Anda di halaman 1dari 34

Seberkas cahaya di ujung senja part 21-30

PART 21 : Closer To You


23-06-2014 14:40
Bekas luka yang hanya gue lihat sekilas sekarang terpampang jelas di depan mata gue,
sepintas seperti sayatan, tapi bukan, bukan sekedar sayatan, ada yang lebam di bagian
samping lengannya, sebagian tampak masih baru beberapa sudah memudar.
Bekas luka apa itu? Cuma di lengan kah, atau hampir diseluruh tubuhnya? Kenapa dengan
anak ini? Self harm karena depresi tingkat dewa? Atau luka itu disebabkan dari orang lain??
Uhhh, so many question in my head!

Quote:"Udah
tau kan, perbedaan kita?" Ujar Sherlly sambil menutup kembali lengan bajunya,
gue mengalihkan pandangan dari lengan ke matanya

"Aku parah, Bud.." tambahnya, gue tersenyum ke dia

"Kok senyum?" Tanyanya heran

"Aku udah pernah liat kok luka itu sebelumnya, sekilas"

"Oya? Dimana? Temanmu ada yang seperti aku juga?" sekali lagi dia bertanya dengan
mengangkat sedikit alisnya menandakan sedang heran

"Bukan, bukan temanku.. Kamu, aku liat bekas luka di lenganmu itu, waktu kita lagi makan
siang bareng di rumahmu beberapa hari lalu." jawab gue sambil masih senyum ke dia

"Oh, jadi ada yang udah nyolong start curi-curi pandang" ujar Sherlly sambil tersenyum
simpul

"Hahaha.. Ngga sengaja kok waktu itu ngeliatnya, lengan kaosmu sedikit terangkat waktu
ngambil tempat nasi yang aku kasih, nah sekilas aku ngeliat itu.." jawab gue yang disambut
dengan anggukan pelannya, sambil menyelipkan rambut panjangnya dibalik telinga angin
yang berhembus pelan saat itu meniup aroma parfum Sherlly kearah gue. I'm fall in love with
your parfume, Sher.

Sherlly belum menjelaskan itu bekas luka kenapa dan apa sebabnya, dia juga belum bercerita
banyak mengenai apa yang dirasakan dan dialaminya, tapi setidaknya dia udah cukup bisa
sedikit terbuka dengan mau gue ajak ngobrol siang itu.
Self Controlled adalah sikap yang harus gue usahain untuk lakukan waktu itu, karena jujur
dalam hati gue ga sabar sebenernya ingin segera tau apa yang dia alami, tapi gue ga mau
merusak kenyamanan yang mulai timbul diantara kita dengan mencecarnya dengan
pertanyaan-pertanyaan itu.

Sekitar sejam setengah gue dan Sherlly nongkrong di depan kolam, akhirnya gue putuskan
untuk mengantarnya pulang, bukan apa-apa sih, ntar dikira nyokapnya baru sekali gue
jemput, Sherlly udah gue culik. Sesaat setelah dia nunjukin lengannya itu kita udah ga bahas
soal itu lagi, dia mengalihkan pembicaraan mengenai sekolahnya, serta sedikit bertanya soal
kehidupan gue.
Jam Setengah lima gue sampe kerumahnya bu Mila, seperti biasanya, Sherlly bergegas turun
dari mobil dan masuk ke dalam rumah begitu gue udah masukin mobil ke halaman, gue
matikan mesin mobil, turun dan memberikan kunci mobil ke pak Yono. Bu Mila keluar dari
rumah dan menyambut gue.

Quote:"Sore
bu, maaf bu agak telat saya nganterin Sherllynya pulang.. Tadi kita ngobrol dulu di
kolam dekat sini soalnya" Ujar gue menyapa bu Mila yang sedang berdiri di teras

"Sore mas Budi, oh ngga apa-apa kok.. Masih jam segini juga.." jawab bu Mila sambil
senyum ke gue

"Hehe, ya sudah kalau begitu bu, saya pamit pulang dulu.."

"Loh, kok kesusu (keburu-buru)? Ndak mampir dulu mas?" ujar bu Mila menawarkan gue
untuk mampir sebentar

"Eh, engga deh bu.. Kapan-kapan aja..hehe"

"Ya sudah kalau begitu.. Sekali lagi makasih lho mas Budi.."

"Iya bu, sama-sama.. Sherlly nya, lagi di dalem ya bu?"

"Ehmm, Sherlly... Biasanya lagi di lantai atas sih kalau jam segini.."

"Oh.. Ya udah nanti titip salam saja buat dia..hehe" Ujar gue sambil nyengir ke bu Mila

"Hahaha.. Iya mas, nanti saya sampaikan.." jawab bu Mila ketawa

"Hehe.. Mari bu.." gue pamit sambil mulai menuntun motor keluar

"iya, mari mari.."

Hari pertama, done! Gue balik ke rumah dengan sejuta pertanyaan yang terpendam, tapi se-
enggaknya, gue udah sedikit dekat dengan Sherlly.

Besok paginya gue langsung cerita ke Teguh soal kejadian kemaren waktu gue ngobrol sama
Sherlly, juga soal dia nunjukkin bekas luka itu.

Quote:"Wuih, jadi lo ngeliat itu bekas lukanya?" Teguh nanya dengan mata melotot

"Iyalah, gimana ngga ngeliat orang dia nunjukin di depan mata gue.."

"Terus..terus, dia nunjukin apa lagi?"

"Tuh.. Tuh, mulai kan? Omesnya kumat kan?"

"Hahahaha..." kita berdua ketawa

"Kali aja kan dia nunjukin yang lain gitu.hahaha.." ujar Teguh dengan muka mesum nya..
Gue memang pernah denger mengenai perilaku seseorang yang suka melukai diri sendiri,
atau bahasa kerennya disebut self harm or self injury, pribadi, gue sendiri, gue pernah jadi
orang yang seperti itu waktu kecil. Ya, meskipun gue belum parah sih, ga sampe nyayat-
nyayat diri sendiri, belum sampai kesana.

Kondisi keluarga gue yang broken, ga adanya figur seorang ibu dalam masa kecil gue, dan
cara bokap gue yang keras dalam mendidik kami (gue dan kakak), pernah membuat gue
depresi. Self harm yang gue lakukan waktu kecil cenderung ringan, hanya menusuk-nusuk
kulit tangan dengan kemiti (tau kemiti kan ya?), atau menempelkan puntung rokok yang
masih menyala ke pundak. Sakit? Kata orang sih sakit, bagi gue? I'm enjoy it!

Bersyukur kebiasaan itu perlahan hilang ketika kakak gue pernah mergokin gue yang lagi
nusukin tangan waktu di kamar sendirian, ya, kakak gue rupanya sudah lama curiga sejak
sering ngeliat ada bekas luka di tangan gue, sejak saat itu dia sering ngawasin dan nasehatin
gue kalau tindakan itu salah, sampai akhirnya gue bener-bener udah lepas dari hal itu waktu
masuk SMP.

Itu gue, wajar, karena kondisi gue waktu itu yang bener-bener sangat memungkinkan bagi
seorang anak rentang usia 4-10 taun mengalami depresi, nah kalo Sherlly? Ah, tapi kan
belum tentu juga itu luka memang beneran karena self harm, Bud.

Hari ini gue ga bisa jemput Sherlly karena ada appointment, gimanapun gue tetep harus
utamain kerjaan kan, ngga lucu kalo tanggung jawab gue di kerjaan jadi terabaikan hanya
karena gue sibuk deketin sosok cewek misterius yang baru beberapa hari gue kenal.
Tapi tenang, ga jemput dia bukan berarti ga ketemu, tadi bu Mila sempet telpon katanya gue
diajak makan malem bareng dirumahnya, dalam rangka apa? Gue juga ga tanya sih dalam
rangka apa, mungkin dalam rangka 'buang uang kecil' kali ya.hehe

Jam setengah tujuh kurang gue udah masukin motor di halamannya bu Mila, gue belum
sempet pulang buat mandi sama ganti baju, planning appointment yang awalnya gue kira bisa
selesai jam 5an ternyata molor sampe setengah jam, alhasil selesai presentasi gue langsung
meluncur kesini setelah sempetin cuci muka sebentar.
Bermodal kemeja kerja warna putih berlengan panjang yang digulung sampai sedikit diatas
siku dengan kancing atas terbuka satu, celana denim dan sepatu kets, gue dateng malem itu
ke rumah bu Mila.

Quote:"Malam pak.." gue menyapa pak Yono yang barusan menutup gerbang setelah gue
masuk

"Malam mas Budi.. Wah, rapi sekali hari ini.." ujar pak Yono ngeliat penampilan gue,
sepertinya dia sudah waktunya membeli kacamata, karena penampilan kucel gini dia bilang
rapi.

"Haha.. Kayak gini kok rapi pak, baru pulang kerja ini saya..hehe" jawab gue sambil ketawa

"Mari mas, langsung masuk aja, Ibu ada di dalam.." Bibi keluar dari pintu utama
mempersilahkan gue masuk, gue lepas sepatu dan melangkah masuk kedalam mengikuti bibi
dari belakang, menuju ke ruang makan.

Hidangan sudah tersedia di meja makan, tampak bu Mila sedang sibuk menyiapkan beberapa
sendok dan piring disana, Vincent adiknya Sherlly berjalan ke salah satu kursi di meja
makan.

Quote:"Malam bu, maaf agak telat.." gue menyapa bu Mila, dia menoleh dan melemparkan
senyumnya

"Iya mas, yuk.. Silahkan duduk dulu.." Ujar Bu Mila mempersilahkan gue duduk

Ada seseorang turun dari tangga, seorang perempuan dengan rok biru diatas lutut
mengenakan t-shirt berwarna merah berjalan turun ke arah ruang makan. Sherlly. Rambut
panjangnya diurai dengan jepit kecil di bagian atas kanan kepalanya melekat di rambutnya,
gue berharap dia jangan duduk disebelah gue karena gue belum mandi, tapi harapan gue sirna
seiring tercium parfum khasnya ketika dia menarik kursi dan duduk di sebelah gue, semoga
dia ga pingsan.

PART 22 : Dua Es Krim Coklat dan Vanilla


24-06-2014 14:27
Makan malam hari itu berjalan dengan lancar, awalnya memang gue agak sedikit nervous dan
canggung berada ditengah keluarganya bu Mila, tapi perlahan gue bisa menyesuaikan diri,
membaur dengan mereka, ngobrol dengan Vincent, sesekali menoleh ke Sherlly yang ada di
sebelah gue, but like always, she doesn't talk too much tonight.

Selesai makan gue jalan sama Sherlly ke taman disisi samping rumahnya, duduk berdua di
ayunan sambil menikmati suasana malam.

Quote:"Kamu kalo dirumah memang jarang ngomong gitu ya Sher?" Gue membuka obrolan
waktu kita sudah duduk berhadapan

"Ga cuma dirumah kok, disekolah juga, aku memang ga terlalu suka ngomong.." jawab
Sherlly sambil menyandarkan punggungnya ke tempat duduk di ayunan

"Oh.. Tapi kata mama kamu, dulu kamu ngga seperti ini ya?" gue beranikan untuk mulai
sedikit membahas ke arah ini

"Mamah bilang apa lagi?" Sherlly bertanya sambil menatap gue tajam

"Ya bilang itu tadi, katanya dulu kamu ga seperti ini.." gue menjawab sambil takut dia akan
marah, sebuah senyuman sinis tampak dari wajahnya, pandangannya beralih ke samping
kanan

"Semua orang pasti berubah.." ujarnya lirih tanpa melihat gue

"Sorry kalau pertanyaanku tadi terlalu jauh.."

"Santai aja.."

"Thanks ya.." ujar Sherlly pelan


"Thanks? For what?" gue bertanya dengan pandangan heran ke arah dia

"Aku tau, ada banyak pertanyaan tentang aku yang kamu pendam sekarang, right?"
pertanyaan yang tegas dengan pandangan yang kalem tapi merasuk.

