Anda di halaman 1dari 268

Nama: Valentina Putri Malau

Kelas:XII MIPA 1

''caraphernelia''
Prolog...

"Tiga hal dalam hidup yang tidak akan kembali,waktu,


kenangan,dan kesempatan". -----
Setelah magrib diantar pulang oleh Sean.Aku semangat
bergegas kekamar menolak makan lebih dulu.Melempar tas
juga sepatu asal.Segera mandi dan berganti baju.
Sedikit bimbang saat didepan lemari.Baju tidur atau baju untuk
keluar.Namun akhirnya dengan senyum lebar aku mengambil
setelan dress hitam dengan bagian putih melintang di bagian
depan.
Duduk didepan meja rias,Aku memoles wajah dengan riasan
tipis terkesan natural.Memberi warna pink alami
dibibirku.Kubiarkan rambut panjang ku terurai,dengan menjepit
rambut diatas telinga kiri untuk memberi kesan lebih manis.
Berdiri didepan cermin jangkung,aku berputar memamerkan
dress hitam pemberian Sean saat sweet seventeen kemarin.
"Oke mantap!" pungkas ku.
Aku meraih satu botol bening berisi cairan wangi dan
kusemprotkan keudara .
Mengambil ponsel juga tas selempang kecil,aku keluar kamar
menjinjing sneaker putih.Menemukan Mama dan Papa didepan
TV.
"Aku izin keluar ya Ma,Pa" aku masih sibuk mengikat tali
sneaker di sofa.
Papa bersiul ringan " Cantik banget anak Papa.Mau apel ya?"
Aku mencebik " Papa kepo deh!"
Aku dan Papa memang sering begini.
"Gimana diizinin gak?"
Mama tersenyum.Mengibaskan tangan ringan " Mama sih
ngizinin,gak tau deh kalo Papa"
Aku tersenyum lebar " Boleh gak Pah? Boleh dong masa
enggak?!"
"Hmm...boleh deh.Tapi pulang nya jangan kemalaman.Ingat
kamu itu anak perempuan" tegas Papa.
"Iya..iya..Oke! sampai babai"
Bergegas keluar,aku mengarahkan layar ponsel mengecek
tatanan wajahku "Udah cantik kan" monolog ku.
Tersenyum cerah aku siap dijemput Sean .Menunggu didepan
pagar rumah.
Tiga puluh menit.
Sean belum nampak. Mungkin masih dijalan.
Satu jam.
Aku mengecek benda dipergelangan tangan ku.Senyumku
masih terulas.Mari kita tunggu Sean sebentar lagi.
Dua jam.
Aku masih bertahan didepan pagar rumah.Menahan pegal juga
nyamuk nakal yang mulai menciumi kulit ku.
Menunggu diteras? Masuk kedalam rumah? Tidak.Aku sudah
berjanji akan menunggu didepan pagar.Ingat? Janji tidak boleh
dilanggar.
Tiga jam.
Berbekal kepercayaan aku masih menunggu .Enggan beranjak.
Berusaha menghubungi Sean berakhir mbak operator yang
menyapa.
Empat jam.
Iya,aku masih disini.
SENDIRI.
Berjongkok mengistirahatkan tubuh.Menenggelamkan kepala
dilipatan kaki saat mataku mulai tidak bisa diajak
kompromi.Cahaya biru lurus mengenai wajahku saat
kunyalakan ponselku.Membuka pesan berbintang dari
Sean.Dikirim seminggu yang lalu.
Sean♥️
Malam jumat depan aku mau ngajak kamu keluar Len
kamu pilih mau ikut aku ngepet atau rayain anniv satu
tahun Oke,karena kamu pasti misuh-misuh soal ngepet.
jadikitajalankeluar
Tunggu depan pagar rumah
"Kamu gak lupa kan See?" monolog ku menatap profil Sean.

Berdiri.Aku menghentakkan kaki kecil.Menyuruh otot-otot


untuk tetap segar.Chat baru datang.Senyumku mengembang
dan perlahan menurun saat melihat bukan nama Sean
dilayar.Dari Trixy.
Trixy 💩
Pantes gak ada nongol digrup
Taunya lagi gandengan rayain anniv

Ahh kenapa jantungku rasanya sesak? Seakan ada benda tajam


yang menghantam dan langsung meremuknya.
"Kamu ngapain sih Len disini?Bego!" rutukku pada diri
sendiri.Tertawa miris.
"Lho? Anak Papa ngapain disitu?"
Kembali aku membuka room chatku dengan Sean,dan
mengetikkan sesuatu.
Sean♥️
Sean!
kamu tau ga?
aku benci kamu

1.Pergi Sejenak
Dingin udara pagi ini membawaku kembali untuk mengunjungi
Nenekku di Samosir.Aku masuk ke area pedesaan yang tak
cukup ramai pagi ini untuk menemui nenek tercintaku itu,aku
bertemu dan langsung memeluknya,mencium punggung
tangannya .Disini nenek tinggal bersama sepupuku Desy.
"Sehat nek?"tanyaku
"Baik,kamu tumben kesini?"tanyanya
Aku tersenyum "Lagi libur sekolah"jawabku.Padahal aku
memang sengaja bolos untuk beberapa hari kedepan,bahkan
aku sudah menyiapkan barang bawaan untukku menginap
sementara dirumah nenek."Oh,yasudah ayo masuk".
Aku merapikan barang bawaan ku untuk satu Minggu
kedepan,aku memang sengaja sedikit ingin berlama-lama
disini,karena mungkin saja disini dapat menenangkan pikiran ku
yang sedang bingung.
Selesai kurapikan semua bawaanku aku bergegas menuju dapur
untuk menghilangkan rasa tak enak diperutku,yakni
kelaparan."Siapa yang masak nek?"tanyaku
"Tuh"nenek menunjuk Desy yang sudah tersenyum
kemenangan.
"Tumben datang?"tanya Desy dia seumuran denganku,sudah
lama juga aku tak berjumpa karena memang aku ataupun dia
jarang datang kesini maupun ketempat ku.
"Kalau kangen kalian gak boleh?"tanyaku
Dia terkekeh"Kangen-kangen,pesan ku aja jarang kamu
balas"ledeknya,dia duduk diatas tangga.
"Sibuk"jawabku
"Sibuk ngurusin pacarmu?"tanyanya kembali meledek.
"Oh, terimakasih sambutan nya"sindir ku lalu aku tertawa.
"Nih,coba dulu masakanku" Desy mempersilahkan aku
mencicipi masakan nya.
"Beracun enggak nih?"ledekku.
"Ye.makanya coba dulu"serunya .
Aku mencicipi beberapa makanan yang katanya ia
masak"Lumayan lah racun nya masih belum bereaksi
kali"ucapku kali ini meledeknya,dan aku akan terus
meledeknya,karena aku memang sering melakukan hal seperti
itu.
Suara deru motor dari luar rumah, membuat ku spontan ingin
melihat nya,ada seorang laki-laki seumuran dengan kami ,
mengendarai motor dan ingin mengunjungi rumah
nenek,kutanya nenek katanya teman Desy.
"Pacarmu?"tanyaku pada Desy.
"Menurut mu?"dia bertanya balik kepadaku.
"Pembantumu"sontak Desy memukul ku pelan.
Aku keluar sebentar mencari angin segar, daripada aku harus
mendengarkan obrolan orang yang lagi ngapelin pacar dirumah
nenek.Menikmati udara sedikit dapat menenangkan hati dan
pikiran ku,sedikit membuat ku me refresh otak yang sudah
penuh akibat Revan mantan pacarku.
"Pacarmu udah pulang?"tanyaku pada Desy,ketika aku sudah
berkeliling sore tadi.Aku masuk mengambil segelas air putih
untuk menghilangkan rasa haus ku.
"Udah"jawabnya bangga."Jangan sirik ya"ucapnya sekaligus
meledek ku.
Aku tertawa sinis "Sirik apaan,cowok jelek kok
dipacari"balasku.Aku duduk didekat nya.
Aku dan Desy memang sering sekali berantem saling ledek
seperti ini,maklum saja,aku dan dia juga teman masa kecil.
"Udah-udah kok malah berantem sih? kalian bersaudara,
kerjanya ribut terus"ucap nenek menengahi.Kalau sudah
seperti ini kami berdua seketika langsung terdiam."Tadi
mamamu nelpon Len"ucap nenek padaku.
waduh ketahuan nih.ucapku dalam hati."Ngomong apa
nek?"ucapku diiringi rasa deg-degan yang sudah berkecamuk
dalam hati,menanti semua kemarahan yang akan nenek
tumpahkan padaku,mungkin.
"Jujur sama nenek, beneran libur sekolah atau bolos?"tanya
nenek.
Sudah kuduga,mama pasti ngomong seperti itu karena
sebelumnya aku tidak pamit jika ingin kesini beberapa hari.
"Eh,hehehe cuma mau refresh otak nek"jawabku sedikit malu.
"Valen,valen,kamu emang selalu bolos atau gimana?"tanya
nenek.Semakin kesini, pertanyaan nenek semakin
mengintimidasi,aku merasa terpojokkan dibuat nya.
Kulihat Desy menertawakan ku,sedang nenek geleng-geleng
keheranan."Maap nek,kan kepengen kerumah nenek"dan
kemudian aku mencari kata-kata untuk meluluhkan hati
nenek.Nenek mendekat kearah ku,dia duduk
disampingku,kemudian mengelus-elus rambut ku"Jadi cucu
nenek itu harus bertanggung jawab ya,nenek udah jelasin ke
mama mu, sekarang tinggal kamu yang menjelaskan!"pinta
nenek kepada ku.Aku hanya mengangguk mengiyakan.
Aku pergi keluar rumah untuk menelpon mama,dan
menjelaskan tujuan ku datang kesini,meski awalnya aku deg-
degan dimarahin,namun setelah menjelaskan secara detail dan
pelan, akhirnya mama mengerti juga ,tapi jatahku menginap
dirumah nenek yang semula satu minggu berubah menjadi tiga
hari saja.
"Jadi anak perempuan itu,nurutlah sama mama papamu"ucap
Desy menghampiri ku.
"Menang banyak kamu ya,aku dimarahin nenek plus mama,
sekarang kamu juga ikutan marahin aku?"tanyaku.
Desy tertawa"Memang dasar, sebagai sepupu yang baik harus
saling mengingatkan Len,nih duduk dulu,ini teh hangat"dia
menaruh teh hangat itu dimeja depan teras.
"Beracun enggak nih?"kembali aku meledek apa saja yang dia
buat.
"Ihk,ya enggaklah,emang aku ahli pembuat racun apa?selalu
kamu curigai"jelas Desy kesal.
Aku mencubitb-cubit pipinya pelan pertanda bercanda,
kemudian duduk bersama nya di teras rumah.
"Enak tinggal disini?"tanyaku.
"Ya lumayan lah udah terbiasa"jawabnya.
"Disini enak ya"ucapku lagi.
"Makanya pindah dong kesini"suruhnya.
"Gampang lah masih SMA juga"jawab ku.
"Udah punya pacar pasti"
"Hmm..tau aja tapi udah putus"jawabku.
"Putus kenapa?" tanya Desy.
"Ya,kalau udah enggak cocok mau gimana lagi?"
"Kamu yang enggak cocok sama dia? atau dia yang enggak
cocok sama kamu?"
"Dua-duanya "jawabku."Udah ahk,jangan introgasi aku malam
ini,jangan jadi polisi dadakan.sering bantuin nenek ya,kasian
dia"lanjut ku.
"Pastilah,kamu aja cucunya yang enggak pernah bantuin"dia
kembali meledek ku.
"Yakan,masa aku tiap hari harus bolak-balik
kesini"jawabku."Dari tadi sensi amat, enggak suka kalau aku
datang kesini ya?".aku mencubit lengannya pelan.
"Surprise aja sih Len,tumben bener mau datang kerumah
nenek, sendiri lagi"jawabnya.
"Karena belum punya pasangan,makanya sendiri"jawabku.
Bab 2.Masa lalu?
"Masa lalu adalah prolog"
"Mau jalan-jalan?"ajak Desy padaku.
"Masih ngantuk"jawabku,karena memang jam masih
menunjukkan pukul lima pagi,jadi aku yang baru bangun tidur
masih setengah mengantuk saat dia mengajakku.
"Kebo emang kalau bangun siang ya?"ledeknya.
"Bukannya kamu harus sekolah hari ini?"tanyaku
"Kan,masih nanti,masih ada waktu"ucap Desy."Jadi mau apa
enggak?"tanyanya lagi.
"Nanti ajalah,nanti sore"jawabku.
"Kesekolah naik apa? pulangnya?"tanyaku.
"Dijemput ayang"jawabnya bangga."pulangnya bareng ayang
lagi lahh"dia memukul pelan tangan ku karena aku sedikit
melirik sinis padanya.
"Kalian ini kayak anak SD,ribut terus,kapan mau bersikap
dewasa, tingkah nya masih kayak anak TK"kali ini nenek
menimpali.Kami berdua terdiam mendengar kata-kata
bijak sedikit marah nenek pada kami.
"Jadi cewek itu harus jaga sikap,enggak boleh ngeledek,enggak
boleh curiga sama saudara sendiri,dan yang paling penting
enggak boleh berantem sesama saudara,ngerti?"nasihat nenek
sedikit membuat ku tenang tak bersuara.
"Ngerti nek"jawab kami berdua berbarengan.
Aku bersantai diteras nenek.Nenek kemungkinan sedang mandi
dan aku bisa bersantai sejenak, menikmati hari kedua ku disini.
Hp ku berbunyi, ternyata Sean yang menelpon,dari semalam
dia selalu menelpon ku,tapi tak kuangkat, memberi ku pesan
melalui WhatsApp,tapi tak ku balas.Biarkan saja pikirku,
sedangkan aku menikmati udara segar pagi ini.
Hp ku kembali berdering,kali ini Trixy yang menelpon,pasti
sahabat ku yang satu itu sudah sangat khawatir karena aku juga
tidak memberi tahu dia aku ingin pergi kesini,aku tau dia pasti
ingin menanyakan ku banyak hal nanti,mengapa aku tak
memberi tahu dia,mengapa aku tak mengajak dia ikut bolos
sekolah pergi kesini,dia pasti sangat cerewet.
"Iya ibu Trii?"jawabku membuka suara.
"Bangkek banget si Lennn!!!! dari kemarin telponku enggak
diangkat?!"teriak Trixy.telingaku sampai sakit mendengar
suaranya.
"Males"aku terkekeh.
"Emang bangke tau gak?kamu dimana si?dari kemarin enggak
ngangkat telponku,udah gitu sekarang malah ga masuk
sekolah?!"ucap Trixy masih berteriak.
"Masih di Amerika,belum pulang liburan,nih masih menikmati
patung liberty dari kejauhan,nanti aku kirim fotonya"ucapku
bercanda.

" Amerika,amerika,Valentina aku lagi serius


ini,dimana?"tanyanya lagi.

"Kerumah nenek,nge refresh in otak"jawabku jujur.


"Tuhkann.kok enggak ngajak-ngajak si Len?"aku tau dia sedang
kesal diseberang sana,dari suaranya saja aku sudah tau.
Aku terkekeh"Males ahhk nanti malah ngerepotin aku"
"Tadi si Sean datang kekelas nyariin kamu,katanya mau
ngejelasin perihal Sabtu kemarin dari mukanya si memang
meyakinkan mau minta maaf kelihatan menyesal juga"kata
Trixy.Aku masih diam menunggu Trixy membuka suaranya lagi.
"Kasih tau aja rumah nenek mu dimana?nanti aku samperin
kesana,hehehe,aku juga kan kepengen bolos sekolah"lanjutnya.
"Mana ada begitu,udah ya Trii,yang pinter sekolah nya,baik-
baik disana,byebye Trixy"ucapku kemudian memutuskan
sambungan.
Dia pasti sudah sangat kesal disana karena aku memutuskan
sambungan sepihak.
Aku masih memikirkan ucapan Trixy yang tadi,'Sean
menyesal?'mungkin itu hanya akal-akalan nya,dipikir aku
percaya apa?
Aku masih sangat kesal dengan mantan pacarku itu, bagaimana
tidak,dia mengatakan tidak bisa mengantarkan ku pulang dan
berbohong ingin mengantar mamanya kerumah sakit kala itu
sedang aku memergokinya mengantarkan Alya pulang.Bukan
sekali dua kali aku memergoki mereka pulang bareng,tapi aku
tetap diam saja.Sampai pada akhirnya aku melihat Alya di
pelukan Sean,sedang Sean mengelus-elus rambut Alya.Saat aku
menghampiri mereka dan memutuskan Sean secara
sepihak,Sean tidak mengejarku,aku masih ingat saat Alya
menarik tangannya mengatakan agar dia tetap disana bersama
nya.Mana banyak orang lagi.Aku kan malu,pacarku eh mantan
pacarku lebih milih orang lain kala itu.
Aku tau Sean memang friendly kesemua orang,tapi menurut ku
itu sudah dilewat batas.Dia berbohong padaku hanya untuk
mengantar Alya pulang.Dia pikir dia siapa?.
Apakah dia benar-benar mencari ku atau tidak ,yang jelas
tujuan ku sementara menghindar darinya karena aku ingin
benar-benar menenangkan pikiran dan semua yang aku
pikirkan tentang Sean .
Jam menunjukkan pukul satu siang lebih lima belas menit,aku
terhentak oleh suara nenek yang membangunkan tidurku
sekejap."Valen,Lenn,makan siang dulu ayok,gadis gadis tidur
terus".
"Hehehe iya nek" jawabku.
"Habis tidur ya?"tanya Desy yang ternyata sudah pulang
sekolah.
"Hehehe"aku hanya menyegir.
"Jadi jalan jalan enggak?"tanya nya lagi.
"Kemana?"

"Jalan-jalan biasa ajalah,tapi kita makan dulu,laper banget ini


capek seharian belajar"serunya.
Kami berdua duduk disebuah batu besar sambil memandangi
bentangan sawah yang indah sore ini.
"Kapan-kapan main ketempat ku yok Des"ajakku.
"Masih sekolah, enggak ada waktu"jawab Desy.
"Kalau ada waktu kesana ya,mama papa juga senang kamu
kesana"ucapku.
"Iya-iya"jawab nya."kamu jemput dong".
"Pasti kamu chat aja"kataku senang.
"Chatku sering kamu abaikan,males"ucapnya kesal.
"Wo,wo marah gitu"ucapku.
"Boleh cerita?"lanjut ku.
"Boleh,apaan?"
"Sebenarnya aku putus sama pacarku itu karena dia kepergok
pelukan sama cewek lain"aku memulai cerita ku.
"Posesif nih ceritanya?"dia lagi lagi meledek ku.
"Ihk!bukan gitu,aku udah sering mergokin mereka pulang
bareng,padahal kalo aku ajak pulang bareng dia selalu aja
gabisa,katanya mau nganter mama nya yang cek kerumah
sakitlah,kerja kelompok lah,masih banyaklah alasannya,
padahal dia bohong, alasan yang sebenarnya yaitu mau nganter
si Alya pulang"ucapku,biarkan kali ini aku curhat dengan Desy.
"Hmm.sakit pasti"ucapnya.

"Enggak juga,tapi entah kenapa aku belum sepenuhnya bisa


menerima"ucapku.
"Iya...kamu harus buang masa lalu kamu dan melihat kedepan
Len"pinta Desy, jawaban yang sama dengan apa yang
disampaikan Trixy beberapa waktu lalu."Masa lalu untuk
dikenang,bukan untuk dijadikan tolak ukur buatmu melangkah
kedepan!"kembali jawaban yang sama dengan Trixy.
Aku tersenyum."Boleh juga nasihatnya"jawabku."Gimana
caranya aku berpaling dari masa lalu ya?"tanyaku.
"Dengan kamu mengikhlaskan apa yang sudah tiada,apa yang
sudah menjadi berkas yang sempat menghiasi hari-hari mu
Len,kamu harus bisa move on!"pinta Desy.
"Ini yang dikatakan Nenek ya,bersikap dewasa dan kamu sudah
menunjukkan itu"ucapku.
Desy tersenyum."Siapa Len?"
Aku bingung "Siapa yang mana?"
"Masa lalu mu?" tanyanya lagi.
"Sean"jawabku.
"Hmm.lepaskan Len,biarkan masa lalumu yang mungkin berat
itu hilang,terbang ditiup angin,menjadi partikel kecil yang tak
terlihat olehmu nanti,dan kamu perlahan bisa merelakan
nya,kemudian kembali bersemangat,bangkit untuk menatap
kehidupan mu kedepan, terbelenggu oleh masa lalu itu
memang kejam,dan kamu harus berani melangkah lebih jauh
lagi untuk mencoba nya"jelas Desy.
"Siap,siap"jawabku.
"Main ketempat ku aja yok hehehe,gapapalah bolos sekolah
dua hari"ajakku lagi.
"Wooo,emangnya aku itu kamu yang bolos sekolah karena
galau mikirin mantan"Desy meledekku."Nanti kuajak jalan-jalan
juga"ajakku sekali lagi.
"Nanti tanya nenek dulu deh"ucapnya.

Bab 3.Tragedi KM Sinar Bangun

Sudah tiga hari aku berkunjung kerumah nenek .Saatnya untuk


pulang.Desy jadi ikut denganku.Nenek mengizinkan,tapi hanya
dua hari saja.
Sebelum ke pelabuhan aku dan Desy memutuskan untuk
berfoto dipinggir danau.
"Des,fotoin nanti gantian"kataku
Desy menurut,aku naik diantara bebatuan yang ada dipinggir
danau,begitu juga dengan Desy.
"Lautnya cantik banget ya Des,pengen banget main
kelaut"kataku.Desy masih memotret diriku yang sedang
berpose.
*****
"Aku izin ketoilet dulu Len,atau mau ikut enggak?"Desy
bertanya padaku.
"Enggak usah deh,aku disini aja,sekalian mau beli minum
dulu"jawab ku.Dia menggangguk lalu meninggalkan ku.
Selesai membeli minuman aku melanjutkan jalan ku,namun aku
sedikit terganggu dengan suara langkah kaki yang nampak
mengikuti pola berjalan ku.Aku mempercepat gerak kaki ku,dia
juga mempercepat geraknya.Aku menoleh sedikit ternyata
seorang lelaki yang nampak nya seumuran
denganku,tampan,manis, definisi surga yang nyata,yang mana
aku tak kenal.
"Hei"sapanya.
Aku tidak menjawab,aku cuek saja.
"Hei!"sapanya lagi.Tak tahan,aku menjawab, menolehnya
sedikit.
"Iya?"jawab ku.
Dia menyusulku, kemudian berjalan bersama
disampingku"Resleting tasmu terbuka,dan--"dia mengarahkan
matanya kebawah ku, membuat ku juga ikut mengarahkan
pandangan kebawah...
"Dompetmu jatuh"lanjutnya.
Aku kaget dan cepat cepat kuambil dompet ku itu, kemudian
kumasukkan kedalam tas kembali.
"Oh, makasih ya"aku mengucapkan nya,dia sedikit tersenyum.
"Duluan"ucapnya.Dia segera pergi dari hadapan ku untuk
berjalan terlebih dahulu kearah kapal.
Aku sedikit terpana akan ketampanan nya,tapi sesegera
mungkin aku tersadar.
Karena hanya ada satu kapal yang berlayar hari ini.Aku dan
Desy akan menaiki kapal motor sinar bangun yang akan
berangkat sebentar lagi.
Saat berada didalam kapal aku dan Desy kaget melihat
banyaknya penumpang.Petugas di Dermaga Tigaras itu telah
menolak kami untuk menaiki kapal karena dinyatakan "sudah
penuh"tetapi pemilik kapal tidak menolak.
Aku bisa melihat penumpang sudah padat didalam,tidak bisa
bergerak sama sekali,kondisi penumpang sesak tapi aku dan
Desy masih disuruh masuk kedalam kapal.
"Des,kamu tau?tadi sewaktu aku selesai beli minum,aku lupa
tas aku enggak ketutup lagi,jadi hampir aja dompetku hilang
karena jatuh"ucapku.
"Waduh,tapi dompet nya udah ketemu kan?"tanya Desy.
"Untungnya udah,tadi ada cowok penumpang kapal ini juga
yang ngasih tau kalau dompetku jatuh tadi, selamat deh aku
hari ini"jawabku memberi tahu.
"Hmm.yang mana?"tanya Desy kepo.
"Aku lupa wajahnya seperti apa,pokoknya kayak-"tanpa diduga
dan tanpa aku sadari,mataku tertuju pada lelaki yang tadi
membantu ku itu,dia sedang duduk sambil mendengarkan
musik dari headset yang dia kenakan."Itu"dan spontan aku
menunjuk padanya.
Desy menoleh kearah lelaki yang aku tunjuk tadi
"Ganteng,samperin yok,kalau enggak ada dia dompet mu bisa
hilang kan?Ya tuhan nikmat mana lagi yang kau dustakan'" ucap
Desy menggebu gebu.
"Nanti aja Des" jawabku sekenanya.Dia hanya mendengus
malas mendengar jawaban ku.Aku mencari room chatku
dengan Trixy dan mengabarinya.
Trixy💩
Tri,aku pulangg hari ini.kalo
mau
oleh-oleh tungguin dirumah.
Iyah,sayangku.
idiw.Sayangku gak tuh😯
Hahaha.Hati-hati ya, kutunggu.
Jangan lupa bernapas Len.
Aku memilih mendengarkan musik menggunakan earphone
sedangkan Desy membaca buku.
Setelah sekitar dua puluh menit kapal bertolak dari pelabuhan
Simanindo, tiba-tiba kapal berhenti,lalu oleng kekanan lalu
kekiri.Semua penumpang kapal panik,ada yang
berteriak,menangis,dan ada juga yang memanjatkan
doa,termasuk aku dan Desy.
Cuaca sangat buruk,ombak begitu tinggi dan angin bertiup
kencang.Aku merasakan kapal terus bergerak tak seimbang
sepanjang perjalanan.
"Lenn takut,"adu Desy,dia menggigit kukunya hingga
berdarah.Jujur aku juga takut,sangat takut.
Seluruh penumpang diperintahkan untuk menggunakan
pelampung yang tersedia,badanku gemetar,untuk memakai
pelampung saja aku kesulitan.Bagaimana ini, aku berusaha
tetap tenang meskipun kenyataannya tidak .Aku dan Desy
saling membantu memakai pelampung.Desy terus memelukku.
Kini bukan hanya terombang-ambing posisi kapal semakin
miring,membuat barang-barang berjatuhan .Seorang gadis yang
sedari tadi duduk disampingku dan Desy mengeluarkan ponsel
dari sakunya dengan tetap panik.Sepertinya dia mengirim
pesan suara.Apakah ada sinyal ditengah lautan?ah sudahlah itu
urusannya.
Aku dan Desy masih berpelukan,aku masih mendengarkan
orang tadi "Daddy,Reny takut,kapalnya miring,suara petirnya
besar banget dad,hujannya deras,Reny takut,mau pulang
sekarang,kalo Reny gak pulang,tolong cari Reny dad,cari Reny
sampai ketemu,Reny sayang mommy sayang daddy"dia
nampak ketakutan,sama seperti aku dan Desy.
Tubuhku lemas seketika, tanganku bergetar mendengar suara
isakan orang tadi.Bagaimana kalau kami tenggelam dan tidak
ditemukan? bagaimana kalau kami tidak selamat?Masih banyak
pikiran buruk yang terlintas dipikiran ku.
Kejadiannya begitu cepat ,kapal oleng ke kiri lalu kekanan,
beberapa saat kemudian sudah tenggelam,saat berenang untuk
menyelamatkan diri aku sempat menolong Desy ,tapi ada orang
yang menarik-narik kaki ku,karena situasi panik dan aku juga
hampir tenggelam,aku melepaskan nya.
Karena pada dasarnya aku memang tidak terlalu pandai
berenang,aku kehabisan napas,aku hampir saja tenggelam,tapi
untungnya ada seseorang yang menarik ku kepermukaan
danau, tunggu dia yang menolong ku,menarik ku
kepermukaan,itu lelaki yang tadi juga menolong ku siang tadi?
Penglihatan ku kabur,aku menutup mataku,membiarkan
hidungku bernapas didalam air setelah itu aku tidak melihat
apa-apa lagi.Aku kehilangan kesadaran.

Bab 4.Heaven

Perlahan-lahan aku membuka mataku.Pandangan pertama


yang kulihat adalah langit hitam yang sangat indah.Bintang-
bintang bertaburan disana sedang menemani bulan
purnama.Tapi kepalaku sedikit pening,aku kedinginan.
Tunggu dulu.Malam?
Aku langsung berdiri,kemudian aku memandang sekeliling
ku,dimana aku?bukankah tadi aku di--,sedetik kemudian aku
tersadar dan menoleh kesamping kanan, ternyata ada
seseorang yang sedang terbaring ditanah berada disampingku,
apakah dia pingsan.
"Hei,bangun"ucapku sambil menggoyangkan lengannya.
Dia masih memejamkan matanya.Dia mati?.Aku yang semakin
merasa ketakutan kembali menggoyangkan lengannya dengan
sedikit kasar dan membalikkan badannya,aku baru ingat
tenyata dia adalah orang yang tadi menolongku naik
kepermukaan,dia juga orang yang menolong soal dompetku
yang jatuh.
Aku menangis.Dimana Desy?apakah dia selamat?atau bernasib
sama seperti ku terdampar di tempat yang tidak ku ketahui
bersama orang yang tidak kuketahui juga.
Suara lenguhan dari samping membuat ku sejenak
menghentikan tangisku,dan menghapus air mataku.Akhirnya
dia sadar juga.
"Uhukk-uhukkk"mulutnya mengeluarkan air yang mungkin
tertelannya saat tenggelam tadi.Aku tentu panik.Dia
menatapku sekilas tapi tatapannya seperti menunjukkan
kekecewaan.Aku bertanya"Kenapa melihatku seperti itu?"
"Aku enggak tau mamaku sekarang selamat atau enggak dari
peristiwa tadi,aku pikir yang kutarik tadi itu mamaku"katanya
membuat ku sedikit tersentak.
"Menyesal telah menolong ku?"tanyaku lagi.
"Tentu tidak,hanya sedikit kecewa,aku tidak bisa
menyelamatkan mamaku sendiri,"
"Maaf,karena menolong ku kamu kehilangan mamamu"kataku
dengan pelan.
Dia hanya menjawab"Hmm"
"Jadi?"tanyaku lagi.
"Apa?"dia mengerutkan keningnya.

"Sekarang kita harus gimana?kamu tau ini dimana?"


