Kejadian ini terjadi sudah hampir satu tahun semenjak datangnya
lelaki yang tiba-tiba hadir di kamarku. Pada malam itu terasa lebih sejuk dari malam-malam sebelumnya. Aku pun bangun untuk menurunkan suhu pendingin ruangan di kamarku. Saat aku hendak kembali menutup mata, aku melihat siluet seseorang berdiri di depan pintu kamarku. Tentu saja aku ketakutan, jika ada seseorang yang berniat jahat padaku sedangkan saat itu aku sendirian di rumah dan lagipula seingatku aku juga sudah mengunci semua pintu dan jendela. Aku pun langsung terduduk dan bertanya “Siapa kau? Mau apa kau di kamarku?” Bukannya menjawab tetapi ia justru melangkah mendekatiku. Aku mundur-mundur ketakutan dengan bibir bergetar aku mengucapkan “Jangan dekati aku dan jangan macam-macam denganku. Jika tidak aku akan membunuhmu.” Lelaki itu lantas tertawa terbahak-bahak. Aku bingung kenapa ia malah tertawa. Lelaki itu pun duduk di pinggir kasur dan berkata “Hahahahaha, kau ini lucu sekali. Kau tidak tau siapa aku hm, bagaimana caramu membunuhku? sedangkan aku saja sudah mati.” “Ah ya, perkenalkan namaku Ooh Sehun. Kau bisa memanggilku Sehun,” ia memperkenalkan dirinya sambil mengulurkan tangannya. Dengan wajah takut-takut dan bingung aku membalas uluran tangannya sambil menjawab “Jadi namamu Ooh Sehun, aku Lee Hyejin dan kau bisa memanggilku Hyejin.” “Nama yang indah. Kalau tidak salah, Hyejin itu artinya adalah perempuan tangguh,” ucap Sehun. “Ya kau benar, orangtuaku menamaiku Hyejin karena mereka ingin aku menjadi anak yang tangguh dalam menghadapi hal apapun itu,” jawab diriku. Aku memperhatikan dirinya dan tiba-tiba aku teringat sesuatu, dan aku lantas bertanya “Tunggu-tunggu tadi kau mengatakan bahwa dirimu sudah mati? J-jadi maksudmu kau adalah hantu?” Ia hanya tersenyum dan menjawab, “bisa dikatakan begitu.” Aku spontan berteriak “AAAAAAAAAAAA, Ada hantu aaaaaa ada hantu di kamarku. Tolongggggg.” Sehun pun langsung menutup mulutku dan berkata “Sssttttt tenanglah, kau tidak perlu takut padaku.” Aku merasa sentuhan tangannya bisa membuatku tenang padahal tadi aku baru saja terkejut setelah menyadarinya jika ia adalah hantu. Begitulah pertemuanku dengan hantu aneh itu. Sejak saat itu dia selalu mengikutiku kemanapun ku pergi sehingga aku mulai terbiasa dengan kehadirannya dan aku menganggap ia sebagai teman baruku walaupun kita berbeda. “Sudah berapa kali bibi bilang, kau harus selalu mendapat nilai seratus. Jika kau tidak bisa mendapat nilai seratus bagaimana bisa nantinya kau meneruskan perusahaan keluarga Lee hah?” kata bibi sambil terus menjambak rambutku. “Ahkk bibi sakit, tolong lepaskan. Lagipula Hyejin sudah mendapat nilai sembilan puluh, apa bibi dan paman tidak puas dengan hasilnya?” rintihku sambil memegangi rambutku yang dijambak oleh bibi. Bukannya melepaskan tetapi bibi malah menguatkan jambakannya. “Jelas saja kami tidak puas. Kau adalah keturunan keluarga Lee dan kau harus selalu menjadi nomor satu,” jawab bibi. “Ahkk, maafkan Hyejin. Lainkali Hyejin akan belajar lebih giat dan mendapat nilai seratus. Tolong maafkan Hyejin dan Hyejin mohon lepaskan Hyejin bi,” ucapku sambil merintih kesakitan. Akhirnya bibi melepaskan jambakannya tetapi ia justru menampar dan mendorongku cukup kuat hingga aku terjatuh. Tak hanya sampai disitu ia juga menendangku secara kasar. Ia mencebikkan bibir lalu berkata “Ck dasar