Anda di halaman 1dari 18

ORANG MEMANGGILKU : VANDENBERG

Di awal aku masuk sekolah sma. Aku bertemu dengan perempuan berparas
cantik keturunan barat. Tidak banyak yang aku ketahui tentangnya. Aku hanya
melihatnya sekilas di kantin sekolah. Ya, saat aku sedang makan nasi uduk di
kantin. Aku hanya melihat dari kejauhan. Awalnya aku tidak mengetahui
namanya, dan rasa-rasanya Aku ingin berkenalan dengan nya. Tapi sial dia sudah
jalan lebih dulu. Hingga semalaman aku masih memikirkan nya. Apakah ini yang
dinamakan cinta pandangan pertama?, entahlah. Aku sangat menyesal tidak
berani untuk berkenalan dengan nya.
Pada waktu-waktu nganggur aku sering aku membayangi wajahnya sambil
mengandai-ngandai; betapa, betapa, betapa cantiknya wanita itu.

Suatu Hari Hujan di Halte


Sekolah .

Hujan semakin deras. Aku berdiri kedinginan di halte sekolah, berteduh


sambil menunggu hujan reda. Tiba-tiba saja, tanpa aku sadari. Aku berdiri tepat di
samping wanita cantik ini. Aku tidak ingin menyesal untuk yang kedua kalinya.
Aku beranikan untuk berkenalan denganya.
“Hi” sapa aku
Kini mataku berhadapan denganya. Untuk beberapa saat, kami saling terdiam. Dia
menatapku heran. Dan aku tiba-tiba saja gugup. Menyadari apa yang baru saja
aku lakukan. Kenapa aku menyapa nya yang membuat dia berhadap-hadapan
denganku.
“Ya, ada apa?” ucapnya memecahkan keheningan.
“Siapa, namamu?” tanyaku memberanikan diri.
“Arabella. Ada apa”? ucapnya.
“Arabella, saja?” jawabku.
“Bukan. Arabella. Nggak pakai saja” tanya Arabella.
“A-Aku Vandenberg, kamu boleh panggil aku Denberg” balasku menyambut
uluran tangannya.
Aku memberanikan diri untuk mengajaknya duduk sebentar dengan alasan tidak
enak mengobrol sambil berdiri. Sekaligus menunggu hujan reda. Aku tidak akan
pernah melupakan momen ini dia sudah menganggu pikiranku malamku sejak
pertama kali aku melihatnya. Kali ini aku tidak akan membiarkan dia pergi begitu
saja.
“Kamu pulang naik apa?”
“Naik ojek online” tegasnya.
“Mau kuantar?”
“Tidak perlu.” Dia tersenyum
“memangnya dimana rumah kamu?” tanyaku
“Tidak jauh. Dekat dari daerah sekolah. Hanya beberapa kilometer saja.”
Jawabnya.
Hujan pun sudah mulai reda. Dan ojek online yang menjemput Arabella juga
sudah datang.
“Maaf, Denberg, sepertinya aku harus pulang duluan...” ucapnya
“Kalau kamu tidak keberatan boleh aku meminta nomer handphone kamu,
maksudku kita bisa ngobrol lagi setelah ini”
Aku butuh beberapa detik untuk menunggu Arabella mengangguk. Lalu,
tersenyum dan menyebutkan nomor ponselnya.
“Terimakasih” ucapku.
Lalu ia pergi. Dan meninggalkan senyum. Aku sadar. Aku terlalu aktif
mendekatinya. Tidak apa-apa. Yang penting penasaranku sudah hilang dan aku
memiliki nomor ponselnya. Sejujurnya aku sangat gugup, entah mengapa aku
terlalu banyak berbicara. Tidak lama saat Arabella pergi. Aku pun bergegas
pulang.
Ada perasaan yang tak bisa kuelakan di dada. Dia meletup-letup setiap kali aku
mengingat Arabella. Wanita yang hari ini kutemui lagi. Tidak hanya nama bahkan
ia mau memberikan nomernya handphonenya. Aku menatap langit kamar-
kamarku. Semuanya seolah-olah membawaku kepada angan-angan.
Apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama?, aku tidak bisa
mengatakan itu. Semua orang mengatakan itu hal yang klasik dan klise. Sekaligus
tidak masuk akal dan kekanak-kanakan. Tetapi apa yang masuk akal mengenai
cinta? Aku jatuh cinta padamu dan kau tidak pernah tahu.