"Kita bermalam disini dulu aja,besok baru cari bantuan,kalo
sekarang aku enggak tau"katanya.
Aku hanya bisa pasrah,ingin mengelakpun tak bisa,kulihat
wajahnya juga tampak putus asa.
"Makasih ya,dua kali kamu nolong aku meskipun secara tidak
sengaja"kataku padanya.
Dia hanya menganggukan kepala nya sebagai jawaban.
"Namamu?"Aku menatap nya penuh,kalau saja dia tidak ada
pasti aku sudah mati tenggelam.
"Heaven"jawabnya.Dia masih memandang kedepan kearah
danau.Ahk aku jadi merasa bersalah, seharusnya ibunya lah
yang dia selamatkan tadi, nampaknya dia sangat kecewa pada
dirinya sendiri.
"Valentina"kataku tanpa ditanya.Dia hanya melirikku sekilas
lalu lanjut memandangi danau didepan sana.
Malam itu aku tak bisa memejamkan mata,Aku berharap pagi
akan segera tiba.Aku berharap bisa bertemu keluarga ku dan
mencari Desy,aku sangat merindukan mereka.
"Valen".Aku mendengar seseorang memanggil ku,tapi saat
kulihat kekanan dan kiri tak ada siapapun,sedang Heaven masih
tidur bersandar disebuah batu yang besar.
"Valen"Kembali suara itu terdengar.Aku berjalan kearah
danau,sepertinya suaranya berasal dari bawah sana.
"Valentinaa"Suara itu lagi.Tetapi sekarang terasa jelas.Aku
terkejut melihat sebuah makhluk aneh dibawah sana,bibirnya
bergerak.Dialah yang memanggil ku sedari tadi.
Dia seperti manusia?Ada gambaran manusia yang terukir
dibentuk kepala,tangan dan perutnya.Persis seperti manusia
laki laki yang cukup kekar.Tetapi pigmen kulit itu bukanlah
warna manusia.Terlebih aku juga menyadari bagian bawah
tubuhnya....seperti ikan besar.Bagian bagian tidak lazim pada
manusia juga terdapat padanya,selaput tipis disela jari-
jarinya,garis-garis tebal seperti insang,sesuatu seperti sirip
ditelinganya.Dan apa itu...Dia menoleh dan mata merah itu
bercahaya seperti serigala dalam hutan.
Aku mulai takut.Bibir makhluk itu tertarik dan memperlihatkan
taring-taring tajamnya.Seperti mengancam jika dia bisa
menggigit atau mengoyakku kapan saja.Aku menarik
tanganku,tetapi dia menahannya.Aku mulai panik saat dia
justru mendekat dan berusaha menarikku.Kakiku menendang-
nendang air yang tidak ada dasarnya, berusaha agar bisa
berenang menjauh tetapi sepertinya akulah yang sudah masuk
ke daerah kekuasaannya.
"Heav...,heaven tolong aku"teriak ku.
"Kau akan datang padaku"kata makhluk itu padaku.
Dia menyentuh pipiku dengan tangan bersisik tajamnya.Aku
semakin panik,dimana heaven,mengapa dia tidak
menolongku,ditambah tekanan air membuatku tidak bisa
bernapas,aku meronta-ronta,melihat wajah makhluk itu
mendekat padaku.Semakin dekat dan dekat.
Dia akan memakan ku!.
"Aaaaaaaaaa"

Hah!.
Aku terbangun lagi.Sinar bulan masih menguasai malam,
pemandangan familiar itu menyambut dan sekaligus
membuatku merasa lega.Heaven menatapku curiga seperti
bertanya aku kenapa, sepertinya dia terbangun mendengar ku
berteriak.
Aku memang sedikit terengah karena mimpi tadi, beberapa
peluhku juga jatuh karena begitu gugup.Tapi sungguh,mimpi
buruk tadi terasa begitu nyata.
Ah aku pasti masih shock karena tenggelam tadi.Tunggu,selain
laut,tadi aku bermimpi apa ya?seperti ada sesuatu yang
mengerikan? tapi,apa?.Ada sesuatu kah?.Cepat sekali aku
melupakannya.Sudahlah aku mencoba untuk tidur
kembali.Kuharap tidak kembali pada mimpi itu.
Aku terbangun lagi karena Heaven memangil-manggil namaku
dan menggoyang lenganku pelan.Pagi sudah tiba ternyata. "Ada
apa?".
"Tadi aku melihat ada kapal feri yang lewat disana,ayo kita
kejar,kamu mau selamat enggak?"katanya.
Demi apapun aku senang sekali.Tapi dia melihat wajahku yang
tampak bingung.
"Berenang"ucapnya lagi.Seakan dia tau apa yang kupikirkan.
"Tapi aku enggak kuat lagi untuk berenang"jawabku
membuatnya diam sebentar.
Lalu setelahnya "Ada aku tenang saja,tapi aku enggak yakin
juga bisa kuat sampai kesana,kita coba dulu"katanya
meyakinkan ku.
Akhirnya kami berenang sambil berpegangan mengejar kapal
feri itu meski sedikit kesusahan karena masih merasa lemas dan
ditolong naik.Aku dan Heaven dibawa ke Puskesmas sipintu
angin berjarak kira-kira lima kilometer dari posko utama tim
Gabungan SAR di Pelabuhan Tiga Ras.
Sukarelawan mengintrogasi kami serta meminta data-data kami
serta informasi apa yang kami miliki terkait kejadian bencana
ini.
"Valenn"teriak seseorang.Itu seperti suara mamaku.Aku
membalikkan badanku dan melihat papah,mama,dan nenek
disana tengah berlari ke arahku dan memelukku sangat erat.
"Puji Tuhan nak, ternyata kamu selamat"ucap mama menciumi
rambutku.Papah juga begitu,dia memelukku erat sangat erat
seakan aku tak bisa pergi lagi
"Lain kali jangan begini lagi ya Len,kami khawatir kamu pergi
tanpa pamit dan sekarang kamu terkena bencana,kami terkejut
nak"
"Maaf Pah"kataku masih menangis di pelukan nya.
"Dimana Desy?"tanya nenek menghapus air matanya.
"Maaf nek,aku enggak bisa menjaga Desy."kataku dan nenek
langsung menghamburkanku kepelukannya dan menangis lagi.
"Sudah-sudah,kita akan mencari Desy sampai ketemu,semoga
dia juga selamat."Papah mengelus-elus kepalaku.
Aku melihat Heaven sedari tadi memperhatikan
kami.Kuperhatikan lagi ternyata dia memperhatikan
mama,dimana keluarga nya?mengapa belum datang,atau
mereka belum tau?
Aku menghampiri dia,aku merasa bersalah"Heaven aku minta
maaf"
Dia turun dari brankar nya"Bukan salahmu."katanya.
Aku sedikit tersenyum "Kita berdoa saja semoga mama mu
segera ditemukan,aku juga ingin mencari sepupuku"kataku,
membuat nya memberi senyum tipis padaku.Sangatt tipis,
kalau aku tidak memerhatikan nya penuh tidak akan kelihatan
kalau dia tersenyum.
Bab 5.Pencarian

Langit semakin gelap,awan gelap terlihat menggumpal


dilangit,sepertinya hujan akan datang.Aku melihat Heaven
masih duduk dikursi dekat pelabuhan dibawah pohon,masih
menantikan sosok mamanya.Maka turunlah beribu-ribu titik air
yang jatuh dari awan gelap itu,dan semakin lebat,aku masih
memperhatikan Heaven.Dia berlari menerobos hujan banyak
relawan dan tim penyelamat disana.Heaven tidak
mempedulikannya.
"MAMA PULANG!! HEAVEN DISINI"teriak Heaven bersamaan
dengan suara petir.
Suara Heaven kalah dengan suara deburan ombak yang begitu
besar.Ia menundukkan kepalanya,menumpu tubuhnya dengan
kedua lutut.Aku hanya memperhatikan nya dari kejauhan tidak
berniat menyusul nya.Mama dan Bapak sudah mencari
informasi mengenai korban-korban,sudah banyak korban yang
menepi dengan selamat.Isakan pilu terdengar.Hujan tidak lagi
turun, sekarang matahari bersinar,namun tidak secerah
biasanya,tetap saja ada awan hitam yang menutupinya.
"Ibu bangun,kenapa ibu ninggalin aku Bu"seorang anak kecil
meraung memanggil ibunya yang sudah terbujur kaku dengan
wajah pucat.
"Mas bangun,kamu gak mau lihat anak kita?pegang ini
mas"seorang perempuan hamil menangis didepan seorang laki-
laki.Perempuan itu memaksa tangan suaminya yang dingin
menyentuh perutnya yang terlihat buncit.
"Masih banyak korban yang belum ditemukan"Aku mendengar
seorang salah satu tim penyelamat sambil mengecek data
korban.
"Kami sudah menggunakan alat robot yang bisa mendeteksi
bawah air, yang dimasukkan ke dalam air, yaitu ROP yang
dimasukkan ke dalam air seperti CCTV. ROP diletakkan pada
titik koordinat yang dipastikan sebagai lokasi tenggelamnya
kapal. Titik koordinat kapal tersebut sebenarnya sudah dapat,
hanya saja memang harus memastikan kebenaran lokasi kapal
tersebut," jelas salah satu tim penyelamat.
"Kita akan lanjutkan pencarian sampai dengan pukul lima sore"
"Baik, komandan".
Kapal penyelamat kembali ketengah danau berharap mereka
kembali dengan para korban.Tim penyelamat kembali datang
dari tengah danau,para keluarga harap-harap cemas
menantikan kedatangan keluarga mereka.Ketika tim
penyelamat sampai di pelabuhan mereka hanya membawa tiga
kantung jenazah.Papah dan Heaven segera membuka kantung
itu satu persatu setelah diizinkan oleh tim penyelamat.
Aku melihat tangan Heaven bergetar ketika hendak membuka
kantung berwarna oren.Dia menggelengkan kepalanya padaku
pertanda ini bukan mamanya.Bapak juga menggelengkan
kepalanya.Dari kantung pertama hingga ketiga tidak ada
sepupu ku Desy.
Ketua tim membuang napas lelah"kami telah mencari sekitaran
kapal tapi tidak ada anak remaja ini pak,kami akan lanjutkan
pencarian besok pagi"kata ketua tim itu sambil menunjukkan
foto yang diberikan Papah kepadanya.
Kulihat Heaven ingin berlari kekapal.Dia menggelengkan
kepalanya"nggak.Cuaca sekarang dingin,mama pasti
kedinginan,dia takut petir Len".
"Heav,sabar."Aku mencoba menenangkan Heaven.
"Biar aku yang cari mama sendiri".Heaven hendak berlari
menuju kapal.
Tiba-tiba entah darimana aku mendapat ide seperti itu,aku
memeluknya dari belakang"Yang sabar Heavv.Aku juga
kehilangan sepupu ku, mereka pasti pulang, mereka pasti
kuat"Aku berusaha menahan isakanku.
Heaven menunduk"Mama lagi butuh aku, sepupu mu juga
membutuhkan kalian!"
"Mereka enggak membutuhkan kita sekarang,mereka butuh
pertolongan Tuhan".
*Hari ketiga pencarian.
"Pak, disekitaran tempat tenggelam nya kapal tidak ada anak
remaja ini"lapor salah satu tim penyelamat.
"Kami sudah cari dari berbagai titik tapi tidak menemukan,kami
juga tidak melihat jenazah yang mengambang disana".
Kami hanya pasrah mendengar penuturan itu,haruskah kami
menyerah.Papah menghela napas berat.
"Kami akan melakukan pencarian kembali sampai seminggu
kami akan melakukannya dengan maksimal dan bisa kembali
dengan keluarga-keluarga kalian, walaupun itu hanya
jasadnya.".
Sangat berat bagi kami untuk mendengarkan itu tapi mau
bagaimana lagi,jika memang Desy tidak ditemukan maka kami
harus berusaha mengikhlaskan.Jika Desy pulang dengan jasad
yang terbujur kaku, setidaknya aku bisa memeluk sepupu
kesayangan ku itu.Ponsel ku berbunyi.Ada pesan yang masuk
dari Trixy.
Trixy💩
Lenn maaf belum bisa kesana ya,
Nenek drop lagi jadi aku gabisa kemana² dulu.😭.
iya gapapa Trii.Jagain nenek
yang bener.
Lupp🤍.Semoga Desy segera ditemukan.

Tidak berselang lama ponsel ku berbunyi lagi.Kali ini bukan dari


Trixy lagi melainkan Sean mantan pacarku.Ahk aku belum
mengganti nama kontak nya.

Sean♥️
Len,sorry.
Baru dapat kabar dari Trixy
Shock banget ternyata kamu
salah satu korban Kapal yang
tenggelam selasa kemarin.
Kamu baik-baik aja kan?
Aku kesana ya.Tenangin kamu🤍
Semoga sepupu kamu juga
segera ditemukan.
gausah kesini.gaperlu jg
Knp??
Aku khawatir banget!
Kamu masih marah sama aku?
Aku tidak berniat membalas pesannya lagi.Setelahnya aku
menyusul Heaven.
Hari ini tepat dua minggu pencarian,namun belum ditemukan
jasad Desy dan mama Heaven.Apa kami harus mengikhlaskan
mereka sekarang.Berita menayangkan pencarian ini disetiap
harinya, namun tidak ada perkembangan.
Saat ini pencarian diberhentikan.Korban-korban yang belum
ditemukan dinyatakan meninggal dunia.Berat sebenarnya
menerima ini,tapi bagaimanapun harus mengikhlaskan
semuanya.
Matahari semakin tenggelam, burung-burung semakin banyak
yang berbondong pulang,langit semakin berwarna oranye
kejingga-jinggaan.Kurang lima belas menit lagi waktu akan
menunjukkan pukul17.00.
Aku dan Heaven duduk dipinggir danau saat ini.Sudah menjadi
kegemaran sedari seminggu yang lalu.Aku sudah tidak tahan
ingin menanyakan ini dari seminggu lalu pada Heaven"Sorry
Heav,dari kemarin-kemarin pengen nanya ini"
Dia mengangkat alisnya "Apa?"
"Ayahmu kemana?kok enggak cari kalian? keluarga
mu?"tanyaku membuat nya diam sebentar.
"Ayahku nikah lagi.Sehari setelah bencana kapal itu mereka
nikah,aku dan mama datang ke Sumatera untuk menghadiri
pernikahan mereka sekaligus meminta pertanggungjawaban
masih ada aku anaknya yang harus dinafkahi.Aku enggak punya
keluarga disini selain ayah atau mungkin bukan lagi keluarga
karena dia enggak nyari kami sama sekali setelah bencana
itu"dia terdiam setelah mengatakan itu.
"Padahal aku udah kasih kabar,mama belum ditemukan,
kelihatan nya dia memang enggak peduli"lanjutnya.
Mendengar itu aku tidak berani bertanya lagi.
"Yang sabar ya Heavv".Aku mengelus pundaknya.
Aku berniat ingin membeli botol minum untukku dan
Heaven.Saat kembali aku melihat dia dipinggir danau berteriak
kesal.
"Kalau mama enggak ditemukan aku harus kemana?
!.Laut kupersilahkan kamu mengambil nyawanya,tapi mohon
kembalikan jasadnya padaku".Teriak Heaven.Mungkin dia
sudah pasrah.
Aku berlari menghampiri Heaven "Minum Heav".aku memberi
botol minum tadi padanya.Seketika dia menatapku tajam.Aku
tentu gelagapan,apa salah ku sehingga dia menatapku seperti
itu?.
"Semua ini karena kamu!?"teriaknya ditelinga ku, setelah nya
pergi meninggalkan aku sendirian di tepi danau.
Aku juga balik berteriak"Bukannya dari kemarin-kemarin kamu
bilang ikhlas nolongin aku?kenapa sekarang jadi gini Heav?!,aku
juga udah minta maaf".
Dia menghentikan langkahnya sebentar,tapi tak menoleh
padaku.Kulihat tangannya mengepal setelah nya melanjutkan
langkahnya.
Bab 6.Bye Desy...

Hari ini kami memutuskan untuk menghentikan pencarian


Desy,kami sudah pasrah.Aku dan keluargaku memutuskan
untuk pulang ke Medan nanti siang.Aku merutuki kesalahan
ku.Ini semua salahku,Andai aku tidak memaksa Desy untuk ikut
bersamaku mungkin dia tidak akan ikut tenggelam hari
itu.Sekarang mungkin dia sudah bertemu kedua orangtuanya
disurga, berpelukan,melepaskan semua rindu yang
dipendam.Aku kehilangan sepupu kesayangan ku.
Karena cuaca tidak memungkinkan untuk pergi ketengah jadi
kami hanya menabur bunga dipinggir danau.Cuaca akhir-akhir
ini sering mendung dan hujan,seakan ikut merasakan
kehilangan."Aku berharap kamu masih hidup Des,kalo pun
enggak,aku harap kamu tenang dialam sana,suatu saat kita
pasti ketemu,maafin aku ya!?"aku tidak kuasa menahan
tangisku.
Begitu juga dengan nenek,ia pasti sangat terpukul,dia lah yang
sudah merawat Desy selama 5 tahun belakangan ini.Seandainya
waktu dapat diulang kembali pasti nenek tidak akan
mengizinkan Desy pergi bersama ku,kalau tau kejadiannya akan
seperti ini.
Nenek menangis dipelukan mama.menangis sejadi-
jadinya.Mama mengelus-elus bahu nya menenangkan.Siapapun
yang ada disana menangis.
Acara penaburan bunga sudah selesai.Tapi aku meminta waktu
untuk sendirian dipinggir danau."Ternyata begini cara Tuhan
memisahkan kita,Dingin gak Des?,dingin yah,aku berharap
kamu masih hidup,berharap ada orang yang nolongin
kamu".Aku menatap kedepan sana.
"Maaf karena kami gak nemuin kamu,kamu pasti kecewa,maaf
yah.Kami pulang hari ini,bakalan sering-sering datang kesini,bye
Desy".Aku menghapus air mataku.
Kami semua sudah bersiap.Nenek ikut ke Medan bersama
kami,kami juga sudah memutuskan selanjutnya nenek akan
tinggal bersama kami.Tapi tunggu!! Aku seperti kelupaan
sesuatu.Aku baru,ingat aku belum berpamitan pada
Heaven.Aku izin keluar sebentar dari mobil dan mencari
Heaven.
Aku melihat Heaven berjalan melewatiku seperti menahan
amarah,aku memanggilnya tapi dia tetap tak
menoleh.Selanjutnya,seorang lelaki yang sudah berumur
berjalan sedikit cepat melewati ku lagi sambil memanggil-
manggil Heaven.Apakah Heaven menahan amarah tadi karena
lelaki itu?.
Aku mengikuti mereka.Takut terjadi sesuatu pada
Heaven,meskipun aku dan Heaven belum terlalu akrab tapi
tanpa dia aku tidak akan bisa berada disini mungkin aku sudah
mati tenggelam di danau sana.
Aku mendengar lelaki berumur tadi sedikit membentak
Heaven"Papa belum selesai ngomong Heaven!!".ternyata itu
adalah papa Heaven.Kemana dia selama ini?anaknya menjadi
korban kapal tenggelam dia baru datang sekarang.
Aku melihat Heaven membalikkan badannya menghadap papa
nya itu"Papa urus aja istri baru papa itu!!,Heaven yakin mama
masih hidup dan Heaven akan tetap disini menunggu mama".
Ayahnya tertawa,dasar bodoh pikirku."Mama kamu itu sudah
mati tenggelam didanau sana Heaven, mengharapkan orang
yang sudah tiada memang sangat berat dan apa tadi kamu
bilang?kamu akan tetap disini!?makan pakai apa kamu disini?
uang yang kamu pegang itu enggak akan cukup untuk bertahan
hidup selama kamu menunggu Mama mu".
Heaven mengepalkan tangannya."Lalu dimana anda selama ini?
Kenapa baru sekarang?sibuk mengurusi Istri barumu kan?
Memilih bulan madu daripada mencari anak dan mantan Istri
anda yang menjadi korban kapal tenggelam!?"Heaven
terkekeh.Ingin menghampiri tapi aku takut ayahnya nanti
malah semakin marah.Aku menunggu disini saja,dibalik
pohon,tetap mendengar percakapan Heaven dan papanya itu.
"Dia itu Mama barumu!bersikap sopan!.Seperti ini kah ajaran
mamamu selama ini?mengajarkan anaknya tidak sopan pada
yang lebih tua?!"cerocos ayahnya.
"Berhenti menyalahkan Mama saya!!"Heaven membentak
ayahnya.
"Ahkk sudahlah.Papa pening.Segera bereskan barang-barang
mu.Ikut sama Papa dan Mama,Untung Papa masih punya hati
nurani untuk menampung kamu, harusnya kamu
bersyukur,mau jadi gelandangan kamu disini? Bodoh!".Ayahnya
pergi meninggalkan Heaven.
Sekarang Heaven sudah duduk dipinggir danau.Aku
menghampiri dia."Nangis aja gapapa.Laki-laki juga bisa nangis
kok,tumpahin semuanya Heav,kalau dipendam malah makin
sakit".
"Ngapain disini!!gausah sok tau!".Dia tak menoleh,mungkin
tidak ingin melihat wajahku.
"Bukannya sok tau,tapi aku tau..."aku terdiam sebentar."Sekali
lagi maaf dan makasih Heav,hari ini aku balik sama keluarga ku
ke Medan,bukan apa-apa sih tadi aku cari kamu mau pamit tapi
enggak sengaja malah dengar percakapan kamu sama Papa
kamu.Aku enggak akan ikut campur kali ini.Takut kamu malah
makin marah samaku.Aku pergi ya,sampai ketemu lagi
Heavv!?".
Aku pergi dari sana, menoleh kebelakang sebentar melihat
Heaven masih tak bergeming dari tempatnya,sama sekali tidak
melihat ku pergi.
Selama perjalanan pulang,aku memilih tidur dimobil,masih
tidak bersemangat mengigat kejadian tadi,Heaven benar-benar
tidak menoleh saat aku pergi.Aku masih tidak rela
meninggalkan Heaven.Apa iya aku sangat nyaman dan senang
jika berada didekat nya.
Bego,bego,bego,kata itu yang keluar dari dalam hatiku saat
ini,begitu percaya diri kau bilang bahwa ada kemungkinan aku
dan dia bisa bertemu lagi namun tentang kapan dan dimana itu
belum pasti,kenapa juga aku berbicara seperti itu,hal yang
bodoh.Aku ingin minta maaf dengannya.
Aku terbangun dari tidurku yang ntah sudah berapa lama
karena mama membangunkan ku.Ternyata kami sudah
sampai.Hari bahkan sudah malam lagi.Aku terkejut melihat
orang sudah banyak didepan rumah kami.Itu teman sekelas ku
mereka datang untukku.Aku segera keluar dari mobil dan Trixy
berlari memelukku,dia menangis.
"Kangen banget Lenn".lirih Trixy.
"Yang penting sekarang udah disini kan".aku membalas
pelukannya.
"Kamu tau Len, hari-hari yang kulewatin berat kalau tanpa
kamu".Itu Boby,playboy dikelas ku,sudah tau keadaan masih
dalam suasana duka masih sempat-sempatnya
menggombal.Semua yang ada disana menyoraki Boby,haha
dasar.
"Sudah-sudah ayok semuanya masuk"ajak mama pada kami
semua.
Semua teman-teman ku sudah pulang,selain Rosa tentunya,
Tanpa kuminta pun pasti Trixy juga akan tetap menginap
dirumah ku,mana tega dia,hahaha.Mereka sebenarnya ingin
menginap disini tetapi tidak memungkinkan karena besok pagi
masih sekolah.

Aku dan Trixy berjalan kekamar ku.Aku mulai bercerita tentang


kejadian yang kualami saat saat kapal akan tenggelam,aku juga
bercerita tentang Heaven yang menolong ku kala itu.
"Kasihan banget siHeaven".Rosa menanggapi.
"Iya Ca,makanya tadi waktu mau pulang kesini aku masih
enggak rela gitu ninggalin dia,takut dia diapa-apain sama
Papanya, mungkinkan?".
"Mungkin gak mungkin si,taapi yaudahlah itu urusan dia
Len,kita gak usah terlalu ikut campur kalau tentang masalah
keluarga nya".
"Iya si,aku cuma mau bilang makasih sama dia,tanpa dia aku
enggak akan selamat dari tragedi itu".
"Tentang Sean kamu udah move on? setelah dengar kabar
kalau kamu salah satu korban tenggelam nya kapal itu dia
kelihatan kacau, kelihatan nya dia masih khawatir sama
kamu!?".
"Pernah dia ngirim aku pesan,katanya mau nyamperin
kedanau,tapi aku bilang enggak usah,gak penting,jadinya dia
enggak datang".aku terdiam sebentar."Aku masih kecewa sama
dia Trii".
Trixy memeluk menenangkan ku."Yaudah sekarang kita
tidur,kamu juga masih harus banyakin istirahat,belum pulih
total!?".

Bab 7. Kembali Sekolah


"Jika tidak benar jangan lakukan itu; jika itu tidak
benar,jangan katakan itu".

Mentari pagi merekah membawa semburat senyum kemerahan


dari perpaduan nya,seakan mampu menepis awan gemerlap
yang berwarna hitam keabu-abuan.Senyum mentari pagi yang
begitu kunantikan telah pudar dengan kekecewaan.Awan tebal
itu beradu dengan awan tebal lainnya dengan gerakan angin
yang mulai sedikit kencang.
Maka turunlah beribu-ribu titik air yang jatuh dari awan gelap
itu.Sehingga membasahi permukaan bumi.Pohon-pohon, atap-
atap rumah dan juga berhasil mengguyur beberapa orang yang
berlalu lalang dijalan.Termasuk aku saat ini yang begitu
bersemangat berangkat ke sekolah hari ini.
Mama tadi sudah melarang ku katanya masih harus istirahat
dirumah,tapi aku tetap kekeuh,aku sudah bosan seminggu
hanya dikamar,aku sudah rindu sekolah, dan mungkin salah
satu penghuni nya juga.
Hari ini aku berencana untuk menaiki angkutan umum menuju
sekolah yang hanya memiliki jarak tempuh 15 menit dari
rumah.Biasanya aku akan selalu diantar Bapak,tapi hari ini aku
begitu ingin menikmati pagi hari dengan menaiki angkutan
umum saja.
Sekolah terlihat masih sepi.Aku meletakkan tasku keatas meja
dan hanya duduk diam dikelas,tidak ada yang bisa kuajak
bicara.Sepi.
Kelas mulai ramai.Aku mengangkat kepalaku dari atas lipatan
tanganku.Apakah aku ketiduran?.Itu wajar saja karena tadi
malam aku sangat sulit tidur.
"Yeayy Valen udah masuk sekolah, akhirnya Len".Trixy
mengguncang- guncang tubuhku.
Aku hanya menjawabnya dengan anggukan.
"Udah bisa sekolah Len?. betah banget kayanya dirumah
doang,ga kangen sama gitu samaku?".seru Boby.
Aku hanya tertawa menanggapi dan menggelengkan kepala
menjawab Boby.Kalau bangun tidur biasanya aku suka malas
ngomong, pengennya melamun.Kalau dirumah pasti sudah
halu.
Masih banyak lagi pertanyaan dari teman-teman ku,ada yang
hanya melihat ku sambil tersenyum,dan ada pula yang tak
peduli.
Trixy kelihatannya bosan, mendengarkan paparan materi dari
Pak Santoso yang tak berujung didepan.Dia sudah mencoba
tidur dari tadi tapi tak mengantuk dan berakhir mencolekku
sekarang yang sedang sok memerhatikan Pak Santoso.
"Apasih Trii,aku bukan cewe gampangan ya,yang kalo ditoel-
toel langsung kesemsem".candaku.
Trixy bergidik."Mabok kaporit nih anak,bosen banget
hadeuh,temenin ketoilet Len", ajaknya.
"Ayok".
Tapi yang mengacungkan tangan malah Boby dan Leon dan
berseru dengan lantang."Pak".
Seisi kelas kompak menyorot kedua cowok itu.Sesi
pertanyaan,tak menyangka Boby akan menjawab.
"Iya Boby,apa jawaban kamu?".
"Maaf pak,saya terlalu subhanallah buat Bapak yang
astagfirullah".
Seisi kelas menahan tawa mati-matian.Pak Santoso tidak
seharusnya menaruh rasa bangga pada Boby yang dikiranya
akan menjawab.
"Saya izin mau ketoilet sama Burhan pak".
"Kayak perempuan aja ketoilet berdua.Mau ngapain?".todong
pak Santoso curiga.
Leon kali ini berseru."Saya mau megangin celana Boby pak,kan
mau kencing".
"Gak usah"
"Kenapa?"
"Bisa sendiri bro"
"Jadi mau ketoilet atau ngobrol?"sinis pak Santoso terlampau
kesal.
"Mau ke toilet sambil ngobrol pak".balas Boby lalu keluar dari
bangku.
"Duluan ya guys!"Boby melayangkan flying kiss disusul Leon
meniru Boby membuat seisi kelas melempar segala
benda,kalau tidak ditahan mungkin kursi pun akan melayang.
"Yahh,udah keduluan mereka Len".Bahu Trixy merosot
kesamping.
"Yaudah kita tunggu aja,bentar lagi palingan"aku tertawa kecil
melihat Trixy yang terlihat sangat kesal.
"Percaya sama aku mereka gak akan balik kekelas lagi,cabut
pasti tuh,mana Pak Santoso gak ngebolehin siswa izin lagi kalau
mereka belum balik".Trixy mencibir.
Aku hanya tertawa gemas menanggapi nya.

"Tringggg...."
Bel itu berhasil membuat kelas kembali sepi.Ada yang
kekantin,ada yang ke perpustakaan,dan ada juga yang tetap
setia dikelas.Aku dan Trixy memilih kekantin,sudah rindu
dengan jajanan dikantin.Pengen bakso dua dan esteh
dua.Tempat duduk di pojokan adalah tempat favorit.
"Eh lihat itu yang disana Len,si Sean lagi lihatin kamu" bisik
Trixy
Aku dan Trixy duduk berhadapan,dia melihat meja yang ada
jauh didepan.
"Apadeh"jawabku singkat.Sudah malas berurusan dengan Sean.
"Yaudah"dia melanjutkan acara makan nya.
Karena penasaran melanda pikiran ku,akhirnya kubalikkan
badanku untuk melihat Sean.Gini-gini,meski sudah putus tidak
mungkin kan aku move on secepat itu,tapi sedang kuusahakan.
Kini mataku sedang bertemu dengan mata Sean yang sedang
makan bersama tiga teman yang lainnya.Aku segera
membalikkan badanku secepat kilat,aku sempat melihat dia
tersenyum padaku tadi.Aku cepat-cepat menyelesaikan acara
makanku karena bel sudah berbunyi lagi.
Saat ingin kembali ke kelas Sean mencekal tanganku"Len,bisa
ngomong sebentar?"tanya nya.
"Gabisa,bel udah bunyi kelas kita sekarang ada kimia dari Bu
Ndia,Valen udah lama ketinggalan mau nyalin dari buku ku
dulu". Trixy melepas cekalan tangan Sean dari tanganku.
"Lima menit Trix,bisakan Len?"Sean tak putus asa.
"Gak bisa Sean!!batu banget sii,lepasin tangan Valen" Yang
ditarik siapa yang marah-marah siapa dasar Trixy,aku masih
diam sedari tadi.
"Trixy,aku cuma pengen ngomong sebentar sama dia!!Valen aja
kelihatan mau tuh,kok jadi kamu yang sewot?!"Sean agak
meninggikan suaranya,sudah tak sabar mungkin dengan sikap
Trixy.Aku masih diam.
"Kamu gak mau kan Len?"tanya Trixy padaku.
"Gak apa-apa Trii"akhirnya aku membuka suara.
"Satu menit Se!!"ujar Trixy dengan tangan dipinggang.
"Tiga menit".Sean tak ingin kalah.
"Okay,dua menit"Putus Trixy.
Sean memilih tak peduli dan segera menarik tanganku dari
sana.
Aku menurut kali ini,ternyata dia membawaku ketaman
belakang sekolah.Kami berdua duduk dikursi taman.Sean
menghembuskan napasnya.Berusaha mencairkan suasana agar
tidak terlalu tegang.
"Kamu maunya apa sih Len,selalu menghindar dari aku,baru kali
ini kita bisa ngobrol setelah kamu selamat dari kapal itu".
Aku tidak tertarik menjawab pertanyaan nya.Masih berusaha
menahan diri agar tak melihat wajahnya.
"Kalau mau aku bilang dong,kan aku juga maunya kamu".dia
masih berusaha mencairkan suasana.
"Gak lucu"aku berbalik menghadap Sean.
Aku memberontak,minta dilepas.Sean semakin mengeratkan
cekalan.
"Kamu bukan tanah Len!Kalau lagi kesal tahan jangan erosi!"
"Kamu bukan amuba Se!Kalau salah akui jangan membelah
diri!".
Sean terdiam.
Aku merutuki mataku yang memanas.Padahal susah payah aku
menahannya dari tadi agar tidak meluncur.
Ah sial..
Padahal sebelum-sebelumnya aku tidak menangis,kenapa saat
berhadapan dengan Sean air mataku melesak keluar.
"Aku gak suka liat kamu nangis Len".dia menghela napas dalam.
"Aku beneran gak ada hubungan apa-apa sama Alya,hanya
sebatas teman.tentang foto itu bukan aku yang upload tapi si
Riko.Tapi yang lagi pelukan emang aku sama Alya.Main truth or
dare.Apesnya aku yang kena.Dan aku pilih dare dikasih
tantangan sama teman-teman suruh pelukan orang samping
kanan, kebetulan Alya yang ada disana.Sebenarnya aku udah
nolak waktu itu,tapi apa boleh buat?"
Aku kembali mendudukan tubuhku dan menatap dingin kearah
Sean.. Sean hendak meraih tanganku namun segera aku
menghindar "Stop!! jangan ngelunjak!"
"Aku pengen kayak dulu lagi Len".
Aku tidak ingin mendengar apa-apa lagi.Aku segera pergi dari
sana meninggalkan Sean yang terus memangil-manggil namaku.
Bab 8.Pertemuan tak Disengaja

Satu tetes air hujan terjatuh tepat dihidungku.Aku


mendongak ,menatap awan yang gelap.
Seakan berlomba-lomba .Rintik hujan mulai turun dengan
derasnya mengguyur jalanan.Semilir angin yang berembus
bersamaan dengan derasnya hujan , membuat orang -orang
berlarian menepi untuk menyelamatkan diri.
Sama halnya denganku saat ini.Dengan cepat aku
membereskan beberapa novel milik ku yang tergeletak
dibangku taman,lalu menutup kepala dengan hoodie yang
kukenakan.Pijakan demi pijakan terlewati aku melangkahkan
kaki dengan cepat menuju seberang.
"Huh," aku menghela napas lega ,membuka penutup kepala
dan membenarkan rambutku yang berantakan.
TRING!
Lonceng berwarna kuning itu berbunyi kala aku membuka pintu
cafe.Mataku langsung tertuju pada satu tempat yang
kosong,belum ada siapa -siapa.
Melebarkan senyum,aku segera menuju kesana,pasalnya
semua meja terisi penuh dan hanya tersisa satu.Ahk, sepertinya
ini adalah hari keberuntungan ku.
Aku langsung memberikan hak milik dimeja itu dengan
menaruh novel-novel ku disana sebelum pergi memesan.
Menatap buku menu sebentar "Mas,mau Choco Hot Latte nya
satu ya".
"Atas nama siapa Mba?"
"Valentina".
"Wih yang pembalap itu ya Mba?" Laki-laki yang menjadi
barista itu terkekeh seraya mencatat pesanan.
Aku mengerutkan bibir dengan sebal,sudah banyak orang yang
kutemui selalu meledek namaku dan menyangkut pautkan
dengan tokoh pembalap internasional itu.
Bersedekap dada, menatap orang didepan ku dengan
malas .Merasa tidak ada yang diperlukan lagi,aku beranjak pergi
dari sana.
"Mbak,becanda atuh" seru barista itu.
Aku mengacuhkannya,tau itu hanya bercanda,tak
mempermasalahkannya, hanya saja merasa sedikit kesal.
Setelah beberapa menit berlalu cukup lama ditoilet,sampai
akhirnya selesai dan melihat pesanan ku sudah berada di meja.
Tapi tunggu,ada yang berbeda dengan mejaku.Aku menyipitkan
mata dan memfokuskan pandangan.Aku mendengus,dan
mengepalkan tangan seakan siap menghajar orang yang berani
merebut tempat yang sudah kuberi hak milik itu.
Aku berjalan menuju meja seraya menghentak-hentakkan
kakiku.Semakin dekat dengan mejaku,aku bisa melihat seorang
laki-laki memakai topi hitam,dan kemeja kotak-kotak sedang
memunggungiku.
Aku memperlambat langkah saat sudah sampai
dimejaku.Merapikan rambutku.Eh? Apa-apaan ini? Astaga.
"Khem" aku berdehem pelan, bermaksud memanggil laki-laki
itu.Tapi laki-laki itu sama sekali tidak berkutik ,tetap fokus
menundukkan kepala melihat ponselnya.
"Khem!" deheman kali ini sedikit ngegas, membuat cowok itu
refleks menoleh.Jantungku berdegup melihat cowok itu
ternyata Heaven.
Aku masih terdiam,masih tak menyangka lelaki didepanku ini
adalah Heaven.
Heaven sama terkejutnya denganku."Valen?"
"He-Heaven?"
"Gak nyangka bisa ketemu lagi Len". dia memberi senyum tipis.
"Ahk iya" masih tak menyangka didepan ku saat ini adalah
Heaven Higher.
"Ehh ini mejamu? sorry sorry aku gak tau,meja disini udah
penuh semua makanya tadi langsung kesini karena merasa
belum ada orang yang nempatin". katanya membuyarkan
lamunanku.
"Khmm i-iyaa ,kamu disini?" Ahk kenapa aku jadi merasa
canggung.
"Iya,ikut sama Papa.Maaf ya Len"
"Maaf?" aku membeo.
"Maaf karena sempat membentak kamu waktu itu!?" ucapnya
mengingat kejadian saat aku ingin berpamitan dengannya
meninggalkan danau Toba.
"Ahk iya gapapa,aku ngerti.Disitu kamu emosi banget jadi aku
tau itu gak perlu dimasukin kehati " jawabku membuatnya
sedikit merasa lega.
Ingin bertanya kenapa Dia bisa ikut dengan Papa nya tapi aku
tidak berani.Itu privasi nya, mengingat perkataan Trixy.
"Selanjutnya juga bakal tinggal disini?" tanyaku yang langsung
dibalas dengan anggukan.
"Iya, aku gak mungkin balik lagi ke Jakarta, ninggalin Mama
disini" ucapnya yang lagi-lagi membuat ku merasa bersalah.
"Maaf ya Heaven" ucapku membuatnya mengerutkan
kening,merasa bingung.
"Gak usah diungkit lagi Len, itu malah semakin membuat aku
susah nantinya mengiklaskan Mama".
Aku mengganggukkan kepala.Kupikir dia benar-benar sudah
bisa mengiklaskan Mamanya, ternyata belum.
Ponsel Heaven berbunyi dia segera menjauhkan badan nya
dariku ingin mengangkat telepon.
"Duluan ya Len," ucapnya seraya memegangi telepon
genggamnya ditelinga.
"Iya Pah,Heaven kesana sekarang!?" ucapnya lagi dan segera
beranjak dari sana.
Aku masih menatap punggung Heaven sebelum Dia benar-
benar menghilang dari penglihatan ku.
"Yang tadi pacar Mbak nya?" Seorang barista datang sambil
membawa satu minuman dan meletakkannya diatas meja.
" Bukan Mas, cuma temen " jawabku.
Barista itu tersenyum "Tapi kelihatannya cocok Mbak".
Aku tersenyum mendengar itu, sedikit merasa senang
juga.Ya.Hanya sedikit.
Bab 9.UKS

