Anda di halaman 1dari 27

365 Days With Kkamjong (Chapter 

1)
AGU 17

Posted by Nisha_bacon627
365 Days with Kkamjong – chapter 1
 

Main cast: Kim Jong In, Oh Se Kyung (OC), Oh Se Hoon, Nam Sun Hee(OC), Tiffany

Genre: romance, marriage life

Author: fhutamifrida

Length: two shot

FF ini terinspirasi dari drama Full House, tapi ceritanya dibuat berbeda dan ini asli hasil
mikir aku yang rada rada sarap dan gajeeeee XD kalo ada typo, mian ya readerdeul hehehe
*bow bareng Thehun* so, enjoy read yaa readerdeul ^^ *bow lagi bareng Thehun* NO
PLAGIARISM!

 ________________________________________________

-Jongin POV-

Suasana minggu pagi yang cerah biasanya kumanfaatkan untuk bersantai dengan temanku
di apartemen, namun tidak dengan minggu ini. Kali ini aku harus pulang ke rumah karena
appa menyuruhku pulang ke rumah, katanya ada hal penting yang ingin dibicarakan.
Namun begitu sampai di rumah, aku menyesal aku telah menuruti perkataan appa untuk
pulang ke rumah. Ternyata ia berniat menjodohkanku dengan seorang yeoja materialistis
yang bernama Tiffany Hwang, putri pemilik perusahaan Hwang Corporation. Tentu saja aku
menolaknya dan appa marah besar padaku. Ia berkata di usiaku yang sudah bukan anak 17
tahun lagi, seharusnya aku sudah mempunyai seorang pendamping hidup yang kelak akan
mendampingiku dalam memimpin perusahaan milik ayah, tapi karena di usiaku yang
hampir 25 ini aku belum mempunyai seorang yeojachingu, maka ayahku berniat
menjodohkanku dengan yeoja materialistis yang sebentar lagi akan datang ke rumahku.

“Sehun-ah! Bantu aku keluar dari masalah ini!” aku menghubungi Sehun, yang merupakan
teman satu apartemenku.

“kau kena masalah lagi? aigoo~ setelah kemarin kasus kecelakaan, sekarang masalah apa
lagi?” suaranya terdengar ketus diseberang sana. Tampaknya ia sangat frustasi karena aku
selalu menumpahkan setiap masalah yang ada dipikiranku padanya.
“ayahku berniat menjodohkanku dengan seorang yeoja materialistis! Dan tentu saja aku
tak mau dijodohkan seperti itu! Kau bisa membantuku keluar dari masalah ini?”

“hmmh… kalau begitu sih tentu saja kau harus mempunyai seorang yeojachingu agar
ayahmu tidak jadi menjodohkanmu”

“MWO?! YEOJACHINGU?!” aku hampir saja melempar handphone ku ke tembok karena


mendengar perkataan Sehun itu. “kau ini gila ya? Kau tahu kan aku tak kenal dengan
perempuan manapun selain ibuku, kakakku, adikmu dan juga pacarmu! Bagaimana aku bisa
mempunyai seorang yeojachingu dalam waktu setengah jam sebelum yeoja itu datang ha?”

“chamkkaman Kkamjong, aku sedang berpikir nih…”

“pinjamkan aku adikmu!” tiba tiba ide gila itu melintas di pikiranku dan aku langsung
mengatakannya pada Sehun.

“MWO?! APA KAU INI GILA, KKAMJONG?! Kenapa tiba tiba kau berpikiran seperti itu?” aku
berani bertaruh, pasti dia hampir jantungan karena mendengar ide gilaku ini.

“begini maksudku, kau pinjamkan dulu adikmu padaku untuk menjadi yeojachingu-ku
selama beberapa bulan, tentu saja ini hanya untuk berpura pura di depan keluargaku. Jika
kau setuju, segera suruh adikmu datang ke rumahku dan memperkenalkan dirinya sebagai
yeojachingu-ku dalam waktu 20 menit ini! Ppali!” kesabaranku kali ini sudah habis karena
sikapnya.

“arasseo. Adikku datang 20 menit lagi. ingat, jangan pernah melukai adikku, atau kau
kubunuh!” kemudian ia menutup telepon tanpa mengucapkan apapun lagi. sifat jeleknya
yang selalu menutup telepon secara sepihak ini kadang membuatku kesal sekali dan jika ia
bukan sahabatku, mungkin aku sudah menghabisinya dengan jurus wushu yang kupelajari
dari teman satu kampusku yang berasal dari China, Tao.

20 menit kemudian…

“Jong In! Sampai kapan kau akan terus berada dikamarmu yang seperti kapal pecah itu
hah? Turunlah ke bawah! Kita bicarakan soal perjodohanmu ini dengan baik baik!” suara
appa yang berat dan nyaring memanggilku dari ruang tamu. Kemudian aku turun ke bawah
dengan malas.

“anak baik! duduklah disini nak!” kemudian appa menyuruhku duduk di hadapannya yang
berarti itu aku akan menerima ceramahan gratis darinya. Tapi aku tak peduli itu, yang
penting ini sudah 20 menit dan adiknya Sehun belum menampakkan dirinya di rumahku.
Sialan. Apakah Sehun mengerjaiku?
TING TONG!

Suara bel rumah berbunyi dan eomma langsung membukakan pintu untuk melihat siapa
yang datang. Seorang yeoja dengan tubuh bagaikan model majalah fashion yang
mengenakan tank top berwarna putih yang dipadu dengan cardigan berwarna krem, rok
selutut dengan warna coklat dan sepatu high heels dan juga dandanan natural dan rambut
hitam panjang bergelombang yang dibiarkan tergerai tersenyum menyapa eomma-ku yang
terbengong melihat makhluk seperti dia.

“annyeonghaseyo ahjumma, apakah Jong In oppa ada?” ia menyapa ibuku dengan


memamerkan senyuman yang mirip seperti Sehun. Senyuman manis yang aku tahu
dilakukannya karena terpaksa.

“a.. ada. Kau temannya Jong In? wah aku tidak percaya anakku punya teman secantik kau”
akhirnya kesadaran ibu kembali dan ia menjawab sapaan gadis itu yang tak lain adik dari
seorang Oh Se Hoon yang entah aku lupa lagi namanya.

“annyeonghaseyo, joneun Oh Se Kyung imnida. Aku yeojachingu-nya Jong In oppa,


ahjumma” dengan tetap memamerkan senyuman itu, ia memperkenalkan dirinya pada
ibuku.

“Jong In! Aku tidak tahu kalau kau punya pacar secantik dia! Kenapa kau tidak mengatakan
kalau kau sudah punya pacar hah? Pantas saja kau menolak untuk appa jodohkan dengan
putri pemilik perusahaan Hwang Corporation itu” perhatian ayah kini sudah tertuju pada
Sekyung yang sekarang duduk di sebelahku berhadapan dengan ayah dan ibuku.

“jadi begini, appa—”

“aku mengerti Jong In, perjodohanmu dengan putri pemilik perusahaan Hwang Corp. itu
akan appa batalkan. Sebagai gantinya, appa akan mengizinkanmu untuk menikah dengan
pacarmu ini”

“mwo? Menikah? Appa, itu kan terlalu cepat” aku buru buru menjawab perkataan appa
dengan terkejut. Sejujurnya aku tak mengira ia akan menikahkanku secepat ini, kupikir ia
akan membiarkanku berpacaran dengannya, walaupun ini hanyalah sebuah sandiwara.

“nak, 4 bulan lagi umurmu sudah 25. Dan appa sudah ingin pensiun sebagai direktur
perusahaan Kim Corporation, jadi kau harus cepat menikah dan menggantikan posisi appa”

“tapi appa, aku kan masih kuliah. Dan Sekyung masih harus melanjutkan kuliahnya di
Tokyo…” aku mengatakan hal ini seolah olah aku ini tahu segalanya, tapi kenyataannya aku
mengetahuinya dari kakaknya, Sehun.
“tak apa apa, Jong In oppa, masalah kuliahku bisa ditunda ko” Sekyung malah menyetujui
rencana appa padahal ini kan hanya sandiwara saja. Aku sepertinya terperangkap di dalam
jebakan yang kubuat.

“kalau begitu, minggu depan pernikahan kalian akan dilangsungkan. Biar appa dan eomma
yang mengurusnya. Kalian bersenang senanglah. Dan appa juga akan membatalkan
perjodohanmu dengan putri pemilik Hwang Corp.” appa kemudian mengambil handphone-
nya dan kemudian ia sudah asik mengobrol di telepon.