"kok tau?" biasanya gue merespon situasi seperti ini dengan jawaban bercanda seperti, "ah
engga, ge-er banget sih", "yee sapa juga yang seperti itu, sotoy!" tapi kali ini beda, gue tau
kali ini bukan waktu yang tepat buat bercanda.

"Sudah terlalu banyak pertanyaan dan intimidasi dari orang yang baru tau keadaanku., Bud..
Mereka pasti akan langsung mencecarku dengan berbagai macam pertanyaan begitu melihat
kondisiku." Ujar Sherlly dengan mata yang mulai berkaca-kaca

"Aku sudah terlalu lelah menghadapi pertanyaan yang seperti itu.. Makanya aku sangat
bertrima kasih sama kamu yang mau menahan diri buat ga bertanya apapun ketika tau
kondisiku.." ujarnya melihat gue sambil senyum dengan matanya yang masih berkaca-kaca

Well, perbuatan yang menurut gue simple, dan sudah seharusnya, ternyata berarti cukup
besar baginya.

"I know Sher, I know.. Udah, jangan sedih lagi ya.." ujar gue pelan berusaha menghiburnya,
pengen gue pegang pundaknya tapi gue tau, seorang introvert memiliki sebuah batasan di
dalam dirinya, batasan dalam hal percakapan dan sentuhan.
Introvert ga bisa terima jika disentuh dengan orang yang baru dikenalnya, mereka seperti
memiliki gelembung yang menutupi dirinya dan hanya orang yang benar-benar sudah sangat
dekat saja yang bisa masuk ke area itu. Dan saat ini, posisi gue masih diluar.

Sekitar setengah jam gue dan Sherlly ngobrol berdua di ayunan, setelah itu gue pamit pulang
karena hari mulai malam.

Quote:"BuMila, saya pamit pulang dulu ya.." gue ditemenin Sherlly pamitan sama bu Mila
yang lagi duduk di sofa ruang tv

"Oh, udah mau pulang mas? Ngga ntaran aja?" ujar bu Mila sambil beranjak berdiri

"Engga deh bu, sudah malam juga..hehe"

"Oh.. Ya sudah kalau gitu, biar diantar Sherlly keluar ya mas.."

"Iya bu.. Oiya, makasih banyak bu buat makan malamnya hari ini..hehe"

"Halah...iya mas, sama-sama.. Cuma makan malam sederhana kok..hehe.."

"Hehehe.." gue senyum dan ga lama kemudian berjalan keluar ditemani Sherlly

......................................................

"Pulang dulu ya, Sher.."


"Iya, ati-ati..Bud"

"Yup..yup, besok kalo aku ga ada janjian sama klien aku jemput sepulang sekolah ya.."

"Oke.." jawab Sherlly sambil senyum, gue naik ke motor, pake jaket dan pake helm

"Bud.." Sherlly memanggil gue pelan waktu gue mau ngedorong motor keluar

"Ya?"

"Sering-sering berpenampilan seperti ini ya.." Sebuah kalimat yang pendek, diiringi dengan
senyuman lebar yang terukir di wajah cantiknya

Di perjalanan gue masih kepikiran sama perkataan Sherlly barusan, "Sering-sering


berpenampilan seperti ini ya.."
Seperti ini? Maksudnya gimana? Gue ga mandi gitu? Atau bajunya? Atau gimana sih?? Ah
Sherlly, selalu aja misterius..

Besoknya sesuai janji gue ke Sherlly kemaren, gue jemput dia sepulang sekolah, bedanya kali
ini gue ga perlu ambil mobil dulu karena gue bawa mobil kantor.

Quote:"Siang Sher" sapa gue waktu dia masuk ke dalam

"Siang buuudd... Mobil siapa nih?" balasnya dengan tersenyum lebar, tumben banget ni anak
ceria, ga kayak biasanya

"Mobil kantor..hehe nanti mau ada janjian sama klien soalnya.."

"Oh.. Jam berapa janjiannya?" tanya nya sambil memasang sabuk pengaman

"nanti kok, jam 6an.. Masih lama.."

"Ooohh... Baiklahhh.."

Sherlly beneran beda hari ini, dia lebih ceria,terlihat dari sorot mata dan cara bicaranya. Sorot
mata yang sekarang inilah yang gue liat waktu pertama ketemu dia dirumahnya.

Quote:"Beli es krim lagi ya Bud.." ujar Sherlly sambil noleh ke gue

"Oke, M*Flurry lagi?"

"Yuppiee!hehe mau kan?"

"Boleh, boleh.." jawab gue sambil menganggukkan kepala

"Tapi drive Thru kayak kemaren yaa.."

"Siaapp..."

Dua M*Flurry coklat dan vanilla udah dibeli, dua-duanya dipegang Sherlly karena gue lagi
nyetir.

"Bud..bud.." suara sherlly memanggil gue

"Hemmm.." gue jawab sambil menggumam

"Buudd, noleh bentar dongg.."

"Apa Sher?" ujar gue sambil menoleh ke dia

"Huuummmm... Enak lhooo.." Sherlly melahap sesendok es krim penuh ke mulutnya dengan
ekspresi yang membuat iri

"Huuhh.. Gitu ya, makan duluan.. Ga bagi-bagi.." jawab gue dengan nada kesel dan kembali
mengarahkan pandangan ke jalan di depan

"Hahahaha... Ada yang keseell.." Ujar Sherlly dengan girang karena misinya membuat gue
kesel berhasil

"Bud.." Sherlly manggil gue lagi

"Buuddiii..." panggilnya yang kedua, setelah yang tadi ga gue respon, gue menoleh pelan
kearahnya tanpa ada jawaban, ternyata Sherlly udah menyiapkan satu sendok es krim yang
diarahkan ke gue, ya, gue disuapin bocah kelas 3 SMA siang itu di dalem mobil.

Kita berhenti di tempat yang sama, kolam dengan patung merlion di tengah, menikmati
suasana perumahan itu di siang menjelang sore ini sambil duduk di tempat duduk di pinggir
kolam.
Sepi waktu itu, seperti biasanya.. Hanya terlihat mobil sesekali melintas disana. Sherlly
banyak bicara hari ini, banyak banget, dan itu bikin gue seneng.

Tapi setelah beberapa waktu kemudian suasana jadi hening, kita sama-sama diem dan
ngeliatin kolam, mendadak Sherlly menggeser duduknya dan mendekat ke gue, mengarahkan
pandangan dan mendekatkan wajahnya ke gue, gue yang menyadari hal itu menoleh ke dia,
hembusan nafasnya terasa di wajah gue, matanya yang semu biru dibawah matahari terlihat
bersinar di depan gue, aroma parfumnya yang sudah membuat gue addict akhir-akhir ini
tercium dengan jelas, bibirnya yang merah muda merona dan selalu terlihat basah itu
sekarang berada tepat di depan gue.

Gue deg-deg'an sangat, pipi gue terasa panas, gue tau pipi gue mulai memerah pasti..
"Mau ngapain ni anak?" gumam gue dalam hati sambil menelan ludah.

PART 23 : Sedikit Kenangan Tentang Ike


24-06-2014 16:47
Wajah kita saling berhadapan sore itu diatas bangku taman di daerah perumahan, Sherlly
menggerakkan tangannya ke gue perlahan dan bergumam,
Quote:"Ini
yang atas, jangan dikancingin.." gumamnya pelan dengan kedua tangannya melepas
satu kancing baju gue yang atas

"Oh.. Ehm.." ujar gue sambil gugup

"Kan kemaren aku udah bilang, sering-sering berpenampilan seperti ini, kancing baju atas
dibuka satu, kemeja lengan panjang dilipet sampai ke siku.." ujarnya sambil masih
memandang gue

"Oh.. Ehm.. Iya.." gue masih gugup, detakan jantung gue belum normal, masih terbayang
betapa dekatnya wajah Sherlly tadi di depan gue, gue sempet mikir kalo Sherlly bakalan
nyium gue tadi.. Sherlly senyum dan mengalihkan pandangannya kembali ke depan, ke
tengah kolam

"Kenapa?"

"Hmm?" dia menoleh dan ngeliat ke gue

"Kenapa, kok gitu?" gue bertanya sambil ngeliat dia

"Ga papa.. keliatan lebih keren aja.." ujarnya sambil senyum dan kembali mengalihkan
pandangan ke kolam

Gue masih terpaku dan ngeliat Sherlly dari samping. Senyuman yang tersungging di
mulutnya terlihat indah, please.. Terus seperti ini, jangan berubah lagi.. Ujar gue dalam hati.

Sekitar setengah jam lebih kami berdua nongkrong disana, cuaca yang hangat dan bersahabat
membuat kita cukup betah menghabiskan waktu dengan duduk dan menikmati pemandangan
yang ada.
Sampai akhirnya gue putuskan untuk mengantar Sherlly pulang, dan gue lanjut jalan untuk
ketemu dengan klien.

8 Juni 2008

Seperti biasa, siang ini gue lagi di sekolahnya Sherlly nungguin dia keluar. Gue lagi
nongkrong di warung sebelah rumahnya sambil menikmati segelas es teh manis dan hidangan
beberapa gorengan di depan gue. Sengaja gue dateng agak pagian, karena gue udah ga ada
kerjaan dan memang pengen sekali-sekali merasakan lagi rasanya nongkrong di depan
sekolahan.

Terlihat beberapa anak cowok dan perempuan yang masih memakai seragam putih abu-abu
berjalan gandengan tangan keluar dari gerbang sekolahan, memang umur gue dengan mereka
ga seberapa jauh saat itu, tapi entah kenapa rasanya udah lama banget gue meninggalkan
masa SMA gue ketika melihat itu.

-----

Quote:"Yuk
sayang.. Kita pulang.." Seorang wanita berambut panjang sepinggang
menggandeng lengan gue dan sedikit menarik berjalan keluar gerbang sekolah.
Ike namanya, anak SMA sebelah sekolah gue, masih inget di salah satu part awal-awal gue
pernah nyinggung tentang dia?

"Mau mampir warung dulu, apa langsung balik?" gue bertanya dan menoleh ke arahnya

"Pulang aja ya.." jawabnya sambil nyengir

"Aku udah ga tahan.." bisiknya sambil mengigit kecil telinga gue.

Ike, satu-satunya wanita ter'liar' yang pernah gue tau, sepanjang sejarah gue kenal dan jalan
sama cewek.
Sejak sama dia gue berani deket sama cewek, dan sejak putus sama dia gue jadi cowok yang
seneng deketin cewek, bahasa gaulnya, player.

Sepulang sekolah kegiatan gue dan Ike selalu sama, kalau ngga mampir ke warung dulu
untuk makan atau sekedar ngobrol dan ngumpul sebentar sama temen, ya langsung anterin
dia pulang kerumah yang letaknya sekitar 15 menit dari sekolah. Rumahnya sepi, hanya ada
Ike sendirian, mamanya kerja dari pagi-malam, bahkan lumayan sering ga pulang.
Ike berasal dari keluarga yang broken, sama kayak gue, mama papanya cerai waktu dia masih
SMP, bedanya dia ikut mamanya.

Sampai dirumah dia langsung meluk gue begitu pintu udah ditutup, kita kissing sambil berdiri
dan berjalan pelan ke kamar atau duduk di sofa. Belum ada yang ngalahin tu anak dalam hal
permainan lidah sampai sekarang. Ga perlu dijelasin detail kan ya yang dimaksud permainan
lidah disini?hehe

Awal-awal ngelakuin itu sama dia gue masih sangat cupu, ga tau apa-apa, ga pernah ngadepin
hal begituan, buka tali b*a aja gue ga bisa, sampe diketawain sama dia.

Quote:"Hahahaha...lu culun banget sik? Masa buka ginian aja kaga bisa.."

