Anda di halaman 1dari 52

SEBERKAS CAHAYA DI UJUNG SENJA

PART 11-20

PART 11 : Birth-day
10-06-2014 21:45
Kadang cinta ga perlu logika, biarkan mengalir apa adanya.
Kadang cinta ga ngerti kondisi, terus berjalan ketika saatnya berhenti.
Kadang cinta ga kenal waktu, terus maju tak tahu malu.

08 Desember 2007

Today is Her birthday, sekotak kado dengan dibungkus kertas kado berwarna merah, warna
kesukaannya, sudah gue siapin di dalem laci meja kantor gue sejak dua hari lalu.

Kado yang awalnya gue minta tolong Teguh untuk membantu mencari informasi mengenai
barang apa yang sedang Siska butuhkan dua minggu lalu itu, akhirnya gue dapatkan bukan
melalui Teguh, tapi dari ide gue sendiri setelah beberapa kali memperhatikan dan ngobrol
dengan Siska beberapa waktu lalu.

Jam setengah delapan tet, gue udah sampe ke kostnya, kemeja lengan pendek fit body dengan
warna biru muda bergaris, celana jeans yang sedikit terlalu panjang sehingga harus sedikit
gue lipat dibagian bawahnya, dan converse putih yang melekat di kaki gue.

Quote: “Budi?” ujar Siska sedikit heran waktu ngeliat gue berdiri di depan kamarnya, gue
Cuma senyum, dan mengangkat alis sebelah yang seakan berkata ke dia “what?”hehe

“Kok..rapi banget sih? Tumbenan pake kemeja, biasa juga polo shirt.” Ujarnya lagi

“udah, jangan terpesona gitu ah..” jawab gue

“Hahaha.. ya.. aneh aja sih, ga biasanya kan kamu serapi ini..”

“Nih..buat kamu..” ujar gue sambil menyodorkan bungkusan kado yang baru gue bawa
pulang kemaren malem setelah dua hari nginep di laci kantor.

“Eh? Apa ini?” Tanya Siska heran

“Udah, terima dulu aja.. ga mau neh? Kalo ga mau aku kasih ke orang lain..” ujar gue
godain dia
“Eh, jangan..haha” Siska ngambil kadonya dari tangan gue

“Happy Birthday ya, Ibu Ester Fransiska Wijaya.” Ucap gue sambil me-nyalaminya

“Eh, kok tau nama lengkapku?”

“Dulu awal-awal waktu pertama ikut kamu, sempet beberapa kali ngeliat kartu nama mu.”
Jawab gue, terlihat pipinya bersemu merah, mungkin dia merasa malu tapi juga seneng
ngeliat perlakuan gue ke dia.

“Ya udah yuk, berangkat sekarang..”

“Eh bentar Bud, aku belum buka kadonya..hehe” ucapnya sambil mulai membuka kotak
kado yang tadi gue kasih ke dia.

“Kalung?” Tanya nya setelah ngeliat isi kado itu

“Bukan, lumpia.. ya kalung lah neng kalo bentuknya kayak gitu..”

“Hahaha..maksudku, kok..kok kalung?” tanyanya sambil masih memandangi kalung yang


dia pegang

“Ya sayang aja ngeliat leher kamu yang putih gitu tapi ga ada hiasannya.hehe lagian kan itu
buat reminder kamu tentang aku nanti kalo kamu udah pergi, tadinya mau beliin baju tapi
cewek repot seleranya soal baju, jadi daripada salah beli dan akhirnya ga sesuai selera
kamu, mending beli aksesoris aja.
Gelang kamu udah ada, jadinya aku beliin kalung deh.” Jawab gue menjelaskan

“Kamu nangis?”

“Eh? Hah? Engga kok, kelilipan..” jawabnya sambil mengusap pinggiran matanya

“Hahaha.. ya udah, sini aku pakein sini..” kemudian Siska berbalik badan dan gue
pasangkan kalung berwarna silver dengan bandul yang berinisialkan namanya itu ke
lehernya.

Gue seneng banget pagi itu bisa sedikit ngasih surprise ke dia, tapi sebenernya belum selesai
sampai disitu, karena di kantor udah gue siapin satu surprise yang lainnya.

Quote: “Eh, kok? Ada kue di mejaku?” Ujar Siska heran sesampainya dia di meja kerjanya,
gue cuma senyum

Siska tertawa setelah membaca note yang terletak disamping kue itu

Quote: “Happy Birthday, again. Siska.


Jangan dihabisin sendiri kuenya kalo ga pengen jadi gendut.

Noted,
Mr. Cappucinno”

Ya, dia sering manggil gue Mr. Cappucinno karena kebiasaan gue yang selalu memesan itu
ketika kita ngopi bareng, dan dia? Tentu saja dia gue panggil Mrs. Frappucinno.

Quote: “Hari ini kamu banyak ngomong ‘Eh’ Sis..” ujar gue saat kita di pantry dan sedang
menikmati kue ultahnya, setelah beberapa saat lalu semua anak-anak kantor berkumpul
untuk mendoakan dia di hari ulang tahunnya ini.

“Hahaha..ya kamu itu yang bikin aku banyak ngomong gitu..”

“Btw, makasih ya Bud.. baru kali ini aku dapet banyak surprise waktu ultah..” tambahnya

“No need to thanks, Dear.. pleasure is mine.” Jawab gue sambil tersenyum ke dia

“U look handsome today..” ujarnya pelan

“U look pretty today..actually, everyday..” gue membalasnya, situasi sedang sepi, cuma
kita berdua disana.

Hampiiiirrr aja kita kissing di pantry, iya..hampir aja..seandainya si Teguh ga tiba-tiba masuk
dan merusak semua suasana itu.

Braaaakkk!! suara pintu pantry terbuka


Quote: “Siskaaaa... happy birth..” teguh ga jadi ngomong, karena gue dan Siska noleh ke dia
dengan tatapan yang shock dan kaget, dia sendiri juga kaget sepertinya

“Upss!! Sorii..soriii..merusak suasana ya??” tanyanya sambil nyengir tak berdosa

“Hahaha kenapa Guhhh..engga kok, sini sini gabung makan kue sinii..” jawab Siska ke dia

“Huh! Ni anak, awas aja ntar diluar ya!!” batin gue, sambil mengangguk n memasang
senyum pura-pura ke Teguh.

Akhirnya kita bertiga malah ngobrol disana bertiga...

Kebahagiaan pagi itu sepertinya terpancar jelas dari sorot mata dan wajah Siska, tampak dari
semangat dan matanya yang berbinar-binar setiap berbicara.

Quote: “Eh bentar ya, aku mau ambil handphone dulu di meja..” ujar Siska beberapa saat
kemudian, gue dan Teguh mengangguk

Baru saja Siska berjalan beberapa langkah mau keluar dari pantry, tiba-tiba

“Bruuuggggg!!” tubuhnya jatuh ke lantai, Siska pingsan di depan gue.

Gue dan Teguh langsung buru-buru menghampiri dan menggotongnya ke kursi. Matanya
terpejam, nafasnya teratur tapi gue bisa merasakan jantungnya berdetak kencang..

Quote: "Wake up, Siska!!"

PART 12 : Our First Kiss


12-06-2014 10:38
Gue dan Teguh langsung gotong Siska buat direbahin di meja makan, Teguh keluar buat cari
obat gosok atau minyak angin sedangkan gue masih di sebelah Siska sambil berusaha
membangunkannya.

“Ini Bud minyak anginnya!” ujar Teguh ketika kembali dengan tangan kanan yang
memegang minyak angin, disusul dengan beberapa anak kantor yang ikutan masuk pantry
karena penasaran dengan apa yang terjadi pada siska.

Gue ambil minyak anginya dan membuka penutupnya, ga lama gue tuangin sedikit ke telapak
tangan dan gue usapin ke bawah hidung, pelipis, dan belakang telinga Siska.
Dewi yang baru masuk sambil membawa jaketnya menutupi paha Siska yang waktu itu
menggunakan rok span warna hitam dengan posisi sedikit terangkat diatas lutut.
Quote: “Eh, Cindy, Amel, coba lo pijit kaki sama tangannya dah..” ujar Teguh ke Cindy dan
Amel yang berdiri di sampingnya, mereka berdua langsung menghampiri Siska dan memijit
tangan dan kakinya seperti yang diperintahkan Teguh.

“Siska kenapa Bud?” suara seorang pria yang muncul dari pintu pantry sedikit mengejutkan
kami

“Eh, ini pak.. tadi tiba-tiba pingsan..” jawab gue sambil menoleh ke arah datangnya suara,
ternyata pak Anton yang baru dateng penasaran juga melihat ada keramaian apa di pantry,
dari depan pintu dia menerobos masuk pelan untuk melihat keadaan Siska

Gue lihat ada gerakan sedikit dimata Siska, sepertinya dia mulai siuman, semua mata orang
disana sedang menatap Siska, udah kayak ngeliat orang mau lahiran aja, serius, tegang,
khawatir dengan keadaan Siska.

Muka pak Anton pun terlihat khawatir sekilas tadi waktu gue menoleh ke dia, wajar sih,
wanita yang sedang tidak sadar saat ini yang berbaring di atas meja di pantry ini, adalah salah
satu karyawati kesayangannya.

“Bud..” ujar Siska lirih sesaat setelah matanya sedikit terbuka, matanya memandang gue, ga
lama kemudian dia mulai bingung, kok ada banyak orang ngumpul di pantry dan semua
ngeliatin dia, mungkin dia lupa apa yang sedang terjadi.

“Yaa.. Sis?” gue jawab panggilannya tadi sambil mengusap lembut kepalanya, beberapa
senyum mulai merekah di wajah semua orang yang ada disana.
kalau tadi ekspresi mereka seperti sedang menunggu kelahiran, sekarang ekspresi mereka
seperti melihat seorang bayi dengan sehat telah berhasil dilahirkan. (perumpamaannya
kenapa orang ngelahirin ya )

Siska menggerakkan badannya, dia ingin beranjak duduk dari posisinya, gue pegang
tangannya dan beberapa orang membantunya memegang punggungnya.
Setelah Siska duduk dan sudah sadar sepenuhnya,

Quote: “Ini kenapa pada ngumpul disini?” Tanya nya heran, dijawab dengan ketawa semua
teman-teman disana.

“Hahaha.. Lo tadi pingsan noonnn..” ujar Teguh yang berdiri disamping gue sambil ngeliat
Siska.

Syukurlah Siska sudah siuman, gue udah deg-deg’an aja daritadi takut ada apa-apa
dengannya, bukan apa-apa, tapi gue memang takut aja kalo ada orang yang gue kenal, apalagi
yang deket ama gue, terus tiba-tiba pingsan di depan gue, gue takut mereka ga bisa bangun
lagi dan malah pergi untuk selamanya.
Agak lebay memang, tapi gue pernah mengalaminya sendiri, karena itu makanya gue jadi
parno kalo ada orang pingsan di depan mata gue.

Kejadiannya udah lama, waktu gue masih umur sekitar 10 taun, gue ngeliat kakek gue yang
sedang berdiri dan mau ngambil sangkar burung Muray Batu peliharaannya, malah terjatuh di
depan gue, dan setelah dicoba disadarkan dengan berbagai cara namun gagal akhirnya
diputuskan untuk memanggil dokter puskesmas di deket rumah untuk dateng, dan setelah
dokter memeriksanya sebentar, memegang pergelangan tangan kakek gue, ga lama dia
mengatakan kalo kakek gue udah ga ada, apa ga langsung shock semua keluarga yang ada di
kamar itu.
Sejak itulah gue merasa parno dan trauma kalo ada orang yang pingsan di depan gue.

Quote: “Kamu tadi kenapa? Kok tiba-tiba pingsan?” Tanya gue ke siska waktu kita keluar
bareng siangnya untuk appointment

“Iya, kayaknya darah rendahku kumat.. dari semalem udah puyeng sih, sampe ga bisa tidur,
apalagi ditambah tadi dapet surprise bertubi-tubi dari kamu, shock dah jadinya.” Jawabnya

“Hahaha, dasarr.. ya udah lain kali ga kasih surprise lagi deh, daripada kamu pingsan lagi..”

“Eh, jangan..jangan! becanda kok..” ujarnya

“Hahaha..” gue dan Siska ketawa.

Ga terasa waktu berjalan semakin cepat, entah hanya perasaan gue aja atau memang beneran
waktu sekarang itu jalannya lebih cepat daripada saat gue kecil dulu, padahal kalo dihitung
juga tetep sama, sehari 24 jam. Waktu gue dan Siska udah tinggal hitungan minggu, ga lama
lagi Siska akan ke Aussie mengejar gelar S2 nya disana.

Quote: “kok tumben kost mu sepi Sis?” Tanya gue waktu itu sepulang kerja nganter dia balik
kost.

kost yang memang diisi khusus pekerja ini memang jarang sepi kalo udah jam pulang kerja,
biasanya selalu ada beberapa kamar yang terdengar menyetel musik RnB atau dangdutan
yang di pojokan, tapi kali ini sunyi ga ada suara itu.

Quote: “iya, pada pergi kali ya..” jawab Siska sambil menaiki tangga

“Mau teh, Bud?” Tanya Siska menawarkan waktu gue lagi duduk di bangku depan
kamarnya
“Eh, boleh deh..”