lemah, didorong segitu saja sudah jatuh. Sana pergi ke kamarmu dan tidak ada makanan untuk hari ini. Itu akibatnya jika kau tidak mendapat nilai seratus.” Aku bangun dan berjalan tertatih-tatih menahan sakit menuju kamarku. “Hyejin, kau tak apa-apa? Apa kau merasakan sakit? Di bagian tubuh yang mana? Katakan padaku, aku akan mengobatimu,” ucap Sehun cerewet. “Diamlah, aku tak apa-apa. Lagipula aku sudah biasa diperlakukan seperti itu oleh mereka. Setiap hari pasti aku selalu mendapatkannya, entah itu cubitan, jambakan, tamparan, tendangan, atau apapun itu,” jawabku. Terlihat jelas bahwa Sehun nampak kesal dengan bibi dan pamanku, aku menenangkannya sambil mengusap lembut tangannya dan berkata “Tak apa Sehun, aku benar-benar tidak apa-apa. Kau tidak perlu marah pada mereka. Ini semua juga kesalahanku karena aku kurang giat belajar sehingga aku tidak bisa mendapatkan nilai seratus.” “Mengapa kau tidak pergi saja dari rumah ini? Terlihat jelas dari wajahmu bahwa kau sudah lelah dengan semuanya. Aku akan menemanimu kemanapun kau pergi, aku akan selalu berada di sisimu. Kita pergi saja ya dari rumah ini,” kata Sehun sembari menatap mataku dalam. Aku menjawabnya “Tidak bisa Sehun, rumah ini milik kedua orang tuaku dan ada sesuatu hal yang ingin aku selesaikan. Jadi aku tidak bisa meninggalkan rumah ini.” “Lalu jika rumah ini milik kedua orang tuamu, mengapa paman dan bibimu tinggal disini? Ada sesuatu hal yang ingin kau selesaikan, apa itu? dan kau juga bermarga Lee tetapi pamanmu bermarga Ooh. Bagaimana maksudnya? Aku tak mengerti,” tanya Sehun beruntun dengan wajah bingungnya. Hal inipun membuatku gemas dengan sikapnya. Aku terkekeh gemas dan mencubit pipinya “Ya ampun Sehun, mengapa kau menggemaskan sekali?” “Ishh sakit Hyejin, aku tidak tau kenapa aku bisa semenggemaskan ini. Sekarang jawab semua pertanyaanku tadi Hyejin,” kata Sehun. Aku menghela napas panjang dan mulai menceritakan semuanya ke Sehun “Aku kehilangan orang tuaku sejak aku berumur 15 tahun. Kami mengalami kecelakaan pesawat sewaktu kami pulang dari Melbourne. Padahal itu pesawat pribadi ayah, pilot juga sudah sangat berpengalaman dan pesawat dalam kondisi aman. Tetapi entah mengapa kami bisa mengalami kecelakaan, awalnya aku mengira bahwa aku akan pergi bersama ayah dan ibu, namun takdir berkata lain. Ya, aku perlu hidup sendiri dan hanya tinggal bersama dengan paman dan bibi yang kejam padaku. Saat pesawat dalam keadaan darurat ayah sempat mengatakan bahwa aku harus tetap hidup, menjaga warisan ayah dan meneruskan perusahaan ayah. Karena aku anak tunggal jadi semua hak waris ayah jatuh ke tanganku. Ibu juga mengatakan bahwa mereka akan selalu bersamaku sampai kapanpun bahkan saat mereka tidak ada di dunia ini. Aku baru ingat kalau sebelum aku pulang dari Melbourne, aku melihat paman menelpon seseorang dan aku juga merasa sepertinya paman dan bibi merencanakan sesuatu jahat pada keluargaku. Awalnya aku ingin mengatakan hal itu pada ayah dan ibu tetapi aku baru mengingatnya setelah kecelakaan terjadi.” “Oh jadi gitu, lalu kau berasumsi bahwa semua ini adalah rencana paman dan bibimu?” tanya Sehun. “Yap, tepat sekali. Jadi aku ingin menguak kasus kecelakaan yang menimpa keluarga Lee dan pastinya aku memerlukan bukti agar laporanku kuat,” jawabku. “Lalu bagaimana dengan marga pamanmu?” tanya Sehun lagi. “Ibuku adalah adik dari pamanku, paman