada suami?”

“belum lah..”

“lalu kenapa kamu ngelarang saya?”

“saya gk mau jadi batu penghalang mas, saya bukan siapa siapa?”

“maksud kamu apa? Saya tidak paham”

“kita terlalu jauh untuk disatukan mas, seperti langit dan bumi”

19
“meski begitu,bukan berarti bintang dilangit tidak bisa jatuh ke bumi
kan?”

“kali ini aku yang gak paham mas”

“dengarkan saya baik baik, cinta mampu menyatukan dua hal yang
sangat bertolak belakang sekalipun. Perbedaan saya dan kamu tidak
ada apa apanya, kita hanya contoh kecil Alraara.. ketika hati saya
telah memilih kamu dan kamu adalah jodoh saya,mau ada
perbedaann sejauh apapun, kamu dan saya akan menjadi kita”

20
Chapter 4

Musim Semi

21

Anda mungkin juga menyukai