Masih teringat dengan jelas nada bicara dan ekspresinya ketika ngomong gitu ke gue, dan
jujur gue malu waktu itu, seharusnya gue buka google dulu tadi mencari "Tutorial membuka
tali b*a yang baik dan benar".

"Sini, tangan lu.."

Tangan gue dipegang dan dibimbing ke punggungnya, dituntunnya perlahan, *tess* talinya
pun terbuka.

Berulang kali dia ngajarin gue, buka, pasang, buka, pasang, ada sampe 10 kali mungkin.
Setelah gue cukup lancar,

"Oke, cukup.. Sekarang coba pake tangan satu.." gitu katanya

Asemlah, ini kok jadi privat singkat cara buka tali gini sih, kan tanggung, gue udah mupeng..
Itu yang ada dipikiran gue waktu itu.

Jadilah gue yang sekarang, yang bisa dibilang cukup bisa dalam hal seperti itu, dan itu, iya
itu.. Itu lah pokoknya..
Di cerita gue sebelumnya, gue pernah mention sedikit kalau gue pernah jadi cowok yang
brengsek, setaun setelah putus dari Ike adalah masa-masa dimana gue paling brengsek.

Gue putus dari Ike dalam keadaan gue addict dalam hal 'itu', bagi yang udah pernah ngerasain
enaknya itu pasti taulah betapa susahnya lepas dari jeratan nafsu. Dan itulah yang gue alamin
seputus dari Ike. Bayangkan, biasa yang hampir tiap hari gue dapet dari Ike, begitu putus gue
puasa selama beberapa minggu.

Itulah yang akhirnya membuat gue menjadikan pacaran hanya sarana pelarian tanpa adanya
perasaan, ga jarang gue menjalin hubungan yang hanya sama-sama cari kesenangan, no
strings attached. tapi itu dulu ya, dulu. sekarang udah engga untungnya..hehe

-----

Sekitar 20 menit gue nunggu Sherlly di warung, ga lama kemudian keluarlah sosok wanita
yang sedang gue tunggu, gue lambaikan tangan dan menyapa dia dari kejauhan, tapi ga ada
ekspresi yang keluar dari wajahnya, wajahnya kaku, mulutnya membisu, ada apa lagi dengan
ni anak.

Quote:"SiangSher.." kalimat sapa'an yang biasa gue gunakan ketika jemput dia sepulang
sekolah, ga ada jawaban darinya, gue dan Sherlly berjalan dan masuk ke mobil, Sherlly
duduk dan melemparkan tas nya ke kursi belakang. Lagi bad mood sepertinya.

"Sher..?" ditengah perjalanan gue coba ngobrol dengan dia, tapi dia mengalihkan
pandangannya keluar jendela. Akhirnya gue putuskan untuk diem aja dan ga mengganggunya
sepanjang perjalanan ke rumahnya.

PART 24 : Personal Disorder?


24-06-2014 21:27
Sherlly membisu selama perjalanan, tampangnya suram dan ga ada senyum sama sekali.
Berbeda dengan hari sebelumnya yang ceria dan banyak bicara. Lagi ada masalah kah dia?
Apa memang cewek seperti itu ya? Moody dan gampang berubah, hari ini ceria besoknya
muram, hari ini ketawa besoknya marah-marah.. atau Sherlly lagi PMS?hehe

Selama perjalanan gue mencoba mengingat-ingat apa yang gue katakan dan lakukan
kemaren, barangkali ada perkataan dan sikap gue yang bikin dia ga enak ati.

Sebelum sampai dirumahnya gue berhentiin mobil di kolam tempat biasa kita duduk, bedanya
kali ini kita ga turun dari mobil.
Gue tipe orang yang ga mau berlarut-larut ketika ada sebuah masalah, gue pengen segera
diselesaiin kalau memang itu ada hubungannya dengan gue..

Quote:Gue pinggirin mobil dan setelah berhenti gue noleh ke dia

“Sher..”

“Hei... kamu kenapa?” gue berbicara dengan lembut ke dia


“Sher.. kamu ada masalah sama aku?” Sherlly masih diam, hanya menggelengkan kepala
dengan tetap memandang keluar jendela

“Hmmmm...” gue menghembuskan nafas, sedikit kesal dengan sikapnya yang mendadak
berubah

“Udah, anterin aku pulang aja.” Ujarnya pelan

“Tapi aku ga mau kamu diem aja kalau kamu lagi ada masalah sama aku..”

“Engga bud! aku ga ada masalah sama kamu, udah anterin aku pulang sekarang!” jawabnya
dengan sedikit kencang dan berteriak sambil melihat dengan tatapan kesal ke gue

“Oke, ok.. aku anterin kamu sekarang” Gue berpaling kedepan dan menjalankan mobil,
cewek kalau udah nyolot gini mending cowok ngalah, daripada makin panas suasananya.

Malemnya waktu gue lagi di kamar dan onlen sama Siska, gue curhat soal sikap Sherlly tadi
siang, oh..Siska udah pernah gue kasih tau soal Sherlly btw, dari awal gue kenalan.

Quote:(B) “Sis..” gue sapa dia lewat chat

(S) “Oiit?”

(S) “Kenapa? Kangen ya?”

(B) “Iya, pulang gih..hehehe”

(S) “Hahahaha.....baru sebulan..”

(B) “Sis, aku mau cerita nih...”

(S) “Monggo.. saya siap mendengarkan..hehe”

Gue ceritain soal sikap Sherlly tadi siang, sikapnya yang berubah lagi jadi murung dan
pendiam bahkan sampe ngebentakgue

(B) “Kenapa ya Sis kira-kira? Kok sikapnya dia gitu..”

(S) “Hmmm... lagi PMS kali?”

(B) “Iya sih, aku juga sempet mikir gitu tadi..”

(S) “Eh tapi tunggu, kamu ngeliat ada bekas luka baru ga di tubuhnya?”

(B) “Waduh ga perhatiin aku, lagian ga keliatan juga sih, kan lukanya mentok Cuma sampe
lengan, ketutupan bajunya.. emangnya kenapa?”

(S) “Hmm.. iya juga sih ya. Engga, kali aja kamu ngeliat bekas luka yang baru, berarti dia
bisa jadi beneran self harm, atau dibully temennya, atau bisa juga disiksa sama mamanya..
dan sikapnya jadi berubah karena itu..”
Ni anak emang cerdas, kepikiran sampe sana, gue aja ga kepikiran kesana, ga salah gue cerita
ke dia soal ini.. batin gue

(B) “Oh, gitu ya Sis? Bener juga ya, tapi sayang aku ga merhatiin dan ga bisa ngeliat tadi tu
anak ada luka baru engga di tubuhnya..”

(S) “Kemungkinan kedua, tu anak emang ada Personal Disorder Bud, punya kepribadian
ganda atau, sorry to say, ‘sakit jiwa’..”

(B) “Ah masak sampe sakit jiwa? Hmm.. serem juga ya kalo memang beneran sakit jiwa,
kasian juga kalo sampe seperti itu..”

(S) “Iya..makanya besok lu ketemu dia coba diliat sikapnya masih gitu ga,atau udah berubah
lagi,sambil kalo ada kesempatan coba lu perhatiin di lengan atau mananya gitu barangkali ada
bekas luka baru..”

(B) “Okelah kalo gitu, besok coba aku liat..”

(S) “Sip.. Eh, Bud.. satu pesenku, ati-ati kalo berurusan sama orang yang mengalami PD, jaga
diri baek-baek..”

(B) “Siap... ya udah deh, besok lanjut lagi yak, mataku udah tinggal 5 watt ini..hehe”

(S) “Okayy, kabarin ya besok soal kelanjutannya.. Bye Frap!”

(B) “Beress... thanks ya.. Bye Cap!”

Malam itu gue memejamkan mata sambil masih kepikiran sama kata-katanya Siska di chat
barusan, “Ati-ati kalo berurusan sama orang yang mengalami PD” Benarkah Sherlly
menderita Personal Disorder?

Quote:“Siang
bu..” gue menyapa bu Mila esok siangnya waktu ngambil mobil dirumahnya buat
jemput anaknya

“Siang mas Budi..” Jawab bu Mila sambil senyum ke gue

“Mas Budi, bisa ngomong sebentar?” ujarnya kemudian

“Eh? iya.. bisa bu..” gue melepas sepatu dan mengikuti bu Mila ke ruang tamu..

“Gimana mas Budi.. sudah lumayan dekat sama Sherlly?”

“Yaa.. masih proses sih bu, Sherlly orangnya susah ditebak soalnya, tertutup juga..hehe”

“Oh..ya syukurlah kalau masih belum menyerah.hehe Memang dia tertutup mas, agak susah
didekati.. tapi saya yakin mas Budi pasti bisa kok..hehe”

“Hehehe semoga ya bu, saya juga ga janji..”


“Mas Budi sendiri gimana sama Sherlly? Nyaman? Suka ngga sama dia?”

“Ehm.. Orangnya baik sih bu, Sherlly sebenernya, yaa..sejauh ini sih nyaman-nyaman aja
sama dia..hehe”

“Oh.. ya sudah kalau gitu, saya takutnya mas Budi terpaksa deketin dia karena saya suruh..”

“Oh, engga kok bu..” jawab gue sambil senyum

“Ehmm, selama ini.. ngga ada tindakannya yang aneh-aneh kan? Anu, maksud saya, ehm..
dia ga bersikap aneh sama mas Budi kan?”

“Hmm, aneh maksudnya gimana ya bu?” gue sebenernya ngerti sama kata ‘aneh’ yang
dimaksud bu Mila disini, tapi gue pengen tau jawabannya bu Mila sendiri

“Oh, engga.. anu, berarti ngga ada apa-apa..hehe silahkan mas Budi kalau mau berangkat,
nanti kesiangan..hehe”

“Hah? Oh, iya.. ya sudah kalau gitu, saya jalan dulu bu..” Sedikit janggal, kenapa ga
dilanjutin.. tapi oke, gue akan turutin alurnya..

“Iya mas, hati-hati di jalan..”

Gue melaju ke sekolahnya Sherlly dengan masih memikirkan masalah percakapan gue
dengan Bu Mila barusan..jelas ada sesuatu yang dia sembunyikan dari gue soal Sherlly..

Sesampainya di depan gerbang sekolahnya,ga lama Sherlly keluar dan melangkah menuju
mobil, dari raut wajah dan tatapan matanya sepertinya dia masih seperti kemaren, bagian
kantung matanya agak menghitam seperti orang kurang tidur waktu gue perhatiin ketika dia
udah masuk kedalam mobil, gue lihat lengannya, tertutup dengan bajunya jadi ga keliatan ada
luka baru atau tidaknya.

Ditengah perjalanan nafas Sherlly mendadak menjadi menggebu, tangannya gemetar,


sepintas gue lihat dia berbalik dan mengambil tas nya di bawah tempat duduk, membuka
resleting bagian depan tas nya dan seperti sedang mencari sesuatu. Gue nyetir mobil dengan
setengah ga konsen, berkali-kali menoleh ke arah Sherlly melihat apayang sedang dan mau
dia lakukan.

Sedetik kemudian dia ngeluarin sesuatu dari dalam tas nya, sebuah benda berwarna putih
agak panjang, gue menoleh sekali lagi untuk melihat lebih jelas benda apa itu.

Silet!

Sherlly ngeluarin silet dari dalem tas nya dengan tangan gemetar dan nafasnya yang masih
menggebu, seluruh tubuhnya gemetar.

Quote:“Sher!!!
Heyy, kamu mau ngapain??!! Gue berteriak dan melihat ke arahnya, tapi ga bisa
lama-lama karena kondisi mobil masih jalan, gue nyari spot sepi untuk minggirin mobil.

Spoiler for :
Part berikutnya part yang sangat menegangkan bagi gue, waktu gue nulis bagian akhir part ini
dan cerita part berikutnya gue masih merasakan sensasi deg-deg’an dan sedikit gemetar
ketika mencoba mengingat setiap alur kejadiannya lagi.

