Kelas:XII MIPA 1
''caraphernelia''
Prolog...
1.Pergi Sejenak
Dingin udara pagi ini membawaku kembali untuk mengunjungi
Nenekku di Samosir.Aku masuk ke area pedesaan yang tak
cukup ramai pagi ini untuk menemui nenek tercintaku itu,aku
bertemu dan langsung memeluknya,mencium punggung
tangannya .Disini nenek tinggal bersama sepupuku Desy.
"Sehat nek?"tanyaku
"Baik,kamu tumben kesini?"tanyanya
Aku tersenyum "Lagi libur sekolah"jawabku.Padahal aku
memang sengaja bolos untuk beberapa hari kedepan,bahkan
aku sudah menyiapkan barang bawaan untukku menginap
sementara dirumah nenek."Oh,yasudah ayo masuk".
Aku merapikan barang bawaan ku untuk satu Minggu
kedepan,aku memang sengaja sedikit ingin berlama-lama
disini,karena mungkin saja disini dapat menenangkan pikiran ku
yang sedang bingung.
Selesai kurapikan semua bawaanku aku bergegas menuju dapur
untuk menghilangkan rasa tak enak diperutku,yakni
kelaparan."Siapa yang masak nek?"tanyaku
"Tuh"nenek menunjuk Desy yang sudah tersenyum
kemenangan.
"Tumben datang?"tanya Desy dia seumuran denganku,sudah
lama juga aku tak berjumpa karena memang aku ataupun dia
jarang datang kesini maupun ketempat ku.
"Kalau kangen kalian gak boleh?"tanyaku
Dia terkekeh"Kangen-kangen,pesan ku aja jarang kamu
balas"ledeknya,dia duduk diatas tangga.
"Sibuk"jawabku
"Sibuk ngurusin pacarmu?"tanyanya kembali meledek.
"Oh, terimakasih sambutan nya"sindir ku lalu aku tertawa.
"Nih,coba dulu masakanku" Desy mempersilahkan aku
mencicipi masakan nya.
"Beracun enggak nih?"ledekku.
"Ye.makanya coba dulu"serunya .
Aku mencicipi beberapa makanan yang katanya ia
masak"Lumayan lah racun nya masih belum bereaksi
kali"ucapku kali ini meledeknya,dan aku akan terus
meledeknya,karena aku memang sering melakukan hal seperti
itu.
Suara deru motor dari luar rumah, membuat ku spontan ingin
melihat nya,ada seorang laki-laki seumuran dengan kami ,
mengendarai motor dan ingin mengunjungi rumah
nenek,kutanya nenek katanya teman Desy.
"Pacarmu?"tanyaku pada Desy.
"Menurut mu?"dia bertanya balik kepadaku.
"Pembantumu"sontak Desy memukul ku pelan.
Aku keluar sebentar mencari angin segar, daripada aku harus
mendengarkan obrolan orang yang lagi ngapelin pacar dirumah
nenek.Menikmati udara sedikit dapat menenangkan hati dan
pikiran ku,sedikit membuat ku me refresh otak yang sudah
penuh akibat Revan mantan pacarku.
"Pacarmu udah pulang?"tanyaku pada Desy,ketika aku sudah
berkeliling sore tadi.Aku masuk mengambil segelas air putih
untuk menghilangkan rasa haus ku.
"Udah"jawabnya bangga."Jangan sirik ya"ucapnya sekaligus
meledek ku.
Aku tertawa sinis "Sirik apaan,cowok jelek kok
dipacari"balasku.Aku duduk didekat nya.
Aku dan Desy memang sering sekali berantem saling ledek
seperti ini,maklum saja,aku dan dia juga teman masa kecil.
"Udah-udah kok malah berantem sih? kalian bersaudara,
kerjanya ribut terus"ucap nenek menengahi.Kalau sudah
seperti ini kami berdua seketika langsung terdiam."Tadi
mamamu nelpon Len"ucap nenek padaku.
waduh ketahuan nih.ucapku dalam hati."Ngomong apa
nek?"ucapku diiringi rasa deg-degan yang sudah berkecamuk
dalam hati,menanti semua kemarahan yang akan nenek
tumpahkan padaku,mungkin.
"Jujur sama nenek, beneran libur sekolah atau bolos?"tanya
nenek.
Sudah kuduga,mama pasti ngomong seperti itu karena
sebelumnya aku tidak pamit jika ingin kesini beberapa hari.
"Eh,hehehe cuma mau refresh otak nek"jawabku sedikit malu.
"Valen,valen,kamu emang selalu bolos atau gimana?"tanya
nenek.Semakin kesini, pertanyaan nenek semakin
mengintimidasi,aku merasa terpojokkan dibuat nya.
Kulihat Desy menertawakan ku,sedang nenek geleng-geleng
keheranan."Maap nek,kan kepengen kerumah nenek"dan
kemudian aku mencari kata-kata untuk meluluhkan hati
nenek.Nenek mendekat kearah ku,dia duduk
disampingku,kemudian mengelus-elus rambut ku"Jadi cucu
nenek itu harus bertanggung jawab ya,nenek udah jelasin ke
mama mu, sekarang tinggal kamu yang menjelaskan!"pinta
nenek kepada ku.Aku hanya mengangguk mengiyakan.
Aku pergi keluar rumah untuk menelpon mama,dan
menjelaskan tujuan ku datang kesini,meski awalnya aku deg-
degan dimarahin,namun setelah menjelaskan secara detail dan
pelan, akhirnya mama mengerti juga ,tapi jatahku menginap
dirumah nenek yang semula satu minggu berubah menjadi tiga
hari saja.
"Jadi anak perempuan itu,nurutlah sama mama papamu"ucap
Desy menghampiri ku.
"Menang banyak kamu ya,aku dimarahin nenek plus mama,
sekarang kamu juga ikutan marahin aku?"tanyaku.
Desy tertawa"Memang dasar, sebagai sepupu yang baik harus
saling mengingatkan Len,nih duduk dulu,ini teh hangat"dia
menaruh teh hangat itu dimeja depan teras.
"Beracun enggak nih?"kembali aku meledek apa saja yang dia
buat.
"Ihk,ya enggaklah,emang aku ahli pembuat racun apa?selalu
kamu curigai"jelas Desy kesal.
Aku mencubitb-cubit pipinya pelan pertanda bercanda,
kemudian duduk bersama nya di teras rumah.
"Enak tinggal disini?"tanyaku.
"Ya lumayan lah udah terbiasa"jawabnya.
"Disini enak ya"ucapku lagi.
"Makanya pindah dong kesini"suruhnya.
"Gampang lah masih SMA juga"jawab ku.
"Udah punya pacar pasti"
"Hmm..tau aja tapi udah putus"jawabku.
"Putus kenapa?" tanya Desy.
"Ya,kalau udah enggak cocok mau gimana lagi?"
"Kamu yang enggak cocok sama dia? atau dia yang enggak
cocok sama kamu?"
"Dua-duanya "jawabku."Udah ahk,jangan introgasi aku malam
ini,jangan jadi polisi dadakan.sering bantuin nenek ya,kasian
dia"lanjut ku.
"Pastilah,kamu aja cucunya yang enggak pernah bantuin"dia
kembali meledek ku.
"Yakan,masa aku tiap hari harus bolak-balik
kesini"jawabku."Dari tadi sensi amat, enggak suka kalau aku
datang kesini ya?".aku mencubit lengannya pelan.
"Surprise aja sih Len,tumben bener mau datang kerumah
nenek, sendiri lagi"jawabnya.
"Karena belum punya pasangan,makanya sendiri"jawabku.
Bab 2.Masa lalu?
"Masa lalu adalah prolog"
"Mau jalan-jalan?"ajak Desy padaku.
"Masih ngantuk"jawabku,karena memang jam masih
menunjukkan pukul lima pagi,jadi aku yang baru bangun tidur
masih setengah mengantuk saat dia mengajakku.
"Kebo emang kalau bangun siang ya?"ledeknya.
"Bukannya kamu harus sekolah hari ini?"tanyaku
"Kan,masih nanti,masih ada waktu"ucap Desy."Jadi mau apa
enggak?"tanyanya lagi.
"Nanti ajalah,nanti sore"jawabku.
"Kesekolah naik apa? pulangnya?"tanyaku.
"Dijemput ayang"jawabnya bangga."pulangnya bareng ayang
lagi lahh"dia memukul pelan tangan ku karena aku sedikit
melirik sinis padanya.
"Kalian ini kayak anak SD,ribut terus,kapan mau bersikap
dewasa, tingkah nya masih kayak anak TK"kali ini nenek
menimpali.Kami berdua terdiam mendengar kata-kata
bijak sedikit marah nenek pada kami.
"Jadi cewek itu harus jaga sikap,enggak boleh ngeledek,enggak
boleh curiga sama saudara sendiri,dan yang paling penting
enggak boleh berantem sesama saudara,ngerti?"nasihat nenek
sedikit membuat ku tenang tak bersuara.
"Ngerti nek"jawab kami berdua berbarengan.
Aku bersantai diteras nenek.Nenek kemungkinan sedang mandi
dan aku bisa bersantai sejenak, menikmati hari kedua ku disini.
