Anda di halaman 1dari 6

Hari ini hujan lagi seperti kemarin, terpaksa aku tertahan di sekolah karena lupa

membawa mantel hujan. Sementara teman-teman sekelas ku banyak yang sudah


pulang dari tadi. Hanya tinggal aku dan beberapa pengurus osis lainnya yang masih
disini. Sekitar satu jam hujan tak kunjung reda perutku mulai terasa lapar
kuputuskan meninggal kan ruang osis dan menuju ke kantin berharap masih ada
beberapa makanan. Namun, apa daya kantin sekolah sudah tutup. Aku pun kembali
ke kelas untuk mengambil tas dan kemudian menuju parkiran.
“HAH... kapan sih ini ujan redanya.” Gerutuku “gara-gara ini hujan aku jadi
terjebak di sekolah.” ucapku tambah kesal.
“hey... kamu kenapa nyalahin hujan?” tanya seseorang dari belakangku. Aku pun
menoleh ke belakang.
“ ya gara-gara hujan ini aku jadi terlambat pulang ke rumah.” Jawabku.
“kok gara-gara hujan, bukannya salah kamu, udah tau musim hujan kenapa ga
bawa mantel.” Ujarnya “lagian bukanya sekolah juga udah pulang dari tadi?”
tambahnya.
“kamu tuh siapa sih? Dateng dateng nyanbung aja?” tanyaku dengan kesal.
“oh aku Rena, aku anak baru disini.” Ujarnya
“oh..” hanya itu tanggapan ku karena aku kesal dengannya.
Kami pun terdiam beberapa saat. Hingga akhirnya rena pun buka suara.
“ oh ya nama kamu siapa?” tanyanya kepada ku.
Namun aku tidak menjawabnya, da hanya menggerutu dalam hati semoga hujan
cepat berhenti.
“Oi, ditanya bukannya jawab malah bengong!” ujarnya dengan sedikit berteriak
sepertinya ia kesal karena pertanyaannya tidak ku jawab.
“APA SIH? Teriak-teriak.” Jawabku dengan ketus
“ kamu tuh ditanya bukannya jawab malah diem.” Balasnya dengan ketus.
“ iya iya, kamu nanya apa tadi?” tanya ku.
“NGGA JADI!” jawabnya. Sepertinya iya sedikit marah.
“ dih.. gitu aja marah, namaku Bulan.” Ucapaku sambil menjulurkan tangan.
“BULAN?” tanyanya.
“iya Bulan.” jawabku
“Hiks..Hiks.. B..U..L..A..N.. bukannya itu nama perempuan?” tanyanya heran sambil
menahan tawa.
“Kemu ngeledek aku?” ujarku dengan sedikit kesal.
“Nggak kok... Cuma heran aja masa cowok namanya bulan?” ucapnya dengan
sedikit tawa.
“ SENJA BULAN PERMANA ITU NAMA KU.” Ujarku dengan penuh rasa kesal.
“dih.. gitu aja marah.” Ucpanya.
“BODO.” Ucapku sambi meninggalkannya untuk mengambil motor karena hujan
sudah reda.

Sepanjang perjalannan pulang aku di temanai indahnya guratan jingga kala senja
serta aroma tanah basah akibat guyuran hujan.