SEKOLAH DAN KEJUTAN


Pelan tapi pasti. Aku mulai tahu sedikit demi sedikit tentang Arabella.
Walaupun kita satu sekolah tapi kita sangat jarang bertemu. Beberapa hari
belakangan kami malah intens berkomunikasi via telpon. Aku dan Arabella mulai
bertukar cerita.
Pagi itu. Saat aku berangkat sekolah aku melihat Arabella sedang berjalan menuju
sekolah. Memang rata-rata anak-anak sekolah di smandas banyak yang berjalan
kaki untuk menuju sekolah, namun Arabella beda dari yang lain. Kebanyakan
mereka yang berjalan kaki bersama teman, namun dia sendirian. Dan aku
membawa motor ke sekolah. Aku hampiri dia.
“selamat pagi” sapaku
“pagi” jawabnya
“Boleh aku tebak”
“tebak apa” heran Arabella
“Aku tebak kita akan bertemu di gerbang sekolah” sahutku
Arabella tidak menjawab hanya tersenyum. Mungkin itu cukup baginya.
“Mau bareng?” tanyaku.
“makasih. Udah deket”
“Oke. Duluan ya!” lalu aku pergi meninggalkan Arabella.
Waktu istirahat aku ingin keluar untuk membeli jajanan ringan. Malas di kantin
terlalu ramai. Aku benar bertemu dengan Arabella dan dua temannya Hana dan
Anni. Aku lihat dia membawa selembar kertas. Mungkin mau pergi ke tukang
fotocopy.
“Betulkan tebakan aku, kita akan bertemu di gerbang sekolah”.
“Ya. Tapi aku pergi kesini bukan untuk bertemu denganmu. Melainkan
untuk ke tukang fotocopy”. Tegasnya. Dengan wajah agak sedikit judes.
“Jangan judes. Nanti jatuh cinta” Jawabku sambil tersenyum.
Pelajaran di sekolah telah selesai. Aku pun berjalan pulang bersama temanku
Amied dan Robert. Mereka berdua adalah sahabatku. Di saat perjalan pulang aku
bertemu dengan Arabella yang sedang menunggu jemputan nya. Aku menyuruh
temanku untuk pulang lebih dulu saja. Aku pun menghampiri Arabella yang
berdiri di dekat gerbang sekolah.
“Pulang dengan siapa?” tanyaku.
“Dengan paman”.
“Mau aku antar pulang?” .
“Tidak, terimakasih. Aku pulang dengan pamanku saja”.
“Arabella, percayalah. Suatu saat kamu akan aku antar pulang bersamaku”.
Namanya juga bercita-cita. Harus pede supaya tergapai.