Hp ku berbunyi, ternyata Sean yang menelpon,dari semalam
dia selalu menelpon ku,tapi tak kuangkat, memberi ku pesan
melalui WhatsApp,tapi tak ku balas.Biarkan saja pikirku,
sedangkan aku menikmati udara segar pagi ini.
Hp ku kembali berdering,kali ini Trixy yang menelpon,pasti
sahabat ku yang satu itu sudah sangat khawatir karena aku juga
tidak memberi tahu dia aku ingin pergi kesini,aku tau dia pasti
ingin menanyakan ku banyak hal nanti,mengapa aku tak
memberi tahu dia,mengapa aku tak mengajak dia ikut bolos
sekolah pergi kesini,dia pasti sangat cerewet.
"Iya ibu Trii?"jawabku membuka suara.
"Bangkek banget si Lennn!!!! dari kemarin telponku enggak
diangkat?!"teriak Trixy.telingaku sampai sakit mendengar
suaranya.
"Males"aku terkekeh.
"Emang bangke tau gak?kamu dimana si?dari kemarin enggak
ngangkat telponku,udah gitu sekarang malah ga masuk
sekolah?!"ucap Trixy masih berteriak.
"Masih di Amerika,belum pulang liburan,nih masih menikmati
patung liberty dari kejauhan,nanti aku kirim fotonya"ucapku
bercanda.
Bab 4.Heaven
Hah!.
Aku terbangun lagi.Sinar bulan masih menguasai malam,
pemandangan familiar itu menyambut dan sekaligus
membuatku merasa lega.Heaven menatapku curiga seperti
bertanya aku kenapa, sepertinya dia terbangun mendengar ku
berteriak.
Aku memang sedikit terengah karena mimpi tadi, beberapa
peluhku juga jatuh karena begitu gugup.Tapi sungguh,mimpi
buruk tadi terasa begitu nyata.
Ah aku pasti masih shock karena tenggelam tadi.Tunggu,selain
laut,tadi aku bermimpi apa ya?seperti ada sesuatu yang
mengerikan? tapi,apa?.Ada sesuatu kah?.Cepat sekali aku
melupakannya.Sudahlah aku mencoba untuk tidur
kembali.Kuharap tidak kembali pada mimpi itu.
Aku terbangun lagi karena Heaven memangil-manggil namaku
dan menggoyang lenganku pelan.Pagi sudah tiba ternyata. "Ada
apa?".
"Tadi aku melihat ada kapal feri yang lewat disana,ayo kita
kejar,kamu mau selamat enggak?"katanya.
Demi apapun aku senang sekali.Tapi dia melihat wajahku yang
tampak bingung.
"Berenang"ucapnya lagi.Seakan dia tau apa yang kupikirkan.
"Tapi aku enggak kuat lagi untuk berenang"jawabku
membuatnya diam sebentar.
Lalu setelahnya "Ada aku tenang saja,tapi aku enggak yakin
juga bisa kuat sampai kesana,kita coba dulu"katanya
meyakinkan ku.
Akhirnya kami berenang sambil berpegangan mengejar kapal
feri itu meski sedikit kesusahan karena masih merasa lemas dan
ditolong naik.Aku dan Heaven dibawa ke Puskesmas sipintu
angin berjarak kira-kira lima kilometer dari posko utama tim
Gabungan SAR di Pelabuhan Tiga Ras.
Sukarelawan mengintrogasi kami serta meminta data-data kami
serta informasi apa yang kami miliki terkait kejadian bencana
ini.
"Valenn"teriak seseorang.Itu seperti suara mamaku.Aku
membalikkan badanku dan melihat papah,mama,dan nenek
disana tengah berlari ke arahku dan memelukku sangat erat.
"Puji Tuhan nak, ternyata kamu selamat"ucap mama menciumi
rambutku.Papah juga begitu,dia memelukku erat sangat erat
seakan aku tak bisa pergi lagi
"Lain kali jangan begini lagi ya Len,kami khawatir kamu pergi
tanpa pamit dan sekarang kamu terkena bencana,kami terkejut
nak"
"Maaf Pah"kataku masih menangis di pelukan nya.
"Dimana Desy?"tanya nenek menghapus air matanya.
"Maaf nek,aku enggak bisa menjaga Desy."kataku dan nenek
langsung menghamburkanku kepelukannya dan menangis lagi.
"Sudah-sudah,kita akan mencari Desy sampai ketemu,semoga
dia juga selamat."Papah mengelus-elus kepalaku.
Aku melihat Heaven sedari tadi memperhatikan
kami.Kuperhatikan lagi ternyata dia memperhatikan
mama,dimana keluarga nya?mengapa belum datang,atau
mereka belum tau?
Aku menghampiri dia,aku merasa bersalah"Heaven aku minta
maaf"
Dia turun dari brankar nya"Bukan salahmu."katanya.
Aku sedikit tersenyum "Kita berdoa saja semoga mama mu
segera ditemukan,aku juga ingin mencari sepupuku"kataku,
membuat nya memberi senyum tipis padaku.Sangatt tipis,
kalau aku tidak memerhatikan nya penuh tidak akan kelihatan
kalau dia tersenyum.
Bab 5.Pencarian
Sean♥️
Len,sorry.
Baru dapat kabar dari Trixy
Shock banget ternyata kamu
salah satu korban Kapal yang
tenggelam selasa kemarin.
Kamu baik-baik aja kan?
Aku kesana ya.Tenangin kamu🤍
Semoga sepupu kamu juga
segera ditemukan.
gausah kesini.gaperlu jg
Knp??
Aku khawatir banget!
Kamu masih marah sama aku?
Aku tidak berniat membalas pesannya lagi.Setelahnya aku
menyusul Heaven.
Hari ini tepat dua minggu pencarian,namun belum ditemukan
jasad Desy dan mama Heaven.Apa kami harus mengikhlaskan
mereka sekarang.Berita menayangkan pencarian ini disetiap
harinya, namun tidak ada perkembangan.
Saat ini pencarian diberhentikan.Korban-korban yang belum
ditemukan dinyatakan meninggal dunia.Berat sebenarnya
menerima ini,tapi bagaimanapun harus mengikhlaskan
semuanya.
Matahari semakin tenggelam, burung-burung semakin banyak
yang berbondong pulang,langit semakin berwarna oranye
kejingga-jinggaan.Kurang lima belas menit lagi waktu akan
menunjukkan pukul17.00.
Aku dan Heaven duduk dipinggir danau saat ini.Sudah menjadi
kegemaran sedari seminggu yang lalu.Aku sudah tidak tahan
ingin menanyakan ini dari seminggu lalu pada Heaven"Sorry
Heav,dari kemarin-kemarin pengen nanya ini"
Dia mengangkat alisnya "Apa?"
"Ayahmu kemana?kok enggak cari kalian? keluarga
mu?"tanyaku membuat nya diam sebentar.
"Ayahku nikah lagi.Sehari setelah bencana kapal itu mereka
nikah,aku dan mama datang ke Sumatera untuk menghadiri
pernikahan mereka sekaligus meminta pertanggungjawaban
masih ada aku anaknya yang harus dinafkahi.Aku enggak punya
keluarga disini selain ayah atau mungkin bukan lagi keluarga
karena dia enggak nyari kami sama sekali setelah bencana
itu"dia terdiam setelah mengatakan itu.
"Padahal aku udah kasih kabar,mama belum ditemukan,
kelihatan nya dia memang enggak peduli"lanjutnya.
Mendengar itu aku tidak berani bertanya lagi.
"Yang sabar ya Heavv".Aku mengelus pundaknya.
Aku berniat ingin membeli botol minum untukku dan
Heaven.Saat kembali aku melihat dia dipinggir danau berteriak
kesal.
"Kalau mama enggak ditemukan aku harus kemana?
!.Laut kupersilahkan kamu mengambil nyawanya,tapi mohon
kembalikan jasadnya padaku".Teriak Heaven.Mungkin dia
sudah pasrah.
Aku berlari menghampiri Heaven "Minum Heav".aku memberi
botol minum tadi padanya.Seketika dia menatapku tajam.Aku
tentu gelagapan,apa salah ku sehingga dia menatapku seperti
itu?.
"Semua ini karena kamu!?"teriaknya ditelinga ku, setelah nya
pergi meninggalkan aku sendirian di tepi danau.
Aku juga balik berteriak"Bukannya dari kemarin-kemarin kamu
bilang ikhlas nolongin aku?kenapa sekarang jadi gini Heav?!,aku
juga udah minta maaf".
Dia menghentikan langkahnya sebentar,tapi tak menoleh
padaku.Kulihat tangannya mengepal setelah nya melanjutkan
langkahnya.
Bab 6.Bye Desy...
"Tringggg...."
Bel itu berhasil membuat kelas kembali sepi.Ada yang
kekantin,ada yang ke perpustakaan,dan ada juga yang tetap
setia dikelas.Aku dan Trixy memilih kekantin,sudah rindu
dengan jajanan dikantin.Pengen bakso dua dan esteh
dua.Tempat duduk di pojokan adalah tempat favorit.