*******
Keesokan harinya awan mulai menghitam kelabu sejak pagi. Aku pun berangkat
dengan terburu-buru khawatir hujan terlebih dahulu turun sebelum aku sampai di
sekolah. Yeah.. tepat skali perhitungan ku hujan turun dengan begitu lebatnya begitu
aku tiba di sekolah.
Hari ini sungguh hari yang lumayan buruk bagi ku, aku harus pulang terlambat
lagi karena berurusan dengan BK ditambah hujan yang turun sedari pagi
nampaknya belum ingin mereda. Aku pun memilih menerobos hujan dan pulang
kerumah.
Aku memacu motorku memecah hujan, melintasi jalan menuju taman kota aku
melihat seorang yang tengah riang bermain hujan iya memilih tubunyah basah oleh
air.
Aku memelankan laju motorku dan hendak berhrnti di halte karena tubuh ku
mulai menggigil. Aku melihat Ia berjalan mendekat kearah ku.
“SENA.... SENA....” ku melihat dia berteriak entah untuk siapa.
“SENA.....” dia berteriak dengan melambaikan tangan ke arah ku. Aku bingung dia
sedang memanggil siapa. Dia pun mendekat dari sebrang jalan menuju ke arah ku.
“Sena... kamu kok aku panggil malah keliatan bingung.” Ucapnya.
“kamu ngomong sama aku?” tanyaku untuk memastikan.
“ya iya lah, siapa lagi coba?” jawabnya.
Belum sempat aku jawab dia sudah berucap. “soalnya kemarin kayannya kamu
kurang seneng dipanggil bualan.”
“oh.... tapi ko jadi SENA ?” tanya ku heran.
“ nama kamu kan SENJA BULAN PERMANA, nah aku kepikiran aja manggil kamu
SENA kan lebih enak jadinya.” Tuturnya.
“ ya terserah kamu aja deh.” Ucapku. “ Oh ya,kamu ngapain ujan-ujanan
kamu ga takut sakit kalo hujan-hujanan?” tambahku.
“ Sakit..? Aku ga bakalan sakit karena hujan-hujanan, lagian juga udah biasa kok.”
Jawabnya.
“udah biasa kaya gini dan ga akan sakit? Jadi kamu udah sering ujan-
ujanan?”tanya ku.
“yupz, aku emang sering ujan-ujanan kalo lagi ujan” jawab dia.
“hah serius? Kamu gila ya? Apa alasan kamu suka ujan-ujanan?” ucapku ketus.
“em... apa ya, kayanya ga ada alasan deh, tapi dengan ujan-ujanan aku ngerasa ga
sendirian dan kesepian. Tapi aku ga gilakan dengan suka bermain hujan?” jawabnya.
“ ngga gila sih, Cuma mungkin aneh aja sih,hehehehe.” Jawab ku sambil nyengir.
“Sen ini geh, aku kenalin sama hujan di bisa jadi temen yang baik loh.” Ucapnya
sambil menarik tangan ku .
Aku pun mulai basah kembali karena hujan.
“tutup mata kamu angkat tangan dan wajah kamu ke atas, rasakan setiap tetes air
ujan yang jatuh ke wajah kamu.” ucapnya
“sakit Ren.” Ujarku, karena memang wajah ku terasa sakit.
“udah tahan aja, sekarang coba bayangin orang yang paling kamu sayangin.”
Bisiknya di telingaku.
Aku pun mengikuti apa yang diucapkan Rena. Ajaib aku teringat akan kenangan
ku dengan almarhum ibuku. Aku ingat tentang hangat pelukannya suara merdunnya
di saat aku hendak terlelap dalam tidur, serta kegemarannya menikmati indahnya
gemulai senja. Tak terasa semua kenangan itu membuat mataku menangis.
“makasih ya Ren, aku jadi teringat semua kenangan dengan almarhum ibuku.”
Ucapku dengan lirih.
“ sama-sama.” Ucapnya dengan tersenyum.
Aku menyeka air mata ku “kamu bisa main basket kan?” tanyaku.
“bisa dong, jago malah.” Ucapnya dengan tengil.
“yaudah ayo ke lapangan yang ada di taman.”
Aku pun meninggalkan motorku di halte dan Aku berjalan dengan Rena menuju
lapangan basket yang ada di taman.
Rupanya Rena jago juga bermain basket hamper saja aku kalah darinya. Hari
semakin sore namun hujan hanya sedikit mereda, aku dan Rena memilih pulang
dengan nenerabas hujan kembali. Sepanjang perjalanan kami banyak bercerita. Aku
menjadi tahu nama lengkapnya, SERENADE DESTINYI sebuah naman yang unik
sama seperti hobinya. Tanpa terasa kami sudah tiba di depan rumahnya.
“makasih ya Ren, udah ngenalin aku dengan temen kamu.” Ujarku.
“ia sama-sama, oh ya makasih udah di anterin.” Balas Rena.
“Ren kamu mau ga kalo kapan-kapan kita melihat senja?” tanyaku padanya.
“pasti aku maukok.” Ucapnya.
Aku kemudian pulang menuju rumah ku dengan badan yang terasa dingin di
sertai pengalaman yang menyenangkan.

********

Menurut prakiraan cuaca hari ini akan cerah sepanjang hari. Aku pun berencana
untuk bersepedah disekitaran taman kota sore nanti.
Senja adalah moment favorit almarhum ibuku, dahulu ia sering sekali mengajak
kami sekeluarga untuk menikmati senja di taman kota ini. Selain taman kota, jika
ayah sedang tidak sibuk iya sering mengajak pergi ke pantai untuk menikmati senja
dan menghabiskan malam disana.

