Karya Yumica
“Ini salahku, mungkin kalo aku pergi dari rumah ini, mereka akan bahagia.”
Tanpa berpikir panjang, Aku memasuki semua barangku kedalam koper dan meninggalkan
rumah.
“Clara kamu mau kemana? Jangan mendengarkan apa kata papamu, dia lagi terbawa emosi!
mama sayang kamu nak...” ucap Shinta sambil menarik tangan Clara.
“Ga ma, kali ini aku harus pergi. Mama jaga diri baik-baik yaa.. jangan bertengkar dengan
papa cuman gara-gara aku”
Mama sudah tidak bisa menahanku lagi, mama lari ke kamarnya dan menangis.
Aku keluar dari Rumah dan berhenti karena aku melihat kertas yang jatuh tepat pada kepalanya,
ternyata kertas itu dilempar oleh mama dari jendela. Di Dalam kertas itu terdapat kalung emas
dan surat untukku. Mama meminta agar kalung emas ini dijual dan uang penjualannya itu untuk
menyewa kos agar aku mempunyai tempat tinggal.
Aku langsung mencari tempat tinggal dan pekerjaan, karena aku tau aku tidak akan kembali
ke Rumah. Saat melewati taman, aku melihat seorang gadis seumuran dengan ku sedang
menangis dengan tangan dan kaki yang luka. Aku langsung menghampiri gadis tersebut dan
mengeluarkan P3K di dalam koper.
“Heii, kamu kenapa? Kok tangannya lecet? Kamu diculik?” ucap Clara sambil mengulurkan
tangan gadis tersebut.
“Aku ga diculik tapi aku dibully” jawab gadis itu.
“Ya Ampun, masih banyak pembullyan ya jaman sekarang. Nama kamu siapa?”
“Namaku Belinda, namamu siapa?”
“Ehmm, namaku Amelia”
Aku tidak mau menjadi Clara yang sebelumnya, Clara si anak pembawa sial. Aku bertekad
mengganti semua identitasku menjadi Amelia, aku berharap nama Clara tidak ada lagi dalam
hidupnya.
Setelah aku mengobati luka-luka di tangannya, Belinda dijemput oleh kakaknya. Kakak
Belinda mengajakku mengobrol perihal luka-luka yang ada di tangan Belinda karena ia tahu
pasti adiknya menyembunyikan sesuatu. Benar saja, ternyata selama ini Belinda tidak pernah
jujur kepada kakaknya bahwa ia sering dibully oleh teman-temannya. Belinda dan kakaknya pun
pulang ke Rumahnya karena sudah sore.
Aku lanjut berjalan tanpa tujuan, entah aku harus kemana untuk mencari tempat tinggal dan
pekerjaan. Aku berjalan sambil menangis dan ingin menyerah, tetapi aku berfikir jika aku
menyerah mungkin aku akan bergelandangan di jalanan. Aku tetap berjalan sambil menengok
kiri-kanan berharap adanya lowongan pekerjaan di sekitar sini.
Saat aku melewati ruko-ruko di pinggir jalan, aku melihat tulisan lowongan pekerjaan di
sebuah Restoran ternama. Aku mencoba untuk mendaftarkan diriku ini walaupun aku sadar aku
hanyalah lulusan SMA yang tidak mendalami pekerjaan di Restoran.
Saat memasuki Restoran tersebut aku diminta untuk duduk di ruang tunggu karena empunya
Restoran sedang berada diluar. Setelah menunggu beberapa menit, aku diminta untuk masuk ke
dalam sebuah ruangan. Aku terkejut, di dalam ruangan tersebut ada kakak Belinda, orang yang
tadi aku temui di Taman. Ternyata, Kakak Belinda lah yang mempunyai Restoran ini. Aku
berbincang dengan Aksara, Kakak Belinda. Aksara adalah seorang psikolog, sehingga aku tidak
bisa berbohong kepadanya. Aku menceritakan keluarga-ku yang menjadi hancur karena
kesalahanku. Aku langsung diterima di Restoran tersebut, bahkan aku diberikan tempat tinggal
selama aku bekerja disini.
Aku bekerja mulai besok, saat ini aku diantarkan ke kamar karyawan khusus wanita.
Sesampainya, aku langsung beberes dan makan makanan yang diberikan saat di Restoran tadi.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, aku tiba-tiba saja meneteskan air mata mengingat
kejadian tadi siang. Aku merindukan kedua orang tuaku, tetapi disisi lain aku sangat kecewa
dengan papaku.
“Aku bukan pembawa sial, aku harus buktiin, aku kuat kok, aku bisa ngejalanin ini, lupain
Clara, sekarang aku adalah Amelia, Amelia yang hidup tanpa harus bergantung dengan
siapapun!”
Hari demi hari aku lewati tanpa orang tuaku. Sulit, tapi aku harus bisa. Aksara sangat
mempercayaiku untuk mengatur Restorannya, ia memintaku mengatur Restorannya karena ia
akan pergi ke luar kota dalam waktu yang cukup lama. Mulai saat ini, Aku dan Aksara sering
berkomunikasi bahkan membicarakan hal-hal random di WhatsApp.
“Aku ga boleh baper, dia hanya atasanku. Kita berbeda.”
Alaska memang sangat memperdulikanku, ia selalu memperhatikan hal-hal kecil tentang
diriku. Hingga suatu hari saat Alaska pulang dari luar kota, Alaska menyatakan cintanya
kepadaku. Entah apa yang ada di pikiranku, aku langsung saja menerimanya. Alaska adalah pria
yang sangat baik, ia menerimaku dengan kondisi apapun.
2 tahun berlalu, aku ingin sekali bertemu dengan orang tuaku. Aku meminta Alaska untuk
menemaniku.
“Alaska, aku kangen deh sama papa dan mama. Boleh ga temenin aku ke Rumah.”
“Boleh banget, kalo resto sudah tutup kita langsung kesana yaa..”
Mendengar perkataan itu, aku semakin semangat bekerja dan tidak sabar menemui papa dan
mama.
Tiba-tiba saja, ada sepasang suami istri datang ke Restoran.
“ehhh itu papa dan mama bukan ya, kok mirip banget sihh???” tanyaku kepada Alaska
“ahh sudahlah mel, pasti kamu cuman berkhayal, nanti pulang dari sini ketemu kok, sabar
ya.”
Sepasang suami istri itu pun mendekati kasir untuk memesan makanan. Benar saja, mereka
adalah orang tuaku. Tanpa berkata-kata, Mama langsung memelukku dengan sangat erat. Papa
juga minta maaf akan perbuatannya yang sudah menyakitiku.
“Pa, Ma, kenalin ini Alaska, calon menantu papa mama.”
“Wahhh.. anak mama sudah besar. Mama si setuju banget!!” ucap Mama
“Papa juga setuju!” ucap Papa dengan wajah yang tersenyum lebar
1 bulan kemudian, Aku dan Alaska menikah dan hidup bahagia…
TAMAT