"Eh lihat itu yang disana Len,si Sean lagi lihatin kamu" bisik
Trixy
Aku dan Trixy duduk berhadapan,dia melihat meja yang ada
jauh didepan.
"Apadeh"jawabku singkat.Sudah malas berurusan dengan Sean.
"Yaudah"dia melanjutkan acara makan nya.
Karena penasaran melanda pikiran ku,akhirnya kubalikkan
badanku untuk melihat Sean.Gini-gini,meski sudah putus tidak
mungkin kan aku move on secepat itu,tapi sedang kuusahakan.
Kini mataku sedang bertemu dengan mata Sean yang sedang
makan bersama tiga teman yang lainnya.Aku segera
membalikkan badanku secepat kilat,aku sempat melihat dia
tersenyum padaku tadi.Aku cepat-cepat menyelesaikan acara
makanku karena bel sudah berbunyi lagi.
Saat ingin kembali ke kelas Sean mencekal tanganku"Len,bisa
ngomong sebentar?"tanya nya.
"Gabisa,bel udah bunyi kelas kita sekarang ada kimia dari Bu
Ndia,Valen udah lama ketinggalan mau nyalin dari buku ku
dulu". Trixy melepas cekalan tangan Sean dari tanganku.
"Lima menit Trix,bisakan Len?"Sean tak putus asa.
"Gak bisa Sean!!batu banget sii,lepasin tangan Valen" Yang
ditarik siapa yang marah-marah siapa dasar Trixy,aku masih
diam sedari tadi.
"Trixy,aku cuma pengen ngomong sebentar sama dia!!Valen aja
kelihatan mau tuh,kok jadi kamu yang sewot?!"Sean agak
meninggikan suaranya,sudah tak sabar mungkin dengan sikap
Trixy.Aku masih diam.
"Kamu gak mau kan Len?"tanya Trixy padaku.
"Gak apa-apa Trii"akhirnya aku membuka suara.
"Satu menit Se!!"ujar Trixy dengan tangan dipinggang.
"Tiga menit".Sean tak ingin kalah.
"Okay,dua menit"Putus Trixy.
Sean memilih tak peduli dan segera menarik tanganku dari
sana.
Aku menurut kali ini,ternyata dia membawaku ketaman
belakang sekolah.Kami berdua duduk dikursi taman.Sean
menghembuskan napasnya.Berusaha mencairkan suasana agar
tidak terlalu tegang.
"Kamu maunya apa sih Len,selalu menghindar dari aku,baru kali
ini kita bisa ngobrol setelah kamu selamat dari kapal itu".
Aku tidak tertarik menjawab pertanyaan nya.Masih berusaha
menahan diri agar tak melihat wajahnya.
"Kalau mau aku bilang dong,kan aku juga maunya kamu".dia
masih berusaha mencairkan suasana.
"Gak lucu"aku berbalik menghadap Sean.
Aku memberontak,minta dilepas.Sean semakin mengeratkan
cekalan.
"Kamu bukan tanah Len!Kalau lagi kesal tahan jangan erosi!"
"Kamu bukan amuba Se!Kalau salah akui jangan membelah
diri!".
Sean terdiam.
Aku merutuki mataku yang memanas.Padahal susah payah aku
menahannya dari tadi agar tidak meluncur.
Ah sial..
Padahal sebelum-sebelumnya aku tidak menangis,kenapa saat
berhadapan dengan Sean air mataku melesak keluar.
"Aku gak suka liat kamu nangis Len".dia menghela napas dalam.
"Aku beneran gak ada hubungan apa-apa sama Alya,hanya
sebatas teman.tentang foto itu bukan aku yang upload tapi si
Riko.Tapi yang lagi pelukan emang aku sama Alya.Main truth or
dare.Apesnya aku yang kena.Dan aku pilih dare dikasih
tantangan sama teman-teman suruh pelukan orang samping
kanan, kebetulan Alya yang ada disana.Sebenarnya aku udah
nolak waktu itu,tapi apa boleh buat?"
Aku kembali mendudukan tubuhku dan menatap dingin kearah
Sean.. Sean hendak meraih tanganku namun segera aku
menghindar "Stop!! jangan ngelunjak!"
"Aku pengen kayak dulu lagi Len".
Aku tidak ingin mendengar apa-apa lagi.Aku segera pergi dari
sana meninggalkan Sean yang terus memangil-manggil namaku.
Bab 8.Pertemuan tak Disengaja
Bel istirahat sudah berbunyi sejak tiga menit yang lalu, tetapi
aku masih setia dengan pulpen dan buku dikelas
sekarang.Huhh..
Aku terus mencatat dengan kecepatan kilat seraya melihat
papan tulis dan buku sesekali.Sedang Trixy sudah pergi saat bel
berbunyi, karena perintah ku untuk duluan saja.
"Sampai pada masa kejayaannya " gumamku diakhir kalimat
yang kutulis.
Huh akhirnya selesai juga.Aku segera menutup buku ku,
meregang kan tangan dan jari-jemariku yang kaku.
Aku menatap jam dinding terlebih dahulu lalu memasukkan
ponsel kedalam saku baju dan keluar kelas,menarik nafas lalu
tersenyum senang.
"BAKSO I'M COMING" seru ku tak sabar.
Aku berjalan cepat melewati koridor dan tersenyum lebar
membayangkan betapa nikmatnya bakso urat Bang Satria yang
super lezat, ditambah lagi dengan es teh dingin.Membayangkan
saja sudah membuat air liur ku bertambah banyak.
Aku dikejutkan dengan senggolan dibahuku yang keras.Aku
sempat terhempas kesamping kala segerombolan murid
perempuan berlari dengan tergesa-gesa.
"Buruan woi, asupan mata ada dikantin!"
Mereka heboh menuju kantin , samar-samar dapat kudengar
mereka mengatakan ingin menatap pangeran
berkuda ,mengelap keringat nya,atau melakukan hal-hal lebay
lainnya.
Sesampainya dikantin ,aku langsung disuguhkan dengan banner
besar bertuliskan 'Bakso Melehoy Bang Satria' begitulah
tulisan banner milik stand yang ingin kudatangi.Melihat
sekeliling,aku mengerutkan kening saat melihat kerumunan
dimeja paling ujung ,entah apa itu.Aku mengedikkan bahu
acuh, mencari -cari Trixy tetapi tidak menemukan dia.Bersikap
masa bodo,aku pergi menuju stand Bakso Bang Satria.
Seperti biasanya,stand bang Satria selalu ramai pembeli karena
baksonya yang enak dan besar, karena itulah disebut bakso
melehoy.
Orang didepan ku sudah selesai, sekarang giliran ku.Aroma
lezat semakin tercium saat Bang Satria menaruh semangkuk
bakso dihadapan ku."Ini Neng,tiga belas ribu semuanya" ucap
Bang Satria.
Aku mengeluarkan uang dari saku sebesar seratus
ribu .Membuat Bang Satria resah " Aduh Neng,gak ada uang
kecil aja?"
Aku menggeleng "Gak ada Bang"
Bang Satria mengambil uang itu "Kalo gitu saya tukar dulu ya
Neng" .
Dua menit kemudian Bang Satria kembali membawa uang
kembalian."Ini kembalinya 87 ribu ya,Eh sebentar saya cari dua
ribuannya dulu" Bang Satria merogoh sakunya mencari-cari.
Tiba-tiba dari arah samping seseorang mengambil semangkuk
bakso ku dan membawanya pergi.
Aku kaget "Loh! apa-apaan.Itu bakso ku woi! " aku berteriak
mengejar orang tersebut.
"Neng,dua ribu nya!" Seru Bang Satria seraya mengulurkan
uang dua ribuan.
Aku mendengar itu,dan terus berlari seraya berteriak "Ambil
aja Bang!" Fokus ku kini dengan gadis berambut pendek yang
membawa bakso ku pergi.Ini sungguh tidak masuk akal ,yang
benar saja ada pencuri bakso dikantin.
Aku tau kemana arah gadis itu pergi .Aku berdiri diantara
mereka dan memantau apa yang akan gadis itu lakukan.Gadis
itu sedang memberikan baksonya pada ...Boby? Eh..disana juga
ada Heaven dan Leon.Jadi mereka bolos kekantin? Dasar!!.
"Ini Kak baksonya!"
Boby dengan baju tanpa lengan itu melihat jam
tangannya."Bagus tepat waktu,Kamu boleh dapat nomor
Heaven!" dengan santainya Boby berkata demikian.Sedang
Heaven terkejut tapi tak melakukan apa-apa.
Heaven,Boby,dan Leon belum menyadari keberadaan ku karena
mereka dikerumuni banyak siswi.
" Oh.. jadi kalian bertiga bolos kekantin buat caper sama cewek-
cewek? pake jual nomor Heaven segala lagi cih.." Mataku
melotot dan kuacungkan jari telunjuk.
Heaven terkejut dan berdiri menghampiri ku."Aku gak ikutan,
mereka berdua yang ngajak" tunjuk Heaven pada Boby dan
Burhan.
Aku menatap tajam Boby dan Leon dengan tatapan
permusuhan.Terlihat bola mata mereka berdua membesar
terkejut saat kutatap seperti itu.