********
Tak terasa hampir ujian semester akhir di kelas 2, aku dan Rena semakin dekat.
Kami sering belajar ,bermain hingga pergi bersama. Hari ini, adalah hari pertama
ujian kenaikan kelas. Namun, sudah hampir bel berbunyi Rena masih belum
nampak. Masa iya Rena bangun kesiangan lagi, karena memang ia sering sekali
terlambat bangun pagi.
KRING.........KRING........ Tak terasa bel pun sudah berbunyi tapi rena masih belum
tampak juga. Setelah selesai ulangan aku mencoba untuk menuju ruang ujiannya.
namun rena tak nampak disana. Aku bertanya pada teman-temannya rupanya ia
tidak hadir.
Satu minggu ulangan rena tidak hadir aku pun penasaran kemanakah rena
sebenarnya karena setiap aku telfon selalu tidak terhubung. Akhirnya, aku mencoba
mendatangi rumahnya. Namun, disana tidak ada orang dan gerbangnya pun
terkunci. Beberapa kali aku mencoba mendatangi rumahnya namun hasilnya sama
saja. Aku selalu beranya-tanya “ kemanakah Rena sebenarnya, menghilanh tanpa
kabar seperti ini.”
Hingga satu hari di saat liburan hp ku berdering
Kring.....kring.... kulihat dilayar sebuah nomor tak dikenal, aku pun
mengangkatnya.
“Hallo, Sena” suara dari sebrang telfon.
“Rena?” tanyaku dengan perasaan kaget sekaligus senang.
“kok kamu tau kalo ini aku?” tanya rena dari sebrang telfon.
“ya tau lah, kan Cuma kamu yang manggil aku Sena.” Ujarku.
“oh iya ya heheheh.” Balasnya dengan tertawa.
“Ren kamu kemarin kemana aja? Ulangan kenapa ga ikut? di telfon ga
bisa,sampe-sampe aku kerumah kamu tapi ga ada orang.” Tanyaku.
“satu-satu oi nanyanya.” Celetuknya.
“hehehehe.” Aku sedikit tertawa mendengar celetukanya.
“aku kemarin ada acara keluarga, aku juga ikut ulangan ko.” Tuturnya.
“terus kenapakamu ga bisa telfon aku, itu gara gara hp ku ilang.” Tambahnya.
“ oh... begitu.” Jawab ku tapi entah kenapa aku tidak begitu yakin.
Kami berbicara panjang lebar hingga akhirnya ia pun pamit menutup telfon.
Tetepi sebelum menutup telfon ada satu hal yang kurasa aneh, iya tiba-tiba bertanya
tentang senja. Ya memang aku pernah berjanji untuk mengajaknya menikmati senja ,
tetapi tidak biasanya iya menayakan hal itu. Ada apakah gerangan?

********

Mingu sore di hari akhir aku berencana mengajak rena menikmati senja di taman.
Aku pun mengeluarkan sepedahku untuk menjemput rena. Namun di perjalanan
awan mulai kelabu seperti akan turun hujan. Aku pu sampai di depan rumah rena,
dan di suruh mengunggu di teras. Tiba-tiba hujan turun, aku berfikir pasti akan
gagal karena hujan. Rena pun keluar dari dari kamarnya dan duduk di sampingku.
“ren hujan kayanya kita gabis melihat senja deh?” ujarku.
“ya mau gimana lagi,namanya juga hujan.” Ujarnya.
“Ren gimana kalo kita hujan-ujanan ke taman kota?” tawarku.
“oke.” Ujarnya. Akhirnya kamipun memilih hujan hujanan ketaman kota dengan
berboncengan sepedah. Belum sampai taman hujan mulai mereda menjadi gerimis
kecil. Awan mendung menghilang dengan perlahan dan terganti oleh guratan warna
jingga. Aku dan rena pun tersenyum bahagia kami pun menikmati senja di taman.
Ya hutang ku kepada rena tuntas. Di saat melihat senja rena mebicarakan tentang
kenapa ia tidak hadir dan menyampaikan padaku bahwa ia akan pindah sekolah lagi.

Anda mungkin juga menyukai