dan ibuku bermarga Ooh. Kemudian ibuku menikah dengan ayahku yang bermarga Lee, jadi ibu juga bermarga Lee dan aku pun bermarga Lee. Paman menikah dengan bibi dan marga bibi adalah Kim. Tapi aku pernah tidak sengaja mendengar pembicaraan beberapa staff di perusahaan ayah, kalau paman mempunyai hubungan gelap dengan seorang wanita bahkan sampai mempunyai anak. Namun hingga sekarang aku tak mengetahui siapa dan dimana kekasih paman dan juga anaknya, Huftttt,” jawabku diakhiri dengan helaan napas panjang. “Oh begitu,’’ jawab Sehun. Aku pun hanya tersenyum. Di dalam hati lelaki itu berucap “Kau tidak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, jika nanti kau mengetahui semuanya, aku yakin kau pasti akan membenciku. Maafkan aku karena telah berbohong padamu, aku berjanji akan membantumu mencari semua buktinya.” Malam yang sunyi aku turun dari kamarku. Aku pergi ke dapur untuk meredakan rasa haus di tenggorokanku. Aku melihat paman dan bibi memasuki ruang baca ayah, aku mengikuti mereka dari belakang dan mengintip dari balik pintu. Aku melihat paman dan bibi menggeser sebuah lukisan yang ukurannya cukup besar. Memang lukisan itu baru dipasang setelah ayah dan ibu meninggal. Aku terkejut melihat apa yang ada di balik lukisan itu. Ternyata ada sebuah pintu dan kita dapat masuk jika kita mengetahui kode tersebut. Aku memperhatikan jari jemari paman yang menekan tombol tersebut. Setelah kurasa aku mengetahui kodenya, aku naik menuju kamarku. Aku berniat akan pergi kembali esok hari. Sang fajar telah menyingsing, aku mengucek kedua mataku dan membukanya. “AAAAA, YAK SEHUN! KAU!” kagetku dan langsung berteriak. Bagaimana bisa aku tidak berteriak, dia ada tepat di depan mukaku dan melayang-layang. Sedangkan yang melakukannya hanya terkekeh dan tertawa seperti tidak ada dosa saja. “Kau tahu jantungku hampir copot ya,” kesalku. Sehun hanya terkekeh dan menjawab “Hehehehe, maaf ya. Aku tak ada niat untuk membuatmu kaget kok.” “Sudahlah lupakan, sekarang ada hal yang lebih penting dan kau harus tau itu,” kataku. Lalu aku langsung menceritakan semua yang terjadi semalam. “Kau ingin ke ruang rahasia itu sekarang? Bagaimana dengan paman dan bibimu?” tanya Sehun. “Aku tau kau mengkhawatirkan ini, tapi kau tenang saja. Pada makan malam kemarin bibi mengatakan bahwa mereka akan pergi ke Los Angeles selama satu minggu karena mereka akan bertemu client,” jawabku dengan santai. Malamnya bibi dan paman berangkat ke bandara. Aku hanya diam di kamar saja seharian ini, aku malas jika aku keluar pasti bibi selalu memarahiku dan menampariku jadi aku lebih memilih berdiam diri di kamar. “Hyejin, paman dan bibimu sudah berangkat. Ayo kita harus segera ke ruangan itu,” ajak Sehun. Aku dan Sehun langsung bergegas ke ruang baca ayah dan segera menggeser lukisan tersebut. Aku menekan kodenya dan ternyata 4 angka terakhir salah. Sehun mencobanya dan pintu rahasia pun terbuka perlahan-lahan. Awalnya aku terkejut dan ingin bertanya mengapa ia bisa mengetahui kodenya, tapi rasa penasaranku jauh lebih besar ketika pintu sudah terbuka sempurna. Aku langsung memasuki ruangan rahasia itu. Cat hitam, aura misterius langsung terpancar saat aku menyusuri ruangan tersebut. Atensiku teralihkan saat melihat sebuah bingkai yang dipasang terbalik, ternyata bingkai itu adalah foto keluarga Lee. “Hyejin, kemari dan lihatlah