"Bakso yang kalian makan itu punya ku! cewek itu ngambil
punya ku" Semua orang menatap gadis yang berada tak jauh
dari Heaven, membuat gadis itu menunduk.
Boby menghampiri gadis berambut pendek yang baru saja
mendapat nomor Heaven karena berhasil membelikan bakso
tepat waktu.
Boby membungkuk agar sejajar dengan tinggi gadis itu "Kita gak
suka cara kamu, malu-maluin.Sini hp nya!"
Gadis itu memberi hp nya dengan tangan gemetar "Jangan
dihapus Kak,aku baru aja dapat nomor nya" ucapnya terbata.
"Nih hp kamu,lain kali jangan begitu.nomor Heaven nya gak jadi
"
Gadis itu mendongak menatap Boby berkaca-kaca.
"Bubar kalian!" kali ini Leon yang berseru demikian.Membuat
sorakan-sorakan kecewa dari siswi-siswi.
Boby dengan tampang sok serius menghampiri ku "Hehe,sorry
Len ini bakso kamu kita kembaliin, cuma cicip doang kok.Nih!"
Aku menghela napas panjang "Yeuyyy!!! Enak aja!! itu udah
bekasan kalian ya!! Ganti pokoknya!"
"Iya,aku yang ganti" seru Heaven.Sedang Boby dan Leon
mengucap syukur.
"Yaudah beli yang baru gih,keburu bel masuk!" ucapku sok
mengatur."Makanya lain kali jangan mau temenan sama dua
setan ini,pake mau segala lagi nomor nya dijual-jual" lanjutku.
Heaven meringis "Nomor yang mereka jual itu bukan nomor
aku asli"
"Terus?!"
"Nomor Pak Reno Hahahha" kali ini Leon yang membuka suara.
"Mampus kalian! kalau ketahuan gimana?" Aku benar-benar
tidak habis pikir bagaimana jalan pikir mereka, kalo cewek-
cewek tadi ngechat nomor nya Pak Reno pake kata-kata alay
kan bisa rusuh nanti, belum lagi ditanya dapat nya darimana.
"Lagian salah tuh akik-akik, telat dua menit doang disuruh
bersihin toilet sama nyapu seluruh lapangan" Boby
menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Jadi tadi kalian telat?"
"Khmm..Nih karena Heaven suruh jemput katanya motor nya
lagi dibengkel,berujung deh dihukum Pak Reno" jelas Boby.
"Ini semua karena kalian masih sempat-sempatnya godain
janda " ucap Heaven kesal.
"Kan kita butuh asupan pagi Heav, lagian kamu juga tadi ikutan
kan?" Leon menyeringai.
Aku terkejut sontak menutup mulutku "Hahh!?"
"Kamu cemburu ya Len,Heaven godain janda?" Leon menarik
turun kan alisnya membuatku bergidik ngeri.
"Cemburu? gak lah!! Mau dia godain Pak Reno pun aku gak
peduli!" kataku menatap nyalang Heaven sedang yang ditatap
mengerutkan keningnya.
"Iyakah Manis??" Boby terus mengejekku.
"Aku gak godain siapa-siapa" ucap Heaven menatap ku penuh
membuat aku salah tingkah ditatap seperti itu.
"Bodo amat" cetusku tajam.
"Amat gak bodoh tu" balasnya.
"Bodohhhh!! " setelah mengatakan itu,aku segera pergi
meninggalkan mereka untuk mencari Trixy.
"Jangan lupa baksonya!!! bawa kekelas sekalian!" aku setengah
berteriak dan melanjutkan langkah ku.
Bab 13.Pulang Bareng
Bab 14.Forfroida
05.45
"Mah,aku berangkat dulu ya"
"Ini masih pagi banget Len, tumben-tumbenan, gerbang
sekolah juga belum dibuka "
"Gapapa Mah,nanti aku nunggu depan gerbang "
"Yaudah, hati-hati sayang!"
Cklek-cklek
"ASTAGA!!" aku disuguhkan dengan pemandangan Heaven
sudah berada didepan rumah ku menyender dimobil.
"Kenapa kaget?" ucap Heaven berdiri.
"Kamu kenapa pagi-pagi udah disini?" kesalku.
"Takut kamu kabur dari aku"
"Kan,kemarin aku udah bilang.Gak usah jemput.Gak perlu juga
Heav.Kok kamu sekarang ngeselin sih?"
"Nilai bahasa Inggris kamu dibawah KKM?"
"Gak usah kayak gitu juga kali,aku tau kamu gak nerima
penolakan.Lagian aku udah maafin kalian kok"
"Khmm...kalo kamu tau kenapa mau kabur?" todong Heaven.
"Siapa yang mau kabur Heaven?"
Heaven mengedikkan bahunya acuh,dan membuka pintu untuk
ku "Masuk".
Semenjak perdebatan tadi aku tidak mengeluarkan sepatah
kata pun sampai sekarang tiba disekolahan.
"Aku mau turun" cetus ku.
"Yaudah tinggal turun,mau dibukain lagi pintunya?"
Aku menatap nya tajam.
"Marah?"
"Kamu pikir?" oke dan pada akhirnya aku ngomong.
"Childish banget sih".
"CHILDISH??" kamu bilang aku childish? oke,kalau aku emang
childish kamu mau apa? Aku-"
"Iya,aku minta maaf" ucap Revan menangkup kedua tanganku.
Deg...
'Jantung tolong dong kerjasama nya .Kali ini aja yah, jangan
baper!Aku mau marah sama Heaven.Pegang tangan doang
elah'.ucapku dalam hati.Aku memalingkan wajahku.
Aku hanya berharap Heaven tidak menyadari kegugupan
ku.Dan tidak melihat wajahku yang bersemu sendari tadi.
'Kok aku deg-degan gini sih? definisi kurang belaian mah
gini.Tenang Len...santai' .
"Heav"
"Hm,"
"Lepasin" aku memaksa tanganku terlepas.Namun sia-sia.
"Kenapa? Kamu salting? Gugup aku pegang gini doang
tangannya? "
Duarrr
"Aku tuh risih, pegangan tangan sama cowok yang bukan siapa-
siapa aku".
"Jadi,Kamu mau aku jadi siapa-siapa kamu?"
"Gak gitu! Maksud aku tuh-"
"Sttt...udah ya bawelnya .Aku laper belum dilanjut nanti aja
yah".
Dan sekarang aku dan Heaven berakhir dikantin yang masih
sepi karna waktu menunjukkan pukul 06.15 "Beneran gak mau
makan ?" tanya Heaven untuk yang kesekian kalinya.
"Gak" aku menjawab ogah-ogahan.
"Yakin?" Heaven memicingkan matanya.
"Kamu kenapa jadi cerewet gini sih? Cuek, dingin,datar,itu lebih
bagus". Sebenarnya aku juga lapar belum sarapan,tapi harga
diri lebih penting.
"Oke" Heaven menatap tak suka padaku.
Aku mengambil ponsel dari saku,membuka aplikasi untuk
meredakan rasa bosan menunggu cowok didepan ku ini.
Heaven merebut paksa ponsel ku.
"Makan" Heaven menyodorkan sepiring nasi goreng.
"Gak,aku gak laper!"
"Kasihan cacing-cacing kamu daritadi teriak"
"Kamu bisa gak sih? Gak bikin aku malu sama diri sendiri?"
Heaven tersenyum manis " Gak perlu kamu tutupin.Aku suka
apa adanya" .
Aku mengerjapkan mataku.Tak mampu menjawab perkataan
Heaven.Heaven kenapa jadi sweet gini? Aku mulai makan,
menetralkan detak jantung ku.
Para siswa sudah berdatangan menunjukkan waktu hampir Aku
mendorong pelan piring kedepan.
"Kenapa gak dihabisin?"
"Kenyang" padahal aku tak tahan dengan detak jantung ku yang
tak kembali normal.
*****
Aku berjalan menuju kelas dengan alis yang saling
bertautan.Heaven tadi izin ingin pergi ke fotokopi.
"Murung aja neng?"
"ASTAGA BOBY! Ngagetin aja"
"Kenapa sih?"
"Gak.Gak apa-apa".
"Cewek kalo ditanya kenapa jawabnya gapapa berarti ada apa-
apa" "Mau dipeluk?" Boby merentangkan tangannya.
"Apaan sih? sok tau banget jadi orang " aku berlalu
meninggalkan Boby .
"JANGAN MURUNG LEN!! NTAR CANTIKNYA HILANG!!" teriak
Boby.
"BERiSIK!" ketus ku.
Tiba dikelas aku langsung disuguhkan dengan adegan Trixy dan
Leon yang sedang tarik menarik sebuah buku sambil beradu
mulut.
"Eh,ini jatah aku!" Ujar Leon.
"Eh,kutil badak! Ini punyaku! Kamu cari yang lain sana!" Ucap
Trixy.
"Enak aja!! Aku yang ambil buku ini dari tas nya Rara ,ya" Ujar
Leon.
"Seenak jidat kalau ngomong,orang aku udah buat perjanjian
sama Rara kalau hari ini aku yang berhak nyontek dari buku
nya!" Balas Trixy sengit.
"Tapi aku yang ngambil duluan! Sana cari contekan yang lain".
balas Leon tak kalah sengit.