Tak lama Siska keluar dan membawa secangkir teh dan camilan berupa biscuit coklat yang
selalu tersedia di kamarnya, Siska udah ganti pakaian, udah pake kaos santai warna kuning
tanpa kerah dan celana pendek bali yang tipis, biasa dipake buat dirumah, kacamatanya yang
masih melekat ditambah dengan rambutnya yang dikuncir kebelakang serta sedikit keringat
yang ada di dahinya membuat gue sempet terpana ngelihat dia.

Kita ngobrol sambil ngemil dan minum teh sore itu di depan kamar Siska, ya, gue emang
usahakan setiap kesana selalu diluar kamar, selain karena sungkan juga karena gue respect
sama dia, gue ga mau seenaknya nyelonong masuk kamarnya meskipun mungkin kalau gue
nyoba bakalan dibiarin aja sih sama dia, cuma ya tetep ngerasa ga enak aja.

“Jadi dari jaman SMK dulu sampe sekarang mantanmu udah 8 orang?Astaga..” ujarnya
setelah bertanya soal berapa kali gue pacaran

“Iya, 8.. seingetku sih.” jawab gue

“Hahahaha.. aseli dah, genepin sebelas Bud, biar bisa bikin kesebelasan ntar..hahaha”

“Masih cupu Sis, banyak kok anak yang seumuranku mantannya udah nembus angka dua
puluh lebih..”

“Hahahaha.. pacaran kok udah kayak koleksi baju aja, sampe puluhan lebih..ckck anak
muda..”

“Yeee, iya..iya, yang tua..” jawab gue

“Hahaha, dewasa! Enak aja tua.” Ujar Siska

Ya, sebenernya banyak atau tidaknya itu relative, ya kan? Ada yang bilang 8 tu banyak bagi
orang yang memang pacarannya sedikit, tapi itu mah dibilang sedikit kalo menurut Te eS
sebelah (suhu sat.rio ya kan bang? huahahaha.. peace )
Andaikan tokob*gus menerima jual mantan, para player pasti banyak yang mendadak jadi
jutawan.

Memang benar kata orang, kalau cowok cewek berduaan, maka yang ketiga adalah setan.
entah siapa yang memulai dan bagaimana ceritanya, mendadak bibir gue udah nempel dengan
bibir Siska, kacamatanya udah dilepas, tiba-tiba aja posisinya udah seperti itu, gue lupa
beneran waktu itu gimana awaknya. Cukup lama kita kissing, lebih tepatnya french kiss,di
bangku depan kamarnya, dan rasanya akan terus berlanjut atau malah lebih gawat lagi masuk
ke kamar, seandainya waktu itu Siska ga bilang,

Quote: “Ok…Enough…” dengan sedikit gemetar dan nafas yang berat, dia memundurkan
kepalanya perlahan
PART 13 : Uncontrolled
12-06-2014 23:12
30 April 2008

Hari ini hari terakhir Siska kerja, besok dia udah cabut dari tempat ini dan tanggal 10 Mei
besok dia udah harus berangkat ke Aussie karena ada test dan berbagai macam schedule
persiapan untuk kuliah yang bakal menyita banyak waktunya.
Duh! Gue pengen tanggal 10 ga cepet dating, kalo boleh di skip deh, karena gue pasti bakal
kehilangan banget hari itu.

Oya, pamannya Siska udah ga pernah kontek lagi, tapi hari ini, dia berniat dateng kesini
untuk membicarakan perihal keberangkatan Siska ke Aussie.
Tentu saja pamannya kaget waktu diberitahu sama Siska kalau Siska bakalan ke Aussie dan
dia ga menyetujui hal itu, malah dia bilang ke Siska lewat sms
Quote: “kamu ini sudah dirawat sampe gede tapi setelah gede malah kabur keluar negri, ga
ada balas budinya sama sekali” begitu katanya,
pengen gue jambak aja rasanya biar makin botak kepalanya.

Quote: “Jam berapa dia dateng sis?” Tanya gue ke Siska

“Malem bud, dia ikut kereta sore dari Jogja jadi sampe sini ntar sekitar jam 9 malem..”

“Terus? Dia nginep?”

“Iya, dia nginep.. awalnya maksa nginep di tempatku tapi aku bilang ke dia kalo kost ku ga
boleh ngajak orang lain nginep.. jadinya nanti dia nginep di hotel”

“Ya udah nanti aku temenin jemput ya, aku pinjem mobilnya kakakku aja ntar..” ujar gue

“Ga papa bud? Sorry ya kalo ngerepotin..”

“Udah sante aja, aku ga merasa direpotin kok..”

Hari itu Siska ga berangkat bareng gue, jadi kita pulang sendiri-sendiri. Sesampainya gue
dirumah langsung mandi dan nelpon cece (panggilan gue ke kakak) gue.

Quote: “Ce, pulang jam berapa ntar?” ujar gue di telepon

“jam tujuh'an kayaknya, kenapa?”


“Ntar pinjem innova nya ya..”

“Iya, tapi diisi lho ya bensinnya, kapan hari make waktu pagi diliat tinggal dikit..”

“Hahaha.. iya-iya, nanti sekalian diisi kok bensinnya..”

“Huu.. ya udah ntar diusahain jam 7 sampe rumah..”

“Oke, sip.. thanks yak”

Sebenernya gue males banget ngeliat pamannya Siska itu, bawaannya pasti kudu emosi kalo
ketemu dia, tapi gimana lagi..kalo dibiarin Siska berdua sama itu om bisa ga bener lagi itu
kelakuannya si om..

Jam 7 kurang kakak gue dateng, langsung gue pake mobilnya dan sms ke Siska nanyain udah
siap belum, memang pamannya baru dateng jam 9, tapi kita masih mau muter nyariin hotel
dulu buat dia.

Quote: “Mau cari di daerah mana ya Sis enaknya?” Tanya gue ke Siska setelah dia duduk di
mobil, sebelah gue

“Hmm, di deket-deket pusat kota aja Bud, biar kalo ntar malem dia kelaperan gampang
mau cari makan, ga perlu nelpon aku buat nemenin malem-malem..” jawab Siska sambil
membenarkan posisi duduknya

“Oh, iya juga sih ya.. ya udah ntar coba cari di daerah pangsud (nama jalan) situ”

Kita keliling kota naik delman istimewa, bukan, naik mobil kakak tercinta.. cukup lama
muter-muter di tengah kota, karena memang itu pas weekend jadi kebanyakan hotel pada full
booked. Setelah muter cukup lama, akhirnya nemu hotel juga yang cukup mahal sebenernya,
tapi ga papa lah daripada si om tidur ngemper di jalan ntar.. eh tapi bagus sih sebenernya kalo
dia ngemper, biar tau rasa.

20.50

Kita udah sampe di stasiun, sepuluh menit kemudian kereta yang dinaiki si om dateng, Siska
udah stand-by di pintu keluar tapi gue stand-by di luar mobil, sengaja gue ga ikut ke jemput
di pintu keluar.

Quote: “Malem om..” gue mengucapkan salam ke dia waktu sudah sampe di mobil

“Mas Budi ngapain kok ikut jemput? Saya kira Siska sendirian ini tadi..” sapaan gue ga
dijawab malah langsung keluar pertanyaan seperti ini

“Loh emangnya kenapa om? Lagian udah malem juga, skalian nemenin Siska..”

“Ya justru karena sudah malem, seharusnya mas Budi ga usah ikut jemput..”

Baru ketemu, udah bikin emosi aja ni orang, ujar gue dalam hati..

“Loh gimana sih om? Masak saya biarkan Siska ke stasiun malem-malem sendirian?”

“Udah.. udah, jalan aja yuk..” ujar Siska berusaha melerai kami, kita udah di dalem mobil
waktu itu

“Loh sendirian gimana? Kan di stasiun ketemu saya?” si om masih aja berniat
memperpanjang

“Pak, mbok sudah to, bapak ini dijemput ga terimakasih kok malah marahin Budi..!”
Sedikit sentakan dari Siska untuk om nya, gue tersenyum dalem hati

“Lho ya bukan marahin, tapi ya bapak ga suka aja kalo dijemput sama dia..”

“Oh, ya udah om, om turun aja dari mobil sekarang juga” dalem hati puengenn banget
ngomong gitu, tapi ga enak sama Siska, maka yang keluar dari mulut gue

“Oh gitu ya om? Kalo boleh tau kenapa emangnya kok om ga suka saya jemput?”

“Ya ga suka aja, niat saya ke sini itu mau ketemu Siska kok, bukan ketemu kamu..”

“Bapak!! Sudah, diem!! Kalo bapak ga mau dijemput ya sudah ini tak kasih alamat
hotelnya bapak naik taksi aja kesana nanti kita susul kesana..” ujar Siska tanpa menoleh
kebelakang untuk melihat pamannya.

“Hahahaha” ups! Gue keceplosan ketawa, langsung gue tutup mulut gue dengan satu
tangan dan ngelirik ke Siska sepertinya dia juga sedikit tersenyum.

Si om cuma diem aja, sambil mengalihkan pandangan ke jendela, memandang keluar,


mungkin sambil meratapi nasib, “alamat malem ini gagal dapet jatah lagi deh..” mungkin
itu yang terucap di hatinya..

Kita meluncur ke hotel, semua di mobil pada diem, Siska pun ga mengangkat bicara untuk
menanyakan soal keponakan atau bibinya di desa, mungkin dia sendiri masih jengkel dengan
tingkah pamannya barusan, sampe menanyakan sudah makan atau belum saja dia malas.

Quote: “Malem ini kamu nginep sini juga ya nduk..” ujar pamannya Siska sambil menoleh
sedikit, ketika udah sampe di hotel dan sedang perjalanan ke kamarnya, dia berjalan sekitar
dua jengkal di depan gue dan Siska

“Maaf pak, Siska ga bisa.. nanti malam mau nginep dirumah temen, udah janjian dari
kemaren..” jawab Siska

“Loh piye to, bapak’e mrene kok malah ditinggal..” (loh, gimana sih? Bapaknya kesini kok
malah ditinggal)

“Nggih pak, sepurane, Siska nggih mboten kepenak, soale mpun janjian dari kemaren
sebelum Siska tau kalau Bapak badhe mriki..” (Iya pak, mohon maaf, Siska juga merasa ga
enak soalnya sudah janjian dari kemaren sebelum Siska tau kalau bapak mau kesini..” ujar
Siska, pamannya cuma diem aja sambil terus jalan.

Beberapa saat kemudian kita sudah sampai di kamar, setelah beres-beres barang bawaan
pamannya, dia ngajak gue keluar sebentar, mau ngobrol berdua katanya

Quote: “Mas Budi, ini saya ngomong baik-baik ya.. mas Budi pulang aja sekarang..” ujarnya
ketika kita udah di luar kamar berdua

“Maksudnya?”

“Loh? Apa kurang jelas? Mas budi pulang aja sekarang.”

“Kenapa kok gitu om?” Tanya gue pura-pura bego

“Ya pulang aja, tinggalkan Siska disini, mas Budi silahkan pulang.”
“Sorry om, saya ga bisa ninggalin dia begitu aja, saya jemput dia di kost ya saya harus
bertanggung jawab nganterin dia balik dengan selamat di kostnya.”

“Eh kamu anak muda dibilangin orang tua masih ngeyel aja ya!!” dia melotot ke gue

“Kenapa? Om udah gatel ya? Om udah ga tahan? Dedeknya udah pengen keluar??”
akhirnya emosi yang gue tahan-tahan dari kemaren-kemaren udah ga bisa gue kontrol, kata-
kata gue pun udah kasar sekarang ke dia.

“Mas Budi kalo ngomong yang enak ya!! Sembarangan aja kalo ngomong!”

“Lah? Om apa ga nyadar kalo daritadi kata-kata om itu juga sembarangan ke saya..” ujar
gue emosi

“Dasar anak muda sekarang, berani-berani sama orang tua"

"saya tau Siska malem ini ga mau nemenin saya karena kalian mau pacaran kan?? Mas
Budi mau garap dia kan??”

Plaaakkkk!!

Satu tamparan keras dari gue mendarat di pipinya, tamparan yang udah ga bisa gue tahan
lagi setelah mencoba ditahan-tahan daritadi terpaksa harus gue lakukan karena
perkataannya barusan. Pamannya Siska Cuma terdiam sambil menatap tajam mata gue, gue
beralih dari dia.

“Sorry Sis, gue ga tahan, gue tunggu dibawah..” Ujar gue ke Siska yang waktu itu ternyata
keluardari kamar karena mendengar suara kami.

Ga lama Siska turun, kita jalan ke parkiran, Siska diem.. sepertinya dia marah sama gue
karena ngeliat perlakuan gue ke pamannya barusan.

Quote: “Sorry ya Sis buat yang tadi, aku terpaksa banget.. udah aku coba buat tahan-tahan tapi
ga bisa, aku emosi banget tadi apalagi kena kata-katanya yang terakhir.” Gue say sorry ke
Siska waktu udah di dalem mobil, mencoba menjelaskan motif kenapa gue sampe
ngelakuin itu ke pamannya, Siska cuma nunduk melihat kebawah.. kemudian..
“Bwahahahahahaha….” Dia malah tertawa ngakak sambil satu tangan menutupi mulutnya
yang lagi ketawa, gue Cuma bisa ngeliatin dia sambil terheran. Lah, malah ngakak ni anak,
maksudnya apa coba.. batin gue.