“kalian akan berkencan ya hari ini? Kalau begitu, selamat bersenang senang” ibu kemudian
memberikan kunci mobil Porsche-ku yang disita oleh ayahku karena kecelakaan yang
menimpaku 1 tahun lalu. “ayah memberikan kunci ini padamu lagi, nak. Terimalah” tanpa
berpikir panjang, aku langsung menyambar kunci tersebut dan menarik Sekyung keluar
rumah bersamaku.

“ingat, semua ini hanyalah sandiwara dan jika kita sudah menikah nanti, kau bisa meminta
cerai padaku kapan pun setelah kau menemukan orang yang benar benar kau cintai. Arra?”
aku bertanya padanya setelah kami berada di dalam mobil dan melaju menuju sebuah
tempat, yaitu apartemenku.

“arasseo. Lagipula ini permintaan kakakku yang setengah mati membantu keegoisanmu itu.
Aku tak mengerti kenapa kakak mau maunya membantu orang egois dan manja sepertimu
ini” dasar Sekyung. Ia gadis paling cantik di kampusnya tapi kelakuannya tak secantik
wajahnya.

“diamlah, kita sudah terikat kontrak. Jadi diamlah dan bersikaplah seolah olah kita ini
sepasang calon suami istri beneran” aku memakirkan mobilku di tempat parkir
apartemenku. apartemenku tak terlalu jauh dengan rumahku namun aku lebih memilih
tinggal di apartemen dengan alasan lebih dekat dengan kampus. Kemudian kami keluar dan
masuk menuju kamarku.

“bagaimana? Berhasil?” Sehun langsung menginterogasi kami begitu kami sampai di


kamarku. Dasar Sehun ini, kutinggal sebentar saja dia sudah membawa pacarnya kesini
untuk entah apa yang mereka lakukan.

“ya, dan kami akan menikah minggu depan” aku menjawab sambil menghempaskan diriku
di sofa.

“mwo? Menikah?” Sehun membelalak tak percaya sampai sampai ia hampir menumpahkan
jus yang sedang dipegangya.
“ya, tapi keluargaku tidak tahu bahwa sebenarnya aku dan dia ini hanya bersandiwara.
Jadi tenang saja” aku mengambil remote TV dan menyalakannya sementara Sekyung
memilih untuk bersama Sunhee, pacar Sehun, yang sedang memasak di dapur.

“mau sandiwara atau tidak tetap saja aku tak bisa tenang, babo! Sikapmu ini sellau
seenaknya saja tanpa memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Bagaimana aku bisa
menyerahkan adikku yang cantik itu untuk hidup bersama dengan orang sepertimu hah?”
kali ini Sehun mulai naik darah. Aku tidak tahu apakah tensi nya tinggi atau rendah, tapi
yang jelas dia ini sangat mudah naik darah terutama jika sudah membicarakan mengenai
adik perempuannya itu.

“yaa! Aku ini Kim Jong In, putra Kim Jong Dae pemilik perusahaan Kim Corporation!
Sebentar lagi aku akan menjadi penerus ayahku dan meninggalkan sikapku yang jelek itu , 
jadi percayakan padaku bahwa adikmu akan hidup bahagia denganku selama masa kontrak
itu. Arra?” aku mematikan TV dan memilih untuk membaca majalah karena Sehun merusak
mood-ku untuk menonton TV. Tapi ternyata membaca majalah tak membuat mood-ku
membaik. Aku kemudian memperhatikan Sekyung yang sedang bersama Sunhee di dapur.
Dan kemudian pikiranku melayang pada ingatan 6 tahun lalu, saat aku bertemu dengan
Sekyung.

—flashback—

BRUKK.
“yaa! Lihat lihat dong kalau jalan! Kau punya mata kan?!” yeoja itu memarahiku yang tak
sengaja menabraknya hingga membuat buku buku yang dibawanya berjatuhan.
“mianhae, aku buru buru” aku membereskan buku bukunya kemudian aku berlari menuju
kampus dan meninggalkan dia yang masih terlihat kesal karena aku hampir terlambat
mengikuti ujian masuk universitas.
“yaa! Seenaknya saja kau meninggalkanku begitu saja! Lihat buku yang baru kubeli
menjadi rusak gara gara kau! Haish! Awas kalau kita bertemu lagi kau akan kuhabisi!”
tanpa mendengarkannya yang masih berteriak mengomel padaku, aku terus berlari
menuju kampus.
Ujian masuk universitas berjalan dengan lancar. Aku mampu menjawab semua soal
dengan baik. setelah ujian selesai, aku menghampiri sahabatku, Sehun, yang tampaknya
sedang menunggu seseorang.
“yaa!sedang apa kau disini?” aku menepuk pundaknya dan ia menoleh ke arahku.
“sedang menunggu adikku. Ia memintaku untuk mengantarnya ke Myeongdong dan kami
janjian disini. Tapi sampai sekarang ia belum muncul juga” Sehun tampak mencari cari
tanda tanda keberadaan adik perempuannya. “Kau mau ikut?”
“oke! Oiya, kau tahu, tadi pagi aku bertemu dengan seorang yeoja yang cantik tapi
kelakuannya menyeramkan! Karena terburu buru, aku tak sengaja menubruknya dan ia
langsung berteriak memarahiku walaupun aku sudah minta maaf. Bahkan ia tetap
berteriak padaku walaupun aku sudah berlari menuju kampus. Parah. Menyeramkan
sekali” aku bergidik saat mengingat bagaimana yeoja itu berteriak memarahiku tadi pagi.
“haaaah, dasar kau ini! Itu salahmu karena menabraknya, maka wajar saja jika ia
berteriak memarahimu seperti itu” matanya tetap mencari cari sosok perempuan yang ia
maksud sebagai adiknya.
“sudahlah, biarkan saja. Oiya, kenalkan aku pada adikmu dong, aku kan sudah
mengenalkanmu pada Sunhee”
“shireo, adikku bukan tipemu. Nah itu dia datang juga akhirnya. Sekyung-ah! Kemari!”
aku menangkap sesosok yeoja yang rasanya pernah kulihat sebelumnya. Ketika yeoja itu
mendekat, aku langsung tersentak karena adiknya Sehun adalah yeoja yang kutabrak tadi
pagi di depan kampus. Sial!
“yaa! Kau yang tadi menabrakku kan? saekki! Kenapa kita bertemu lagi hah?! Gara gara
kau, buku yang baru kubeli menjadi rusak!” tanpa babibu, yeoja itu langsung
menyerangku dengan berbagai omelan panjang lebar.
“yaa! Ini salahmu juga! Sudah tau aku sedang berlari, kenapa kau malah berjalan menuju
arahku hah! Dan juga apa apaan sikapmu ini hah?! Kau ini perempuan cantik tapi sikapmu
kasar sekali! Bersikaplah seperti perempuan sedikit!” aku membalas omelannya dengan
panjang lebar juga.
“jadi yeoja yang kau tabrak itu adikku? Sialan kau menyebutnya menyeramkan, kau pikir
adikku ini yeoja gwiksin hah?!” kali ini sang kakak, Sehun, ikut meramaikan cekcok
mulutku dengan adiknya.
“oppa! Kenapa orang ini ada disini? Memangnya dia siapa?” yeoja yang bernama Sekyung
itu bertanya pada kakaknya.
“ini adalah Jongin sahabatku yang dulu pernah menolongmu ketika kau tenggelam ke
sungai Han ketika umurmu masih 6 tahun, Sekyung-ah. Kau ingat?” Sehun menjawab
sambil menatap tajam padaku yang artinya ‘kubunuh kau Kkamjong’.
“mwo? Dia?aku tak percaya orang yang pernah menyelamatkanku dulu berubah menjadi
orang yang menyebalkan seperti ini!” Sekyung menatapku dengan pandangan tak percaya.
“berterimakasihlah padaku gadis kecil” aku menatap Sekyung dengan tajam dan ia
langung bersembunyi di punggung kakaknya.
“heeei sudahlah jangan bertengkar terus! Jadi tidak ke Myeongdong nya? Kalau tidak ya
sudah” Sehun yang tadi ikut cekcok dengan kami akhirnya melerai kami. Kemudian aku
dan Sekyung bergegas mengejar Sehun yang sudah terlebih dahulu berjalan ke arah halte
busway.

—flashback end—

“Sekyung-ah! Sunhee-ya! Kesini!” Sehun memanggil pacarnya dan adiknya dengan keras
yang membuatku tersadar dari lamunanku. Kemudian mereka menghampiri Sehun dan
duduk di sofa.
“ada apa, oppa?” Sekyung bertanya pada Sehun. Jujur saja, melihat Sekyung itu sama
dengan melihat Sehun versi wanita. Mereka sama sama memiliki kulit seputih susu, wajah
yang imut, hidung yang mancung, bibir tipis berwarna pink, badan yang ramping, dagu
yang lancip, senyum yang manis, dan juga sifat mereka yang hampir sama. Hanya saja
Sehun lebih cerewet daripada Sekyung. Mereka gampang menangis? Tentu saja! Aku pernah
menghadapi mereka yang menangis secara bersamaan hanya karena aku tidak membelikan
mereka bubble tea pada saat kami sedang berjalan jalan di Hokkaido beberapa bulan lalu.