Masuk kedalam kelas.Duduk dikursi fokus menggerakkan


bolpoin diatas buku menyalin catatan.Aku sadar,satu cewek
disampingku terus menatap sedari tadi.
"Kamu kenapa Len? kok pucat?" tanya Trixy.
Aku hanya menggeleng kan kepala sebagai jawaban.Aku berniat
ingin pergi ke UKS setelah izin dari Bu Nadia.Kepalaku sedikit
berdenyut nyeri.
"Mau ditemenin gak?"tanya Trixy sebelum aku melangkahkan
kakiku.
"Gak usah Trii,kamu dikelas aja,tuh lihat Leon daritadi
merhatiin kamu".aku sengaja mengejek Trixy.
Brukkk!!
"Aduh".
Seseorang baru saja menabrakku.
"Sorry".dia mengulurkan tangan nya padaku.
Aku mendongakkan kepala ku kearahnya seperti mengenali
bariton suara itu dan terkejut setelah nya.Bagaimana tidak?
orang yang baru saja kutabrak itu....
"Heaven?"aku benar-benar tidak menyangka.Ini Heaven atau
khayalan ku.
Orang itu juga nampak terkejut melihat ku dan membantu ku
berdiri."Ngapain disini?"
Heloo yang harusnya nanya bukannya aku ya? inikan sekolah
ku,tempatku menuntut ilmu selama dua tahun belakangan
ini,ckckk
Dia mengerutkan dahinya.
"Yang harusnya nanya itu aku! Kamu ngapain disini?!" aku balik
bertanya.
Dia menganggukkan kepalanya "Ini sekolah kamu?aku pindah
sekolah ke sini".Seketika membuat ku terdiam.
"Bukannya belajar dikelas malah berkeliaran dijam sekolah?".
cibir Heaven.
Waitt!! apa katanya? berkeliaran?,memangnya aku ini
apa,sampai disebut-disebut berkeliaran.Kok sekarang Heaven
jadi nyebelin ya.
"Malah diam!" Dia menoyor dahiku pelan.
"Enak banget kamu! seenaknya noyor kepala anak orang"
cetusku sambil memijat pelan dahiku.Dia tidak tahu apa?
tadinya aku ingin pergi ke UKS karena kepala ku pening,malah
tambah pening karena ditoyor.
"Emang sakit ya?" tanya Heaven asal.
"Ya sakit lah,kamu pikir aku mayat yang gak bisa merasakan
sakit?" balasku kesal
"Aku kira kamu Pororo" balas Heaven.Sekarang dia sudah
tampak baik-baik saja,tidak seperti saat aku meninggalkan dia
didanau saat itu.
"Kamu robot berkarat" balasku.
"Kamu cicak kejepit" cibir Heaven.
"Kamu nyamuk kesasar".balas Heaven tak ingin kalah.
"Kamu buaya darat" balasku asal.
"Sorry, aku manusia bukan binatang"timpal Heaven.
"Kamu duluan yang bilang aku cicak ,malah kejepit lagi
cicaknya" tuturku sinis.
"Daripada kamu bilang aku robot berkarat,kamu pikir aku
bukan manusia?" timpal Heaven lagi.
"Bodo amat" cetusku.
"Aku gak merasa bodoh tu" balas Heaven.
"Oh" balasku singkat.
Kenapa rasanya aku tidak ingin kehilangan moment ini.
Suara bu Nadia tiba-tiba masuk ke indera pendengaran ku
"Valen gak jadi ke UKS ?"
Spontan aku menoleh ke sumber suara .
"Emm...ja..jadi kok bu.ini mau jalan kesana ,tadi ada murid
baru yang nanya ruang kepala sekolah".jawabku menoleh
kearah Heaven.dia mengernyitkan dahinya bingung.
"UKS?" tanya nya .
"Oh ruang kepala sekolah ada disana nak,lurus lalu belok kanan
saja,nanti ada ruangan bertuliskan ruang kepala sekolah,Valen
mau ibu antarkan saja?" tanya Bu Nadia sedikit cemas.
"Eh gak usah bu.saya masih kuat kok jalan sendiri
kesana.Lagian tuh udah dekat, Mari Bu," Aku melanjutkan
langkah ku ke UKS .
"Duluan ya Heav" tak lupa tersenyum sedikit pada Heaven.Dia
masih kelihatan bingung,hahah biarkan saja.
Tak kusangka dia malah mengikuti ku masuk ke UKS .
"Lho? Heav? kok kesini?"
"Sakit?" tanya nya.
"Enggak kok,cuma lagi malas belajar aja hehe" jawabku
berbohong.
Dia menganggukkan kepalanya dan pergi begitu saja.Aneh.
Aku tersentak saat melihat Sean ternyata ada didalam UKS juga.
"Valen? ngapain kesini? sakit?" tanya Sean panik.
"Pening dikit doang ".aku mengganggukkan kepala ku canggung
masih mengingat kejadian beberapa hari lalu.
Dia mengangguk panik lalu berjalan menuju meja dan
mengambil kotak p3k diatas meja .Ia mengambil empat tablet
obat pereda sakit kepala.Sean adalah mantan ketua PMR.
"Diminum dua kali sehari sehabis makan .Usahakan jangan
langsung tidur setelah minum obat " ucapnya.kubalas anggukan
paham dengan kepala.
"Makasih ya,aku duluan ,mau beli minum kekantin dulu"aku
hendak pergi namun tanganku segera dicekal oleh Sean.
"Valen tunggu!" aku menghentikan langkahku dan
membalikkan badan.
"Ada apa?" tanya ku.
"Kamu nanti ada waktu?" tanya nya.
"Kapan?"
"Nanti malam" Sean menggaruk tengkuknya.
"E-enggak ,aku ada urusan "aku mengulum senyum .
"Kalo siang?" tanya Sean lagi.
"Siang juga ada acara"
"Besok,besok kamu bisa gak?" tanya Sean lagi lagi mencoba
membujuk ku.
"Kalo dia gak bisa berarti gak bisa,jangan dipaksa" saut
seseorang dari luar.Heaven masuk ke UKS .Jadi sedari tadi dia
belum pergi! menguping pembicaraan ku dengan Sean sejak
tadi?
"Gak usah ikut campur" timpal Sean.
"Bukannya mau ikut campur, tapi anda gak bisa maksa dia
seenak jidat,gak dengar tadi dia bilang apa? dia ada urusan"
Ujar Heaven menatap tajam Sean.
"Saya gak ada urusan sama anda,lagian siapanya Valen?
kelihatannya anda ini murid baru iyakan?"
Aku berdehem membuat atensi Sean teralihkan."A-aku duluan
ya " setelah mengatakan itu,aku melenggang keluar dari dalam
UKS meninggalkan Sean dan Heaven.
Bab 10. Murid Baru

Aku sudah kembali ke kelas.kepala ku juga sedikit mendingan


setelah meminum obat yang diberi Sean tadi.Aku tidak
menyadari saat Bu Nadia masuk kembali kekelas dengan
seorang siswa.Aku masih asik melamun menyandarkan
kepalaku diatas meja berbantalkan tangan memikirkan Heaven
dan Sean di UKS .
"Siang anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru," sapa Bu
Nadia.
Seisi ruangan menjadi gaduh berbisik-bisik apalagi yang kaum
hawa.
"Ganteng banget " ucap seorang cewek yang suaranya berasal
dari meja depan.
"Astaga, salah banget aku selalu hibernasi dikelas, sampe gak
tau pangeran berkuda udah datang menjemput".Pekik seorang
siswi yang berada dibelakang mejaku.Aku masih asik
memejamkan mataku,tak tertarik sama sekali.
BRAK!
Trixy menggebrak meja, membuat ku sedikit terkejut dan
terbangun dari lamunan ku.
"OMG! GANTENG BANGET AAAA,MELEYOT!" pekik Trixy yang
berada disampingku.
Mataku membulat melihat Heaven berdiri didepan sana.Aku
terdiam mengamati wajah berhidung mancung dan rahang
tegas itu.Itu benar-benar Heaven Higher?.
"Silahkan perkenalkan diri kamu Nak" suruh Bu Nadia.
"Nama saya Heaven Higher" ucap Heaven yang membuat kelas
semakin gaduh.
Entah Heaven yang kelewat ganteng atau para cewek yang
kelewat lebay sehingga keriuhan itu muncul saat jelas-jelas
masih ada guru disana.Untung Bu Nadia bukan tipe-tipe guru
killer yang suka memangsa murid.Kalau killer kan bahaya.
"Halo Heaven,salken ya" ucap satu siswi berbaju ketat yang
duduk di bangku paling depan.
Heaven menggangguk singkat.
"Heaven sekarang kamu boleh duduk disebelah sana!" kata Bu
Nadia seraya menunjuk bangku kosong disamping Boby yang
juga bersebelahan dengan meja ku.
Heaven berjalan menuju meja yang ditunjuk.Dia tersenyum
padaku sembari mendudukkan bokong nya dikursi.
"Len" sapanya
"Hai " jawabku..Membuatnya geleng-geleng kepala sambil
terkekeh.
"OMG! Lenn!! kamu kenal sama dia?" bisik Trixy heboh.Aku
mengganggukkan kepala ku.
"Tapi bentar-bentar,kayak gak asing namanya " bisiknya lagi.
"Iya Tri,itu Heaven yang aku ceritain kekamu,yang nolongin aku
" kataku membuat Trixy menggebu-gebu ingin berkenalan
dengan Heaven.
"Halo Heaven" sapa Trixy.Heaven menoleh.
"Kenalin dong Len" bisik Trixy padaku,aku hanya terkekeh.
"Khm,kenalin aku Trixy, sahabat nya Valen" ucap Trixy
menampilkan senyum terindah nya sembari mengulurkan
tangannya.
Heaven mengganggukkan kepala nya.Lalu menoleh kearah ku
"Kepala nya udah mendingan?" tanya nya.
"Hah?" aku membeo.
"Aku nanya kepala nya udah mendingan kah? abis minum obat
tadi? siapa tau obat nya dikasih racun.Gelagak cowok tadi aneh
banget soalnya." kata Heaven.
"Aneh-aneh aja Heav,gak mungkin lah" aku tertawa kecil.
"Ya siapa tau Len,kan gak ada yang tau!" balasnya.
Setelah itu aku mendengar Boby mengajak Heaven berkenalan
karena kata Boby wajah mereka mirip sama-sama ganteng
sebelas dua belas lah.
"Emang agak sombong gitu ya Len?" tanya Trixy padaku. Yang
dimaksud yaitu Heaven.
"Khmm.. enggak kok, bukan sombong tapi agak irit gitu
bicaranya, sok cool gitu orang nya,nanti juga kamu kenal"
jawabku.
"Tapi uluran tangan ku gak dibalas" Trixy mendengus.
"Hahaaha mungkin dia takut sama tangan kamu tuh banyak
tinta corat-coret"
"Ahk iya lupa " Trixy menepuk dahinya. "Izin dulu deh ahk"
lanjutnya seraya mengangkat tangan.
"Iya Trixy ada apa?" tanya Bu Nadia didepan sana.
"Izin ketoilet Bu!?"
"Iya silahkan, untuk semuanya kita lanjutkan pelajaran kita
ya.Kenalan sama Heaven nya dilanjutkan nanti ketika jam
istirahat" kata Bu Nadia karena melihat siswi-siswi banyak
mendatangi bangku Heaven.
Aku bernapas lega mendengar arahan Bu Nadia, sekarang
mereka sudah kembali ke bangku mereka masing-
masing,sedikit merasa kecewa meninggalkan bangku Heaven.
Dasar cewek-cewek centil ucapku dalam hati.
Beberapa menit sudah berlalu,namun Trixy belum juga kembali
kekelas.
Tok...Tok...Tok...
"Iya masuk!" suruh Bu Nadia pada siswi yang mengetuk pintu
tadi .
Nah,itu dia! Trixy.Berjalan menuju meja dengan muka sok
serius.Aku tau dari gelagat nya pasti dia punya gosip terbaru.Itu
sebabnya dia lama sekali masuk kelas lagi.
"Gosip apa lagi?!" tanyaku curiga.
"Hehehe,tau aja Len,kalo punya berita terbaru" dia
mendudukan bokong nya.
"Udah biasa" aku mendengus.
"Alya" katanya menggebu-gebu.
Aku mencondongkan kepala mendekat pada Trixy seraya
berbisik "Kenapa lagi dia itu?"
Sebenarnya aku bukan tipe orang yang haus akan gosip ,
berhubung ini Alya yang dibicarakan aku sedikit tertarik.
" Alya hamidun!? kayaknya bakalan di DO..deh "
Pikiran ku langsung berkecamuk kemana-mana.Bukan Sean kan
yang menabur benih? Sean bukan cowok seperti itu kan?
Seakan tau apa yang sedang kupikirkan, Trixy
tertawa.Menyentil dahi ku.
"Udah pikiran nya jangan kelayapan, lagian mana mungkin lah
Sean yang hamilin.Sean itu sebenarnya anak baik-baik cuma
terhasut sama setan Alya aja.Lagian udah mantan juga cih,kok
masih peduli". todong Trixy.
"Enggak kok".aku meyakinkan Trixy.
"Baguss!!tuh masih ada Heaven yang lebih perpect
Len,hehehe" dia mengarahkan dagunya pada Heaven.
Aku menoleh kesamping kearah Heaven.Memperhatikan
Heaven yang sedang serius mengerjakan soal biologi.
Sadar aku memperhatikan,dia menoleh sekilas kearah ku lalu
lanjut menulis "Manis " ucapnya tanpa menatap ku lagi.
Aku mencubit pipi ku yang comel.Ternyata bukan mimpi
Heaven bilang aku manis?.Mulai lagi deh Len,sadar dong
sadar.Huh..
Dia menoleh padaku lagi " Len,gamet yang ini kamu dapatnya
manis atau asam?" tanyanya seraya menunjuk isi buku tulisnya.
Eh.. Tunggu.Jadi tadi yang dibilang manis itu bukan aku??

Bab 11. Kisah Sederhana

Sinar matahari pagi menusuk mataku, pelan -pelan kubuka


mataku dan melihat Mama sedang membuka gorden jendela
yang berwarna kuning keemasan.
"Sudah bangun?" tanya Mama menghampiri ku dan duduk
disebelah aku berbaring.
Aku mencoba duduk dan tiba-tiba sesuatu jatuh dari
dahiku.Sebuah kain basah .
"Semalam kamu demam tinggi,jadi Mama ngompres kamu.Hari
ini kamu gak usah sekolah dulu,kayaknya bakal telat juga.Mama
gak tega tadi bangunin kamu ".
"Aku masih kuat sekolah kok Mah.. emang sekarang jam
berapa?
"Jam tujuh " Ucap Mama membuat ku terkejut dan terbangun
lalu cepat -cepat berlari kekamar mandi.
"Eh pelan-pelan jangan lari nanti jatuh.Aduhh...udah gede tapi
masih hobi lari-larian" teriak Mama yang masih bisa kudengar
saat aku sudah didalam kamar mandi.
Aku segera melakukan ritual didalam kamar mandi yang bisa
hanya lima menit saja.Ya!aku tidak mandi,hanya mencuci
muka,kaki,dan gosok gigi.
*****
"Tuh kan udah ditutup" Aku panik.Sebelumnya aku tak pernah
terlambat seperti ini.
Aku tidak mempunyai pilihan.Aku memutuskan ke gerbang
belakang,mengeluarkan ponsel dari saku dan menghubungi
Trixy.
Tidak membutuhkan waktu lama,Trixy datang bersama seorang
siswa yang notabene nya adalah anak OSIS yang biasa disogok
untuk membuka gembok belakang sekolah,dan langsung
membuka gembok sekali hentak.
"Silahkan masuk tuan Puteri" Seru Trixy.
"Aman kan?" aku bertanya memastikan dan Trixy memberikan
acungan jempol sebagai respons.
"Udah,buruan masuk kelas! sebelum ketauan Pak Reno" seru
siswa itu.
"Makasih" Akhirnya aku dan Trixy membalikkan badan,
meninggalkan siswa tadi dengan sedikit terburu-buru,takut jika
kelas sudah dimulai.Berjalan mengendap-endap kedalam kelas
aku bersyukur guru belum masuk.Mengeluarkan buku
pelajaran dari dalam tas, aku baru menyadari tempat duduk
Heaven,Leon,dan Boby kosong,mereka belum datang.Atau
terlambat juga? dan ketahuan sama Pak Reno.Kasihan Heaven
karena berteman dengan Boby dan Leon sekarang dia jadi ikut
terlambat.
*****
Menunggu guru masuk dijam kedelapan,aku bosan.Kepalaku
bergerak kesamping kiri melihat tiga bangku kosong
Heaven,Boby,dan Leon belum juga masuk kedalam kelas,atau
mereka bolos? ahk sudah lah.
Kembali kepala ku bergerak kearah samping kanan,lalu menarik
sebelah earphone yang dikenakan Trixy dan kutancapkan
ketelingaku dengan wajah santai.
"Kebiasaan" tegur Trixy menghentikan aktivitas menorehkan
tinta diatas kertas,menyalin materi dari buku paket.
Aku lebih tertarik pada lagu yang mengalir ditelinga ku.
"Ganti dong Trix,lagi kangen lagu-lagu 1D".
Trixy tak banyak protes ,kali ini menurut, tumben tumbenan
sekali.Dia mengganti lagu .
Menyadari hari ini Trixy lebih banyak diam aku baru sadar saat
aku mengganggu dia mencatat tapi tak direspons.
"Trix?" dia diam ,hanya melirikku sekilas.
Selang beberapa detik Trixy menyentuh bahuku,melihat air
muka Trixy nampak memprihatinkan membuat aku
kebingungan sekaligus khawatir.
"Kamu kenapa Trix?" aku memberi fokus penuh pada Trixy
dengan mata yang sudah memerah menahan tangis " cerita
coba sama aku".
Mata Trixy berkaca-kaca,intonasinya bergetar " Aku putus
sama Kak Marvel"
"Kok bisa sih?" aku seperti tidak percaya.Semalam aku masih
melihat Marvel mengantar Trixy pulang ." Sayang banget..dua
tahun loh".
Trixy tersenyum pahit."Orangtuanya tau".
"Kamu sih pake LDR segala ,mending beda kota,ini beda
keyakinan" ucapku ingin mengajak Trixy bercanda.Dia
tersenyum kecut.
Bab 12. Perkara Bakso

Bel istirahat sudah berbunyi sejak tiga menit yang lalu, tetapi
aku masih setia dengan pulpen dan buku dikelas
sekarang.Huhh..
Aku terus mencatat dengan kecepatan kilat seraya melihat
papan tulis dan buku sesekali.Sedang Trixy sudah pergi saat bel
berbunyi, karena perintah ku untuk duluan saja.
"Sampai pada masa kejayaannya " gumamku diakhir kalimat
yang kutulis.
Huh akhirnya selesai juga.Aku segera menutup buku ku,
meregang kan tangan dan jari-jemariku yang kaku.
Aku menatap jam dinding terlebih dahulu lalu memasukkan
ponsel kedalam saku baju dan keluar kelas,menarik nafas lalu
tersenyum senang.
"BAKSO I'M COMING" seru ku tak sabar.
Aku berjalan cepat melewati koridor dan tersenyum lebar
membayangkan betapa nikmatnya bakso urat Bang Satria yang
super lezat, ditambah lagi dengan es teh dingin.Membayangkan
saja sudah membuat air liur ku bertambah banyak.
Aku dikejutkan dengan senggolan dibahuku yang keras.Aku
sempat terhempas kesamping kala segerombolan murid
perempuan berlari dengan tergesa-gesa.
"Buruan woi, asupan mata ada dikantin!"
Mereka heboh menuju kantin , samar-samar dapat kudengar
mereka mengatakan ingin menatap pangeran
berkuda ,mengelap keringat nya,atau melakukan hal-hal lebay
lainnya.
Sesampainya dikantin ,aku langsung disuguhkan dengan banner
besar bertuliskan 'Bakso Melehoy Bang Satria' begitulah
tulisan banner milik stand yang ingin kudatangi.Melihat
sekeliling,aku mengerutkan kening saat melihat kerumunan
dimeja paling ujung ,entah apa itu.Aku mengedikkan bahu
acuh, mencari -cari Trixy tetapi tidak menemukan dia.Bersikap
masa bodo,aku pergi menuju stand Bakso Bang Satria.
Seperti biasanya,stand bang Satria selalu ramai pembeli karena
baksonya yang enak dan besar, karena itulah disebut bakso
melehoy.
Orang didepan ku sudah selesai, sekarang giliran ku.Aroma
lezat semakin tercium saat Bang Satria menaruh semangkuk
bakso dihadapan ku."Ini Neng,tiga belas ribu semuanya" ucap
Bang Satria.
Aku mengeluarkan uang dari saku sebesar seratus
ribu .Membuat Bang Satria resah " Aduh Neng,gak ada uang
kecil aja?"
Aku menggeleng "Gak ada Bang"
Bang Satria mengambil uang itu "Kalo gitu saya tukar dulu ya
Neng" .
Dua menit kemudian Bang Satria kembali membawa uang
kembalian."Ini kembalinya 87 ribu ya,Eh sebentar saya cari dua
ribuannya dulu" Bang Satria merogoh sakunya mencari-cari.
Tiba-tiba dari arah samping seseorang mengambil semangkuk
bakso ku dan membawanya pergi.
Aku kaget "Loh! apa-apaan.Itu bakso ku woi! " aku berteriak
mengejar orang tersebut.
"Neng,dua ribu nya!" Seru Bang Satria seraya mengulurkan
uang dua ribuan.
Aku mendengar itu,dan terus berlari seraya berteriak "Ambil
aja Bang!" Fokus ku kini dengan gadis berambut pendek yang
membawa bakso ku pergi.Ini sungguh tidak masuk akal ,yang
benar saja ada pencuri bakso dikantin.
Aku tau kemana arah gadis itu pergi .Aku berdiri diantara
mereka dan memantau apa yang akan gadis itu lakukan.Gadis
itu sedang memberikan baksonya pada ...Boby? Eh..disana juga
ada Heaven dan Leon.Jadi mereka bolos kekantin? Dasar!!.
"Ini Kak baksonya!"
Boby dengan baju tanpa lengan itu melihat jam
tangannya."Bagus tepat waktu,Kamu boleh dapat nomor
Heaven!" dengan santainya Boby berkata demikian.Sedang
Heaven terkejut tapi tak melakukan apa-apa.
Heaven,Boby,dan Leon belum menyadari keberadaan ku karena
mereka dikerumuni banyak siswi.
" Oh.. jadi kalian bertiga bolos kekantin buat caper sama cewek-
cewek? pake jual nomor Heaven segala lagi cih.." Mataku
melotot dan kuacungkan jari telunjuk.
Heaven terkejut dan berdiri menghampiri ku."Aku gak ikutan,
mereka berdua yang ngajak" tunjuk Heaven pada Boby dan
Burhan.
Aku menatap tajam Boby dan Leon dengan tatapan
permusuhan.Terlihat bola mata mereka berdua membesar
terkejut saat kutatap seperti itu.
"Bakso yang kalian makan itu punya ku! cewek itu ngambil
punya ku" Semua orang menatap gadis yang berada tak jauh
dari Heaven, membuat gadis itu menunduk.
Boby menghampiri gadis berambut pendek yang baru saja
mendapat nomor Heaven karena berhasil membelikan bakso
tepat waktu.
Boby membungkuk agar sejajar dengan tinggi gadis itu "Kita gak
suka cara kamu, malu-maluin.Sini hp nya!"
Gadis itu memberi hp nya dengan tangan gemetar "Jangan
dihapus Kak,aku baru aja dapat nomor nya" ucapnya terbata.
"Nih hp kamu,lain kali jangan begitu.nomor Heaven nya gak jadi
"
Gadis itu mendongak menatap Boby berkaca-kaca.
"Bubar kalian!" kali ini Leon yang berseru demikian.Membuat
sorakan-sorakan kecewa dari siswi-siswi.
Boby dengan tampang sok serius menghampiri ku "Hehe,sorry
Len ini bakso kamu kita kembaliin, cuma cicip doang kok.Nih!"
Aku menghela napas panjang "Yeuyyy!!! Enak aja!! itu udah
bekasan kalian ya!! Ganti pokoknya!"
"Iya,aku yang ganti" seru Heaven.Sedang Boby dan Leon
mengucap syukur.
"Yaudah beli yang baru gih,keburu bel masuk!" ucapku sok
mengatur."Makanya lain kali jangan mau temenan sama dua
setan ini,pake mau segala lagi nomor nya dijual-jual" lanjutku.
Heaven meringis "Nomor yang mereka jual itu bukan nomor
aku asli"
"Terus?!"
"Nomor Pak Reno Hahahha" kali ini Leon yang membuka suara.
"Mampus kalian! kalau ketahuan gimana?" Aku benar-benar
tidak habis pikir bagaimana jalan pikir mereka, kalo cewek-
cewek tadi ngechat nomor nya Pak Reno pake kata-kata alay
kan bisa rusuh nanti, belum lagi ditanya dapat nya darimana.
"Lagian salah tuh akik-akik, telat dua menit doang disuruh
bersihin toilet sama nyapu seluruh lapangan" Boby
menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Jadi tadi kalian telat?"
"Khmm..Nih karena Heaven suruh jemput katanya motor nya
lagi dibengkel,berujung deh dihukum Pak Reno" jelas Boby.
"Ini semua karena kalian masih sempat-sempatnya godain
janda " ucap Heaven kesal.
"Kan kita butuh asupan pagi Heav, lagian kamu juga tadi ikutan
kan?" Leon menyeringai.
Aku terkejut sontak menutup mulutku "Hahh!?"
"Kamu cemburu ya Len,Heaven godain janda?" Leon menarik
turun kan alisnya membuatku bergidik ngeri.
"Cemburu? gak lah!! Mau dia godain Pak Reno pun aku gak
peduli!" kataku menatap nyalang Heaven sedang yang ditatap
mengerutkan keningnya.
"Iyakah Manis??" Boby terus mengejekku.
"Aku gak godain siapa-siapa" ucap Heaven menatap ku penuh
membuat aku salah tingkah ditatap seperti itu.
"Bodo amat" cetusku tajam.
"Amat gak bodoh tu" balasnya.
"Bodohhhh!! " setelah mengatakan itu,aku segera pergi
meninggalkan mereka untuk mencari Trixy.
"Jangan lupa baksonya!!! bawa kekelas sekalian!" aku setengah
berteriak dan melanjutkan langkah ku.
Bab 13.Pulang Bareng

Bel pulang berbunyi sejak beberapa menit yang lalu.Saat ini


kondisi parkiran terbilang cukup sepi karena siswa yang lain
sudah mengambil kendaraan nya dan mungkin sudah pulang ke
rumah masing masing.Lain halnya dengan aku dan Trixy yang
masih setia menunggu jemputan.
"Len..tuh Alya" ucap Trixy seraya menunjukkan Alya yang
sedang berjalan bersama kedua temannya.
"Hmm.." jawabku malas.
"Masih punya nyali ternyata Dia "kata Trixy lagi menggebu-
gebu. "Kita eksekusi yok Bu?!" Aku tak mengindahkan protes
Trixy dan mengikuti dia.
Sebelum melangkahkan kaki menuju Alya aku membuka ponsel
karena melihat ada notif terbaru dari akun lambeturah
sekolah.Di akun itu ada sebuah artikel yang menyebut tentang
nama Alya yang langsung membuat ku kepo dan membukanya.
Aku memicingkan mataku kala melihat berita yang menyebut
Alya hamil karena pergaulan bebas.Dan... Alya yang dimaksud
bukan Alya yang didepan sana,melainkan Alya adik kelasku
yang diketahui kelas 10.
Aku menghembuskan napas lelah dan menatap Trixy penuh
intimidasi.
Dia menyegir " Hehehe maaf Len, salah orang ternyata"
"Eh...itu bukannya jemputan kamu? "
"Iya,mau pulang bareng gak Len?"
"Enggak deh,aku nunggu angkot aja"
"Oh, yaudah aku duluan"
Aku mengangguk.
"Sendiri?" Suara bariton Heaven membuat perhatian ku
teralih padanya.
"Banyak orang tuh.Gak liat?" aku masih kesal perihal bakso
dikantin tadi.
Aku hendak melangkahkan kaki,namun tanganku dicekal
Heaven.
"Bareng aku" Kata Heaven menggandeng aku menuju parkiran.
"Eh?! Bareng kamu apa? Ngomong jangan setengah-
setengah!" aku meronta.
Aku dan Heaven sampai didepan sebuah motor sport
hitam.Aku hendak melangkahkan kaki, lagi-lagi tangan ku
dicekal Heaven.
"Apa lagi?" malasku.
"Bareng Aku!"
"Bareng kamu apa? Yang jelas! " Aku kesal.
"Pulang bareng aku"
"Gak bisa" Aku melangkahkan kakiku.Aku baru ingat tadi kata
Boby kan motor Heaven di bengkel terus ini motor siapa?
Detik berikutnya tubuhku melayang, Heaven menggendong
ku ,lalu mendudukkan ku di jok belakang motor nya.
"Pulang bareng aku!" dingin Heaven.
" Apaan sih?" aku mencoba turun dari motor sport itu.
"Ini sebagai permintaan maaf an perihal bakso kamu yang
dicuri tadi" ucap Heaven.
"Bukannya tadi motor kamu dibengkel? terus ini motor siapa?"
tanyaku .
"Tadi aku nyuruh tukang bengkel nya nganter kesini " malas
Heaven karena aku malah bertanya tentang motor.
Aku ber oh ria .
"Pulang bareng aku!"
Aku menatap tajam Heaven" Iya..Iya Oke"
"Good Girl!"
*****
Tingg!
Tingg!
Heaven Higher
Len?
??
Besok aku jemput
Gak perlu
I don't accept rejection
read
" Heaven yang sekarang kok jadi ngeselin ya ?" Aku bergegas
ingin mandi.
Ting!
Ting!
Heaven Higher
Tangan hilang fungsi?
P
P
P
P
P
mksud kamu?
Knp gk bales
males
read
tangan hilang fungsi????
read
"Dasar cowok nyebelin..tadi aja gak dibales,spam marah-
marah, giliran dijawab malah dibaca doang .Dasar Heaven
datar,dingin, nyebelin" aku mengumpat pada benda persegi tak
bernyawa.

Bab 14.Forfroida

05.45
"Mah,aku berangkat dulu ya"
"Ini masih pagi banget Len, tumben-tumbenan, gerbang
sekolah juga belum dibuka "
"Gapapa Mah,nanti aku nunggu depan gerbang "
"Yaudah, hati-hati sayang!"
Cklek-cklek
"ASTAGA!!" aku disuguhkan dengan pemandangan Heaven
sudah berada didepan rumah ku menyender dimobil.
"Kenapa kaget?" ucap Heaven berdiri.
"Kamu kenapa pagi-pagi udah disini?" kesalku.
"Takut kamu kabur dari aku"
"Kan,kemarin aku udah bilang.Gak usah jemput.Gak perlu juga
Heav.Kok kamu sekarang ngeselin sih?"
"Nilai bahasa Inggris kamu dibawah KKM?"
"Gak usah kayak gitu juga kali,aku tau kamu gak nerima
penolakan.Lagian aku udah maafin kalian kok"
"Khmm...kalo kamu tau kenapa mau kabur?" todong Heaven.
"Siapa yang mau kabur Heaven?"
Heaven mengedikkan bahunya acuh,dan membuka pintu untuk
ku "Masuk".
Semenjak perdebatan tadi aku tidak mengeluarkan sepatah
kata pun sampai sekarang tiba disekolahan.
"Aku mau turun" cetus ku.
"Yaudah tinggal turun,mau dibukain lagi pintunya?"
Aku menatap nya tajam.
"Marah?"
"Kamu pikir?" oke dan pada akhirnya aku ngomong.
"Childish banget sih".
"CHILDISH??" kamu bilang aku childish? oke,kalau aku emang
childish kamu mau apa? Aku-"
"Iya,aku minta maaf" ucap Revan menangkup kedua tanganku.
Deg...
'Jantung tolong dong kerjasama nya .Kali ini aja yah, jangan
baper!Aku mau marah sama Heaven.Pegang tangan doang
elah'.ucapku dalam hati.Aku memalingkan wajahku.
Aku hanya berharap Heaven tidak menyadari kegugupan
ku.Dan tidak melihat wajahku yang bersemu sendari tadi.
'Kok aku deg-degan gini sih? definisi kurang belaian mah
gini.Tenang Len...santai' .
"Heav"
"Hm,"
"Lepasin" aku memaksa tanganku terlepas.Namun sia-sia.
"Kenapa? Kamu salting? Gugup aku pegang gini doang
tangannya? "
Duarrr
"Aku tuh risih, pegangan tangan sama cowok yang bukan siapa-
siapa aku".
"Jadi,Kamu mau aku jadi siapa-siapa kamu?"
"Gak gitu! Maksud aku tuh-"
"Sttt...udah ya bawelnya .Aku laper belum dilanjut nanti aja
yah".
Dan sekarang aku dan Heaven berakhir dikantin yang masih
sepi karna waktu menunjukkan pukul 06.15 "Beneran gak mau
makan ?" tanya Heaven untuk yang kesekian kalinya.
"Gak" aku menjawab ogah-ogahan.
"Yakin?" Heaven memicingkan matanya.
"Kamu kenapa jadi cerewet gini sih? Cuek, dingin,datar,itu lebih
bagus". Sebenarnya aku juga lapar belum sarapan,tapi harga
diri lebih penting.
"Oke" Heaven menatap tak suka padaku.
Aku mengambil ponsel dari saku,membuka aplikasi untuk
meredakan rasa bosan menunggu cowok didepan ku ini.
Heaven merebut paksa ponsel ku.
"Makan" Heaven menyodorkan sepiring nasi goreng.
"Gak,aku gak laper!"
"Kasihan cacing-cacing kamu daritadi teriak"
"Kamu bisa gak sih? Gak bikin aku malu sama diri sendiri?"
Heaven tersenyum manis " Gak perlu kamu tutupin.Aku suka
apa adanya" .
Aku mengerjapkan mataku.Tak mampu menjawab perkataan
Heaven.Heaven kenapa jadi sweet gini? Aku mulai makan,
menetralkan detak jantung ku.
Para siswa sudah berdatangan menunjukkan waktu hampir Aku
mendorong pelan piring kedepan.
"Kenapa gak dihabisin?"
"Kenyang" padahal aku tak tahan dengan detak jantung ku yang
tak kembali normal.
*****
Aku berjalan menuju kelas dengan alis yang saling
bertautan.Heaven tadi izin ingin pergi ke fotokopi.
"Murung aja neng?"
"ASTAGA BOBY! Ngagetin aja"
"Kenapa sih?"
"Gak.Gak apa-apa".
"Cewek kalo ditanya kenapa jawabnya gapapa berarti ada apa-
apa" "Mau dipeluk?" Boby merentangkan tangannya.
"Apaan sih? sok tau banget jadi orang " aku berlalu
meninggalkan Boby .
"JANGAN MURUNG LEN!! NTAR CANTIKNYA HILANG!!" teriak
Boby.
"BERiSIK!" ketus ku.
Tiba dikelas aku langsung disuguhkan dengan adegan Trixy dan
Leon yang sedang tarik menarik sebuah buku sambil beradu
mulut.
"Eh,ini jatah aku!" Ujar Leon.
"Eh,kutil badak! Ini punyaku! Kamu cari yang lain sana!" Ucap
Trixy.
"Enak aja!! Aku yang ambil buku ini dari tas nya Rara ,ya" Ujar
Leon.
"Seenak jidat kalau ngomong,orang aku udah buat perjanjian
sama Rara kalau hari ini aku yang berhak nyontek dari buku
nya!" Balas Trixy sengit.
"Tapi aku yang ngambil duluan! Sana cari contekan yang lain".
balas Leon tak kalah sengit.
Mereka berdebat hanya untuk menentukan siapa yang berhak
menyontek jawaban dari buku Rara ,teman sekelas kami.
Boby yang lelah melihat adegan tarik menarik buku dan beradu
mulut ini pun angkat bicara "Udah sih,nggak usah ribut
gitu.Tinggal nyalin doang repot banget" .
"Gak bisa gitu Bob,ini jatah ku" sahut Leon.
"Iyanya gak bisa gitu,kalau kita nyontek dari buku yang
sama,nanti nilainya sama" ujar Trixy.
"Nyontek aja belagu!" itu Heaven.Dia sudah masuk kedalam
kelas.
"Kampret!" Leon mengumpat. "Aku mau membuktikan kalau
aku itu lebih pintar dari Trixy .Makanya kita buat perjanjian
nggak boleh nyontek dari buku yang sama karena nanti nilainya
bakal sama".Leon melirik Trixy dengan mata yang disipit-sipit
kan.Kan sok serem.
"Kalau mau pinter itu belajar sendiri,bukan nyontek
lagi.Percuma sekolah kalau otak masih bego!" Ujar Heaven
sarkatis.
Trixy terlihat kesal mendengar penuturan Heaven.
"Yaudah aku tobat.Gak mau nyontek lagi.Dan karena aku
tampan,baik hati,rajin menabung,dan suka menghitung serta
membantu,apalagi kamu cewek,,nih buat kamu" Leon
menyodorkan buku bersampul cokelat itu ke Trixy.
"Najis" cibir Trixy dan langsung mengambil buku Rara.
"Orang mah bilang makasih,ini malah mengina.Untung lagi baik
karena habis dikasih pencerahan sama aa Heaven,tapi setiap
hari aku juga baik kok". Ucap Leon.
"Nggak jelas bego! karena aku terpaksa jadi aku ucapkan
terimakasih banyak " jawab Trixy.