Mereka berdebat hanya untuk menentukan siapa yang berhak
menyontek jawaban dari buku Rara ,teman sekelas kami.
Boby yang lelah melihat adegan tarik menarik buku dan beradu
mulut ini pun angkat bicara "Udah sih,nggak usah ribut
gitu.Tinggal nyalin doang repot banget" .
"Gak bisa gitu Bob,ini jatah ku" sahut Leon.
"Iyanya gak bisa gitu,kalau kita nyontek dari buku yang
sama,nanti nilainya sama" ujar Trixy.
"Nyontek aja belagu!" itu Heaven.Dia sudah masuk kedalam
kelas.
"Kampret!" Leon mengumpat. "Aku mau membuktikan kalau
aku itu lebih pintar dari Trixy .Makanya kita buat perjanjian
nggak boleh nyontek dari buku yang sama karena nanti nilainya
bakal sama".Leon melirik Trixy dengan mata yang disipit-sipit
kan.Kan sok serem.
"Kalau mau pinter itu belajar sendiri,bukan nyontek
lagi.Percuma sekolah kalau otak masih bego!" Ujar Heaven
sarkatis.
Trixy terlihat kesal mendengar penuturan Heaven.
"Yaudah aku tobat.Gak mau nyontek lagi.Dan karena aku
tampan,baik hati,rajin menabung,dan suka menghitung serta
membantu,apalagi kamu cewek,,nih buat kamu" Leon
menyodorkan buku bersampul cokelat itu ke Trixy.
"Najis" cibir Trixy dan langsung mengambil buku Rara.
"Orang mah bilang makasih,ini malah mengina.Untung lagi baik
karena habis dikasih pencerahan sama aa Heaven,tapi setiap
hari aku juga baik kok". Ucap Leon.
"Nggak jelas bego! karena aku terpaksa jadi aku ucapkan
terimakasih banyak " jawab Trixy.
"Apa yang kamu katakan tadi Boby! Tidak sopan sekali kamu
menggebrak meja seperti itu! kemari kamu!" Amuk Bu Nadia.
"Maaf Bu,saya gak sengaja.Sumpah!" Boby merucap melas.
"Itung-itung balas dendam yang kemarin Bob" ucapku pelan
pada Boby.
"Sekarang kamu berdiri disitu sambil menjewer telinga kamu
dan angkat kedua kaki kamu!" Ujar Bu Nadia.
Boby berjalan kearah pintu dengan langkah lesu.
"Kamu sama dia itu sama-sama sengklek jadi kalian cocok jadi
saudara kembar " Ujar Bu Nadia mengundang tawa semua
murid dikelas.
"Enak aja saya mah sengklek nya sedikit.Ibarat bulan , sengklek
nya saya itu cuma separuh kek bulan separuh,sedangkan Leon
sengklek nya kayak bulan purnama , sengklek tingkat akut" Bela
Boby.
"Sudah diam kamu!" Perintah Bu Nadia.
"Sekarang kita belajar saja.Silahkan buka buku kalian!" Bu
Nadia kembali membuka suaranya.
"Semoga Bu Nadia lupa sama PR ,jadi nggak dikumpulin.Soalnya
saya belum nyalin dua jawaban lagi,ya Tuhan" Doa Boby pelan
ditempat duduknya.Aku yang mendengar doa Boby barusan
menjadi jahil dan ingin mengerjai nya.
"Bu,PR nya gimana?" Aku bertanya sambil mengacungkan jariku
keatas yang membuat Bu Nadia membalikkan tubuhnya saat
hendak menulis dipapan tulis.
"Valen bangsat! kenapa kamu ingetin,bego!" Boby berdiri dan
langsung menggebrak meja sehingga menimbulkan bunyi
'brakkk' .Semua mata tertuju pada Boby begitupun dengan Bu
Nadia yang menatap Boby dengan bola mata yang akan
meloncat keluar.
"Apa yang kamu katakan tadi Boby! Tidak sopan sekali kamu
menggebrak meja seperti itu! kemari kamu!" Amuk Bu Nadia.
"Maaf Bu,saya gak sengaja.Sumpah!" Boby merucap melas.
"Itung-itung balas dendam yang kemarin Bob" ucapku pelan
pada Boby.
"Sekarang kamu berdiri disitu sambil menjewer telinga kamu
dan angkat kedua kaki kamu!" Ujar Bu Nadia.
Boby berjalan kearah pintu dengan langkah lesu.
*****
Seperti biasa,setiap malam.Seperti saat ini aku mengerjakan
tugas yang diberikan guru.Aku terlalu fokus kelayar laptop dan
mengabaikan suara handphone yang sejak tadi berdering.Aku
berdecak kesal karena orang yang menelepon ku tak kunjung
jengah ,terus saja sampai lima kali.Dan akhirnya pada panggilan
keenam dengan perasaan gondok aku meriah handphone yang
sejak tadi bergeletak manis disebelah gelas.
Menekan tombol hijau dilayar handphone ku,selang beberapa
detik orang diseberang sana sudah mengomel -ngomel tidak
jelas.
"Kemana aja sih?! ditelponin sampe seratus kali,baru
diangkat.Sok sibuk banget!" omel Trixy.
Aku menjauhkan sedikit handphone dari telinga karena Trixy
berbicara dengan suara tak biasa."Kamu baru nelpon enam
kali,dan kamu bilang seratus?!" sinis ku.
"Ya anggap aja aku nelpon kamu seratus kali .Kan aku ceritanya
lagi marah ,gimana sih?" balas Trixy."Kamu udah ngerjain tugas
buat besok belum?" lanjut nya.
"Lagi ngerjain".
"Aku nyontek sih, soalnya aku gak ngerti dan susah lagi" ucap
Trixy.
"Nyontek?" aku menatapnya datar.
" Iya, nyontek" jawab Trixy sok polos.
"Percuma sekolah kalau cuma datang terus duduk manis sok
ngedengerin guru padahal mah gak masuk otak atau sibuk
ngobrol.Terus dari rumah udah minta uang jajan buat sekolah
dan pas disekolah saat dikasih tugas kamu malah ngandelin
contekan.Kapan mau mandiri nya kalau kayak gitu ?!" cerewet
ku.
"Tapi -kan soalnya susah,Len .Pusing " Trixy memelas
diseberang sana.
"Belum juga berusaha udah bilang susah"
"Orang emang susah,geh.Mana aku gak ngerti"
"Makanya pas guru nerangin itu jangan malah asik sendiri"
"Aku udah dengerin,tapi tetap gak ngerti.Udah susah,banyak
lagi" Bela Trixy.
"Orang belum berusaha udahh bilang susah.Usaha dulu.Kamu
kan punya hp pasti ada internet nya kan?Bah kalau gak bisa cari
di internet.Itu gunanya internet.Kalau masih gak ngerti ? tanya
sama orang yang ngerti,tapi ingat.Tanya bukan nyontek" Aku
sudah seperti seorang ibu yang menceramahi anaknya karena
malas belajar.
"Yaudah,aku bakal nyoba ngerjain sendiri.Tapi kalau gak bisa
aku tanya kekamu besok ya?" putus Trixy.
"Iya, yaudah aku tutup ya.Bye" aku menutup telepon.aku
menutup telepon.Setelah itu perut ku berbunyi minta
diisi.Menghentikan aktivitas sejenak aku melangkah kan kaki
menuju dapur.Mama dan Papa belum pulang dari acara
arisan.Aku memang tidak terlalu jago dalam hal memasak
seperti Trixy,namun setidaknya bisa memasak nasi goreng atau
yang paling jauh ayam goreng.Aku kembali melirik isi kulkas
yang terdapat beberapa butir telur, sayur mayur, minuman
kaleng, sirup,dan beberapa buah-buahan segar.Namun saat
ini,aku sangat malas untuk memasak atau bahkan sekedar
memasak mie instan,jadi aku putuskan makan diluar.
Aku sudah berdiri disalah satu warung nasi goreng yang tak
jauh dari rumah.
"Mau beli nasi goreng berapa dek?" tanya penjual nasi goreng
ramah.
"Sebungkus aja pak,kayak biasanya" jawabku tak kalah ramah.
Aku memperhatikan tangan bapak penjual nasi goreng yang
sedang sibuk mengaduk-aduk nasi didalam kuali.Sampai suara
langkah kaki yang berjalan kearah ku memecahkan perhatian
ku begitu pula dengan bapak yang asik mengaduk-aduk nasi
tadi.
"Mau beli nasi goreng dek?" tanya bapak itu ramah.
"Nggak, saya mau beli bakso,ada gak?" Aku menoleh kearah
sosok yang barusan berbicara itu."Ya,saya mau beli nasi goreng
lah.Ngapain saya kesini kalau gak beli nasi goreng?" Lanjutnya
terkekeh pelan.
Aku kaget melihat siapa yang barusan berbicara dengan tidak
sopan.Dia Heaven.
"Iya juga sih,mau beli berapa dek?" Tanya penjual nasi goreng
itu lagi.
"Satu aja Pak!"
"Heaven? kok disini? kamu ngikutin aku ya?" tanyaku membuat
nya langsung menoleh padaku.
