Anda di halaman 1dari 5

Pertemuan Indah Bagaikan Bunga Himawari

Angin berhembus dengan perlahan menuju wajahku. Sembari berjalan, kehangatan desa
yang kurasakan terasa sangat nostalgia, aku Han Satoru, pria biasa berumur 30 tahun,
hanyalah seorang koki yang sedang menikmati cuti untuk mencari ide menu baruku, di
suatu desa kecil tempat orang tuaku dibesarkan. Saat sampai, rasa lelah dari perjalanan
panjang seketika menghilang saat melihat kebahagiaan kecil yang tampak disini. Anak -
anak yang sedang bermain layangan, warga yang saling berbincang di teras rumah, ada
juga yang sedang berlarian bermain petak umpet, terlihat banyak sekali orang orang dari
berbagai daerah saling berdinamika di sebuah desa kecil ini yang terlihat sangat
harmonis. Momen yang sangat jarang kutemukan di perkotaan.

Sekarang aku sedang menuju ke rumah kepala desa yang merupakan kenalan dari kedua
orang tuaku untuk menyapa dan meminta izin tinggal sementara disini. Saat sampai di
sana, terlihat sambutan hangat dari keluarga kepala desa, istrinya yang menyambut dan
menyuguhiku dengan secangkir teh hangat dilanjutkan kepala desa yang mulai
mengajakku berbicara dan bergurau di siang hari itu. Setelah perbincangan yang cukup
lama, aku diantarnya menuju ke rumah yang akan kutinggali untuk sementara waktu ini
namun....

Sesaat setelah aku sampai dan membuka pintu rumah yang cukup tua dan terlihat tidak
berpenghuni tersebut, aku terkejut melihat seorang gadis kecil yang bersembunyi di balik
lemari kecil diruang tamu. Aku pun bingung dan menatap ke wajah kepala desa “Dia
siapa pak?” tanyaku. “Dia gadis yang ditinggal pergi oleh ibu dan ayahnya karena
meninggal 1 tahun yang lalu” jawabnya membisik melalui telingaku, lalu aku lanjut
bertanya “Berarti dia tinggal sendirian disini? Lalu sekarang siapa yang menjaga dia?”,
“Kami sudah mengajak dia untuk tinggal dirumah saya, namun dia tidak mau dan
bersikeras untuk tinggal disini, saat ini beberapa warga ikut mengurus dia, memberi
makan, mengajak main, dan mengajarkan beberapa hal.”

Saat mendengar hal tersebut, aku berjalan menuju gadis itu “Namamu siapa nak?”
tanyaku sambil tersenyum kearahnya, Tangannya terlihat gemetar ketakutan sambil
memeluk erat boneka berbentuk beruang dan terdengar suara kecil “A-arisu.. Arisu
Anasphia, k-kamu s-siapa?” katanya, “Nama yang Imut ya!” Salam kenal aku Han
Satoru, aku baru saja datang ketempat ini untuk tinggal disini sementara” ucapku sambil
mengelus kepalanya pelan. Terlihat wajah ketakutannya mulai hilang dan tangannya
mulai berhenti bergetar. Setelah itu kepala desa berbicara ke Arisu “Sekarang om ini akan
tinggal dirumah ini untuk sementara, jadi kamu tinggal dirumah saya dulu ya?”. Arisu
menggelengkan kepalanya dan berkata “Gak mau! Aku mau disini buat nunggu mama,
aku nggak mau mama kebingungan saat pulang melihatku gak ada dirumah”, “Maaf ya
Arisu tapi om ini udah pesen tempat ini untuk ditinggali, kalo gak tinggal disini masa om
nya kamu suruh tidur di jalan” Ucap kepala desa. Saat mendengarnya aku menawarkan
ke Arisu “Yaudah, gimana kalo kamu tetep disini, tapi aku juga tinggal disini ya, tenang
gak aku apa apain kok, nanti aku masakin makanan enak, janji deh”. Setelah mendengar
ucapanku dia mengangguk pelan dan lari kembali ke kamarnya. Setelah banyak hal yang
terjadi dan malam tiba, aku pun beristirahat.