“Aku udah pengen banget ngelakuin itu ke dia dari dulu..hahaha tapi aku takut, takut
durhaka..hahahaha.. hari ini aku seneng banget ada orang yang ngewakilin aku buat nampar
diaa..hahahaha” Siska ngomong sambil terputus-putus karena ketawa.

“Heh? Hehe..hehe.. jadi.. jadi kamu ga marah??” Tanya gue yang sebetulnya masih heran
dengan responnya

“Hahaha, engga lahhh, malah mau say thanks sama kamu..hahaha”

Huffftttt… gue lega, karena gue udah takut aja Siska ngambek or jengkel karena sikap gue
tadi.. tapi ternyata seneng, tau gitu tadi ga cuman gue tampar dah..

PART 14 : Long Story


13-06-2014 17:19
3 Mei 2008

Quote: “Fiuuhhh… Just a week more, then I will not see u again..” Ujar gue ke Siska di tengah
percakapan kami di stasiun sore itu.

Hari ini Siska mau pulang klaten, dia mau ambil sisa beberapa barang dan buku-buku disana,
serta mau pamit sama Bibi dan kedua ponakannya sebelum berangkat ke Aussie, gue yang
dari kantor tadi langsung meluncur ke kostnya setelah jam makan siang dan nganterin dia ke
stasiun.

Quote: “Hahaha, relax dude. We can see each other again, but don’t know when..” jawabnya

“Palingan ntar aku balik kamu udah nikah bud, dengan cewek sipit, putih, kacamata’an,
tembem, rambut panjang..”

“Wuidihhh.. hapal bener tipeku..hahaha” jawab gue

“Palingan ntar kamu balik udah punya anak sis, putih, rambut pirang, imut, lucu, tembem..”
tambah gue
“Okeee, jadi bales ini ceritanya?”

“Hahahaha…” kita berdua ketawa.

“Habisnya kan disana banyak bule-bule, ganteng pula, masa inget kamu sama aku..” ujar
gue

“Hahaha.. paling begitu mendarat aku udah lupa sama kamu bud..”

“Wakakaka… masih untung kalo pas mendarat baru lupa, takutnya waktu sedikit
goncangan di pesawat udah lupa..huhu..”

“Hahaha.. engga lah Bud, sampe kapanpun kamu tetep punya tempat special di hatiku..”

“Halahhh..halahhh, gayamu Sis!”

“Hahahaha…” Siska ketawa

“Eh tapi beneran, serius ini.. kamu pasti akan aku inget terus, secara kamu satu-satunya
cowok yang nampar pamanku..”

“Hahahahaha asemlahhhh..”

Kedekatan gue dan Siska udah seperti seorang sahabat, iya, just it. Rasa cinta gue yang awal-
awal ke dia lebih dari itu perlahan sudah berubah menjelma menjadi rasa sayang seorang
sahabat ke dia, gue udah anggep dia seperti sodara sendiri. Sodara kok ciuman bibir? Ah,
sudahlah, jangan bahas kejadian itu.. gue khilap.

Quote: Tepat jam 4, kereta Sancaka Sore tujuan Jogja udah dateng di jalur 6, gue dan Siska
bergegas berdiri dan berjalan menuju peron,

“Udah? Ga ada yang ketinggalan Sis?”

“Kayaknya udah semua sih” jawab Siska sambil membuka-buka lagi tas nya, mengecek
barangkali ada yang tertinggal

“Dompet, tiket, hape, udah semua?”


“Udah kok..hehe”

“Ya udah, hati-hati di jalan ya, jaga barang-barangnya..”

“Oke..”

“Sampe sana ntar kabarin..”

“Siap boss!” jawabnya sambil nyengir

“Besok lusa jemput yak..hehe” ujarnya kemudian

“Beresss..”

“Thanks Bud..” ujar Siska sambil menyalami gue

“My pleasure..”

Siska berbalik dan berjalan memasuki peron, berhenti sebentar untuk pengecekan tiket
kemudian menoleh ke gue, tersenyum dan melambaikan tangannya. Gue bales senyum dan
lambaiannya.

“Perpisahan sementara.. sebelum nanti yang cukup lama..” gumam gue pelan dalam hati.

Setelah gue liat keretanya Siska mulai berangkat, gue beranjak dari tempat gue berdiri
ngeliatin kereta tadi, menuju ke sebuah kedai donat yang ada di dalem stasiun. Gue masih
males pulang, rasanya pengen nongkrong dulu sendirian disana.
Satu biji donat choco dip dan secangkir hot chocolate, menemani gue sore itu seperginya
Siska.

Quote: “Oit.. udah, ga usah nangis gitu, kek anak kecil aja..” Sms Siska waktu gue buka hape.
“Hahahaha.. kamu juga tuh, air mata dihapus dulu, dasar.” Bales gue

Quote: “Mama.. adek mau yang itu…yang cokelat itu maa…” rengekan anak kecil sekitar usia
5 taun pake jaket biru dengan rambutnya yang masih pendek dikuncir keatas, sedang
menunjuk ke salah satu donat yang ada di display, mengalihkan pandangan gue.
“Iyaa.. iyaa, bentar yaa.. mama panggilkan mas nya dulu..”

“Mas.. tolong ambilin donat yang ini yaa..” ujar mama nya ke salah satu karyawan disana
sambil menunjuk ke donat yang dimaksud oleh anaknya tadi.

Sh*t! kenapa bisa pas gini sih moment nya! Gue lagi mellow ditinggal Siska pulang kampung
malah disuguhi pemandangan mama dan anak kayak gini di depan gue. Bikin gue jadi sedikit
iri ngeliat mereka.

Quote: “Huuu.. Budi ga punya mama..Huuuu..” Perlahan-lahan terdengar sayup-sayup


teriakan itu di telinga gue

“Budi ga punya mama..huuu mamanya budi minggat huuuu…”


(pernah ngeliat atau nge-denger sekelompok anak kecil yang sedang mengejek temannya?
Ya, dengan nada seperti itulah pengucapan kalimat barusan.)
Itu adalah ejekan yang sering gue terima waktu kecil, setidaknya sampai kelas 4 SD.

“Aku punya mama!!!” gue teriak menjawab setiap ejekan mereka

“Manaa..? mana mamamu?? Hahaha..” mereka menertawakan gue, gue hanya bisa
menunduk dan merasakan beberapa tetes air mata mengalir dari mata gue

“Hiiii malah nangis, yeekkk… Budi cengeng yeekkk… udah ga punya mama, nangisan
pula..” ujar salah satu anak

Gue lari masuk ke kelas, duduk di bangku, melipat tangan ke atas meja, kemudian berdoa,
tentu bukan guys, gue menunduk dan menangis terisak disana. Sakit hati dengan setiap
ejekan mereka.

Bel pulang sekolah berbunyi, beberapa anak bergegas mengemasi buku dan memasukannya k
etas kemudian berlari keluar kelas untuk pulang. Berbeda dengan gue, gue sengaja lambat
mengemasi buku-buku, gue nunggu si anak yang tadi bilang gue cengeng untuk keluar kelas
duluan.
Setelah anak itu keluar kelas dan sudah berjalan melewati pagar sekolah, gue ngikutin dari
belakangnya tapi agak jauh.

“Byuuuurrrr!!!”

Suara yang keluar dari dalam selokan karena ada sesuatu yang jatuh disana, bukan sesuatu,
tapi seseorang. Seorang anak, anak yang tadi ngejek gue dan bilang gue cengeng, gue dorong
masuk ke selokan waktu dia lagi jalan kaki mau pulang.
Tak lama kemudian anak itu berdiri dengan baju dan celana yang kotor dan basah kuyup,
kemudian menangis.

“Huaaaa…. Huaaaaaa….” Suara tangisan khas anak kecil, gue cuman ngeliat dia puas,
dengan senyum sinis.

“sukurin lu, sekarang siapa yang cengeng?” ujar gue dalam hati.

Temen-temennya ada disana waktu itu, tapi cuman ngeliatin gue sambil melongo, mungkin
mereka ga nyangka kalo gue bakal bales dendam setega itu. Sejak itu gue ga pernah lagi
diejek sama mereka di sekolah.

Gue memang pendendam, pendendam sejak kecil. Ketika gue diejek dan di bully dengan
segerombolan anak yang gue tau kalau gue lawan gue pasti kalah, gue bakal nangis tapi diem,
diem dan seolah menerima dengan lapang dada setiap ejekan mereka.
Tapi nanti, nanti ketika ada kesempatan ketika salah satu dari mereka yang mengawali
mengejek atau ngebully gue lengah, gue akan lakukan pembalasan dengan kekerasan fisik ke
anak itu, dan gue belum puas kalo anak itu belum nangis sampe ngejer di depan gue. (nangis
sampe ngejer itu, nangis yang parah, sampe teriak-teriak)

Satu kejadan lagi, waktu gue udah kelas 6 SD. Gue dirumah punya temen yang rumahnya di
sebelah rumah gue, anaknya lebih tua dari gue, dia udah 2 SMP.
Di kampung gue waktu itu ada lapangan buat bermain, gue dan temen-temen kalo sore mesti
main futsal disana, dan dengan tetangga gue itu juga.

Waktu itu udah jam 5 sore, udah jadi kebiasaan buat gue untuk balik rumah kalo udah jam
lima, karena jam 6 bokap dateng, kalo bokap dateng ngeliat gue belum mandi dan belum
ngerjain PR gue pasti bakal dipukulin habis-habisan. So, gue pamit ke mereka.

Tapi tetangga gue ini, dia ga ngijinin gue pulang, waktu gue mau ambil sandal yang gue taruh
di pojokan, malah dia lari duluan dan ngambil salah satu sandal gue

Quote: “Ayo.. sini, ambil sandal lo kalo mau pulang..” begitu katanya

“Plis.. udah, jangan main-main.. gue mesti balik karena ntar lagi bokap pulang..”

“Hahahahaha..” mereka malah tertawa, ada sekitar 5 anak disana

Gue samperin tu anak, mau ngambil sandal, eh sandal gue malah dioper ke temennya, gue
kejar ke temennya, dilempar lagi ke temennya yang lain, cukup lama gue berusaha
ngedapetin tu sandal, tapi selalu gagal.

“Ok, gue nyerah. Gue pulang sekarang, liat aja ntar.” Ujar gue dalam hati
gue berbalik dan mau melangkah pulang tanpa sandal

“Hei, Bud!” teriak anak tetangga gue, gue noleh, kemudian gue ngeliat tu anak ngelempar
sandal gue ke atas pohon mangga.
Gue cuman ngeliat sesaat, gue balik badan dan melangkah pulang, terdengar mereka tertawa
dibelakang gue.

Malemnya, sekitar jam 7, setelah gue selesai belajar dan kerja PR, gue pamit sama bokap
mau keluar sebentar ada urusan sama temen.
Gue kerumah tetangga gue itu, gue liat dari jauh, dia lagi asik nonton tv, gue masuk ke
rumahnya pelan-pelan (pintu masuk itu di depannya tv, jadi kalo orang lagi liat tv ga tau ada
orang masuk karena membelakangi pintu.)

Sampai tepat di belakangnya, gue jambak rambutnya.

“AAAAAAKKKKKK!!”

teriakan yang cukup kenceng keluar dari mulutnya, ga lama kemudian gue liat dia nangis
kesakitan.

Gue ga berhenti sampai disitu, gue seret dia, sambil tetep ngejambak rambutnya, gue seret
sampe ke lapangan,diliatin orang-orang tapi gue ga peduli saking emosinya, tangisannya
makin keras,

sesekali dia berteriak “lepasin gue, lepasin gue!! (udah kayak mau diperkosa aja ni anak) dan
jambakan gue juga makin kenceng jadinya, karena tubuhnya berontak pengen lepas,
tangannya memukul-mukul genggaman tangan gue di rambutnya.

Quote: Setelah sampai di bawah pohon mangga, gue bilang ke dia,


“Lepas sandal lo!” posisi dia masih menunduk karena masih gue jambak, perlahan dia
ngelepas sandalnya

Setelah kedua sandalnya gue pake, gue lepasin dia, dia berdiri, masih sesenggukan,
matanya merah, rambutnya acak-acakan.

“Sorry bud..sorry..” Cuma itu yang keluar dari mulutnya sambil nangis
Gue balik badan dan melangkah pulang,

“Oya, ambil aja tu sandal di atas pohon kalo lo mau..” ujar gue sambil setengah berbalik
badan ke dia, kemudian gue lanjut jalan pulang rumah.

If u make me cry, I will make u cry. Out loud.

Ah.. cukup lama rupanya gue ngelamun barusan, hot chocolate di depan gue sampe udah ga
hot lagi, hampir jam enam gue liat arloji.
Setelah memakan donat dan menyeruput coklat pesenan gue tadi, gue ambil tas dan beranjak
pergi.
See u later, Sis..