"Eh,Len.Kurang kerjaan kali ngikutin kamu". jawabnya.
"Ya, siapa tau"
"Kamu gak mau nanya kenapa aku disini gitu? " tanyanya
membuat aku menjawab.
"Kenapa disini?"
"Eh itu Heaven sama Inez!" tunjuk Trixy ke meja paling pojok.
"Terus?" tanyaku bersikap biasa saja.
"Gak panas?" tanya Trixy.
Aku menarik kursi lalu duduk di samping Trixy ,kami berdua
sama-sama menghadap ke meja Heaven dan teman-teman nya.
"Ngapain panas?" Aku mengedikkan bahu tidak peduli.
"Udah ahk,kamu mau pesan apa?" tanyaku.
"Apa ya?" soto aja deh lagi pengen makan soto"
"Minumnya?"
"Es teh lah,itu minuman favorit.Apapun makannya esteh
minumnya".
Aku memutar bola mata jengah "Enak ya kamu,udah aku yang
bayar aku juga yang mesen,dasar!"
"Punya temen baik,cantik,kaya ,ya dimanfaatin lah,biar kamu
berguna hahahaha" ejek Trixy.
"Awas aja, sotonya bakal aku kasih sambel sebaskom,biar bibir
kamu ndower" Aku beranjak dari tempat duduk untuk
memesan makanan.
Awalnya aku santai-santai saja saat berjalan melewati deretan
meja yang dipenuhi oleh segerombolan cowok.Namun lama-
lama aku merasa risih karena sebagian diantara mereka
semakin gencar menggodaku dengan siulan-siulan jahil atau
candaan yang tidak sepantasnya mereka ucapkan.
Ingin rasanya aku menonjok wajah mereka satu-satu .Tapi aku
harus menahan amarah,meladeni orang yang setengah
waras ,sama saja dengan membuang -buang waktu berharga.
"Cewek..Uhuy,gede amat anunya!"
"Heh.Cantik! Senyum dong,biar makin menggoda"
"Cantik,itu rok nya kok merah? bocor ya?"
DEG.
Jangan bilang aku bocor.Tidak.Tidak.Ngga lucu kalau itu sampai
benar-benar terjadi.Aku berhenti, kemudian berusaha melihat
rok bagian belakangku tanpa mempedulikan tawa menggelar
dari segerombolan cowok-cowok itu.
Aku mendengus lega "Untung gak bocor beneran"
"Hahaha.."
"Heh,cantik kamu bocor ya?" panggil salah satu diantara
mereka.Mau tidak mau aku langsung menoleh.Karena jelas-
jelas panggilan itu ditujukan untuk ku.Aku menoleh dengan
santai, meskipun sebenarnya perasaan ku sudah dongkol dari
tadi "Aku gak bocor!" tegas ku.
"Lah?" balas cowok itu terkekeh."Emang situ ngerasa cantik?
kok kamu yang jawab sih?haha.."
Aku mengepalkan tanganku kuat."Heh! maksud kamu apa?
becandain aku! Emangnya aku sebodoh cewek lain yang
biasanya kalian goda? hah?!"
Aku menggebrak meja dengan lantang.Tidak peduli mereka
cowok dan aku cewek.Tidak peduli juga, mereka segerombol
dan aku sendiri.
"Sinting! Geer banget jadi cewek!" Mereka semua tertawa
meledek. "Sana,ahhk, ngapain nyamperin kita? mau ngajak
nganu ya? hahaha.."
"Hahaha.. enak nih"
"Hahaha..."
"Maksud kamu?!" aku menarik kerah baju salah satu cowok
yang sedari tadi paling nyolot.Sebenarnya,aku malas jika ribut
begini.Tapi kalau mereka sudah keterlaluan aku harus turun
tangan.Kalau tidak, mereka bisa lebih meremehkan cewek lain.
"Kok ngamok?" cowok itu tersenyum penuh arti. "Daripada
kamu ngamok, mending kamu temenin aku tidur ntar malam,
berapa harga kamu?"
"Hahahaha..gratis kayanya"
"Jaga omongan kalian!" Aku menatap nyalang satu-satu
diantara mereka.Tidak ada rasa takut.Yang ada hanya rasa tidak
terima dan marah.
"Jaga omongan? Halah sok-sok nyuruh orang jaga omongan,situ
jaga keperawanan gak? paling udah jebol hahaha...iya gak
bro?"
"Hahaha... Iyalah"
Plak.
Aku menampar pipi cowok dihadapan ku itu dengan penuh
emosi.Seketika aku tersadar semua pandangan beralih
menatap kearah kami.
"Valent?" Trixy langsung berlari menghampiri ku.
"Len" Trixy menarikkku mundur.
"Lepasin Trix,Aku mau buat perhitungan sama cowok bajingan
yang bermulut nyiyir ini!"
Cowok itu berdiri, melangkah mendekati ku."Bajingan? siapa
yang kamu sebut bajingan?!" cowok itu mengangkat dagu ku
dengan satu tangan nya.
"Kalo aku bajingan, berarti situ?"
Teman-teman nya dibelakang menyahut " LONTEEE
HAHAHAHA..."
Napasku memburu tidak tenang.Aku berusaha melepaskan
cekalan tangan Trixy "Kalian pikir aku takut sama kalian?"
tunjukku tepat diwajah cowok itu.
Ia terkekeh."Kalo gak takut, yaudah ntar malam kamu temenin
aku tidur.Mau dibayar berapa? Biar mereka semua jadi saksi
berapa harga cewek lonte kayak kamu!"
"Kurang ajar!!" Aku mengangkat tangan ku,hendak memberi
sebuah tamparan lagi.Namun,gagal karena tangannku lebih
dulu ditahan seseorang.
"Jangan biarin tangan kamu kotor karena manusia kayak gini"
Aku menelan ludah kasar saat mengetahui siapa orang yang
ada dihadapan ku sekarang.Dia,Sean mantan pacarku.
Bugh.
Sean memberi satu bogeman mentah ke cowok yang menghina
ku barusan.
Bugh
Bugh
Bugh
Beberapa saat terjadi saling adu jotos diantara mereka.Sampai
akhirnya Sean membiarkan cowok brengsek dan teman-teman
nya itu pergi karena sudah babak belur oleh pukulan Sean yang
bertubi-tubi.
"Makasih" ucapku pada Sean."Tapi,lain kali kamu gak perlu
bantu aku"
Setelah mengucapkan itu,aku menarik Trixy pergi,dan mataku
tidak sengaja bertubrukan dengan mata Heaven yang sedang
menatap ku dengan tatapan...ahk aku tidak mengerti.
"Len.." panggil Sean.Namun aku sama sekali tidak
mempedulikan.
*****
"Aku bilang gak mau!!" sentakku menghempaskan cekalan
tangan Sean.
Sean tetap saja memaksa agar aku mau pulang dengan
nya."Len,ini mau hujan.Aku gak mau kamu kehujanan.Mending
aku antar kamu pulang sekarang"
"Budeg?" sarkas ku."Jangan pikir karena kamu tadi udah
bantuin aku,kamu jadi merasa sok jagoan dan berharap aku
bakal bersikap baik sama kamu!"
"Aku cuma mau nganterin kamu pulang karena aku khawatir
sama kamu Len.Apa aku salah?" Mata Sean menatapku sayu.
"Aku bela-belain ikut pindah kesini demi apa? demi kamu
Len..." mata Sean berkaca-kaca.
Aku tertawa sumbang. "Terus aku harus apa? harus kasih kamu
penghargaan?"
"Len,aku mohon.." Sean menyatukan kedua tangannya didepan
ku. "Kali ini aja,aku pengen boncengin kamu.Aku kangen sama
kamu Len.."
"Engga" aku tetap kekeuh pada pendirian awal.Aku tidak akan
pernah mau berurusan lagi dengan Sean.Tidak sengaja aku
melihat Heaven yang melewati depan halte.Aku berusaha
meneriaki cowok itu dengan lantang.
"HEAVEN!!"
Heaven memelan kan laju motornya kemudian menoleh
kebelakang.Menatapku sebentar dan putar balik.
"Heav,aku boleh nebeng gak sama kamu? bentar lagi hujan?"
Heaven melirik Sean sekilas "Nebeng?"
Aku menggangguk "Iya,Heav.Boleh ya? nanti aku ganti deh
bensin kamu!"
"Len..." lirih Sean."Kamu pulang sama aku.."
"Heav,boleh kan?"
"Len,aku mohon..." Sean terus memohon.
"Ayokk!" angguk Heaven.
"Len,pliss jangan kaya gini.."
Setelah itu dengan bantuan Heaven,aku naik ke motor
Heaven.Heaven melajukan motornya dengan buru-buru.
"Siapa?" Setelah terjadi keheningan yang cukup lama diatas
motor.Heaven membuka suara.
"Siapa? Maksud kamu?"
"Dia!"
"Oh Sean?"
"Itu cowok yang waktu itu di UKS juga kan?" tanya Heaven lagi.
"Hm.. kenapa nanya-nanya?"
"Pengen tau!"
"Dia itu mantan aku!"
"Oh.pantes"
"Pantes??" aku bingung.