Bab 15.Nasi Goreng

Jam sudah menunjukkan pukul 7.15 dan bel masuk sudah


berdering.Murid-murid yang masih berada di lapangan sekolah
ataupun koridor sekolah berbondong -bondong memasuki kelas
dan duduk rapi ditempat masing -masing.Karena kegiatan
belajar mengajar akan segera dimulai.
"Selamat pagi anak-anak"sapa Bu Nadia.
"Pagi Bu" kami menjawab dengan kompak.
"Siapa yang tidak hadir hari ini?" Tanya Bu Dewi sambil
memerhatikan semua murid dikelas dan bola matanya jatuh ke
meja Leon."Boby,dimana teman kamu sebangku kamu?"
"Nggak tau Bu,tadi keluar" jawab Raka.
"Boby kemana perginya saudara kembar mu itu?" Tanya Bu
Nadia menatap Boby.
"Mana saya tau Bu.Lagian saya itu bukan saudara kembarnya
Leon.Dih amit-amit saya punya saudara kembar sengklek kayak
dia " Ucap Boby tak terima atas perkataan Bu Nadia yang
mengatakan bahwa dia dan Leon saudara kembar.

"Apa yang kamu katakan tadi Boby! Tidak sopan sekali kamu
menggebrak meja seperti itu! kemari kamu!" Amuk Bu Nadia.
"Maaf Bu,saya gak sengaja.Sumpah!" Boby merucap melas.
"Itung-itung balas dendam yang kemarin Bob" ucapku pelan
pada Boby.
"Sekarang kamu berdiri disitu sambil menjewer telinga kamu
dan angkat kedua kaki kamu!" Ujar Bu Nadia.
Boby berjalan kearah pintu dengan langkah lesu.
"Kamu sama dia itu sama-sama sengklek jadi kalian cocok jadi
saudara kembar " Ujar Bu Nadia mengundang tawa semua
murid dikelas.
"Enak aja saya mah sengklek nya sedikit.Ibarat bulan , sengklek
nya saya itu cuma separuh kek bulan separuh,sedangkan Leon
sengklek nya kayak bulan purnama , sengklek tingkat akut" Bela
Boby.
"Sudah diam kamu!" Perintah Bu Nadia.
"Sekarang kita belajar saja.Silahkan buka buku kalian!" Bu
Nadia kembali membuka suaranya.
"Semoga Bu Nadia lupa sama PR ,jadi nggak dikumpulin.Soalnya
saya belum nyalin dua jawaban lagi,ya Tuhan" Doa Boby pelan
ditempat duduknya.Aku yang mendengar doa Boby barusan
menjadi jahil dan ingin mengerjai nya.
"Bu,PR nya gimana?" Aku bertanya sambil mengacungkan jariku
keatas yang membuat Bu Nadia membalikkan tubuhnya saat
hendak menulis dipapan tulis.
"Valen bangsat! kenapa kamu ingetin,bego!" Boby berdiri dan
langsung menggebrak meja sehingga menimbulkan bunyi
'brakkk' .Semua mata tertuju pada Boby begitupun dengan Bu
Nadia yang menatap Boby dengan bola mata yang akan
meloncat keluar.
"Apa yang kamu katakan tadi Boby! Tidak sopan sekali kamu
menggebrak meja seperti itu! kemari kamu!" Amuk Bu Nadia.
"Maaf Bu,saya gak sengaja.Sumpah!" Boby merucap melas.
"Itung-itung balas dendam yang kemarin Bob" ucapku pelan
pada Boby.
"Sekarang kamu berdiri disitu sambil menjewer telinga kamu
dan angkat kedua kaki kamu!" Ujar Bu Nadia.
Boby berjalan kearah pintu dengan langkah lesu.
*****
Seperti biasa,setiap malam.Seperti saat ini aku mengerjakan
tugas yang diberikan guru.Aku terlalu fokus kelayar laptop dan
mengabaikan suara handphone yang sejak tadi berdering.Aku
berdecak kesal karena orang yang menelepon ku tak kunjung
jengah ,terus saja sampai lima kali.Dan akhirnya pada panggilan
keenam dengan perasaan gondok aku meriah handphone yang
sejak tadi bergeletak manis disebelah gelas.
Menekan tombol hijau dilayar handphone ku,selang beberapa
detik orang diseberang sana sudah mengomel -ngomel tidak
jelas.
"Kemana aja sih?! ditelponin sampe seratus kali,baru
diangkat.Sok sibuk banget!" omel Trixy.
Aku menjauhkan sedikit handphone dari telinga karena Trixy
berbicara dengan suara tak biasa."Kamu baru nelpon enam
kali,dan kamu bilang seratus?!" sinis ku.
"Ya anggap aja aku nelpon kamu seratus kali .Kan aku ceritanya
lagi marah ,gimana sih?" balas Trixy."Kamu udah ngerjain tugas
buat besok belum?" lanjut nya.
"Lagi ngerjain".
"Aku nyontek sih, soalnya aku gak ngerti dan susah lagi" ucap
Trixy.
"Nyontek?" aku menatapnya datar.
" Iya, nyontek" jawab Trixy sok polos.
"Percuma sekolah kalau cuma datang terus duduk manis sok
ngedengerin guru padahal mah gak masuk otak atau sibuk
ngobrol.Terus dari rumah udah minta uang jajan buat sekolah
dan pas disekolah saat dikasih tugas kamu malah ngandelin
contekan.Kapan mau mandiri nya kalau kayak gitu ?!" cerewet
ku.
"Tapi -kan soalnya susah,Len .Pusing " Trixy memelas
diseberang sana.
"Belum juga berusaha udah bilang susah"
"Orang emang susah,geh.Mana aku gak ngerti"
"Makanya pas guru nerangin itu jangan malah asik sendiri"
"Aku udah dengerin,tapi tetap gak ngerti.Udah susah,banyak
lagi" Bela Trixy.
"Orang belum berusaha udahh bilang susah.Usaha dulu.Kamu
kan punya hp pasti ada internet nya kan?Bah kalau gak bisa cari
di internet.Itu gunanya internet.Kalau masih gak ngerti ? tanya
sama orang yang ngerti,tapi ingat.Tanya bukan nyontek" Aku
sudah seperti seorang ibu yang menceramahi anaknya karena
malas belajar.
"Yaudah,aku bakal nyoba ngerjain sendiri.Tapi kalau gak bisa
aku tanya kekamu besok ya?" putus Trixy.
"Iya, yaudah aku tutup ya.Bye" aku menutup telepon.aku
menutup telepon.Setelah itu perut ku berbunyi minta
diisi.Menghentikan aktivitas sejenak aku melangkah kan kaki
menuju dapur.Mama dan Papa belum pulang dari acara
arisan.Aku memang tidak terlalu jago dalam hal memasak
seperti Trixy,namun setidaknya bisa memasak nasi goreng atau
yang paling jauh ayam goreng.Aku kembali melirik isi kulkas
yang terdapat beberapa butir telur, sayur mayur, minuman
kaleng, sirup,dan beberapa buah-buahan segar.Namun saat
ini,aku sangat malas untuk memasak atau bahkan sekedar
memasak mie instan,jadi aku putuskan makan diluar.
Aku sudah berdiri disalah satu warung nasi goreng yang tak
jauh dari rumah.
"Mau beli nasi goreng berapa dek?" tanya penjual nasi goreng
ramah.
"Sebungkus aja pak,kayak biasanya" jawabku tak kalah ramah.
Aku memperhatikan tangan bapak penjual nasi goreng yang
sedang sibuk mengaduk-aduk nasi didalam kuali.Sampai suara
langkah kaki yang berjalan kearah ku memecahkan perhatian
ku begitu pula dengan bapak yang asik mengaduk-aduk nasi
tadi.
"Mau beli nasi goreng dek?" tanya bapak itu ramah.
"Nggak, saya mau beli bakso,ada gak?" Aku menoleh kearah
sosok yang barusan berbicara itu."Ya,saya mau beli nasi goreng
lah.Ngapain saya kesini kalau gak beli nasi goreng?" Lanjutnya
terkekeh pelan.
Aku kaget melihat siapa yang barusan berbicara dengan tidak
sopan.Dia Heaven.
"Iya juga sih,mau beli berapa dek?" Tanya penjual nasi goreng
itu lagi.
"Satu aja Pak!"
"Heaven? kok disini? kamu ngikutin aku ya?" tanyaku membuat
nya langsung menoleh padaku.
"Eh,Len.Kurang kerjaan kali ngikutin kamu". jawabnya.
"Ya, siapa tau"
"Kamu gak mau nanya kenapa aku disini gitu? " tanyanya
membuat aku menjawab.
"Kenapa disini?"

Bab 16. Bola

Semua orang yang berada dikelas segera menuju lapangan saat


mendengar suara peluit yang sangat nyaring.Aku dan Trixy
berjalan santai dibelakang sambil membenarkan sedikit letak
rambut yang berantakan akibat tadi saat mengganti baju.
Kini kami semua sudah berkumpul di lapangan,Pak Bana-salah
satu guru olahraga di SMA ku yang mempunyai kumis
tebal,batu akik yang terpasang rapi di jari-jari tangan nya.Dan
terkenal sangat galak.
Setelah memastikan semua murid sudah dilapangan,Pak Bana
langsung memberikan materi tentang permainan sepak
bola.Kami semua duduk dilapangan dan fokus mendengarkan
suara Pak Bana yang sedang menjelaskan seputar materi
tentang sepak bola.
"Hanya itu yang bisa bapak sampaikan saat ini.Jelas? Ada yang
ingin ditanyakan?" Tanya Pak Bana.
Kami semua menggelengkan kepala . Mengerti atau tidak
mengerti kami tetap saja menggelengkan kepala,enggan
bertanya.
"Baiklah sekarang kita praktik permainan sepak bola.Cowok dan
cewek dibagi menjadi dua tim.Jadi ada empat tim dari kelas
ini.Mau milih sendiri atau bapak yang milih untuk satu timnya?"
"Pilih sendiri!" jawab kami kompak.
"Ya sudah,karena laki-lakinya disini ada enam belas orang dan
perempuan nya ada dua belas orang.Maka satu tim untuk laki-
laki ada delapan orang dan perempuan enam orang.Silahkan
cari temannya masing-masing untuk satu tim!" Seru Pak Bana.
"Baik Pak" jawab kami semua.
Semuanya sibuk mencari teman untuk satu tim.Terlebih kami
yang anak perempuan banyak yang heboh sendiri karena tidak
bisa bermain sepak bola.
"Lah,main sepak bola mah gak asik" Celetuk Trixy.
Aku sedang membenarkan tali sepatu ku yang lepas "Asik-asik
aja sih,Kamu nya aja yang gak bisa mainnya"
"Lebih asik basket lah,kenapa sekarang gak belajar tentang
basket aja?" Sahut Leon.
"Ngapain belajar basket? toh dilapangan juga kamu sering main
kan?" Ujar Boby.
"Asikan juga pulang" Celetuk Trixy.
"Udah-udah,disuruh kesana sama Pak Bana" Ucap Heaven
melangkah pergi kearah Pak Bana.
Anak laki-laki bermain duluan.Sedangkan anak perempuan
duduk dipinggir lapangan memperhatikan.
Karena skor tim Heaven dan tim Noval seri yaitu sama.Jadi
diadakan pinalti untuk mencari pemenang nya.Heaven sudah
bersiap untuk menendang bola kearah gawang.
Dan,
"ADUH!" aku terkena tendangan dari Heaven yang meleset.
Trixy mendekat kearah ku,ikut mengusap kepala serta jidat
ku."Valen,gak apa-apa?" Tanya Trixy.
Aku menggangguk sebagai jawaban .
"Sorry," Semua mata tertuju pada Heaven yang sedang
menatap ku dengan tatapan tak terbaca,seperti...ahk sudahlah.
Aku melotot kearah nya."Liat,kepalaku benjol nih!"
"Sorry,Len.Cuma benjol doang kan? Gak geger otak?" Tanya
Heaven.
Aku kaget dengan ucapannya barusan,aku bingung dengan
sikapnya.Kadang baik, kadang peduli, kadang cuek, sebentar
cerewet, sebentar dingin.Arghhh...
"Heaven apa yang kamu ucapkan?" Pak Bana marah.
"Maaf Pak, keceplosan" Heaven sadar akan ucapannya.
"Terus kalau sampai geger otak,kamu mau nyumpahin aku
mati?" Omel ku.
"Valentina,aku gak sengaja.Maafin ya?" Heaven berucap
dengan sangat lembut dan tulus membuat ku deg..
"Dimaafin tidak, Valentina?" Tanya Pak Bana.
"Iya,aku maafin" jawabku pelan, karena tiba-tiba kepala ku
mendadak pusing, sangat pusing.
"Len, kepalanya masih sakit? kita ke UKS aja yuk" ucap Trixy.
"Betul,lebih baik kamu ke UKS," saran Pak Bana.
"Nggak kok Pak,mungkin sedikit nyeri di sini" Aku tersenyum
sambil menunjuk jidat.
"Sepertinya lebih baik kamu ke UKS" saran Pak Bana lagi.
Aku hendak menolak saran Pak Bana itu,namun terpotong oleh
ucapan Heaven.
"Saya minta izin,membawa Valen ke UKS Pak," ujar Heaven dan
mendapat anggukan dari Pak Bana.Heaven menuntun ku ke
UKS.Ingin membuka pintu namun kutahan.
"Kenapa? atau kita kerumah sakit aja?" Tanya Heaven.
Mendengar kata rumah sakit aku menggeleng kan kepala ku
"Gak,gausah.Kepalaku udah gak sakit" aku menjawab ketus.
"Jangan bohong!" Heaven tak percaya.
"Udah sih,lagian kamu gak usah sok peduli.Ini semua juga
karena kamu"
"Kan aku udah minta maaf"
"Maaf,maaf,tadi aja kamu nyumpahin aku geger otak" aku
mengalihkan tatapan ku.
"Gak sama sekali!" Ucapnya santai,kelewat santai.
"Udah minggir!" ucapku karena Heaven menghalangi jalanku
ingin kekelas.
"Mau kemana?" ucapnya masih tak bergeming dari
tempatnya.Tetap menghalangi jalanku.
"London!" jawabku asal.
"Aku antar sampai kelas".
"Dibilang mau ke London.Bukan kelas!!!!"
Tiba-tiba tanpa aba-aba Heaven menyentuh jidat ku yang
sempat terkena bola tadi.Heaven mengelus nya lembut sekali.
"Sakit?" Tanyanya lembut.
Aku yang masih shock dengan itu hanya
mengangguk.Bagaimana tidak sakit,orang sampai biru
begini.Heaven terus mengelus-elus jidatku yang membiru
karena ulahnya,sesekali menekankan nya.
"Aduh sakit!" Teriak ku saat Heaven menekan jidatku.
Heaven tidak menanggapi teriakan ku itu.Dia mengeluarkan
sebuah salep dari saku celananya dan ingin mengoleskan salep
itu ke memar jidatku namun aku menghentikan pergerakan
tangannya.
"Salep biar gak sakit lagi" dia mengoleskan salep itu ke jidat ku
yang membiru.Sesekali meniup nya.
Aku merasa risih.Karena posisi wajah Heaven sangat dekat
dengan wajah ku.Siapapun bisa salah paham jika ada yang
melihat.
Heaven yang menyadari itu menjauhkan wajahnya dari
wajahku. "Kalau dikasih ini,nanti birunya cepet hilang,Nanti abis
mandi jangan lupa olesin lagi" Ucap Heaven bak dokter dan
meletakkan salep itu ketelapak tangan ku.
Aku hanya mengangguk seperti orang idiot.Kok jadi ginii?
Bab 17.Kerja Kelompok

"Len..Len..lenn!!!" teriak Trixy memanggil ku saat masuk


kedalam kelas.
Aku hanya menoleh tanpa minat "Apaan? mau duit? "
Trixy langsing memukul pundak ku " Kamu! tiap dipanggil
ngiranya orang mau duit terus! kesel aku!" sungut cewek itu.
Aku terkekeh "Ya habisnya,muka gembel kamu
menggambarkan banget kalo lagi butuh duit" sahut ku santai.
Trixy mencak-mencak .Kesal dengan ku."Aku gak serakjel itu
ihkk!" kesal nya.
"Ya terus kenapa manggil aku pake teriak-teriak segala?"
"Hari ini mapel apa aja?" tanya Trixy padaku.Itu saja? dikirain
ada apa.
"Fisika,lintas minat ekonomi,bahasa Indonesia,pjok materi"
"Bahasa Indonesia seingat aku janji Bu Nadia minggu lalu kita
bakal kerja kelompok ,materi drama,katanya bakal
memperagakan sebuah drama gitu" kata Trixy.
"Iya,Bu Nadia ada chat aku tadi malam,ngasih tau buat bawa
kertas HVS " sahut Rara si ketua kelas.
"Kertas HVS buat apaan?" tanya Leon.
"Bungkus gorengan" sahut Heaven yang baru masuk kelas tak
sengaja mendengar pertanyaan Leon.
"Siapa sih? main nyambung aja kayak kabel?" sinis Leon.
Heaven bodo amat,dia langsung duduk di kursinya.
Aku merotasi kan bola mataku malas dan kembali bertanya
pada Rara "Kertas HVS buat apaan?"
"Enggak tau juga,aku gak nanya.Tapi yang penting bawa aja
dulu,buat apanya nanti dikasih tau sama Bu Nadia" sahut Rara.
"Btw,lintas minat ekonomi Ibu Yana gak masuk lagi?" tanya
Trixy.
"Kenapa? pengen banget belajar ekonomi? masuk IPS sana!"
kataku.
Tidak lama setelah itu Inez masuk kedalam kelas "Tugas dari Bu
Yana,kumpulin hari ini" katanya.
"Tugasnya mana?" tanya Heaven.
Disaat yang lain mengeluh,dia malah semangat 45 nanyain
tugasnya mana.
"Nanti aku share digrup kelas,kerjain tugasnya dulu baru main
hp ya" kata Inez sok tegas dan tersenyum pada Heaven.
Oh,Inez itu bukan ketua kelas nya guys.Taulah murid zaman
sekarang,manusia yang tipe-tipe suka caper dengan guru.
"Paling lambat dikumpulin setelah jam istirahat kedua,lewat
dari itu gak diterima lagi!" jelas Inez.
"Aku nyontek ya" kata Leon dengan entengnya.
Tidak ada yang mau menyahut,jelas tidak ada yang ingin
memberi contekan.
"Usaha bos" sahut Trixy tersenyum remeh kearah Leon.
*****
"Selamat pagi" sapa Bu Nadia yang baru saja masuk ke kelas.
"Pagi Bu!!" jawab kami serempak.
"Ingat janji Ibu dipertemuan sebelumnya?" tanya Bu Nadia
setelah meletakkan buku jurnal mengajar dan buku paket serta
tas pulpennya diatas meja.
"Pembagian kelompok buat praktek main drama" sahut Rara si
ketua kelas.
"Iya,nah hari ini Ibu ada kesibukan dikantor,jadi sehabis
pembagian kelompok kalian bikin dulu naskah dramanya ,terus
kalian bagi juga pemeran utamanya ,dan dipertemuan
berikutnya jika sudah siap langsung tampil didepan kelas!" jelas
Bu Nadia.
"Tema dramanya bebas Bu?" tanya Boby sepertinya sangat
bersemangat dengan praktek drama ini.
"Bebas,dan yang penting harus layak dan sesuai sama kalian "
Kami semua menggangguk paham.
"Langsung Ibu bagi aja ya" Kata Bu Nadia dan mengambil
presensi kelas.
"32 orang berarti ada dua kelompok yang jumlahnya 7,ya" kata
Bu Nadia lagi.
"Baik, kelompok satu.. Valentina, Trixy,Leon,Boby,Inez,dan...
Heaven".
Aku langsung mencatat nama kelompok ku dibuku bahasa
Indonesia bagian belakang.
"Kelompok dua..Rara, Ray,Sesyl,.....,"
"Aku tau nih apa temanya " kata Leon.
"Apaan?" tanya ku.
"Kenakalan remaja, tokoh utamanya Heaven" sahut Leon.
"Apa-apaan!" protes Heaven tak terima.
"Atau enggak, pergaulan bebas, Tokoh utama Valen dan
Heaven!" kata Leon lagi
"Apa!!!" teriak ku histeris.
Trixy langsung ngakak.
"Yasudah,kalian buat dulu ya ceritanya mau seperti apa, setelah
itu latihan,dan di pertemuan berikutnya kita langsung
pengambilan nilai!" kata Bu Nadia.
"Siap Bu" .
"Kelompok ku.kelompok ku sini kumpul!" heboh Leon .
"Nyesel satu kelompok sama kalian" gumam Trixy.
"Apa tadi!?" Leon dan Boby melotot kearah Trixy yang sedang
menarik kursi untuk berdiskusi.
Aku merotasi kan bola mataku malas.
"Nez,Inezz, kelompok kita bukan sih?" tanya Boby kearah
cewek yang malah menelungkup kan wajahnya kemeja.
"Bukan,males banget sekelompok sama kamu!" Kata Inez ogah-
ogahan.
"SIP!!KITA CORET NAMANYA!!" Teriak Trixy kesenangan.
"Inez,buruan deh!" kata Heaven.
"Iya,iya" sahut cewek itu semangat karena Heaven yang
menyuruh.
"Btw,ini kita temanya apa?" tanya ku.
"Kayanya ide Leon tadi bagus" Boby bersuara.
"Kenakalan remaja? atau yang pergaulan bebas?" tanya Leon.
"Dua duanya sih bagus,tapi kayaknya lebih ke yang kenakalan
remaja,biar gak terlalu vulgar " sahut ku.
"Terus alurnya gimana?" tanya Inez.
"Hoahh,,ngantuk" kata Leon.
"Ngopi pak.Ngopi" suruh Trixy.
"Lanjut!" kata Heaven mengembalikan fokus ke pelajaran.
"Ini ada dua cowok nih,jadi Heaven sama Boby nanti ceritanya
mabuk-mabukan gitu " Kataku menyampaikan ide ceritaku.
"Itu endingnya gimana?" tanya Inez.
"Kamu nanya ending,sampe meninggal baru ending!" sahut
Leon.
"Bantu mikir kek! ngoceh mulu" sinis Trixy.
"Iya,iya lanjutin" kata Inez.

Bab 18.HIV & AIDS


"SUMPAH?!!" teriak Leon.
"Santai aja kenapa sih? pengang banget nih kuping " omel ku.
"HARI INI BANGET?" cowok satu itu malah makin ngegas.
"Mau disumpel pake penghapus papan tulis?" tanya Heaven
santai.
Leon bersandar kekursinya sambil menghela napas
"Sumpah,aku belum ngapalin part punya ku" kata cowok itu
memelas.
"Leon kupret! kan udah dibilang lancarin bagian yang itu bagian
kamu! gimana sih? minta banget kayanya mau ditampol?"
Omel Trixy panjang lebar.
"Ya,aku lupa" sahut Leon.
"Nge game mulu sih!" sungutku.
"Hapalin dulu deh,masih sempet kok,sebelum Bu Nadia masuk"
suruh Boby.
"Gak ah,males.Kita minggu depan aja" sahut Leon.
"Si anying.Hapalin sekarang!" amuk Trixy.
"Teks nya mana?" tanya Heaven yang ternyata juga belum
menghapal dialog nya kan bikin naik darah.
"Kan kemarin, fotokopian nya udah aku bagi masing -
masing,punya kamu mana Heav?" tanya ku sedikit menahan
emosi.
"Dijadiin pesawat sama adek!" sahut cowok itu.Fyi,Ibu tiri
Heaven mempunyai anak dari suami pertama nya yang masih
kecil.
"Ya,ampun Heaven!!" Teriak ku.Habis sudah kesabaran kalau
begini.
"Nih,pake aja punya ku!" Inez dengan senang hati
menyodorkan kertas fotokopian teks drama miliknya .
"Ahhk nih si Inez,malah dikasih.Harusnya jangan,biar kita
minggu depan aja!" Ucap Leon kearah Inez.
"Gak ada alasan lagi.Kalian berdua cepet hapalin!" desakku
pada kedua cowok itu.
"Sabar kek nenek lampir" sungut Heaven pelan tapi masih bisa
kudengar.
Oh,bukan apa-apa,Aku lagi datang tamu,makanya bawaannya
pengen nge gas terus.
"Ngomong apa tadi?" Aku sudah melotot kearah Heaven.
"Gaada" sahut cowok itu pura-pura sibuk dengan teks ditangan
nya.
"Permisi!" Salam dua orang anak OSIS dengan kardus
ditangannya.
"Duh, sumbangan lagi" gumam Trixy.
"Selamat pagi semuanya,kami perwakilan dari anggota OSIS
ingin meminta sumbangan untuk kesejahteraan sekolah kita"
ucap salah satu diantaranya dengan senyuman.Beda dengan
yang megang kardus, mukanya kelihatan judes.
Aku menyumbang hanya dua ribu.Sedangkan Boby dan Heaven
dua ribu, katanya berdua,dasar kelakuan.
Leon memasukkan uang sepuluh ribu kedalam kardus.Anak osis
tadi terkejut, soalnya Leon kayak enteng banget tangan nya
masukin duit.
"Kembalian gak?" tanya si anak OSIS.
"Kembalian? Ngapain pake kembalian?" Sahut Leon dengan
muka songongnya.
Anak OSIS tadi hanya mengangguk dan berlalu kemeja berikut
nya.
"Terimakasih atas sumbangan nya,semoga dibalas oleh
Tuhan,sekian terimakasih" salam mereka,kemudian keluar dari
kelas.
Kita masuk kedalam peran.Drama pertama ditampilkan oleh
kelompok ku,dengan tema HIV dan AIDS.Ya,kami memutuskan
untuk ganti tema hari itu.
Peran:
Aku: Sebagai Rea,anak dari Pak Boas. Leon:
Sebagai Pak Boas,ayah dari Rea,suami dari Reny.
Trixy: Sebagai Reny, istri dari Pak Boas,dan. ibu dari Rea.
Heaven: Sebagai Niko,pacar dari Rea. Boby:
Sebagai Sandy, sahabat Niko. Inez: Sebagai
Beby, sahabat Rea.
"Sayang minggu depan kita muncak yuk" ajak Niko.
Aku tak kuasa peran Niko ini diambil oleh Heaven,yang malah
sebagai pacarku.Mau ngakak aja rasanya.
"Rame-rame?" tanya Rea tertarik.
Niko mengangguk "Ajak Beby sekalian,aku juga ajak Sandy "
sahut Niko.
Aduh,Ya Tuhan...susah banget nahan ketawa kalau harus
berakting begini, apalagi didepan guru dan teman-teman,mana
muka si Heaven datar terus tanpa ekspresi,tidak mendalami
peran.Kalau bukan demi nilai yang tinggi,gak akan deh aku
ngelakuin ini.
"Aku ikut aja deh" Sahut Rea sambil tersenyum tipis.
_
"Pa,minggu depan aku mau muncak ya" Rea meminta izin
kepada ayahnya.
Pak Boas yang diperankan oleh Leon berdiri dari duduknya
"Ngapain?" tanya nya dengan nada tinggi.
Rea menyahut " Ya liburan, refreshing otak" .
"Sama siapa? Si Niko,Niko,itu lagi? mau mau aja kamu diajakin
sama tuh anak muncak! kalo kamu diapa-diapain pas
digunung? siapa yang mau tanggung jawab?" kata Pak Boas
bernegatif thinking.
"Papa kenapa sih gasuka sama Niko?" ucap Rea meninggi.
Dia sudah terlalu muak mendengar hal negatif tentang Niko
dari mulut ayahnya.
"Dia itu bukan laki-laki yang baik"
Sahar sudah ngik-ngik an ditempat duduknya gara-gara peran
yang Leon pegang.
"Yang duduk harap tenang.Kita nikmati dulu pertunjukan
teman-teman nya" tegur Bu Nadia.
Scene berganti dihari sekolah saat Rea sedang duduk dikantin
sekolah dengan Beby.
"Beb,minggu depan muncak yuk,aku sama Niko mau muncak "
ucap Rea.
Beby yang diperankan oleh Inez pun menyahut" Oke deh"
Kemudian hari dimana mereka memutuskan untuk pergi ke
puncak, ceritanya selama mereka pacaran sudah sering
melakukan hal tersebut.
Hingga 5 tahun kemudian.
"Darimana saja kamu? jam segini baru pulang?" tanya Pak
Boas pada istrinya.
"Baru juga pulang langsung marah!" Trixy yang berperan
sebagai Reny balik marah.
"Reny, gimana saya gak marah sama kamu? kelakuan kamu
gak seperti istri sepantasnya!?" pekik Pak Boas.
Trixy mati-matian menahan tawanya.Tapi akting Leon sungguh
mengundang tawa.Kami semua menarik napas berusaha
menahan diri agar tidak ketawa.
"Sudah, tidak usah berdebat.Sekarang Rea ada dirumah sakit"
seru Pak Boas kemudian.
"Kenapa dia?" Bu Reny syok bukan main.
"Terkena HIV, karena kamu tidak memberi dia pendidikan!"
seru Pak Boas sambil melempar penghapus kepapan tulis.
Akhir dari cerita ini adalah kepergian Rea.
Kami semua berbaris.
"Dari cerita ini kami ingin menyampaikan,bahwa berhubungan
intim apalagi belum menikah itu sama sekali tidak dibenarkan!"
ucapku.
"Dan berikutnya,peran orang tua juga penting dalam masa
pertumbuhan anak , apalagi diusia remaja,anak remaja tak akan
berpikir masalah kedepannya!" lanjut Heaven.
Leon hanya bisa senyum-senyum sendiri, mungkin akan
menyesali akting memalukan nya tadi.
Sekian dari kami,atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih"
salam kami serempak.
"Beri tepuk tangan yang meriah" ucap Bu Nadia sambil
bertepuk tangan bangga.
Bab 19.His Character

"Heaven" panggil ku.


Heaven menoleh kebelakang, kearah ku.Ya! Aku berdiri tepat
dibelakang motor Heaven sembari menggandeng tangan
Aksa,adik tiri Heaven.
"Kamu? Ngapain disini?"
Aku tersenyum.Baru saja aku ingin menjawab pertanyaan
Heaven tapi Aksa langsung menyerobot begitu saja.
"Tadi Aksa mau ketabrak gara-gara pengen nyebrang tapi kakak
cantik ini nolongin Aksa" jelas Aksa.
Heaven turun dari motornya yang masih terparkir di
garasi.Dengan langkah tergesa-gesa Heaven menghampiri Aksa
lalu berlutut didepan anak itu."Ya,Tuhan Aksa,tapi kamu gak
kenapa -kenapa kan?" tanya Heaven sangat khawatir, ternyata
Heaven menyayangi Aksa seperti adik kandung nya sendiri.
Aksa menggeleng " Kan,ditolongin kakak cantik ini Bang"
"Emang Aksa mau kemana tadi? Harusnya Aksa berangkat ke
sekolah sama Pak Joni kan?" Heaven mengusap pucuk kepala
Aksa.
Aksa mengangguk lucu "Tadi Pak Joni masih panasin
mobil,yaudah Aksa iseng keluar gerbang.Tadi Aksa mau
nangkep capung".
Heaven menghela napas lelah "Lain kali gak boleh gitu!"
"Iya" angguk Aksa.Aksa beralih menatap ku " Kakak cantik kenal
sama abangnya Aksa ya?"
Aku mengangguk "Kenal "
Aksa berteriak kegirangan "Oh iya! asik dong.Kakak cantik bisa
sering main ke sini"
"Horeee!!! " teriak Aksa sembari melompat-lompat..Mungkin
Aksa ingin mempunyai kakak perempuan,tapi sayangnya ia
hanya punya abang.
"Kakak cantik satu sekolah sama abang Heaven?"
"Iya" aku mencubit pipi Aksa gemas.
"Kakak cantik kalo disekolah main sama abang Heaven juga?"
"Ma-main?" aku bingung.Tapi detik selanjutnya aku paham apa
yang Aksa maksud .Mungkin Aksa kira aku dan Heaven main
seperti yang Aksa lakukan dengan teman-teman nya
disekolahnya.
"Hmm..Iya dong" jawab ku.
"Akrab banget?" Mata Aksa mengerjap lucu.
"He-em" aku mengangguk membuat nya tersenyum
kegirangan.
"Kakak cantik sama bang Heaven pacaran?" tanyanya
mengerjap mata polos.
"Eh-buk..."
"MAMA BANG HEAVEN PUNYA PACAR!!!" sela Aksa berteriak
ingin masuk kedalam rumah namun belum sempat karena
dicegat Heaven.
"Aksa gak boleh ikut campur! Berangkat sana Pak Joni udah
nungguin!" balas Heaven.
Aksa menggeleng polos "Gak mau! Aksa mau lihat kakak cantik
dibonceng Bang Heav dulu!"
Alis Heaven terangkat sebelah "Emang kenapa kalo udah liat?"
"Aksa mau lihat gimana cara boncengin cewek yang bener.Aksa
mau jadi cowok yang baik sama pacar Aksa nanti!"
Mendengar penuturan Aksa,aku sampai melongo.Tidak habis
pikir anak yang masih berumur lima tahun sudah berpikir
sejauh itu.
"Udah sana masuk buruan!" suruh Heaven lagi.
"Naik Len!" titah Heaven.
Aku menunduk didepan Aksa, mensejajarkan tinggiku dengan
nya "Kak Valentina berangkat dulu ya ? Aksa kalo disekolah gak
boleh nakal loh!"
Aksa mengangkat jempolnya sembari tersenyum lebar "
Oke,kakak cantik"
"Nanti kakak bakal sering-sering main kesini oke?" bisik ku pada
bocah berumur lima tahun itu.Aksa menggangguk semangat.
" Pegang pundak aku aja buat naik!" kata Heaven mengerti
karena aku kesusahan untuk menaiki motornya yang tinggi.
"Makasih Heaven!" Kedua tanganku memegang pundak Heaven
sebagai tumpuan.Hampir saja berhasil naik ke motor
Heaven,namun saat itu juga kakiku terpeleset tanpa sebab.
"Hati-hati" gumam Heaven memegang pinggang ku dengan
satu tangan.Untung saja Heaven cekatan,kalau tidak aku pasti
sudah jatuh.
Aku hanya menyegir, berusaha untuk terlihat biasa saja,padahal
hati sudah jedag-jedug tidak karuan.Bagaimana tidak? Heaven
memegangi pinggang ku woy!!
*****
""Heav! kok berhenti?"
Gila.Jangan bilang Heaven akan menurunkan ku dipinggir
jalan.Sumpah,kalau itu terjadi gak lucu sih.Masalahnya ini
sudah siang.Bisa-bisa nanti telat.
"Heav?" "Kenapa berhenti?" tanyaku lagi
"Turun!"
Aku melongo tidak percaya "Hah? A-aku turun?"
"Hm,kamu turun!"
"Tapi kenapa Heav? tega banget sih turunin orang dipinggir
jalan.Aku bisa telat Heav! lagian tadi kamu sendiri kan yang
ngajak?" tanyaku syok.
"Aku bilang turun!"
Tidak ada nada tegas dalam ucapan Heaven.Heaven
mengucapkan kalimat perintah itu dengan santai dan tenang.
Aku menggeleng,aku justru memegang kedua pundak Heaven
"Jahat banget sih!"
"Len?"
"Aku gak mau Heav!!"
"Valent?"
Heaven mendengus lelah.Cowok itu turun dari motor dan
melepas jaket hitamnya dan meletakkan nya diatas rok ku yang
sedikit pendek karena tersingkap.
"Besok-besok gak usah pake rok sekalian!" sindir Heaven.
Speechless.Aku terkejut dengan tindakan Heaven barusan.
"Aku nyuruh kamu turun ,bukan mau turunin kamu dipinggir
jalan.Aku gak secupu itu!" kata Heaven."Aku cuma mau kamu
pake jaketku buat nutupin rok kamu yang kekurangan bahan!"
Jadi,aku sudah salah paham? Astaga aku malu.
Aku menggaruk tengkukku yang tidak gatal. "Thanks Heav,udah
peduli"
"Biasa aja!"
"Besok aku ganti rok kok!"
"Yang lebih panjang?"
"Lebih pendek aja boleh nggak?" aku menyegir.
"Terserah!" Heaven kembali melajukan motornya dengan
kecepatan sedang.
"Oh, terserah okee.Besok aku bakal ganti yang lebih
pen..ahhhhhh" aku terjerit kaget.
Aku langsung memegang pundak Heaven erat saat cowok itu
tiba-tiba melajukan motornya dengan kencang.
"Heav, pelan-pelan!!"
"Pegangan yang kenceng,aku mau ngebut takut telat!"
"Pegangan dimana?" pancingku.Pasalnya aku sudah pegangan
tapi di pundak Heaven.
"Kaki"
"Hah? Koki?"
"Kaki!"
"Kiki??"
"Kaki!!" teriak Heaven lebih kencang.
"Kiko?"
"Mata!" ceplos Heaven asal.
"Oh pegangan disini!" Aku mengangguk mengerti dan langsung
melingkar kan kedua tangan ku dipinggang Heaven.Haha dasar
aku modus.

