Di awal aku masuk sekolah sma. Aku bertemu dengan perempuan berparas
cantik keturunan barat. Tidak banyak yang aku ketahui tentangnya. Aku hanya
melihatnya sekilas di kantin sekolah. Ya, saat aku sedang makan nasi uduk di
kantin. Aku hanya melihat dari kejauhan. Awalnya aku tidak mengetahui
namanya, dan rasa-rasanya Aku ingin berkenalan dengan nya. Tapi sial dia sudah
jalan lebih dulu. Hingga semalaman aku masih memikirkan nya. Apakah ini yang
dinamakan cinta pandangan pertama?, entahlah. Aku sangat menyesal tidak
berani untuk berkenalan dengan nya.
Pada waktu-waktu nganggur aku sering aku membayangi wajahnya sambil
mengandai-ngandai; betapa, betapa, betapa cantiknya wanita itu.
Aku mencintaimu bukan karena ingin memiliki apa yang ada di dirimu
Dalam tangis air mata ataupun dalam Cinta yang terpendam dalam rahasia.
DENBERG
Aku lihat raut wajah Arabella mulai berubah. Aku lihat wajahnya tampak haru.
Apakah dia akan menerima cintaku?. Tiba-tiba saja Arabella membalikan kertas
dan mengambil pulpen dari saku kantong bajunya dan menuliskan sesuatu. Lalu
memintaku untuk membacanya. Aku pun langsung membacanya..
Aku menerima cintamu Denberg seperti lautan di samudera luas
ARABELLA.
Tak terasa bel pun berbunyi. Menandakan bahwa jam istirahat kami telah habis.
Aku dan Arabella segera meninggalkan taman sekolah. Dan segera menuju kelas.
Taman sekolah dan Sman12 adalah saksi cinta kita.
Lagi pula, bukankah perasaan saat jatuh cinta itu lebih mendebarkan hati, lebih
indah. Lebih menggelisahkan, lebih mengharungkan seperti balon yang terus di
pompa. Membesar, dan saat cinta di terima dia adalah balon yang telah di lepaskan
terbawa angin, tak ada lagi rasa cemas dan khawatir balon akan meledak karena
terlalu kencang di pompa. Sedangkan cinta yang di tolak adalah balon yang pecah,
membuyarkan impian, menerbitkan kehampaan.
KEJUTAN TUHAN
Apa yang kita jalani hari ini tidak pernah kurencanakan. Tiba-tiba saja
sekolah mempertemukan kita. Kamu dan aku sepakat menjalin kasih. Banyak
orang yang mengatakan mencintai wanita itu sangat menyiksa. Tapi, sebenarnya
yang menyiksa itu adalah: mencintai orang yang tidak mencintaimu. Aku mencoba
memahami sifatmu yang masih asing untuk aku. Begitu pula kamu yang dengan
senang hati selalu menerima aku apa adanya. Walaupun terkadang kamu suka
bersifat egois. Tapi bukankah cinta sejati itu cenderung nggak realistis dan egois?.
Ah, entahlah. Aku mencintaimu karena aku selalu merindukanmu. Namun, seperti
pertanyaan yang kubisikan pada rembulan malam itu, apakah kau juga sedang
merindukanku?. Waktu telah menautkan hati kita. Jangan katakan aku seorang
pria muda yang patah hati parah. Tapi jika di tanya apakah aku merindukan sosok
perempuan yang mencintaiku dengan jujur dan hati yang tulus? Dengan berat hati
kujawab, iya tepat sekali. Dan beruntung sekali tuhan mengirimkan kamu
kepadaku. Kita dua orang yang memiliki hobi berbeda. Aku lebih menyukai hal-hal
yang sepi, tidak terlalu suka dengan keramaian. Jika pun ingin menikmati waktu
denganmu. Aku lebih suka menghabiskan waktu berdua. Menikmati angin yang
bertiup lembut, sambil menikmati udara dingin di puncak gunung. Atau menatap
senja di ujung pantai yang tak begitu ramai. Sementara kamu lebih suka hal
sebaliknya. Kamu suka hal-hal yang heboh, sesuatu yang meriah. Kamu suka
tempat-tempat yang tidak membuatku nyaman sebelumnya. Beberapa kali kita
juga harus belajar saling memahami.