“kenapa kau malah melakukan kawin kontrak dengan si seksi ini hah?” Sehun, yang
mempunyai wajah seperti bayi yang tak berdosa kini berubah menjadi seseorang yang
berwajah menakutkan. Seram.

“oppa sendiri yang bilang untuk membantunya kan? aku pernah ditolong olehnya dan
sekarang aku ingin membalas kebaikannya dulu, jadi aku menolongnya kali ini” Sekyung
sepertinya mempunyai sisi kemanusiaan juga, tak seperti kakaknya yang terkadang
berubah menjadi seorang devil.

“tunggu, kenapa tadi kau mengatakan bahwa kuliahmu bisa ditunda hah? Apa kau memang
benar benar menginginkan untuk menikah denganku hah?” kali ini aku masuk dalam
perdebatan kakak beradik Oh tersebut.

“payah! Itu hanya perkataan untuk membuat ayahmu yakin, babo! Masa kau tidak
menyadarinya sih?” bukannya menjawab, Sekyung malah balik mendebatku.

“sampai kapan kalian akan terikat kontrak seperti ini?” Sunhee yang tadi hanya menatap
kami bertiga yang sedang berdebat akhirnya ikut bicara juga.

“365 hari!” tiba tiba aku dan Sekyung menjawabnya dengan berbarengan. Jujur saja, ini
tak akan pernah kusangka sebelumnya. Dan aku yakin Sekyung pun berpikir sama
denganku.

Drrrt. Drrrt. Ponselku bergetar dan tertulis nama eomma di layar handphone ku.

“yeoboseoyo?” aku menjawab panggilan eomma sambil membungkam mulut Sekyung


dengan tanganku karena pada saat handphone-ku belum bergetar, ia akan mendebatku
lagi.

“Jong In, eodiseo?” suara eomma diseberang  sana tampak senang, namun entah kenapa
perasaanku mengatakan ada sesuatu yang tak enak.

“di apartemen. Waeyo?”


“kau masih bersama dengan Sekyung-ssi? Kalau iya, cepatlah ke butik langganan eomma.
Kalian harus fitting baju pernikahan kalian dulu. Ppali” sama seperti Sehun, ibuku pun
selalu menutup telepon secara sepihak seperti itu. Menyebalkan.

“yaa! Sekyung-ah! Kajja!” aku menarik lengan Sekyung setelah aku melepaskan
bungkamanku.

“eodiseo?” ia bertanya dengan tidak menoleh padaku.

“butik. Fitting wedding dress. Kajja” tanpa babibu lagi aku langsung menyeretnya keluar
dan meninggalkan Sehun serta Sunhee yang terdiam melihat kelakuan kami.

“yaa! Tak baik memperlakukan seorang yeoja seperti ini! Kau ini tak belajar sopan santun
ya?!” ia mengomel padaku ketika aku melajukan mobilku menuju butik yang ada di daerah
Myeongdong.

“diamlah, kau ini cerewet sekali sih! Sudah turuti saja jika kau memang ingin
membantuku! Lagipula ini keputusanmu dan kau tak bisa mengelak lagi”

“terserah deh” ia mempouting bibir tipisnya sambil memasang wajah cemberut yang
semakin membuatnya mirip dengan kakaknya.

-Jongin POV end-

—–skip time—–

-Sekyung POV-

Hari ini. Hari dimana aku beserta Kkamjong akan mengucapkan janji setia satu sama lain di
altar yang dipenuhi oleh bunga mawar ini. Aku memasuki altar bersama appaku dan
berjalan menuju Kkamjong dan pendeta yang sedang menungguku. Setibanya di hadapan
Kkamjong, kami berhadapan dan bisa kulihat wajahnya memerah saat mengucapkan janji
setia. Setelah kami bertukar cincin, ia tiba tiba mendekatkan wajahnya padaku dan bebisik
padaku,

“bersikaplah seperti pengantin yang sangat bahagia, Sekyung-ah. Jangan membuatku


malu”

“baiklah cerewet” aku balas berbisik padanya yang membuat semua hadirin menatap kami
dengan aneh. Menyadari bahwa kondisi ini akan membuat mereka merasa curiga, akhirnya
Kkamjong menarik tengkuk ku dan mencium bibirku dengan lembut. Aku hanya
memejamkan mata dan membiarkan semuanya mengalir begitu saja. Kukira dia akan
segera melepaskan bibirnya, namun ternyata tidak. Ia terus mencium bibirku dan
melumatnya. Bisa kurasakan nafasnya yang hangat menyapu wajahku saat menciumku dan
aku akhirnya terbawa oleh sensasinya. Tangan kiriku memeluk pinggangnya dan tangan
kananku memegang buket bunga. Ia kemudian balas memelukku sambil tetap mencium
bibirku. Apa yang kami lakukan membuat semua hadirin memberikan standing applause
*macem idol ituloh* dan kami langsung sadar bahwa kami melakukannya di depan umum.
Kkamjong kemudian menjauhkan wajahnya dari wajahku dan menggenggam tanganku,
kemudian ia mengajakku berjalan menuju mobil. Aku melemparkan buket bunga pada
Sunhee eonni dan ia menangkapnya. Aku kemudian melemparkan senyum pada Sunhee
eonni yang masih terbengong sebelum Kkamjong membawaku ke dalam mobil yang akan
mengantar kami ke rumah yang diberikan oleh Jong Dae appa lengkap dengan semua
fasilitasnya, terkecuali pembantu karena kami tak ingin pernikahan kontrak kami ini
diketahui oleh orang lain selain kakakku dan pacarnya itu.

Sesampainya di rumah, aku langsung berlari ke kamar dan menghempaskan diri ke tempat
tidur. Rasanya kepalaku pusing sekali hari ini dan aku ingin beristirahat sebentar. Namun
ketika aku baru memejamkan mata, seseorang membangunkanku dan itu adalah namja
yang kini menjadi suami sementaraku, Jong In oppa a.k.a Kkamjong.

“yaa! Ireona Oh Se Kyung! Ah maaf, sekarang ini kau sudah menjadi Kim Se Kyung bukan
Oh Se Kyung lagi. ireona! Aku lapar!” ia terus merengek sambil membangunkanku.

“yaa! Kau pikir aku ini pembantumu hah? Masak saja sendiri, aku pusing!” aku tak
memperdulikan rengekannya dan menarik selimut. Namun ia menarik selimutku dan ia
menggendongku ala bridal style menuju dapur.

“nah istriku yang baik! karena aku ini tak bisa memasak, maka kau harus memasak untuk
suamimu tercinta ini. Ppali, aku lapar”

“kau ingin makan apa, Kkamjong-ah?”

“aku ingin makan nasi goreng. Masakkan untukku ya. secepatnya ” kemudian ia berjalan
menuju ruang tengah dan meninggalkanku di dapur.

15 menit kemudian, aku berjalan menuju ruang tengah sambil membawa nasi goreng serta
jus jeruk. Kkamjong sedang menonton pertandingan sepakbola dengan serius, jadi aku
meletakkan makanannya di meja dan berjalan menuju kamar untuk kembali pada tujuan
awalku: tidur. Tapi kali ini Kkamjong rupanya tak mengizinkanku untuk tidur karena ia
menarik lenganku untuk duduk bersamanya di sofa.

“suapi aku” ia berbicara padaku dengan mengeluarkan suara seksinya itu. Tapi maaf, aku
ingin muntah mendengarnya.

“makan saja sendiri”


“kalau begitu aku tak akan makan”

“kau yang bilang kau lapar kan? lalu kenapa sekarang kau bilang tak ingin makan? Dasar
plin plan! Tahu begitu aku tak akan membuatkanmu makanan”

“baiklah, aku makan! Begini saja kau marah, padahal aku hanya bercanda. Bisa tidak sih
kau bersikap lembut padaku? Lagipula statusmu ini sebagai istriku. Seorang istri tak boleh
bersikap seperti itu pada suaminya”

“kita ini hanya pasangan suami istri yang terikat kontrak saja, bukan sepasang suami istri
yang sah, tapi kenapa kau bersikap layaknya suami istri yang sah?”

“yaa~ ini kan hari pertama kita. Setidaknya kita bersikap seolah olah kita ini pasangan
suami istri yang berbahagia”

“oke, terserahlah. Tunggu, karena di rumah kita tak ada pembantu, maka mau tak mau
kita harus membagi bagi pekerjaan rumah tangga. Aku akan membereskan rumah dan
memasak, sedangkan kau akan mencuci dan membersihkan halaman, eottae?”