PART 25 : Tragedi Berdarah


25-06-2014 13:55
Gue masih dalam kondisi nyetir dan tangan kiri gue berusaha meraih tangan Sherlly yang
menggenggam silet, situasi sangat tegang saat itu di dalem mobil, memang gue belum tau
pasti si Sherlly mau ngapain sama silet di tangannya itu, tapi melihat kondisinya yang pucat
dengan nafas yang berat dan tubuh yang gemetar, gue tau ada hal buruk yang akan dia
lakukan kedepan.

Akhirnya gue menemukan spot yang agak sepi di depan, sebuah halaman ruko yang sedang
tutup, gue pinggirin dan berhentiin mobil disana

Quote:"Hey,
heyy!! Stop it!!" gue langsung noleh ke Sherlly dan memegang tangannya yang
sedang menggenggam silet yang diarahkannya ke lengan, tampak ujung siletnya udah
dikeluarkan, sudah siap untuk dipakai.

Genggaman tangannya masih kuat dan beberapa kali mencoba melepaskan tangan gue yang
lagi memegangnya, sempat terjadi adegan tarik menarik waktu itu di dalam mobil, gue udah
ga bisa berpikir apa-apa, yang gue tau hanya gue harus bisa ngrebut barang itu dari
tangannya.

Karena posisi silet yang sudah dikeluarkan ujungnya sebagian, maka ditengah-tengah adegan
rebutan silet itu ga sengaja telapak tangan gue tersayat, satu sayatan yang cukup panjang tapi
tidak seberapa dalam, darah segar terlihat langsung mengalir keluar dari luka sayatan
tersebut.

Quote:"Sh*t!!Dam*t!" Gue reflek menarik tangan gue yang terasa perih dan sebuah umpatan
keluar dari mulut gue karena kaget merasakan perihnya.

Sherlly langsung terdiam, tangannya berhenti dalam keadaan kaku, silet itu masih melekat di
genggaman tangan kanannya dengan bercak merah pada ujungnya.
Gue langsung memanfaatkan moment ini untuk merebut silet dari tangan Sherlly, yang
penting Sherlly aman dulu, baru gue memikirkan masalah luka di telapak tangan gue. Terlihat
dia masih diam, kepalanya menunduk, rambut panjangnya yang kecoklatan terurai menutupi
wajahnya.

Gue buka pintu mobil dan melempar barang yang barusan gue ambil dari Sherlly sejauh-
jauhnya, telapak tangan kanan gue masih mengucurkan darah segar, tampak separuh dari
telapak tangan gue luka sayatannya.

Gue merogoh ke bawah jok mobil, mengambil lap yang ada disana dan mengikatnya
menggunakan satu tangan dan gigi gue ke pergelangan tangan kanan gue. Setelah ikatannya
cukup rapat, gue matiin mesin dan membuka kunci kap mobil kemudian berjalan kedepan.
Darah segar masih menetes beberapa kali ke tanah dengan cukup deras.
Quote:Guemelangkah kedepan mobil, membuka kap, dan melepas selang bensin, kemudian
gue arahkan telapak tangan gue,

"Errrrgghhh.." sebuah erangan kesakitan menahan rasa perih yang gue rasakan ketika luka di
telapak tangan gue terkena bensin yang mengalir keluar dari selang.

Setelah gue rasa cukup bersih, gue pasang kembali selang, menutup kap, dan.. Sherlly
menghilang..

Yaps! Dia ga ada di tempat duduknya, pintu mobil terbuka.

Quote:"Ohhh Gooodddd....!!! Seriously???!! Sakit bener nih anak..!"

Gue emosi banget waktu itu, sekaligus takut dan khawatir.


Takut, takut diomelin nyokapnya kalo gue pulang dalam keadaan anaknya menghilang.
Khawatir, khawatir Sherlly nekat entah loncat dari gedung atau menabrakkan dirinya ke
kendaraan yang lewat di jalan raya.
Gue udah yakin, Sherlly beneran sakit jiwa.

Dengan jantung yang masih deg-deg'an dan tangan kanan yang masih nyeri, gue menjalankan
mobil mencoba menyusuri jalanan dengan sangat pelan, berharap bertemu dengan Sherlly di
tengah jalan.
Sepertinya Tuhan mendengar doa gue, setelah sekitar lima menit gue jalan dari lokasi tadi,
gue ngeliat Sherlly berjalan pelan di pinggiran dengan kepala tertunduk, gue belokin mobil
agak di depannya, berhenti dan turun untuk nyamperin dia.

Quote:"MAU KAMU ITU APA???! HAAHHH??" Gue udah ga bisa nahan emosi waktu gue
udah berdiri didepannya, gue bentak Sherlly saat itu

"Hei..!!! Talk to me!!" gue pegang dan sedikit mengguncang kedua pundaknya dengan
sedikit menunduk untuk melihat wajahnya

"Sherllyy...! Speak up! Lu punya mulut kan?? Hah???!!"

..................................................................... Ga ada jawaban darinya

"Gue ngga ngerti Sher mau lu apa kalau lu cuma diem aja dan ga pernah cerita apa-apa sama
gue.. Ngomong Sher, lu kenapaa??? Maksud lu tadi ngeluarin silet dan lu arahin ke tangan lu
kemudian tiba-tiba lu menghilang dan kabur itu maksudnya apa?? Ngomong.. Ngomong
Sher!! ngomong sama gue, jangan diem aja seperti ini.."

..................................................................... Hening, Sherlly masih menunduk dan membisu

"Aku mau mati......" sebuah kalimat dengan suara yang lirih, nyaris tak terdengar, keluar dari
mulutnya.

Bisa bayangin? Seorang anak cewek yang udah beberapa hari kalian kenal, yang kalian tau
dia ada masalah dalam dirinya, yang tadi jelas-jelas ngeluarin silet dengan maksud melukai
dirinya sendiri di depan mata kalian, sekarang sedang berdiri, menunduk di depan kalian,
tatapannya kosong ekspresinya datar, dia ngomong pelan, "Aku mau mati........" Gue waktu
ngetik ini masih bisa merasakan kengeriannya saat itu.

Gue terdiam sejenak ketika mendengar perkataannya barusan, karena jujur gue ga nyangka
kalau dia bakal ngomong seperti itu. Sesaat kemudian gue tarik tangannya dan setengah
nyeret dia untuk masuk ke mobil, dia berontak waktu gue seret.

Quote:"Lepasin! Lepasin!!" Sherlly berteriak kencang ketika gue genggam tangannya dan mau
nyeret dia, persis kayak adegan di sinetron-sinetron jadinya, mana di pinggir jalan pula,
gawat juga kalo disangka orang gue mau nyulik dan merkosa dia

"Stop!! Lepasin aku....!!!" dia berteriak dengan menyibak-nyibakkan tangannya yang gue
genggam,

ada yang bilang tenaga seorang manusia akan mendadak jadi berkali lipat lebih besar ketika
dia sedang dalam kondisi kepepet atau ketakutan, dan itu memang benar, gue cukup
kewalahan memegang tangannya yang terus memberontak dari genggaman gue saat itu.

"Lepasin Bud...!!" satu hentakan dan teriakan keras yang kemudian disusul dengan isak
tangis yang keluar dari mulutnya, pundaknya ikut bergetar seiring tangisannya yang semakin
kencang. Gue yang ngeliat itu jadi iba dan melepaskan pegangan tangan gue di
pergelangannya.

Sherlly masih menangis di depan gue, tangan kirinya diarahkan ke wajahnya yang menunduk,
beberapa tetes air mata terlihat jatuh dari matanya menuju pasir di tempatnya berpijak. Emosi
gue mendadak lenyap seketika, perasaan marah dan jengkel atas sikapnya tadi kini berganti
dengan perasaan iba dan ga tega.

Quote:"Ada apa ini mas?" satu pria berjaket dan berhelm biru berbicara di antara gue dan
Sherlly, pandangannya curiga menatap gue

"Eh, ehmm ngga papa mas, dia adik saya.." gue kaget sebenernya karena tiba-tiba ada orang
datang dan nanya seperti itu, tapi gue mencoba tampil tenang dan mencoba menjelaskan.
Rupanya sudah ada beberapa orang yang berkerumun disitu, beberapa pengendara berhenti
dan melihat, penasaran dengan apa yang sedang terjadi

"Bener mbak adiknya mas ini?" pria tadi menanyai Sherlly

DEGG!!!

Gawat, ini gawat!

Satu jawaban dari Sherlly menentukan masa depan gue, iya, ini lebay sih.....

Gue takut bakal dihajar massa aja kalau sampai Sherlly memberi jawaban yang berbeda dan
memojokkan gue, cukup banyak orang disini yang lagi ngeliatin kita.

Syukurlah Sherlly bisa kerjasama, ditengah tangisannya dengan kepala yang masih
menunduk, dia menganggukkan kepalanya pelan..

"Oh.. Ya sudah kalau begitu.. Sampeyan ini ya gitu, mbok jangan kasar-kasar sama adik
sendiri..! Sampe nangis seperti ini.." tegur pria itu ke gue

"Iya mas.." jawab gue sekedarnya.. Gue arahkan tangan ke Sherlly menawarkan gandengan,
ga lama Sherlly menggerakkan tangannya dan menyambut gandengan gue, kita berjalan
bareng sampe di depan pintu mobil, gue bukain pintu dan Sherlly masuk ke dalam,
kerumunan orang disana pun membuyarkan diri masing-masing, pertunjukkan sudah selesai.

Urusan gue dengan Sherlly kelar hari itu, tapi pertanyaan di pikiran gue masih belum
menemukan jawabannya.

PART 26 : Tomorrow is The Answer


26-06-2014 14:26
Setelah kejadian yang cukup menghebohkan di tengah jalan itu, gue anterin Sherlly balik
kerumah, dia sudah agak tenang, tangisannya juga sepertinya mulai reda, hanya saja dia
masih terdiam, menatap kosong keluar jendela, matanya terlihat sedikit bengkak karena
terlalu banyak mengeluarkan air mata, beberapa helai rambutnya menempel di pipinya yang
basah.

Anak ini cantik, sangat cantik kalo boleh gue bilang, tapi sayang dia bisa berubah jadi sosok
yang menyeramkan sewaktu-waktu. Kalo dibilang suka, gue suka sama dia. Dibilang sayang?
Gue juga udah mulai sayang sama dia, gue sadar gue sayang dia ketika gue takut dan
khawatir dengan keadaannya. Tapi ke'aneh'an yang ada di dirinya ini yang bikin gue ragu
untuk mau meneruskan pendekatan ini atau engga.

Telapak tangan kanan gue masih terasa nyeri, lebih nyeri dari yang tadi, mungkin baru kerasa
ya, karena tadi gue ga ngerasain, yang gue pikirin cuma keadannya Sherlly.
Kita udah masuk ke komplek perumahan, hari sudah mulai sore, terlihat beberapa babby
sitter keluar dari rumah majikannya untuk menemani anak sang pemilik rumah bermain atau
sekedar bersepeda. Suasana di dalem mobil masih kaku, ga ada yang membuka mulutnya
terlebih dulu untuk bersuara.

Akhirnya sampai juga kita di depan rumah besar dengan gerbang putih, gue berhenti dan
memarkir mobil di depan rumah, kita berdua turun dan berjalan masuk. Pak Yono sudah
membukakan pintu gerbang untuk kami, pandangannya sedikit terpaku ketika melihat
Sherlly, karena memang wajah Sherlly sangat terlihat jelas dia habis menangis, semua yang
ngeliat dia saat itu juga pasti tau kalau dia habis nangis.

Gue berjalan masuk ke ruang tamu, untuk mengambil tas kerja yang memang selalu gue
tinggal kalau gue jemput Sherlly pake mobilnya bu Mila, sesaat setelah gue ngambil tas dan
berbalik untuk melangkah keluar, bu Mila keluar dari dalam dan menyapa gue.

Quote:"Mas Budi.."