Sebentar judes, sebentar manis. Muka kamu yang asliyang


manasih?
PERASAAN CINTAKU
KEPADA ARABELLA
Perasaanku terhadap Arabella semakin menjadi-jadi. Sikapnya yang dingin
semakin membuatku bersemangat untuk menjadi kekasihnya. Aku dan Arabella
bersepakat untuk bertemu hari ini di taman sekolah saat jam istirahat, karena
memang ada hal yang penting yang ingin aku bicarakan. Kabar baik sekaligus
buruk. Baiknya Arabella bersedia untuk bertemu denganku di sekolah, dan
buruknya kita tidak bisa ngobrol lama-lama karena memang waktu istirahat di
sekolah sangat cepat hanya 30 menit saja. Bel jam istirahat pun berbunyi aku
langsung saja pergi ke taman sekolah takut Arabella sudah menunggu. Sesudah
sampai di taman ternyata Arabella belum datang. Mungkin karena aku terlalu
cepat atau terlalu bersemangat bertemu denganya. Dengan selembar kertas dan
seuntai puisi yang ku tulis tidak lupa juga aku tanda tangani dan juga coklat. Ya,
aku ingin meyatakan perasaanku kepada Arabella. Urusan dia menerima atau
tidaknya itu belakangan, yang terpenting aku harus berani menyatakan cinta
kepadanya. Karena jatuh cinta itu memang mudah sementara menyatakan cinta
bukan hal mudah. Tapi kalau sudah merasakan yang pertama, bukankah hal
kedua akan menjadi semakin mudah?. Tidak lama aku menunggu aku melihat
Arabella dari kejauhan sedang menuju kesini dan menghampiriku. Aku harus siap
dan menerima resikonya apabila Arabella tidak menerima cintaku.
“Maaf jika harus menunggu. Sudah lama kamu datang kesini?, tadi aku
membeli jajanan ringan dulu di kantin bersama Annemie” jelasnya.
“Belum lama kok. Saat bel istirahat aku langsung pergi ke sini”
“Oh ya. nanti kamu pulang naik apa?” tanyaku
“Aku di jemput paman kayaknya deh nanti”.
“Katanya tadi ada yang mau di omongin penting. Memang nya ada apa?”
tanya Arabella
“Oh ini..anu..Aku mau ngasih ini coklat untukmu dan selembar kertas
untukmu. Seterah kamu sih kertasnya mau di buka disini, atau di kelas atau
mungkin di rumah. Tapi wajib di baca ya”.
Arabella memandangku dengan wajah agak kemerah-merahan dan senyuman.
Mungkin dia kaget, tidak menyangka kalau akan kuberikan coklat dan selembar
kertas.
“Oh,...kalau boleh tahu apa isi di dalam kertas ini?” tanya Arabella dengan
wajah penasaran.
“Maaf. Aku tidak ingin memberi tahunya. Kalau kamu penasaran kamu bisa
buka sekarang”
Arabella pun membuka kertasnya. Tetapi belum membuka coklat yang
kuberikan. Dengan wajah penasaran dia memandangku sambil membuka
kertasnya pelan-pelan..lalu membacanya..
Mungkin aku bukanlah cinta yang paling sempurna

Dan dicintaimu adalah kesempurnaan kebahagiaan hatiku.

Aku mencintaimu seperti seperti bunga mencintai keharuman nya

Seperti hujan mencintai tetesan airnya

Seperti bulan dan bintang mencintai langit malamnya

Seperti indahnya senja mengantar malam

Seperti daun yang mencintai embun pagi

Jantung ini tidak akan pernah berdetak

Tapi jika tuhan mengizinkan selama jantungku berdetak

Ijinkan aku mencintaimu dalam ketulusan

Aku mencintaimu bukan karena ingin memiliki apa yang ada di dirimu

Hanya ingin melihatmu tersenyum setiap harinya

Melukis rasa bahagia di setiap titian hidupmu


Aku mencintaimu bukan karena aku kagum pada dirimu

Hanya ingin membuatmu sempurna

Meski aku tidak bisa sempurna

Aku mencintaimu bukan kemarin atau saat ini

Tapi percayalah aku mencintaimu sepanjang hari

Haruskah kutulis semua kerinduanku

Agar sedikit saja kamu mengerti mengapa aku menanti cintamu

Selembar doa aku layangkan padamu

Berharap kau tetap di sampingku

Menemani lingkar hidup meski aku tahu

Aku tak mampu memilikimu

Hanya lewat guratan kata

Kuhanturkan segenap rasa yang kupendam dalam puncak asmara

Takkan hilang dalam hitungan massa

Jika tuhan mengijinkan

Ijinkan aku mencintaimu dan menyayangimu dalam derai tawa

Dalam tangis air mata ataupun dalam Cinta yang terpendam dalam rahasia.

Arabella maukah kamu menua bersamaku?.

DEPOK, 19 SEPTEMBER, 2019

DENBERG

Aku lihat raut wajah Arabella mulai berubah. Aku lihat wajahnya tampak haru.
Apakah dia akan menerima cintaku?. Tiba-tiba saja Arabella membalikan kertas
dan mengambil pulpen dari saku kantong bajunya dan menuliskan sesuatu. Lalu
memintaku untuk membacanya. Aku pun langsung membacanya..
Aku menerima cintamu Denberg seperti lautan di samudera luas

Tenang nan anggun tanpa batas


Begitu kuat dan dalam dasarnya

Melalui badai dan hujan deras

Kita lewati bersama tanpa sesal di hati

Hatimu begitu tulus mencintaiku dan cintaku begitu manis

Aku menerima cintamu dalam setiap jantungku

Kita adalah satu untuk selamanya.

