Anda di halaman 1dari 4

Keajaiban Natal

Ding Dong Ding Dong… bunyi lonceng natal dari jauh tapi terdengar sangat dekat. Salju
yang jatuh tepat di rambutku membuat hatiku sangat senang. Sungguh momen natal adalah
momen yang paling kutunggu tunggu. Hari ini semua orang terlihat sangat bahagia. Senyum
sangat terlihat jelas terukir di wajah mereka. Anak anak yang berlarian dan bermain salju, ibu
mereka yang sibuk mempersiapkan makanan di malam natal dan ayah mereka yang membantu.

Tapi natal kali ini kurasa tidak semenyenangkan mereka. Liburan musim dingin tahun ini
aku tidak bisa pulang ke Indonesia untuk merayakan natal bersama keluargaku. Padahal aku
sangat merindukan rumah dan masakan ibu ku yang sangat lezat yang selalu ibu kubuatkan untuk
kami. Ada rasa kesepian di dalam hatiku dan merasa iri melihat keluarga yang ramai merayakan
natal. Aku memutuskan untuk tetap di asrama ku dan akan pergi ibadah malam natal di gereja
yang terdekat dari asrama ku.

Pukul 6 sore aku bersiap dan bergegas meninggalkan kamar asramaku. Aku hari ini
memakai baju yang baru kubeli tadi saat aku berjalan mengelilingi kota. Baju berwarna coklat
muda dan kubalut dengan syal putih untuk menghangatkan badanku.

Setibanya di gereja, aku segera mencari tempat duduk yang kosong untukku. “Selamat
natal nona.” Ucap seorang wanita paruh baya yang duduk berada tepat di sebelahku. “Selamat
natal bu. Damai natal besertamu” jawabku. Sebuah kata yang sederhana namun sangat
menyentuh hatiku. Aku belum menghubungi keluargaku untuk mengucapkan selamat natal.
Selama ibadah aku memikirkan dan membayangkan betapa indah momen natal jika aku bersama
keluargaku. Aku berencana untuk melakukan panggilan video dengan mereka sepulang ibadah
ini.

“ O come all ye faithfull joyful and triumphant o come ye o come ye to betlehem.”


nyanyian penutup untuk ibadah malam natal kali ini. Lagu yang sangat kugemari ditambah para
pemusik dan penyanyi yang sangat harmoni. Ibadah malam natal telah selesai dan aku ingin
bersiap siap untuk pulang. Tiba di pintu keluar gereja aku dihampiri lagi oleh ibu paruh baya
tadi. “ Apakah kau merindukan keluargamu Ghiza?” Aku sangat kaget ia mengetahui namaku
dan bahkan ia juga tau bahwa aku merindukan keluargaku. “ Bagaimana kau mengetahuinya?”
“Tidak perlu kau ketahui itu sekarang. Aku ingin mengajakmu berjalan jalan malam ini. Dan aku
bisa mewujudkan mimpimu di malam natal.” katanya. “ Aku benar benar tidak mengerti
maksudmu.” jawabku. Tapi setelah kupikirkan,mengapa aku tidak mau kan aku juga tidak ada
teman di malam natal ini. “Baiklah aku akan ikut denganmu bu. “

Kami mulai berjalan dan menyusuri perkotaan. Aku merasa aneh terhadap diriku sendiri
mengapa aku tidak takut dibawa pergi oleh orang yang tak pernah kukenal sebelumnya. Tapi
justru aku merasa dibawa jalan oleh ibuku sendiri. Ditengah perjalanan, kami mulai lelah. “
Sepertinya kau mulai lelah Ghiza,mari kita hampiri restoran tersebut aku tahu kau juga belum
makan.” seru ibu. “ Baiklah bu.” jawabku. Setibanya di restoran tersebut kami disambut oleh
pelayan nya. “ Selamat datang, silahkan duduk.” Kami pun memilih meja di ujung agar tidak
terganggu oleh keributan pengunjung lain yang terlihat sangat menikmati momen malam natal
ini.