Sebagai orang yang menekuni kegiatan mendaki gunung sejak beberapa
tahun yang lalu. Aku pernah memiliki berkeinginan memiliki kekasih yang sehobi
denganku. Namun, tuhan mengirimkan kamu kepadaku. Bukan orang yang
menekuni kegiatan mendaki gunung. Kamu malah lebih hobi menyanyi. Kamu
pernah berkata kepadaku menyanyi membuatmu bahagia. Sama sepertiku
mendaki gunung membuatku mencintai alam. Sejak hari itu aku sadar satu hal.
Terkadang, kita tidak butuh orang yang paham dunia kita. Orang yang sekegiatan
sama kita. Yang kita butuhkan adalah orang yang mau menerima dunia kita. Yang
sama-sama mau belajar saling memahami. Meski sebelumnya kita tidah tahu
apa-apa satu sama lain.
Kini kita telah sepakat saling menjaga dan saling memahami satu sama lain. Meski
terkadang kita suka berdebat untuk hal-hal yang belum sepenuhnya kita pahami.
Tak apa-apa. Itu wajar saja. Selama aku dan kamu percaya satu hal. sehebat
apapun kita bertengkar dan berdebat, percayalah rasa sayang kita jauh lebih
besar daripada itu. Hal yang harus kembali kita pelajari. Kita tidak boleh terlarut –
larut dan merawat emosi buruk. Agar apapun yang kita jaga tetap terawat dengan
utuh dan bahagia. Dulu aku membayangkan kelak saat aku sampai puncak
gunung. ada seseorang yang menemani di sampingku dan membuatkan aku
secangkir teh hangat. Dan orang itu adalah kamu.
“Selamat Pagi” ucapku lewat pesan chat.
“Pagi kembali” ucapnya.
“Kamu ada waktu kosong hari ini? Kalau ada bersediakah kamu
menemaniku ke toko buku” tanyaku
“Ada kok. Hari ini aku tidak kemana-mana. Jam berapa memangnya pergi
ke toko bukunya?”
“Siang nanti. Mungkin sekitar jam set2an. Mau kita ketemuan atau aku
jemput kamu?”
“Boleh kalau ingin menjemputku. Sekalian biar ku kenalkan ke orang tua
hahaha nanti aku sharelock alamat rumahku”.
“ Ok. Sampai jumpa nanti”.
Aku tidak tahu apakah orang tuanya welcome kepadaku atau tidak. Dan aku tidak
tahu apakah orang tunya merasa senang bila aku menjadi kekasihnya Arabella.
Tapi ada satu hal yang kuyakini. Cinta tidak memandang kamu dari kalangan mana
kamu lahir. Dan cinta tidak saling memandang, namun melihat ke arah yang sama.
Waktu sudah hampir menunjukan jam 1 siang aku harus segera prepare dan rapi-
rapi. Untuk menjemput Arabella. Segera aku chat dan meminta alamat rumahnya.
“Arabella. Mana alamat rumahmu?” tanyaku.
“Sebentar aku kirim yaa”.
“Terimakasih. Kamu rapi-rapi saja dulu sambil menunggu aku
menjemputmu”.
Aku segera bergegas pergi ke rumah Arabella. Dan aku harus siap bertemu
dengan orang tuanya. Dengan motor andalanku motor supra aku pergi
kerumahnya. Dan langsung saja meminta izin ke orang tuanya. Ada sedikit
perasaan gugup ketika aku bertemu dengan orang tuanya.
