Anda di halaman 1dari 7

ons verhaal

Di tengah derasnya tangisan semesta , aku mendudukkan diri di atas bangku yang tersedia di halte bus. Tak
sengaja netra ku menangkap bayangan punggung seseorang yang sangat ku rindukan sedang bergurau
dengan seorang wanita yang parasnya begitu cantik. Di cafe sebrang jalan itu mereka menikmati hidangan
sembari berbincang. Sesak di hatiku kian terasa menyakitkan, aku tak bisa menahannya, ya aku akui bahwa
aku terbakar cemburu. Wajar saja kan bila aku merasakannya?. Oh tidak , aku rasa aku tidak berhak untuk itu,
karena aku tau aku bukan seseorang yang spesial bagi dia.

Aku sedikit terkejut melihat dia sedang ada di kota yang sama dengan ku , terlebih dia bersama seorang
wanita yang ku ketahui adalah temannya. Terakhir kali dia memberitahuku bahwa tidak bisa pulang dalam
waktu dekat. Namun sekarang, apa? Nyatanya aku sudah melihat dia disini di tempat yang tak jauh dari
tempat ku berteduh.

Tak lama tangisan semesta mulai mereda , aku pun melanjutkan perjalanan ku untuk sampai ke rumah.
Sampai di depan rumah , aku melihat ibu sedang menata tanaman hiasnya.

"Assalamualaikum bu, aku pulang"

"Waalaikumsalam, sudah makan? Kalau belum ganti baju dulu dek baru makan"

"Iya bu, aku masuk dulu ya"

Aku bergegas mengganti pakaian ku kemudian makan seperti apa yang dikatakan ibu tadi. Aku mendengar HP
ku berbunyi menandakan ada pesan masuk. Ku lihat siapa yang mengirimi ku pesan ternyata dia mengirim ku
sebuah foto. Tak membutuhkan waktu lama aku segera membuka nya.

Kak Pradipta

1 unread message
/Picture
Aku sudah sampai di rumah

Sudah lama sampainya?

Tak lama dia langsung membalas.

Baru saja sampai

Di jemput siapa?

Adina

Tanpa membalas pesannya , aku keluar dari roomchat. Sebenarnya aku ini siapa bagi dia? Mengapa dia
seolah menginginkan ku jika hati nya untuk Adina? Lagi lagi aku hanya sebagai secondchoise. Sampai kapan
aku harus menjalani hubungan seperti ini? Hubungan tanpa kejelasan.

Dia Pradipta, Pradipta Anugraha laki laki yang membuat ku jatuh hati sejatuh jatuh nya. Awal kedekatan kita
dia bersikap sangat baik namun semakin lama dia semakin menunjukkan sifat aslinya. Akhir akhir ini
komunikasi kita tidak sebaik sebelumnya. Aku berusaha memahami jika dia sedang sibuk mengingat jurusan
yang dia ambil adalah kesehatan. Aku dan dia berbeda Kota, karena dia harus melanjutkan pendidikan nya di
Luar kota.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------

Hujan mengguyur Kota di pagi ini.Membuat ku semakin ingin bermalas-malasan namun rencana ku harus
gagal karena teriakan kakakku

"Adek!! Ayo bangun anterin kakak kerja" ucap kakak ku sembari membuka pintu kamar ku dengan brutal.
Mau tak mau aku harus beranjak bangun dari rebahan

" Kenapa ga berangkat sendiri aja sih, hujan tuh males aku nganterin" ucapku dengan menggerutu sebal

"Ayolah dek, bentar doang nanti pulang nya aku dijemput Ramadhan , kamu ga usah jemput" ucap kakak ku
sembari mendorongku keluar kamar.

"Yauda sana suruh kak Adhan nganterin sekalian, aku mau nikmati hari liburku kak"

"Udah lah dek, anterin dulu sebentar kakakmu, dia pulang kan nanti sekalian mau kencan" suara ibu
menghentikan perdebatan ku dengan kakak.

"Yauda ayok cepet" pasrahku.

Setelah pulang mengantar kan kakakku aku pun masuk ke dalam kamar lagi. Aku mendudukkan diri
disamping jendela kamar sembari menatap hujan yang semakin deras mengguyur Kota, ku buka jendela
kamar untuk menikmati bau tanah ketika terkena hujan. Tanpa sadar terputar kembali di otakku tentang
kenangan di awal pertemuan ku dengan Kak Dipta.

Saat itu aku sedang mengikuti acara reorganisasi ekstrakurikuler ternyata dia adalah senior , dan akan
berakhir masa jabatannya. Aku sudah memperhatikan dari awal dia tidak banyak berbicara , ketika berbicara
suara nya yang lembut namun tegas membuatnya semakin terlihat bijaksana. Detik itu juga aku jatuh hati
dengan sikapnya. Ketika sesi tanya jawab aku menjawab pertanyaan dari nya , mencoba mengabaikan detak
jantung ku yang menggila ketika dia menatap ku.