DEPOK, 19 SEPTEMBER, 2019

ARABELLA.

Pernyataan itu benar-benar membuat aku bahagia. Ternyata Arabella menerima


cintaku. Dan berkata :
“di taman sekolah ini mari satukan jari kelingking kita. Mari berjanji untuk
terus bersama, saling mencintai dan jangan pergi” Tegasnya.

Tak terasa bel pun berbunyi. Menandakan bahwa jam istirahat kami telah habis.
Aku dan Arabella segera meninggalkan taman sekolah. Dan segera menuju kelas.
Taman sekolah dan Sman12 adalah saksi cinta kita.

Lagi pula, bukankah perasaan saat jatuh cinta itu lebih mendebarkan hati, lebih
indah. Lebih menggelisahkan, lebih mengharungkan seperti balon yang terus di
pompa. Membesar, dan saat cinta di terima dia adalah balon yang telah di lepaskan
terbawa angin, tak ada lagi rasa cemas dan khawatir balon akan meledak karena
terlalu kencang di pompa. Sedangkan cinta yang di tolak adalah balon yang pecah,
membuyarkan impian, menerbitkan kehampaan.
KEJUTAN TUHAN
Apa yang kita jalani hari ini tidak pernah kurencanakan. Tiba-tiba saja
sekolah mempertemukan kita. Kamu dan aku sepakat menjalin kasih. Banyak
orang yang mengatakan mencintai wanita itu sangat menyiksa. Tapi, sebenarnya
yang menyiksa itu adalah: mencintai orang yang tidak mencintaimu. Aku mencoba
memahami sifatmu yang masih asing untuk aku. Begitu pula kamu yang dengan
senang hati selalu menerima aku apa adanya. Walaupun terkadang kamu suka
bersifat egois. Tapi bukankah cinta sejati itu cenderung nggak realistis dan egois?.
Ah, entahlah. Aku mencintaimu karena aku selalu merindukanmu. Namun, seperti
pertanyaan yang kubisikan pada rembulan malam itu, apakah kau juga sedang
merindukanku?. Waktu telah menautkan hati kita. Jangan katakan aku seorang
pria muda yang patah hati parah. Tapi jika di tanya apakah aku merindukan sosok
perempuan yang mencintaiku dengan jujur dan hati yang tulus? Dengan berat hati
kujawab, iya tepat sekali. Dan beruntung sekali tuhan mengirimkan kamu
kepadaku. Kita dua orang yang memiliki hobi berbeda. Aku lebih menyukai hal-hal
yang sepi, tidak terlalu suka dengan keramaian. Jika pun ingin menikmati waktu
denganmu. Aku lebih suka menghabiskan waktu berdua. Menikmati angin yang
bertiup lembut, sambil menikmati udara dingin di puncak gunung. Atau menatap
senja di ujung pantai yang tak begitu ramai. Sementara kamu lebih suka hal
sebaliknya. Kamu suka hal-hal yang heboh, sesuatu yang meriah. Kamu suka
tempat-tempat yang tidak membuatku nyaman sebelumnya. Beberapa kali kita
juga harus belajar saling memahami.
Sebagai orang yang menekuni kegiatan mendaki gunung sejak beberapa
tahun yang lalu. Aku pernah memiliki berkeinginan memiliki kekasih yang sehobi
denganku. Namun, tuhan mengirimkan kamu kepadaku. Bukan orang yang
menekuni kegiatan mendaki gunung. Kamu malah lebih hobi menyanyi. Kamu
pernah berkata kepadaku menyanyi membuatmu bahagia. Sama sepertiku
mendaki gunung membuatku mencintai alam. Sejak hari itu aku sadar satu hal.
Terkadang, kita tidak butuh orang yang paham dunia kita. Orang yang sekegiatan
sama kita. Yang kita butuhkan adalah orang yang mau menerima dunia kita. Yang
sama-sama mau belajar saling memahami. Meski sebelumnya kita tidah tahu
apa-apa satu sama lain.
Kini kita telah sepakat saling menjaga dan saling memahami satu sama lain. Meski
terkadang kita suka berdebat untuk hal-hal yang belum sepenuhnya kita pahami.
Tak apa-apa. Itu wajar saja. Selama aku dan kamu percaya satu hal. sehebat
apapun kita bertengkar dan berdebat, percayalah rasa sayang kita jauh lebih
besar daripada itu. Hal yang harus kembali kita pelajari. Kita tidak boleh terlarut –
larut dan merawat emosi buruk. Agar apapun yang kita jaga tetap terawat dengan
utuh dan bahagia. Dulu aku membayangkan kelak saat aku sampai puncak
gunung. ada seseorang yang menemani di sampingku dan membuatkan aku
secangkir teh hangat. Dan orang itu adalah kamu.
“Selamat Pagi” ucapku lewat pesan chat.
“Pagi kembali” ucapnya.
“Kamu ada waktu kosong hari ini? Kalau ada bersediakah kamu
menemaniku ke toko buku” tanyaku
“Ada kok. Hari ini aku tidak kemana-mana. Jam berapa memangnya pergi
ke toko bukunya?”
“Siang nanti. Mungkin sekitar jam set2an. Mau kita ketemuan atau aku
jemput kamu?”
“Boleh kalau ingin menjemputku. Sekalian biar ku kenalkan ke orang tua
hahaha nanti aku sharelock alamat rumahku”.