“Selamat siang, om. Saya Denberg om temen sekolahnya Arabella. Mau
ngajak dia menemani saya untuk ke toko buku. Sambil jalan-jalan sekalian ”
ucapku dengan perasaan yang gugup dan tak karuan
“Teman. Atau teman tapi mesra? Kalian pacaran ya?.” Tanyanya sambil
tertawa.
“Hehehe. Bisa dibilang sih seperti itu. Saya berjanji akan menjaga Arabella,
om”. Tegasku
“Yasudah om percaya kepadamu. Yasudah sana katanya mau pergi ke toko
buku”.
“Terimkasih, om. Saya pamit dulu ya. Assalamualaikum”. Ucapku sambil
mencium tangan kedua orang tua Arabella.
“Walaikumsallam.Hati-hati di jalan.” Jawabnya.
Ternyata tidak seperti yang aku bayangkan. Aku kira bokapnya Arabella itu galak.
Ternyata tidak. Mungkin itu cuman pikiran aku saja.
“Aku kira ayahmu itu galak, Arabella”. Gurauku
“Ayah dan ibu tidak galak. Walaupun wajah ayah terlihat galak tapi hatinya
baik. Bahkan dengan orang baru sepertimu dia sangat akrab bercanda-canda”
Kami pun pergi menuju toko buku menggunakan motor astrea yang aku punya.
Cuaca hari ini sangat mendukung walaupun agak mendung. Tapi udara nya sangat
sejuk dan dingin, walaupun siang hari. Sesekali aku rasakan sentuhan Arabella
memelukku.
“Kalau mau peluk aku jangan ragu-ragu gitu dong” candaku
“Emang nya mau aku peluk?” Tanya Arabella dengan wajah agak kemerah-
merahan. Mungkin dia agak malu untuk memeluku.
“Boleh kalau kamu maksa”
“Hahahahaha” Arabella tertawa sambil memelukku.
Jujur aku ingin seperti ini terus. Aku tidak ingin jauh dari dirinya. Hati ini sudah
dibuat begitu nyaman olehnya. Aku ingin kita terus bersama.
“Arabella. Kamu tahu bahwa yang fana itu hanyalah waktu, cinta kita itu
abadi”.
Arabella tidak menjawab tetapi ia malah memelukku dengan sangat
kencang. Seolah-olah dia takut bila aku pergi. Aku pun sama seperti itu aku sangat
takut kehilangan Arabella. Sesampainya di toko buku. Aku pun langsung mencari
buku yang ingin aku baca. Aku mencari bersama Arabella. Setelah kita
menemukan bukunya. Kami langsung menuju pulang. Di saat perjalanan pulang
hujan tiba-tiba saja turun. Kami pun segera mencari tempat untuk berteduh. Di
depan aku lihat ada sebuah warung bakso. Alangkah baiknya kita memakan bakso
bersama sambil menunggu hujan reda. Walaupun baju kita sedikit basah. Aku
melihat Arabella kedinginan. Segera aku menyuruh pelayan bakso nya untuk
membuatkan kita teh hangat dan aku pinjamkan jaket yang aku pakai ke Arabella
agar tubuhnya merasa hangat.
“Ini pakai dulu jaketku agar tubuh kamu hangat. Aku tahu yang kamu
butuhkan adalah jaketku untuk menghangatkan tubuhmu dan juga teh hangat”.
“Hahahaha. Kamu itu, ya. Selalu tahu apa yang aku butuhin”.
Setelah kami selesai memakan bakso. Dan hujan pun sudah sedikit reda. Kami
langsung melanjutkan perjalanan. Sebenernya aku ingin menahanmu agar tidak
pergi. Kamu dan hujan adalah dua hal berbeda yang aku cintai dengan segenap
hatiku. Hujan membawau kepadaku, meyakinkan hatiku untuk jatuh kepadamu.
Dan air hujan yang turun bisa hilang oleh waktu, namun cintaku kepadamu tidak
akan pernah habis oleh waktu.
“Sampai jumpa hari senin di sekolah. Jangan dulu kamu kirim rindu biar aku
tahu nikmatnya sepi” ucapku
“hahahaha. Rindu ini milikmu, Denberg. Hati-hati dijalan”.
