Anda di halaman 1dari 3

KISAHKU

Aku Mencintaimu

Saat hujan turun melintasi daerah Bandung dengan derasnya. Seketika itu pula aku berlari untuk
berteduh. Tak terasa hari telah gelap. Apa yang harus aku lakukan? desahku seraya melihat air yang
masih senang membasahi wilayah ini. Terpaksa lari deh pikirku. Kemudian aku berlari menerobos
hujan malam itu. Baju yang kukenakan basah. Kreekk...aku membuka pintu rumahku dengan tenang.
Terdengar celotehan ibuku ketika beliau mendapati aku dengan basah kuyup memasuki rumah.
***
Keesokan paginya aku berangkat ke sekolah dengan kondisi sedikit kurang baik. Chunnie...!!! suara
lembut yang kukenal memanggilku dari arah belakang tubuhku. Dengan senyum aku menoleh padanya.
Dia adalah sahabatku. Sahabat yang tidak dapat ditukar dengan harta. Sahabat yang selalu aku panggil
dengan sebutan Ina. Dia adalah sesosok gadis mungil yang terlalu manja di hadapan orang terdekatnya.
Ina sudah kuanggap sebagai saudaraku sendiri.
Kamu sakit Chun? tanya Ina ketika ia memerhatikan wajahku yang menurutnya agak pucat.
Tidak. Jawabku datar. kamu bohong ya sama aku? tanyanya kembali. Aku hanya memberinya
senyuman hangat dan mengajaknya untuk mempercepat langkahnya menuju kelas.
***
Ketika istirahat tiba, aku mengajak Ina untuk menemaniku pergi ke UKS. Dengan heran ia
menganggukan kepalanya. Aku mau minta obat pusing kepala ucapku sebelum ia bertanya maksud
ajakanku ke UKS. Kemarin kamu main hujan-hujanan ya Chun? kata-kata yang keluar dari mulut
bawelnya itu sudah aku dengar berkali-kali hari ini. Dengan nada ringan aku mengatakan Iya Na, karena
kemarin ga mungkin bagiku untuk menunggu hujan reda sampai tengah malam.
Saat ia mulai ingin bertanya lagi Reina menyela Ina. Kamu sakit Chun? Kenapa kemarin tidak
menghubungi aku? Mungkin aku bisa menelepon supirku untuk mengantarkanmu pulang!. Aku menoleh
saat seseorang melemparkan pertanyaannya padaku. Reina adalah sahabatku juga. Kami adalah tiga
sahabat yang selalu berbahagia. Namun, sejak saat ia menjadi sesosok yang telah menempati hatiku,
keadaan mulai berubah. Aku merasakan debar kuat jantungku. Aku mencintainya hanya kalimat itu
yang bergema dalam hatiku. Dengan tenang aku menjawab Oh. Ga apa-apa kok Rey, aku ga mau
merepotkan kamu aja wajabku sambil berjalan keluar ruangan. Kami bertiga pun berjalan menuju kantin
sekolah yang terletak cukup jauh dengan UKS.
***
Sahabatku Ina menyadari akan perasaanku. Ia bertanya padaku tentang perasaanku pada Reina.
Namun aku tak segera menjawabnya. Aku merasa butuh waktu untuk menenangkan perasaanku saat ini.
Saat bel pulang berbunyi, Ina mengajakku untuk pulang dengannya. Aku pun meniyakan ajakannya. Ina
pun mengajak Reina. Namun, ia sibuk dengan organisasinya. Chun, apakah kamu suka sama Rey?
tanya Ina saat di perjalan. Segera aku menoleh sahabatku itu dengan cepat. Hanya melihatnya wajahnya
kemudian aku menghela nafas dalam. Huufftt...seakan pertanyaan itu sulit untuk kujawab. Aku terdiam
sejenak dan mengangkat kepalaku Iya Na, kenapa kamu nyembunyiin perasaan itu Chun? tanyanya
sekali lagi. aku ga mau merusak persahabat kita Na. Lagi pula, belum tentu dia juga punya perasaan
yang sama denganku. Ina tidak melanjutkan pertanyaannya. Keadaan menjadi hening seakaan tak
terdengar suara apapun.
***
Dua tahun berlalu setelah kelulusan SMA.
Namun, aku, Ina dan Rey masih sering pulang dan jalan-jalan bersama. Sudah lima tahun pula aku
menjaga perasaanku pada Reina. Aku masih mencintainya. Aku tidak mempunyai kekuatan untuk