ini,” panggil Sehun. Aku langsung menuju ke arah dimana Sehun memanggilku. Ia memegang sebuah kotak hitam yang berukuran cukup besar. “Apa itu?” tanyaku. Aku langsung membukanya dan isinya adalah beberapa berkas dan bukti-bukti bahwa paman dan bibiku yang merencanakan kecelakaan pesawat itu. Aku bergegas pergi ke kantor polisi untuk melaporkan paman dan bibiku. Satu minggu berlalu harusnya paman dan bibi pulang hari ini, tapi salah satu dari mereka tidak ada yang pulang ke rumah ini. Paman mati tertembak saat terjadi penangkapan dan bibi menjadi gila karena suaminya mati dan karena aku telah mengetahui rencana busuk mereka. Bibi akan dirawat hingga keadaannya membaik di Los Angeles lalu pulang ke Indonesia dan menjalani hukumannya. “Maafkan aku Hyejin karena telah berbohong padamu. Maafkan aku karena tak berkata jujur sejak awal. Aku yakin jika kau mengetahuinya lebih cepat kau pasti akan sangat membenciku, sehingga aku tak bisa menebus semua kesalahanku. Bagaimana, sekarang kau sudah membenciku kan?” kata laki-laki yang sekarang sedang duduk berhadapan denganku. Aku tersenyum seraya menjawab “Tidak Ooh Sehun, aku tak membencimu, tidak sama sekali. Jujur saja, awalnya aku kaget dan agak sedikit syok setelah mendengar ceritamu bahwa kau adalah anak pamanku dengan kekasih gelapnya itu. Tak mengherankan, jika kau tau kode pintu rahasia itu. Ternyata anak laki-laki pendek nan menyebalkan yang dulu kutemui saat pertemuan keluarga besar Lee itu adalah kau. Awalnya aku curiga saat mengetahui namamu bermarga Ooh sama seperti anak lelaki waktu itu dan margamu sama seperti pamanku. Sayangnya, aku kehilangan informasi mengenai anak lelaki itu dan tak disangka-sangka ya sekarang kita bertemu kembali tapi dalam keadaan dan kondisi yang berbeda. Aku juga sangat berterimakasih karena berkat bantuanmu, sekarang paman dan bibi sudah mendapatkan apa yang mereka perbuat di masa lalu. Maafkan aku, karena aku melaporkan semuanya, ayahmu jadi terbunuh.” “Kau tak perlu meminta maaf karena kau tak salah apapun dan kau tak perlu berterimakasih, anggap saja ini semua adalah caraku menebus semua kesalahanku karena telah berbohong kepadamu selama ini,” jawab Sehun. “Bolehkah aku memelukmu?” pinta Sehun dengan muka imutnya. Aku langsung tersenyum dan merentangkan kedua tanganku sambil berucap “Pastinya boleh dong. Kemari, aku juga ingin memelukmu.” Kami berdua berpelukan sangat erat layaknya teletubbies. “Maafkan aku Lee Hyejin,” ucap Sehun samar-samar. Tiba-tiba lampu kamarku mati, nyala, mati, nyala, hingga lampuku mati cukup lama dan pada saat lampuku menyala kembali Sehun sudah tidak ada dalam pelukanku. Rasanya seperti aku sedang memeluk angin. “Kau tak perlu meminta maaf padaku, karena ini semua bukan salahmu. Terima kasih banyak Ooh Sehun dan sekarang beristirahatlah dengan tenang. Aku harap kita akan bertemu di kehidupan selanjutnya,” kataku. Tak terasa air mataku mengalir, aku tak tahu antara harus menangis bahagia karena aku berhasil menemukan orang yang sudah merencanakan kecelakaan itu atau aku harus menangis sedih karena lelaki itu telah pergi untuk selamanya. Aku bangkit dari kasur dan membuka jendela kamarku. Masih dengan air mata yang terus mengalir seraya aku berucap “Terimakasih Tuhan, karena-Mu aku mampu melewati semua ini. Aku tak menyangka jika aku mampu melewati semua masalah yang menimpaku. Terimakasih.”