Kami mulai melihat menu dan memesan makanan. Aku sudah sangat lapar dan lelah.
Aku menyenderkan bahu ku di lengan kursi restoran tersebut. Hampir aku tertidur tapi terbangun
kembali dengan suara ibu. “ Ghiza,ada hal penting yang ingin kubicarakan padamu.” “Apa itu
bu? Hal penting apa maksudnya?” “ Sebenarnya aku adalah peri natal yang akan membantu mu
mewujudkan keinginan mu di hari natal ini.” Jawabnya. “ Apa?! Kau peri natal? Dan kau
mengatakan kau akan mewujudkan keinginanku? Apa aku mimpi?” tanyaku. “ Tidak,kau tidak
sedang bermimpi. Katakanlah keinginanmu Ghiza.” “Wahh aku ingin natal tahun ini bertemu
dengan keluargaku dan menikmati masakan ibuku. Lalu aku akan berjalan jalan bersama
keluargaku dan menghabiskan libur musim dingin.” Jawabku. “Baiklah akan kuwujudkan. Tapi
sebelum itu kuwujudkan, ada persyaratan yang harus kau lakukan. Kau harus melakukan 2
kebaikan di malam natal ini.” “ Baiklah akan kulakukan.”

Setelah kami menyelesaikan makan kami,aku bergegas memikirkan apa kebaikan yang
akan kulakukan. Saat ingin kembali melanjutkan perjalanan kami,aku melihat seorang pria tua
yang duduk di pinggir jalan dan ia terlihat sangat lelah dan tidak ada orang yang mempedulikan
dia. Ingin kuhampiri kakek itu. “Hai kek,apa yang kau lakukan disini? Kenapa kau tidak
merayakan malam natal dirumah bersama keluargamu? “ tanyaku. “ Hai anak baik, aku tidak
memiliki keluarga. Duduk disini melihat tawa bahagia orang yang lewat saja aku sudah senang.”
Sungguh aku kaget dan tersentuh mendengar kata kakek ini. “ Apa kakek sudah makan?” “
Belum nak.” jawabnya. “ Baiklah tunggu disini saja ya kek aku akan kembali.” Bergegas aku
mencari toko swalayan terdekat dan aku membawa makanan yang kupilih dan mengantri untuk
membayar. Saat tiba giliranku membayar, aku baru ingat bahwa aku tidak membawa dompet.
Aku langsung panik dan mukaku memerah kebingungan. Aku tidak tau harus berbuat apa dan
kukembalikan lagi makanan tadi ke tempat semula. Aku keluar toko tersebut dengan sangat sedih
dan kecewa terhadap diriku sendiri. Aku tidak tau ibu peri kemana semenjak aku melihat kakek
tadi dia menghilang begitu saja. Aku ingin kembali ke tempat kakek tadi dan menyusuri jalan
yang sama dengan perasaan yang masih sama.

Di saat aku ingin menyeberang di tengah keramaian,tiba tiba “ Dug.” Anak kecil
menabrakku dan kulihat dia sedang panik dan kebingungan. “ Kenapa dik? Ada apa denganmu?”
tanyaku. Aku tadi berjalan bersama mamaku tapi sekarang aku tidak tau mamaku dimana
kak.jawabnya sambil tertangis. “ Baiklah aku akan membantumu mencari mamamu ya dik
jangan nangis lagi.” Kuajak dia mencari ibunya. Selama hampir 10 menit kami belum juga
menemukan keberadaan ibu adik kecil ini. Hingga kami mulai pasrah dan memilih duduk dan
tiba tiba ada seorang wanita yang memanggil “ Carl,kenapa kamu disini? Ibu mencarimu.” “Ibu”
sahut anak kecil yang baru kuketahui namanya. “ Kamu dengan siapa ini?” “Dia yang
membantuku mencarimu bu.” “ Wah terimakasih ya. Ini aku membawakanmu sedikit makanan
tadi aku baru saja membeli makanan untuk kami jadi aku ingin berbagi makanan ini
untukmu,ambillah.” Aku sangat senang dan aku bertekad memberi makanan itu kepada kakek
tadi.

“ Baik bu terimakasih banyak.” Aku langsung meninggalkan mereka dan berlari


menghampiri kakek. “ Kakek,ini aku membawakanmu makanan.”” Sungguh kau anak yang
baik,semoga Tuhan memberkatimu di malam natal yang indah ini.” “Iya kek silahkan di makan
selamat natal kek.” Aku sangat lega dan puas melihat kakek yang menikmati makanan. Aku
mulai mencari ibu peri. “ Hai Ghiza kau sudah melaksanakan 2 kebaikan. Dan aku akan
membawamu ke rumah mu bersama keluargamu.” “ Ayo bu aku sangat tidak sabar.” “Silahkan
tutup matamu.” Aku menutup mataku dan sekejap aku membuka mataku dan aku merasakan aku
sudah tiba dirumah.