“yaa~ aku ini kan harus bekerja dari pagi hingga malam, belum lagi aku kuliah juga. Jadi
mau tak mau aku serahkan padamu saja, istriku”

“haish! Kenapa tidak pada saat akhir pekan saja hah?”

“akhir pekan adalah waktu untuk bersantai menghabiskan waktu dengan orang orang yang
disayangi”

“kau ini, bilang saja tak mau mengerjakan pekerjaan rumah!”

“kau akan tidur dimana? Aku takut sendiri nih”

“aku juga takut tidur sendiri”

“baiklah, kita tidur di kamar itu saja” ia menunjuk sebuah kamar yang paling besar yang
tadi aku masuki. Aku berpikir panjang saat ia mengatakan bahwa kami akan tidur bersama.
“tenang saja, aku tak akan melakukan apapun padamu ko”

“apa boleh buat deh kalau begitu”

“Sekyung-ah.. besok aku ada rapat dengan sejumlah direktur jam 10, bisakah kau
membangunkanku jam 9?”
“oke. Kkamjong, sekarang sudah hampir malam. lebih baik kau segera mandi daripada
hanya berdiam di depan TV seperti orang pengangguran. Kajja” aku menarik lengannya
untuk bangun dan dia langsung bangun kemudian berlari ke kamar mandi.

Setelah Kkamjong pergi, aku langsung mengelilingi rumah yang lebih pantas disebut istana
ini untuk menyalakan lampu dan mengunci pintu. Kemudian aku berjalan menuju kamar
untuk mengambil iPod-ku dan mendengarkan lagu sambil melihat pemandangan malam
hari di balkon. Namun terkejutlah aku ketika membuka pintu kamar dan melihat sesuatu di
depanku.

“AAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!” aku berteriak karena tanpa sengaja aku melihat Kkamjong


yang baru beres mandi dengan hanya mengenakan handuk di pinggangnya. Kkamjong
topless >,< *author mimisan liat Kkamjong dengan abs nya yang seksi* *dimarahin Thehun*

“yaa! Babo! Kenapa kau berteriak seperti itu hah? Ini aku bukan setan!” ia berteriak
memarahiku.

“Kkamjong! Kau porno! Kau merusak mataku yang masih suci ini! pergi!” aku membalikkan
badan sambil menutup kedua mataku dengan tanganku. Kemudian langkah kaki Kkamjong
terdengar mendekatiku dan sedetik kemudian ia melepaskan tanganku yang menutupi
mataku dengan kedua tangannya yang dingin dan membalikkan badanku. Saat berhadapan
dengannya, aku menutup mataku dan kukira ia akan mengomeliku, ternyata tidak.

“yaa! Tak apa kan jika kau melihatku dalam keadaan seperti ini? Lagipula kau ini sudah
menjadi istriku, tak perlu malu lagi” ia malah menggodaku dan itu membuatku
melayangkan pukulanku pada pundaknya. Ia meringis kesakitan, namun tangannya
menangkap tanganku dan entah apa yang akan dilakukannya lagi kali ini.

“kenapa malah memukul pundakku? Bilang saja kau ingin menyentuh abs-ku” ia
menggodaku lagi dengan menempelkan tanganku pada abs-nya yang sontak saja membuat
wajahku memerah. “semua orang boleh melihat abs-ku, tapi hanya kau yang boleh
menyentuhnya. kau orang pertama dan terakhir yang memegang abs-ku. Berbanggalah,
Mrs. Kim” lanjutnya sambil menahan tanganku di perutnya.

“jangan goda aku Kkamjong!” akhirnya aku tersadar dan melepaskan tanganku dari
perutnya. Kemudian aku berlari ke kasur dan menarik selimut untuk menutupi diriku.
“jangan ganggu! Aku lelah dan aku ingin tidur! Jika kau ingin makan, panaskan saja nasi
goreng di microwave. Annyeong”

“kenapa aku harus mempunyai istri yang tukang tidur seperti ini sih? Aaaaah aku benar
benar tak mengerti” ia menggerutu sambil mengacak acak isi lemarinya.
“BERISIK!” aku berteriak dan akhirnya dia diam juga. Kemudian kudengar langkah kakinya
berjalan menjauh dari kamar.

—–skip time—–

KRIIIIIIINGGG! KRIIIIIIINGGG! KRIIIIIIIIIIING!

“aah sialan alarm ini! Tunggu, jam berapa sekarang?” aku melihat ke arah jam. “gawat!
Kkamjong! Ireona! Ini sudah jam 9. 35! Ireonaseoyo!” aku mengguncang badan Kkamjong
yang tertidur pulas seperti orang mati disampingku ini. Namun ia tetap tertidur.

“yaa! Bangun pemalas! Bangun!” aku mengguncang badannya sedikit lebih keras dan ia
tidak bangun juga.

“BANGUN PEMALAS!! INI SUDAH JAM 9. 35!!” akhirnya aku menggunakan jurus terakhirku
untuk membangunkannya. Yaitu dengan meninju pundaknya dengan sangat keras. Dan ini
berhasil. Akhirnya ia terbangun juga.

“jam berapa ini?” tanyanya sambil mengelus pundaknya. Mungkin sakit, tapi aku tak
mempedulikannya.

“jam 9. 35”

“babo! Kenapa kau tidak membangunkanku daritadi hah?! Kan sudah kubilang bangunkan
aku jam 9!”

“aku juga kesiangan babo! Dan kau tidur seperti orang mati, jadi aku susah untuk
membangunkanmu! Sudahlah sekarang kau mandi sana! Biar aku siapkan seragammu dan
sarapanmu! Ppali!” aku mendorongnya hingga ia hampir terjatuh dari kasur. Namun
untungnya ia sigap, jadi ia langsung berlari menuju kamar mandi.

Aku langsung membuka lemarinya dan mengeluarkan kemeja berwarna putih, dasi + celana
+ jas berwarna biru dongker, kemudian aku berlari ke dapur dan mengambil 2 lembar roti
dan mengolesnya dengan selai strawberry serta mengambil susu dari kulkas.

“Sekyung-ah! Kesini! Ppali!” terdengar suaranya berteriak dari kamar ketika aku sedang
menuangkan susu ke dalam gelas. Kemudian dengan satu gerakan cepat, aku membawa
roti + susu tersebut ke kamar.

“waeyo?” aku meletakkan nampan berisi roti + susu di meja.

“pakaikan dasiku! Aku akan makan dulu!” ia buru buru mengambil roti dan melahapnya.
Aku kemudian bergegas memakaikan dasinya dan mengancingkan kancing tangan
kemejanya serta memakaikan jas padanya sementara ia sibuk dengan roti dan susu.
“selesai! Kajja! 10 menit lagi menuju pukul 10!”

“oke, aku juga sudah beres makan. Terimakasih untuk roti dan susunya, walaupun rotinya
terlalu banyak selai dan membuatku mual, tapi terimakasih! Aku berangkat dulu!” ia
berlari menuju garasi mobil dan aku menyusulnya dan mengantar kepergiannya hingga
pagar. Banyak tetangga yang memperhatikan kami, tapi aku tidak peduli. Tiba tiba
Kkamjong berbalik dan berlari ke arahku.

“ada yang ketinggalan?” aku bertanya dengan kebingungan padanya.

Chu~

“aku berangkat dulu, yeobbo. Sampai berjumpa lagi makan malam” ia mencium keningku
dan kemudian berlari lagi menuju mobilnya dan mengemudikannya dengan cepat. Aku
hanya diam mematung untuk benar benar menyadari apa yang barusan ia lakukan padaku.
Kenapa ia mencium keningku padahal kami berdua tak ada perasaan sama sekali? Terlebih
aku merasakan ciumannya tadi itu penuh dengan perasaan sayang dan hangat, tidak
seperti ciuman pada saat kami mengucapkan janji setia yang sebenarnya dilakukan tanpa
perasaan sama sekali. Apakah ini…. DEG. Tiba tiba jantungku berdetak tak karuan. Kenapa
dengan aku? ah sudahlah, tak usah terlalu dipikirkan. Toh ini hanya sementara, dan aku tak
boleh sampai punya perasaan padanya.

-Sekyung POV-

“Sekyung-ah! Eodiga?” suara berat Kkamjong langsung terdengar sangat keras begitu aku
mengangkat panggilannya sampai sampai orang orang disekitarku menoleh padaku dan aku
hanya bisa cengengesan sambil meminta maaf pada mereka.

“aku sedang belanja di minimarket. Bisakah kau kecilkan volume suaramu? Kau berbicara
seolah olah sedang berbicara kepada orang yang tuli saja. Ada apa?” jawabku dengan
ketus.