"Iya..?" gue menoleh dan membalikkan badan

"Duduk dulu mas sebentar.." bu Mila menawarkan gue untuk duduk di sofa di ruang tamu

"Eh.. Ehmm, ngga usah deh bu, saya langsung balik aja..hehe" gue menolak ajakannya untuk
duduk, karena memang gue merasa lelah ingin segera pulang kerumah untuk istirahat

"Duduk dulu mas, saya mau ngomong tentang Sherlly.." satu kalimat dari bu Mila yang
membuat gue membatalkan niat untuk segera pulang, gue balik ke sofa kemudian duduk
dihadapan bu Mila.

"Sebelumnya saya minta maaf ya mas.." bu Sherlly membuka percakapan

"Minta maaf kenapa ya bu?"

"Saya ga memberitahu mas Budi soal keadaan Sherlly yang sebenarnya.. tadi sekilas saya
lihat Sherlly sepertinya dia habis menangis, itu berarti udah waktunya bagi saya untuk
menjelaskan ke mas Budi mengenai apa yang sedang terjadi"

"Oh.. Kalau begitu, saya boleh tau sebenarnya Sherlly kenapa, bu?"

"Tadi mas Budi waktu jemput Sherlly, apa yang Sherlly lakukan ditengah jalan mas?" Bu
Sherlly menjawab pertanyaan gue dengan sebuah pertanyaan

Gue ceritain sekilas mengenai apa yang terjadi sama Sherlly tadi sepanjang perjalanan pulang
sekolah, ga semua gue ceritain, termasuk luka di telapak tangan gue. Bu Mila terlihat
memperhatikan gue dengan seksama.

"Tapi Sherlly sampe sempet melukai mas Budi ngga?"

"Engga kok bu, saya ga kenapa-kenapa.." gue menjawab dengan berbohong, tangan kanan
gue masih gemeter sedikit sebenernya karena nyerinya belum reda, beruntung lap yang tadi
gue pake untuk mengikat pergelangan tangan udah gue lepas seturun dari mobil.

Bu Mila terdiam sejenak, tampak seperti sedang berpikir, kemudian dia menghembuskan
nafas dan berkata

"Besok kalau mas Budi barangkali ingin mengetahui keadaan yang sebenarnya, saya tunggu
dirumah ya, sekitar jam sepuluhan.. Nanti mas Budi bisa tau keadaan Sherlly yang
sebenarnya kenapa.."

"Ehmm.. Apa ibu ngga ngomong sama Sherlly dulu kalau mau cerita soal ini ke saya? Saya
juga ga mau bikin dia ga enak sih karena tau keadannya dari orang lain, sebenernya saya
ingin dia sendiri yang cerita sama saya.." ujar gue

"Iya mas, nanti saya juga ngomong sama Sherlly kok.."

"Ya sudah kalau begitu bu, saya balik dulu.." gue pamit dan beranjak berdiri

"Iya.. Mari-mari mas.." Bu Mila berdiri dan mengajak gue jabat tangan.
Akhirnya dengan pelan gue menggerakkan tangan kanan gue menyambut jabat tangannya,
"Aaauww.." satu teriakan kecil ketika luka di telapak tangan gue bersentuhan dan sedikit
diremas bu Mila

"Eh??! Kenapa mas?" ujar bu Mila dengan tampang kaget dan memperhatikan tangan gue,
telapak tangan gue dipegang dan dibaliknya, terlihatlah bekas sayatan yang cukup panjang
dan masih segar memerah disana

"Astagaa.. Gini tadi mas bilang ga kenapa-kenapa.." bu Mila terlihat gugup dan kemudian
memanggil Bibi untuk membawakan perban dan obat luka cair, beberapa saat kemudian
mereka berdua sibuk merawat luka gue.

Skip, setelah luka di telapak tangan gue selesai di perban dan sedikit basa-basi, gue
berpamitan pulang lagi. Gue berjalan keluar, mengambil jaket dan helm kemudian
mendorong motor keluar, sesaat setelah hampir keluar gerbang, ada mobil berhenti di depan
rumah, SLK R-171 Silver, yang pernah gue liat waktu pertama kali kerumah ini.

Seorang pria ber jas hitam dengan menenteng satu tas kerja khas seorang pengusaha,
berwajah tampan dan berpenampilan rapi turun dari mobil. Tunggu, sepertinya gue pernah
liat orang ini. Oh! Ga salah lagi, dia kan pria yang di sebelahnya bu Mila yang ada di foto
keluarga itu. Pria tersebut melihat sebentar ke arah gue sambil berjalan masuk ke dalam
rumah. Papanya Sherlly.

9 Juni 2008 jam 20.30

Drrrrtttt.......Drrrrrtttttt.............

Handphone gue bergetar diatas kasur, gue yang lagi sibuk dengan laptop mengalihkan
pandangan ke layar hp yang sedang berkedap-kedip lampu layarnya, gue ambil dan lihat
siapa yang menelpon, 0877******** "Siapa ya?" nomor nya belum masuk di phonebook hp
gue.

Quote:"Halo.." jawab gue sesaat setelah memijat tombol hijau di hp

"Halo.." suara seorang wanita di sebrang telpon, dengan suara yang sedikit serak

"Iya.. Siapa ya?" tanya gue

"Bud.. Ini Sherlly..aku dapet nomor kamu dari mamah" jawaban yang sedikit bikin gue kaget

"Oh..iya, kenapa Sher?" ujar gue sambil menutup layar laptop

"Bud.. Aku mau minta maaf sebelumnya ya buat perbuatanku tadi siang.."

"Oh.. Iya, santai aja kali Sher.. Aku juga sorry tadi siang sempet ngebentak kamu.."

"Iya.. Eh Bud, tadi mamah udah bilang ke aku, katanya besok kamu disuruh kerumah ya?"

"Ehm, iya.. Jam sepuluhan katanya besok disuruh kesana, tapi masih belum tau sih bisa ngga
aku.."

"Dateng ya bud, biar kamu tau keadaanku.. Aku susah kalau harus ngejelasin semua sendiri.."

"Hmm? Maksudnya Sher?" ujar gue kurang paham


"Yah.. Besok dateng aja pokoknya.. Ya?"

"Iya deh, aku usahain ya.. Kalau kerjaan dikantor udah kelar dan bisa ditinggal, aku dateng..
Lagian kalo besok ga bisa, masih ada lain waktu kan?"

"Ga bisa Bud, harus besok kalau kamu mau tau jelas keadaanku ini kenapa.." ujarnya

"Ya udah, ya udah.. Besok aku dateng.."

"Ya udah, thanks ya.."

"Iya Sher, sama-sama.."

Tuuttt....Tuuuttt.....Tuuuuutttt....

Gue tekan tombol merah di handphone dan menaruhnya di kasur, gue buka lagi layar laptop
yang tadi gue tutup, tapi pikiran gue udah ngga konsen memandangi layar itu lagi, gue
kepikiran dengan apa yang akan dibicarakan besok. Kenapa harus pagi? Kenapa harus besok?
Kok ga bisa lain waktu?

PART 27 : A Little Answer


26-06-2014 16:21
Besok paginya jam setengah delapan kurang gue udah sampe kantor, sengaja gue dateng
lebih pagi dari biasanya agar gue bisa mengurus semua berkas dan file yang perlu gue
selesaikan hari itu, sehingga gue bisa langsung cabut ke tempatnya Sherlly nanti.

Quote:"Eh, koko Budi.. Tumben pagi ko?" sapa Teguh pagi itu ketika ngeliat gue

"koko... Ogah ah kalo adiknya kayak lo..!" gue jawab tegurannya dengan sambil lalu

"ahahaha.. Sialan.. Lahh? Kenapa tuh tangan?" Tanya Teguh ketika ngeliat balutan perban di
telapak tangan kanan gue

"Eh, lo belum gue ceritain ya? Kemaren hampir mati gue.." ujar gue sambil berjalan
mengambil prin-print'an file yang barusan gue cetak

"Yah.. Terus, kok ga jadi mati sih?" Tanya Teguh

"Hahahahahahaha kurang ajar!! Gitu? Jadi gitu? Lo diem-diem pengen gue mati, gitu?" gue
berucap sambil ketawa ngedenger kata-katanya barusan

"Hahahaha.. Iya, kasian bud perusahaan ini ngeluarin komisi gede-gede terus selama ada lo
disini..ahahahah"

"Dasaaarrr!!"

"Seriusan bud, kenapa itu tangan lo?" Teguh bertanya sambil menggeret kursi meja sebelah
dan duduk di samping gue
"Sherlly.. Dia kumat kemaren, hampir dia mau ngelukain dirinya lagi, gue cegah, jadinya gue
yang kena.." ujar gue menjelaskan singkat

"Woohh?? Serius? Jadi beneran ya dia self harm? Kenapa tuh?" ujar Teguh dengan
pandangan yang serius kali ini

"Sepertinya sih memang bener dia self harm, penyebabnya gue belum tau kenapa, nanti ini
gue janjian sama dia n nyokapnya buat dapetin penjelasan dari mereka.." jawab gue sambil
merapikan file-file yang barusan gue print

"Ow.. Pantes hari ini lu dateng pagi ya, biar cepet kelar gitu ya kerjaan lu?"

"Hehehehe... Iya..." jawab gue sambil nyengir

Jam sembilan lewat kerjaan gue udah kelar semua, semua file yang perlu gue urus dan tanda
tanganin udah gue serahin semua ke admin, appointment dengan klien juga udah gue atur ntar
sorean, semua beres, tinggal meluncur kerumahnya Sherlly.

Jam sepuluh kurang lima belas menit gue sampe di depan rumahnya Sherlly, seperti biasa,
pak Yono membukakan gerbang dan menyambut gue dengan senyuman, gue bales senyum
ke dia dengan mengedipkan mata, engga, yang ini bercanda.

Quote:"Pagipak.." gue menyapa pak Yono sambil mendorong motor masuk, suasana rumah
sepi, seperti biasa

"Pagi mas Budi..hehe mau nganter non Sherlly ya?" Ujar pak Yono

"Iya. eh? Hah? Nganter? Kemana pak?" gue berhenti sejenak dan menghadap ke pak Yono

"Loh.. Belum tau to mas? Hari ini kan non Sherlly mau ke Dokter seperti biasanya..
Seharusnya memang akhir bulan, cuma bulan ini dimajuin jadi awal bulan.."

"Hah? Dokter?"

"Iya.." belum sempat pak Yono berkata lebih lanjut, bu Mila sudah keluar dan menyapa gue

"Pagi mas Budi.." gue berbalik dari pak Yono dan melihat ke bu Mila

"Pagi bu.."

"Yuk mah.." Sherlly keluar dari dalam mengenakan kaos kuning bergambar winnie the pooh
di tengahnya dengan celana jeans diatas lutut yang agak sobek bagian pahanya, rambutnya
diikat sebagian kebelakang, pandangan matanya sudah tampak normal, beda dengan dua hari
kemaren

"Sudah sayang? Ya udah yuk, itu mas Budi juga udah dateng.. Yuk mas.." ujar Bu mila
melangkah turun dari teras bersama Sherlly

"Eh, oh,, ehm.. Iya.." gue berjalan mengikuti mereka dengan kondisi tidak paham sebenarnya
ini mau kemana.

Range Rover hitam metalik keluar dari garasi, kita bertiga masuk di dalamnya dengan posisi
gue duduk di depan sebelahnya driver
Setelah kami bertiga masuk ke dalam, mobil berjalan mundur sampai keluar gerbang, dan
berbelok kanan menuju keluar komplek perumahan..

Sepanjang perjalanan gue cuma diem, sambil bertanya-tanya, ini kemana? Apa ini yang
menyebabkan Sherlly harus ijin sekolah sebulan sekali? Tadi pak Yono sempet bilang dokter,
brarti memang Sherlly mengidap atau menderita suatu penyakit tertentu.