Bab 20. TROUVAILLE

"Eh itu Heaven sama Inez!" tunjuk Trixy ke meja paling pojok.
"Terus?" tanyaku bersikap biasa saja.
"Gak panas?" tanya Trixy.
Aku menarik kursi lalu duduk di samping Trixy ,kami berdua
sama-sama menghadap ke meja Heaven dan teman-teman nya.
"Ngapain panas?" Aku mengedikkan bahu tidak peduli.
"Udah ahk,kamu mau pesan apa?" tanyaku.
"Apa ya?" soto aja deh lagi pengen makan soto"
"Minumnya?"
"Es teh lah,itu minuman favorit.Apapun makannya esteh
minumnya".
Aku memutar bola mata jengah "Enak ya kamu,udah aku yang
bayar aku juga yang mesen,dasar!"
"Punya temen baik,cantik,kaya ,ya dimanfaatin lah,biar kamu
berguna hahahaha" ejek Trixy.
"Awas aja, sotonya bakal aku kasih sambel sebaskom,biar bibir
kamu ndower" Aku beranjak dari tempat duduk untuk
memesan makanan.
Awalnya aku santai-santai saja saat berjalan melewati deretan
meja yang dipenuhi oleh segerombolan cowok.Namun lama-
lama aku merasa risih karena sebagian diantara mereka
semakin gencar menggodaku dengan siulan-siulan jahil atau
candaan yang tidak sepantasnya mereka ucapkan.
Ingin rasanya aku menonjok wajah mereka satu-satu .Tapi aku
harus menahan amarah,meladeni orang yang setengah
waras ,sama saja dengan membuang -buang waktu berharga.
"Cewek..Uhuy,gede amat anunya!"
"Heh.Cantik! Senyum dong,biar makin menggoda"
"Cantik,itu rok nya kok merah? bocor ya?"
DEG.
Jangan bilang aku bocor.Tidak.Tidak.Ngga lucu kalau itu sampai
benar-benar terjadi.Aku berhenti, kemudian berusaha melihat
rok bagian belakangku tanpa mempedulikan tawa menggelar
dari segerombolan cowok-cowok itu.
Aku mendengus lega "Untung gak bocor beneran"
"Hahaha.."
"Heh,cantik kamu bocor ya?" panggil salah satu diantara
mereka.Mau tidak mau aku langsung menoleh.Karena jelas-
jelas panggilan itu ditujukan untuk ku.Aku menoleh dengan
santai, meskipun sebenarnya perasaan ku sudah dongkol dari
tadi "Aku gak bocor!" tegas ku.
"Lah?" balas cowok itu terkekeh."Emang situ ngerasa cantik?
kok kamu yang jawab sih?haha.."
Aku mengepalkan tanganku kuat."Heh! maksud kamu apa?
becandain aku! Emangnya aku sebodoh cewek lain yang
biasanya kalian goda? hah?!"
Aku menggebrak meja dengan lantang.Tidak peduli mereka
cowok dan aku cewek.Tidak peduli juga, mereka segerombol
dan aku sendiri.
"Sinting! Geer banget jadi cewek!" Mereka semua tertawa
meledek. "Sana,ahhk, ngapain nyamperin kita? mau ngajak
nganu ya? hahaha.."
"Hahaha.. enak nih"
"Hahaha..."
"Maksud kamu?!" aku menarik kerah baju salah satu cowok
yang sedari tadi paling nyolot.Sebenarnya,aku malas jika ribut
begini.Tapi kalau mereka sudah keterlaluan aku harus turun
tangan.Kalau tidak, mereka bisa lebih meremehkan cewek lain.
"Kok ngamok?" cowok itu tersenyum penuh arti. "Daripada
kamu ngamok, mending kamu temenin aku tidur ntar malam,
berapa harga kamu?"
"Hahahaha..gratis kayanya"
"Jaga omongan kalian!" Aku menatap nyalang satu-satu
diantara mereka.Tidak ada rasa takut.Yang ada hanya rasa tidak
terima dan marah.
"Jaga omongan? Halah sok-sok nyuruh orang jaga omongan,situ
jaga keperawanan gak? paling udah jebol hahaha...iya gak
bro?"
"Hahaha... Iyalah"
Plak.
Aku menampar pipi cowok dihadapan ku itu dengan penuh
emosi.Seketika aku tersadar semua pandangan beralih
menatap kearah kami.
"Valent?" Trixy langsung berlari menghampiri ku.
"Len" Trixy menarikkku mundur.
"Lepasin Trix,Aku mau buat perhitungan sama cowok bajingan
yang bermulut nyiyir ini!"
Cowok itu berdiri, melangkah mendekati ku."Bajingan? siapa
yang kamu sebut bajingan?!" cowok itu mengangkat dagu ku
dengan satu tangan nya.
"Kalo aku bajingan, berarti situ?"
Teman-teman nya dibelakang menyahut " LONTEEE
HAHAHAHA..."
Napasku memburu tidak tenang.Aku berusaha melepaskan
cekalan tangan Trixy "Kalian pikir aku takut sama kalian?"
tunjukku tepat diwajah cowok itu.
Ia terkekeh."Kalo gak takut, yaudah ntar malam kamu temenin
aku tidur.Mau dibayar berapa? Biar mereka semua jadi saksi
berapa harga cewek lonte kayak kamu!"
"Kurang ajar!!" Aku mengangkat tangan ku,hendak memberi
sebuah tamparan lagi.Namun,gagal karena tangannku lebih
dulu ditahan seseorang.
"Jangan biarin tangan kamu kotor karena manusia kayak gini"
Aku menelan ludah kasar saat mengetahui siapa orang yang
ada dihadapan ku sekarang.Dia,Sean mantan pacarku.
Bugh.
Sean memberi satu bogeman mentah ke cowok yang menghina
ku barusan.
Bugh
Bugh
Bugh
Beberapa saat terjadi saling adu jotos diantara mereka.Sampai
akhirnya Sean membiarkan cowok brengsek dan teman-teman
nya itu pergi karena sudah babak belur oleh pukulan Sean yang
bertubi-tubi.
"Makasih" ucapku pada Sean."Tapi,lain kali kamu gak perlu
bantu aku"
Setelah mengucapkan itu,aku menarik Trixy pergi,dan mataku
tidak sengaja bertubrukan dengan mata Heaven yang sedang
menatap ku dengan tatapan...ahk aku tidak mengerti.
"Len.." panggil Sean.Namun aku sama sekali tidak
mempedulikan.
*****
"Aku bilang gak mau!!" sentakku menghempaskan cekalan
tangan Sean.
Sean tetap saja memaksa agar aku mau pulang dengan
nya."Len,ini mau hujan.Aku gak mau kamu kehujanan.Mending
aku antar kamu pulang sekarang"
"Budeg?" sarkas ku."Jangan pikir karena kamu tadi udah
bantuin aku,kamu jadi merasa sok jagoan dan berharap aku
bakal bersikap baik sama kamu!"
"Aku cuma mau nganterin kamu pulang karena aku khawatir
sama kamu Len.Apa aku salah?" Mata Sean menatapku sayu.
"Aku bela-belain ikut pindah kesini demi apa? demi kamu
Len..." mata Sean berkaca-kaca.
Aku tertawa sumbang. "Terus aku harus apa? harus kasih kamu
penghargaan?"
"Len,aku mohon.." Sean menyatukan kedua tangannya didepan
ku. "Kali ini aja,aku pengen boncengin kamu.Aku kangen sama
kamu Len.."
"Engga" aku tetap kekeuh pada pendirian awal.Aku tidak akan
pernah mau berurusan lagi dengan Sean.Tidak sengaja aku
melihat Heaven yang melewati depan halte.Aku berusaha
meneriaki cowok itu dengan lantang.
"HEAVEN!!"
Heaven memelan kan laju motornya kemudian menoleh
kebelakang.Menatapku sebentar dan putar balik.
"Heav,aku boleh nebeng gak sama kamu? bentar lagi hujan?"
Heaven melirik Sean sekilas "Nebeng?"
Aku menggangguk "Iya,Heav.Boleh ya? nanti aku ganti deh
bensin kamu!"
"Len..." lirih Sean."Kamu pulang sama aku.."
"Heav,boleh kan?"
"Len,aku mohon..." Sean terus memohon.
"Ayokk!" angguk Heaven.
"Len,pliss jangan kaya gini.."
Setelah itu dengan bantuan Heaven,aku naik ke motor
Heaven.Heaven melajukan motornya dengan buru-buru.
"Siapa?" Setelah terjadi keheningan yang cukup lama diatas
motor.Heaven membuka suara.
"Siapa? Maksud kamu?"
"Dia!"
"Oh Sean?"
"Itu cowok yang waktu itu di UKS juga kan?" tanya Heaven lagi.
"Hm.. kenapa nanya-nanya?"
"Pengen tau!"
"Dia itu mantan aku!"
"Oh.pantes"
"Pantes??" aku bingung.
"Pantes bego!"
"Bego?" beo ku lagi.
"Ngemis-ngemis cinta ke cewek,kamu juga!!"
"Aku gak begoo!! ihh"
"Kalo gak bego.Kamu gak bakal ladenin cowok brengsek
dikantin tadi"
"Itu karena dia kurang ajar!" aku membela diri.
"Terus kamu gak mikir gimana kalo dia dendam dan bakal apa-
apa in kamu?"
Aku terdiam.
"Sorry" Ucap Heaven tiba-tiba.
"Sorry karena kamu ngatain aku bego? Hahaha aku emang be.."
"Sorry aku telat nolongin kamu dikantin tadi!" potong Heaven
cepat membuat jantungku berdebar bukan main.

Bab 21.Perasaan Baru

"Sana Len!" titah Mama untuk yang kesekian kalinya.


"Gak mauuu mahh" rengekku bergelayutan di lengan Mama
"Aku gak mau ke minimarket,mager"
"Biar gak cuma rebahan doang, itung-itung olahraga"
Aku berjalan kearah sofa "Ini aku udah olahraga, keliling
rumah!"
"Lagian anak perawan hari minggu bukannya bangun pagi,eh
molor doang" dumel Mama sembari mengaduk adonan
kue.Hari ini Mama ingin membuat kue permintaan ku.
"Mama ngedumel mulu, heran.Aku itu capek.Sekolah dari hari
senin sampe sabtu.Masa dihari weekend,aku gak boleh
menikmati!"
"Halah, kerjaan tiap hari cuma main hp doang pake ngomong
capek!"
Mama menatap ku kesal."Udah sana,ke minimarket
bentar.Kamu mau kuenya gak pake topping?"
"Iya-iya,bawel" aku beranjak dari dudukku.
"Len, sama beli buah-buahan sekalian ya.Dikulkas habis."
"Nye-nye-nye" balasku dari arah pintu membuat Mama geleng-
geleng heran.
*****
"Jeruk udah, apel udah, mangga...em kok kecil sih!" Aku
membolak-balik kan buah mangga yang terdapat di rak
minimarket.
"Ini gede."
"Sean?" Aku sedikit terkejut dengan kehadiran Sean, mantan
pacarku.
Sean tersenyum, kemudian mengulurkan buah mangga yang ia
pegang ketangan ku "Nih,Len"
"Makasih"
"Len!" panggil Sean karena aku pergi begitu saja setelah
menerima uluran buah mangga yang tadi.
"Len tunggu.tunggu" Sean tetap mengejar ku.
Menghela napas.Aku berujar untuk memberi Sean pengertian
"Se,tolong jangan ganggu hidup aku lagi!"
"Aku bukan mau ganggu hidup kamu Len"
Aku menaikkan sebelah alisku "Terus, kenapa kamu selalu
muncul tiba-tiba.Bukannya kita udah sepakat, setelah putus kita
ngga bakal saling ganggu!"
"Aku gak sengaja ketemu kamu disini.Aku juga bukan
bermaksud ganggu kamu,Aku cuma mau memperbaiki semua"
"Gakk!" tolakku dengan tegas. "Gak ada yang perlu diperbaiki
diantara kita,Kamu dan Aku selesai Se"
Sean menatapku dengan tatapan memohon "Len.."
"Gak ada yang perlu diperbaiki lagi!" setelah mengucapkan
kalimat itu,aku pergi meninggalkan Sean.Untungnya Sean tak
lagi mengejar ku.
Untuk menenangkan diri sendiri aku bersandar pada
tembok.Mataku terpejam.Air mataku tiba-tiba turun tanpa
permisi.Sakit.Itu yang kurasakan.
"Kalau mau nangis dirumah, jangan disini!"
Aku buru-buru membuka mata.Kemudian mengusap sudut
mataku yang basah."Heaven?!" kagetku .
"Hm? jangan nangis!".
Aku tersenyum,dan berdiri menghampiri Heaven. "Heaven? kok
kamu disini?" tanyaku sembari mendorong troli belanja.
"Kinder Joy"
"Buat Aksa ya?"
"Hmm"
"Kok jauh beli disini? Bukannya deket rumah kamu ada
minimarket?" tanyaku lagi.
"Habis"
"Minimarket nya habis?"
"Kinder Joy"
"Udah beli itu doang?"
"Iya, sekarang mau pulang "
"Nebeng dong,hehe"
"Hmm,oke" setelah mengucapkan dua kata singkat itu, Heaven
pergi kekasir dan disusul olehku dibelakang.
"Sekalian punya dia mbak" kaya Heaven pada mbak-mbak kasir.
"Iya mas"
"Eh,gak usah Heav." tolakku.Masalahnya aku itu belanja
banyak, karena titipan mama.Kalau sampe Heaven yang
bayar.Aku akan merasa tidak enak.
"Yaudah pulang sendiri!"
"Oke-oke mbak,ini sekalian"
Aku menyerah,lebih baik mengalah.Sayang sekali ongkos kalau
harus pulang sendiri.Hahaha.
"Makasih ya Heav" ucapku setelah memasuki mobil Heaven.
"Makasih udah dibayarin dan makasih mau nebengin aku "
"Hmm.." angguknya.
"Sebagai gantinya gimana kalo besok aku traktir kamu makan
bakso" tawarku pada Heaven.
"Gak usah" Heaven masih fokus menyetir.
"Yah, jangan gitu dong.Aku kan juga pengen bales kebaikan
kamu,Heav." tawarku lagi.
"Aku gak baik"
"Tapi kamu mau tebengin aku?!"
"Terpaksa!"
Aku tidak paham "Hah? Terpaksa kenapa?"
"Kasian lihat kamu risih dikejar-kejar mantan!" ucapnya sekilas
melihat kearah ku.
*****
Ting.
Heaven Higher
P
??
Dmn?
hah
Dmn!!
di rumah.knp Heav?
Jangan bohong
mksud kmu?
aku lagi gak bohong
emg lagi dirumah
rumah sakit hehe
Dirumah sakit?
Kmu sakit??
Iya
Sakit apa?
cuma lambung kok
Cm?
cm apaan? centimeter?
Kmu sakit lambung tp
dengan santainya bilang cm?
Gblk!!
*****
"Heaven?"
Aku melepaskan pelukanku dengan Sean.Spontan, tanganku
mendorong tubuh Sean hingga terhuyung ke belakang.Aku
masih menyorot cowok yang berdiri diambang pintu dengan
ekspresi datar itu.
Heaven mendekat. "Sorry,aku ganggu!" Setelah meletakkan
buah-buahan yang ia bawa diatas nakas.Heaven langsung
keluar dari ruangan.
"Heaven!" panggil ku.Namun sayang Heaven sudah melangkah
jauh.
"Len,kamu mau kemana? kamu masih sakit!" cegah Sean saat
melihat ku berusaha turun dari ranjang rumah sakit dengan
mengangkat tiang infus.
"Minggir!"
"Len!!"
"Minggir Sean!"
Dengan langkah tertatih-tatih aku berusaha mengejar
Heaven.Tidak mempedulikan tatapan aneh dari orang-orang
sepanjang koridor rumah sakit.Sampai diparkiran aku
mendapati Heaven yang hendak masuk kedalam mobil.
"Heaven tunggu!"
Heaven menghentikan pergerakan nya .Kulihat Heaven
menghela napas dan berjalan menghampiri ku.
"Bodoh!" cibir Heaven sembari menahan tubuhku yang hampir
tumbang kebelakang.
"Heav,tad..."
"Ssttt..." Heaven meletakkan jari telunjuknya dibibir ku.
Sebenarnya aku juga tidak paham untuk apa aku memberi
penjelasan pada Heaven.Buat apa? Bukannya aku dan Heaven
tidak ada hubungan apa-apa?
"Len?" Heaven kelihatannya ingin bertanya. "Em...kamu sama
Sean balikan?"
Aku menoleh lalu menggeleng cepat "Engga Heav.Sumpah aku
gak balikan sama Sean.tad..."
"Tapi pelukan?" Heaven mendekatkan wajahnya padaku .
"Emm..Heav.Tadi Sean minta maaf ke aku.Dia bilang gak bakal
ganggu aku lagi.Dan pelukan tadi,itu pelukan terakhir yang dia
minta.Sumpah itu semua gak kayak yang kamu pikir!"
"Emang kamu tau aku mikir apa?"
Mampus! Jarak Heaven semakin dekat.Jantungku berdebar
semakin kencang.
Drttt..Drttt.Drttt..
Mendengar bunyi ponsel Heaven segera menjauhkan wajahnya.
"Halo.." ucap Heaven pada seseorang diseberang sana.
"......"
"Sekarang?"
"....."
"Tapi aku la..."
"....."
"Oke-oke aku kesana"
Heaven menatap ku "Len,aku antar kamu kedalem ya?"
"Oke,aku masuk dulu kedalem".
"Aku antar" cegah Heaven saat aku hendak membuka pintu
mobil.
Aku menggeleng dengan senyuman "Gak papa,aku bisa sendiri
kok.Lagian kayanya Sean masih nunggu didalam"
"Len,ak..."
"Heav,aku gak papa beneran.Makasih ya udah datang jenguk
aku" Setelah itu aku benar-benar keluar dari mobil
Heaven.Tentu saja dengan langkah tertatih-tatih.Karena
perutku memang masih sakit.
"Ehh!!..." teriak ku Heaven mengangkat tubuh ku tanpa ancang-
ancang.Hal itu tentu saja membuat ku memekik kaget.
"Ck.diem!!"
Aku tidak berani mengungkapkan apa-apa lagi.Berada dalam
posisi sedekat ini dengan Heaven, berhasil membuat jantungku
tidak sehat.Ada apa ini?
"Heavv,.."
"Hmm??"
"Aku malu" cicitku pelan.Aku agak risih dengan tatapan orang-
orang yang melihat ku digendong Heaven ala bridal style
seperti ini.
"Turun??"
Aku menggeleng tanpa suara.Hal itu membuat Heaven
mengernyitkan dahi bingung.Alis nya terangkat sebelah
"Terus?"
"Udah ah jangan terus-terus ntar nabrak.Lagian jalan kamu
lama banget sih, Heav? Cepetan kek,biar aku cepat nyampe
ruangan"
"Sengaja" samar-samar aku mendengar gumaman Heaven itu.
"Hah?" tanyaku ulang memastikan.
"Lupain." Heaven membaringkan ku diranjang rumah sakit.
"Heav, makasih ya"
"Hmm." anggukknya pelan "Aku pergi dulu"
"Hati-hati"

Bab 22.Felicity
"Selamat pagi,jodoh Leon!" Leon berdiri didepan ku dengan
cengiran konyol yang ia punya.
"Pagi,Le!!" sapaku balik.
"Ada tugas gak Len?" tanya Leon.
Plak.
Trixy langsung menggeplak kepala Leon dengan buku tebal
yang ada ditangannya."Modus banget,padahal udah tau kalo
gak ada tugas."
"Sakit anjir.Mukul orang kira-kira dikit!" Leon mengelus
kepalanya. "Nenek lampir diam aja,tutup mulut biar suara
cempreng kamu itu gak keliatan!"
"LEON IHK! NYEBELIN BANGET SIH?!" Trixy menarik rambut
Leon dengan kasar.
"Aduhh!! sakit monyet".
Semua yang ada didalam kelas tertawa,setiap hari memang
sudah menjadi makanan sehari-hari kami melihat Trixy dan
Leon yang selalu ribut begini.
"Lho? udah masuk sekolah? bukannya masih sakit?" tanya
Heaven baru tiba dikelas.
Heaven benar, sebenarnya aku memang masih sakit.Tapi aku
memaksa agar bisa pulang dari rumah sakit dan cepat
sekolah.Sejak terjadinya adegan ekhem kemarin.Aku benar -
benar tidak bisa tenang .Rasanya ingin cepat-cepat sekolah biar
bisa bertemu dengan Heaven.Eh?
"Em..aku udah sembuh kok" jawabku tersenyum.
Heaven mengangguk lalu duduk dikursi nya.
Aku menatap kearah Heaven.Entah sejak kapan aku begini,lebih
suka dan tenang saat melihat Heaven sedang duduk dikelas
dengan buku ditangan nya.
Seperti biasa,banyak siswi perempuan yang caper dihadapan
Heaven ,namun bukannya dilihat dilirik pun tidak.
Aku menoleh kearah Inez yang sedang mengajak Heaven
ngobrol.
"Heav,nanti pulang bareng yuk.Kamu lagi gak sibuk kan?" tanya
Inez.
Heaven menutup bukunya ,lalu melirik kearah ku,aduhh atau
mungkin dia sadar kalau sejak tadi aku memandangi nya?
"Boleh" jawab Heaven datar.
"Beneran yahhh..." kata Inez memastikan bahwa dirinya tidak
salah dengar.
"Heem" jawab Heaven singkat.
Inez melirik ke arah ku,lalu tersenyum kemenangan.Apa-
apaan??
"Dih,si Inez serem bener!" cetus Trixy yang juga menyadari
tatapan Inez padaku.
"Udahlah Trix,jangan cari masalah" tegurku.
*****
Bel pulang sudah berbunyi sejak beberapa menit yang
lalu.Semua murid sudah pulang.Hanya ada beberapa anak eskul
saja.
"Yakin Len? gak mau pulang bareng kita aja?" tanya
Trixy.Sebenarnya ini adalah pertanyaan kesekian kalinya yang
keluar dari mulut Trixy.
"Mending kamu ikut bareng kita aja Valen" Usul Papa Trixy.
"Gak om,lagian nanti saya juga mau mampir bentar ketoko
buku" ucapku.
"Beneran gak apa-apa?" Tanya Trixy lagi memastikan.
"Ya,ampun iya"
"Yaudah , kita tinggal yah" ucap Trixy sambil melambaikan
tangannya.
"Ngapain,kok belum pulang?" Itu Inez,yang ternyata sedang
bersama Heaven.
"Penting banget emang? kamu harus tahu?" jawabku ketus.
"Dih,songong.Ditanya malah ngegas!" ujar Inez.
Aku melirik kearah Heaven,lalu berjalan keluar gerbang sekolah
menuju halte,yang berada tak jauh dari sekolah.Kok aku kesel
sih liat Inez pulang bareng Heaven.
****"
Heaven Higher
Len
?
Aku didepan
depan mana?
Rumah km!
ngapain??
Keluar bntr!
Aku membuka tirai jendela kamarku,dan benar saja Heaven
ada disana.Bukannya tadi dia mengantar pulang Inez? Kok
sekarang disini.
Aku segera menghampiri Heaven yang masih duduk diatas jok
motornya.
"Ada apa? bukannya tadi kamu antar pulang Inez ya?!" tanyaku
sedikit nyolot.Aku juga sedikit terkejut kenapa sikapku jadi
seperti ini.
"Gak jadi" jawab Heaven membuat ku terkejut.
"Kenapa?" tanyaku penasaran.
"Dipanggil guru ke BK, karena lama yaudah aku tinggal" jawab
Heaven lagi.
"Terus kenapa malah kesini?"
"Pengen aja".
Aku menaikkan sebelah alisku pertanda bingung.Dia terkekeh.
"Nanti malam kamu free?" tanya Heaven datar tanpa ekspresi.
"Kenapa emang?"
"Jawab dulu!"
Aku tampak berpikir sejenak "Free kok"
"Nanti malam aku jemput jam 7"
"Mau ngapain?" tanyaku heran.Tumben sekali si es batu ini
mengajakku secara tiba-tiba.Tidak ada angin.Tidak ada hujan.
"Jalan"
Aku tampak bersusah-payah menyembunyikan rasa bahagia
"Oke"
"Aku balik"
"Hati-hati!"
Heaven tersenyum "Nanti gak usah dandan"
"Kenapa?"
"Aku gak mau kamu kelihatan cantik dimata orang,cukup
dimataku" jawab Heaven sembari menepuk-nepuk puncak
kepala ku.
"Ya,Tuhan!! jantungku mau copot!" pekikku heboh setelah
menatap kepergian Heaven dari hadapan ku.
*****
"Aku lama ya?" tanyaku melihat Heaven bersandar di pintu
mobil sembari betsidekap dada.
"Lumayan.Tangan kamu sini!" Heaven mengulurkan tangannya
kedepan.Aku masih terdiam tidak merespon masih mencerna
kalimat nya.Sehingga Heaven menarik tanganku lalu
menggenggam nya.
Heaven membuka kan pintu untuk ku.Membuatku menatap
nya bingung.Ini beneran Heaven? Membukakan pintu mobil
untukku padahal kemarin-kemarin tidak pernah melakukan hal
ini.
"Kenapa?" tanya Heaven karena bukannya segera masuk
kedalam mobil aku justru masih terdiam ditempat sembari
menatap kearahnya.Seperti orang linglung.
"Len?" tangan Heaven bergerak-gerak didepan wajahku.
"Oh,gak papa" cengirku tersadar lalu segera masuk kedalam
mobil.
"Gak papa kan?" tanya Heaven memastikan.
"Engga" gelengku. "Eh!" aku sedikit terpekik kaget saat Heaven
memasang kan seat-belt ku.
"Kita mau kemana?" tanyaku disela-sela keheningan.
"Rahasia"
"Pelit!" gerutu ku pelan.
Bab 23.Isi hati Heaven

Aku baru menyadari ternyata Heaven mengajakku kesalah satu


restoran yang cukup terkenal.
Tanpa meminta persetujuan.Heaven meraih
tanganku.Menggenggam erat tangan mungilku kedalam
genggaman tangan besarnya.
"Bagus banget" gumam ku takjub menatap pemandangan
sekeliling dengan decakan kagum.
"Suka?" tanya Heaven menuntunku untuk duduk disalah satu
kursi kosong.
Aku menggangguk antusias "Suka banget"
"Em.aku ketoilet bentar ya" pamitku.
"Mau dianter gak?"
Aku menggeleng cepat "Engga usah"
"Berani kan?"
Aku agak bingung.Kenapa malam ini sikap Heaven jadi sangat
manis? "Berani"
"Wah,udah datang makanannya?" mataku berbinar menatap
berbagai hidangan yang telah tersaji diatas meja.Baru saja
ditinggal sebentar.Tiba-tiba sudah banyak makanan yang
memenuhi meja.
"Ini boleh dimakan semua kan?"
Heaven terkekeh pelan "Boleh"

"Lenn" Heaven meraih tanganku.Aku yang tadinya hanya


menatap pemandangan langit, sekarang beralih menatap
Heaven.
"Kenapa?"
"Salah gak kalo secepat ini jatuh cinta?"
Aku tidak paham "Maksudnya?"
Heaven memperjelas ucapannya "Salah gak,kalo aku jatuh cinta
sama kamu secepat ini?"
Aku benar-benar merasa gugup sekarang.Bahkan detak jantung
yang tadinya biasa saja,kini mulai tidak biasa.Aku merasakan
debaran yang begitu kuat.
"J-jatuh c-cinta?"
Heaven menggangguk "Hmm.Inget kan waktu kamu masih
dirumah sakit.Tau kenapa aku langsung pergi gitu aja waktu
lihat kamu pelukan sama Sean?".
Aku menggeleng.
Heaven tersenyum tipis "Kamu, sebenarnya tau Len".
"Cemburu". lanjut Heaven.
Aku membulat kan mata "Cemburu?"
"Iya cemburu.Sebenernya aku gak ada hak untuk
cemburu.Tapi.."Heaven menjeda ucapannya.Dia menarik
tanganku untuk lebih dekat.
"Tapi apa?"
Heaven tersenyum simpul "Tapi mulai malam ini,kamu mau gak
buat jadiin aku sebagai orang yang berhak cemburu atas apa
yang kamu lakukan."
Aku sangat gugup sekarang."Heaven.."bibirku kembali
mengatup saat Heaven langsung menyela ucapanku.
"Tau kok,ini mungkin terlalu buru-buru buat kamu.Tapi
sebenernya rasa ini udah ada dari kemaren-kemaren.Aku aja
yang gak sadar." Jelas Heaven.
"Len,aku bukan cowok yang berpengalaman nyampein rasa
cinta ke cewek,kamu yang pertama,jadi maaf kalau caraku
mungkin agak aneh" lanjutnya.
Aku menggeleng cepat "Enggak,kamu gak aneh."
"Jadi?" satu alis Heaven terangkat.
"Jadi apa?" bingungku.
"Kita apa sekarang?"
"Aku pikir-pikir dulu ya Heav" Itulah jawaban yang
kuberikan.Aku masih terlalu takut untuk memulai hubungan
baru lagi.
Heaven terdiam kaku.Tidak menuntut lebih.
"Kamu marah ya?" tanyaku.
"Enggak" jawab Heaven.
"Tapi aku suka kamu" ucapku spontan.
"Iya" hanya itu balasan Heaven.
"Jangan lama-lama ya mikirnya" ucap Heaven lagi lalu berdiri
dari duduknya dan mengajak ku untuk berpindah tempat
kesalah satu sofa panjang yang kosong.Disini aku bisa melihat
pemandangan kota dari atas secara langsung.
"Kamu masih suka sama Sean?" tanya Heaven membuatku
menoleh.
"Jawaban jujur atau bohong?" tanyaku.
"Jujur" ucap Heaven.
"Eumm.masih sih..enggak mungkin aku lupain dia gitu aja.Dulu
kan dia yang paling lama pacaran sama aku.Sean juga udah
kenal papa.Tapi kalau ditanya untuk sekarang.Lebih suka
Heaven sih" ucapku membuat Heaven tetap mendengar.
"Kalau masih suka dia kenapa gak balikan?" tanya Heaven.
"Enggak lah, ngapain? nanti kamu gimana kalau aku balikkan
sama dia?" tanyaku.
Heaven tetap kaku meski bibir nya membentuk senyum
tipis.Sebentar.Tidak sampai beberapa menit, senyumnya sudah
hilang.
"Senyum kamu tuh mahal ya Heav?" tanyaku.
"Jadi gimana?" dia malah bertanya balik.
"Apanya?"
"Kita," ucap Heaven.
Aku terdiam bingung.Baru saja tadi Heaven bertanya.Sekarang
aku harus memikirkan nya lagi.
"Kamu yakin bakal berhubungan sama cewek kayak aku?"
ucapku.
"Yakin." ucap Heaven.
"Yakin?"
"Untuk rumah yang nyaman,aku butuh bahan yang bagus.Itu
kaya kamu sama aku" ucap Heaven.
"Heavv?"
"Apa?"
"Tawaran yang tadi,emm...masih?" tanyaku.
Heaven memandang ku "Masih,"
"Aku mau jawab"
"Kamu mau jadi pacarku?" tanya Heaven.Dia masih duduk
disampingku sambil mengambil kedua tanganku.
"Kita jalanin dulu ya," ucapku membuat Heaven tersenyum
ketika aku menerima nya.
"Len.."
"Apa?" aku menoleh.Tangan Heaven tidak berhenti mengusap-
usap dan memainkan rambutku.
"Yakin nerima aku?"
Aku tertawa pelan.Tadi,aku yang bertanya seperti itu.
"Len," Heaven mendekatkan bibirnya ketelingaku "Sekali kamu
masuk dalam hidup aku.Kamu gak bakal bisa keluar," bisik
Heaven.
"Seperti 360° derajat,satu lingkaran yang gak pernah putus.Itu
cintaku ke kamu". bisik Heaven lagi.