Setelah hari itu aku mencoba mencari tahu tentang dia , menyimpan nomor handphone nya yang ku dapat
dari grup WhatsApp. Aku menanyakan dia kepada temanku yaitu Shila , Shila memberitahu bahwa dia adalah
tetangganya. Aku memutuskan untuk diam tentang rasa ku selama beberapa bulan. Sampai di bulan Juni aku
memutuskan untuk memberi tahu Shila tentang rasa yang ku miliki.

Suatu hari Shila menyuruhku menemaninya meminjam topi Kak Dipta karena acara yang di adakan sekolah
terlalu mendadak sedangkan topi nya Shila hilang entah kemana. Dengan senang hati aku menemani Shila,
karena Kak Dipta sudah kelas 12 dan sudah selesai ujian dia tidak lagi datang ke sekolah. Kapan lagi bisa
bertemu secara intens. Aku tak berani berkata apapun ketika dirumah nya hanya bisa menimpali tawa ketika
Shila dan Kak Dipta berbincang. Setelah pertemuan itu aku dan dia menjadi dekat, melalui WhatsApp kita
sering bertukar pesan mulai dari basa basi sampai hal yang penting. Hubungan kita berjalan dengan baik dan
semakin dekat , sempat bertemu beberapa kali sebelum akhirnya dia berpindah Kota untuk kuliah.
Beberapa bulan awal komunikasi ku dengannya masih baik baik saja, namun semakin lama semakin hambar,
semakin jarang bertukar pesan. Entah apa yang terjadi dengannya aku hanya berfikir bahwa dia sedang
sibuk dengan setumpuk tugas tugas nya. Namun semakin lama aku tau bahwa dia sedang menginginkan
orang lain , bukan aku. Semakin terlihat jelas sifat asli dia bagaimana, di balik bijaksana , smart, dan ambisius
nya dia, dia tetaplah lelaki biasa, yang kadangkala membuat wanita merasa tersakiti dengan sikapnya.

Lamunanku seketika buyar ketika mendengar dering handphone ku. Selama itu kah aku melamun sampai tak
sadar jika hujan telah mereda. Aku segera melihat siapa yang menghubungi ku. Ternyata Kak Dipta . Aku
segera menggeser tombol hijau untuk mengangkat telpon dari nya.

"Halo , assalamualaikum Okta" sapa nya terdengar di telinga ku

" Waalaikumsalam , ada apa kak? Tumben banget telpon" tanpa basa basi aku langsung menanyakan tujuan
nya menghubungi ku.

"Nanti malam sibuk ga kamu? "

"Engga kak , lagian besok juga masih Minggu, kenapa kak?"

" Aku boleh minta tolong? Tolong temani aku mencari kado untuk Adina ya, soalnya kamu cewe pasti tau
gimana selera cewe kan"

"Bukankah kamu juga berteman dekat dengannya? Mengapa harus mengajakku, seharusnya kamu sendiri
sudah hafal apa yang dia inginkan, bagaimana selera dia." Ucapku sedikit menyindir nya

" Tapi aku ingin kamu menemani ku , bukankah kamu juga merindukan ku?" Ucapnya dari sebrang sana
diakhiri dengan nada sedikit menggodaku

" Baiklah aku akan menemani mu" ucapku dengan pasrah

"Okee , nanti jam 7 aku jemput ya. Assalamu'alaikum"

"Ya, Waalaikumsalam"

Tak terasa tiba tiba hari sudah mulai gelap , aku mulai bersiap untuk pergi bersama kak Dipta. Tak lama suara
ibu memanggil ku

"Dek , dicari Temenmu di luar"

"Iya Bu"

Aku keluar kamar dan menuju teras rumah, ternyata Kak Dipta sedang menunggu ku duduk di kursi. Aku pun
menyapa nya

" Sudah lama kak?"

" Baru saja, kita berangkat sekarang aja ya, biar ga kemaleman" ucapnya sembari berdiri

"Iya ayo" ucapku , kebetulan sekali ibu berada di ruang tamu Aku memanggil ibu untuk pamitan
" Bu aku keluar dulu ya sama kak Dipta" ibu menghampiri ku keluar, lalu aku dan Kak Dipta menyalami ibu

"Iya jangan malam malam pulangnya, hati hati" ibu mengizinkan ku. Aku dan kak Dipta berjalan menuju
motornya lalu ketika akan menaiki motor nya dia menurunkan footstep untuk ku. Perhatikan kecil itu yang
membuatku merasa dihargai oleh nya.