“ Ok. Sampai jumpa nanti”.
Aku tidak tahu apakah orang tuanya welcome kepadaku atau tidak. Dan aku tidak
tahu apakah orang tunya merasa senang bila aku menjadi kekasihnya Arabella.
Tapi ada satu hal yang kuyakini. Cinta tidak memandang kamu dari kalangan mana
kamu lahir. Dan cinta tidak saling memandang, namun melihat ke arah yang sama.
Waktu sudah hampir menunjukan jam 1 siang aku harus segera prepare dan rapi-
rapi. Untuk menjemput Arabella. Segera aku chat dan meminta alamat rumahnya.
“Arabella. Mana alamat rumahmu?” tanyaku.
“Sebentar aku kirim yaa”.
“Terimakasih. Kamu rapi-rapi saja dulu sambil menunggu aku
menjemputmu”.
Aku segera bergegas pergi ke rumah Arabella. Dan aku harus siap bertemu
dengan orang tuanya. Dengan motor andalanku motor supra aku pergi
kerumahnya. Dan langsung saja meminta izin ke orang tuanya. Ada sedikit
perasaan gugup ketika aku bertemu dengan orang tuanya.
“Selamat siang, om. Saya Denberg om temen sekolahnya Arabella. Mau
ngajak dia menemani saya untuk ke toko buku. Sambil jalan-jalan sekalian ”
ucapku dengan perasaan yang gugup dan tak karuan
“Teman. Atau teman tapi mesra? Kalian pacaran ya?.” Tanyanya sambil
tertawa.
“Hehehe. Bisa dibilang sih seperti itu. Saya berjanji akan menjaga Arabella,
om”. Tegasku
“Yasudah om percaya kepadamu. Yasudah sana katanya mau pergi ke toko
buku”.
“Terimkasih, om. Saya pamit dulu ya. Assalamualaikum”. Ucapku sambil
mencium tangan kedua orang tua Arabella.
“Walaikumsallam.Hati-hati di jalan.” Jawabnya.
Ternyata tidak seperti yang aku bayangkan. Aku kira bokapnya Arabella itu galak.
Ternyata tidak. Mungkin itu cuman pikiran aku saja.
“Aku kira ayahmu itu galak, Arabella”. Gurauku
“Ayah dan ibu tidak galak. Walaupun wajah ayah terlihat galak tapi hatinya
baik. Bahkan dengan orang baru sepertimu dia sangat akrab bercanda-canda”
Kami pun pergi menuju toko buku menggunakan motor astrea yang aku punya.
Cuaca hari ini sangat mendukung walaupun agak mendung. Tapi udara nya sangat
sejuk dan dingin, walaupun siang hari. Sesekali aku rasakan sentuhan Arabella
memelukku.
“Kalau mau peluk aku jangan ragu-ragu gitu dong” candaku
“Emang nya mau aku peluk?” Tanya Arabella dengan wajah agak kemerah-
merahan. Mungkin dia agak malu untuk memeluku.
“Boleh kalau kamu maksa”
“Hahahahaha” Arabella tertawa sambil memelukku.
Jujur aku ingin seperti ini terus. Aku tidak ingin jauh dari dirinya. Hati ini sudah
dibuat begitu nyaman olehnya. Aku ingin kita terus bersama.
“Arabella. Kamu tahu bahwa yang fana itu hanyalah waktu, cinta kita itu
abadi”.
Arabella tidak menjawab tetapi ia malah memelukku dengan sangat
kencang. Seolah-olah dia takut bila aku pergi. Aku pun sama seperti itu aku sangat
takut kehilangan Arabella. Sesampainya di toko buku. Aku pun langsung mencari
buku yang ingin aku baca. Aku mencari bersama Arabella. Setelah kita
menemukan bukunya. Kami langsung menuju pulang. Di saat perjalanan pulang
hujan tiba-tiba saja turun. Kami pun segera mencari tempat untuk berteduh. Di
depan aku lihat ada sebuah warung bakso. Alangkah baiknya kita memakan bakso
bersama sambil menunggu hujan reda. Walaupun baju kita sedikit basah. Aku
melihat Arabella kedinginan. Segera aku menyuruh pelayan bakso nya untuk
membuatkan kita teh hangat dan aku pinjamkan jaket yang aku pakai ke Arabella
agar tubuhnya merasa hangat.
“Ini pakai dulu jaketku agar tubuh kamu hangat. Aku tahu yang kamu
butuhkan adalah jaketku untuk menghangatkan tubuhmu dan juga teh hangat”.
“Hahahaha. Kamu itu, ya. Selalu tahu apa yang aku butuhin”.
Setelah kami selesai memakan bakso. Dan hujan pun sudah sedikit reda. Kami
langsung melanjutkan perjalanan. Sebenernya aku ingin menahanmu agar tidak
pergi. Kamu dan hujan adalah dua hal berbeda yang aku cintai dengan segenap
hatiku. Hujan membawau kepadaku, meyakinkan hatiku untuk jatuh kepadamu.
Dan air hujan yang turun bisa hilang oleh waktu, namun cintaku kepadamu tidak
akan pernah habis oleh waktu.
“Sampai jumpa hari senin di sekolah. Jangan dulu kamu kirim rindu biar aku
tahu nikmatnya sepi” ucapku
“hahahaha. Rindu ini milikmu, Denberg. Hati-hati dijalan”.
Aku pun pergi meninggalkan Arabella. Sesaat aku di jalan tiba-tiba saja aku
merindukan pelukan hangatnya. Merindukan sosoknya. Ah, entahlah padahal aku
baru saja bertemunya.

