Anda di halaman 1dari 2

Cita dan cinta masa remaja

Sekitar tiga tahun yang lalu, aku mengenalnya. Namanya ghina putri salsabilla atau biasa ku
panggil putri. Pertama kali aku mengenalnya dari teman ku Salsa. Saat kami sedang nongkrong di café.
“ian, aku punya teman yang pingin kenalan sama kamu.”cakapnya dengan tertawa. aku pun terdiam
sejenak mendengar apa yang barusan dikatakan oleh sal. “Ha siapa sal?” jawabku dengan kaget. “Ada
deh, jangan kepo dulu!” jawabnya sembari tertawa. Rasa penasaran pun mucul dalam pikiran ku dan
terkadang bertanya-tanya pada diri sendiri “siapa ya?, emang bener?, apa cuma bohong?” pertanyaan
mulai mucul dalam benak ku. Tak lama kemudian ada pesan masuk dari sosial media milik ku. “Hai..”
pesan DM darinya. “Iya?” balasku sambil kebingungan. “Temannya salsa kan?” tanyanya dengan
penasaran. “Iya, aku temannya” jawab ku dengan tenang. Rasa penasaran pun seketika hilang degan
sendirinya. Sejak saat itu aku dan putri selalu chatingan hampir setiap hari. Setelah satu bulan aku
mengenalnya, aku memberanikan diri untuk mengajak putri untuk bertemu. “putri, ada waktu untuk
bertemu?” dengan tegang. “Iya bisa kok hehe” balasnya sambil tertawa. Tak lama kemudia aku
berangkat ke café yang sudah kita tentukan. Aku pun duduk termenung sambil melihat handphone dan
menunggunya datang. Tak lama kemudian akhirnya putri pun datang, dia melihat ku dengan senyuman
dan berkata “maaf ya sudah lama menunggu.” cakapnya sambil melontarkan senyuman. “iya gapapa
kok” jawabku sambil gugup. Aku tak menyangka bahwa putri yang di media sosial lebih cantik lagi di
dunia nyata. Suasana yang seketika hening berubah menjadi gelak tawa. Karena setiap kali putri
berbicara aku selalu memandang wajahnya dengan bersembunyi di balik buku.”kalau mau lihat
orangnya langsung tatap aja wajahnya” cakapnya sambil menyindir padaku. Aku terdiam dan
menghiraukannya dan tanpa di sengaja mulut ini mulai keceplosan “kamu sih cantik sekali.” Jawabku
dengan malu. Tak terasa waktu mulai larut malam. putri bergegas untuk pulang dan berkata pada ku
“Terima kasih ya, aku pulang dulu” cakapnya padaku. “iya sama-sama makasih ya sudah mau bertemu”
jawab ku dengan kegirangan saat putri sudah mulai pergi meninggalkan café tersebut.

Keesokan paginya adzan subuh mulai terdengar ditelinga, rasa kantuk yang semakin lama
semakin menggoda. Tapi, sebagai orang yang taat dalam menjalankan perintah agama aku melawan
rasa kantuk itu untuk mulai menjalankan ibadah sholat subuh. Setelah sholat subuh aku bergegas
menujuh tempat tidur untuk membersihkan kamar ku, kemudian sambil menunggu terbitnya sang
mentari. Aku pun memutuskan untuk pergi jogging di dekat jalan raya dan berharap siapa tau dapat
bertemu dengan putri. Karena jalan yang ku lewati untuk jogging itu juga di lewatin oleh putri untuk
berangkat ke sekolah. Tak lama kemudian aku pun berpapasan dengan putri. dia melihat dan
melontarkan senyum manisnya kepada ku. Aku mencoba membalas senyuman itu, tapi putri sudah
lewat jauh. Setelah jogging aku bergegas-gesas ke kamar mandi untuk membersihkan badan ini, jarum
jam menunjukkan pukul 06.40 pagi waktunya untukku berangkat ke sekolah. Sesampainya di sekolah
saat aku sedang membuka handphone terdapat pesan masuk dari putri “uda berangkat ke sekolah
belum?”. Tanpa membuang-buang waktu aku pun mulai membalas pesan dari putri tersebut “sudah
berangkat kok, ini baru sampai” balasku.