Sepanjang jalan hanya kesunyian yang menemani perjalanan kali ini. Aku yang malas untuk membuka
obrolan dan dia yang fokus mengendarai. Tak terasa kita sudah sampai di toko aksesoris dan pakaian wanita.
Dia bertanya padaku kado apa yang cocok untuk dia berikan kali ini. Dia berjalan menuju perhiasan aku hanya
bisa mengikuti nya.

"Mbak tolong ambilkan kalung yang ini" terlihat dia memilih kalung yang sangat cantik dengan liontin kupu
kupu. Kemudian dia menanyakan pendapat ku

"Bagaimana jika ini? Bagus atau tidak?" Tanya nya sembari tersenyum

"Bagus kak" jawab ku sekenanya

"Pasti ini akan terlihat sangat cantik jika Dina yang memakai, iya kan?" Dia mengatakan itu dengan excited

"Iya kak, akan cocok jika Kak Dina yang memakai" ucapku sembari menahan sesak di dada , siapa yang tidak
merasa sesak kita orang yang suka memuji orang lain.

Sudah sering hal seperti ini aku rasakan. Setelah beberapa bulan kita dekat dia selalu begitu , memuji orang
lain ketika bersama ku, aku tau yang dia inginkan bukan aku, tapi apakah aku salah ketika menaruh perasaan
padanya ? Perlakuan nya pada ku seakan akan dia juga menginginkan ku. Perhatian nya, sikap manis nya ,
semua itu seakan menyampaikan jika dia juga menyayangi ku , padahal aku tau dihati nya mungkin hanya ada
Kak Dina. Aku tidak tau bagaimana perasaan dia padaku karena kita tidak pernah saling mengungkapkan rasa
yang kita miliki. Setelah dia pergi keluar Kota dia datang padaku hanya untuk meminta bantuan, awalnya aku
memang dengan senang hati membantu nya , semakin lama aku juga merasa lelah. Aku mencintai nya tapi
aku punya batas sabar untuk menunggu nya.

Akhirnya Kak Dipta memutuskan untuk membeli kalung itu untuk kado ulang tahun Kak Dina. Setelah dari
toko tersebut aku dan Kak Dipta mampir ke sebuah coffee shop. Kita berbincang sebentar sebelum beranjak
pulang. Aku tak banyak bicara dia juga terlihat asyik bertukar pesan dengan Kak Dina. Benarkan apa yang dia
ucapkan tidak sesuai dengan yang dia lakukan, tadi dia bertanya padaku tidakkah aku merindukan nya,
namun sekarang dia malah sibuk dengan dunianya sendiri tanpa mau menghabiskan waktu denganku.

Hubungan ku terasa hambar aku tak ingin jatuh terlalu dalam lagi. Jatuh hati sendirian tanpa balasan yang
pasti.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
-------------

Beberapa hari setelah pertemuan kita malam itu. Kak Dipta kembali ke Kota tempat dia kuliah. Lagi lagi tanpa
mengabariku, tanpa memberitahu ku. Hanya mengirim pesan singkat setelah dia sampai. Dia diantar lagi oleh
Dina sampai ke stasiun. Padahal jika dia memberi tahuku aku pasti akan mengantarnya. Ah, sudahlah
terserah dia mau bagaimana aku tidak akan mengganggu nya lagi.
Kak Pradipta

Aku sudah kembali ke kos an

Oh ,yasudah

Kamu kenapa? Tidak seperti biasa nya

Aku baik baik saja

Tidak, pasti ada sesuatu, ayo katakan

Aku tidak berniat membalas pesannya, sebenarnya aku ingin jujur tentang perasaanku, tentang apa yang aku
rasakan. Tapi aku merasa bahwa itu tak akan ada gunanya juga. Akhir akhir ini memang aku tak sesering dulu
mengirim pesan. Menjawab pesan yang dia kirim juga seadanya. Karena aku sudah sadar bahwa apa yang aku
lakukan mungkin tak membuat dia membalas rasaku.

Tak lama dering telepon terdengar ditelinga ku, dengan malas aku menjawab panggilan Kak Dipta. Rupanya
dia masih penasaran apa yang terjadi denganku. Aku yakin dia hanya penasaran dan sebenarnya tidak peduli.

"Assalamu'alaikum, Okta kamu kenapa? Apa aku telah membuat salah? Ayo katakan, jangan diam saja"
belum juga aku menjawab salamnya dia sudah menodong ku dengan banyak pertanyaan.

"Waalaikumsalam, sudah ku bilang kak , aku baik baik saja , kamu tidak punya salah kak , hanya saja aku yang
salah telah menyayangimu" aku menghela nafas panjang. Setelah berfikir mungkin lebih baik aku berbicara
agar semua jelas.

Aku gunakan kesempatan kali ini untuk mengungkapkan rasa ku padanya. Rasa sayang yang lebih dari sayang
nya seorang teman.

Dia tak menjawab , mungkin dia bingung harus menanggapi bagaimana. Aku pun melanjutkan apa yang ingin
ku katakan.