Keeseokan harinya aku pergi ke pasar dan sesuai janjiku aku memasak makanan enak
untuk Arisu , tentu saja tidak hanya enak tapi juga sehat untuk dia. Setelah pulang dari
pasar aku mulai memasak pecel untuk kita berdua. Jarum jam menunjukkan pukul tujuh
dan aku membangunkan Arisu untuk sarapan bersama. “Ini makanan apa?” katanya
kebingungan, “Ini namanya pecel, cobain deh, enak loh, sehat lagi” jawabku, “Tapi aku
gak suka sayuran” tolaknya, “Kamu harus makan sayur supaya sehat, pecel enak kok ada
bumbu kacangnya bikin rasa sayur sayurnya enak, ditambah tempe ini makin jos deh”
kataku. Akhirnya dia mulai makan dan telihat suka dengan makanan yang kubuat, aku
cukup senang dengan ekspresinya. Setelah itu aku bersantai di teras rumah sembari
membaca berita di internet tentang ‘Police Capture Crocodile in Public Park after
Restaurant Escape’,“Beritanya menarik sekali dan sumbernya jelas, udah gitu singkat
lagi jadi gak perlu habisin waktu lama buat baca” gumamku ke dirikku sendiri.

Keesokan harinya aku sedang bersantai, Arisu menghampiriku dan mengajakku ke


kamarnya. Ini pertama kalinya aku masuk ke kamarnya, biasanya aku cuma
membangunkannya dari depan pintu. Saat masuk terlihat sebuah kasur kecil berada di
pojok ruangan dan banyak sekali mainan disekitarnya serta buku - buku yang tertata rapih
dirak buku, lalu Arisu menarik salah satu buku dan memberikannya ke aku “Bacain..”
ucapnya sambil mengacungkan sebuah buku gambar cerita. “Iya sini kubacain” kataku.
setelah itu aku membacakan buku bergambar tersebut untuk Arisu. Dia tampak senang
dan tertarik seperti pertama kali dibacakan buku tersebut, lalu aku bertanya “Emang ini
pertama kalinya kamu baca buku ini?”, “Iyaa” jawabnya dengan mata yang berbinar -
binar tampak ingin mengetahui lanjutan cerita dari buku tersebut.

Setelah selesai membaca, Arisu pun berkata “Biasanya aku juga dibacain buku gini sama
papa, tapi lebih sering dibacain buku yang kaya gitu..” katanya sambil menunjuk ke
kumpulan buku novel di sebuah rak buku, “Tapi aku gak terlalu paham jadi ya dengerin
aja, tapi aku seneng papa mau bacain buku buat aku” lanjutnya sambil tersenyum
kearahku. “Oh kalau itu namanya novel, emang lebih sulit dipahami sih buat anak sekecil
kamu. Soalnya ceritanya lebih ribet, udah gitu gaya bahasanya emang ada kayak majas,
perumpamaan dan lain lain” Jelasku dengan ragu dia akan paham dengan yang
kuucapkan, dan Arisu hanya mengangguk - ngangguk kebingungan mendengar
penjelasan dari seorang maniak novel sepertiku. Lalu aku tiba - tiba teringat sesuatu
“Katanya dipusat desa nanti ada festival, kamu mau kesana?” tanyaku, matanya terlihat
tertarik dan langsung mengatakan “Iya mau” dengan sangat bersemangat. “Yaudah sana
mandi, siap siap dulu kita berangkat setelah maghrib”. Arisu langsung mengambil
bajunya dan berlari ke kamar mandi. Saat ku mau keluar dari kamarnya, terlihat ada foto
keluarga yang tergantung, tampak ada foto Arisu yang masih bayi sedang digendong oleh
ayahnya dan disebelahnya ada ibunya. “Wah orang tuanya mirip banget sama si Arisu ”
pikirku melihat rambut lurusnya, dan bentuk hidung ayahnya yang mirip dengan Arisu
“Yah mungkin ini yang dimaksud pewarisan gen dari ayah dan ibu bakal turun ke
anaknya terus ngebuat karakteristik yang mirip dari keduanya” pikirku sendirian sambil
menunggunya selesai mandi.