Malam
Baru saja aku menghabiskan waktuku bersamamu. Tapi entah mengapa
malam ini aku sangat merindukan sosokmu. Di ujung malam bersisian gundah
aku masih saja menggumuli pekat dalam buaian desir lewat terpa sang angin
kesunyian pun kian menampar hati. Sementara gerimis mulai meluruh jatuh
rintiknya menghantar irama sendu apakah kamu merindukanku? Lelapkah
dalam buaian mimpi atau tengah menekuri cakrawala seperti tadi sore kita
lakukan berdua? Meradang aku lantaran ketiadaanmu di sisiku pekik hati
seperti lagi tak memiliki makna. Maka jangan biarkan aku sendiri, sebab aku
terbiasa denganmu. Maka jangan biarkan gelap menguasai, sebab aku merasa
mati. Dan aku ingin belajar pada malam bagaimana membisikan suara yang
lebih lirih daripada sepi. malam mengajariku mengucapkan cinta lewat mimpi-
mimpimu. Aku ingin berguru pada malam bagaimana menahan gigil yang lebih
dingin daripada angin yang menyajikan hangat ke tubuhku. Aku ingin bertanya
pada malam bagaimana menerbitkan rasa yang tiba-tiba menjadi ilalang, luas
dan liar malam membimbingku menjabat tanganmu. Tidak betah aku menahan
rindu langsung saja aku menelpon Arabella dan bertanya
“Arabella, tadi ada angin tidak yang menitipkan rindu?
“Haa, angin menitipkan rindu kepadaku?” heran nya.
“Memangnya angin tidak menyampaikan? Hahaha sudah kelewatan dia.
Aku kira kamu merasakan rinduku”. Gelisahku di iringi dengan tawa
“Tadi itu aku menitipkan rindu kepada angin yang berhembus yang perlahan
menyelusuri malam yang syahdu dan aku berharap kamu merasakan rinduku”
sambungku.
“Tadi sore kamu bilang kepadaku jangan dulu mengirim rindu agar kamu
menikmati sepi. Tapi sekarang malah merindukan ku hahaha” gurau nya
“Aku tidak kuat menahan rindu lama-lama. Yasudah kamu jangan begadang
tidur sana” ucapku
“Tidak mau ucapkan aku selamat malam dan selamat tidur?” resahnya
“selamat malam dan selamat tidur”