Setelah sekitar empat puluh menit perjalanan yang diisi dengan obrolan-obrolan ringan antara
gue, Sherlly, dan mama nya, sampailah kita memasuki pekarangan sebuah rumah yang tidak
terlalu besar, mobil berhenti disana dan kita bertiga turun.

Sesaat setelah turun dari mobil, gue lihat sebuah papan bertuliskan "Dr. Andry M, Sp.KJ"
tau kan kepanjangannya Sp.KJ itu apa? Sedikit gambaran sekarang mengenai apa yang
diderita Sherlly.

Kita bertiga melangkah masuk kerumah itu, disambut dengan seorang wanita berpakaian
seperti suster dengan tulisan "Yuni" di bagian atas dada kirinya.

Quote:"PagiIbu Mila.. Silahkan duduk dulu, dokter Andry masih menangani pasien di dalam.."
ujar suster itu ramah

"Oh iya sus.." jawab bu Mila sambil senyum ke suster itu

Kita bertiga duduk di sebuah kursi di ruangan yang sekilas dibuat seperti ruang tunggu, masih
sepi disana, hanya ada kami bertiga dan dua suster di sebelah kiri kami yang sedang duduk di
belakang meja untuk menerima pasien. Sebuah televisi di sebelah kiri bagian pojok kanan
atas dibelakang tempat duduk kedua suster itu terlihat menyala dengan volume rendah sedang
menayangkan tayangan musik pagi.

Sherlly duduk ditengah diapit oleh gue dan bu Mila, matanya tampak sedang memandang
televisi tangan kanannya diletakkan diatas paha dengan jari telunjuknya tampak menggaruk
pelan bagian celananya yang sobek berulang-ulang. Mungkin dia gugup.

Tak lama setelah itu terdengar suara pintu dibuka dari lorong di dalam, dan beberapa saat
kemudian keluarlah seorang Ibu yang terlihat sudah agak berumur mendampingi seorang
nenek di sebelahnya berjalan menuju meja tempat Suster.

"Pagi Bu Mila.." Seorang pria berbadan agak besar berumur sekitar 50 an mengenakan jas
putih panjang dengan kemeja bergaris berwarna abu-abu dan mengenakan celana kain hitam
keluar dari lorong di dalam dan menghampiri serta menjabat tangan Bu Mila

Quote:"Pagi
Dok.." Bu mila beranjak berdiri dan menyambut jabat tangan sang Dokter, gue dan
Sherlly menyusul berdiri

"Hei, Sher.. Gimana?hehe" sang Dokter itu mengalihkan pandangannya ke Sherlly di sebelah
gue, tersenyum, dan sedikit menepuk ringan pundaknya
"Halo dok..hehe" Sherlly menjawab sapaan Dokter itu

"Ehmm, ini, cowonya Sherlly?" Ujar Dokter itu sambil menoleh ke gue

"Oh.." gue belum sempat melanjutkan,

"Bukan kok dok..belum..hehe ini temen Sherlly.." Sherlly menyela dan tersenyum ke dokter
itu

"Ohh.. Belum ya, Sher?hahaha.." Sebuah kalimat yang diakhiri dengan tawa dengan suara
yang berat khas bapak-bapak

"Ya sudah, yuk.. Langsung keruangan aja.." tambahnya

Kita berempat, didampingi satu suster melangkah masuk ke lorong dan membuka pintu
sebuah ruangan yang ada di sana, layaknya ruangan dokter pada umumnya, ada berbagai
macam alat kedokteran dan alat bantu untuk pemeriksaan pasien disana.

Kemudian Dokter tersebut mulai menanya-nanyai Sherlly soal perkembangannya setelah kita
duduk di kursi di depan meja dokter. gue ga seberapa paham sepenuhnya karena ada
beberapa bahasa yang asing di telinga gue

Quote:"Tapi udah ga pernah minum xanax lagi kan, Sher?" salah satu kalimat yang masih gue
inget sampe sekarang, kenapa gue inget? Karena sepulang dari sana gue langsung search di
inet apa itu xanax

"Sudah engga dok, Sherlly cuma minum dari obat yang diresepin dokter itu aja kalau pas
kambuh, udah ga pernah nyentuh xanax lagi.." jawab Sherlly

"Ya sudah, baguslah kalo gitu.. Kecuali kalau memang bener-bener terdesak, kepepet sekali,
jangan konsumsi itu ya.. Nanti efek ketergantungannya itu yang buruk kedepannya.."

"Iya Dok.."

"Ya udah, yuk.. Kita mulai aja terapi nya.. Bu Mila sama mas Budi... Mohon menunggu
diluar dulu ya..hehe" Ujar dokter tersebut

"Oh, Iya dok.." kami berdua beranjak keluar dan duduk di bangku depan ruangan, tinggal
suster, dokter Andry, dan Sherlly di dalam.

......................................................................

"Jadi beginilah sebenernya mas Budi yang dialami Sherlly, dia menderita gangguan yang
dinamakan 'Multiple Personality Disorder (disingkat MPD or DID, Dissociative Identity
Disorder)', ya gampangnya.. Dia itu bisa memiliki dua sampai tiga kepribadian dalam
dirinya.."

"Oh..." ujar gue sambil mengangguk, sebuah kalimat sederhana yang menjelaskan perilaku
dan perubahan sikap Sherlly selama ini
"Itu sebabnya sebulan sekali Sherlly harus kesini untuk konsultasi dan terapi dengan Dr.
Andry" katanya

"Ya.. Nanti untuk lebih jelasnya biar Dokter Andry aja yang menjelaskan secara langsung ke
mas Budi..hehe" Tambahnya lagi

"Iya bu.." jawab gue sambil menoleh memandang bu Mila, bu Mila duduknya agak
menyerong menghadap gue, pandangannya menerawang ke depan, matanya berair

"Saya kasihan sama kondisi anak Saya mas Budi.. Saya ga tega setiap ngeliat penderitaan
yang dia alami ketika kambuh.. " kali ini beberapa tetes air mata sudah turun jatuh dari kedua
matanya, gue yang ngeliat itu jadi ikut iba

"Maaf bu.. Kalau boleh tau, awalnya kenapa ya kok sampe Sherlly mengalami gangguan
itu?"

Bu mila mengelap air matanya, diam sejenak, matanya masih menerawang, kemudian
mengalihkan pandangannya ke gue

"Untuk hal itu saya sendiri tidak tau mas, seperti saya bilang di awal, saya tidak tau kenapa
dia bisa mengalami hal itu. karena penderita gangguan ini sangat sensitif, mudah tersinggung
dan marah, mood nya tidak dapat diprediksi, jadi kita juga ga bisa memaksanya untuk
bercerita.
Dokter Andry pun sampai saat ini belum berhasil membuat Sherlly menceritakan apa yang
dia alami, dia hanya memperkirakan dari hasil terapi-terapinya selama ini bahwa Sherlly
mengalami suatu trauma yang sangat membekas di dirinya yang menyebabkannya seperti
ini."

"Hmmm.. Gitu ya bu.."

Ceklek.. Terdengar suara pintu ruangan di sebelah kami terbuka.

PART 28 : Some Explanation


27-06-2014 12:34
Sherlly keluar dari ruangan, gue dan bu Mila berdiri, kemudian tak lama Dr. Andry menyusul
keluar di belakang Sherlly.

Quote:"Mari, mas Budi.. Silahkan masuk.." Ujar Dr. Andry ke gue

"Hah? Ehm saya dok?" Gue memandang sebentar ke arah Sherlly, dia hanya senyum, dan gue
alihkan pandangan ke Dr. Andry dengan ekspresi heran

"Iya, mas Budi.. Mari ikut saya ke dalam.." Jawab sang dokter dengan mengangguk

"Oh.. Iya dok.." gue mengikuti perintahnya, masuk ke dalam ruangannya, Sherlly dan bu
Mila duduk menunggu diluar
........................................................................... ..........

"Silahkan duduk, mas Budi.." Ujar dokter tersebut ketika kita sudah di dalam ruangannya dan
pintu sudah ditutup, gue mengangguk dan duduk di salah satu kursi yang ada di depan meja
dokter

"Begini.. Bu Mila sudah bicara dengan saya kemaren lewat telephone, dia meminta saya
untuk menjelaskan mengenai keadaan Sherlly ke mas Budi.."

"Oh.. Iya dok.. Jadi bagaimana, dok?"

"Sherlly menderita sebuah kelainan kejiwaan yang biasa disebut sebagai Multiple Personality
Disorder atau bahasa sederhananya, dia berkepribadian ganda. Adanya dua atau lebih
kepribadian dalam diri seseorang. Gangguan ini bisa disebabkan oleh adanya tekanan batin
yang besar pada si penderita atau bisa juga trauma yang sangat membekas di masa lalu, entah
melalui penyiksaan fisik yang terus menerus, pelecehan seksual, atau sesuatu lain yang sangat
menyakitkan ketika penderita mengingatnya."

"Nah, penderita MPD ini, dalam hal ini, Sherlly. Memiliki dua kepribadian yang sangat
berbeda, yang satu adalah dirinya yang sesungguhnya, yang satu pribadi yang lain yang
mucul karena traumanya di masa lalu itu, pribadi yang muncul dari rasa depresi dan stress
akut di pikiran dan perasaannya. Pribadi yang boleh kita bilang, menyeramkan"

"Pribadi Sherlly yang satunya inilah yang suka melukai diri sendiri mas Bud, atau disebut self
harm. Sebuah penyimpangan perilaku yang dilakukan seseorang sebagai bentuk pelarian atas
depresi yang dialaminya. Dan gawatnya adalah, hampir semua penderita MPD tidak bisa
mengatur dan mengontrol kapan dia akan berpindah kepribadian. Mereka sangat tergantung
dengan suasana hati dan perasaan, atau mood mereka. Jadi sewaktu-waktu ketika mereka
merasa sedih, marah, kecewa, atau teringat lagi akan traumanya, maka pribadi yang satu ini
muncul ke permukaan."

"Oh.. Begitu ya dok.. Lantas dok, apakah ada harapan untuk bisa sembuh?" ujar gue yang
daritadi mendengarkan penjelasan Dr. Andry dengan seksama

"Ada mas, apalagi bagi Sherlly. Bersyukur dia langsung ketauan ga lama setelah menderita
MPD, kurang lebih setaun yang lalu. Jadi karena masih terbilang baru, kemungkinannya
untuk sembuh masih sangat terbuka lebar. Lain ceritanya kalau dia udah menderita MPD
bertaun-taun bahkan sampai berpuluh-puluh taun. Kemungkinan untuk menyembuhkannya
semakin kecil, karena penderita sendiri pasti lama-kelamaan akan terbiasa dengan
kepribadian gandanya itu, dan untuk diketahui, semakin lama seseorang menderita MPD,
maka kepribadiannya yang sesungguhnya akan semakin terkubur, digantikan dengan
kepribadian yang satunya."

"Ohh.. Gitu ya dok.. Kalau sembuh, berarti kepribadiannya yang satunya itu, hilang gitu ya
dok?" ujar gue

"Engga mas, sembuh bukan berarti kepribadiannya yang satu hilang, karena itu memang ga
bisa dihilangkan. Sembuh adalah kepribadian satunya yang buruk itu, mau menerima trauma
di masa lalunya. Sehingga tidak lagi melakukan self harm dan tindakan-tindakan lain yang
mengancam nyawa penderita. Dan perlahan kalau kepribadian itu sudah menerima masa
lalunya, maka kemungkinannya untuk muncul di penderita akan semakin berkurang bahkan
bisa tidak sama sekali, kecuali penderita mengalami trauma lagi di kemudian hari."

"Oh... Gitu.." ujar gue sambil mengangguk

"Iya.. Begitu mas.. Nah, disinilah peran mas Budi.."

"Maksudnya dok?"

"Seorang MPD memerlukan perhatian khusus, memerlukan orang yang membuatnya


nyaman, menjaganya, yang menyayangi serta memperhatikannya dengan tulus."