"Kak , eum... Sedang sibuk atau tidak?" Tanyaku ragu karena takut mengganggu nya.

"Tidak kok, katakan saja jika ingin berbicara"

"Kak aku ingin jujur, rasa ku padamu selama ini lebih dari seorang teman. Aku sudah lama menyukai mu,
rasaku semakin lama semakin besar ketika kamu bersikap baik padaku" aku terdiam sebentar sebelum
melanjutkan perkataanku

" Kak, aku suka segalanya tentang kamu, suka banget. tapi mencintaimu itu menyakitkan dan kamu gabisa
bales perasaan aku, it's okey perasaan gabisa dipaksa. aku akan berusaha kuat untuk menjadi payungmu
ketika kamu lagi sangat menyukai hujan. aku memang tidak bisa menjadi apapun yang kamu butuhkan, tetapi
kupastikan untuk selalu menyediakan waktu ketika kamu sudah lelah pada hari harimu. aku akan tetap
membuka pintu hatiku untukmu, walaupun kamu tidak pernah sekalipun mengetuknya, kamu ngajarin aku
banyak hal. ngajarin aku titik tertinggi mencintai yaitu mengikhlaskan, kamu yang sangat aku cintai, kini
saatnya aku berhenti memperjuangkan kamu, maaf ternyata sekarang aku harus mundur dari segala -
galanya soal memperjuangkan kamu, menghapus segalanya tentang kamu itu keharusan walaupun terpaksa
tapi memang udah seharusnya begitu-" Dia masih bungkam , belum mau memotong pembicaraan ku.

"Aku ga akan berharap lagi sama kamu, dibilang sedih ya iya sih sedih, tapi aku harus nerima segalanya
dengan ikhlas dan aku gabisa berlarut dirasa sedih itu, kamu terlalu berkesan untuk ditinggalkan. tetapi
terlalu sakit untuk di pertahankan. karena sampai kapanpun aku mencintaimu, pilihanmu tetap bukan aku
kan? bukan karena aku tidak menginginkanmu lagi, aku hanya takut ini perasaan sepihak. darimu aku
mengerti, gimana rasanya mencintai tanpa harus memiliki. dan, pengalaman yang paling menyakitkan saat
aku mengenalmu adalah aku terpaksa melepaskanmu, meskipun memelukmu aku belum pernah. tentang aku
dan kamu yang tak akan pernah menjadi kita, selamat berbahagia ya kak. Aku janji aku ga akan ganggu kamu
lagi setelah ini. Aku hanya ingin mengatakan ini agar perasaan ku lebih tenang." Aku diam setelah
mengatakan itu , menunggu respon dia. Setelah lama sama sama terdiam. Dia akhirnya menarik nafas dalam
sebelum menjawab

"Maaf ya , bukannya aku tidak mencintaimu. Tapi belum, sebenarnya aku juga merasakan nyaman ketika
dengan mu . Terimakasih sudah mau mencintai ku, terimakasih sudah banyak membantu ku. Jangan pamit ya
, aku terbuka untuk mu , tak apa jika kamu ingin berbicara denganku, tak apa jika kamu ingin menggangu ku
dengan beberapa pesan singkat, aku tak masalah dengan itu. Aku akan mencoba untuk mencintai mu"
ucapnya dengan tenang

"Tak apa Kak jika kamu tidak bisa membalas perasaan ku. Jangan dipaksakan ya, aku tau kak kamu
menginginkan Kak Dina bukan aku , jadi jangan memaksa perasaan mu"

"Tidak , Dina hanya temanku , lagian dia juga sudah memiliki kekasih. Maaf jika perlakuan ku membuat mu
salah paham. Aku sudah nyaman jika bersamamu. Tolong ya beri aku kesempatan untuk mencintai mu ,
bantu aku sekali lagi." Final Kak Dipta

" Baiklah Kak, kita jalani lagi"

"Terimakasih ya." Percakapan kita berakhir.

Akhirnya aku lega, tapi sedikit ragu jika dia nanti sebenarnya cuma kasian, tapi aku coba menepis itu semua.
Akhir kisah kita sangat baik. Aku yang jujur dengan perasaan ku, dan dia yang mau menerima ku. Akhir yang
tak pernah terbayangkan, kemarin aku berfikir jika dia tak kan pernah bisa membalas perasaanku. Namun
sekarang semua dugaan ku salah.

Terimakasih tuhan sudah menghadirkan dia dalam kisah hidup ku.

Apapun nanti yang terjadi, semoga semua tetap baik baik saja.

Aku berharap aku dan kamu akan tetap menjadi kita.

Aku menyukaimu sama seperti aku menyukai senja

Tak pernah bosan aku mengagumi nya.


Fifi Nur Rahma

12

XI MIPA 3

Anda mungkin juga menyukai