Bab 24.Day 1

"TRAKTIR!! TRAKTIR!! TRAKTIR!! TRAKTIR!!" Aku


menengadahkan kepala ku keatas dan melihat Boby dan Leon
diatas sana.Suara mereka menggema sampai kebawah.Mereka
berdua sudah seperti supporter yang tim sepak bolanya siap
bertanding.
"AYO HEAV!! NANTI KITA PARTY GEDE-GEDEAN!" teriak Leon.
"Ciee Heaven udah ada yang bisa dipeluk-peluk nih?" ucap
Boby.
"IHIY HEAVEN IHIY!!" teriak Boby lagi.
"Pacar baru alhamdulillah" ucap mereka berdua nyanyi.
"Kamu ngasih tau mereka?" tanyaku pada Heaven yang sedari
tadi masih diam menatap teman-teman nya diatas sana.
Heaven diam lalu turun dari motor dan menaruh helm nya
dikaca spion,tidak lagi menghiraukan kerusuhan Boby dan Leon
dari atas sana yang menyebabkan aku dan Heaven kembali jadi
pusat perhatian.
"Heaven, kamu ngasih tau mereka kalau kita pacaran ke
mereka?" tanyaku.
"Cuma ke Boby,kenapa? kamu gak seneng?" jawab Heaven.
"Bukan! Bukannya gitu"
"Jadi??" tanya Heaven.
"Heaven?"
"Hm?" balas Heaven ketika kami sudah berjalan lagi.
"Enggak jadi deh" aku menyegir bersalah.
"Kenapa?"
"Gak papa kok Heav"
"Seneng?" tanya Heaven.
"Seneng banget" balasku.
"Kenapa?"
"Gak tau.Seneng aja rasanya"
"Sama" Jawab Heaven membuat ku terkejut.

"Kalau cerita jangan ke Boby lah Heav,cerita itu ke aku,udah tau


dia ember" Leon tau-tau saja sudah nongol disebelah ku.
"IYAKAN.. INI YANG SAYA TUNGGU-TUNGGU" teriak Boby pada
Leon.
"Santai,aku gak masalah sama Valen" ucap Heaven.
"Anjir!, beneran bisa pacaran Heav?" tanya Leon.
"Bisa lah, sembarang!" ucap Boby.Malah cowok itu yang sewot.
"Yah,udah gak bisa lagi deh mijet-mijet otot padet Heaven"
goda Leon padaku.
Aku tertawa sebentar "Tuh,otot Boby ada"
"Ahk gak mau.Yang ada ditimpuk entar" ucap Leon.
"Udahlah,jangan gangguin orang pacaran" ucap Boby.
"Emangnya Leon sering pegang-pegang kamu?" tanyaku pada
Heaven setelah Leon dan Boby sudah pergi.
"Cuman bercanda" balas Heaven kalem dengan suara beratnya.
Aku diam.Selalu suka mendengar suara berat Heaven.
*****
"ASTAGA!" teriak kaget karena melihat Heaven duduk
disampingku.
"Ngapain disini?" tanyaku pada Heaven.
"Duduk kan?" jawab Heaven tenang.
"IYA...IYA TAPI KAN KAMU DUDUKNYA DISANA..." aku terdiam
karena Heaven terus memandang Aku mendadak gugup ditatap
oleh laki-laki yang sekarang duduk disampingku.
"Kamu terganggu?" tanya Heaven memandangku sekarang
yang sedang menatapnya seperti alien dari planet lain.
ENGGAK!!ENGGAK LAH.YAKALI AKU TERGANGGU?
"Bukannya gitu tapi kan kaget kalau kamu tiba-tiba kayak gini"
ucapku.
"CIEEEE..aku merasakan ada cupid-cupid berterbangan didalam
kelas" ucap Sandy membuat ku tertawa.
"Apaan sih kamu San! jijay banget tau gak!" omelku.
"Udah sana kemana gitu kalian berdua.Pacaran didalem
kelas.Aku sebagai penjaga kelas gak terima nih! Hargai
jomblo!!" ucap Sandy.
Aku dan Heaven lalu berdiri meninggalkan kelas.
Aku menoleh untuk memperhatikan wajah Heaven dari
samping.Tuhan itu sangat baik.Menciptakan Heaven dengan
segala kepintaran nya.Kedua alis yang tebal,hidung yang
mancung,rambut yang hitam halus,jakun,juga rahang yang
tegas.Perpaduan yang sangat sempurna untuk Heaven Higher.
"Kamu ganteng banget" ceplos ku pada Heaven membuat dia
menoleh.
"Beruntung?"
Aku mengangguk "Iya"
"Kenapa?"
"Iya kan, pastinya beruntung"
"Yang beruntung itu aku" ucap Heaven.
"Kok gitu?"
"Aku bisa dapetin orang yang benar-benar tau tentang aku.Aku
bisa aja cari yang cantik,yang pinter.Tapi buat dapetin yang
tulus dan nyaman kaya kamu itu susah,Gak sembarang orang
bisa beruntung dapetin kamu" ucap Heaven.
Tau gimana keadaan ku sekarang? Ngefly. Ngefly banget.

Bab 25.Day 2
"Kenapa ya kalo cowok-cowok di wattpad itu selalu wangi
mint?" tanya Leon random.
Aku bertanya balik "Lah,kamu baca wattpad?"
"Enggaklah,gila"
"Terus kenapa kamu tau kalo di wattpad cowok-cowok nya
wangi mint?" tanya Boby.
"Kemaren nanya Rara sukanya cowok yang kayak gimana,terus
dia jawab suka cowok yang wangi.Apalagi yang wanginya
mint.Biar kayak cowok di wattpad katanya".
Boby terkekeh "Oh,pantes Rara ngomong gitu.Itu kode buat
kamu Lee!"
"Kode paan?"
"Kode kalau kamu bau apek.Hahahaha"
Leon mengendus seluruh tubuhnya dengan rakus "Enggak
anjir.Wangi! Sembarangan!"
"Lagian jelas lah kalo di wattpad cowoknya wangi mint.Yakali
mau diceritain kalo cowoknya bau apek.Apalagi pemeran
utama .Gak bakal ada yang baca" Aku tertawa membayangi apa
yang kubicarakan pada Leon. "Yang mau baca keburu jijik!"
"Mau pesan apa?" Heaven mengalihkannya fokusnya
padaku.Tidak peduli dengan kedua temannya yang banyak
bacot.
"Kayak biasa aja". jawabku.
"Oke.Tunggu bentar" Heaven berdiri dari duduknya lalu pergi
memesan makanan.
"Makan" titah Heaven lembut sudah datang membawa
semangkuk rawon.
"Loh,kamu gak makan?" Aku melihat hanya ada satu mangkok
rawon dan satu gelas es teh dimeja.
Heaven menggeleng "Gak,aku belum laper.Nanti aku makan
kalau istirahat lagi"
"Kalo kamu mau.Nanti pas istirahat kedua kita makan bareng"
Heaven tertawa geli "Makan Len" ucapnya lembut.
"Heran,pesan rawon tapi cuma kuah sama nasi doang" celetuk
Heaven sepertinya menyindir ku.
Aku menghentikan makanku,menatap Heaven dengan raut
wajah cemberut. "Kan kamu tau aku suka banget sama rawon
tapi gak suka sama daging.Daging apapun itu.Mau ayam atau
sapi, kambing, semuanya aku gak suka.Makanya kalo aku
makan rawon cuma kuah sama nasi doang".
"Gak papa kalo gak suka daging.Yang penting kamu harus suka
sama aku" ujar Heaven pelan tapi aku masih bisa mendengar
nya dengan jelas.
"Uhukk-uhukk"
Heaven mengurkan minuman padaku "Pelan-pelan"
Aku menerima uluran Heaven.
"Makanya jangan ngegombal dulu,aku mau makan" kataku
setelah meletakkan minuman dimeja.
"Siapa yang gombal ?" dahi Heaven menyergit heran.
Aku berdecak "Ck! Tadi tuh apa kalo gak gombal? gimbal?"
Heaven tersenyum lalu mengusap-usap puncak kepala ku
dengan sayang. "Itu perintah yang harus kamu turutin"
"Jadi aku harus suka sama kamu?"
"Hm" angguk Heaven.
"Kamu emang suka sama aku?" aku bertanya lagi.
Heaven menggeleng "Enggak!"
"Ih,kok enggak sih?" kesal ku.
"Enggak suka doang,tapi cinta" kekeh Heaven.
Mendengar jawaban Heaven pipiku langsung bersemu
merah.Ah! kenapa sekarang Heaven suka sekali membuatku
salah tingkah.
"Em..aku boleh nanya gak?" tanyaku
"Tanya aja" jawabnya
"Sekarang hubungan kamu sama Papa kamu udah mulai
membaik ya?" tanyaku membuat nya langsung menoleh.
"Sebenarnya enggak juga sih"
"Kamu juga kelihatannya udah bisa menerima mama tiri kamu
dan Aska,bagus deh kalo gitu"
"Aku belum bisa menerima semua itu"
"Tapi kelihatannya kamu sayang banget sama Aska,kayak waktu
itu yang Aska hampir ketabrak!"
"Itu semua gak ada sangkut pautnya dengan Aska Len,yang
salah itu Papa dan mamanya,Aska gak tau apa-apa,kenapa aku
harus benci dia juga?"
"Emm.. ngomong-omong soal Aska gimana kabar dia pasti
tambah gembul" ucapku girang, membuat Heaven terkekeh.
"Dia juga terus nanya-nanya tentang kamu kapan kerumah"
"Ihkk kok kamu gak bilang sih sama aku Heav?!"
"Iya maaf,aku pikir kamu gak akan mau"
"Terus kamu jawab apa ke Aska?"
"Kakak cantik nya lagi sibuk, kapan-kapan katanya kesini"
"Kamu sayang banget ya sama Aska?"
"Dari dulu itu aku pengen banget punya adik,biar bisa diajak
main bareng" membuatku menjawab.
"Aku juga anak tunggal,tapi gak kepengen banget punya
adik,takut kalo nanti kasih sayang mama papa ga kebagi buat
aku lagi"
"Takut banget kayanya kamu gak dapet kasih sayang,gak
mungkin lah om tante bakal begitu" dia tertawa kecil.

Bab 26.Redamancy
Dengan waktu yang sangat mepet aku tidak sempat sarapan
cukup dengan roti sebagai bekal untuk berlari menghampiri
angkot yang sedang berhenti didepan komplek.
Menempuh perjalanan yang cukup lama menggunakan
angkot,sudah dipastikan aku pasti akan telat masuk kedalam
sekolah.
Aku mengusap pelipis ku yang dibanjiri keringat,menatap
gerbang yang sudah tertutup , Iyalah sudah pukul 7.30
"Pak!"
"Pak!!"
"Pak satpam!"
Aku berteriak keras didepan gerbang yang menjulang tinggi,
berharap agar pak satpam mendengar suaraku lalu berbaik hati
membiarkan ku masuk.
"Astaga,kamu ini baru datang?" ucap pak satpam, menatap ku
menggeleng kan kepala.
Aku meringis "Iya Pak,maaf kesiangan,boleh buka gerbang
nya?"
Aku mengembangkan senyum saat pak satpam membuka
gerbang untukku.Tidak berselang lama senyuman itu pudar
ketika Bu Ninu selaku guru BK berkacak pinggang menatap ku
tajam.
Aku berjalan pelan menghampiri Bu Ninu bersalaman agar
terlihat sopan, "Pagi Bu,maaf Valen terlambat"
"Berdiri dilapangan hingga jam istirahat berbunyi" kata Bu Ninu
datar tanpa ingin dibantah lalu pergi dari hadapan ku.
'kejam memang' batinku sedih.
Disinilah aku berada dibawah teriknya sinar matahari soalnya
hari ini sangat panas.Baju ku sudah basah karena dipengaruhi
keringat ,bayangkan saja berdiri dibawah panasnya matahari
hingga bel istirahat?
Aku yang sedang menunduk mendongakkan kepala saat merasa
bayangan seseorang berdiri didepan ku,sudah tau itu siapa.
"Panas?"
"Gak!" jawabku ketus.
"Salah sendiri" Heaven mengusap peluh didahi ku dengan
punggung tangannya.
"Kan bisa bangunin aku!" cabiku kesal.
"Udah ditelponin berulang kali" ucap Heaven menyentil dahiku
pelan.
"Sakit! udah tau ada luka dipukul lagi!"
Heaven menangkup rahangku dan menyipitkan matanya.
"Kenapa?" tanyanya mengusap kepala ku lembut.
"Nabrak pintu"
"Ceroboh!" Heaven secara perlahan mengusap dahiku.
"Pintu segede itu kamu tabrak? dipake gak matanya?"
Heaven menarik lengan ku.
"Mau kemana?" aku menghempaskan tangan ku dari
genggaman Heaven.
"Ikut aja"
"Gak mau!"
Heaven mengapit leherku.Aku berontak sedangkan Heaven
dengan santai berjalan menyeretku.
Menuju lantai teratas SMA Garnesia.
*****
Duduk disebuah kursi dengan hembusan angin semilir betapa
nikmat rasa itu.Aku sedang berada di rooftop sekolah akibat
paksaan Heaven,padahal aku sedang dihukum.Biarlah itu
menjadi urusan Heaven dengan Bu Ninu katanya.
"Hadap sini" Heaven membuka hansaplast bergambar harimau.
Aku menurut,dengan telaten Heaven menempel kan didahiku.
"Kalo kamu masih tidur diatas jam 10 gara-gara nonton,aku
hancurin laptop kamu" Ucapnya galak.Tapi tangan Heaven
masih setia mengusap kepala ku.
"Iya,engga lagi" aku mengusap hansaplast yang menempel
didahiku.
"Tidur jam berapa?" tanya Heaven menatap ku lekat.
Aku membuang pandangan, menatap mata tajam Heaven aku
tidak sanggup."Sekitar jam 2,aku gak sadar nontonnya sampe
jam segitu" kataku menyegir.
"Nyari mati?"
"Enggaklah" jawabku.
Heaven mencubit gemas bibirku,katanya sudah salah masih
berani jawab.
"Sakittt" aku memukul kuat tangan kekar Heaven.
Heaven mengangkat bahu acuh dengan santai menjatuhkan
kepalanya diatas pahaku,membuatku mendengus sebal.
"Aku tidur, istirahat bangunin" matanya sudah terpejam.
"Iya,tapi pinjem hp kamu aku mau main game" aku menepuk
pipi Heaven.
Heaven mengeluarkan ponselnya dari saku celana masih
dengan mata terpejam.Memberi hp berlogo Apple padaku.
Dengan senang hati aku menerima.Heaven itu baik dia tidak
marah jika aku menginstal game yang aku suka,bahkan tidak
dihapus oleh Heaven.
Candy crush,Pou,Cooking mama dan game favorit ku lainnya.
Setengah jam waktu berlalu tak terasa suara bel istirahat
berdering keras.
Aku menunduk melihat Heaven yang tampak nyenyak
tertidur.Menepuk pelan pipi Heaven "Heav,bangun udah bel
istirahat"
Kelopak mata Heaven bergerak "Hmm" gumamnya masih
dengan mata terpejam.
"Ayolah" Aku mulai bosan.
Heaven bangun dari tidur mengerjapkan matanya berulang kali
menetralkan cahaya masuk dalam netra mata.
"Ayo" ajak Heaven dengan suara serak khas bangun tidur anak
cowok.
"Ayo" dengan semangat aku berlari keluar dari rooftop.
"Gak usah lari Len!"
Bab 27.Bab Menyakitkan

"Katanya Papa mau ketemu sama kamu"


"Hah?!"
Heaven menyentil dahiku pelan "Kenapa sih kalo aku ngomong
kamu seringnya jawab hah hah mulu"
"Hehehe kebiasaan" aku menyegir.
"Jangan dibiasain"
"Kenapa?"
"Ya gak bagus,masa aku ajak ngomong kamu jawab hah hah
doang".
"Terus aku harus jawab gimana kalo gak denger?"
"Apa Heaven?" ucap Heaven memberi contoh. "Gitu".
Aku menyegir "Yaudah deh,ulang"
"Mana bisa,"
"Yaudah"
"Jadi gimana? kamu mau?" tanya Heaven mengulang
pertanyaan nya yang tadi.
"Em...tapi aku takut!"
"Papa aku gak gigit" ucap Heaven datar.
"Kalo dia tiba-tiba gigit gimana?"
"Lenn! serius"
"Hehehe maaf"
"Gimana?" tanya Heaven lagi untuk yang kesekian kalinya.
"Yaudah deh,aku mau.Sekalian mau ketemu Aksa juga" aku
tersenyum.
"Nanti pulang sekolah kita ke rumah"
"Hah!"
"Ckk! dibilangin jangan dibiasain!" dengus Heaven.
"Hehehe maaf.Tapi secepat itu??"
"Apa nya yang cepat?" Satu alis Heaven terangkat.Hal itu justru
menambah kadar kegantengan Heaven berkali-kali lipat
menurutku.Tolong!!! Aku gak kuat.
"Ihk ketemu papa kamu?"
"Lebih cepat lebih baik"
"Emang kenapa sih papa kamu pengen banget ketemu sama
aku?"
"Gak tau,nanti kalo misal ditanya yang aneh-aneh gak usah
dijawab"
"Yakali,nanti aku dibilangin gak sopan"
"Ada aku"
Aku mengangguk "Oke,"
Heaven ikut mengangguk "Oke."
"Oke,"
"Iya,oke"
"Iya,o.."
Trixy memukul lengan ku "Kalian berdua ngapain sih anjirt! dari
tadi aku denger oke oke mulu" Trixy tiba-tiba muncul dari balik
pintu menatap aku dan Heaven heran.Mungkin pikirnya
'memangnya tidak ada percakapan selain kata oke?"
"Ckk,kamu ganggu aja nyet!" decakku balas memukul lengan
Trixy.
*****
Sesuai ajakan Heaven tadi untuk bertemu papanya.Sekarang
aku dan dia sudah berada di teras depan rumah Heaven.Saat
Heaven ingin membuka pintu.
BRUKK!!
"Aksa!" Aku dan Heaven terlonjak kaget.Buru-buru
menghampiri Aksa.
"Astaga Aksa ngapain sih?" Heaven mengamati Aksa yang
duduk dilantai sembari memegang sikunya.
"Aksa.." Aksa mendongakkan kepalanya keatas menatap ku.
"Lho? kakak cantik" Aksa segera berdiri dan menghampiri ku
tersenyum girang.
"Halo Aksa,apa kabar?" aku mencubit pipinya yang tembem.
"Baik,kok kakak cantik gapernah main kesini sih? kata bang
Heaven kakak sibuk ya?" matanya mengerjap lucu.
"Em..Iya,kakak sibuk.Sekarang baru ada waktu" aku tersenyum
membalas pertanyaan Aksa.
"Ayo main sama Aksa" Dia menarik tanganku masuk kedalam
rumah.
"Eh.eh. Aksa kakak cantik nya abang pinjam dulu.Mau ngomong
bentar,mainnya nanti ya?" sergah Heaven menarikkku
kedekatnya.
"Tapi..Aksa maunya main sekarang" Aksa menatap nyalang
kearah Heaven sembari berkacak pinggang.
"Kakak cantik pilih Aksa atau bang Heaven?" tanya Aksa
menatap penuh harap padaku.
"Em...Kakak sama bang Heaven dulu ya,abis itu sama Aksa" .
"Janji?" dia menodorkan jari kelingking nya.
"Janji" jawabku membalas tautan jari kelingking nya.
"Ekhmm" Deheman seseorang mengejutkan ku.Kutebak
deheman itu Papa Heaven.
Aku segera membalikkan badanku.Dan ya,benar itu adalah
Papa Heaven.Dari sini aku bisa melihat jelas wajah orang itu,dia
menatapku dengan tatapan tak terbaca.Wajahnya mirip dengan
Heaven rahangnya tegas,hidung mancungnya.Benar-benar
duplikat sekali dengan Heaven.
Dia berjalan dari arah tangga menuju tempatku dan Heaven
berada.
Sekarang,dari caranya menatapku sudah kutebak dia tidak
menyukai ku.Sangat terlihat dari raut wajah nya saat
menatapku.Matanya menakutkan membuat ku seakan diancam
oleh mata itu.Senyum smirk tercetak diwajah nya.Heaven
menggenggam tanganku dan aku mengeratkan genggaman nya.
"Siapa mas?" tanya seorang perempuan yang baru saja datang
dari arah belakang Papa Heaven dan kuyakini itu adalah mama
tiri Heaven.
"Tidak penting" jawabnya tanpa menoleh kearah mama tiri
Heaven.
"Bawa Aksa masuk kekamar nya!" perintah Papa Heaven yang
kedengarannya tidak mau dibantah.
"Ayo Aksa sayang,kita mainnya dikamar kamu aja" ucap wanita
itu.
"Gak mau mama!! Aksa mau main sama kakak cantik dulu"
rengek Aksa saat mama tiri Heaven menggendong Aksa
kedalam dekapannya.
"Nanti ya,sayang" kata mama tiri Heaven tanpa menoleh sedikit
pun kearah ku,dan membawa Aksa pergi dari sana.
"Pah!!" Heaven ingin memprotes.
"Duduk!" ucap Papa Heaven.
Aku dan Heaven duduk dengan tangan yang masih saling
menggenggam.Demi apapun,sekarang aku sudah sangat
ketakutan.Tatapan mata Papa Heaven.
seperti ingin melenyapkan ku rasanya.
"Valen Om" sapaku sopan,sambil mengulurkan tangan ku
untuk menyalami.
"Hmm" jawabnya dingin membuatku sedikit malu.
"Pah!" Heaven menegur Papanya.
Papa Heaven menghiraukan nya dan menatap ku kembali. "Jadi
kamu orang yang sudah diselamatkan oleh anak saya?"
tanyanya membuat ku menggangguk kan kepala sesopan
mungkin.
"Pah!! papa udah janji buat gak ngomong macam-macam!!"
bentak Heaven berani menatap papanya.
Bab 28.Avegar? Markas? Raskal?

"Ayo Len" Heaven segera beranjak dari duduknya tapi urung


karena Papanya kembali bersuara.
"Kamu lihat kan? Heaven bahkan berani menyela ucapan saya
dan ingin meninggalkan saya yang belum selesai berbicara demi
seorang kamu yang seharusnya dia benci karena kamu yang
menghilangkan nyawa mamanya?!" ucap Papa Heaven santai
tapi matanya tak santai saat menatap ku,entah apa
salahku.Bahkan kami baru bertemu tapi dia sudah tidak
menyukai kehadiran ku?.
"Pahh!! bukan dia yang menghilangkan nyawa mama" bentak
Heaven lagi.Papanya hanya melirik nya sekilas dan kembali
menatapku.
"Setelah saya cari tau, sangat tidak disangka ternyata kamu
putri dari Raynand seorang pembisnis sombong itu.Cihh"
"Maaf om,papa saya gak pernah sombong " ucapku membalas
perkataan nya,aku tidak terima dia menjelek-jelekkan papa
didepanku secara terang-terangan.
"PAH! UDAH CUKUPP!!!" aku terkejut akibat suara Heaven yang
meninggi.
"HEAVEN !! KAMU HARUS TAU!!! Mereka yang sudah membuat
perusahaan papa hampir bangkrut dulu " balas Papanya tak
kalah sengit.
"Dia gak tau apa-apa Pah!"
"Tapi dia anak dari orang yang papa benci!!" Papa Heaven
menatap ku sengit "Mereka yang sudah membuat hubungan
papa dan mamamu jadi begini!!!".
"Pah! di.."
"Mereka yang membuat Mamamu dan papa bercerai Heaven!!"
sela Papa Heaven saat Heaven ingin berbicara.
"Macam-macam apanya? benar bukan?" jawab papa Heaven
dengan senyum smirknya.
Aku hanya diam tidak berani berbicara.Mataku sudah berkaca-
kaca ingin menangis kurasakan dari pandangan ku yang mulai
mengabur.
Papa,Mama,aku ingin pulang.
"ITU BUKAN SALAH MEREKA,ITU KARENA PAPA YANG
SELINGKUH DARI MAMA!!"
"KAMU TIDAK TAU APA-APA HEAVEN!!"
PLAKKK!!
Aku terkejut.Papanya menampar pipi Heaven.
"Kamu sudah dipengaruhi oleh gadis ini, berani-beraninya kamu
membentak papamu sendiri!!" Tatapan matanya sekarang
beralih kearahku "Kamu lihat kan??" dia berdecih.
Tanpa aba-aba Heaven segera menarik ku dari sana.Dan
melajukan motornya menjauhi pekarangan rumahnya.
"Maafin Papa Len" ucap Heaven setelah menepikan motornya.
Aku tidak menjawab,hanya bergumam masih shock.
Medan malam ini begitu dingin.Hujan baru saja reda beberapa
jam yang lalu.Jalanan masih basah,langit masih hitam
pekat.Para pedagang pinggir jalan mulai kembali menggelar
lapak lesehan nya di trotoar Jalan Dharmawangsa.Setelah jalan
kaki sekitar tiga ratus meter dari tempat Heaven menepikan
motornya tadi, akhirnya aku dan dia bisa duduk manis dipinggir
jalan dengan berisi piring sate lontong ditangan.,didepan
warung ini.
Kata Heaven dia jarang makan pinggiran seperti ini.Tapi karena
aku mengatakan sate dipertigaan sini enak, padahal jujur aku
belum pernah mencobanya,hanya asal mengatakan saja
tadi.Didepan warung ini.
Tidak bisa dikatakan warung sih, karena hanya gerobak
saja.Bahkan, untuk tempat duduknya ya... dipinggiran trotoar
dan beralaskan sandal.Sandal pribadi.
"Enak?" tanya Heaven melihat ku makan dengan begitu lahap.
Aku mengangguk,tidak menjawab karena mulutku penuh
makanan.
Heaven meringis,ia memindahkan beberapa tusuk satenya
kepiringku, melihat milikku sudah hampir habis sedangkan
miliknya masih belum ada satupun yang dimakan.
Angin dari arah Cisarua menerpa tubuh kami,membuat rasa
dingin menyelimuti seketika.Tidak terlalu kencang,namun
cukup untuk membuat rasa dingin semakin mengukung.
"Dingin kan? ngeyel sih tadi disuruh pake jaket gak mau," cibir
Heaven,mungkin melihat ku bergerak tidak nyaman.
Aku menyegir tanpa dosa kemudian melanjutkan makan,
membiarkan Heaven merangkul pundakku mendekat.
"Kamu gak suka satenya ya?" tanyaku sambil melihat sate di
piring Heaven yang tidak tersentuh sama sekali.Aku mendongak
menatap Heaven penuh tanya.
"Kenapa?"
"Kalau gak mau,biar aku yang makan" jawabku.Entah kenapa
mood makan ku menjadi seperti ini semenjak terjadi
perdebatan antara Heaven dan Papanya tadi.
Jawaban ku tadi membuat Heaven melongo dan langsung
melihat kearah piring ku yang isinya sudah tandas.Kulihat
wajahnya seperti ingin mengejekku tapi dia menahannya.
"Habisin," perintah nya.
Aku dengan senang hati menerima dan lanjut makan lagi.
"Maafin sikap Papa yang tadi ya Len" ucap Heaven tiba-tiba
membuatku langsung menoleh kearahnya.Aku mengangguk
sebagai jawaban.Bingung ingin mengatakan apa.
"Jangan dipikirin omongan papa yang tadi," katanya lagi.
"Aku mau pulang sekarang aja deh" ucapku tersenyum.
"Oke,bentar aku bayar dulu," kata Heaven seraya berjalan
menuju abang penjual tadi.
Ting!!!
Ponsel Heaven berbunyi.Ada pesan yang masuk.
Tingg!!!
Tingg!!!
Ahk aku kepo.Mumpung Heaven masih asik berbincang dengan
abang penjual itu ,dengan segera aku membuka ponsel Heaven
dan memicingkan mata kala melihat nama Alta tertera disana.
Alta
Ketua avegar udah tau lo di Medan.
Tadi markas diserang!
Ada kemungkinan Raskal nyusulin Lo ke sana!
Aku segera mengembalikan ponsel Heaven ke tempat semula
ia meletakkan tadi,karena dia sudah berjalan kearah ku.
"Kamu kenapa?,kok mukanya kayak bingung gitu?" tanya
Heaven.
"Em..ahk enggak apa-apa kok,"
"Kita pulang sekarang?" dia menggenggam tanganku.
"Iya". jawabku masih dengan pikiran yang dipenuhi
pertanyaan-pertanyaan yang ingin kutanyakan pada
Heaven.Tentang Ketua avegar? markas? Raskal ingin kemedan?
Apa Heaven punya geng? Dan markas mereka sedang diserang
oleh musuh.Dan akan menyusul Heaven kesini?.
Bab 29.Bersama Bintang

"Kata orang bintang adalah wajah-wajah damai orang yang


telah pergi ,mereka menggantung lalu mengamati gerak-gerik
kita dari atas.Lantas semuanya mereka rekam untuk disimpan
pada memori sebagai tontonan untuk siang hari.Lalu mereka
akan mengamati kembali,jika langit malam berbaik hati
menampakkan mereka kembali.Kamu percaya Heav?"
"Enggak," Heaven menoleh,menatap kearah ku.
Aku tersenyum kecil.Merapatkan jaketku untuk menghalau
dingin dari angin yang berhembus.
Aku dan Heaven sedang duduk dikursi taman dekat
rumahku.Cukup singkat dan tidak tertebak karena beberapa
waktu yang lalu Heaven sudah pulang setelah mengantar ku.
Heaven memang menghubungi ku.Menyuruhku untuk ketaman
dekat rumah padahal sudah larut malam.Jelas aku menolak
dengan alasan itu.Tapi mendengar suara Heaven seperti orang
yang tengah putus asa dan lelah,aku datang kemari.
"Kenapa gak percaya?" tanyaku.
"Kalau aku percaya,aku gak akan bentak papa kayak tadi.Karena
aku percaya mama bisa lihat semua yang aku lakukan dari atas
sana". jawab Heaven.
"Tapi kamu suka bintang?" lanjut ku.
"Suka bukan berarti harus percaya kan?,"
Aku mengangguk.
Ingin bertanya tentang apa Heaven punya geng di Jakarta?
Avegar? Raskal? Tapi sepertinya ini belum saatnya.
"Ngantuk," ucap Heaven sembari menjatuhkan kepalanya
diatas pahaku.
"Aku lelap bentar boleh?, capek," ucap Heaven lagi.Sepertinya
dia punya problem dengan Papanya.
"Em..boleh pinjam hp kamu? aku gak bawa hp.Takut bosen
kamu tinggal tidur," aku menepuk pipi Heaven, sebenarnya
bukan karena takut bosan.Aku hanya ingin memastikan geng-
geng itu.Tidak salahkan mengotak-atik sedikit ponsel Heaven?.
Heaven pacarku.
Heaven mengeluarkan ponselnya dari saku.Dan memberikan
ponselnya padaku.
Kulirik kebawah.Heaven sepertinya sudah lelap.Aku segera
mengotak-atik ponselnya.Sungguh aku deg-degan.
Aku membuka aplikasi WhatsApp dan melihat chat yang
disematkan disana membuatku menyunggingkan
senyum.Ternyata Heaven menyematkan chatku.Ya,hanya
chatku.
Selanjutnya aku menggulir kebawah.Dan menemukan kontak
yang kucari,Alta.
Alta
Heav?
Lo gk mau balik??
Sekarang Raskal incar Lamanda.
Atau kita yang kesana nyusulin Lo?
Fuck it!!
Perketat penjagaan Lamanda
Jgn sampai terjadi apa-apa sama dia!
Makanya Lo balik anjing!
Lamanda kangen Lo!
Dia punya Kalka.
Sampai kpn gue harus jelasin itu lagi?!
Mereka gk ada hubungan apa-apa
Jangan lari dari masalah Heav!
Gue gak pernah lari .
Kalau bukan lari,terus ngapain Lo masih disana?
Gue tau bukan hanya tentang bokap Lo,
Ada hal lain yang buat Lo menetap disana?
Masa depan gue
Masa depan apa maksud Lo bangsat?!
Buru Lo balik.
Kalau gak!
Kita yang bakalan nyusul Lo kesana.
Siapa Lamanda? Masa lalu Heaven? Atau Kekasih Heaven.Dan
aku?.Aku berinisiatif mencari kontak
Lamanda.Sepertinya,Lamanda adalah orang penting di hidup
Heaven.Bahkan nama kontaknya diberi emot love putih.
Lamanda🤍
Lo gk apa-apa?
Raskal ngincar Lo?
Heav,kamu kapan balik?
Aku takut!
Nanti
Nanti kapan?
Gue gk tau
Heav,aku kangen.
Pikiran ku menjadi tidak tenang.Aku ingin pulang,
menenangkan diri dikamar.Ingin membuang jauh-jauh segala
pikiran negatif tentang Heaven.
"Heav" Aku menepuk-nepuk pelan pipi Heaven membangunkan
nya.
"Hm," Dia bergumam.
"Balik yok,"
Heaven segera bangkit.Dan menatap ku lekat. "Makasih"
ucapnya sembari mencium kening ku.Membuatku terkejut.
Aku tersenyum tipis,berusaha menetralkan detak jantung ku
yang tidak karuan.
Aku terlonjak kaget ketika mendapati Heaven yang tiba-tiba
berjongkok dihadapan ku.Tangannya menggenggam kedua
tanganku.Sesekali menciumi nya.
"Heav,jangan gini," Aku berusaha menegakkan badan
Heaven.Tapi tentu saja percuma.
"Kenapa?" tanya Heaven mendongak.Ia menatap ku dari bawah
sana.
"Malu" ringisku pelan saat Heaven justru meletakkan dagunya
dipaha polosku."Nanti ada yang liat,dikira mau ngapain".
Heaven terkekeh mendengar nya. "Emang mau ngapain kalo
posisi nya kayak gini?"
"Heaven ih!" Aku memukul lengan Heaven.
"Iya-iya maaf"
"Gak mau" Aku menggeleng dengan bibir mencebik kesal.
"Maaf,gak lagi" Kata Heaven tulus.
Heaven mengangkat dagunya lalu beranjak untuk kembali
duduk dikursi disampingku.
"Nanti,kalau aku udah gak ada.Kamu akan lupain aku gak Len?"
tanya Heaven.
Tiba-tiba.

Bab 30.Sementara dengan Jarak


Sejak kamu pergi,yang ada hanya sepi.Jadi,kapan
pulang? sudah lupa arah jalannya kah?

