Anda di halaman 1dari 3

CERPEN TENTANG IBU

Aku anak bungsu dari 3 bersaudara. Kedua kakakku hidup berkecukupan. Mereka punya segalanya.
Sedangkan aku, aku hidup serba pas-pasan. Aku memiliki 2 orang anak. Keduanya masih duduk di
bangku sekolah dasar. Suamiku memang bukan seorang pengusaha seperti suami kedua *kakakku.
Tapi aku cukup bahagia hidup dengan nya.

"Kriiiiiing....." Tiba-tiba hpku berdering membuyarkan lamunanku.

Segera ku raih. Ibu! Ada apa ya Ibu menelpon ku?

Segera kuangkat. Terdengar suara salam dari seberang. "Iya Bu, waalaikum salam."

"Sita, besok kakak2mu beserta keluarganya akan berkunjung ke rumah Ibu. Kamu datang ya, bantu
Ibu masak2 utk menyambut mereka."

"Baik Bu, besok pagi2 sekali Sita kesana" jawabku.

Besok dirumah ibuku berkumpul kedua kakakku bersama keluarganya. Akan ada lagi kata2 pahit yg
hrus kudengar. Hinaan apalagi yg akan dilontarkan oleh kedua kakakku besok.

Tapi tak apa, bagaimanapun sifat mereka, mereka tetaplah kakak kandungku. Kami terlahir dari
rahim ya sama...Sita memejamkan matanya sembari menarik nafas panjang.

"Sita...ini catatan belanjaan yg harus kamu beli. Dan ini uangnya." Ibu menyodorkan 10 lembar uang
ratusan.

"Ini terlalu banyak Bu, belanjaannya kan cuma sedikit" jawabku sambil mengembalikan sebagian
uang Ibu.

"Sudah, bawa aja dulu. Takut kurang!"

"Baik Bu, saya berangkat ke pasar ya."

Ku cium tangan Ibu yang amat ku sayangi itu.

Setelah kurasa cukup, semua keperluan sdh ku beli, agu bergegas pulang. Lumayan banyak
belanjaannya. ini sesuai dgn yg ibubcatatkan tadi.

Utk apa belanjaannya sebangyak ini. Sedangkan kakaku dan keluarga nya jhanya bbro orang saja,
piikirku.

"Assalamu'alaikum" icapku ketika sampai di rumah Ibu. "wa'alaikumslam" jawab ibu menyambutku.
"ini bu, semuanya sudah aku belanjakan sesuai catatan Ibu. Dan ini uamg kembalian nya." Aku
menyodorkan uang sebesar Rp. 375.000.

"Sudah, ambil saja untuk Anti dan Ratih".

"Tidak usah Bu, alhamdulilah aku masih punya uang"

"Ambil saja sita, ini untuk cucuku" sahut ibu memaksaku menerima uang itu."

"Terimakasih Bu" ucapku seraya menerima uang itu. Mataku berkaca2, hampir ssja airmataku
tumpuh dihadapan Ibu. Bagaimana tidak!

Ibu selalu saja dapat membaca pikiranku. Saat ini aku memamg sedang tidak punyabuang. Gaji Mas
Tono relatif kecil, sehingga yerkadang tdkemcukupi utk biaya hidup kami srlama sebulan. Terpaksa
aku harus benar2 menekan pengeluaran. Seperti hari ini, uang di tanganku hanya tinggal 40 rb
rupiah. Sedangkan gajian masih 4 hari lagi.

"Terimakasih Ya Allah" ucapku dalam hati.

"Aku segera mbawa benjaan ke dapur. Dan bersiap2 utk memgolah nya.

Tiba2 ibu sdh ada dibsmpingku. Memilih dan memisahkan sebagian belanjaan yg ku beli tadi.

Kulihat ibu memisahkan bbrp sayuran, buah2an, ayam, daging serta bumbu2.

"Utk apa Ibu memisahkan sayuran2 itu" tanyaku heran. Ibu tidak memjawab, beliau hanya
tersenyum seraya memasukkan nya ke dalam kulkas.

Beberapa jam kemudian, masakan sudah siap.

Aku bersama Tini, asisten rumah tangga ibu telah selesai menyiapkan semuanyab dgn sempurna.

Aku beranjak menemui ibu. Aku hendak berpamitan utk pulang sebentar saja, sekedarvutk
menengok Andi dan ratih. Sejak subuh tadi aku meninggalkan mereka di rumah. Untung saja Mas
Tono sedang libur hari ini.

"Bu, aku pamit pulang sebentar ya Bu".

Nanti setelah aku selesai mengurus keperluan Andi dan Ratih aku akan kembali lagi."

"Sebentar Sita!" ibu menghentikan langkahku. Ku lihat ibu bergegas membuka pintu kulkas dan
mengeluarkan bungkusan sayuran yg dipisahkannya tadi pagi.
"Bawa ini, buatkan masakan yg enak untuk cucu-cucuku ya," Ibu menyodorkan kantong plastik besar
kepadaku.

Airmataku benar2 tumpah. Aah....ibu. Engkaulah orang yg oaling mengerti aku.

Disaat aku kesusahan, engkau dapat membaca pikiranku.

Kupeluk ibuku erat.

Terimakasih Bu. Maafkan aku belum mampu membalas semua jasamu.

Ibu mengusap lembut airmataku.

"Pulanglah, Nak". Kasian Andi dan Ratih. Mereka pasti menunggumu.

Aku mecium tangan ibu. Lalu menyetop sebuah angkot yg kebetulan lewat di deoan rumah ibu.

Anda mungkin juga menyukai