PART 15 (a) : Kenang-kenangan Darinya


14-06-2014 11:37
Quote: “Budiiiiiii…………..!!!” Teriak Siska histeris siang itu waktu ngeliat gue

“Siskaaaaaaa…………!!! Kita jadi kayak orang gila yang lagi reuni di stasiun

Iya, hari ini Siska balik, setelah kemaren lusa dia pulang kampung untuk pamit sama bibi dan
kedua ponakannya sekalian mau ambil beberapa barang dan buku-buku di rumahnya. Seneng
gue ngeliat Siska lagi, rasanya udah kayak lamaaaa banget ga ketemu.

Quote: “How’s your days, miss frap?” Tanya gue *frap for frappucinno

“Hahah.. Well, not bad mister cap.. just a lil’ bit problem with my uncle, like always.”
Jawabnya *cap for cappucinno

“Gimana dia?”

“Ya marah-marah ga jelas gitu selama dirumah, bilang yang aku anak durhaka lah, tidak
tau diuntung lah, sampe Bibi ikutan emosi waktu denger dia marah-marahin aku..”

“Hmm..”

“Kemaren malem sempet waktu udah pada tidur semua, dia ke kamarku..”

“Oya? Terus?”

“Aku kan udah tidur, ya ga tau kalodia masuk kamar, tiba-tiba kok kerasa kayak ada yang
ngraba-ngraba pahaku..”

“Terus?”

“Ya aku melek lah, eh dia udah duduk di samping kasur ngeliatin aku sambil mupeng
gitu..”
“Hahahaha.. terus? Kejadian?”

“engga bud!,aku udah berani nolak.. Hahaha.. biar dah, mau di cap durhaka atau ga tau
bales budi aku udah ga ngurus, toh aku ntar lagi udah ga ketemu lagi sama dia..”

“Hahaha…. Bagus.. Bagus..”

“Iyalah, aku langsung bangun n bilang ke dia,

“pak, jangan seperti ini terus, kasian ibu, lagian bapak juga udah punya dua anak yang
pada mau beranjak remaja, apa bapak ga takut karma? Kalo bapak ga bisa hargain Siska,
minimal bapak jagalah perasaan Ibu, apa jadinya coba kalau Ibu tau soal ini? Bakal
kecewa dan sakit hati seperti apa dia nanti sama bapak? Terus belum lagi dengan Jodi
sama Sinta, gimana perasaan mereka kalau tau tindakan bapaknya seperti ini?”

Terus dia diem. Mukanya dilipet. Habis itu ngacir keluar kamar..hahahaha..”

“Hahaha.. semoga perkataanmu menyadarkannya ya, jadi dia tobat dan kembali ke jalan
yang benar..”

“Amin..amin..” jawab Siska

“Eh yuk, makan dulu dahh.. laper nih tadi pagi ga sarapan..” ujar gue

“Boleh dah, eh tapi bentarr… naruh tas dulu yak, capek nih bawa-bawa barang segini
banyak..

“Okeyy..” Gue dan Siska cabut dari stasiun menuju kostnya.

Hawa panas siang ini terasa sejuk bagi gue karena ketemu Siska, tapi gue sadar kesejukan ini
ga bisa bertahan lama, lima hari dari sekarang gue bakal kehilangan dia lagi, kehilangan
untuk waktu yang cukup lama…

Quote: “Satu frappucinno tanpa whip cream, dan satu cappucinno extra choco” Ujar Siska ke
salah satu pelayan di coffee shop langganan kami
“Eh..mas..”

“Iya?”

“Nambah satu fruit salad deh..”

“Oh, baiklah..”

Siska kembali memandang gue

“Oke, so now it’s your turn to tell me how’s your days..” kata Siska ke gue

“Aku? Ya begitulah.. Teguh yang semakin perhatian, pak Anton yang masih galau karena
kamu tinggalin, dan anak-anak kantor yang pada ribut karena bulan depan ada perubahan
harga..”

“Heii.. I’m asking you.. malah dijawab kabarnya anak-anak..hahaha”

“Hahaha.. aku ya? ehm.. ehm.. bingung mau jawab apa nih, ga ada yang mesti diceritain
soalnya..”

“Oya, sungguh? Bener?”

“He’em..”

“Ya udah kalo gitu ceritain gimana nangismu waktu aku pulang kemaren..”

“What?? Eh aku ga nangis yo..hahaha sok teu dah.. kamu tuh waktu di kereta pasti nangis,
ya kan? Ya kan?”

“Hahaha.. sialan..”

“Honestly.. I miss u..” ujar Siska pelan sambil senyum ngeliat gue

“Hmm? Apa??” Tanya gue


“Huhhh, Budddiiii, udah deh, ga ada siaran ulang!” ujarnya jengkel

“Wahahahaha…”

“I miss u too..” ucap gue lirih sambil ngeliat dia.

Secangkir cappucinno terakhir bersamanya di penghujung senja..

Quote: “Fiuuuhh…!! akhirnya beres juga packing buat besok..”

“Gilaa.. 3 tas gede, satu ransel, sama satu tas punggung.. seriously??” Tanya gue

“Hahahaha.. kenapa? Banyak banget ya?hihihi.. secara ya bud, aku disana itu ga tau sampe
kapan, jadi ya aku bawa aja semua yang sekiranya aku butuhkan..”

“Ini bukan semua sekiranya yang kamu butuhkan Sis, tapi semua yang ada di kostmu.. tuh
liat, yang ada di kamar mu tinggal dua botol aq*a kosong dan satu botol semprotan nyamuk
yang tinggal sedikit, ranjang ga dibawa sekalian?”

“Hahahaha.. kalo itu punyaku, mungkin aku bawa..”

“Alamakk..!!”

Malem itu gue di kost’nya Siska, bantuin dia beres-beres dan packing buat besok, besok jam
6 pagi gue udah harus jemput dia untuk langsung meluncur ke bandara..

Quote: “Eh bud..”

“Hah?”

“Aku punya sesuatu buat kamu..”

“Apa’an?”

“Sek to, merem’o sek..” (bentar dong, merem dulu) kata Siska, gue merem, deg-deg’an,
“jangan-jangan gue mau diperkosa”, ah, imajinasi liar gue kumat.

“Udah, buka mata..”

“Taraaaaaaaaa!!!” teriak Siska di depan gue

“Apaan ini?”

“Lahhh..”

“Handuk? Kok kecil??” ujar gue menanyakan secarik kain yang terlipat diatas telapak
tangannya

“Ini namanya ‘Quilting’, jahitan dari beberapa kain perca yang dibentuk jadi motif atau
gambar tertentuuu.. begituu koko Budiiii.. bukan anduk!!”

“Wahahaha, asem, situ yang lebih tua malah manggil aku koko.. oh, jadi gitu.. terus ini
kamu pesen dimana?”

“Enakk aja pesen, aku bikin sendiri inii.. kemaren waktu dirumah ga ada kerjaan, jadinya
aku bikin ini aja..”

“Wuih.. jahit sendiri? Kereennn..” ujar gue sambil ngambil kain yang di pegangnya itu, gue
jabarin dengan kedua tangan, ada tulisan nama gue terbentuk disitu

“Gimana? Bagus ngga?” Tanya Siska

“Bagus, bagus banget.. bikin lagi gih, lumayan bisa dijual..”

“Huuhhhh!!”

‘Hahahaha…” gue ketawa ngeliat dia cemberut karna kata-kata gue barusan.

“Thanks ya..” bisik gue sambil mencium pipinya

“You are very welcome..” jawabnya pelan


10 Mei 2008

(skip aja ya?hahaha)

PART 15 (b) : Last Chapter of, Siska


14-06-2014 18:05
10 Mei 2008

Suara deru mesin mobil sudah meramaikan garasi rumah gue, jam setengah lima subuh, gue
udah mandi dan manasin mobil.
Hari ini hari keberangkatan Siska ke Aussie, hari dimana seorang wanita yang udah
menghiasi hidup gue selama 9 bulan terakhir ini pergi menuntut ilmu ke negri kangguru.

Quote: “Bangun Mr.Cap..!!” Sms Siska jam 4 tadi

“Already wake up, nona bawel..” balesan gue

Agak Susah buat gue mejemin mata semalem, gue baru nyampe rumah setengah dua belas
setelah bantuin Siska berkemas buat hari ini, jam tiga gue baru berhasil merem, jam empat
kurang udah kebangun, tidur macam apa itu.

Dengan mata yang sedikit hitam di bagian bawahnya, polo shirt warna biru, skinny jeans dan
converse kesayangan, gue nyetir mobil menyusuri jalanan kota yang masih sepi, hanya
terlihat beberapa orang yang mau buka lapak di pasar atau sekedar belanja disana.

Uhhh, cuaca masih sangat dingin ditambah dengan ac di dalem, gue buka kaca jendela, terasa
udara pagi masuk berhembus meniup wajah gue. Seandainya ini sinetron, gue bisa bayangin
waktu adegan ini pasti sang sutradara mengeditnya jadi slow motion.

Pikiran gue melayang waktu awal-awal gue ketemu Siska dulu, moment-moment waktu gue
ngopi bareng dia, nonton transformers, jalan bareng, karaokean bertiga sama Teguh, gue
inget setiap kejahilannya, setiap kebawelannya, ekspresinya waktu ketawa, suaranya,
sentuhannya..
Dammmnn..!! pagi-pagi udah mellow gara-gara cewek..

Quote: “Udah semuanya?” Tanya gue setelah membantunya mengeluarkan tas terakhir dari
kamar kostnya

“Udah.. eh bentar-bentar..” Siska balik masuk kamar lagi

“Yuk.. berangkat..” ujarnya setelah menutup pintu kamar kost nya


“Ga pamit dulu?” Tanya gue

“Sama sapa?”

“Sama cicak di dinding kamarmu..”

“Hahahaha..” dia ketawa

Kita jalan turun, gue harus naik turun 2 kali untuk bawa tas nya yang gede satu-satu, setelah
semua udah masuk bagasi, kita pun masuk mobil dan meluncur ke bandara.

Gue noleh ke Siska sebentar waktu di dalem mobil, melihatnya, memastikan kalung
pemberian gue dipakai dia. Dan ternyata memang dipakai, udah genap 5 bulan ini kalung itu
menghiasi leher putihnya..

Quote: “Kenapa? Kok senyum-senyum sendiri?” dia nyadar gue barusan ngeliat dia sambil
senyum

“Ah? Enggak.. perasaanmu saja..” ujar gue ngeles

Kaos warna kuning dengan gambar emoticon smile yang dia pakai pagi itu, jeans 7/8
favoritnya, dan rambut yang masih sedikit basah terurai menambah kecantikannya.

Quote: “Brrr.. Dingin banget yak pagi ini, tumbenan..” ujarnya sambil menyisir rambut
panjangnya

“Iya, dingin.. kamu mau pergi soalnya..”

“Yee, bisa ajaa.. apa hubungannya coba?”

“Hahahaha..”

“Aku ntar kalo ngopi sama sapa?” Tanya gue

“sama teguh..” jawabnya

“Aku ntar kalo makan malem sama sapa?”

“sama Teguh..”
“Aku ntar kalo berangkat sama pulang kerja sama sapa?”

“sama Teguh..”

“Aku ntar merit sama sapa?”

“SAMA TEGUHHH…bwaahahaha..” ngakak dia karena pertanyaan gue yang barusan

“Asem.”

Jam setengah tujuh kita udah sampai di bandara, jalanan sepi, tapi bandara udah ramai jam
segitu, dipenuhi dengan orang yang mau berangkat, orang yang baru dateng, juga dengan
orang yang mau menjemput atau mengantar.. sayangnya gue di posisi orang yang mengantar
waktu itu..

Quote: “Check-in dulu sis, ntar keluar lagi..”

“Oke, tunggu ya..”

Siska masuk ke dalem dengan dibantu porter membawakan tiga tas besarnya, gue nunggu
diluar, di tempat duduk dekat café di dalem bandara

Quote: "Selesaaiiii… yukk!!” Siska berteriak sambil nyengir ketika menghampiri gue, ga ada
raut kesedihan di wajahnya, tas nya udah masuk bagasi, tinggal satu tas di punggungnya.

“Yuk, sarapan disana aja ya..” ujar gue sambil menunjuk salah satu tempat makan di deket
situ

“He’em..” jawabnya sambil mengangguk, poni tipisnya melambai seiring anggukan


kepalanya

Satu nasi goreng dan satu mangkok bubur ayam ditemani dua gelas teh manis panas, menu
kita pagi itu.

Selesai makan, gue liat arloji, udah jam delapan kurang lima, gue dan Siska keluar dari
tempat makan dan jalan gandengan, kemudian duduk di salah satu kursi yang ga jauh dari
pintu masuk check-in room
Agak lama kita diem-diem’an, gue noleh ke Siska, dia nunduk, tangannya mengusap mata.
Quote: “Hei.. don’t cry..” ujar gue sambil memeluk pundaknya

Dia berbalik ke gue dan memeluk gue

“Aku ngga nangis.. Cuma kelilipan..” katanya

“Hahahah..” gue ketawa, tapi mata gue mulai panas

“Promise me you will always remember me..” bisiknya lirih sambil masih meluk gue

“I did, before u asking me..” jawab gue

“Thank you..”

Gue cium kepalanya..

Jam delapan lewat lima belas, gue anter Siska sampe depan pintu masuk, satu pelukan hangat
terakhir darinya yang membuat air mata gue udah ga tahan lagi buat ga netes.
Dia melepaskan pelukan, mengecup pipi gue dan membisikkan satu kata yang masih gue
inget sampe sekarang.

