Anda di halaman 1dari 7

Adik

“ADIK ! ADIK !” sahutku didalam kegelapan ini.Aku


takut.Iya,Aku TAKUT.Tapi yang paling penting sekarang
adalah...
Dimana adik ?
------
Hari ini sama seperti biasa,Aku pulang sekolah jam 5
sore.Adik sedang bermain dengan mobil-mobilannya di ruang
tengah, dan Ibu sudah pulang dan sedang memasak makan
malam kami.Setelah melihat sekitar rumah, aku masuk ke
kamar dan berbaring di kasurku.Aku lalu mengambil sebuah
buku dari rak buku.
Aku membaca buku jurnal petualangan Almarhum
Ayahku.Aku selalu membaca buku ini di waktu luangku
karena dengan buku ini aku merasa bisa lebih mengenal Ayah
yang sudah meninggal saat aku masih kecil.
Buku ini menceritakan petualangan Ayahku saat beliau
tinggal di pedalaman Papua.Sudah berpuluh-puluh kali aku
menamatkan membaca buku ini tetapi aku tetap tidak bosan.
Sungguh,kehidupan disana sangatlah seru! Aku merasa iri
dengan Ayah yang memiliki kesempatan berjelajah, tidak
seperti aku yang selalu menjalani rutinitas yang
membosankan.
“Kakak ! Makanan sudah siap ! Ayo makan ! Ajak adik
juga” sahut mama dari dapur
“Iya Bu” jawabku sambil menutup buku petualangan
Ayahku.
Sesuai dengan perintah ibu, aku pun mengajak adik ku
yang masih asik bermain dengan mobil-mobilannya untuk
makan.Biasanya, aku harus membujuknya selama 10 menitan
baru dia mau makan, tapi mungkin karena ia lapar , ia
langsung menarik tanganku untuk ikut bersamanya ke ruang
makan.
Kami pun makan dengan hikmat.Aku dan Ibu memakan
nasi dengan ikan asin sedangkan adik ku memakan nasi
dengan telur dadar dengan kecap.Setelah selesai makan, Ibu
pun mulai bicara:
“Gimana kak, sekolahnya ?” Tanya ibu sambil
membersihkan sekitar mulut adik yang penuh dengan kecap
“Seperti biasa bu, tidak banyak yang terjadi.”
“Oh iya, Ibu jadi ingat.Besok Ibu mau ke rumah kerabat
Ibu di Desa Wonojoyo.Apakah kau mau ikut ?”
“Tidak bu, terimakasih”
“Ayolah kak, Kerabat ibu yang satu ini juga merupakan
keluarga jauh kita.Hitunglah sebagai silaturahim.Selain itu,
ibu dengar Desa Wonojoyo ini mirip seperti desa dicerita
Jurnal Ayah lho” Bujuk Ibu
“Benarkah bu ? AKU INGIN IKUT ! Adik ikut kan ?”
“Tentu saja kak.Ibu tak mungkin meninggalkan adik
sendiri, iya tidak dek ?” ucap ibuku sambil mencubit pipi adik
ku yang gembil.Tentu saja, adik ku yang blm banyak mengerti
hanya terlihat cemberut.
“Besok kita berangkat jam berapa Bu ?”
“Jam 12 siang ya,Ibu besok pulang cepat”
---
Nyatanya, kami tidak jadi berangkat jam 12 tetapi jam
2.Aku yang sudah merasa tidak sabar ingin ke desa tersebut
merasa kecewa dan karena perjalanan dari Banten ke Desa
Wonojoyo menghabiskan waktu sekitar 4 jam, kami mungkin
akan baru sampai disana jam 6 sore dan itu cukup larut untuk
berkeliling.
“Maaf ya kak, Ibu ternyata tidak jadi pulang cepat.”
“Tak apa bu, lebih baik terlambat daripada tidak sama
sekali”
Kami pun akhirnya sampai di Desa Wonojoyo.Benar kata
Ibu, desa ini benar-benar seperti desa yang ada di buku
Ayah.Dikelilingi oleh hutan, tidak ada lampu jalan, rumah
masih banyak yang terbuat dari bambu dan kamilah satu-
satunya yang menggunakan mobil disini.
Kami berhenti di depan satu-satunya rumah yang aku lihat,
terbuat dari beton.Ibu lalu masuk ke dalam rumah tersebut
disusul aku yang menggendong adik ku.
Di dalam rumah itu, banyak sekali benda-benda aneh
seperti kepala rusa, keris dan masih banyak lagi benda yang
aku tidak tau tetapi memiliki kesan mistis. Aku sendiri
bukanlah tipe orang yang percaya dengan hal-hal seperti
itu,tetapi melihat dari reaksi adik ku yang ketakutan, aku pun
mencari tempat yang cukup jauh dari benda-benda
itu.Kebetulan, ada sebuah kursi di sudut ruangan yang tidak
dihiasi benda-benda aneh itu.
Aku pun duduk disana dan berusaha menenangkan adik ku
yang sudah mulai menangis.Aku melihat ibu sedang