Bintang albiero dapat kulihat dalam jarak dekat,sangat jelas dan


begitu indah.Aku melihat nya dari teleskop.Melalui jendela
lotong yang kubiarkan terbuka.Tempat paling pas untuk
menikmati pemandangan langit malam ini.
Aku terbiasa mengenal aldebaran,altair,vega,capella,rigel
atau..sirius,lalu melihat nya dari sini sambil mendengarkan
papa dan mama bercerita banyak .Tapi malam ini,aku lebih
tertarik pada bintang albiero yang terlihat dilangit, bintang
ikonik yang berada dalam konslentasi cygnus.
Dengan mata telanjang ku,aku bisa melihatnya berpendar
sendirian.Tapi, menggunakan teleskop,aku bisa melihat jika
bintang itu ganda dengan bintang berwarna kuning keemasan
dan..bintang disampingnya berwarna biru.Lebih redup,seolah
opasitasnya sudah diatur.
Langit dari jarak dekat memang sangat indah.Penuh
cerita,penuh teka-teki,penuh brankas berisi banyak hal yang
menguap dari kepala manusia.Tersimpan disana.Lalu,malamnya
manusia akan berlomba-lomba untuk memandang langit dan
meminta memori mereka diputar kembali,untuk
mengenang.Karena,mengenang ketika malam sambil melihat
hamparan bintang dilangit begitu menyenangkan.Lebih
tenang.Opsi lain setelah hujan pastinya.
Karena,mengingat masa lalu ketika hujan merupakan hal yang
paling pas,dan.. sendu.
"Len,kamu didalam??"
Panggilan itu membuatku menjauhkan mata dari lensa okuler
teleskop lalu menoleh kearah pintu yang mulai digendor
beberapa kali.Itu suara Trixy.
"Masuk aja!" teriakku karena malas membuka pintu.
Setelah nya Trixy masuk.Menghampiriku,lalu duduk dikasur
lantai.Tepat disamping ku.
"Masih ada yang mata-matain kamu Len?" tanya Trixy.Aku
hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Aku curiga itu suruhan papa Heaven Apalagi itu semua terjadi
setelah kamu beneran taken sama Heaven". kata Trixy lagi.Aku
memang menceritakan semuanya pada Trixy tentang ada orang
yang menguntitku.Tapi tidak dengan Heaven,aku takut
memperbanyak beban pikirannya.
"Kamu udah tau Heaven ada dimana?,atau dia ada ngabarin
kamu gak?" Trixy memelukku.
"Enggak,aku belum tau dia ada dimana Trix.Aku bener-bener
bingung.Dia ngilang gitu aja.Pergi tanpa kabar.Bahkan Boby
sama Leon juga gak tau.Ini udah 3 hari" aku membalas pelukan
Trixy.
"Kita tidur yuk,udah malam..,jangan pikirin Heaven lagi.Kalau
memang dia beneran sayang sama kamu dia gak akan kayak
gini.Pergi tanpa kabar".
Aku dan Trixy segera berbaring dan menarik selimut menutupi
tubuh kami.Mataku terpejam, menginginkan kepalaku berhenti
memikirkan tentang Heaven yang hilang tanpa kabar.Aku masih
memikirkan kemungkinan positif tentang Heaven.
Apa Heaven kembali ke Jakarta?.Bertemu Lamanda seperti
janjinya pada wanita itu, menjaganya.Karena Raskal sedang
mengincarnya.
Apa Heaven tidak tahu? aku juga sedang diincar beberapa
orang,yang jelas tidak kuketahui siapa.
*****
"Valent!!"
Teriakan melengking dari mulut Trixy,begitu menggelegar
hingga keseluruh penjuru sekolah, SMA Garnesia.
Aku menghentikan langkahku yang ingin memasuki kelas yang
berada diujung koridor lantai atas.
Aku berbalik badan menatap Trixy kesal. "Bisa gak sih? gak usah
teriak-teriak sehari aja.Bisa?"
"Gak bisa.Hidup Trixy itu hampa tanpa teriakan.Aku merasa
hidup tanpa nyawa"
Aku menutup kedua telinga rapat.Aku heran kenapa aku bisa
bersahabat dengan Trixy? Bukannya aku menyesal bersahabat
dengan Trixy,aku malah bersyukur memiliki sahabat setia
seperti Trixy sedari kecil.Dulu kami sering sekali menjahili
orang-orang yang kami temui.Bahkan, kami pernah membuat
teman sekelas kami menangis dan berakhir tidak mau masuk
kelas.
"Terserah Trix, terserah!" Aku berteriak kesal.Aku berbalik
badan dan langsung memasuki kelas, mengabaikan Trixy yang
kembali berteriak memanggil namaku didepan pintu kelas.
"Valent! kamu dipanggil sama Bu Nadia dikamar satu UKS" kata
Rara padaku.
Aku mengangguk lalu berjalan keluar kelas menuju UKS setelah
tadi sempat berpamitan pada Trixy.Aku membuka pintu UKS
perlahan dan menutup nya kembali setelah sampai didalam
ruangan.
Ruang UKS SMA Garnesia begitu luas, hingga mampu
menampung kurang lebih sepuluh siswa yang perlu perawatan.
Aku berjalan kearah kamar pertama di ruangan itu.Membuka
pintu kemudian menutupnya kembali.Aku berbalik badan dan
seketika terkejut ketika melihat sosok cowok yang beberapa
hari terakhir membuat ku seperti kehilangan semangat
hidup.Siapa lagi kalo bukan Heaven Higher.Cowok itu kini
tengah berbaring lemah diatas brankar UKS tanpa satupun
anggota medis yang menjaganya.
Ketika aku hendak berbalik badan meraih handle, Heaven tiba-
tiba saja membuka mata membuat ku mengurungkan niat
seketika.Entahlah,aku tidak tega melihat kondisi Heaven yang
begitu lemah.
"Aku kira udah mati," ledekku padanya.Jujur,aku tidak bisa
menyembunyikan perasaan senang yang muncul didalam
hatiku ini.
"Berharap aku meninggal?" tanyanya.Dia menggenggam
tanganku.
"Ka-kamu gak apa-apa?" Aku bertanya sembari melangkah
mendekati Heaven.Aku menyentuh dahinya.Tidak
panas.Artinya, Heaven tidak demam. "Kamu sakit apa?"
"Lenganku luka".
"Oh".
"Obatin".
"Tapi ak-"
"Sakit". Heaven memotong ucapan ku.
Aku berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk terpaksa.
"Okay".
Aku membuka laci yang berada disamping brankar lalu
mengambil kotak p3k milik sekolah.Lalu duduk ditepi brankar
yang bersebelahan dengan Heaven.
Aku mengambil lengan kiri Heaven lalu membersihkan luka
cowok itu dari darah disekitar lukanya.Luka Heaven tidak terlalu
parah,tapi kenapa cowok itu terlihat seperti seseorang yang
sedang sakit parah?
Ketika diobati pun, Heaven tidak pernah meringis kesakitan.Aku
sesekali mencoba memancing Heaven dengan memencet
lukanya, berharap jika Heaven berteriak kesakitan atau bahkan
menatap ku tajam.Tapi, dugaan ku salah besar.Heaven sama
sekali tidak bereaksi apapun.Wajahnya datar dengan mata yang
kini tengah menatap ku lekat?
"Jangan tatap aku kayak gitu" Aku mulai merasa risih.
Heaven tidak bergeming.
Aku memplester luka Heaven, sembari meniup luka cowok itu
perlahan.Setelah selesai,aku meletakkan kembali kotak p3k itu
kedalam lemari.Ketika hendak melangkah pergi, Heaven
dengan cepat menahan lengan lu untuk berhenti.
"Kenapa?" aku bertanya heran saat Heaven meletakkan tangan
ku diatas lengannya yang terluka.
"Elus".
Aku memperhatikan wajah lelap Heaven dari atas sofa yang
berada tidak jauh dari brankar.Aku baru menyadari Heaven
memiliki lesung pipi yang begitu manis dikedua pipinya.
"Kamu lucu kalo lagi tidur" Aku terkekeh.
"Aku tau" Heaven membuka matanya dan langsung menoleh
kearah ku." Suka?"
Aku memalingkan tatapan ku kearah jendela sebelah. "N-ngak!"
"Bohong"
"Aku gak bohong!"
"Iya,kamu bohong"
"Gakk!!"
"Kamu suka sama aku"
"Gakk!!"
"Iya,kamu suka"
Aku menoleh menatap Heaven kesal. "Aku bilang nggak,ya
nggak!"
"Yaudah"
"Yaudah apa?"
"Kamu suka sama aku!"
"Fuck it!!"
Heaven terkekeh,matanya tertutup sayu.Dia tersenyum tipis.
Aku menahan napas kemudian bangkit dari dudukku lalu
berjalan keluar meninggalkan Heaven yang kembali membuka
mata menatap ku lekat.

Bab 31.Adakah yang Tetap? dan Tidak


Berubah?
Heaven itu seperti bunglon.
Sebentar-sebentar hangat.
Sebentar-sebentar menjadi sangat pendiam kembali.Bahkan
lebih dingin dari biasanya.Heaven,dua hari yang lalu setelah
keluar dari UKS berkata seperti ini.
"Aku bakal sibuk banget.Kemungkinan juga gak akan masuk
kelas karena latihan basket.Kamu gak usah nungguin.Kalau mau
pulang sendiri aja.Aku gak bisa nganterin".
Aku tidak tau harus bagaimana menghadapinya.Heaven tidak
pernah menghubungiku.Ponselnya suka mati.Kalau aku
menghubungi atau mengirim pesan, Heaven hanya membalas
sedikit.Aku juga melihatnya online tapi Heaven tak kunjung
memberiku kabar.Aku bingung.
Heaven Higher
Heaven masih sibuk?
Aku melihatnya online tadi,lalu ketika aku mengirim chat,dia
mendadak offline.Aku memegang ponselku gamang,dan
dengan lesu mengantongi ponsel kembali.
Aku melirik kelapangan basket.Teman-teman Heaven sedang
bersorak girang karena Heaven baru saja mencetak angka
untuk team-nya.Yang kutahu,meski sedang latihan Heaven
selalu serius, tidak malas karena embel-embel latihan.
"Heaven tuh,gak kamu samperin Len?" tanya Trixy disebelah
ku.
"Dia kayaknya gak mau diganggu dulu".
"Loh, kenapa?"
"Lagi sibuk" Aku berusaha mengerti kesibukan Heaven.
"Masa cuma nyamperin dia doang marah?"
"Enggak, bukannya marah.Ah susah deh jelasin sama kamu".
"Disaat-saat gini harusnya kamu lebih perhatian sama dia,pasti
dia capek banget tuh.Belajarnya pasti lebih double dan sedikit
telat sama teman-teman yang lain," kata Trixy.
"Dia kan udah pinter.Belajar sebentar aja dia pasti udah ngerti
karena dia udah belajar sebelum kelas kita belajar materi yang
mau dibahas", ujarku.
"Emang cowok idaman sih," Trixy memandang Heaven takjub.
Aku buru-buru menutup mata Trixy karena Trixy tampak
memuja Heaven. "Gak boleh liat-liat ih Trixy!".
Trixy cengengesan "Sirik aja!".
Aku kembali menatap Heaven ketika Trixy menghalau tanganku
dari pandangannya.Aku tersenyum sambil melambai tangan
pada Heaven,namun Heaven hanya menatap ku sebentar dan
kembali mengobrol dengan salah satu anak cheers.
Aku menurunkan tanganku dari depan pipi secara perlahan.Aku
sadar bahwa Heaven memang punya pesona yang kuat untuk
memikat perempuan.Cewek-cewek juga berlomba-lomba untuk
mengobrol dengan nya tidak peduli jika sekarang aku adalah
pacarnya.Aku juga yakin tadi Heaven memang sempat melihat
ku.
"Kayaknya dia lagi bener-bener sibuk.Ya udah yuk Trix," Trixy
menoleh kearah ku dan memegang pundak ku.
Dalam hati aku bertanya-tanya.Apa salahku? Aku merasa tidak
melakukan kesalahan-kesalahan apapun setelah hari itu.Tapi
kenapa Heaven berubah secepat ini padaku.
"Jangan suka mikir negatif siapa tau ajakan mereka lagi ngobrol
penting?" Trixy berusaha menghibur ku.
Aku benci pikiranku yang suka bercanda dan menebak segala
hal juga kemungkinan yang terjadi dibelakang ku.Aku juga benci
pikiranku yang selalu berspekulasi dengan sendirinya tanpa
kuminta.
"Daripada berasumsi sendiri.Mending nanti kamu tanya aja
langsung sama pacar kamu itu!" Ide Trixy memang ada
benarnya,Aku harus bertanya.
*****
Dengan wajah terganggu Heaven datang membuatku
kehilangan kata-kata yang sejak tadi sudah kupikirkan didalam
kepala.Mendadak kata yang tadi sudah siap diujung lidah malah
hilang entah kemana saat Heaven menaruh tas nya dikursi
sebelah.Aku benar-benar melihat nya sedang kesal.
"Ada apa?" tanyaku.
"Enggak ada apa-apa!" Heaven membalas cepat.
Aku berusaha berpikir jernih namun jujur tidak bisa.Aku
berusaha mengerti, mungkin saja Heaven sedang lelah sehabis
latihan lagi.Dia bahkan masih menggunakan baju basket.
"Kamu kayaknya capek banget,"
"Lumayan".
"Iya udah pulang aja terus istirahat.Kita bisa ngobrol nanti,"
Tanpa diduga.Heaven benar-benar berdiri dari tempat
dudukku.Ia mengambil tasnya untuk segera pergi.Aku
tercengang, Heaven bahkan tidak mengatakan apapun lagi.
"Jaga kesehatan.Jangan capek-capek banget," pesanku.
Lalu Heaven pergi begitu saja.
*****
Hari-hari berikutnya aku tidak bisa bertemu Heaven.Ia tampak
sibuk.Ketika dikantin,aku juga tidak duduk semeja dan bertegur
sapa dengannya.
Aku duduk dengan Trixy sementara Heaven sibuk dengan anak-
anak basket dan cheers.Kata Leon,ada salah satu anak basket
yang sedang ulang tahun dan mereka merayakan nya dikantin
dengan makan bersama.
"Sabar,dia cuman lagi gak mau diganggu aja.Nanti kalau udah
selesai juga bakal balik lagi." Trixy menghela lalu mendorong es
teh jeruk kehadapanku.
"Aku bingung,salahku dimana ya?"
Trixy berdecak "Itu dipikirin.Nih mending pikir gimana supaya
kita gak remed pas ulangan nanti."
"Akhir-akhir ini dia aneh.Waktu itu baik banget.Sekarang kayak
gak mau kenal.Sebenarnya aku salah apa sih?Dia lagi kenapa?"
Aku kembali mengungkit."Aku bisa aja hargai kalau dia latihan
dan sibuk.Tapi kalau urusan cewek-cewek ngobrol sama dia.Itu
urusan lain."
"Kan anak cheers sama basket emang udah sepaket.Udahlah
jangan cemburuan gitu.Nih,mending makan.Ntar malah
kuahnya dingin tau." Trixy mengangkat mangkukku membuatku
menjauhkan nya.
"Aku bukannya cemburuan,tapi coba deh pikir.Aku ini Pacar
nya! Aku aja gak dapet ngobrol sama Heaven dari kemarin-
kemarin dan sekarang? Heaven malah santai banget
ngebalesin tuh cewek-cewek?"
"Kalau gak karena basket juga pasti Heaven ogah Len," ucap
Trixy.
"Gitu ya?"
"Iya gitu.Udah sih jangan terlalu dipikirin.Nih kuahnya jadi
dingin kan?"

Bab 32.Sebuah Pengakuan

Pulang sekolah aku tidak sengaja berpapasan dengan


Heaven.Aku terkejut namun buru-buru aku mengalihkan
pandangan dan berjalan melewati Heaven tanpa menyapa
nya.Heaven berhenti.Menatapku.
"Hey," sapa Heaven berusaha mensejajarkan langkah kakinya
denganku. "Kok pergi gitu aja?"
Aku melirik Heaven. "Ada urusan."
"Ngambek ya?" tebak Heaven membuat ku semakin kesal.
"Ngapain juga ngambek? Kayak anak kecil aja." kataku ketus.
"Emang kamu anak kecil," balas Heaven mendadak membuat
ku berhenti dan menoleh padanya.Dikeadaan biasa aku tahu
bahwa ini hanya bercandaan namun saat ini aku sedang tidak
ingin bercanda.
"Kamu tuh kenapa sih? Aneh banget! Besok-besok baik.Besok-
besok kayak gak kenal sama aku.Sekarang malah ngejek
lagi.Kamu tuh yang kayak anak kecil!" Semburku sudah tidak
ingin lagi menunda.
"Beneran marah ternyata," ucap Heaven.
"Urusin aja tuh anak cheers! Mereka belum pulang kan?
Sekalian beliin makanan sana.Pasti nanti langsung muji-muji
kamu semuanya." Aku memilih berjalan meninggalkan Heaven
tapi Heaven tetap mengikuti ku dari belakang.
"Ngapain sih, ngikutin aku? Katanya sibuk?"
Heaven tetap diam.Sama sekali tidak berniat menjelaskan.
"Ngapain sih, ngikut-ngikut?!" Aku bertanya kesal karena
Heaven terus mengikutiku. "Ganggu Tau gak?"
"Udah selesai marahnya?" Ujar Heaven bertanya tenang
padaku.
"Belumlah!" Balasku semakin ketus membuat Heaven
tersenyum tipis sebentar.Heaven tetap mengikutiku.
"Ngapain sih? Sana pergi aja.Pulang sana!" Aku mengusirnya.
Heaven tidak mengatakan apa-apa.Lalu beranjak pergi.
*****
Kini didalam kamar aku melihat ponsel yang sejak tadi
berdering.Heaven menelponku.Aku memilih tidak mengangkat
nya.Pesan nya hanya kubaca.
Tok,tok,tok
Aku membuka pintu kamar dan wajah mama yang
muncul."Didepan ada temen kamu,"
"Siapa mah?"
"Heaven,buruan gih kamu samperin,"
Aku mengambil ponselku lalu keluar.
"Ngapain malem-malem kesini?" Aku masih menyambut nya
dengan baik.
"Duduk," Aku akhirnya duduk disebelah Heaven.Didepan teras.
"Tadi pulang sama siapa?"
"Oranglah masa robot?!" balasku masih ketus.
"Ngapain sih kesini? Pulang aja.Udah malem,besok sekolah.Aku
juga ngantuk" Aku membuat alasan.
Tidak kusangka Heaven malah berdiri.Menuruti kemauan ku
untuk pulang.Kedua tanganku mengepal dibawah sana,semakin
kesal melihatnya.Heaven sempat menaruh sesuatu dilantai
teras tempatku duduk.
"Aku pulang dulu," Hanya begitu Heaven berpamitan
padaku.Tidak berbasa-basi lagi menuju kearah dimana
motornya terparkir.
Aku mengambil apa yang Heaven bawa tadi dan
membukanya.Setelah melihat apa isinya aku terkejut dan
memperhatikan ponselku.
Heaven
Aku tanya sama Trixy.
Katanya kamu suka jaket ini
Jadi aku beliin buat kamu
Good night
Aku ingin menjerit sekarang juga.Bukan karena senang,tapi
karena semakin kesal.Jaket ini harganya 10 juta.Aku saat itu
hanya bercanda dengan Trixy.Aku memang suka,tapi tidak
sangat ingin sekali untuk memiliki.
Heaven
Heaven
km gila ya?
uangnya mending pke buat yg
berguna tau gak?
Bisa aku telpon sekarang?
Tidak berapa lama Heaven menelpon membuatku mengangkat
nya dengan emosi yang semakin mendidih diubun-ubun.Aku
sudah bersiap akan memarahinya namun ketika hanya
terdengar suara kendaraan-kendaraan dijalan,aku
mengurungkan niat terlebih dahulu.
"...Halo" sapanya diseberang sana dengan suara dingin dan
berat khasnya.Meski begitu terselip nada lelah disuaranya.
"Tentang jaketnya,aku cuman gak tau harus bagaimana
menyenangkan kamu.Aku tau aku berlebihan.Saat ini cuman ini
yang ada dikepalaku,"
"Kemana isi otak kamu yang pinter itu? enggak semuanya bisa
kamu beli pake uang dan barang Heav" ucapku lirih.
"Aku tau aku salah"
"Membuat aku senang? kamu cuman perlu datang.Minta
maaf,itu aja," ucapku.
"Maaf" Kata Heaven diseberang sana.Ini kata yang kutunggu
sejak kemarin-kemarin.
"Kata maaf itu harganya lebih mahal dari barang yang kamu
beli.Kamu gak akan sanggup membelinya walau sebanyak
apapun uang kamu" kataku lagi.
Mungkin aku terdengar keterlaluan dan kasar pada
Heaven.Seharusnya aku tidak kasar seperti tadi padanya.
"Aku tau," singkat,tapi aku tau Heaven sangat menyesal.
"Habis ini pulang,mandi,makan,terus istirahat." Aku harus
menekan egoku sedalam-dalamnya.Aku sadar.Sejak
berpacaran Heaven tidak pernah marah.
Bab.33 Jejak di Langit Setelah Hujan

orang bilang,selain hujan dan senja.Langit dan bintang-


bintang juga pandai memutar balik ingatan.Menahannya
pada suatu hal dimasa lalu dalam kurun waktu yang
lama.Padahal kita ingin lupa.
---
Membenci bukan berarti marah,sebalpun sama,jadi apa rasaku
sekarang?.Malam ini ketika aku hendak memejamkan mata
untuk tidur ada yang mengganjal dihati,rasa marah? Ya
jelas,dan pasti tak perlu diragukan,namun aku tidak
membencinya hanya sekedar marah saja.
Ah, entahlah memikirkannya hanya membuatku pusing.
Benar kata orang perihal waktu.Bahwa kita tidak pernah tahu
apa yang akan terjadi setelah detik ini.Bisa saja satu detik
setelah ini akan tercipta luka atau..bahagia.
Kita tidak dapat menebak waktu adalah sebuah misteri yang
begitu rumit dan tidak terpecahkan.Makanya siap atau
tidak,kita tidak memiliki banyak pilihan untuk menyangkal.
Kita mungkin saja berencana untuk menghabiskan waktu
dengan siapa dan seperti apa tapi kita tidak bisa menjamin pasti
bisa melakukannya hal tersebut dan berapa lama waktu yang
tersisa untuk kita hidup.Karena kenyataannya,hidup adalah
pengendara yang gila dan tidak ada yang menjaminnya.
So,we have to be prepared for whatever happens.
Sudah hampir satu bulan, Heaven tidak masuk sekolah dan
hilang tanpa kabar.Aku sering menghubunginya berkali-kali tapi
tidak pernah ada jawaban.
"Valen!" panggil seseorang.
Aku menoleh dan mendapati Leon berdiri disamping
mejaku.Lelaki itu mengulurkan amplop kecil lucu
kearahku ,meskipun bingung aku menerima.
"Apa ini?"
Leon mengedikkan bahunya, "dari Heaven" katanya.
"Kamu tau Heaven dimana?"
"Sorry Len,aku gak bisa ngasih tau."
Aku tersenyum kecil dan mengucapkan terimakasih.Setelah
Leon pergi,aku membuka amplop tersebut dengan sedikit
tergesa.Ada sebuah kertas didalamnya.
Surat?
Aku membuka lipatan kertas itu,dua detik hingga bibirku
membentuk lengkungan ketika membaca awal kalimat.
kamu pernah bilang,bintang adalah wajah-wajah damai orang
yang telah pergi.mereka menggantung lalu mengamati gerak-
gerik kita dari atas.lantas semuanya mereka rekam untuk
disimpan pada memori sebagai tontonan saat siang hari.lalu
mereka akan mengamati kembali,jika langit malam berbaik
hati menampakkan mereka kembali.
dan sekarang aku percaya.
Len,nanti kalau aku udah balik,kamu mau lihat bintang bareng
aku lagi?.
Aku segera melipat kertas itu kembali,dan menemukan tulisan
dibaliknya.
Sementara jangan hubungin nomorku dulu,hp ku disita.
*****
Sore kali ini,hujan turun tanpa jeda.Baris-baris rinainya
memenuhi halaman sekolah terhitung sejak jam pelajaran
terakhir dimulai tadi.Dan, sekarang bel sudah berbunyi
pertanda sekolah usai.Tapi,tidak dengan hujan.
Aku keluar dari kelas dan menyusuri koridor.Tadi,Trixy sudah
pamit untuk pulang terlebih dahulu.Katanya,papanya sudah
menunggu didepan.Trixy sudah menawariku untuk nebeng tapi
aku menolak.
Aku memutuskan untuk menunggu dikoridor depan.Duduk
didepan salah satu kelas sepuluh sambil menatap ponselku
yang kehabisan baterai dan mati total, menyesal menolak
ajakan Trixy tadi.
Terhitung sudah sekitar sepuluh menit,tapi tidak ada tanda-
tanda hujan akan berhenti.
Hujan memang begitu.Suka turun tiba-tiba,tanpa pertanda lalu
memilih reda dalam waktu yang cukup lama.
"Valen!!"
Aku melihat Leon berlari kearahku.Napasnya terengah ketika
sampai didepanku. "Kenapa Le?"
"Ditungguin Heaven tuh didepan,"
"Heav-heaven?"
Leon menggangguk "Iyalah,masak Samsudin," katanya sambil
terkekeh.
"Heaven didepannya?"
"Nggak.Heaven udah diatas.Di Rahmatullah," ujar Leon
mungkin kesal denganku.hehe
"Udah buruan sana samperin.Nanti aku lagi yang diomelin" kata
Leon lagi.
Aku yang masih kaget dan bingung,tidak banyak protes ketika
Leon sudah menarikkku menuju halaman sekolah.Aku baru
sadar ketika tampias air hujan mengenai lenganku.
"Hujan Le!" kataku mengingatkan.
Leon menepuk jidatnya. "Aku lupa kamu bakal berubah jadi
mermaid kalau kena air," katanya.Baru ngeh kalau hujan turun
begitu deras.
Leon mengeluarkan ponselnya kemudian menghubungi
seseorang diseberang.
"Heav,Valen gak bisa kena hujan nih,kakinya mulai
bersisik.Jemput aja kesini,atau bawa mobil kamu masuk kearea
sekolah biar cepet," kata Leon dengan nada yang terkesan
serius.
"Kasihan nih Valen kalau hujan-hujanan,mana dia habis pingsan
pas istirahat tadi,pucat banget anaknya.Udah kayak mermaid
blasteran vampire," lanjutnya.
Aku sudah akan protes karena Leon berbohong tapi Leon lebih
dulu tersenyum tanpa dosa kemudian menjauhkan
ponselnya.Tidak memberikanku kesempatan.
"...."
"Di koridor depan sekolah.Deket lapangan outdoor"
"...."
"Ohh oghey".
Sekali lagi Leon menyegir tanpa dosa sambil menatapku. "Aku
latihan basket dulu ya,bye" pamit Leon lalu melenggang pergi.
Typikal Leon,lelaki itu tersenyum dan ramah sekali sepanjang
perjalanan menuju lapangan indoor.Aku dapat melihatnya dari
sini tempatku berdiri.
Bab 34. Ravozer

Aku menunggu Heaven seperti perintah Leon tadi.Tidak sampai


lima menit,Heaven benar-benar datang.Dia sedikit berlari ke
arahku sambil membawa payung.Hal itu jelas memicu
perhatian banyak murid.
Pasalnya,sudah sebulan lebih Heaven tidak terlihat disekolah
lalu disore kali ini dia datang dengan tampilan yang sedikit
berbeda.
Rambutnya yang sedikit panjang,tampilannya lebih rapi dengan
kemeja flanel yang digulung sesiku dan celana jeans
panjang.Badannya juga lebih kurus dari sebelum-sebelumnya.
"Ayo,pulang," kata Heaven sudah sampai didepanku.
Aku masih terkejut,jadi tidak merespon.Jantungku berdegup
kencang.Setelah sekian lama,akhirnya aku dan dia kembali
bertemu dihujan yang berbeda.
Heaven membuka kemejanya lalu menyampirkannya pada
tubuhku.Selanjutnya,merangkul dan membawaku menembus
hujan dibawah naungan payung yang sama.
Saat sudah didalam mobil,Heaven menatapku intens kemudian
tersenyum, mengulurkan tangannya meraih wajahku dan
mengusapnya pelan.
"Dingin gak?,"
Aku menggangguk saat merasakan tangan basah Heaven.Aku
memejamkan mata begitu Heaven mendekatkan wajahnya.Dari
jarak sedekat ini,aku dapat merasakan hembusan napas Heaven
yang begitu hangat.
Bukannya ciuman aku malah mendapatkan sentilan pelan
dijidatku. "Ngapain merem?" ejek Heaven.
"Apaan sih?!" kataku salah tingkah.
Heaven tertawa sedangkan aku langsung memalingkan wajah
keluar jendela.
"Kamu gak kangen sama aku?"
"Nggak!" jawabku ketus.
Heaven menarik tubuhku agar menghadap
kearahnya,menggosok tangannya beberapa kali lalu
menaruhnya dikedua sisi wajahku.Lalu,entah bagaimana
awalnya ciuman pertama dipertemuan kali ini terjadi.
"I miss you," kata Heaven setelah menjauhkan wajahnya.Sorot
matanya redup.Dia seperti tidak memiliki harapan.
"Kamu seriusan gak kangen sama aku?" tanya Heaven
membuyarkan lamunanku.
"Nggak." Hening beberapa saat.
"Kenapa kamu gak bilang kalau selama ini Papa ngancem
kamu?" tanya Heaven memecah keheningan.
Aku jelas kaget.
"Mulai dari Papa nyamperin kamu dengan ancaman akan
mengasingkan, sampai dengan ancaman -ancaman dia yang
lain? kenapa kamu gak pernah cerita?" tuntut Heaven.
Aku menghembuskan napas."Udahlah,jangan dibahas," kataku.
"Terus gimana sama kamu? kamu dari mana aja sebulan ini?
bener-bener gak bisa dihubungin sekali pun" kataku membuat
Heaven menoleh cepat kearahku.
"Maaf," dia menunduk.
"Kamu balik ke Jakarta?"
Heaven terkejut. "Kamu tau darimana?"
"Ke Jakarta buat jagain Lamanda?" tanyaku lagi membuatnya
semakin terkejut jelas dari wajahnya.
"Kenapa kamu gak pernah cerita Heav? kamu masih punya
masa lalu yang belum selesai?"
"Len.." dia menggenggam kedua tanganku.
"Tentang Avegar? Raskal? itu musuh kamu? kenapa kamu gak
pernah cerita sama aku kalau kamu punya geng-gengan kayak
gitu di Jakarta?" Sekarang aku yang menuntut Heaven.
"Saat itu aku udah mau cerita, Len, tapi ada hal lain yang
membuat aku gak jadi cerita .Belum saatnya," cecarnya.
"Sekarang?" tanyaku.
Heaven menghembuskan napasnya pelan.Masih dengan kedua
tangan yang menggenggam tanganku.
"Iya,aku punya RAVOZER di Jakarta,and im leader.Dan Ravozer
punya musuh yaitu Avegar yang diketuai Raskal.Mereka pikir
aku lari ke Medan buat ngindarin mereka.Mereka tau kalau aku
punya pacar dan ngancam kalau aku gak balik ke Jakarta
mereka akan celakain kamu.Aku jauhin kamu beberapa waktu
lalu karena Raskal ngirim mata-mata." Aku meneliti
kebohongan dimata Heaven yang nyata nya tidak ada.
"Tentang Lamanda,Aku gak pernah pacaran sama dia.Sejak kecil
aku,Lamanda,Kalka sahabatan.Aku gak tau kalau ternyata aku
dan Kalka sama-sama suka Lamanda.Aku pikir waktu itu
Lamanda terima Kalka,aku udah relain perasaan aku buat
Kalka,aku gak mau ngancurin persahabatan karena
cewek.Akhirnya aku bisa buang rasa itu jauh-jauh.Dan sekarang
aku sayang sama Lamanda hanya sayang sebagai sahabat,lebih
dari itu mungkin saudara," Dia menatapku lamat-lamat.
"Sekarang aku punya kamu,gak ada yang lain,maaf aku pergi
beberapa waktu lalu tanpa kabar,"
"Jadi kenapa kamu gak netap di Jakarta aja? terus Ravozer
gimana? bukannya kamu leader? masa leader ninggalin
anggota-anggota nya?" tanyaku jadi kepo tentang
Ravozer.Kalau dipikir-pikir,keren juga kayak yang di film-film.
Heaven tersenyum."Kan kamunya disini,"
"Jadi?"
"Ravozer tetap ada,masih ada anggota inti yang lainnya
disana,Alta yang jadi wakil ravozer,Kalka,Clarer,terakhir
Genta,ehh sama Lamanda".Aku mengangguk.
"Lusa mereka bakal datang ke Medan,"
"Hah?"
"Mulai lagi deh" Heaven menyentil pelan dahiku.Kebiasaan jika
aku salah.
"Semua anggota ravozer?"
"Nggak lah,anggota inti doang sayang," jawabnya lembut.
"Ngapain?"
"Mau ketemu kamu katanya,"
Bab 35.Sosok Pelindung

Semenjak kejadian beberapa waktu lalu saat Papa mengetahui


bahwa aku diancam oleh om Jeffano,papa Heaven sifat Papa
terasa berubah bagiku.Papa tidak cerewet dan perhatian
seperti biasa.Bahkan,ketika berkumpul setiap malam,Papa
memilih untuk diam tanpa mau bertanya bagaimana hariku
disekolah seperti biasa.
"Papa,besok ada meeting?" tanyaku mendudukkan diri
disebelah Papa yang sedang menonton TV, disebelah Papa ada
Mama yang tersenyum kecil menyakitkan aku dan papa yang
bisa dibilang tidak baik-baik saja.
"Tidak." Namun jawaban singkat Papa membuatku
mengerucutkan bibir menatap kearah Mama.
Mama membentuk kepalan tangan lalu mengangkatnya sedikit
seolah memberikan semangat agar aku tidak menyerah
semudah itu.Aku menganggukkan kepala singkat dan mencoba
untuk kembali berbicara pada Papa.
"Papa tau gak tadi di.."
"Udah putus dari dia?" tanya Papa memotong ucapanku.
Aku jelas tau dia yang dimaksud Papa,tentu saja Heaven.Aku
menelan ludah kasar melihat tatapan Papa yang begitu
mengintimidasi,hal itu membuat pasokan udara yang masuk
kehidung terasa berkurang.Tidak tau mengapa aku merasa
sesak ketika ditatap penuh intimidasi seperti itu.
"Udah," jawabku menunduk.
"Udah 17 tahun kamu bareng Papa,jangan anggap Papa gak tau
saat dimana kamu bohong dan jujur." Suara Papa terdengar
menyiratkan ucapan yang amat serius. "Jangan berpikir Papa
akan bersifat seperti biasa jika kamu belum memutuskan
hubungan dengan dia.Jangan keras kepala,ingat masa depan
kamu masih panjang "
Aku mendongak ketika Papa berdiri. "Jangan sampai masa
depan indah yang sudah kamu rencanakan hancur karena
Papanya, Valen," Setelah mengatakan itu Papa meninggalkan
ruang keluarga.
Menyisakan aku yang diselimuti kegelisahan dengan Mama
yang sekarang mengusap rambutku. "Sayang,selama ini semua
keinginan kamu selalu dituruti Papa kan?" Aku mengangguk
pelan mendengar Mama.
"Sekarang giliran kamu yang harus nurut sama kemauan
Papa,Mama kekamar dulu ya,habis ini kamu langsung tidur
jangan begadang,"
Aku mengangguk kecil. "Iya,Ma,"
*****
Jam lima sore,aku dan Heaven sampai dipantai.Suasana pantai
terbilang cukup ramai karena banyak orang yang mungkin saja
ingin melihat sunset yang akan segera terlihat beberapa saat
lagi.
Setelah menghabiskan waktu berkeliling di kota dan tak lupa
mencicipi makanan pinggir jalan,kini aku dan Heaven duduk
dibatu yang terdapat dibibir pantai.
"Aku kenyang banget" kataku sambil mengelus perut rataku
dari balik baju.
"Salah siapa makan jajanan banyak banget tadi," jawab
Heaven.Tangan kekarnya terangkat untuk merapikan rambutku
yang diterpa angin sore, dia meletakkan kacamata diatas
kepalaku.
"Enak tau," ujarku.
Heaven menggangguk saja.Dia mengambil alih ponsel
ditanganku. "Sini aku fotoin,"
Heaven lantas berdiri,mengambil jarak sedikit jauh dariku lalu
mengarahkan kamera ponsel diposisi ku yang sedang duduk.
"Bagus gak? mau liat" seruku kegirangan ketika menatap
Heaven yang tersenyum puas melihat layar ponsel.
"Baguslah,kan aku yang fotoin," jawab Heaven dengan bangga.
Heaven mengusap kepalaku dengan lembut. "Gimana?"
"Bagus banget," aku mendongak menatap Heaven.Tanganku
terulur memeluk tubuh tegapnya.
"Ayo jalan kesana," Heaven mengiyakan ajakanku,membiarkan
aku menarik tangannya.
"Hati-hati" tegur Heaven ketika melihat ku hampir tersandung.
Aku cengengesan "Heav sini, sebentar lagi matahari
tenggelam,"
Ini adalah momen yang dinantikan banyak orang ketika
berkunjung sore hari ke pantai.Melihat matahari
tenggelam,menyisakan langit yang berwarna kuning bercampur
orange kemudian menggelap seiring berjalannya waktu.
"Pokoknya hari ini aku senang banget"
"Aku juga Valen,"
Keindahan langit disore hari itu berakhir, tergantikan dengan
langit yang sudah mulai gelap, lampu-lampu disekitar pantai
mulai menyala,menyinari bagian-bagian pantai yang tadi gelap
tidak bercahaya.
"Jadi hubungan kamu sama om Jeffano udah baik-baik aja?"
tanyaku pada Heaven.
Heaven mengangguk.
"Aku senang Papa kayaknya udah berubah,tadi pagi aku sama
sekali gak menyangka Papa bener-bener minta maaf untuk
semuanya.Papa menyesal gak seharusnya memperlakukan
kamu seperti itu Len,ini tentang masa lalu mereka sama Papa
kamu,Papa juga minta maaf gak seharusnya memperlakukan
aku berada diantara keluarga yang hancur,"
"Papa udah janji gak akan mengulangi kesalahan yang sama,aku
benar-benar melihat senyum tulus Papa yang aku
rindukan,bahkan aku sampai lupa kapan aku melihat papa
senyum tulus kayak gitu"