"Tapi dok, bukankah Sherlly sudah mendapatkan itu dari keluarganya?"

"Tentu beda.. Rasa sayang dari orang tua yang sudah didapatkannya sejak kecil, berbeda
dengan rasa sayang dan perhatian yang dia dapatkan dari orang lain. Pernah mendengar
tentang 'the power of Love' kan?"

"Ow.. Jadi maksud dokter, rasa cintanya dia ke saya nanti, dan perhatian serta kasih sayang
yang saya beri ke dia bisa membantu dia pulih, gitu?"

"Iya, betul.. Secara medis semua setuju bahwa rasa takut, khawatir, cemas, trauma, bisa
dihilangkan dengan rasa cinta. Saya sebagai dokter hanya bisa membantunya melalui terapi-
terapi yang saya lakukan setiap bulannya, bu Mila dan pak Jeffry hanya mampu memberikan
semaksimal mungkin perhatian dan kasih sayang mereka ke Sherlly, nah.. Mas Budi berperan
untuk memberinya rasa mencintai dan dicintai."

"Hmm..."

"Tapi, mas Budi harus pertimbangkan baik-baik, mending mas Budi mundur sekarang kalau
mas Budi merasa tidak bisa atau tidak mampu, atau tidak mau melakukan ini.. Karena nanti,
ketika mas Budi mencoba-coba, tapi ternyata di tengah jalan mas Budi merasa tidak mampu
menerima kondisi Sherlly kemudian malah meninggalkannya sedangkan Sherlly sudah
terlanjur ada rasa sama mas Budi, keadaan Sherlly bisa semakin buruk dari sebelumnya."

"Ya.. Untuk itu, sih.." "jangan bilang ke saya mas, mas Budi bilang langsung ke bu Mila,
ya?" kalimat gue dipotong oleh dokter Andry

"Karena saya cuma ditugaskan untuk menjelaskan mengenai keadaan Sherlly ke mas Budi,
untuk keputusan mas Budi, saya serahkan sepenuhnya ke mas Budi dan mas Budi langsung
sampaikan ke bu Mila saja. Satu saran saya, pertimbangkan matang-matang.." ujar dokter
tersebut dengan senyum ke gue

"Boleh saya dikasih tau dok, kira-kira hal apa gitu yang bisa saya lakukan untuk
membantunya cepat pulih? Seperti apa, saya kasih kado-kado gitu, atau saya ngapain gitu,
atau saya ajak kemana gitu dok? Karena jujur saya baru pertama ini dekat dengan cewek
yang seperti ini..hehe"

"Hehehe.. Sebenernya ga ada hal khusus yang harus dilakukan kok mas, mas Budi hanya
perlu menyayanginya, itu saja. Mengenai hal apa yang bisa membantunya, mas Budi bisa
sering ajak dia menikmati pemandangan alam, atau sekedar berjalan-jalan santai pagi hari,
intinya usahakan dia selalu merasa nyaman, bahagia, dan aman dengan mas Budi.."

"Oh ya, mas Budi juga perlu jaga diri ketika dia kambuh, karena dia tidak akan ingat siapa
mas Budi ketika dia kambuh, yang dia tau hanyalah bagaimana dapat melakukan pelampiasan
yang meluap-luap di dalam jiwanya, bahkan sampai keinginan bunuh diri. Nah dalam
keadaan seperti itu, mas Budi harus hati-hati, dan usahakan untuk membuat dia mengingat
setiap kenangan indah dalam hidupnya sehingga perlahan emosinya kembali normal dan
kepribadiannya bisa kembali normal."

"Oh.. Iya dok.. Terimakasih nasihatnya.." ujar gue

"Iya mas, sama-sama.." jawab dokter tersebut sambil beranjak berdiri, gue juga berdiri
kemudian berjabat tangan dengannya, dan melangkah menuju pintu keluar

"Oh iya, satu lagi mas Bud.." tegur sang dokter ketika gue mau membuka pintu

"Ya, dok?" gue menoleh ke belakang melihatnya

"Sherlly senang melihat senja.."

"hah? Oh..iya, Baiklah.. Makasih dok.."

"Sama-sama.."

PART 29 : Take or Leave?


27-06-2014 15:41
Gue tipe orang yang penyayang sama cewe, banyak dari mereka yang bilang kalo gue
romantis. Jadi sebenernya untuk menyayangi dan menunjukkan rasa sayang gue ke Sherlly
itu bukan hal yang sulit buat gue. Tapi... Keseriusan dalam hubungan gue dengan Sherlly lah
yang harus gue pikirkan mateng-mateng. Karena jujur, waktu itu gue masih labil. Taulah
gimana anak umur segitu, belum bisa serius dalam berpacaran.

Jujur gue tipe cowok yang gampang bosen, dalam hal apapun, bukan hanya dalam hubungan.
Gue senang dengan hal-hal baru, gue seneng dengan tantangan, tapi sekali gue udah nyoba
atau sekali gue berhasil menaklukan tantangan itu, beberapa waktu kemudian gue akan bosen.
Dalam hal pacaran? Gue selalu excited saat masa pdkt, karena bagi gue itu adalah sebuah
tantangan, tantangan bagaimana menaklukan seorang wanita. Tapi setelah gue berhasil
membuat cewek itu naksir dan jalan sama gue, maka rasa sayang gue ke dia tinggal hitungan
bulan.

True love? Gue masih ga percaya sama adanya true love, waktu itu. Karena meskipun gue
udah beberapa kali pacaran, gue belum nemuin apa itu true love, bagi gue saat itu true love
adalah imajinasi semu yang dibuat oleh seseorang untuk menghibur dan menutupi
perasaannya sendiri yang sebenernya udah pudar. Ya, gue tau, cara berpikir dan cara
pandang gue saat itu secara tidak langsung adalah imbas dari perceraian orang tua gue waktu
gue masih kecil, selain dari lingkungan.
Kalau seseorang bilang, "Ortu bercerai, belum tentu anak akan mengalami dampaknya,
semua tergantung dari cara mendidik ortunya." sorry to say, Bullshit! (kalau yang ini gue
masih percayai sampe sekarang) setiap hancurnya sebuah pernikahan yang sudah ada seorang
anak di dalamnya, dapat dipastikan anak itu akan terus mengingat mengenai apa yang dialami
kedua orang tuanya. Dan itu akan berdampak pada kepribadiannya.

Memang peran orang tua akan sangat berpengaruh pada anak tersebut, tapi bukan berarti
menghilangkan efeknya. Hanya meredam atau memperkecil. Efek dari sebuah perceraian
akan tetap ada pada pribadi sang anak.

Oke, back to, True Love. True Love is never exist! itu yang ada di hati gue waktu itu.

Jadi, itu yang membuat gue berpikir berulang kali mengenai keputusan apa yang harus gue
ambil. Melanjutkan kedekatan gue dengan Sherlly, atau menghentikannya cukup sampai
disini?

Kalau gue ambil keputusan untuk terus melanjutkan, gimana kalau suatu saat nanti gue ga
kuat menghadapi kekurangannya? Gimana kalau suatu saat nanti gue capek meladeninya
ketika dia kambuh? Dan paling parah, gimana nanti kalau ditengah jalan gue bosen sama dia?

Tapi di satu sisi, gue mulai sayang sama dia, dia berbeda dengan yang lain dan gue ingin jadi
orang yang bisa membantunya sembuh, gue ingin dia sembuh. Gue ingin jagain dia dan
ngelakuin apapun agar dia bisa sembuh.

Itulah yang gue pikirkan selama perjalanan pulang dari Dr. Andry. Gue beberapa kali diajak
ngobrol dengan bu Mila tapi gue hanya jawab sekedarnya karna pikiran gue ga konsen waktu
itu.
Kurang lebih jam satu lewat kita udah sampe di rumahnya bu Mila, kita bertiga turun dan gue
diajak lunch bareng sama mereka.

Quote:"Bud.." Sherlly manggil gue ketika kita lagi lunch

"Ya..?" gue menjawabnya dengan ekspresi datar

"Ntar habis ini kita ngobrol di samping ya.." ujarnya sambil senyum, dan gue jawab dengan
sebuah anggukan

....................................................................

"Gimana tadi, bud.. Udah dijelasin sama Dr. Andry?" Sherlly membuka percakapan ketika
kita udah di taman samping rumahnya, duduk di ayunan

"Udah.."

"Yah.. Begitulah bud keadaanku.. Sekarang kamu udah tau kan, kenapa aku bisa sampe
seperti itu di mobil.."

"Iya.."

"Kamu kenapa bud? Kok diem aja daritadi, kayak lagi mikirin sesuatu?" tanya Sherlly ke
gue, gue yang daritadi mengalihkan pandangan ke samping, kini menoleh dan memandang
Sherlly yang ada di depan gue

Seberkas sinar matahari siang itu menyorot sedikit bagian dari kepalanya, rambutnya yang
agak kecoklatan semakin terlihat coklat berkilau, matanya yang semu biru menatap gue
dengan hangat, pipinya yang agak tembem bersemu kemerahan, entah malu karena gue liatin,
atau karena cuaca yang agak panas di rumahnya siang itu.

"Wanita secantik ini, siapa yang tega membuatnya trauma sampai seperti ini?" satu kalimat
tanya yang mendadak muncul dari hati gue ketika memperhatikan Sherlly siang itu.

Quote:"Bud..?
Kok diem?" pertanyaan Sherlly membuyarkan lamunan gue ketika
memandangnya

"Hah.. Eh..haha engga kok, eh besok jalan yukk Sherr?" ujar gue sambil nyengir

"Besok? Kemana?"

"Ya..kemana kek..hehe besok kan malem minggu Sher.."

"Ohhh.. Iya yaaa?ahahaha lupa, udah lama ga malem mingguan soalnya.." ujar Sherlly
dengan tertawa lebar, rambutnya yang agak panjang bergerak tertiup angin sekarang

"Hehehe.. Gimana? Mau ngga?" gue nyengir dan tanya ke dia

"Ehmmm... Boleh deh.." jawaban yang singkat diiringi dengan senyuman manis yang terukir
di wajahnya

"Tapi kemana Bud?"

"Ehmm.. Ke..."

"Ke mall aja yukk... Udah lama ga ke mall aku.."

"Boleh, boleh.." jawab gue dengan mengangguk bersemangat

"Hehehe.. Oke oke.." ujar Sherlly dengan sumringah

Berikutnya gue ngobrol dan bercanda ringan dengan Sherlly sampe sekitar dua jam'an kita
disana, entah berapa kali kita ketawa bareng membahas hal-hal lucu dan konyol di masa lalu.

Quote:"Jadidulu itu pernah Sher, kamar mandi rumah aku itu pintunya rusak, waktu itu aku
sekitar umur sepuluh taunan kalo ga salah. Nah, aku ga tau kalo rusak kan, orang kemarennya
ga kenapa-napa.. Bangun tidur, minggu siang waktu itu aku masih inget jelas, aku masuk ke
kamar mandi, klekk..aku tutup dan aku tekan kunci pintunya yg di tengah kenop itu, terus
pipis.. Eh pas selesai pipis mau keluar, aku puter-puter kenop nya, kok ga jalan, tau kan ya
kenop pintu yang kuncinya ditengah itu, kan kalau kita puter, kuncinya terbuka sendiri
otomatis kan?"

"Iya.. Tau, tau..hahaha terus terus?" ujar Sherlly dengan excited dan mulut yang setengah
terbuka bersiap untuk ketawa mendengarkan lanjutan cerita gue

"Nah, itu aku puter puter kok ga buka-buka kuncinya, aku teken-teken kok ga ada apa-apa..
Paniklah aku kan, mata yang tadi masih sayup-sayup karena baru bangun langsung melek
karena tegang dah.."

"Hahahahahaha... Terus terus?"