"Pantes bego!"
"Bego?" beo ku lagi.
"Ngemis-ngemis cinta ke cewek,kamu juga!!"
"Aku gak begoo!! ihh"
"Kalo gak bego.Kamu gak bakal ladenin cowok brengsek
dikantin tadi"
"Itu karena dia kurang ajar!" aku membela diri.
"Terus kamu gak mikir gimana kalo dia dendam dan bakal apa-
apa in kamu?"
Aku terdiam.
"Sorry" Ucap Heaven tiba-tiba.
"Sorry karena kamu ngatain aku bego? Hahaha aku emang be.."
"Sorry aku telat nolongin kamu dikantin tadi!" potong Heaven
cepat membuat jantungku berdebar bukan main.
Bab 22.Felicity
"Selamat pagi,jodoh Leon!" Leon berdiri didepan ku dengan
cengiran konyol yang ia punya.
"Pagi,Le!!" sapaku balik.
"Ada tugas gak Len?" tanya Leon.
Plak.
Trixy langsung menggeplak kepala Leon dengan buku tebal
yang ada ditangannya."Modus banget,padahal udah tau kalo
gak ada tugas."
"Sakit anjir.Mukul orang kira-kira dikit!" Leon mengelus
kepalanya. "Nenek lampir diam aja,tutup mulut biar suara
cempreng kamu itu gak keliatan!"
"LEON IHK! NYEBELIN BANGET SIH?!" Trixy menarik rambut
Leon dengan kasar.
"Aduhh!! sakit monyet".
Semua yang ada didalam kelas tertawa,setiap hari memang
sudah menjadi makanan sehari-hari kami melihat Trixy dan
Leon yang selalu ribut begini.
"Lho? udah masuk sekolah? bukannya masih sakit?" tanya
Heaven baru tiba dikelas.
Heaven benar, sebenarnya aku memang masih sakit.Tapi aku
memaksa agar bisa pulang dari rumah sakit dan cepat
sekolah.Sejak terjadinya adegan ekhem kemarin.Aku benar -
benar tidak bisa tenang .Rasanya ingin cepat-cepat sekolah biar
bisa bertemu dengan Heaven.Eh?
"Em..aku udah sembuh kok" jawabku tersenyum.
Heaven mengangguk lalu duduk dikursi nya.
Aku menatap kearah Heaven.Entah sejak kapan aku begini,lebih
suka dan tenang saat melihat Heaven sedang duduk dikelas
dengan buku ditangan nya.
Seperti biasa,banyak siswi perempuan yang caper dihadapan
Heaven ,namun bukannya dilihat dilirik pun tidak.
Aku menoleh kearah Inez yang sedang mengajak Heaven
ngobrol.
"Heav,nanti pulang bareng yuk.Kamu lagi gak sibuk kan?" tanya
Inez.
Heaven menutup bukunya ,lalu melirik kearah ku,aduhh atau
mungkin dia sadar kalau sejak tadi aku memandangi nya?
"Boleh" jawab Heaven datar.
"Beneran yahhh..." kata Inez memastikan bahwa dirinya tidak
salah dengar.
"Heem" jawab Heaven singkat.
Inez melirik ke arah ku,lalu tersenyum kemenangan.Apa-
apaan??
"Dih,si Inez serem bener!" cetus Trixy yang juga menyadari
tatapan Inez padaku.
"Udahlah Trix,jangan cari masalah" tegurku.
*****
Bel pulang sudah berbunyi sejak beberapa menit yang
lalu.Semua murid sudah pulang.Hanya ada beberapa anak eskul
saja.
"Yakin Len? gak mau pulang bareng kita aja?" tanya
Trixy.Sebenarnya ini adalah pertanyaan kesekian kalinya yang
keluar dari mulut Trixy.
"Mending kamu ikut bareng kita aja Valen" Usul Papa Trixy.
"Gak om,lagian nanti saya juga mau mampir bentar ketoko
buku" ucapku.
"Beneran gak apa-apa?" Tanya Trixy lagi memastikan.
"Ya,ampun iya"
"Yaudah , kita tinggal yah" ucap Trixy sambil melambaikan
tangannya.
"Ngapain,kok belum pulang?" Itu Inez,yang ternyata sedang
bersama Heaven.
"Penting banget emang? kamu harus tahu?" jawabku ketus.
"Dih,songong.Ditanya malah ngegas!" ujar Inez.
Aku melirik kearah Heaven,lalu berjalan keluar gerbang sekolah
menuju halte,yang berada tak jauh dari sekolah.Kok aku kesel
sih liat Inez pulang bareng Heaven.
****"
Heaven Higher
Len
?
Aku didepan
depan mana?
Rumah km!
ngapain??
Keluar bntr!
Aku membuka tirai jendela kamarku,dan benar saja Heaven
ada disana.Bukannya tadi dia mengantar pulang Inez? Kok
sekarang disini.
Aku segera menghampiri Heaven yang masih duduk diatas jok
motornya.
"Ada apa? bukannya tadi kamu antar pulang Inez ya?!" tanyaku
sedikit nyolot.Aku juga sedikit terkejut kenapa sikapku jadi
seperti ini.
"Gak jadi" jawab Heaven membuat ku terkejut.
"Kenapa?" tanyaku penasaran.
"Dipanggil guru ke BK, karena lama yaudah aku tinggal" jawab
Heaven lagi.
"Terus kenapa malah kesini?"
"Pengen aja".
Aku menaikkan sebelah alisku pertanda bingung.Dia terkekeh.
"Nanti malam kamu free?" tanya Heaven datar tanpa ekspresi.
"Kenapa emang?"
"Jawab dulu!"
Aku tampak berpikir sejenak "Free kok"
"Nanti malam aku jemput jam 7"
"Mau ngapain?" tanyaku heran.Tumben sekali si es batu ini
mengajakku secara tiba-tiba.Tidak ada angin.Tidak ada hujan.
"Jalan"
Aku tampak bersusah-payah menyembunyikan rasa bahagia
"Oke"
"Aku balik"
"Hati-hati!"
Heaven tersenyum "Nanti gak usah dandan"
"Kenapa?"
"Aku gak mau kamu kelihatan cantik dimata orang,cukup
dimataku" jawab Heaven sembari menepuk-nepuk puncak
kepala ku.
"Ya,Tuhan!! jantungku mau copot!" pekikku heboh setelah
menatap kepergian Heaven dari hadapan ku.
*****
"Aku lama ya?" tanyaku melihat Heaven bersandar di pintu
mobil sembari betsidekap dada.
"Lumayan.Tangan kamu sini!" Heaven mengulurkan tangannya
kedepan.Aku masih terdiam tidak merespon masih mencerna
kalimat nya.Sehingga Heaven menarik tanganku lalu
menggenggam nya.
Heaven membuka kan pintu untuk ku.Membuatku menatap
nya bingung.Ini beneran Heaven? Membukakan pintu mobil
untukku padahal kemarin-kemarin tidak pernah melakukan hal
ini.
"Kenapa?" tanya Heaven karena bukannya segera masuk
kedalam mobil aku justru masih terdiam ditempat sembari
menatap kearahnya.Seperti orang linglung.
"Len?" tangan Heaven bergerak-gerak didepan wajahku.
"Oh,gak papa" cengirku tersadar lalu segera masuk kedalam
mobil.
"Gak papa kan?" tanya Heaven memastikan.
"Engga" gelengku. "Eh!" aku sedikit terpekik kaget saat Heaven
memasang kan seat-belt ku.
"Kita mau kemana?" tanyaku disela-sela keheningan.
"Rahasia"
"Pelit!" gerutu ku pelan.
Bab 23.Isi hati Heaven
Bab 24.Day 1
Bab 25.Day 2
"Kenapa ya kalo cowok-cowok di wattpad itu selalu wangi
mint?" tanya Leon random.
Aku bertanya balik "Lah,kamu baca wattpad?"
"Enggaklah,gila"
"Terus kenapa kamu tau kalo di wattpad cowok-cowok nya
wangi mint?" tanya Boby.
"Kemaren nanya Rara sukanya cowok yang kayak gimana,terus
dia jawab suka cowok yang wangi.Apalagi yang wanginya
mint.Biar kayak cowok di wattpad katanya".
Boby terkekeh "Oh,pantes Rara ngomong gitu.Itu kode buat
kamu Lee!"
"Kode paan?"
"Kode kalau kamu bau apek.Hahahaha"
Leon mengendus seluruh tubuhnya dengan rakus "Enggak
anjir.Wangi! Sembarangan!"
"Lagian jelas lah kalo di wattpad cowoknya wangi mint.Yakali
mau diceritain kalo cowoknya bau apek.Apalagi pemeran
utama .Gak bakal ada yang baca" Aku tertawa membayangi apa
yang kubicarakan pada Leon. "Yang mau baca keburu jijik!"
"Mau pesan apa?" Heaven mengalihkannya fokusnya
padaku.Tidak peduli dengan kedua temannya yang banyak
bacot.
"Kayak biasa aja". jawabku.
"Oke.Tunggu bentar" Heaven berdiri dari duduknya lalu pergi
memesan makanan.
"Makan" titah Heaven lembut sudah datang membawa
semangkuk rawon.