Aku mulai mencari ibuku di dapur. Anehnya tidak ada tercium aroma apapun dari dapur.
Sungguh ini hal yang tidak biasa, kemana adikku ayahku. Kenapa rumah ini sangat sepi? “ Ibu..
Ayah?” Kutelusuri rumahku dan tiba aku di depan pintu kamar ibu dan ayah. Disaat aku ingin
masuk,tiba tiba aku melihat ayah menggendong ibu keluar dari kamar dan terlihat sangat panik. “
Ayah,ibu kenapa? “ Ayah tidak memperhatikan kehadiranku. Adikku melihatku datang. “ Kak,
ibu sakit dan tadi ibu muntah darah kak. Sekarang ayo kakak ikut ke rumah sakit.” Aku sangat
kaget badanku kurasa lemas dan tidak berdaya. Kenapa di malam natal yang kutunggu tunggu
ibu ku sakit.

Sampai kami dirumah sakit, dokter memeriksa keadaan ibuku. Kami sekeluarga
menunggunya diluar. Sungguh aku tak tenang. Tak lama kemudian seorang suster keluar dan
memanggil kami. “ Apakah kalian keluarga ibu Susan? “ “ Iya suster.” Jawab ayahku. “ Ibu
susan semakin melemah, tekanan darah nya tidak stabil dan detak jantung nya tidak normal.
Dokter sedang berupaya dan berusaha menolong ibu susan.” Aku yang mendengarnya sangat
terkejut. Ayah sangat panik dan mengajak kami untuk berdoa bersama. “Tuhan,Engkaulah
sumber kekuatan sumber kesembuhan bagi ibu kami. Kau sembuhkan ibu kami Tuhan, kau
berkati dokter dan perawat yang menolongnya. Kami serahkan kepadaMu.”

Saat berdoa, tanpa sadar aku menitikkan air mataku. Tak kuat aku membendungnya dan
aku memutuskan untuk keluar mencari ibu peri. “ Kau adalah anak yang kuat Ghiza,kau harus
kuat dan senyum terlihat oleh ibumu.” “ Sudahlah peri aku tidak mempercayaimu lagi. Aku juga
membenci natal. Ini semua tidak adil. Keluarga lain sedang tertawa bahagia tapi kenapa di hari
natal ibu ku sakit,” “ Kau tidak tahu apa yang terjadi besok Ghiza. Seharusnya kau tetap
berpengharapan. “ Masuklah dan jenguklah ibumu. Tapi sebelum itu, hapuslah air matamu.”

Aku memasuki ruangan ibuku. Tak kuat aku melihatnya tertidur lemas dan bernafas
dibantu alat. Kuraih tangan ibuku. “Hai bu,Ghiza pulang. Ghiza kangen ibu. Ghiza bawa kado
natal untuk ibu. Ghiza ingin mengajak ibu main salju bu. Kenapa ibu bisa sakit bu? Kenapa
Ghiza tidak bisa bersukacita di hari natal ini bu?” curhatku sambil menitikkan air mata. Ibu peri
menghampiriku. “ Damai natal bersamamu.” Mendengar perkataan ibu peri aku marah, aku
sedang bersedih tapi ia datang menggangguku. “ Damai natal? Tidak ada aku tidak percaya.
Lihat ibuku, kalau memang natal adalah keajaiban aku ingin ibuku sembuh.” Tanpa kusadari alat
pacu jantung ibuku berbunyi stabil. Tangan ibuku yang kupegang terasa semakin erat.

Ternyata ibuku sudah kembali sadar. “Ghhiiiza.” panggil ibuku. “Ibu ibu sudah sadar.
Ghiza pulang bu!” Ibu sembuh ya bu.” Lega sekali rasanya melihat ibu sudah sadar kembali.
Sekarang aku sadar sukacita natal dan keajaiban natal bukan hanya tentang kebahagiaan bersama
keluarga tetapi pertolongan dan mukjizat yang Tuhan berikan.

Anda mungkin juga menyukai