Quote: “I’ll come back to see u later, right here.” Setelah membisikkan itu dia ngeliat gue,
senyum, masih dengan air mata yang menetes, dia berbalik dan berjalan, sempet menoleh
sebentar dan senyum ke gue, sebelum akhirnya masuk ke dalem.

“I’ll waiting for that moment, ..” gumam gue dalam hati

Spoiler for Someone said:

Beeeppp….beeeppp.. hp gue geter, ada sms masuk

Quote: “Jangan nangis, ntar mbak-mbak penjaga toko roti yang dari tadi ngeliatin kamu jadi
il-feel” gue langsung noleh, ngeliat gerai roti di sebelah kanan gue, ada satu penjaganya
yang lumayan, sedang terlihat salah tingkah karena dia sadar ketauan ngeliatin gue, busett
ni anak notice aja ada mbak-mbak cantik yang lagi ngeliatin gue.
“Hahaha, kayaknya lumayan, next target boleh tuh..” bales gue

“Huuuhh!! Udah ah, mau masuk pesawat. Bye!”

“Hahahaha…take care miss frap, kabarin kalo dah disana, keep in touch."

Gue masih tetep kontak sama Siska selama dia di Aussie, YM dan MSN adalah dua media
yang sering kita pake dulu buat chat sama webcam’an. Sempet lost beberapa bulan karena dia
prepare mau UAS, dan ada tugas membuat makalah atau apa, gue lupa. Tapi setelah beres
semua, dia ngontak gue lagi.
Spoiler for 12 Desember 2013:
12 Desember 2013

Gue lagi perjalanan ke bandara buat jemput Siska, semalem dia udah message lewat FB
bilang kalau malem ini nyampe disini

“Budiiiiii… besok jam delapan malemmm, lu kudu udah stand-by di depan pintu keluar, lu
harus di barisan paling depannn!! Okeee???” message nya kemaren.
seeetttdah, landing baru jam sembilan, jam delapan gue udah disuruh stand-by disana.ckckck

Quote: “Budiiiiiii….!!!”

“Siskaaaaa….!!! Oke, reuni orang gila udah pindah tempat, bukan di stasiun lagi, di
bandara sekarang

Dia sedikit berlari menghampiri kemudian memeluk gue, di tempat yang sama waktu dia
pergi dulu, tapi lokasinya berbeda. Ya, Siska memenuhi ucapannya ke gue waktu sebelum
berangkat.

Quote: “Ehhhh, jadi genduuuttt kamuuu..hahahaha” ucapan yang keluar dari mulutnya ketika
melepaskan pelukannya

“Makasihhhh, kamu jadi makin pendek ajaaa…” jawab gue

“Wakakaka…sialannn… menyusut dongg..”

“Yukkk ngopii yukkkkk…” ujarnya sambil menggeret gue

"Baru juga nyampe udah ngajakin ngopi -_-"

Ga ada yang berubah dari diri Siska, selain kulitnya yang sedikit lebih cokelat dan rambutnya
yang lebih pendek dibanding dulu waktu pergi. Sisanya? Masih seperti Siska 5 taun yang
lalu.
Oh iya, kalung pemberian gue masing terpasang indah di lehernya, menyenangkan. Quilting
pemberiannya masih gue simpen, gue pigura, gue tempel di kamar.

Siska udah punya cowok di Aussie, bukan, bukan bule.. sesama mahasiswa dari Indonesia.
Gue juga udah punya cewek, cowoknya akrab sama gue, cewek gue juga deket sama Siska,
persahabatan kita masih berlanjut sampe sekarang.

Selasa minggu kemaren baru aja gue keluar ngopi bareng lagi sama dia, bedanya kali ini ga
berdua, tapi ber’empat.hehe. Maret kemaren dia dan cowoknya udah balik ke Indo, bekerja di
salah satu perusahaan besar di kota kami bertemu dulu.

Siska tau gue hobi nulis, beberapa tulisan gue sempet gue kirim by email waktu dia masih di
Aussie dulu.
Dan cerita ini, tulisan gue yang sedang kalian baca sekarang ini, special request dari dia.
Draft asli nya udah gue email ke dia sekitar dua taun yang lalu, tapi gue remake dan revisi,
lalu gue share disini.

PART 16 : The Beginning


19-06-2014 12:53
Quote: “Bud..”

“Budi..”

“Bud.. Woyyy!!! Suara cowok manggil gue disertai dengan satu goncangan yang cukup
ngagetin gue yang lagi ngelamun siang itu.

“Eh.. apaan sih lo ah, ngga ngenakin orang ngelamun aja” jawab gue setelah sadar

“Ya elah, siang bolong gini malah ngelamun, kesambet lo!” ujar teguh disebelah gue

“Ngelamunin siapa lo? Siska? Udahlah, relain aja..anggap aja bukan jodoh” tambahnya

“Sembarangan, bukan tau..Eh, mana nasi gue? Bukannya tadi gue nitip beliin nasi campur
di depan ya?”

“Lah, tuh di depan lo..udah daritadi kalee, lo sih ngelamunin Siska mulu..” ucapnya

“Oh..hehe.. Kirain lo lupa” jawab gue sambil nyengir, kemudian meraih nasi bungkus di
depan gue yang barusan di beliin Teguh.

Udah dua minggu Siska pergi, kita masih komunikasi lewat chat sih tiap malem, tapi tetep
gue kangen sama kehadirannya, gue kangen cubitannya tiap gue kerjain dia, yah.. tapi gimana
lagi, masa gue ngelarang dia ke Aussie buat ngejar cita-citanya.
Temen gue dikantor tinggal Teguh, temen deket maksudnya, kalo yang lain hanya sekedar
kenal aja.

Quote: “Ntar ada appointment lo?” Tanya Teguh waktu ketemu gue di pantry

“Ada, ntar sorean.. lo ada?” gue tanya balik

“Ga ada sih, ntar gue ikut lo aja ya? Males mau pulang, ga ada acara juga sih hari ini..”

“Waduh, grogi gue, didampingin senior..ahahahaha..” jawab gue ketawa

“Ahahahaha, kamprettt! gaya lo..”

Sore ini gue ada appointment dengan seorang wanita di rumahnya, melihat alamatnya
tampaknya dia orang yang cukup kaya, tinggal di pemukiman elit. Jam setengah empat
kurang gue dan Teguh menuju ke lokasi yang kemaren sudah diberikan dia melalui telpon.

Setelah cukup lama berputar-putar dan bertanya-tanya pada satpam setempat, bermodal
motor supra, goncengan dengan Teguh di belakang, kita menyusuri barisan perumahan besar
yang berseberangan.
Akhirnya ketemu juga, BK 42-43 rumah dengan tembok dan pagar yang dicat putih, dari
depan sekilas terlihat SLK R171 silver terpakir di halaman depan rumahnya, rumah yang
megah dengan mobil mewah.

Quote: “Gila, dapet contact dari mana lo Bud?” ujar Teguh seturun dari motor sambil
memandang terpana rumah di depannya

“Hahaha, gue juga ga tau kalo segede ini rumahnya bro, mana kita cuma naik motor,
kebanting dah!”

“Hahahaha iyakk, tau gitu tadi lo minjem mobil kantor aja ya..”

“Iya.. yuk ah!” ujar gue sambil melangkah menuju pagar, sorry, lebih tepatnya gerbang
rumah itu.
“ini dimana bel nya ya?” Tanya gue sambil tolah toleh cari tombol bel

“Ketokin aja gerbangnya pake kunci, teng teng teng, gitu..” ujar Teguh

“Teng..teng..teng” gue melakukan sesuai yang diinstruksikannya, memukul gerbang pake


kunci motor, tapi suara seperti ini sepertinya ga akan kedengeran dari dalem rumah

“Cari siapa mas?” Seorang pria menggunakan baju security keluar dari pos nya di dalam

“Eh, mau cari ibu Milana nya ada pak?” ujar gue

“Dari mana ya mas? Sudah janjian?”

“Saya Budi pak, dari (nama tempat gue kerja), kemaren sore sudah janjian katanya hari ini
disuruh kerumahnya..”

“Oh, tunggu bentar ya mas.. saya tanyakan dulu..” jawab sang security sambil berjalan
masuk

“Guh, biasa dimana-mana kan, bentar ya mas, saya panggilkan dulu.. ini kok saya tanyakan
dulu ya? Ga percaya banget dia sama gue..”

“Hahahaha, tampang lo tampang kriminal soalnya..”

“Sialan!”

Setelah beberapa menit kita nunggu diluar, ga lama security keluar

“Silahkan masuk mas, motornya dimasukkin aja..” ujarnya sambil membukakan gerbang

“Oh, iya mas.. Guh, tolong masukin ya..” ujar gue ke Teguh sambil nyengir

“Iya pak boss..”

“Ahahaha..” gue jalan masuk sementara Teguh ke motor gue untuk masukin ke halaman

Terlihat beberapa tanaman dan bunga di taman sebelah kanan gue setelah masuk gerbang,
pintu garasinya sedikit terbuka, terlihat sekitar ada dua atau tiga mobil yang terparkir di
dalamnya, entah tipe dan jenis apa.

Gue melangkah naik, masuk ke pelataran menuju ke pintu utama yang sudah terbuka, baru
aja gue menginjakkan kaki ke atas lantai di latarnya, muncul seorang wanita berumur sekitar
40an (taksiran gue) dari dalam, wajahnya masih cantik yang kalau dilihat sekilas mirip artis
Meriam Belina, tubuhnya juga masih bagus, sepertinya dia rajin merawatnya, terlihat dari
dadanya yang masih kencang, Sorry! Salah fokus gue.

Quote: “Ibu Milana?” ujarku ketika melihatnya

“Iya, mas Budi ya?hehe” jawabnya sambil senyum

“Iya..hehe” gue menjabat tangannya

“Mari mas, masuk.. maaf agak berantakan..”

“Duduk dulu mas, saya ganti baju dulu..” ujarnya kemudian

“Oh, iya bu..” gue senyum dan berjalan ke dalam, ke arah salah satu sofa disana

Kayak gini dibilang berantakan, gimana sama rumah gue ya, gumam gue dalam hati.

Gue masuk ke ruang tamu yang luas, duduk di salah satu sofa yang sudah disediakan disana,
di dinding depan gue terpasang foto keluarga yang agak besar, terlihat satu anak cowok kecil
yang mungkin masih SMP, mengenakan jas hitam dengan kemeja putih di dalamnya,
disebelahnya ada anak cewek cantik, berambut panjang berwarna sedikit kecoklatan
mengenakan setelan gaun berwarna merah, lebih tua dari anak cowok disebelahnya,
kemudian ada ibu Milana yang tersenyum dengan busana gaun berwarna biru tua dan seorang
pria disampingnya mengenakan jas hitam berkemeja putih yang sedang tersenyum bahagia.

Ga lama Teguh menyusul duduk di sebelah gue, dan berbisik

Quote: “gue dikasih ruang tamunya aja mau bud..”

“Hahahaha..” gue ketawa mendengar perkatannya barusan

“Mari mas.. silahkan diminum..” seorang wanita separuh baya keluar sambil membawakan
minuman untuk kita, sepertinya dia pengurus rumah ini

“Hehe, maaf mas Budi agak lama..” ujar bu Milana sambil duduk di sofa depan gue n
Teguh
“Oh iya bu, ga papa..” jawab gue sambil tersenyum

"Silahkan mas, diminum dulu.." ujarnya

"Oh iya bu..hehe"

“Itu foto keluarga ya bu?” gue Tanya sambil memandang kea rah foto yang terletak di atas,
di belakangnya

“Oh, iya mas..hehe itu yang cowok anak kedua saya, yang cewek anak pertama, di sebelah
saya itu suami saya..” ujarnya menjelaskan sambil menoleh, memandang ke arah foto itu.

“Oh.. pada kemana semua bu? Kok sepi?”

“Anak saya yang cowok lagi tidur siang, yang cewek belum pulang, ada pelajaran
tambahan di sekolahnya, kalau suami saya kebetulan lagi keluar kota..”

“Oh.. anaknya yang pertama masih sekolah ya?”

“Iya, kelas 3 SMA, taun ini nanti lulus mas.. nanti Juli Ebtanas..” jawabnya, FYI ya, UAN
dulunya disebut Ebtanas.

“Ow..gitu, oh iya bu, kenalin ini teman saya, Teguh..” ujar gue memperkenalkan Teguh,
teguh berdiri dan menjabat tangan bu Milana.

Ga lama gue mulai mempresentasikan barang yang mau gue jual, gue tawarin rumah sama
apartment ke dia, katanya kemaren dia memang lagi cari rumah untuk anaknya yang kedua,
buat persiapan masa depan. Tapi bukan marketing namanya kalau ga melakukan up selling,
dia nyarinya rumah gue tawarinnya rumah sama apartment.

Setelah cukup lama gue menjelaskan layaknya tukang jamu yang sedang jualan, salah,
layaknya eksekutif muda yang sedang menguraikan bisnis plan (sounds better), dia akhirnya
sepakat untuk mengambil satu rumah dan dua unit apartment..syukurlah...