"Loh,kamu gak makan?" Aku melihat hanya ada satu mangkok
rawon dan satu gelas es teh dimeja.
Heaven menggeleng "Gak,aku belum laper.Nanti aku makan
kalau istirahat lagi"
"Kalo kamu mau.Nanti pas istirahat kedua kita makan bareng"
Heaven tertawa geli "Makan Len" ucapnya lembut.
"Heran,pesan rawon tapi cuma kuah sama nasi doang" celetuk
Heaven sepertinya menyindir ku.
Aku menghentikan makanku,menatap Heaven dengan raut
wajah cemberut. "Kan kamu tau aku suka banget sama rawon
tapi gak suka sama daging.Daging apapun itu.Mau ayam atau
sapi, kambing, semuanya aku gak suka.Makanya kalo aku
makan rawon cuma kuah sama nasi doang".
"Gak papa kalo gak suka daging.Yang penting kamu harus suka
sama aku" ujar Heaven pelan tapi aku masih bisa mendengar
nya dengan jelas.
"Uhukk-uhukk"
Heaven mengurkan minuman padaku "Pelan-pelan"
Aku menerima uluran Heaven.
"Makanya jangan ngegombal dulu,aku mau makan" kataku
setelah meletakkan minuman dimeja.
"Siapa yang gombal ?" dahi Heaven menyergit heran.
Aku berdecak "Ck! Tadi tuh apa kalo gak gombal? gimbal?"
Heaven tersenyum lalu mengusap-usap puncak kepala ku
dengan sayang. "Itu perintah yang harus kamu turutin"
"Jadi aku harus suka sama kamu?"
"Hm" angguk Heaven.
"Kamu emang suka sama aku?" aku bertanya lagi.
Heaven menggeleng "Enggak!"
"Ih,kok enggak sih?" kesal ku.
"Enggak suka doang,tapi cinta" kekeh Heaven.
Mendengar jawaban Heaven pipiku langsung bersemu
merah.Ah! kenapa sekarang Heaven suka sekali membuatku
salah tingkah.
"Em..aku boleh nanya gak?" tanyaku
"Tanya aja" jawabnya
"Sekarang hubungan kamu sama Papa kamu udah mulai
membaik ya?" tanyaku membuat nya langsung menoleh.
"Sebenarnya enggak juga sih"
"Kamu juga kelihatannya udah bisa menerima mama tiri kamu
dan Aska,bagus deh kalo gitu"
"Aku belum bisa menerima semua itu"
"Tapi kelihatannya kamu sayang banget sama Aska,kayak waktu
itu yang Aska hampir ketabrak!"
"Itu semua gak ada sangkut pautnya dengan Aska Len,yang
salah itu Papa dan mamanya,Aska gak tau apa-apa,kenapa aku
harus benci dia juga?"
"Emm.. ngomong-omong soal Aska gimana kabar dia pasti
tambah gembul" ucapku girang, membuat Heaven terkekeh.
"Dia juga terus nanya-nanya tentang kamu kapan kerumah"
"Ihkk kok kamu gak bilang sih sama aku Heav?!"
"Iya maaf,aku pikir kamu gak akan mau"
"Terus kamu jawab apa ke Aska?"
"Kakak cantik nya lagi sibuk, kapan-kapan katanya kesini"
"Kamu sayang banget ya sama Aska?"
"Dari dulu itu aku pengen banget punya adik,biar bisa diajak
main bareng" membuatku menjawab.
"Aku juga anak tunggal,tapi gak kepengen banget punya
adik,takut kalo nanti kasih sayang mama papa ga kebagi buat
aku lagi"
"Takut banget kayanya kamu gak dapet kasih sayang,gak
mungkin lah om tante bakal begitu" dia tertawa kecil.
Bab 26.Redamancy
Dengan waktu yang sangat mepet aku tidak sempat sarapan
cukup dengan roti sebagai bekal untuk berlari menghampiri
angkot yang sedang berhenti didepan komplek.
Menempuh perjalanan yang cukup lama menggunakan
angkot,sudah dipastikan aku pasti akan telat masuk kedalam
sekolah.
Aku mengusap pelipis ku yang dibanjiri keringat,menatap
gerbang yang sudah tertutup , Iyalah sudah pukul 7.30
"Pak!"
"Pak!!"
"Pak satpam!"
Aku berteriak keras didepan gerbang yang menjulang tinggi,
berharap agar pak satpam mendengar suaraku lalu berbaik hati
membiarkan ku masuk.
"Astaga,kamu ini baru datang?" ucap pak satpam, menatap ku
menggeleng kan kepala.
Aku meringis "Iya Pak,maaf kesiangan,boleh buka gerbang
nya?"
Aku mengembangkan senyum saat pak satpam membuka
gerbang untukku.Tidak berselang lama senyuman itu pudar
ketika Bu Ninu selaku guru BK berkacak pinggang menatap ku
tajam.
Aku berjalan pelan menghampiri Bu Ninu bersalaman agar
terlihat sopan, "Pagi Bu,maaf Valen terlambat"
"Berdiri dilapangan hingga jam istirahat berbunyi" kata Bu Ninu
datar tanpa ingin dibantah lalu pergi dari hadapan ku.
'kejam memang' batinku sedih.
Disinilah aku berada dibawah teriknya sinar matahari soalnya
hari ini sangat panas.Baju ku sudah basah karena dipengaruhi
keringat ,bayangkan saja berdiri dibawah panasnya matahari
hingga bel istirahat?
Aku yang sedang menunduk mendongakkan kepala saat merasa
bayangan seseorang berdiri didepan ku,sudah tau itu siapa.
"Panas?"
"Gak!" jawabku ketus.
"Salah sendiri" Heaven mengusap peluh didahi ku dengan
punggung tangannya.
"Kan bisa bangunin aku!" cabiku kesal.
"Udah ditelponin berulang kali" ucap Heaven menyentil dahiku
pelan.
"Sakit! udah tau ada luka dipukul lagi!"
Heaven menangkup rahangku dan menyipitkan matanya.
"Kenapa?" tanyanya mengusap kepala ku lembut.
"Nabrak pintu"
"Ceroboh!" Heaven secara perlahan mengusap dahiku.
"Pintu segede itu kamu tabrak? dipake gak matanya?"
Heaven menarik lengan ku.
"Mau kemana?" aku menghempaskan tangan ku dari
genggaman Heaven.
"Ikut aja"
"Gak mau!"
Heaven mengapit leherku.Aku berontak sedangkan Heaven
dengan santai berjalan menyeretku.
Menuju lantai teratas SMA Garnesia.
*****
Duduk disebuah kursi dengan hembusan angin semilir betapa
nikmat rasa itu.Aku sedang berada di rooftop sekolah akibat
paksaan Heaven,padahal aku sedang dihukum.Biarlah itu
menjadi urusan Heaven dengan Bu Ninu katanya.
"Hadap sini" Heaven membuka hansaplast bergambar harimau.
Aku menurut,dengan telaten Heaven menempel kan didahiku.
"Kalo kamu masih tidur diatas jam 10 gara-gara nonton,aku
hancurin laptop kamu" Ucapnya galak.Tapi tangan Heaven
masih setia mengusap kepala ku.
"Iya,engga lagi" aku mengusap hansaplast yang menempel
didahiku.
"Tidur jam berapa?" tanya Heaven menatap ku lekat.
Aku membuang pandangan, menatap mata tajam Heaven aku
tidak sanggup."Sekitar jam 2,aku gak sadar nontonnya sampe
jam segitu" kataku menyegir.
"Nyari mati?"
"Enggaklah" jawabku.
Heaven mencubit gemas bibirku,katanya sudah salah masih
berani jawab.
"Sakittt" aku memukul kuat tangan kekar Heaven.
Heaven mengangkat bahu acuh dengan santai menjatuhkan
kepalanya diatas pahaku,membuatku mendengus sebal.
"Aku tidur, istirahat bangunin" matanya sudah terpejam.
"Iya,tapi pinjem hp kamu aku mau main game" aku menepuk
pipi Heaven.
Heaven mengeluarkan ponselnya dari saku celana masih
dengan mata terpejam.Memberi hp berlogo Apple padaku.
Dengan senang hati aku menerima.Heaven itu baik dia tidak
marah jika aku menginstal game yang aku suka,bahkan tidak
dihapus oleh Heaven.
Candy crush,Pou,Cooking mama dan game favorit ku lainnya.
Setengah jam waktu berlalu tak terasa suara bel istirahat
berdering keras.
Aku menunduk melihat Heaven yang tampak nyenyak
tertidur.Menepuk pelan pipi Heaven "Heav,bangun udah bel
istirahat"
Kelopak mata Heaven bergerak "Hmm" gumamnya masih
dengan mata terpejam.
"Ayolah" Aku mulai bosan.
Heaven bangun dari tidur mengerjapkan matanya berulang kali
menetralkan cahaya masuk dalam netra mata.
"Ayo" ajak Heaven dengan suara serak khas bangun tidur anak
cowok.
"Ayo" dengan semangat aku berlari keluar dari rooftop.
"Gak usah lari Len!"
Bab 27.Bab Menyakitkan