Terdengar suara adzan maghrib sudah berhenti, dan pusat desa terlihat sudah mulai ramai
berkumpul warga warga desa, aku pun mulai berjalan ke pusat desa dengan Arisu yang
menggandeng tanganku dan menarikku agar lebih cepat saat berjalan. Setelah sampai
terlihat banner bertuliskan ‘Selamat Datang Di Festival Budaya Desa Bahari Indah’. Saat
sampai tercium bau bau enak dari makanan makanan yang dijual disini, terlihat juga ada
banyak topeng malangan tergantung, ada juga selendang selendang yang indah dijual
disini, terlihat sekali banyak warga yang dari berbagai daerah berkumpul di satu tempat
ini. Lalu akupun mulai berkeliling bersama Arisu menonton pertunjukan yang diberikan,
mencoba beberapa makanan yang dijual dan ditengah tengah itu ada satu hal yang
menarik perhatianku tertulis ada yang menjual ‘Sosis Nabati’, karena tertarik akupun
membelinya. Saat kucoba rasanya unik dan enak, rasa penasaran mulai memenuhi
pikiranku yang membuat akupun bertanya kepada penjualnya “Bu ini enak banget, emang
bahannya dari apa, kok bisa kepikiran buat sosis nabati kayak gini bu?” tanyaku, lalu
penjual itu menjawab “Ini sosis dibuat dari jantung pisang, saya kepikiran jual gini
karena anak saya kemarin tugas kuliah disuruh buat produk diversifikasi pangan, terus
dia bikin ini, karena enak saya jualan deh”. “Wih baru liat saya sosis kayak gini bu, kalo
misal saya pinjem idenya buat menu direstoran saya nanti boleh gak bu” tanyaku dengan
bersemangat, “Boleh dong, saya malah seneng, makin banyak makanan sehat yang
dijual” jawabnya sambil tersenyum. Setelah itu kami berdua lanjut menikmati festival ini
sampai selesai.

Tak terasa seminggu pun telah berlalu, aku bermain bersama Arisu, memancing bersama,
jalan jalan dan melakukan banyak hal yang lain, aku merasa sudah puas dan menurutku
sudah waktunya kembali lagi untuk bekerja, toh aku juga udah dapet ide buat menu
baruku, namun saat berpikir ingin kembali pulang terlintas diotakku “Kalau aku pulang,
Arisu gimana ya..?”. Sorenya aku memanggil Arisu dan mengatakan rencana pulangku ke
dia, saat mendengarnya terlihat dia cukup terkejut dan sedih tak kusangka pertemuan
sesingkat ini dapat membuatnya seperti itu tapi reaksinya itu membuatku cukup terkejut
“Baiklah kalo gitu, aku bakal rindu sama kamu” katanya sembari tersenyum agar aku
tidak mengkhawatirkannya, aku pun mengacungngkan jari kelingkingku dan berkata
“Aku janji kok sesekali bakal kembali kesini”, “Iyakah, kalau gitu aku akan
menunggumu kembali, janji ya kalo kamu kesini bakal bacain aku buku lagi” ucapnya
“Iya.. iya...aku bawain oleh oleh juga nanti dari kota” jawabku. Lalu aku pun mulai
mengemasi barang barangku dan tidur.
Keeseokan paginya aku mulai membawa koperku keluar rumah dan pergi kerumah bapak
kepala desa untuk berpamitan ditemani oleh Arisu, setelah sampai aku melakukan
pembicaraan kecil bersama pak kepala desa, Dan akhirnya aku mulai menarik koperku
lagi dan berjalan keluar rumah kepala desa lalu memanggil taksi untuk pergi. Sesaat
sebelum akan masuk ke dalam taksi Arisu memelukku sebagai bentuk perpisahan, dan
akupun memeluk balik dia “Kamu yang akrab ya sama pak kepala desa dan warga desa
lain? Jangan lupa juga makan sayur ya?”. Lalu aku masuk ke taksi tersebut dan pergi
perlahan sambil melambai lambaikan tangan, begitu pula dengan Arisu yang membalas
lambaian tanganku sambil menahan tangisannya. “Aku merasa tidak menyesal pergi ke
desa ini“ kata yang kuucapkan terakhir kali sebelum meninggalkan desa ini.