Quote: “Baiklah kalau begitu, besok saya akan kemari lagi untuk membawakan beberapa
dokumen yang perlu ibu tanda tangani,,”

“Oh, oke mas.. maaf lho, jadi merepotkan, mondar mandir kesini..hehe”
“Oh ga papa bu, tenang aja, sudah jadi tugas saya kok..hehe” jawab gue sambil senyum,
padahal dalem hati, gue malah ngarep bisa ada alasan buat kesini terus tiap hari..hahaha

Ada suara mobil yang berhenti di depan, terdengar pintu mobil terbuka dan disusul dengan
suara pintu gerbang yang digeser, ada seseorang yang datang.

Quote: “Sore ma..” ucap seseorang yang berhenti di depan pintu

Seorang wanita dengan tas sekolah di punggungnya, berambut sedikit panjang dibawah bahu
berwarna coklat gelap menutupi wajahnya yang sedang menunduk karena sedang melepas
sepatunya. Gue, Teguh, dan bu Milana yang sedang di ruang tamu menoleh ke dia.

Quote: "Loh..?" ujar cewek itu ketika selesai melepas sepatunya dan ngeliat gue

"Loh..?" gue juga otomatis reflek ngejawab gitu ketika ngeliat dia..

PART 17 : Many Question Without an Answer


19-06-2014 21:46
Quote: “Loh..” Ujar cewek itu ketika selesai melepas sepatunya dan ngeliat gue

“Loh..” gue juga otomatis reflek ngejawab gitu ketika ngeliat dia..

“Loh..” Ibunya ikut-ikutan, tinggal Teguh yang belum ikutan ngomong ‘loh..’

“Kalian saling kenal?” Tanya bu Milana

“Kayaknya pernah ngeliat di greja, siapa ya?” ujar anak cewek itu dengan berjalan pelan
sambil ngeliat gue

“Oya ya? hehe” jawab gue sambil nyengir

"Kayaknya sih.." ujarnya

“Oh..hehe”
“Kenalin mas Budi, ini anak saya yang pertama,namanya Sherlly.. ini namanya mas Budi
Sher, marketing agent properti yang nawarin mama rumah, buat Vincent nanti” ujar Bu
Milana memperkenalkan

“Budi..” gue berdiri, tersenyum, dan mengajukan jabat tangan ke dia

“Sherlly..” ujarnya sambil menyambut jabat tangan gue dan tersenyum.

Sekilas sepertinya ini anak pemalu, terlihat dari caranya menjabat tangan gue tanpa
memandang mata gue dan segera menarik tangannya sesaat setelah berjabat tangan. Yang
khas dari dia itu aroma parfumnya, tercium ketika dia mendekat dan bersalaman dengan gue,
aroma parfum yang belum pernah gue cium sebelumnya, khas, kalem, bikin kangen..sampai
sekarang gue masih inget seperti apa aroma parfumnya.

Sherlly namanya, kecantikannya seperti ibunya, rambutnya dibentuk agak bergelombang,


kulitnya putih tapi sayang agak pendek, berbeda dengan Siska yang sedikit lebih tinggi
dibanding dia.

Setelah sesi perkenalan yang singkat itu, dia bergegas berjalan masuk ke dalam, agak terburu-
buru sepertinya, apakah ada sesuatu yang mau dilakukanya? Ah, mungkin dia ingin segera
istirahat setelah seharian sekolah. Gue lanjut ngobrol dengan bu Milana di ruang tamu, tapi
tak lama kemudian gue dan Teguh memutuskan untuk berpamitan pulang, hari sudah mulai
gelap.

Quote: “Nyokap sama anak cantik semua..” Ujar Teguh ketika kita sudah perjalanan pulang

“Iya.. itu bokapnya tadi di foto juga keliatan ganteng, anak cowoknya juga.ckckck ganteng-
ganteng, cantik-cantik, kaya, perfect banget ya kayaknya?hahaha” ujar gue ke Teguh

“Iya, gue mau dah jadi mantunya..”

“Mau jadi mantu? Sama yang cewek apa yang cowok?”

“Jiahhh, yang cewek lah bud..hahahah anjrit lo!”

“Hahahaha.. kalo gitu saingan dulu kita bro..” ujar gue

“Hahahah dasar ya, ngeliat cewek bening langsung aja dijadiin target..” kata Teguh

“Hahahaha..” gue ketawa


Sebenernya gue ga terlalu gimana gitu juga sih sama Sherlly, beda dengan kesan ketika
pertama ketemu Siska, entah karena perasaan gue ke Siska masih kuat waktu itu, atau karena
gue kurang tertarik sama cewek yang umurnya dibawah gue, entahlah..yang pasti, gue besok
harus kembali kesana lagi untuk bawain dokumen-dokumen yang harus ditanda tangani bu
Milana.

Quote: “Permisi…” ujar gue pagi besoknya ketika kembali kerumah bu Milana, mulai
sekarang kita panggil bu Mila aja, biar ga kepanjangan

“Iya.. oh mas Budi ya, sebentar mas..” Ujar security nya, belakangan gue tau namanya pak
Yono.

Ga lama kemudian pintu gerbang dibuka, gue memang sengaja dateng agak pagian hari ini,
karena dikantor juga udah kelar semua kerjaan, jadi gue putuskan mending dari kantor
langsung kesini.

Quote: “Masuk mas, tadi sudah dipesenin sama bu Mila kalau mas Budi dateng suruh nunggu
dulu di ruang tamu..”

“Oh, bu Mila nya lagi pergi pak?” Tanya gue

“Iya, lagi pergi sebentar sama mbak Sherlly ke.. anu, mas silahkan masuk dulu aja..”

“Oh, iya pak..” ujar gue sambil ngedorong motor masuk ke halaman.

ke? Kemana? Kok ga diselesaiin?

Setelah memarkir motor, gue naik ke latar berjalan ke arah pintu masuk yang sudah dibuka
sama pengurus rumahnya tadi waktu gue masuk gerbang. Gue lepas sepatu, dan melangkah
masuk ke dalam.

Quote: “Monggo mas, diunjuk dulu..” (silahkan mas, diminum dulu) ujar pengurus rumah
yang mulai sekarang kita panggil dia, bibi, karena pemilik rumah juga memanggilnya
demikian.

“Oh iya bi.. makasih..” ujar gue sambil tersenyum padanya.

Cukup lama juga gue nunggu pagi itu, gue keluar dari ruang tamu dan berjalan menuju
halaman depan, taman dengan rumput hijau dan beberapa bunga anggrek yang tergantung di
samping kanan terlihat begitu menarik, aroma sejuk rerumputan tercium dengan jelas pagi
itu, sepertinya baru saja disiram kebun ini, di pojok depan terlihat pohon cemara menjulang
tinggi, serta beberapa bunga lain yang gue ga seberapa tau apa namanya.

Gue berjalan menyusuri batu yang disusun seperti jalan setapak, menuju ke sebuah ayunan di
samping rumah, ayunan yang muat untuk diisi empat orang saling berhadapan, gue duduk
disana menikmati pemandangan. Ah.. betapa nyamannya hidup orang ini, gumam gue dalem
hati.

Ga lama gue duduk disana terdengar ada suara mobil berhenti di depan pagar, sepertinya itu
sang pemilik rumah, gue beranjak dari ayunan dan berjalan ke latar depan, terlihat pak Yono
bergegas keluar dari pos dan membuka gerbang, range rover warna hitam metalik berhenti di
depan, pintu mobil belakang terbuka, keluar lah Bu Mila.

Quote: “Eh mas budi, udah lama mas?” ujarnya sambil tersenyum ketika melihat gue

“Barusan kok bu..” ujar gue sambil membalas senyumnya.

sebenernya ya ga bisa dibilang sebentar, sekitar 45 menit gue nunggu dia, tapi ya masak gue
bilang, “iya bu, lama, saya sampai jamuran..” ntar kalo dijawab “oh, ya udah mas yuk
jamurnya dipanen” kan gawat.
Eh kenapa jadi melenceng gini sik? Oke, kembali ke jalan yang benar!

Bu Mila ga sendirian turun dari mobil, anaknya, Sherlly menyusulnya turun ga lama
kemudian sambil senyum dan menganggukkan kepala menyapa gue, gue balas senyuman dan
anggukkannya, tapi wajahnya kok berbeda dari kemaren sore waktu gue liat dia pertama kali
ya, wajahnya agak lesu hari ini, seperti ga ada semangat.

Quote: “Mari mas, masuk.. di dalem aja..” kata bu Mila sambil mempersilahkan gue masuk ke
ruang tamu

“Iya bu..” gue mengikuti bu Mila masuk ke ruang tamu

“Sherlly ga sekolah hari ini bu?” Tanya gue setelah kita duduk di sofa, sherlly masuk ke
dalam

“Oh, nggak mas..hehe dia sebulan sekali mesti ijin..” kata Bu Mila

“Sebulan sekali ijin? Kenapa gitu?” gue pengen bertanya gitu, tapi gue urungkan niat gue
dan memilih untuk memendamnya saja

Setelah selesai urusan gue dengan bu Mila mengenai dokumen-dokumen dan lain sebagainya,
gue pamit untuk pulang

Quote: “Nanti untuk pembayaran, dan lain sebagainya biar orang kantor saya yang
menghubungi ya bu..” ujar gue

“Oh iya, gampang mas.. nanti begitu dihubungi totalnya berapa saya langsung bukain giro
aja..” ujarnya, enak memang ya kalo urusan sama orang berduit, ga pake lama ga pake
ribet, kalo kata orang jawa “tak-tek”

“Ya sudah kalo begitu bu, saya tak pamit dulu..”

“Loh, kok keburu-buru mas Bud? Eh udah siang lho ini, sini makan siang dulu saja..”

“Eh anu bu, masih kenyang saya..” gue nolak karena sungkan

“Lah, masa kenyang? Mana ada, udah to yuk makan dulu, jangan sungkan-sungkan gitu..”
kata Bu Mila

Akhirnya gue terpaksa menuruti kemauannya, gue diajak masuk ke ruang makan di dalam,
meja makan yang cukup besar dengan sekitar 4-5 hidangan di tengahnya, gue duduk di salah
satu kursi

Quote: “Mee…” bu Mila memanggil anaknya, rupanya sherlly kalo dirumah dipanggil meme,
sebutan untuk anak perempuan di keluarga, (no SARA), chinnesse

“Ayo, sini makan dulu bareng-bareng..”

Ga lama sherlly turun, dia mengenakan kaos biasa dengan gambar doraemon, rambutnya
dikuncir, pandangannya masih terlihat sayu. Kenapa ya Sherlly hari ini?

Quote: “Mari mas, ini nasinya, ambil sendiri ya.. jangan sungkan-sungkan..” ujar bu Mila
sambil menyerahkan tempat nasi kecil ke gue, mengalihkan pandangan gue ke sherlly
barusan

Gue menyendok beberapa sendok nasi dan menaruhnya di piring, sherlly menarik kursi di
depan gue kemudian duduk, ga lama kemudian gue oper tempat nasi itu ke sherlly, sherlly
menjulurkan tangan kanannya untuk mengambil tempat nasi dari gue,

Quote: “Eh? Apa itu? Kok ada beberapa bekas luka di lengannya??” pertanyaan yang
melompat keluar dari pikiran gue ketika melihat lengannya
PART 18 : Sherlly, What Happen With You?
20-06-2014 21:44
Hari ini gue ga ada schedule ke rumahnya bu Mila, karena semua juga udah beres, semua
dokumen yang perlu tanda tangannya udah gue selesaiin kemaren, selanjutnya tinggal anak
admin yang mroses.
Tapi entah kenapa gue masih penasaran sama keluarga itu, terakhir kemaren pagi waktu gue
kesana menyisakan banyak pertanyaan, tentang Sherlly yang ijin sekolah sebulan sekali,
tentang Luka-luka di lengannya yang ga sengaja gue liat waktu makan siang, tentang
perubahan sikapnya.

Yang paling mengganjal dalam pikiran gue ya tentang luka-luka di tangannya itu.
Duh! Kenapa gue jadi ngurusin urusan orang lain ya, ga biasanya gue seperti ini, biasanya
gue cuek, ga mau tau sesuatu yang bagi gue ga ada gunanya juga kalo gue tau. Tapi kali ini
serius gue sangat ingin tau ada apa dengan Sherlly dan keluarganya.

Quote: “Mas Bud..” tegur seorang wanita yang menghampiri meja gue, gue yang lagi ngeliatin
komputer sedikit tersentak mendengar panggilannya

“Oit! eh.. Dewi.. napa Wi? Dewi, anak admin di kantor gue, miss lebay julukannya, kayak
fitri tropika

“Mas, ini kemaren kan mas Budi ada reserved tiga rumah sama lima apartment yak?”

“Buseett! Siapa? Perasaan aku reserved nya satu rumah dua apartment?”

“Ahahah.. Ahahahah.. iye..iye, aku ngerjain kok..” ujarnya dengan ketawanya yang patah-
patah, emang ni anak kalo ketawa setengah-setengah gitu, kayak lagi keabisan oksigen

“Dasarr!! Iya, gimana Wi? Ada problem kah?”

“Ga ada kok mas... Cuma ini kantor lagi ada program potongan 25 persen untuk setiap
pembelian apartment lebih dari satu..”

“Oh? Ya bagus dong, berarti bu Mila dapet potongan dong ya?”

“Iyess.. mas Budi pinter yah..”