Aku dan putri hanya bisa berbincang lewat media chat, karena sekolah kita berbeda. Aku
bersekolah di SMA dan putri bersekolah di SMK. Walaupun kami berbeda sekolah itu tidak akan
menghalangi kita untuk saling berkomunikasi satu sama lain. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 15.45
kegiatan belajar di sekolah sudah selesai. Sesampainya di rumah aku mulai bersip-siap untuk jogging di
daerah perumahan dekat rumah. Olahraga jogging ini aku lakukan setiap harinya, karena setelah lulus
SMA nanti aku mau mencoba mendaftar untuk menjadi seorang pilot. Tak lama setelah jogging ada
telfon masuk dari putri yang bertanya kepadaku “ada dimana?”cakapnya sambil tertawa. “masih jogging
di perumahan” jawabku sambil kaget dan tersenyum sendiri. “aku samperin ya? Aku juga mau jogging
biar pernah hehe” cakapnya sambil bercanda. Aku yang saat itu istirahat sebentar karena sudah capek,
tapi saat putri mau ikut jogging bersama ku. Aku mulai bersemangat lagi, rasa capet perlahan kian
hilang. “iya kesini aja gapapa, ayo sekalian jogging bareng” jawabku sambil kegirangan. “oke aku siap-
siap dulu ya”seketika telfonnya pun langsung dimatikan.

Tak lama putri datang menghampiriku dengan melontarkan senyuman manis andalannya itu
dihadapanku dan berkata “ayo jogging, aku sudah siap” cakapnya sambil tersenyum. Aku yang semula
capek dan lemas langsung bangun berdiri dan bersemangat. Tanpa berpikir lama aku pun langsung
mengajaknya jogging disore hari itu. Disaat sudah melewati setengah putaran perumahan aku dan putri
di suguhkan pemandangan yang indah yaitu senja di sore hari. Kami menyempatkan berhenti sejenak
untuk menikmati dan mensyukuri keindahan yang di berikan oleh tuhan yang maha kuasa. “kamu suka
senja?.” Tanyaku. “Aku suka, kamu tau apa yang menyenangkan dari senja?” tanyanya padaku. “senja, ia
dapat mendatangkan ketenangan.” jawabku. “Senja kadang ia merah merekah bahagia, kadang juga ia
hitam gelap berduka, tapi langit selalu menerima senja apa adanya.” balasnya. Entah mengutip dari
mana, mungkin putri pernah mendengar kata-kata itu dari sebuah film. Tak lama adzan magrib sudah
berkumandang saat kami pulang kerumah masing-masing.

Sejak saat itu kami memiliki rutinitas melihat senja di sore hari. Setiap kali kami selesai melihat
senja dan pulang kerumah, kami meluangkan waktu untuk bertemu dengan tujuan belajar bersama. Dia
memintaku untuk menemaninya mengerjakan tugasnya yaitu mengedit video dan foto “ kamu bisa
temani aku mengerjakan tugas?” tanyanya padaku. Seketika aku terdiam sejenak dan berkata “ iya aku
bisa, sekalian aku sambil belajar juga” jawabku dengan kaku. “ Aku saja gabisa edit video dan foto, malu
nanti kalau aku ketahuan gabisanya” jawabku dalam hati. Karena aku belum tau sama sekali tentang
caranya mengedit video dan foto. Tanpa berbicara sedikit pun, kami sibuk dengan apa yang sedang kami
lakukan masing-masing. Putri mengedit video dan foto dengan laptopnya dan aku dengan buku, soal-
soal tentang bagaimana caranya menjadi seorang pilot.

Anda mungkin juga menyukai