“minimarket mana? Ehehehe maaf, itu sudah kebiasaanku” jawabnya di seberang sana
sambil tertawa.

“minimarket yang berada di dekat apartemen Sehun oppa” jawabku sambil berjalan
menuju meja kasir.

“aku kesana!” ucapnya dengan masih berteriak.

“untuk apa?”

“kau ini bodoh atau apa sih? Tentu saja untuk menjemputmu!”
“kenapa harus menjemputku? Dan jangan bilang aku bodoh atau aku akan membungkam
bibirmu dengan celana dalammu!” ancamku padanya. Aku paling tidak suka jika ada orang
yang mengataiku bodoh padahal belum tentu dirinya pintar.

“kau benar benar bodoh ya? apa kata dunia jika seorang suami tidak menjemput istriya
sendiri ketika mereka baru saja menikah kemarin? Kau mau aku dikatakan suami yang tidak
mempedulikan istrinya? Dan juga aku yakin belanjaanmu itu pasti banyak sekali, apa kau
sanggup membawanya sendirian dengan badanmu yang kurus seperti itu?”

“kalau dipikir pikir ucapanmu itu benar. Yasudah, jemput aku disini! Eh ngomong ngomong
bagaimana dengan pekerjaanmu? Bukankah kau berkata akan pulang malam?”

“dasar kau ini, tapi baiklah. Aku akan kesana sebentar lagi. pekerjaanku? hari ini appa
datang ke kantor dan ia membereskan pekerjaanku, jadi aku hanya bekerja setengah hari”

“tumben appa mu mau membantumu”

“ya! bukankah sudah sewajarnya seorang appa membantu anaknya? Aah sudahlah,
mengobrol denganmu tidak akan ada habisnya, yang ada malah pulsaku habis gara gara
meladeni omonganmu itu. Sudah ya, kututup teleponnnya!” Kkamjong langsung menutup
teleponnya dan aku hanya mendengus kesal sambil membayar belanjaanku ke kasir. Benar
saja apa yang dikatakan oleh Kkamjong, ternyata belanjaanku ini berat sekali, tapi aku
bisa membawanya sampai ke luar minimarket dan menunggu Kkamjong yang akan
menungguku.

Drrt. Drrt. Ponselku bergetar dan melihat beberapa pesan masuk dari nomor tak dikenal
pada saat yang bersamaan.

From: 010-0108-1***

Apa kabar Sekyung-ssi? Tampaknya kau bahagia dengan pernikahan palsumu itu

From: 010-8908-1***

Aku ingin tahu bagaimana kelanjutan hidupmu setelah kontrak pernikahanmu dengan
Jongin berakhir

From: 010-3567-1***

Apa kau tak takut jika pernikahan palsumu itu terbongkar oleh kedua orangtua Jongin?

From: 010-3012-8***
Kurasa ini akan menjadi berita yang bagus jika aku membeberkan semuanya kepada
orangtua Jongin. Bukankah lebih baik jika kita jujur?

From: 010-5432-9***

Tunggulah saatnya dan pernikahan palsumu akan berakhir. Inikah yang kau nanti bukan?

Aku mengerutkan keningku saat membaca semua pesan itu. Bagaimana nomor nomor ini
bisa tahu tentang pernikahan kontrakku dengan Kkamjong?

“wajahmu sudah jelek, jangan ditambah jelek dengan ekspresi seperti itu” tiba tiba
Kkamjong sudah berada di depanku dan membawa kantong belanjaanku. Aku langsung
memasukkan ponselku ke dalam saku dan mengikutinya masuk ke dalam mobil.

“pesan dari siapakah? Kulihat tadi kau serius sekali membacanya” ucap Kkamjong saat
kami berada di dalam mobil.

“entahlah, nomor tak dikenal” jawabku dengan sedikit gelisah. Namun kuharap ia tidak
merasakan kegelisahanku ini.

-Sekyung POV end-

-Jongin POV-

4 bulan kemudian…

January, 14th 2012, 00. 00 KST

“saengilchukahamnida! Saengilchukahamnida! Saranghaneun naui Kkamjong,


saengilchukahamnidaaa!” suara Sekyung terdengar nyaring di sampingku yang masih
tertidur. Perlahan aku bangun dan membuka mata. Terlihatlah sesosok Sekyung yang
sedang tersenyum lebar padaku sambil membawa sebuah kue ulangtahun dengan lilin
angka 25 kepadaku. Kenapa ia bisa tahu ulangtahunku padahal aku tidak pernah
mengatakan padanya kapan aku ulangtahun selama aku kenal dirinya?

“Sehun oppa yang memberitahukannya padaku” ia berkata padaku seolah olah ia


mendengar pikiranku. “ayo tiup lilinnya dan ucapkan permintaanmu, Kkamjong” ia
menyodorkan kue tersebut padaku.

‘semoga istri sementaraku ini bisa menjadi istriku untuk selamanya’ aku memohon di
dalam hati dan kemudian meniup lilinnya.

“apa permohonanmu, Kkamjong? Ppali malhaebwa” ia memintaku mengatakan apa


permohonannya setelah ia menyimpan kue tadi ke atas meja.
“emang pengen tau banget ya?” aku mencoba menggodanya dan alhasil sebuah bantal
melayang tepat ke wajahku. “yaa! Kenapa kau malah melemparkan bantal padaku hah?”

“karena kau tak mau memberitahuku” ia mempouting bibir kecilnya dan aku tertawa kecil
saat melihatnya.

“nanti juga kau akan tahu” aku mengelus pipi putihnya tersebut dan muncullah semburat
merah di wajah cantiknya tersebut. “mana kadonya nih?”

“kado? Err, aku belum menyiapkannya hehehe” ekspresinya terlihat bersalah sekali dan
aku tak ingin melihatnya di hari bahagiaku ini.

“tak usah memberikanku kado yang mahal, aku hanya ingin kado special darimu saja”

“kado special? Apa?” ia bertanya kebingungan padaku sambil membenarkan posisi


duduknya.

“ini” aku menunjuk bibirku dan mendekatkan wajahku padanya yang membuatnya mundur
ke tepi tempat tidur.

“a..a..apa? e..enak saja! Aku hanya ingin memberikan ciumanku pada orang yang kucintai!
Walaupun kau telah merebut ciuman pertamaku pada saat hari perinakahan dulu” ia
memalingkan wajahnya dariku dan turun dari kasur.

“ini” aku mengulangi permintaanku sambil tetap menunjuk bibirku dan berjalan maju
mendekatinya. Ia terus mundur dan aku terus maju mendekatinya hingga punggungnya
menyentuh tembok dan ia tak bisa mundur lagi.

“apa yang kau inginkan sih?” ia menatap wajahku sambil memasang death glare-nya.

“hari ini adalah hari ulangtahunku yang ke 25 tahun dan hari pernikahan kita yang ke 4
bulan. Jadi aku menginginkan sesuatu yang special di hari ini”

“dan kau memintaku untuk menciummu?”

“ne~ atau jika kau tidak mau menciumku, aku yang akan menciummu”

“kenapa kau melakukan—” belum selesai Sekyung berbicara, aku sudah membungkam
mulutnya dengan bibirku. Aku mennciumnya dengan lama dan hangat. Sekarang ini aku
terlalu takut untuk menggerakkan bibirku, takut ia akan mendorongku untuk menyudahi
ciuman ini. Namun tiba tiba ia melingkarkan lengannya di leherku dan bibir kecilnya yang
selalu tersenyum jahil padaku kini mulai bergerak gerak. Ia melumat bibirku dengan
lambat yang kemudian membuatku menggerakkan bibirku juga. Aku melingkarkan lenganku
di pinggangnya. Kami memejamkan mata, melumat bibir kami satu sama lain. Tak ingin
rasanya aku mengakhiri kejadian ini. Tak lama kemudian aku melepaskan wajahku dari
wajahnya. Kami masih tetap berpelukan. aku tersenyum padanya sambil menyingkirkan
poni yang menutupi matanya.

“Sekyung…” aku berbisik padanya dengan suaraku yang serak. Aku bisa merasakan bulu
kuduknya meremang karena desahanku. Aku kembali mendekatkan wajahku padanya.
Nafasku yang teratur membelai kulitnya dengan lembut. Ia hanya tersenyum padaku dan
kali ini ia mengambil inisiatif untuk mencium bibirku duluan. Dan kami pun berciuman
seperti tadi lagi.

“Kkamjong… sudah cukup. Hentikan” ia menjauhkan wajahnya dari wajahku.

“wae?” suaraku tiba tiba tercekat. Dan ia hanya menggelengkan kepalanya. “kau jangan
merusak suasana ini, Sekyung”

“benarkah aku merusak suasana ini?” ia bertanya sambil terkikik geli.