Percakapan di atas cukup untuk menghilangkan rasa rinduku kepada Arabella.


Walaupun hanya via telpon tapi aku senang dan aku bahagia
Selembar Kertas dan Undang-
Undang
Dan kerinduan pagi pada matahari memberi jejak pada puisi yang resah
senantiasa, memanjati dinding hari dalam dekapan memori, menanti takdir
berikutnya bagi cinta tanpa spasi ini. Hari ini aku ada janji kepada Arabella. Untuk
berangkat sekolah bareng-bareng. Aku segera menjemput Arabella di kediaman
nya. Sesampainya aku disana aku tidak bertemu orang tuanya. mungkin kerja atau
sedang pergi.
“Assalamuallaikum. Permisi” ucapku mengucap salam
Ternyata yang keluar adalah pembantu rumah Arabella, bibi aira.
“Walaikumsallam. Nyari siapa mas?” ucap bibi sambil terheran.
“Jangan panggill aku mas, bi. Untuk hari ini panggill aku pangeran Denberg.
Aku disini mau menjemput Princess Arabella”
“Boleh aku minta tolong panggillin princess nya, bi?”
“hahaha siap mas pangeran” ucap bibi sambil tertawa.
Lalu bibi memanggill Arabella. Non di depan ada tamu tuh ngaku-ngaku pangeran.
“pangeran siapa bi?” ucap Arabella terheran
“Pangeran Denberg non. Kalau tidak salah namanya. Katanya dia mau
menjemput princess Arabella. Untuk berangkat sekolah” jelas bibi Aira.
“ohh, Pangeran Denberg. Hahaha ada-ada saja dia. Suruh masuk dulu bi.
Bilang tunggu sebentar” Arabella bergegas mengambil tas sekolah.
“Pangeran silahkan masuk dulu. Princess nya sedang rapih-rapih”
“Siap bi. Terimakasih”
Seusai Arabella mengambil tas sekolahnya. Kami pun pamit kepada bibi Aira. Dan
bergegas ke sekolah.
“Kamu tadi ngaku-ngaku ya jadi Pangeran hahahaha” Tanya arabella
dengan diiringi tawa.
“Iya hahahaha”
Sesudah kami sampai di sekolah. Aku berkata kepada Arabella. Nanti aku akan
pergi ke kelasnya. Mungkin saat jam istirahat.

Trenggg, trenggg, trengg* bel jam istirahat berbunyi. Aku pun menuju kelas
Arabella. Tidak jauh dari kelasku. Arabella itu anak 11 IPA. Dan Aku 11 IPS.
Walaupun berbeda jurusan. Tapi hati kita memilki kesamaan, sama-sama saling
mencintai satu sama lain. Aku pun menemui Arabella yang sedang fokus bermain
hp.
“Boleh aku meminta selembar kertas?” pintaku.
“Untuku apa? menulis puisi?” Tanya Arabella sambil merobek kertas
untukku.
“Lihat saja nanti” Aku pun menulisnya dan memberikannya kepada
Arabella.
“Baca nih” ucapku. Sengaja aku lipat kertasnya.
UNDANG-UNDANG CINTA TAHUN 2019
Penerbit : Denberg
Pembukaan bahwa sesungguhnya kemesraan itu ialah hak segala manusia.
Dan oleh sebab itu maka kemesraan di seluruh dunia harus dilakukan karena telah
sesuai dengan pri berpacaran dan pri kerinduan. Dan oleh sebab itu Denberg
memutuskan untuk menjadi kekasih abadi Arabella.
Smandas, 2019.
Arabella pun tidak menjawab apa-apa. sesekali aku lihat dia tersenyum.

Anda mungkin juga menyukai