Aku pun pergi meninggalkan Arabella. Sesaat aku di jalan tiba-tiba saja aku
merindukan pelukan hangatnya. Merindukan sosoknya. Ah, entahlah padahal aku
baru saja bertemunya.
Malam
Baru saja aku menghabiskan waktuku bersamamu. Tapi entah mengapa
malam ini aku sangat merindukan sosokmu. Di ujung malam bersisian gundah
aku masih saja menggumuli pekat dalam buaian desir lewat terpa sang angin
kesunyian pun kian menampar hati. Sementara gerimis mulai meluruh jatuh
rintiknya menghantar irama sendu apakah kamu merindukanku? Lelapkah
dalam buaian mimpi atau tengah menekuri cakrawala seperti tadi sore kita
lakukan berdua? Meradang aku lantaran ketiadaanmu di sisiku pekik hati
seperti lagi tak memiliki makna. Maka jangan biarkan aku sendiri, sebab aku
terbiasa denganmu. Maka jangan biarkan gelap menguasai, sebab aku merasa
mati. Dan aku ingin belajar pada malam bagaimana membisikan suara yang
lebih lirih daripada sepi. malam mengajariku mengucapkan cinta lewat mimpi-
mimpimu. Aku ingin berguru pada malam bagaimana menahan gigil yang lebih
dingin daripada angin yang menyajikan hangat ke tubuhku. Aku ingin bertanya
pada malam bagaimana menerbitkan rasa yang tiba-tiba menjadi ilalang, luas
dan liar malam membimbingku menjabat tanganmu. Tidak betah aku menahan
rindu langsung saja aku menelpon Arabella dan bertanya
“Arabella, tadi ada angin tidak yang menitipkan rindu?
“Haa, angin menitipkan rindu kepadaku?” heran nya.
“Memangnya angin tidak menyampaikan? Hahaha sudah kelewatan dia.
Aku kira kamu merasakan rinduku”. Gelisahku di iringi dengan tawa
“Tadi itu aku menitipkan rindu kepada angin yang berhembus yang perlahan
menyelusuri malam yang syahdu dan aku berharap kamu merasakan rinduku”
sambungku.
“Tadi sore kamu bilang kepadaku jangan dulu mengirim rindu agar kamu
menikmati sepi. Tapi sekarang malah merindukan ku hahaha” gurau nya
“Aku tidak kuat menahan rindu lama-lama. Yasudah kamu jangan begadang
tidur sana” ucapku
“Tidak mau ucapkan aku selamat malam dan selamat tidur?” resahnya
“selamat malam dan selamat tidur”
Trenggg, trenggg, trengg* bel jam istirahat berbunyi. Aku pun menuju kelas
Arabella. Tidak jauh dari kelasku. Arabella itu anak 11 IPA. Dan Aku 11 IPS.
Walaupun berbeda jurusan. Tapi hati kita memilki kesamaan, sama-sama saling
mencintai satu sama lain. Aku pun menemui Arabella yang sedang fokus bermain
hp.
“Boleh aku meminta selembar kertas?” pintaku.
“Untuku apa? menulis puisi?” Tanya Arabella sambil merobek kertas
untukku.
“Lihat saja nanti” Aku pun menulisnya dan memberikannya kepada
Arabella.
“Baca nih” ucapku. Sengaja aku lipat kertasnya.
UNDANG-UNDANG CINTA TAHUN 2019
Penerbit : Denberg
Pembukaan bahwa sesungguhnya kemesraan itu ialah hak segala manusia.
Dan oleh sebab itu maka kemesraan di seluruh dunia harus dilakukan karena telah
sesuai dengan pri berpacaran dan pri kerinduan. Dan oleh sebab itu Denberg
memutuskan untuk menjadi kekasih abadi Arabella.
Smandas, 2019.
Arabella pun tidak menjawab apa-apa. sesekali aku lihat dia tersenyum.