“ne~” aku lalu mencium bibirnya sekilas. Dan kemudian aku membalikkan posisi badan
kami hingga posisi badan kami terbalik —aku yang bersandar di tembok dan ia sebaliknya—
lalu aku mendorong tubuhnya sampai ia terjatuh ke kasur dan mulai mencium bibirnya
lagi. tanpa memperdulikan posisi Sekyung yang tertindih olehku, aku mulai melumat
bibirnya. Tanpa babibu, aku mencoba untuk menggigit kecil bibir bawahnya dan ia
meringis. Kesempatan yang tak akan kusia siakan karena mulutnya kini terbuka dan aku
melesakkan lidahku kedalam rongga mulutnya yang terasa hangat ini. Pertamanya aku
hanya ingin menggodanya lidahnya agar bermain dengan lidahku, namun ternyata ia
membalas dan terjadilah perang lidah di sela ciuman kami.

“nnggggghh… mmmmppphhhhffff…” Ia mendesah dan membuatku semakin liar saja. Aku


menjadi tambah bersemangat menyerang bibir dan lidahnya. Ciuman ini berlangsung
sangat lama hingga akhirnya kami kehabisan nafas dan melepaskan diri untuk menghirup
oksigen.

“err… Kkamjong apa yang kau lakukan?” ia bertanya padaku dengan polos sambil mengatur
nafasnya. Aku hanya tersenyum dan mendorong tubuhnya hingga ke tengah tempat tidur.
“yaa! Apa yang akan kau lakukan hah? Belum puas dengan yang barusan?” ia mengomeliku
dan aku menggeleng padanya.

“ciuman tadi membuatku ‘on’ dan aku ingin melanjutkannya” dalam sekejap aku langsung
menciumnya dengan sangat bergairah. Toh dia tidak menolak perlakuanku ini. Tanganku
mulai membuka kancing bajunya sambil tetap menciumnya. Ia menahan tanganku namun
aku tak mempedulikannya. Kini wajahku sudah menempel di lehernya namun kali ini ia
mendorong tubuhku dengan kasar.
“neo!” ia menunjuk padaku sambil melotot.

“mwoya?” aku merasa tidak melakukan kesalahan apapun pada dirinya.

“itu daerah sensitifku tau! Berani sekali kau menyerangnya!” ia melemparkan bantal
padaku dan aku hanya pasrah melihat kelakuannya.

“hhh, kau ini. Kukira apa” aku menggelengkan kepala sambil menyimpan bantal itu ke
tempatnya.

“makan dulu kuenya sana” ia mengambil kue yang diletakkan di meja di samping tempat
tidur namun aku menggeleng.

“tidak. Nanti pagi saja aku memakannya. Sekarang ayo kita tidur lagi” aku menyingkirkan
guling yang biasanya menjadi pembatas tidur kami kemudian menariknya ke dalam selimut
untuk tidur dan memeluknya dengan erat.

-Jongin POV end-

-Sekyung POV-

“yeobbo.. ireona… hari sudah pagi” seseorang membangunkanku dengan lembut dan aku
tersentak ketika melihat Kkamjong yang membangunkanku. Biasanya anak ini yang selalu
dibangunkan olehku, namun hari ini ia yang membangunkanku? Ada apa dengannya?

“yeobbo.. ireona… kalau tidak aku akan menciummu lagi seperti tadi malam” ia masih
diam disampingku sambil menatap wajahku. Kemudian aku bangun dan berusaha
mengingat apa yang tadi malam terjadi. Babo! Apa yang kulakukan semalam? Aku melihat
bajuku tidak terkancing dan melihatnya yang sedang tertawa jahil padaku.

“yaa! Apa yang kau lakukan padaku hah?!” aku buru buru mengancingkan bajuku kembali
dan seperti biasa melemparkan bantal padanya.

“kau sendiri yang tidak menolak perlakuanku kemarin, bahkan kau yang memulai melumat
bibirku, jadi akupun menikmatinya dan yaaah, begitulah” ia berkata sambil tetap tertawa
jahil padaku.

“i.. i.. itu karena aku terbawa oleh suasana” aku menjawab dengan jujur. Karena
sejujurnya, aku memang terbawa oleh suasana tadi malam.

“terbawa oleh suasana atau karena menyukaiku?” ia mulai menggodaku lagi. dasar evil.

“mana mungkin aku menyukaimu pabo!” aku melemparkan bantal padanya dan lagi lagi ia
menghindar.
“mulutmu berkata begitu tapi hatimu tidak. Akuilah” ia menggodaku lagi sambil
menjulurkan lidahnya. Kemudian aku bangkit untuk mengejarnya.

“yaa! Kim Jong In! aku tidak mungkin menyukai orang sepertimu! Awas kau!” aku
mengejarnya yang berlari menuju ruang tengah yang berada di lantai bawah dan tanpa
sengaja kakiku terpeleset di tangga dan alhasil aku jatuh ke bawah *emang kalo jatuh
kemana aja sih?*

Aneh. Aku tidak merasakan sakit saat terjatuh dan baru kusadari bahwa Kkamjong
menangkapku agar tidar jatuh. Aku hanya terdiam dalam pelukannya dan menatap
wajahnya lekat lekat. Dilihat dari jarak seperti ini ternyata dia tampan juga yah, pantas
banyak gadis yang mengidolakannya.

“kenapa melihatku seperti itu? Aku tampan yah?” ia mulai menggodaku lagi.

“lebih tampan kakakku” aku bangun dari pelukannya sambil meninggalkannya menuju
kamar mandi. “yaa! Mau apa kau?!  Aku dulu yang pakai kamar mandinya!” ia berlari
menuju kamar mandi dan buru buru menutup pintunya.

“haish! Dasar kau ini!” aku hanya menggelengkan kepalaku dan kemudian aku berubah
pikiran untuk melakukan rutinitasku tiap pagi, menyiapkan seragam Kkamjong, membuat
sarapan, dan membereskan tempat tidur.

-Sekyung POV end-

-author POV-

4 bulan kemudian…

RING DING DONG! *ini suara bel apa lagu SHINee ya -_-*

“Sekyung? Tumben kau kesini? Ada perlu apa? Kenapa tak bersama Jongin? Ayo masuklah”
Sunhee, yang sekarang menjadi tunangan kakaknya Sekyung, Sehun, membukakan pintu
apartemen ketika Sekyung datang ke apartemen Sehun dan mempersilakannya masuk.

“begini oppa.. eonni.. ada yang harus kubicarakan dengan kalian” Sekyung duduk di
hadapan Sehun dan Sunhee.

“apa? Bicarakanlah dengan kami. Apakah kalian bertengkar?” suara Sehun yang lembut
seperti krim *apaan ini* bertanya pada adiknya yang sedari tadi menunduk.

“aku… aku… aku hamil” Sekyung akhirnya berbicara setelah terdiam beberapa saat.

“apa? Kau hamil? Sejak kapan?” Sehun terkejut mendengar pernyataan adiknya itu.
“3 bulan yang lalu, sebulan setelah ulang tahun Kkamjong…” Sekyung berbicara sambil
mengelus perutnya yang kini membuncit.

“kenapa ini bisa terjadi? Ceritakan pada kami” Sunhee mencoba menenangkan Sekyung
dan Sekyung pun bercerita kepada Sehun dan Sunhee kenapa ia bisa hamil.

-flashback-

Malam itu, Jongin pulang ke rumah dalam keadaan mabuk karena tercium bau soju dari
nafasnya. Ia langsung ambruk ke dalam pelukan Sekyung ketika ia sidah sampai di rumah.
Sekyung yang tak tahu apa apa akhirnya menuntun Jongin ke kamarnya dan
membaringkannya di tempat tidur. Saat hendak membuka jas yang dipakai oleh Jongin,
tiba tiba Jongin melakukan hal yang tak terduga pada Sekyung dan membuat Sekyung
hamil beberapa hari kemudian.

-flashback end-

“lalu bagaimana dengan Jongin? Apakah ia mengetahuinya?” Sehun bertanya (lagi) pada
Sekyung.

“iya.. dia sudah mengetahuinya. Ia berkata bahwa aku tak boleh menggugurkan
kandunganku sampai kapanpun. Sikapnya yang selalu menjahiliku pun berubah menjadi
perhatian padaku. Ia selalu mengantarku ke dokter kandungan, ia selalu membelikan
apapun jika aku menginginkan sesuatu, ia bahkan sampai mengurangi pekerjaannya”
Sekyung bercerita sambil tersenyum mengelus perutnya tersebut.

“bukankah kalian ini menikah karena kontrak dan tidak memiliki perasaan apapun? Kenapa
ini bisa sampai terjadi?” Sunhee kali ini bertanya pada Sekyung.