mengatakan padanya ketika kita mulai berteman sejak awal masuk SMA. Ina tidak bertanya padaku
tentang persaanku pada Rey semenjak aku menyentaknya untuk tidak menanyakan hal itu. Tentu saja itu
membuatnya marah padaku. Hai Chun, sudah lama menunggu? suara lembut mengagetkan lamunanku.
Aku hanya menoleh dan tersenyum. Rey? Ina mana?. Kami bertiga telah sepakat untuk bertemu siang
ini setelah seminggu tak jumpa. Aku senang ketika melihat wajah Rey tersenyum. Aku ingin mengatakan
padanya bahwa aku mencintainya. Namun, entah mengapa mulut ini tidak ingin berucap sesuatu. aku di
sini Chun. itu bisnya sudah datang. Ayo kita naik jawab Ina. Bis itu mengantar kami ke tempat wisata.
Kami menikmati hari ini dan sangat bahagia. Terutama aku, aku sangat senang bisa bersama-sama dengan
Rey.
kamu masih suka sama Rey kan? ucap Ina saat persimpangan jalan yang memisahkan antra aku dan
Ina dengan Rey. Aku hanya terdiam. kenapa kamu belum juga mengatakan padanya Chun? Kurasa Rey
juga mempunyai perasaan yang sama padamu. Aku diam membisu seakan mulut ini tak dapat berkata.
Chun, aku sahabatmu. Aku tidak ingin kau menderita dengan perasaanmu itu. Katakan padanya bahwa
kau mencintainya. Mungkin Ina kesal karena aku tidak menjawab. pikirkan perkataanku sekali lagi
Chun. Ucapnya seraya melambaikan tangannya padaku dan masuk ke dalam rumah.
***
Satu bulan kemudian, aku masih tetap dengan perasaanku. Masih mencintainya dan belum bisa
mengatakan padanya tentang perasaanku. Saat hendak melangkah keluar kamar, aku mendapati
handphoneku berdering. Menghabiskan waktu tidak begitu lama untuk berbicara dengan Rey di telepon.
Ia memintaku untuk menemuinya malam ini. Apa yang harus aku lakukan? perasaan bahagia
bercampur dengan risau. Entah apa yang aku pikirkan saat itu, membuatku bingung harus bagaimana.
Malam ini, aku menunggunya di sebuah taman kota. Aku mencoba untuk menahan diriku untuk
mengatakan padanya tentang perasaanku. Lusa atau minggu depan akan kukatakan padanya. Ucapku
dengan semangat. Chun... suara itu membuatku cepat menoleh ke sumber suara. Aku hanya membalas
dengan senyum.
***
Bodoh. Desahku dalam hati. Mencoba untuk tenang melihat Rey memasangkan cincin pada
pasangannya. Aku menyaksikan pernikahan ini berlangsung di sebuah masjid yang megah. Aku hanya
bisa memperhatikannya dari kejauhan. Aku melihat senyumnya. Teringat semua ucapannya malam itu.
Chun, maaf. Aku tidak memberitahumu sebelumnya. Aku akan menikah. aku tidak bisa mengatakan
padamu sejak kita pergi bertiga bersama-sama pada hari itu. aku ingin kau hadir. Kata-kata itu masih
terngiang dalam benakku. Kini, aku hanya bisa melihatnya tersenyum.
Perlahan, beberapa orang mengucapkan selamat padanya. Kini giliranku. Aku ingin melihatnya
tersenyum. Saat pandangan kami saling bertemu, senyum di bibirnya memudar untuk beberapa menit.
semoga bahagia Rey ucapku seraya pergi. Aku merasakan bahwa ia sangat bahagia bersama pria
pilihannya. aku menyukaimu Chun. Aku selalu berharap bahwa pria yang akan berdiri di sampingku itu
adalah kamu. Itulah kata terakhir yang ia ucpakan saat aku berbalik badan beranjak pergi darinya malam
itu. aku menyesali atas sikapku selama ini. Kini, aku hanya bisa melihatnya tersenyum untuk yang
terakhir. Gumamku seraya meninggalkan gedung sebelum acara selesai. Kucoba menikmati hariku tanpa
dirinya. Reina, aku masih mencintaimu....
THE END
Terinsiprasi dari sebuah lagu Jepang Why did i fall in love with you? Yang di nyanyikan oleh
(Tohoshinki) boy band asal Korea Selatan yaitu (Dong Bang Shin Ki) atau TVXQ!

Anda mungkin juga menyukai