Selesai?
===============================================================

Hujan mulai turun membasahi sekujur tubuhku namun aku mengabaikannya. Aku tetap
berdiri diatas tumpukan kayu, batu, dan tanah yang telah bercampur. “Sudah 10 tahun
berlalu ya?” Aku mulai turun dari atas tumpukan yang seolah olah tampak seperti gunung
itu, menyusuri jalanan yang sudah retak itu. Aku menoleh ke kiri, ke kanan semuanya
sama saja. Sejauh mata memandang hanya reruntuhan yang terlihat. Sudah seperti di
cerita fantasi ketika sang karakter utama menjelajahi sebuah dungeon pikirku. “Sial
kebiasaanku masih saja muncul dengan sendirinya, dari dulu sampai sekarang, meskipun
saat ini aku sedang.....” Aku terus menyusuri jalanan dan akhirnya aku sampai di suatu
rumah yang tidak asing. Aku mulai memasukinya dan merasa sangat nostalgia. Aku
mengelilingi kembali rumah tersebut lalu langkahku terhenti saat aku tak sengaja
menginjak sesuatu. “Oh hei lihatlah boneka beruang ini... maaf aku tak sengaja
menginjaknya” Akupun memungut boneka itu dan membawanya ditanganku “Hei
bukankah ini bonekamu? Kenapa kamu gelektakkan di sembarang tempat seperti ini?”
Aku bertanya demikian namun anginlah yang menjawab. Kulanjutkan memandang
sekeliling lalu pandanganku seolah olah ditarik oleh suatu barang tergeletak yang lain,
kali ini buku. “Buku ini.... Oh ini buku bergambar yang dulu aku bacakan ya? Hei apakah
kamu mau kubacakan buku ini lagi? Atau buku yang lain? Mungkin karena kamu sudah
cukup besar untuk sekarang mau mencoba sekali lagi membaca novel? Harusnya sih
sudah paham ya? IYA KAN???”

Aku terkejut saat tiba tiba suara keras muncul dari belakang. “Oh kamu dibelakang?
Kamu lagi ngapain kok muncul suara besar kayak gitu?” Tanpa berpikir panjang akupun
berlari menuju belakang rumah menyusuri lorong lorong kayu yang tampaknya sebentar
lagi akan runtuh. “Oh hanya suara kayu jatuh, kupikir apa” Aku pun berjalan kembali ke
ruang tamu dan hampir terpeleset karena lantai yang licin terkena hujan. Perlahan aku
melihat ke atas, lalu ke samping “Rumah ini kok atapnya bisa hilang sih, kamu apain
coba?” Saat sedang melamun, dari dalam pikiranku seperti muncul suatu rekaman vidio
yang sedang diputar di depan mataku. 2 bulan setelah aku kembali ke kota dari desa, 10
tahun yang lalu terdengar kabar angin bahwa sebuah gempa berskala 7.0 menghantam
suatu desa dan saat aku melihat berita aku hanya diam saja. Tak bergerak sama sekali
mungkin selama beberapa jam lamanya aku berdiam seperti patung. Dan saat sadar aku
langsung mengambil tasku dan pergi menuju desa tersebut. Setelah sampai semuanya
sudah berubah menjadi reruntuhan. Saat itu aku sedang berlari menuju ke rumah *****
dan setelah melihat kondisi rumah serta anak tersebut kupikir saat itulah duniaku berubah
menjadi abu-abu sampai sekarang. Aku tak bisa mengingat nama anak itu bahkan
wajahnya pun seperti ter“sensor”dalam ingatanku. Lalu rekaman ingatan itupun berakhir.
Jika saja itu adalah sebuah cerita dalam novel maka akan ku beri rating 10/10 karena
ceritanya yang bisa membuatmu menangis.

Aku berjalan keluar dari rumah itu dan kali ini terdengar lagi suatu suara namun kali ini
terdengar seperti suara teriakan orang dari jauh. Sepertinya itu berbunyi “Cepat pergi dari
sini karena gempa susulan akan datang, tempat ini sudah menjadi kawasan berbahaya,
seharusnya kamu tidak ada disini” Gempa? Reruntuhan? Kawasan berbahaya? Apa
maksudmu? Apa maksudnya? Ini... tempat ini kan desa yang indah dan tentram? Kalau
tak salah malam ini nanti ada festival ya? Sepertinya aku akan datang lagi kesana. Aku
menghiraukan peringatan orang itu bahkan malah asik sendiri dengan pikiranku. Aku tak
sabar ingin pergi ke festival itu bersama si *****. Kita akan bersenang senang disana lagi
pikirku. Namun teriakan orang itu malah makin keras dan menghancurkan lamunanku,
terlihat mereka malah erlari ke arahku dengan wajah panik. Dan saat aku menoleh ke
belakang aku sadar apa maksud mereka dengan “Tempat berbahaya” Sebuah bongkahan
kayu jatuh dari atas tepat menuju ke arahku, sepetinya itu berasal dari sisa sisa atap
rumah ini. “OHH” tapi tidak apa pikirku. Senyum muncul dari wajahku saat bongkahan
kayu-kayu itu akan menimpaku “Sepertinya aku akan bisa bertemu dengan ***** disana,
nanti kita main sama sama lagi ya?”.

===============================================================

Anda mungkin juga menyukai