“Dari dulu Wi..” ujar gue sambil menggeser satu kursi di deket gue, mempersilahkan Dewi
duduk
“Ini tadi aku udah hubungin bu Mila mas, dia minta mas Budi anterin ini kerumahnya..”
ujarnya sambil menyerahkan beberapa berkas-berkas ke gue

“Kok, Dianter? Biasanya ada kurirnya kantor yang nganterin kan ya?” Tanya gue

“Iya mas, ini tadi aku bilang kalau nanti dianter sama kurir nya kantor untuk copian berkas-
berkasnya ini, tapi bu Mila minta tolong mas Budi yang anterin kesana..” ujarnya, gue
ngambil berkas-berkas yang disodorin Dewi di depan gue

“Mungkin bu Mila suka sama mas Budi kali.. ihik...ihik..”

“Buset, dia udah ibu-ibu Wi, empat puluhan umurnya..”

“Eciyeee...yang ditaksir tante-tante..ahahahak...ahahaha..”

“Wi, lu ketawanya bisa dibikin normal gitu ga sih? Ketawa kok kayak goyangannya Anissa
Bahar, patah-patah..”

“ahahaha...ahahaha.. kan ini ciri khas aku mas..hihihi..”

“Ya udah Wi, ini aku bawa ya, mana sini tanda terimanya, tapi besok ya aku anternya..”

“Ini mas..heheh ya udah, nanti kalo udah dikasih tanda terimanya balikin ke aku ya mas..”
ujarnya sambil senyum, sebenernya anak ini cukup manis seandainya normal..hahaha, sorry
Wi.

“Okee.. thanks Wi..” ujar gue dijawab dengan anggukan darinya

Oke, gue punya alasan buat balik kerumah itu lagi, tapi kok bu Mila nyuruh gue yang anter
ya? Emang beneran itu yang dibilang Dewi, kalau dia naksir gue? Kalo iya lumayan juga sih,
wajahnya cakep bodinya juga seksi, dan pasti lebih ekspert kalo soal 'itu' daripada sama yang
muda-muda..hihi

Hadeehhh Budii!! Kumat dah pikiran mesum lu!!

Besoknya, 28 Mei 2008 Jam dua siang, gue bersiap berangkat kembali kerumah BK 42-43
yang terletak di perumahan daerah Su****** barat itu, pagi tadi gue udah telpon ke bu Mila
untuk memberitau kalau siangnya gue mau kesana anter copian berkas ke dia.
Ketemu Sherlly ngga ya hari ini? Udah pulang sekolah belum dia ya? Hmm...

Sekitar 40 menit perjalanan dari kantor gue kerumah bu Mila, cuaca yang panas selama di
jalan mendadak berubah sejuk ketika gue memasuki komplek perumahan elit itu, banyak
pohon-pohon besar yang berjajar di kanan kiri jalan, ada bundaran kolam dengan patung
Merlion yang mirip dengan yang ada di Singapura disana, ada lapangan golf, pujasera, dan
waterpark juga, memang ga salah sih komplek perumahan ini dijuluki ‘kota mandiri’ karena
memang lengkap banget disana, ga perlu ke pusat kota kalau mau cari apa-apa.

Quote: “Mari mas Bud, silahkan masuk..” ujar pak Yono sambil menggeser pintu gerbang,
mempersilahkan gue masuk

“Bu Mila nya ada pak?” ujar gue sambil mendorong motor gue masuk halaman

“Ada mas, sudah ditunggu kok di dalam..” jawab lelaki bertubuh tegap itu

Gue parkir motor, melepas sepatu, melangkah masuk. Dua kali kerumah ini membuat gue
udah merasa akrab dengan suasana dan orang-orang di dalamnya, orang yang belum pernah
gue temuin di rumah ini adalah adiknya Sherlly, sama papa nya, tiap kesini gue belum sempet
ketemu mereka, kalau papanya sih memang lagi keluar kota kata bu Mila.

Quote: “Masuk mas Budi, Ibu lagi diatas, disuruh duduk dulu di sofa..” Bibi keluar dari pintu
utama menyambut gue dan mempersilahkan masuk

“Oh, iya bi..” jawab gue senyum sambil mengikutinya masuk ke ruang tamu

......................................

“Maaf mas Budi ya, nunggu sebentar tadi..hehe” ujar bu Mila ketika muncul diruang tamu
sambil senyum ke gue, rambutnya sedikit basah, mungkin habis mandi

“Yuk mas..” ujarnya kemudian, gue ngeliat dia dengan sedikit bingung

“Eh? Ma.. mau kemana Bu?” Tanya gue heran

“Yuk ikut jemput Sherlly mas, ini jam nya pulang sekolah..” ujarnya

“Eh, saya tunggu disini saja bu, ga papa..hehe”


“Loh.. ayok to, ikut aja.. mas Budi yang nyetir.. bisa nyetir kan?”

“Eh.. oh.. ehm, iya bu.. bisa sih..” ujar gue masih dengan kebingungan, asli kayak orang
oon yang ah eh oh aja daritadi

Gue beranjak dari sofa, berjalan mengikuti bu Mila keluar, masih dengan keadaan bingung,
baru dateng, diajak jemput, disuruh nyupir, maksudnya gimana coba..

Quote: “Pak No, tolong bukain garasinya ya.. sama sekalian ambilin kuncinya SR pak..” ujar
bu Mila ke pak Yono, pak Yono bergegas melaksanakan apa yang dikatakan bu Mila
(belakangan gue tau SR itu dua huruf dibelakang platnya, jadi mereka kalo nyebut mobil
nyebutin dua huruf belakang plat nomernya, kebanyakan mobil sih mereka ya)

“Kita bawa accord aja ya mas, rover nya dipake supir saya buat jemput Vincent soalnya..”

“Oh, iya bu..” gue cuma ngangguk aja, grogi juga sih, biasa cuma pegang avanza mentok
innova, ini megang sedan, for the first time, dengan orang yang notabene baru gue kenal
beberapa hari lalu, istri seorang pengusaha sukses.

Gue dan bu Mila udah otw ke sekolahnya Sherlly, ga seberapa jauh sih, sekitar 15-20 menitan

Quote: “Sherlly itu orangnya pemalu mas..ga banyak omong..” ujar bu Mila ditengah
perjalanan setelah cukup lama kita diam ga ada percakapan

“Oh.. iya bu, keliatan sih..hehe” jawab gue

“Iya? Keliatan ya? Saya juga heran kenapa bisa gitu, dulu ga gitu lho dia mas..”

“Oya? Sejak kapan Bu dia seperti itu?” Tanya gue penasaran

“Baru kok, setelah naik-naikan kelas itu lho.. dia jadi pendiem gini, sering dikamar terus
kalo dirumah, jarang keluar juga.. sampe kadang saya sama papanya itu sering ngajakin dia
jalan maksudnya biar terhibur, atau bisa balik lagi kayak dulu, tapi ya ga ada perubahan
itu.. sampe heran saya..” ujar bu Mila dengan pandangannya kedepan

“Hmm.. lagi ada masalah mungkin bu..”


“Iya, tapi masalah apa kok sampe seperti itu, ditanya juga ndak mau cerita, kadang takut
juga saya, takutnya dia ada apa-apa disekolah atau di gereja tapi ga mau cerita ke saya..”
katanya lagi

“Tiap sore juga gitu, buru-buru lari naik ke lantai atas, duduk sendirian di atas..”

“Ke atas, bu?” Tanya gue memastikan apa yang barusan gue denger

“Iya, ke lantai atas, lantai atas rumah saya itu kan ada bagian yang terbuka gitu mas,
kadang kalo pas tutup taun atau natal sodara pada datang kita adain pesta kecil-kecilan
disana, ya disana itu dia sering duduk ngelamun sendirian..”

Makin penasaran gue sama yang namanya Sherlly, kenapa kok dia berubah? apa ini ada
hubungan sama luka di lengannya? Ngapain juga nongkrong sendirian ngelamun di atap?
Ortunya uda tajir kayak gitu masa juga masih cari wangsit nomer togel?

Quote: “Oh.. gitu, mungkin dia butuh ketenangan bu, jadi sering duduk sendirian disana, dia
suka sama suasana di atap situ mungkin..” ujar gue

“Iya, tapi ya masak tiap hari mas, tiap hari lho dia seperti itu.. temen-temennya sering nyari
dia, ngajakin keluar, tapi hampir selalu dia tolak semua..”

“Oooow...” Cuma itu yang keluar dari mulut gue, karena jujur gue bingung, mo jawab apa..

“Bukan apa-apa ya, saya sebagai orang tua cuma takut aja dia salah pergaulan atau kenapa-
napa gitu, tau sendiri kan mas anak muda sekarang ini pergaulannya seperti apa, jauh beda
sama jaman saya muda dulu.. makanya tiap bulan saya ajak dia ke.. eh itu di depan belok
kiri mas, itu sekolahnya..” kata bu Mila

Deemm!! Hampir aja gue tau kemana mereka kemaren, keburu nyampe kita, tau gini tadi gue
puterin dulu deh..

PART 19 : Mission Impossible?


21-06-2014 12:46
Quote: “Nah itu anaknya udah nungguin mas” ujar Bu Mila ketika kita udah sampe di depan
sekolahnya Sherlly.

Terlihat Sherlly lagi berdiri di depan gerbang sekolah, lengkap dengan seragam putih abu-
abunya dan tas sekolah di punggungnya, rambutnya dikuncir, tangannya memegang buku dan
dikipas-kipaskan ke lehernya, ga heran sih, cuaca lagi panas banget memang

Gue berhenti di depannya, Bu Mila turun dari kursi depan pindah ke kursi belakang, Sherlly
naik dan duduk di kursi depan, sebelah gue, aroma parfumnya langsung tercium dengan jelas
di hidung gue, parfum merk apa sih ini kok enak banget.

Quote: “Udah daritadi ya Sher?” gue noleh dan mencoba ngajak dia ngomong setelah kita
jalan

“Oh, engga kok.. barusan selesai..” jawabnya sambil mengarahkan ac mobil ke arahnya

“Oh.. syukurlah..” ujar gue

“Me, temenin mama beli meja belajar dulu buat adek ya, mumpung inget..” kata bu Mila ke
Sherlly

“Iya mah..” ujar Sherlly sambil mengelap sisa keringat di keningnya

“Kita mampir ke *** dulu ga papa ya mas..” ujar bu Mila ke gue

“Oh, iya bu..” hari ini gue jadi driver dadakan sepertinya...

.................................................

“Kalian tunggu di mobil aja, cuma sebentar kok..” kata bu Mila ketika kita udah sampe di
parkiran salah satu outlet peralatan rumah tangga.

Gue dan Sherlly nunggu di mobil dengan keadaan mesin tetap menyala biar ac bisa tetep
jalan, sedikit awkward situasi saat itu, secara gue sama Sherlly juga belum seberapa akrab,
ngomong juga baru beberapa patah kata doang..

Gue ngelirik ke arah dia duduk, melihat ke lengannya, ga keliatan bekas luka yang kapan hari
karena tertutup baju sekolahnya, pandangan gue naik perlahan melihat wajahnya dari
samping, dia sedang menunduk sambil tangannya mencet-mencet tombol hape di
genggamannya, rambut panjangnya sudah diurai. diselipkan di balik telinga, pipinya yang
sedikit chubby dan bulu matanya yang lentik terlihat jelas dari samping, bibirnya sedikit
terbuka, merah muda merona sedikit basah, tidak terlalu tipis juga tidak terlalu tebal,
menggemaskan.

Quote: “Panas banget ya siang ini” gue memberanikan diri membuka mulut, sebuah pick up
line basi yang ga perlu dijawab sebenernya, udah jelas keadaannya memang sangat panas
diluar. Tapi gimana lagi, gue buntu mau ngobrol apaan.

“Eh? Oh, iya nih..hehe” ujarnya noleh sebentar ke gue tapi kembali menunduk dan asyik
dengan hp nya lagi

“Udah kelas berapa Sher?” satu lagi pertanyaan yang tidak membutuhkan jawaban karena
sebenernya juga gue udah tau kalau dia kelas tiga SMA

“Kelas tiga kak..” jawabnya

“Oh.. ga usah panggil kakak Sher, panggil nama aja.. kita cuma selisih setaun kok..”

“Eh? Cuma setaun ya? Kirain selisihnya jauh..hehe” akhirnya kalimat yang agak panjang
keluar dari mulutnya

“Iya..haha emang dikira aku umur berapa?” Tanya gue sambil ketawa

“Kirain udah dua puluh berapaa, gitu..hehe”

Setua itukah tampang gue??? gumam gue dalam hati

“Ambil jurusan apa Sher? Ipa apa Ips?” lanjut gue bertanya sama dia

“Ipa kak, eh, Bud..hehe”

“Oh.. udah ada plan mau nerusin dimana?”

“Ehmm..udah sih, tapi belum tau juga ding, liat nanti aja kedepannya gimana..” kali ini dia
ngejawab sambil ngeliat gue

Ga lama kemudian pintu mobil dibuka, bu Mila sudah selesai beli lemari

“Sudah bu?” Tanya gue sambil menoleh ke arahnya


“Sudah, yuk mas..” ujarnya sambil membenarkan posisi duduk

“Lemarinya mana Bu?”