“ya, kami tau. Kami akan menyelesaikan masalah kontrak ini dulu” Sekyung menjawab
dengan lemas.

“bukan apa apa, tapi aku hanya kasihan pada anakmu. Jika kontrak itu habis, kalian akan
bercerai kan? aku hanya kasihan melihat anakmu tak bisa melihat ayahnya” Sunhee
berbicara sambil menatap kasihan pada perut Sekyung.

“itu… akan kubicarakan lagi dengan Kkamjong” jawabku dengan terbata bata. “ada yang
ingin kubicarakan lagi, tapi kumohon jangan katakan ini pada Jongin”

“apa?” tanya Sunhee pada Sekyung.

“sejak hari kedua pernikahanku hingga sekarang, aku selalu menerima pesan dari orang tak
dikenal yang mengatakan bahwa ia akan membeberkan soal pernikahan kontrakku dengan
Jongin…” ucap Sekyung dengan suara yang tercekat.
“MWO?!” ucap Sunhee dan Sehun berbarengan.

“ne, itu benar. Jongin tidak mengetahui tentang ini, karena aku tahu ia pasti akan marah
jika mengetahui semua pesan ini” jawab Sekyung.

“mungkinkah ini Tiffanny? Yeoja yang akan dijodohkan dengan Jongin tapi tidak jadi itu?
Kalau tidak salah sih Tiffanny mempunyai rasa terhadap Jongin, yaaah itu juga yang
kudengar dari teman teman kuliahku” ucap Sunhee.

“bisa jadi itu adalah Tiffanny. Kau sudah pernah bertemu dengannya, saeng?” tanya Sehun
pada Sekyung.

“umm… belum” jawab Sekyung dengan lemas.

“gwaenchanha, kuharap tidak akan terjadi apa apa antara kau dengan Tiffanny dan juga
pernikahanmu dengan Jongin” ucap Sehun sambil mengelus pundak adiknya dengan penuh
kasih sayang.

“I hope so. kalau begitu aku permisi dulu, Kkamjong akan menjemputku sebentar lagi”
Sekyung pun berpamitan pada kedua kakaknya dalam pertemuan singkat itu. Kemudian ia
berjalan keluar dari apartemen mereka.

-author POV end-

-Jongin POV-

Aku menepikan mobilku ketika melihat seorang yeoja dengan wajah seputih susu berdiri di
tepi trotoar.

“kajja” aku menyuruhnya masuk ke dalam mobil dan ia pun masuk. Kemudian aku
mengemudikan mobil dengan cepat.

“bagaimana rapatmu kali ini?” ia bertanya padaku.

“seperti biasa. Mereka menyukai presentasiku. Dan tampaknya ayah akan segera pensiun
melihat ia sudah menimpahkan kekuasaan perusahaan padaku walaupun belum
sepenuhnya”

“baguslah. Tampaknya kau mengalami kemajuan dalam beberapa bulan ini. Tepatnya
sejak kau berusia 25. Aku bangga padamu” ia menjawab sambil menyunggingkan
senyumnya. Senyum yang berhasil membuatku mencintainya sejak hari ulangtahunku ke 25
saat ia mengucapkan selamat ulangtahun padaku. Namun aku sampai saat ini belum berani
mengatakan perasaanku yang sebenarnya karena aku sibuk dengan pekerjaanku di kantor
dan ia sibuk dengan pekerjaannya di rumah ditambah lagi dengan perutnya yang semakin
membesar yang mengharuskan ia beristirahat. Apakah ia juga sama mencintaiku? Kuharap
semoga ia juga mencintaiku sama seperti aku mencintainya dan mencintai bayi yang ada
dalam kandungan itu.

“Kkamjong, soal kontrak itu…”

“kita bicarakan dirumah” aku memotong perkataannya karena ia mengingatkanku pada hal
yang kini kusesali. Kenapa aku harus menikah kontrak dengannya jika pada akhirnya aku
mencintainya seperti ini? Kenapa aku tak menyukainya sejak dulu agar sekarang tak
menjadi seperti ini?

-Jongin POV end-

-author POV-

Seoul, Oktober 21st, 12. 30 KST.

Siang ini Sekyung sedang menikmati secangkir kopi dan semangkuk lasagna di salah satu
restoran di kawasan Myeongdong sambil menunggu Kkamjong menjemputnya sepulang
kerja. Tiba tiba seorang yeoja menghampirinya.

“Oh Se Kyung? Ini benar kau kan?” yeoja itu duduk dihadapan Sekyung tanpa dipersilakan
duduk olehnya.

“ne~ dan kau siapa?”

“kenalkan, aku Tiffanny Hwang” DEG. Seketika jantung Sekyung berdetak keras ketika
mendengar nama itu. Nama yeoja yang dulu akan menjadi tunangan Kkamjong namun
digantikan olehnya karena Kkamjong yang memintanya.

“ada perlu apa denganku?” Sekyung tetap bersikap dingin pada yeoja itu.

“tsk, sudah hampir 1 tahun aku mencarimu untuk meminta penjelasan padamu tentang
pernikahanmu. aku tak mengerti kenapa pria sesempurna Jongin harus menikah denganmu
dan meninggalkanku? Apa yang menarik dari dirimu? Aneh. Jongin selalu saja begini”

“maksudmu?”

“kenapa Jongin mau maunya menikah dengan perempuan sepertimu? Ah aku ingat,
bukankah ini hanya pernikahan kontrak saja? Kenapa aku harus cemas? Toh kontraknya
akan habis akhir bulan ini dan Jongin akan menjadi milikku”

“darimana kau tahu tentang itu? Jangan jangan kau juga yang mengirimiku pesan pesan
itu?”
“kau benar. aku tak sengaja mendengar percakapan kalian saat di apartemen seminggu
sebelum kalian menikah” Tiffanny tersenyum licik pada Sekyung yang ekspresinya sudah
berubah menjadi pucat.

“tolong jangan katakan itu pada siapapun”

“mwo? Enak saja kau ini. Tapi jika kau ingin aku diam soal kontrak itu, gugurkanlah
kandunganmu atau aku akan melaporkan ini pada orangtua Jongin. Waktumu sampai
kontrak kalian habis”

“mwo? Itu tidak mungkin! Aku tidak mungkin akan menggugurkan kandunganku!” Sekyung
memegangi perutnya yang kini sudah membesar.

“waeyo? Lagipula anak yang ada dikandunganmu itu adalah hasil yang kau dan Jongin
perbuat tanpa perasaan cinta sekalipun, jadi tak masalah kan jika kau menggugurkannya?”

“tidak! Aku dan Kkamjong sudah sepakat untuk tidak menggugurkan bayi kami ini”

“tentu saja, karena dia tak ingin sandiwara pernikahannya terbongkar”

PLAKKK. Sebuah tamparan melayang ke pipi kanan Tiffanny.

“Kkamjong bukan orang yang seperti itu! Seenaknya saja kau berkata seperti itu!” Sekyung
membentak Tiffanny dengan wajahnya yang sekarang penuh dengan ekspresi kemarahan.

“jadi sekarang kau menyukainya huh? Bagaimana jika dia tidak menyukaimu? Kasihan sekali
kau ini” Tiffanny memegang pipi kanannya sambil mengejek Sekyung.

“sebenarnya apa yang kau inginkan sih?!”

“berikan Jongin padaku!! Setelah itu aku akan menjauh dari hidupmu yang menderita
itu!!”

“ANDWAE! SAMPAI KAPANPUN AKU TIDAK AKAN MEMBERIKAN KKAMJONG PADA YEOJA
MATERIALISTIS SEPERTIMU!” tak tahan dengan ejekan Tiffanny, Sekyung pun membentak
Tiffany dengan penuh kemarahan.

“kau bilang aku ini materialistis huh? Sembarangan sekali kau ini mengataiku seperti itu!”
Tiffanny tidak terima disebut seperti itu oleh Sekyung dan akhirnya terjadilah
pertengkaran diantara mereka.

GUBRAKKK. Sekyung terjatuh karena didorong cukup keras oleh Tiffanny. Ia langsung tak
sadarkan diri dan tak disangka sangka, Sekyung mengalami pendarahan.
Jongin yang akan menjemput Sekyung melihat bagaimana Tiffanny mendorong Sekyung
hingga tak sadarkan diri seperti itu. Jongin kemudian langsung mendatangi mereka dan
membawa Sekyung ke rumah sakit dengan mobilnya. Tiffany mengejar mereka hingga ke
rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, Sekyung langsung mendapatkan perawatan oleh
tim dokter. Sementara itu Jongin dan Tiffanny menunggu di ruang tunggu.

“kenapa kau melakukan ini pada istriku hah?!” Jongin yang tengah shock tak dapat
menahan kemarahannya pada Tiffanny.