Bab 36. One Day


"Ck,kenalin gue Alta Aerglo,sahabat Heaven" Alta
memperkenalkan dirinya.
"Gue Kalka," ucap orang disebelah Alta.
"Gue Gama,"
"Gue Lamanda," Perempuan itu mengulurkan tangannya
padaku. "Salam kenal ya,pantesan Heaven gak mau balik ke
Jakarta lagi,orang bidadari nya secantik ini,"
Aku hanya mengangguk kaku.Mataku berhenti pada orang yang
sedari tadi diam membisu.
"Itu Clarer,yang dinginnya seperti bola salju," kekeh Alta.orang
yang disebut namanya itu memutar bola mata malas.
"Sorry nih Len,nih anak bukannya sombong,tapi emang
orangnya gini," cengir Lamanda merasa tak enak padaku.
"11-12 lah dengan bos gue," tutur Kalka.
Aku mengangguk."Senang ketemu kalian semua."
*****
"Kamu suka Len,?"
Apa yang tak aku suka darinya sampai sekarang belum aku
temukan. Heaven selalu bisa membuatku merasa lebih baik.
Kalian tahu apa yang kini sedang lelaki itu lakukan?
Ia mengajakku berkeliling kota Medan.Kian kemari tanpa tau
tujuan pasti.Sesekali berhenti membeli makanan yang aku
inginkan.Kata Heaven,ini adalah hariku dan semua permintaan
ku akan ia kabulkan.
Heaven,ngakunya tak bisa bersikap romantis,tapi ia tak sadar
tingkahnya ini menurutku sudah lebih dari romantis.
"Perut kamu masih bisa mengisi makanan Len?" aku tertawa
mendengar pertanyaan Heaven yang terdengar lucu itu.
"Maksudnya kamu mau nanya aku udah kenyang atau belum
kan,Heav?" tanyaku disela tawa.Heaven mengangguk.
"Belum,masih belum kenyang" ujarku.Menjawab pertanyaan
awal yang tadi Heaven lontarkan.
"Wah..perut karet," serunya.
Aku menatap tajam kearahnya.Lelaki itu tersenyum kecil lalu
menyentil dahiku dengan jarinya yang jelas lebih besar dari
milikku.Rasanya sakit.
"Oke, sekarang makanan apa lagi yang mau kamu beli?"
Heaven memanjakanku dengan makanan yang banyak.Padahal
aku sama sekali tak ingin itu semua.Bersama Heaven saja,
rasanya sudah cukup.
"Oke,karena kamu maksa aku mau makan bakso.Tapi,dengan
catatan abang-abang jualan baksonya gak cuma jual bakso,"
Heaven menoleh, sepertinya ia bingung dengan maksud
ucapanku.Penjual bakso tapi tak hanya jualan bakso.
"Kamu kan gak suka bakso Heav,gak mungkin aku sendirian
yang makan," Ucapku yang sepertinya sudah menjawab
pertanyaan-pertanyaan dibenak Heaven.
"Oke,kita keliling dulu cari abang-abang jual bakso yang gak
cuma jualan bakso itu," balas Heaven.Dia menekankan intonasi
suaranya dibagian akhir kalimat.
Mesin motor yang tadi mati karena kami memilih untuk
berhenti sejenak akhirnya kembali dihidupkan.Lagi-lagi kami
menyusuri jalanan tanpa tau kemana arah sesungguhnya dan
semua itu diiringi dengan suara bising motor Heaven.
Bakso kuah tak ada,jadi diganti dengan sate dipinggir jalan.Tak
apa.Meskipun bukan tempat berkelas atau tempat makan
mewah tapi tempat ini akan menjadi tempat paling berkesan
dijejeran kenanganku.Hal ini menjadi istimewa bukan karena
tempatnya,tetapi bersama siapa moment itu diciptakan.
Aku tak habis pikir, sebenarnya apa yang Tuhan pikirkan saat
menciptakan Heaven.Jika ada kata yang lebih dari kata
sempurna maka aku rela merogoh kocek sedalam apapun
hanya untuk membeli kosakata itu dan membelinya untuk
Heaven.Lelaki itu terlalu sempurna bahkan melebihi batas
wajar.
Apa kalian bisa tebak apa yang Heaven lakukan setelah sehari
penuh ia mengajakku berkeliling kota?
Benar.
Kalian benar.
Berkeliling kota bukanlah hadiah utama.Hadiah utamanya ada
disini.Ditempat aku menerima dia menjadi kekasihku.
Wow!
Satu kata itu yang kini bisa kau gambarkan untuk
mengekspresikan perasaanku.Heaven benar-benar
pembohong,katanya ia sama sekali tak bisa bersikap
romantis,tapi hal yang ia lakukan sekarang ini adalah hal yang
sangat,sangat romantis.
Aku tersenyum lebar,sampai rasanya bisa saja bibirku sobek
karena lebarnya senyum yang terulas disana.
"Selamat ulang tahun Len," Heaven yang tadinya berdiri
dibelakangku tiba-tiba saja melangkah maju dan sudah
membawa kue berbentuk hati dengan hiasan coklat berwarna
pink.Aku tak tau darimana asal kue itu,yang kutahu saat ini
hanya bahagia.
Kini Heaven berdiri tepat di depanku.Lilin dengan angka
delapan belas yang sudah menyala itu jadi pusat perhatianku.
"Jangan nangis," ucap Heaven.Ternyata lelaki itu sadar jika
mataku kini sedang berkaca-kaca menahan tangis bahagia.
"Aku maunya juga gitu Heav,tapi air mataku gak bisa
ditahan,salahin kamu yang udah buat aku sebahagia ini,"
ucapku.
Lilin angka delapan belas itu sudah mulai mencair dan aku
makin bergerak maju untuk segera meniupnya.Namun,belum
sempat aksiku itu aku lancarkan suara lantunan gitar
terdengar.Otomatis aku berhenti dan menatap jauh kedepan.
Sebuah tirai yang tadinya tertutup kini terbuka lebar.Teman-
temanku dan sahabat-sahabat Heaven inti ravozer mulai
bermunculan disana.Trixy dan Lamanda berjalan
didepan.Lamanda dengan suara merdunya melatunkan lagu
selamat ulang tahun, dibelakang mereka ada Kalka dan Leon
yang sedang bermain gitar ditemani oleh Clarer,Bobby,Alta,
Genta.
Sementara aku masih tak melakukan apa-apa selain
membungkam mulutku dengan kedua telapak tangan."Kamu
ngapain sih Heav?" bisikku.Aku malu dilihat oleh orang banyak
begini .Lagu selamat ulang tahun yang tadinya dinyanyikan
sudah berganti menjadi lagu tiup lilin.
Semua temanku bersorak agar aku segera meniup lilin yang
sudah semakin banyak termakan api.
"Tiup dulu,nanti aku jelasin"
Jadi apa lagi yang harus aku lakukan? Selain melakukan
perintah Heaven.
Lilin dengan angka delapan belas itu sudah padam,namun rasa
bahagia ku masih saja membara.Acara surprise ulang tahun
yang Heaven persiapkan tak hanya berhenti sampai dimomen
tiup lilin,karena sesudahnya semua temanku beserta anggota
inti ravozer berdatangan mendekati ku dan mengucapkan
selamat dan mengirimkan doa baik yang semuanya kuaminkan
dalam hati.
"Selamat ulang tahun Len,"
Itu Leon.Dia melangkah mendekati ku yang masih berdiri
disebelah Heaven.
Aku tersenyum tulus,melihat Leon juga tersenyum tulus
padaku.Gitar yang tadi ia mainkan masih tersampir dibahunya.
"Makasih Le," ucapku.
"Karena aku gak bisa ngasih apa-apa ke kamu,kamu boleh
request lagu apa aja,"
Aku berpikir sejenak,lagu apa yang kira-kira ingin aku dengar
saat ini.Heaven yang tadinya berdiri disebelah ku tanpa aku
sadari sudah tak ada lagi ditempat.Heaven hilang entah
kemana.
"Aku lelakimu," aku mengucapkan salah satu judul lagu
penyanyi Indonesia.Leon mengangguk dan menyanggupi
permintaanku.
Lantunan gitar yang ia bawakan menyatu dengan suaranya
yang ternyata juga tak kalah bagus dengan suara Alta.
Aku menatap Leon yang sedang bernyanyi.Berpikir apa
sebenarnya filosofi dari lagu ini.
Aku menoleh saat seseorang menepuk pundakku dari
belakang.Wajah tersenyum Heaven langsung aku temukan.
"Kenapa Heav?" tanyaku saat Heaven sama sekali tak
bersuara.Ia malah berdiri disampingku dan ikut memerhatikan
Leon yang sedang bernyanyi.
"Jangan sampai terpesona sama dia," bisik Heaven. "Bisa repot
aku," lanjutnya.
Aku tersenyum samar,memutar badanku menatap Heaven dari
samping. "Mana mungkin aku terpesona sama dia,saat
disamping aku ada yang lebih mempesona dari dia," ucapku
berniat untuk menggoda Heaven,meski sejujurnya itu benar-
benar apa yang aku rasakan.Bagaimana bisa aku terpesona
pada yang lain lagi? Hatiku sudah terlalu penuh.
"Mungkin aja,kamu dapat sosok lain yang gak kamu dapat dari
aku,"
"Kamu berharap kayak gitu?" tanyaku.
"Mana mungkin! kamu mau liat aku hancur?"
"Mana bisa aku biarin kamu hancur,Kan' kamu pawang
badaiku"
"Cuma pawang?" tanya Sepertinya ia gemas mendengar
jawabanku.
"Tentu aja enggak," jawabku tegas sambil menggelengkan
kepalaku.Memberi gesture bahwa aku menolak ucapannya.
"Jadi?" aku hanya tersenyum tidak menjawab membuatnya
mendengus malas.

Bab 37.Antara kamu dan mimpi

Tepat jam empat sore aku sudah berdiri didepan pintu


kafe.Aku berdiam diri sambil terus menatap ke arah bangunan
itu dengan perasaan grogi.
Aku semakin erat meremas tali tas selempangku ,lalu mencoba
mengatur napas agar terlihat biasa saja.
Tanganku mendorong pintu kaca kafe yang membuat suara
lonceng diatas pintu berbunyi,sehingga atensi orang-orang
didalam sana langsung teralihkan padaku.
Aku lalu mengedarkan pandangan keseluruh sudut kafe untuk
mencari keberadaan seseorang yang sudah membuat janji
denganku.Sampai dimana kau berhasil menemukan sosok pria
paruh baya yang tengah menikmati secangkir kopi disalah satu
meja dekat jendela.
"Permisi,maaf saya terlambat," ucapku sambil menunduk
sopan,membuat orang itu menaikkan pandangannya
menatapku.
"Ya,tidak apa.Silahkan duduk" Om Jeffano tersenyum dan
mempersilahkan aku untuk duduk dihadapannya.Ya,orang itu
adalah Om Jeffano,papa Heaven.
Kemudian aku duduk dengan canggung ,memilih diam seribu
bahasa karena nyaliku seketika menciut jika suasananya hening
seperti ini.
"Pesan makanan apa yang kamu mau," ujar Om Jeffano.
Aku tersenyum dan menggunakan kepala pelan.Menolak halus
tawaran om Jeffano ."Gak perlu Om,saya sudah makan sebelum
kesini,"
Aku sangat tahu bahwa om Jeffano tidak menyukai kehadiran
ku sejak lama,atau mungkin membenciku.Namun mengapa
sekarang pria itu terlihat baik? Hal itu membuatku jadi bingung
dengan apa maksud dan tujuan om Jeffano melakukan
ini.Bukannya ingin berprasangka buruk,tetapi memang benar
ayah dari pacarku ini tidak pernah berbicara sopan serta
memberikan perhatian seperti ini padaku.
"Apa Heaven tahu kamu ada disini?" tanya om Jeffano.
"Enggak om,"
"Mengenai kedatangan kamu,ada beberapa hal yang ingin saya
bicarakan," ujar Om Jeffano seketika mengambil sikap serius
sambil melipat tangannya diatas meja.
"Sebelumnya, bagaimana hubungan kamu dengan anak saya?"
tanya om Jeffano padaku.
"Kami baik," jawabku mantap.
"Hubungan yang awalnya baik belum tentu akan terus berjalan
baik,benar bukan?" kata om Jeffano membuatku bingung.
"Maksud om apa?" tanyaku bingung.
"Sebetulnya saya sangat tidak suka basa-basi jika menyangkut
tentang masa depan anak saya.Mungkin kalian itu memang
saling mencintai,namun tetap saja kamu harus sadar siapa
kamu,dan siapa Heaven" perkataan om Jeffano membuatku
tertegun.Perasaanku mulai tidak nyaman ketika tatapan tajam
orang itu seolah bisa menembusku.
"Jadi,saya mau meminta tolong kekamu.Tolong jauhi Heaven "
katanya lagi.Hatiku mencelos setelah mendengar nya,tidak
pernah menyangka ucapan itu keluar dari mulut om Jeffano.
"Tapi om gak bisa tentuin hati orang mau jatuh pada
siapa.Setiap manusia bebas menentukan pilihannya sendiri "
balasku bersikap tenang sebisa mungkin.
Om Jeffano terkekeh,jenis kekehan yang terdengar seperti
merendahkan orang lain."Jadi kamu merasa bahwa diri kamu
adalah orang yang tepat untuk Heaven,begitu? Saya bisa
mencarikan perempuan yang lebih sepadan dengannya"
katanya sangat angkuh.
Mendengar itu membuatku meremas ujung bajuku menahan
emosi.Tetapi tidak ada hal lain yang bisa kulakukan selain
memendamnya.Aku tahu siapa orang didepanku ini,seorang
pembisnis yang namanya sudah sangat terkenal karena
kesusksesannya dalam membangun banyak cabang perusahaan
dibeberapa pulau Indonesia.Sehingga aku harus sangat berhati-
hati dalam bicara,aku yakin jika ada orang-orang ber jas hitam
suruhan om Jeffano sedang mengamati dari kejauhan.
"Kenapa om setidak suka itu sama saya? Memangnya saya
punya salah apa?" tanyaku ingin lebih tahu.
"Kamu itu anak dari musuh saya!! Dan semenjak kenal
kamu,anak saya jadi tidak bisa diatur.Dia jadi
pembangkang,suka melawan orangtuanya sendiri.Apa kamu
tahu selam ini Heaven pergi dari rumah hanya untuk membela
orang tidak jelas seperti kamu?" kata om Jeffano
memberitahuku.
"Pacar macam apa kamu? Dia mengembalikan semua fasilitas
yang saya kasih dan dia sekarang bekerja ditoko
temannya.Kamu itu beban untuknya.Cewek menyusahkan!"
lanjut Om Jeffano dengan wajah tidak suka.Tentu saja aku
sangat syok mengetahui fakta itu.
Mulutku tertutup rapat.Pikiranku justru melambung jauh.Apa
yang dikatakan oleh om Jeffano berhasil menjatuhkan harga
diriku,belum lagi tentang Heaven yang sama sekali tidak
mengatakan apapun tentang ini.
"Awalnya saya ingin ngomong baik-baik sama kamu,tapi
sayangnya kamu tidak mengerti maksud saya"
Sebisa mungkin aku menutupi perasaanku. "Ya,saya mengerti."
"Kalau Heaven sama kamu,anak itu nanti tidak akan ada masa
depannya,hidupnya akan susah terus,kamu itu tidak pantas
untuk dia" Lontaran kalimat itu sangat membekas
dihatiku.Kepalaku tertunduk kebawah dengan segala perasaan
marah,kecewa,sedih yang menjadi satu.
"Begini saja," ucap om Jeffano. "Sebutkan nominalnya dan saya
akan membayar kamu.Lalu jangan ganggu lagi keluarga
saya.Itukan yang kamu mau?"
"Maaf om,saya tidak bisa terima.Karena mau seberapa banyak
uang yang anda punya itu gak akan bisa menggantikan
segalanya," ucapku menolak.
Om Jeffano tertawa sumbang. "Jadi kamu tidak mau
melakukannya? Kalau saja cara baik tidak bisa membuat kamu
sadar, terpaksa saya akan melakukan hal yang lebih dari ini
supaya kamu bisa mengerti," ujarnya yang langsung mendapat
gelengan dariku.
"Saya mengerti kok Om,"
"Bagus,Heaven itu anak saya,dan saya hanya ingin yang terbaik
buat dia.Tolong suruh dia kembali karena saya tahu,dia pasti
akan mendengarkan kamu."
"Kalau itu yang terbaik,saya tidak punya pilihan lain untuk
menolak kan?" ucapku sambil tersenyum getir.
Bab 38.Let Him Go

Heaven terlihat sedang fokus memindahkan kardus-kardus


berisi makanan dari mobil truk kedalam warung,yang kuketahui
itu warung Bobby.Beban berat seperti ini,tampak ringan saat
Heaven yang membawanya,sebab dia rajin
berolahraga.Sementara aku berdiri jauh dari tempatnya sambil
memperhatikan Heaven,dan dia tidak tau keberadaanku.
"Capek ya Heav?" kudengar Bobby bertanya seperti itu pada
Heaven yang duduk disampingnya.
"Biasa aja."
"Nih,makan dulu.Hari ini makanan kita menunya sayur bersinar
balado," ujar Bobby terlihat mengeluarkan bungkusan dari
dalam plastik merah.
"Sayur bersinar?" Heaven menekuk alisnya.
"Iya,sayur terong balado.Karena habis gelap terbitlah terong"
jawab Bobby tanpa beban dan kulihat dahi Heaven semakin
mengernyit heran.
"Kau seumur-umur gak pernah bercanda gitu? Kayaknya ada
kelainan deh" ujar Bobby menggunakan logat batak.
"Pernah" jawab Heaven.Aku tertawa mendengar jawaban
Heaven dari balik pohon.
"Dah la,selera humor mu tinggi kayak tiang bendera.Bingung
sama si Valen kalau kalian lagi berduaan bahas apaan," Ujar
Bobby sembari memasukkan sesendok nasi kedalam mulutnya.
"Banyak," balas Heaven singkat.Semakin membuat perutku
sakit karena menahan tawa.
"Terus situ jawab?"
"Nggak"
Bobby menepuk keningnya. "Heran aku kenapa cowok kayak
kau bisa punya pacar.Sedangkan aku yang romantis dan manis
begini jodohnya malah ngumpet.Kenapa Ya Tuhan?" kata
Bobby dramatis dengan nada jenaka.
Kegiatan mereka tiba-tiba berhenti ketika pandangan Heaven
jatuh melihatku berjalan kearah mereka.Heaven tampak
terkejut dengan kedatanganku karena dia tidak pernah bilang
kalau dia sedang berada disini.
Aku tengah menatap lurus kearah Heaven menampilkan
senyum tipis dan membuat Heaven segera datang
menghampiriku.
Heaven menarik tanganku ketempat yang lebih jauh dari
warung,mungkin agar percakapan kami tidak didengar orang
lain.
"Sama siapa kesini?" tanya Heaven.
"Kamu ngapain?" bukannya menjawab,justru aku bertanya
balik padanya.Heaven terbungkam tidak tahu harus menjawab
apa.
"Aku-"
"Kerja?" potongku langsung."Kenapa kamu harus lakuin ini sih?
Kamu tahu kan kalau aku gak suka dibilang jadi beban orang
lain?"
Kedua alis Heaven berkedut. "Kamu ngomong apa sih?"
"Perbuatan kamu itu justru buat orang-orang semakin menilai
aku buruk Heaven.Gimana juga mereka adalah keluarga
kamu,kamu gak bisa menjauh kayak gini cuma karena mau bela
aku didepan mereka." aku sekuat mungkin berusaha menahan
diri untuk tidak menangis.
"Kamu ini abis darimana?" Heaven menyentuh kedua
pundakku.Meski gerakannya terkesan kaku,tetapi dia tetap
menunjukkan perhatian nya padaku.
Aku melangkah mundur, memalingkan wajah kesamping untuk
menyembunyikan raut sedih. "Aku gak mau jadi penghalang
buat masa depan kamu,"
"Jangan bertele-tele Valen," Heaven mengubah nada bicaranya
menjadi dingin.
"Aku mau kamu berhenti," ujarku sambil menunduk.
"Kalau aja aku gak ada dihidup kamu,pasti kamu jauh lebih
bahagia kan? Keluarga kamu lebih penting dari aku,"
Perkataanku berhasil memancing emosi Heaven. "Bukan cuma
badan kecil,tapi otak kamu juga kayak anak kecil" kata Heaven
menusuk.
"Iya,aku kayak anak kecil"
"Dari awal siapa yang lebih kekeuh mau berjuang,giliran
sekarang udah tercapai kamu lemah banget" ucap Heaven
tidak bisa menahan emosinya. Dan kalimat itu tanpa sadar
melukai hatiku.
"Iya,kamu benar.Bukan kamu yang salah,aku yang terlalu
memaksa.Seharusnya aku sadar hubungan itu gak bisa dipaksa"
balasku.
"Kamu ketemu sama papa? iya?" tembak Heaven to the point
dengan wajah marah.Namun aku tetap diam.
"Jawab," tekan Heaven.
"Maaf.." aku belum sempat melanjutkan ucapanku,Heaven
sudah lebih dulu berucap.
"Kapan ketemunya?" tanya Heaven.
"Kemarin,om Jeffano kirim pesan keaku suruh datang ke kafe
dekat taman mahkota" ucapku benar apa adanya.
"Kamu itu bocah banget tau gak? Kenapa kamu gak bilang?
Kenapa kamu ketemu dia tanpa sepengetahuan aku?"
"Tapi kalau aku gak kesana,aku gak bakal tahu apa yang terjadi!
Aku udah kayak orang bodoh yang gak tahu apa-apa tentang
kamu!" ucapku kecewa.
Heaven mengusap wajahnya gusar. "Aku punya alasan,"
"Apa alasannya?"
"Kalau kamu tahu,kamu pasti gak akan setuju sama apa yang
udah aku lakuin Valen," ujar Heaven.
"Sekarang bilang,apa lagi yang kamu sembunyiin dari aku,"
ucapku membuat Heaven terdiam karena bimbang untuk
menjawabnya.
"Kakek suruh aku melanjutkan study diluar negeri" ujar Heaven
setelah terjadi keheningan cukup lama.
Aku sangat terkejut mendengarnya.Sorot mataku terlihat
hampa dengan satu helaan napas berat. "Kenapa kamu gak
ngerti kalau aku mau kamu terbuka sama aku.Kamu selalu jadi
pendengar buat aku ,tapi diwaktu kamu susah ,aku malah gak
tau apa-apa"
"Aku takut kamu kepikiran," kata Heaven.
"Kamu jahat Heaven," ucapku ingin menagis.
Heaven terdiam, tatapannya lurus kearahku yang tengah
mengusap air mata kasar.
"Memang mau pergi kemana?" tanyaku pelan.
"Australia," aku termenung lama,lalu mengangguk dengan
senyuman kecil.
"Kamu boleh pergi kok,Heaven.Kejar impian kamu.Jangan
jadikan aku sebagai beban buat raih semua itu.Jangan
khawatir,aku bakal belajar untuk ke lebih dewasa tanpa kamu."
ucapku membuat kepalan ditangan Heaven.
"Terimakasih untuk hal-hal menyenangkan selama ini.Aku
selalu dukung kamu,Heaven.Kamu tahu kan kalau aku selalu
sayang sama kamu," ujarku lagi bersama air mata yang tanpa
permisi menetes begitu saja.
Biarpun hatiku tidak rela mengatakannya,namun aku memilih
mengalah daripada keadaannya semakin rumit.
Mungkin perpisahan adalah jalan terbaik.
"Emang seharusnya kita gak bersama.Pasti kamu capek ya?
Punya pacar kayak aku yang bisanya cuma nyusahin kamu.Maaf
kalau merepotkan.Aku pulang dulu ya,hari ini rasanya capek
banget.Bahagia selalu Heaven,"
Tanpa menunggu balasan dari Heaven,aku segera pergi berjalan
meninggalkan Heaven dengan tangisan yang sudah tidak bisa
dibendung lagi.
Kali ini aku berusaha untuk menerima semuanya.Mungkin ini
adalah jalan takdir untuk kisahku dan dia.
Bab 39.Bukan Lagi

Langit malam yang tampak mendung tidak membuatku ingin


cepat-cepat sampai dirumah tepat waktu.Sekarang aku
melangkah gontai tanpa tujuan disepanjang jalan dekat taman
mahkota yang sudah terlihat sepi karena hari semakin gelap.
Air mataku terus mengalir dengan kilasan memori tentang
Heaven yang berputar didalam kepalaku.Aku tidak menyangka
semuanya akan berlalu secepat ini dan hanya menyisakan
kepingan rindu yang tidak mungkin bisa tersampaikan lagi.
Aku merasa perpisahan ini lebih menyakitkan dibandingkan
dengan perpisahan ku dan Heaven sebelumnya.
Mulai sekarang aku mencoba untuk melepas.Melepas segala
tentang Heaven yang pernah singgah didalam cerita
hidupku.Memikirkannya membuat dadaku seperti terhimpit.
Aku mencoba menarik napas dalam-dalam sembari
mengucapkan kata sabar dalam hati.
"Valenn?" panggilan halus itu membuat langkahku
terhenti,tetapi aku hanya diam dan tidak memilih untuk
menoleh.
Kemudian seseorang memutar tubuhku hingga berbalik
kebelakang.Pandanganku naik keatas sampai menatap mata
teduh Bobby yang tengah mempehatikanku dengan raut
khawatir.
Kenapa Len?" Bobby bertanya lembut.
Detik itu juga tangisanku semakin menjadi.Kepalaku tertunduk
hingga rambutku menutupi wajah.
Bobby memelukku dan langsung kubalas.
"Jangan nangis,hapus dulu air matanya." tangan Bobby
mengusap sisa air mata dipipiku.
"Kenapa harus hadir kalau akhirnya pergi meninggalkan?"
ucapku lirih.
"Ada masalah apa? Tadi Heaven minta tolong aku buat antar
kamu pulang,katanya kamu pulang sendiri.Tapi ternyata kamu
masih disini," uajr Bobby.
"Kenapa semua orang ninggalin aku Bob? Apa benar aku gak
pantas buat bahagia? Aku capek," kataku masih dengan napas
tersendat-sendat.
"Siapa bilang gak pantas bahagia? Tuhan belum selesai sama
hidup kamu .Pasti ada rencana indah yang lagi menunggu kamu
didepan.Capek boleh,nyerah jangan," ujar Bobby
menasehatiku.
*****
Heaven Higher
Len,
kalau kamu nanti datang ke bandara dihari
penerbangan aku,aku gak jadi pergi.
Tapi kalau kamu gak datang,aku tetap pergi.
Dan aku harap kamu mau datang.
Pesan Heaven dari beberapa hari yang lalu hanya kubaca tanpa
berniat untuk membalasnya.Karena aku ingin Heaven bisa
memulai awal dari kisah hidupnya tanpa harus memikirkan aku.
Lagipula hidup Heaven bukan sepenuhnya tentangku.Cowok itu
punya mimpi.
Aku juga sedang menata diriku agar bisa lebih
dewasa.Seharusnya hari ini aku bisa ikut menemani Heaven
dihari terakhirnya menginjak tanah Indonesia.
Tapi aku tidak yakin untuk datang,pasalnya aku belum tentu
kuat jika pergi ke bandara.Takut sulit melepaskan.Lebih baik
tidak melihat sesuatu yang membuatku nanti jadi kepikiran.
Hatiku bergemuruh ketika mengingat kembali nama Heaven
dalam pikiranku.Aku mencoba untuk meluapkan pikiran itu
dengan cara fokus memecahkan satu soal fisika.
Belajar seharian tenyata sangat menguras tenaga dan
otak.Bagaiamana bisa Lamanda tahan berkutat dengan buku
pelajaran selama berjam-jam.
Aku membenci buku terkecuali buku novel romansa.Aku
bahkan bisa menghabiskan satu buku novel dalam waktu
sehari.
Aku yang tak kuasa menahan lapar,lantas bangun dari kursi
belajar untuk pergi keluar kamar menuju dapur.Berniat
mengambil beberapa cemilan.
Sorot mataku berubah sendu ketika melihat foto Heaven yang
sengaja kupasang sebagai wallpaper.Kebiasaanku suka
memotret Heaven diam-diam.
"Maaf aku gak bisa datang," kataku seolah sedang berbicara
pada Heaven.
Beberapa menit kemudian,ponsel yang kupegang tiba-tiba
berdering menandakan ada seseorang yang menelpon.Aku
kemudian membaca nama yang tertera disana.Jantungku
sekejap berdetak kencang saat melihat nama Heaven yang
melintas didepan layar ponselku.
"Halo?" sapaku begitu sambungan sudah terhubung.Ada sedikit
waktu terjeda sebelum terdengar suara Heaven yang begitu
kurindukan.
"Kenapa kamu gak mau datang? Aku tunggu kamu ditaman
mahkota,"
"Taman mahkota?" aku membeo.
"Aku aku ketemu,"
"Iya,nanti aku kesana" ujarku.Lalu menutup panggilan tersebut
secara sepihak.
Aku langsung mengambil dompet beserta tas dan segera
berangkat menuju tempat yang tadi Heaven katakan.
Aku berlari sekencang mungkin,karena jarak antara taman
mahkota dan rumahku terbilang cukup dekat.Sehingga aku
tidak memerlukan kendaraan lagi untuk tiba di sana.
Sesampainya ditaman mahkota,aku berdiri didepan tempat
penjual makanan dipinggir jalan yang masih tutup.
Aku memicingkan mataku saat melihat sosok laki-laki tinggi dari
kejauhan diseberang jalan.Heaven tengah berdiri disana sambil
tersenyum menatapku.Sementara aku masih terdiam kaku
dengan perasaan dilema.
Heaven kemudian melangkah menyeberangi jalan, tatapannya
sama sekali tidak berpindah,dia tetap menatapku.
Detik berikutnya,aku terkejut begitu melihat ada sebuah mobil
truk besar yang melintas cepat kearah Heaven.
"HEAVEN AWAS!!!"
BRAK!!
Aku terbangun dari tidurku dengan napas tersengal-
sengal,serta ada buliran keringat yang mengucur turun lewat
pelipisku.Mimpi barusan terasa sangat nyata,membuat
jantungku berdegup kencang.
Bab 40.Dismiss

Mungkin kita adalah sebuah kisah yang lupa


ditamatkan oleh penulisnya.Lalu terkubur waktu
hingga membuat tokoh utama terjebak kenangan.
----
"HEAVEN AWAS!!!"
BRAK!!
Aku terbangun dari tidurku dengan napas tersengal-
sengal,serta ada buliran keringat yang mengucur turun lewat
pelipisku.Mimpi barusan terasa sangat nyata,membuat
jantungku berdegup kencang.
Aku melirik kearah jarum jam yang sudah menunjukkan pukul
08.00 pagi.Aku tidak lupa jika hari ini adalah hari keberangkatan
Heaven ke Australia.Mungkin aku sempat berpikir tidak ingin
datang kebandara.Namun karena mimpi barusan membuatku
ingin sekali menemui Heaven.Aku segera beranjak turun dari
kasur untuk bersiap-siap pergi.
"Pak ngebut ya,ke Bandara Kualanamu," aku berkata pada supir
angkot.
Angkot itu lalu melaju dengan kecepatan sedang.Aku berharap
aku masih mempunyai sedikit waktu,semoga saja tidak
terlambat.
Setidaknya aku dan Heaven mempunyai perpisahan terakhir.
Aku mengambil napas dalam-dalam akibat terlalu banyak
berlari setelah sampai di bandara.Aku mengusap keringat
dikeningku seraya memegang kedua lututku karena kelelahan.
Aku mengedarkan seluruh pandanganku untuk mencari
Heaven.Namun,aku tidak menemukan siapapun yang
kukenal.Seseorang menepuk bahuku,membuatku memutar
balik tubuhku kebelakang.
"Kalian?" Aku menatap terkejut anak-anak inti ravozer
terkecuali Heaven beserta Leon dan Bobby yang juga sedang
berada di Bandara.
"Gue pikir lo gak datang" ucap Alta.
"Sayangnya lo telat sepuluh menit,Len,Heaven baru aja tadi
masuk pesawat" kata Clarer membuatku menghela napas
panjang dari wajah yang tidak bersemangat.
"Tapi Heaven ada nitip ini buat lo,katanya suruh kasih ke lo
kalau ketemu," Lamanda segera menyodorkan sebuah amplop
coklat padaku.
Aku mengulurkan tangan menerima nya,dan mengamati
amplop tersebut.Kemudian membukanya,membuat yang lain
ikut melihat karena penasaran apa isi didalamnya.
Mataku terbelak melihat ada sebuah benda yang sangat ku
idam-idamkan,aku pernah mengatakan keinginan ini didepan
Heaven dan ternyata dia masih ingat walaupun saat itu Heaven
terlihat cuek karena hanya diam saja ketika kuajak bicara.
Bukannya senang,aku justru merasa sesak.Perhatian kecil yang
Heaven berikan sangat membekas dalam hatiku.Heaven
memang jarang sekali mengatakan hal-hal manis ataupun
menunjukkan perhatiannya terang-terangan.Namun dia selalu
mempunyai cara sendiri untuk membuatku bahagia.
Aku membuka kertas kecil yang terselip diamplop coklat
itu.Tulisan rapi Heaven membuat mataku sangat nyaman ketika
membaca kata demi kata yang dia tuliskan untukku.
Len,aku tahu kamu gak akan datang.Terimakasih telah
ada,mari kita kejar mimpi bersama.Soal nanti bertemu lagi
atau tidak,itu urusan Tuhan.Tapi yang perlu kamu tahu.Ketika
aku memutuskan untuk jatuh cinta sama kamu,maka aku akan
sejatuh-jatuhnya.

Heaven, terimakasih untuk segala bentuk perhatian yang


kamu sampaikan melalui cara sederhana.
Setidaknya aku pernah merasakan rangkaian rasa sempurna
saat bersama kamu,walaupun kini nyatanya kamu yang pergi
meninggalkan.
Disini bukan kita yang salah,tetapi mungkin semesta hanya iri
dengan kebahagiaan yang kita miliki.
°°°°°°
*SELESAI*

Anda mungkin juga menyukai