"Aku masih coba puter-puter sama tarik-tarik kenopnya Sher, kletek kletek, kletek kletek,
gitu. Trus aku teriak manggil papaku, Paaaa...... Paaaaa.... Kletek kletek.. Mulai panik aku
Sher, pintu ga bisa dibuka, papaku dipanggil ga ada jawaban, pikiranku udah aneh-aneh
waktu itu. Namanya anak kecil kan ya, imajinasinya kemana-mana, kalau aku ga bisa keluar
dari sini gimana, kalau aku akan terus terkurung disini gimana, kalau aku..kalau
akuu....uuhhh..!! Macem-macem pikiranku waktu itu.. Sampe akhirnya aku gedor-gedor itu
pintu kamar mandi dari dalem sambil teriak n nangis manggilin papa..haha"

"Hahahahahaha..." Sherlly ketawa

"Dokk dokk dokkk!!! Dokkkk dokkk dokkk!!! ...paaaaa....papaaa... Aku gedorin sambil teriak
sama nangis..hahaha ga lama....kedengeran suara papaku dari luar, weii...weii kenapa? Kok
teriak-teriak gitu sih.. Paaa, pintunya ga bisa dibuka paa..huhu, Budi kekancingan di dalem
paaa..huhuhu aku merengek dari dalam. eh, papaku malah ketawa Sher.. Hahahahaha...
Bentar-bentar..haha bentar ya.. papa ambilin peralatan dulu.. Gitu katanya.."

"Hahahaahaha... Aku pengen liat banget ekspresimu waktu itu bud..ahahahahaha pasti lucu
deh.."

"Issshhhh... Ketawamu Sher, sukacita sekali kamu sepertinya.."

"Ahahahahahahahaha..." Sherlly masih ketawa ngakak, tangan kanannya menutupi mulutnya


yang terbuka lebar karena tertawa, matanya terlihat semakin sipit karena ketawanya.. Gue
yang awalnya ketawa perlahan tawa gue berubah menjadi senyuman sambil ngeliat dia, ya,
gue senyum..karena gue seneng bisa ngeliat Sherlly ketawa lepas di depan gue seperti saat
ini..

"Aku akan berusaha agar kamu bisa terus tertawa seperti ini, Sher.. Sampai ga ada lagi air
mata kesedihan yang keluar dari matamu nanti.. Ya, i will.." satu kalimat yang terucap dalam
hati gue sore itu.

I know that someone was hurt you


I know that now you think there is no one would love you
I know that now you feel there is no one can accept you
But.. Here i am, standing before you. Asking for a chance to loves you.
And I will try my best, for you.

PART 30 : Saturday Night


28-06-2014 13:37
Besoknya jam setengah tujuh malam gue udah nunggu Sherlly di depan rumahnya, dengan
memakai t-shirt hitam fit body, minyak wangi se ember dan rambut pendek yang di model
spiky, gue yakin penampilan gue cukup bisa membuat tante-tante terpesona ngeliat gue
malam ini. Oke, abaikan.

sebelumnya tadi gue udah sms dia bilang kalo gue lagi otw.

Quote:"Okay, ntar tunggu diluar aja ya. Kabarin kalo dah sampe.." begitu i dalam rumahnya
mengenakan t-shirt warna biru dan jaket hoodie bergaris putih dan hitam vertikal. Rambutnya
diurai, dan..celana pendek warna hitam yg kontras dengan paha putihnya.

Quote:"Heiii.. Sorry lama..hehe" Sapa Sherlly ke gue

"Hehe, ga kok.. Udah?"

"Udah, yuk.."

Kita meluncur ke mall di dekat rumahnya, cuma butuh 15 menit perjalanan kesana, sepanjang
perjalanan ga bosen-bosennya gue menghirup aroma parfum Sherlly di dalem mobil,
mungkin suatu saat gue harus menganjurkan Sherlly untuk membuat pengharum mobil dari
parfumnya.

Malam itu malam minggu pertama gue jalan dengan cewek setelah ditinggal Siska, Oh..
Ngomong-ngomong Siska, dia lagi dideketin sama temen kuliahnya, sama-sama dari Indo,
tapi dia masih belum terlalu mau mikirin soal pasangan hidup, mau fokus kuliah dulu
katanya. Well, semoga dia bisa mendapatkan yang terbaik, dan gue yakin dia bisa jaga diri
baik-baik disana.

Gue dan Sherlly makan bareng setelah sampai di mall, dari sana gue tau kalau makanan
favoritnya adalah dimsum. Dia seneng banget sama makanan satu itu, dan katanya sebulan
bisa lebih dari sekali dia beli dim sum. Oke, dim sum, satu clue lagi buat gue untuk
nyenengin dia nanti. Karena berdasarkan pengalaman, cewek seneng dengan surprise atau
ingatan-ingatan kita akan hal kecil tentang dia, bagi kita simple, tapi bagi cewek itu berarti
dan berkesan banget.

Quote:"Sukanonton ga Bud?" Ujar Sherlly bertanya ke gue waktu kita lagi makan, pertanyaan
yang tepat pada orang yang tepat

"Suka banget..hahaha.." jawab gue

"Hahaha.. Habis ini ke atas yuk, ngliat pilem bagus yang lagi main apa.."

"Kemaren aku liat ada Kungfu Panda, kayaknya bagus itu.." ujar gue

"Oya? Lah ini, panda nya di depanku.."

"Hahaha.. Kurang endutt Sherr..."

"Hahahaha..."
Sherlly terlihat senang malam ini, tampak dari seringnya dia tersenyum dan tertawa.
Mengenai gangguan yang dialami Sherlly, gue jadi inget Hulk, sosok super hero yang
berwarna hijau berbadan besar dan menyeramkan yang ada dalam komik Marvel dan sudah
beberapa kali dibuat jadi film itu.

Seorang manusia normal bernama Bruce Banner, akan mendadak berubah menjadi sosok
raksasa hijau menyeramkan ketika dia marah, atau ketika melihat orang yang disayanginya
disakiti. Awal-awal di film tentang dia, dia tidak bisa mengendalikan emosi dan perubahan
bentuknya, akibatnya dia sewaktu-waktu bisa berubah ketika emosinya tidak stabil. Tapi pada
akhirnya dia dapat mengendalikan dan mengontrol kapan dia harus berubah wujud, sehingga
dia menjadi seorang super hero. Apakah mungkin Stanley menciptakan tokoh hulk ini
terinspirasi dari seseorang yang mengalami MPD juga ya? Hmm, bisa jadi.. Kalau hulk aja
bisa berubah jadi baik dan bisa mengontrol kepribadiannya yang satunya, masa Sherlly ga
bisa, pasti bisalah.. Kok jadi bahas film?haha

Back to story, kita udah selesai makan dan udah beli dua tiket bioskop untuk jam 20.40 cukup
ramai bioskop malam ini, karena malam minggu sih ya, jadi bioskop-bioskop banyak diisi
dengan pasangan-pasangan muda yang sedang dimabuk cinta, ga cuma di bioskop sih, tadi
sepanjang jalan dari tempat kami makan ke bioskop juga banyak pasangan yang gandengan
tangan sedang kasmaran.. Kasihan yang jomblo, mereka pasti sedang mengurung diri di
kamar sambil berdoa meminta hujan. Oke, ini pengalaman pribadi..

Quote:"Sher, masih 40 menitan.. Ke gr*med yuk.." ujar gue ke Sherlly

"Boleh dah.. Suka baca?" tanya Sherlly

"Sangat..hahaha kamu suka juga?"

"Suka..hehe" jawab Sherlly sambil mengangguk dan senyum

"Sepertinya kita jodoh.." sahut gue

"Hahahaha.. Dasar..!" ujar Sherlly sambil ketawa dan menepuk pundak gue

Sekitar 15 menitan kita di toko buku di dalem mall itu, Sherlly berjalan ke deretan rak Novel
dan gue berjalan menuju deretan rak komik, kok komik? Ya dong, gue kan penggemar
detektif conan, jadi tiap kesana pasti gue sempetin mampir ke barisan rak bagian komik untuk
melihat apakah ada conan jilid terbaru atau tidak.

Quote:"Suka
Harpot juga Sher?" ujar gue waktu nyamperin Sherlly yang lagi liat-liat buku di
rak buku Harry Potter

"Eh.. Iya..hehe aku koleksi tapi yang buku ketiga ga ada, selalu kosong stok nya disini.." kata
Sherlly, satu info lagi buat gue.hehe detektif sama player itu ga jauh beda, sama-sama seneng
ngumpulin info, bedanya yang satu buat nangkep penjahat, yang satu buat nangkep cewek..
x_x

"Oh..." gue mengangguk pelan

"Kamu suka juga?" tanya Sherlly


"Iya.."

"J.K Rowling ni super jenius bagiku.. Bisa bikin cerita fiksi sedetail dan sebagus ini.."

"Iyaa, betul. salah satu penulis favoritku juga itu mbak Rowling.."

"Hahaha.. Eh tapi aku penasaran lho dari dulu, J.K ini kepanjangannya apa.." ujar Sherlly

"Juleha Kusmiati..." jawab gue

"Hahahahaha... Dasaarr..." satu pukulan ringan mendarat lagi di pundak gue

"Joanne Kathleen.."

"Eh? Siapa siapa?" Sherlly bertanya sambil menoleh ke gue

"Joanne Kathleen.. Kepanjangannya J.K"

"Oh.. Beneran? Kok tau?" ujar Sherlly dengan mengangkat sebelah alisnya

"Kan dia dulu tetanggaku..." jawab gue

"Hahahaha..."

Jam 20.15 kita udah masuk ke dalam theater, banyak yang nonton rupanya, sampai kursi
barisan depan pun terisi, untung tadi gue dan Sherlly masih sempet dapet di deretan H, jadi ga
terlalu dekat dengan layar. Film udah separuh jalan ketika gue merasakan ada sesuatu yang
menyentuh lengan gue, gue noleh, Sherlly sedang menyandarkan kepalanya di pundak gue.
Konsentrasi gue ke film sedikit buyar, gue deg-deg an, kaki gemeteran, kebelet pipis, tapi gue
tahan. Gue ga mau merusak moment manis ini. Beberapa kali gue lihat Sherlly tertawa lepas
ketika sedang menonton, ya, karena memang genre film yang sedang kita tonton malam ini
adalah cartoon action-comedy.

Sejenak gue lupa dengan apa yang diderita Sherlly, gue lupa bahwa yang disamping gue
sekarang ini adalah cewek dengan kepribadian berbeda yang beberapa hari lalu berada
semobil dengan gue dengan silet yang siap menyayat lengannya, cewek yang berujar pelan
'aku pengen mati..' di depan gue.
Sherlly hari ini terlihat normal, dia terlihat ceria, senang, keadaan seperti inilah yang gue
harapkan selalu ada dalam dirinya.

Kurang lebih dua jam durasi film yang kita tonton, lampu di dalam theater mulai dinyalakan
dan para penonton mulai beranjak dan berjalan pelan keluar ruangan ketika film sudah
selesai. Di layar masih terlihat barisan tulisan yang berjalan naik diiringi dengan soundtrack
yang masih diputar.
Kita berdua masih duduk di kursi sambil menunggu antrian orang yang mau keluar sedikit
lega, beberapa kali kita bergantian membahas mengenai adegan-adegan lucu, seru, dan
mengharukan yang ada di film tadi.

Tapi beberapa saat kemudian pandangan Sherlly terpaku ke satu arah, entahlah dia
memandang apa atau siapa, tapi yang jelas mimik muka nya langsung berubah, tangannya
mencengkram lengan gue dengan kencang, matanya memandang tajam seolah hampir tidak
berkedip, dan dari ekspresinya gue tau dia ketakutan.

Quote:"Sher?"

"Sher.. Hei?"

gue memanggil Sherlly yang mendadak diam seperti patung di depan gue, gue mengalihkan
pandangan ke arah dia melihat, ingin tau hal apa yang dilihatnya sampai membuatnya seperti
ini.

Anda mungkin juga menyukai