“kenapa kau melakukan ini padaku? Jika seandainya dulu kau tidak membatalkan
perjodohan dan menikah denganku, maka ini tak akan terjadi!” Tiffanny nampaknya shock
juga akibat kejadian ini. Karena dirinyalah yang membuat Sekyung menjadi seperti ini.

“percuma aku menikah denganmu juga karena aku sama sekali tak mencintaimu!”

“lalu kenapa kau harus menikah kontrak dengan Sekyung?!”

“ini hanya untuk membatalkan perjodohan denganmu saja!”

“lalu? Jika ini demi membatalkan perjodohan kita, kenapa kau HARUS menikahinya? Dan
kenapa gadis itu bisa sampai mengandung?!”

“karena aku mencintainya! Ini baru terpikirkan olehku, sekarang aku mencintainya dan
ingin selalu membahagiakannya!”

“bagaimana jika ia tidak mencintaimu?”

“jika ia tidak mencintaiku, mana mungkin ia akan melindungi bayinya hingga usia
kandungannya mencapai 9 bulan! Aku yakin, walaupun kami belum mengetahui perasaan
kami satu sama lain, tapi aku yakin bahwa ia mencintaiku” suara Jongin sudah melembut
sekarang dan temperamennya pun sudah mulai stabil lagi. “Tiffanny, pergilah. Kumohon.
Biarkan aku disini hidup bahagia dengan Sekyung. Geokjongma, kau juga akan menemukan
orang yang akan membahagiakanmu selamanya”

“Jongin…”

“kumohon. Pergilah. Sekarang juga”

“Jongin…”

“Tiffany, kumohon, pergilah”

“Jongin…”
“apa perlu aku menyuruh security untuk menyeretmu pergi dari sini?”

“baiklah, jika itu maumu. Aku akan pergi sekarang juga. Sampaikan permintaan maafku
pada Sekyung atas pertengkaran tadi” Tiffanny pun meninggalkan Jongin dan berjalan
keluar dari rumah sakit dengan perasaan sakit.

-author POV end-

-Sekyung POV-

Seoul, Oktober 21st 20. 45 KST

Aku membuka mataku dengan perlahan dan mendapati diriku tidak berada di restoran tadi
lagi. kalau begitu dimana aku? kenapa aku ada disini?

“kau sudah sadar, Mrs. Kim?” seorang ahjumma bertanya padaku.

“ini dimana? Kenapa aku ada disini? Kemana Kkamjong?” aku mencari cari Kkamjong
namun tak ada tanda tanda kehadiran dirinya. Yang ada hanyalah beberapa orang memakai
jas putih di sekelilingku.

“kau berada di rumah sakit karena tadi kau pingsan dan pendarahan, Mrs. Kim. Anda
mencari suami anda? Ia ada di ruang tunggu sekarang” ahjumma yang tadi menyapaku
menjelaskan padaku.

Tiba tiba aku merasakan sakit yang luar biasa. Aku berteriak kesakitan. Ini rasanya lebih
sakit daripada kecelakaan yang pernah menimpaku dulu. Semua orang yang ada diruangan
itupun panic.

“Mrs. Kim, anda baik baik saja?” ahjumma tadi bertanya padaku dengan khawatir.

“SAKIIIIIIIIIIIIIIIIIITTTTTTTTTTTTTT! DOKTER, PERUTKU SAKIT SEKALI! TOLONG AKU,


DOKTER!” aku berteriak kesakitan dan ahjumma tadi, yang ternyata seorang dokter
kandungan, menolongku katika para asistennya membawa alat alat untuk membantu
persalinan.

“tahan sebentar, Mrs. Kim! Bayi anda akan keluar! Tahan sebentar! Tarik nafas dalam
dalam!” dokter itu menenangkanku sambil membantu bayiku yang sudah akan keluar.

“DOKTER, AKU SUDAH TIDAK TAHAN LAGI! SAKIT SEKALI!”

“tenanglah nyonya, sebentar lagi bayi anda akan keluar”

“DOKTER, SAAAAKIIIIIIIIIIITTTTTT!”
“tenanglah sebentar nyonya” pada saat itu, aku rasanya ingin mati.

“SAAAAAAAAAAAKKKKKKKIIIIIIIIIIIIITTTTTTT!”

“tenanglah sebentar nyonya!”

“SAAAAAAAAAAAKKKKKKKKKKIIIIIIIIIIIIIIIIITTTTTTTTTTTTTTTTTT!!” aku berteriak sekuat


tenaga dan pada saat itulah terdengar suara tangisan bayi yang masih bersimbah darah.
#ceritanya ini berlangsung sekitar 15 menit hehe ^^v

“oe! Oe! Oe!” suara tangisan bayi itu makin keras dan aku merasakan sakit di perutku
tidak terlalu sakit lagi seperti tadi. Bersamaan dengan itu, pintu ruanganku terbuka dan
disana Kkamjong menghampiriku.

“gwaenchanha?” ia bertanya padaku dan aku hanya mengangguk lemas padanya.

“dokter, kenapa bayinya lahir sekarang?” sekarang ia bertanya pada dokter yang sedang
membersihkan  tubuh kedua bayiku tersebut.

“anak kalian lahir beberapa hari lebih awal dari yang diperkirakan, tapi untungnya dalam
keadaan sehat. Dan bayi kalian kembar laki laki” dokter telah selesai memandikan bayi
kembar kami dan membungkus badan mereka dengan kain flannel yang bersih dan hangat.
Kemudian memberikan kedua bayi itu padaku dan meninggalkan kami berempat.

“syukurlah kalau begitu…” Kkamjong menatap kedua bayi yang ada dipangkuanku sambil
tersenyum bahagia. “lihat, kulit mereka putih, hidung mereka mancung persis seperti
ibunya. Namun mereka mewarisi mata bulat dan bibir seksi sepertiku” ia mengelus pipi
kedua anak kami sambil tersenyum.

“Kkamjong… bagaimana dengan kontrak itu?” suaraku tercekat karena menahan tangis.
Sekarang ini aku menyadari bahwa ucapanku dulu keliru. Aku bukan hanya sekedar
menyukainya, aku menyayanginya dan mencintainya. Ditambah lagi dengan kehadiran anak
kembar kami. Tapi apalah artinya jika itu semua hanyalah kontrak saja?

“lupakan saja tentang kontrak itu. Aku ingin menghapus kontrak itu karena sekarang aku
sudah mempunyai orang yang benar benar kucintai”

“nuguya?”

“dalam keadaan seperti ini otakmu sepertinya tidak berfungsi juga. Siapa lagi kalau bukan
ibu dari anak kembarku ini. Sekarang ini kita adalah pasangan suami istri yang sah dan
tidak terikat oleh kontak apapun” ia mencium pipi anak kembar kami dan aku tersenyum
bahagia saat mendengar perkataannya itu.
“geurae?”

“tentu saja” ia tersenyum padaku. Senyuman yang tulus. Benar benar tulus dan
memancarkan cinta serta kasih sayang. “saranghaeyo” ia mengucapkan kata itu setelah ia
mencium keningku dengan lembut. Ciuman yang hangat.

“nado saranghaeyo…” akhirnya kata kata itupun terucap dari bibirku untuk pertama
kalinya. Aku menangis bahagia saat mengucapkannya dan ia mengusap airmataku dengan
lembut.

“uljima…”

“oya ngomong ngomong apa nama bayi kita?” aku baru ingat bahwa kami belum memberi
nama untuk anak kami.

“bagaimana kalau Kim Kyung Soo dan Kim Kyung Min? ini nama yang sudah kupersiapkan
sejak bulan lalu saat aku berkhayal jika anakku kembar, eottae?”

“aku suka namanya. Kau benar benar pintar, Kkamjong”

“aku memang pintar sih”

“berhentilah membanggakan dirimu, Kkamjong. Baru juga aku puji sedikit tapi sudah
berlagak seperti itu”

“kenapa kali ini tak ada acara lempar bantal lagi, istriku?”

“mana mungkin aku melempar bantal padamu jika kedua tanganku sedang menggendong
anak kita hah? Aigoo kau ini katanya pintar, jangan jangan itu hanya kebetulan saja ya?”

“ssshhh, enak saja kau ini” kemudian ia mencium bibirku sekilas dengan lembut.

“kenapa hanya sekilas?” kali ini, aku yang berbalik menggodanya.

“haish kau ini. Nanti saja, jika kita sudah di rumah dan kedua anak kita sudah tertidur
lelap” ia menciumku lagi dan kali ini aku merasa sangat bahagia dengannya. Dengan
seorang Kim Jong In sebagai suami dan ayah dari anakku, aku merasa hidupku sangat
sempurna dan… bahagia. Untuk selamanya.

Anda mungkin juga menyukai