“Lah? Masa di bawa sekarang..haha nanti dianter mas sama orangnya..”

“Oh..hehe”

Kita bertiga melaju ke arah pulang, Sherlly sudah selesai sibuk dengan hp nya, kini
pandangannya melihat keluar dari balik jendela, seperti sedang melamun, memang benar apa
yang dibilang bu Mila, Sherlly ini senang ngelamun.

Jam empat lebih kita sampai di rumah, sherlly bergegas turun dan naik masuk ke dalam, gue
kembali duduk di Sofa bersama dengan ibu Mila, gue serahin berkas-berkas yang dititipin
Dewi tadi sekalian tanda terima untuk ditanda tangani dia. Setelah semua selesai, gue pamit
pulang.

Quote: “Mas, saya minta tolong bisa?” kata bu Mila waktu gue selesai pamitan

“Ya bu? Minta tolong apa?”

“Saya minta tolong, mas Budi deketin Sherlly, jadi temen baiknya, kasian saya liat dia
sendirian aja.. kalian kan umurnya ga beda jauh, mungkin kalo dengan mas Budi, Sherlly
bisa akrab dan mau cerita kalau ada apa-apa..” kata bu Mila

“Oh, tapi.. saya ndak janji bisa lho bu, soalnya saya liat kok Sherlly kayaknya susah
dideketin gitu, apalagi sama lawan jenis..hehe”

“Iya mas, ndak papa dicoba aja, saya ngeliat mas Budi kok kayaknya pintar dapetin
perhatian dari cewek, mungkin aja sama mas Budi Sherlly bisa akrab..” ujar Bu Mila, entah
gue mesti bangga atau miris denger perkataannya yang bilang kalau gue pinter dapetin
perhatian cewe.

“Hahaha.. Bisa aja Bu Mila ini, ya sudah nanti saya coba deh Bu..” ujar gue sambil ketawa

“Iya mas.. ini, mas Budi mau nomer hp nya Sherlly? Saya kasih..” kata bu Mila
“Oh, engga usah bu, nanti biar saya sendiri aja yang minta sama anaknya..hehe” jawab gue

“Oh.. iya udah kalo gitu, besok minta tolong jemput dia sepulang sekolah lagi ya mas..”

“Iya bu, saya usahakan, selama saya ga ada appointment sama klien saya bisa kok..” jawab
gue

“ya udah kalo gitu mas, makasih lho sekali lagi..”

“Iya bu, sama-sama.. ya sudah kalau gitu saya pulang dulu ya bu..”

“Iya mas..”

Dapet misi buat deketin Sherlly langsung dari nyokapnya, tapi gue mesti mulai darimana?
Diajak ngomong aja dia cuma ngejawab seperlunya, digombalin kayaknya juga ga mempan
cewe model dia mah, dibeliin hadiah? Hadiah apa coba? Orang dia kalau perlu apa-apa
tinggal minta aja udah dibeliin sama ortunya. Ah, ga tau deh, dipikir karo mlaku.. (Dipikir
sambil jalan)

Quote: “Halo siang bu Mila..” besok siangnya gue telpon bu Mila

“Iya mas Budi.. gimana?” Jawab bu Mila

“Bu ini kebetulan hari ini saya ga ada appointment, hari ini Sherlly pulang sekolah jam
berapa ya bu?” Tanya gue

“Hari ini Sherlly pulang jam dua mas, mau jemput?”

“Oh jam dua ya, ya udah kalau gitu nanti saya jemput dia bu..” jam dua, sekarang masih
setengah dua belas, oke, sempetlah. Batin gue

“Sip! Nanti ambil mobil dulu dirumah saya mas..”

“Iya bu, nanti setengah jam lagi saya meluncur kesana..”

“Oke mas Budi, ditunggu..”

Gue tutup telepon, sempetin lunch dulu bareng Teguh. Ngobrol bareng dia dan curhat
mengenai Sherlly, tapi bukan Teguh namanya kalau bisa serius diajak ngomong, kayaknya
kalau gue ga pingsan atau pendarahan dia ga akan pernah ngobrol serius sama gue, becanda
mulu bawaannya kalau sama dia.

Quote: “Ndul, kayaknya percuma siang ini gue minta saran sama lo mengenai Sherlly” gue
panggil dia ndul, gundul, kemaren habis potong rambut sampe gundul dia.

“Lah? Kok gitu?”

“Iya lah, sini minta pendapat malah lo bilang gebet emaknya juga..”

“Ahahahaha.. kan bener? Enak kan dapet anaknya bonus emaknya juga! Tapi ajakin gue
jangan lupa kalo lo dapet emaknya..”

“Ogah, trisome donk entar..hahaha”

“Wahahahaha... njir, ajakin apa maksudnya? Ajakin makan bareng, ih omes mulu lo
mah!hahahaha”

Begitulah sekilas percakapan gue dengan Teguh siang itu, percakapan useless, percakapan
dua maho yang sedang berkumpul. Maaf typo, satu maho maksud saya..

Selesai makan gue cabs dari kantor, otw ke rumah bu Mila, sambil mikir entar gue mau
ngedeketin Sherlly pake metode apa. Metode, udah kayak ngerjain aljabar.

PART 20 : PeDeKaTe
21-06-2014 12:50
Jam satu lewat lima belas gue udah mendarat dengan indah dirumahnya Sherlly, seperti biasa
gue basa basi dulu sama pak Yono (spoiler dikit ya, pak Yono ini ternyata tau salah satu
alasan kenapa Sherlly berubah). Setelah selesai ngobrol dikit sama pak Yono, gue mau
melangkah masuk, tapi ternyata bu Mila udah keluar duluan

Quote: “Siang mas Bud..” ujarnya menyambut gue sambil tersenyum

“Siang bu Mila..” gue juga senyum ke dia, dari dalam tiba-tiba keluar sosok anak cowok,
putih, bermata sipit, pake kaos dan celana basket, sepertinya itu Vincent, adiknya Sherlly

“Mah, pergi dulu yah..” ujarnya ke bu Mila sambil jalan

“Eh itu kenalan dulu sama kak Budi dek..” ujar bu Mila ke Vincent
“Vincent” ujarnya sambil jabat tangan sama gue

“Budi” gue sambut jabatannya dengan senyum, calon adik ipar, batin gue..hahaha ngaco
emang, deket ama kakaknya aja gue ga tau bisa apa kaga

Skip, singkat cerita gue udah otw ke sekolahnya Sherlly, kali ini gue sendirian. Kata bu Mila
tadi sih Sherlly udah dibilangin kalau hari ini yang jemput gue. Gue sampe di sekolahnya
sedikit kepagian sepertinya, dia belum keliatan diluar, gue pinggirin mobil tapi tetep dari arah
yang bisa ngeliat ke gerbang sekolah, jadi kalau sewaktu-waktu si Sherlly nongol gue bisa
langsung nyamperin dia. Selesai minggirin mobil gue ngaca bentar, memastikan semua
rambut gue terletak pada tempatnya (maksudnya rapi gitu, ga acak-acakan) setelah cukup
yakin dengan penampilan gue siang itu, gue ngeluarin hape, buka-buka sms kali aja ada yang
masuk tapi gue ga tau.

5 menit jalan, Sherlly belum nongol juga. 10 menit berlalu, gue ngeliatin terus kea rah
gerbang sekolah. Beberapa siswa udah keluar sih, itu emang sekolah menengah keatas jadi
cewe nya bening-bening disana, beda sama sekolah gue dulu, SMK, mayoritas cowok, tiga
taun ngeliatin cowok bagi yang ga kuat imannya bisa berpindah aliran, jadi maho maksudnya.
Ga lama keluar cewe yang gue tungguin, sekilas dia terlihat celingukan nyari mobil yang
jemput dia, dia noleh kea rah gue dan kemudian berjalan menghampiri gue, gue miringkan
badan ke kursi sebelah, megang handle pintu dari dalam dan membukakan pintu buat dia,
aroma parfum yang mulai membuat gue addict menyeruak masuk ke dalam mobil.

Quote: “Siang sher,,” gue sapa dia

“Siang bud, sorry ya lama, tadi gurunya telat soalnya..” jawabnya

“Oh iy ga papa, aku juga baru sampe kok..” ujar gue sambil senyum dan mulai
menjalankan mobil

“Suka es krim ga?” gue mulai mengeluarkan siasat untuk bisa ngobrol dengan dia sedikit
lebih lama, karena kalo cuma ngobrol sepanjang perjalanan sekolah ke rumahnya cuma
bentar

“Ehm.. suka sih, kenapa?”

“Mampir ke mekdi depan situ yuk..”

“Drive thru aja ya”


“Oh, oke..” yah, sama aja boong dong kalo drive thru, maksud gue kan mau nongkrong
sambil ngobrol sama dia, tapi ya udah deh, daripada dia ilfeel dengan gue maksa untuk
nongkrong dulu disana

Gue arahin mobil masuk ke tempat makan dengan logo M besar itu, masuk drive thru dan
pesen dua McFlurry coklat dan meluncur lagi begitu pesenan udah kita ambil. Kita udah
sampe ke daerah perumahannya, ngelewatin bundaran kolam yang ada patung merlion di
tengahnya,

Quote: “Berhentiin disitu Bud..” ujar Sherlly nunjuk ke suatu tempat dibawah pohon, ada
beberapa kursi berjejer disana, oh jadi dia mau makan es nya disini.. gumam gue dalam
hati

Kita turun, duduk di kursi bawah pohon situ, sambil ngeliatin kolam di depan kita

“Kok merlionnya ga mancurin air ya Sher?” Tanya gue ke dia setelah kita duduk

“Nanti sore biasanya, jam 4 an baru air mancur nya nyala..” kata dia sambil memandang ke
depan

“Oh..”

“Kamu disuruh mamah deketin aku ya Bud?” pertanyaan sherlly yang sedikit membuat gue
terkejut

“Eh, ehmm.. iya..” gue jawab pelan sambil mengaduk-aduk es di genggaman gue, Sherlly
menghembuskan nafas cukup panjang

“Kalo kamu ga mau aku bakal stay away kok Sher, aku Cuma coba menuruti kemauannya
mama kamu aja..” ujar gue sambil noleh ke dia

“Engga kok, aku sih terserah aja..” jawab sherlly sambil memasukkan sesendok es krim ke
mulutnya

“Sebelumnya mama kamu juga udah pernah nyuruh cowok deketin kamu kah?”

“Belum, cowok belum pernah.. cewek sering, temen ku yang cewek ataupun sodara
sepupuku juga pernah disuruh mamah deketin aku, buat menghiburku, gitu kata mamah..”
“Oh.. mungkin mama kamu sudah putus asa dengan nyuruh cewek deketin kamu, jadi
sekarang dia nyuruh aku,,hehe” ujar gue sambil senyum dan menyendok es krim

“Haha.. iya, sepertinya begitu..” senyum yang tanggung, tertahan, seperti ada sesuatu yang
berat yang menahan senyumnya

Kita lanjut diem-dieman cukup lama, sampai es krim kita juga udah sama-sama abis, banyak
hal yang pengen gue tanyakan, tapi gue hold, belum saatnya gue tanyakan semua itu ke dia.

Quote: “kamu seneng nongkrong disini ya?” Tanya gue berusaha mencairkan suasana

“Yah.. sometimes, whenever i get bored at home..” ujarnya sambil memandang patung
singa yang cukup besar yang terletak di tengah kolam

“Hmm.. kadang memang sendiri itu lebih baik ketika orang lain ga bisa mengerti atau
memahami apa yang kita rasakan” sherlly terlihat mendadak menoleh ke gue sesaat setelah
gue ngomong seperti itu, gue ngga ngeliat dia, pandangan gue menerawang jauh kedepan

“Sendiri itu menyenangkan, ga ada orang lain yang ikut campur urusan kita, ga ada orang
lain yang menuntut kita seperti ini, seperti itu, we can be whatever we want to be..” tambah
gue

“That’s exactly what i want.. to be free, to be who i want to be, just me, my self, no one
around me..” ujarnya mengaminkan perkataan gue.

sedikit celah gue mulai memahami dia, mungkin dia tertekan? Mungkin dia merasa dkekang?
Apakah dia mengalami banyak tuntutan dari keluarganya? Ah, tapi sepertinya terlalu cepat
bagi gue untuk mengambil kesimpulan itu.. let me know her a lil bit more..

Quote: “kita sama kok Sher..” gue berpaling ke dia

“Oyah?” tanyanya memandang gue

“Yaps! Aku juga seperti kamu.. suka menyendiri, membenci keramaian, aku sering ngambil
waktu buat menjauh dari sosialitas, mengasingkan diri sejenak..” ujar gue
“Hmm.. kita beda bud..” ujar Sherlly pelan sambil menunduk

“Oya? So, please tell me where is the different..” gue ngomong sambil ngeliat dia yang lagi
menunduk, dia mengangkat wajahnya, menoleh ke gue, mengangkat sedikit lengan bajunya

“Kita beda...” dia ngomong pelan sambil ngeliat gue dan nunjukin bekas luka di lengannya,
bekas luka yang sama yang gue liat ketika makan siang beberapa hari lalu, bedanya kali ini
gue ngeliat dengan lebih dekat, lebih jelas, yang membuat gue sedikit merinding ketika
menatapnya.

Anda mungkin juga menyukai