mengobrol dengan seseorang berbadan tinggi dan berkulit
gelap.Mungkin, dialah kerabat yang ibu maksud.
“Kakak, kesini sebentar” panggil Ibu
“Adek, tetap disini ya, kakak mau ke Ibu sebentar” ucap ku
kepada Adek sambil menyubit pipi gembilnya
Aku pun berjalan mendekati Ibu.Orang yang tadi ternyata
lebih besar dari yang ku perkirakan.Aku pun mulai merasa
kurang nyaman
“Ini Om Timo,beliau adalah teman Ayah dulu saat Ayah
berjelajah sekaligus keluarga jauh kita”
“Hallo,Andri.Salam kenal”
Beliau menyodorkan tangannya,.Aku hanya tersenyum dan
mencoba memberi isyarat bahwa aku tidak ingin berjabat
tangan.Aku memang bukan tipe orang yang bisa akrab dengan
orang yang baru aku kenal,
“Maaf pak, dia anaknya emang begini.Persis seperti
Ayahnya,Hahahahah”
“Iya , dia benar benar mirip.”Kata Om Timo tersenyum tapi
aku bisa melihat ekspresi sedih dimatanya.Mungkinkah dia
teringat kepada Ayah ?
“Oh iya, Andri.Apakah kamu suka berpetualang ?”
Aku hanya diam
“Oh, dia sangat suka berpetualang.Dia sering sekali
menceritakan apa yang dia baca dari jurnal ayahnya”
“Baguslah kalau begitu.Besok jika kamu mau, kita bisa
berpetualang.Di belakang ada hutan yang cukup luas dan
menakjubkan sama seperti yang dulu pernah aku dan ayahmu
jelajahi.Apakah kau siap berjelajah ?” ucap beliau.Sepertinya
beliau mengutip salah satu kata di buku jurnal Ayah
“Siap Pak !”Ucap ku membalas kutipan itu sesuai dengan
yang pernah kubaca dibuku
Memang benar aku bukanlah tipe orang yang bisa akrab
dengan orang yang baru aku kenal.Tetapi, jika demi
petualangan, tidak, pertualangan PERTAMA ku, kenapa
tidak ?
“Yasudah, besok kita akan berpetualang mulai dari jam 4,
jangan kesiangan ya” Jelas Pa Timo
Aku pun mengangguk.
“Nah, karena kamu sudah setuju untuk berpetualang besok,
kamu sekarang tidur ya.Ibu masih ingin ngobrol dengan Pa
Timo”
“Siap Bu.”
Aku pun kembali ke sofa diujung ruangan.Tetapi...
Mengapa Adek tidak ada ? Mungkin dia hanya
berkeliling.Ah, tidak mungkin.Dia takut terhadap benda
benda aneh ini, tidak mungkin dia berkeliling didalam rumah
ini,
Aku pun keluar rumah, mencoba mencari adik ku.Tetapi
dia tidak ada.
“Hwaaaa... Gawat” ucap ku sambil menggaruk kepala.
Jika adik hilang , aku bisa dimarahi habis habisan karena
Ibu sudah mempercayaiku untuk menjaga Adek.
Di tengah kecemasanku, aku ingat bahwa Pak Timo bilang
dibelakang rumahnya ada hutan.Mungkin kah adik ke dalam
sana ? Tapi dia kan tidak suka tempat gelap.... Tapi lebih baik
aku mencari tau.
---
Benar saja, aku melihat samar samar bayangan anak kecil
masuk ke hutan.
“ADIK ! TUNGGU !” Teriak ku
Tetapi, sepertinya adikku tidak mendengarku.Dia terus
masuk kehutan.
Aku pun binggung... Apakah aku harus masuk ke hutan
atau aku memberi tau ke orang dewasa lebih dahulu,
Tetapi. Jika aku memberi tahu mereka dahulu, adik bisa
bisa sudah masuk kehutan terlalu dalam
“Aku pikir.... Inilah saatnya pertualangan pertama ku” ucap
ku sembari mengambil langkah pertama memasuk hutan.
-----
“ADIK ! ADIK !” sahutku didalam kegelapan hutan
ini.Aku takut.Iya,Aku TAKUT.Tapi yang paling penting
sekarang adalah...
Dimana adik ?
Aku tidak bisa melihat apa”.Pencahayaan ku hanya dibantu
oleh terang bulan yang menembus dedaunan.
Mungkin sudah 30 menit aku terus masuk kedalam hutan
dan aku tetap tidak menemukan Adek.Tetapi, aku bertemu
dengan seorang nenek tua.
Awalnya aku tidak ingin ngomong kepadanya tapi...
Yasudah demi adik ku satu satunya.
“Nenek, maaf nek” Kata ku kepada nenek tersebut
“Kenapa cu ?”
“Maaf nek , apakah kau melihat anak kecil berbaju putih
dan berambut cukup panjang melintas disini”
“Iya cu, dia ke arah sana” kata nenek itu menunjuk lurus
kedepan
“Terima kasih banyak nek !” aku pun menyaliminya dan
berlari
“Hati hati cu ! Jangan ribut-ribut ! Nanti kamu diculik
penjaga hutan ini. Sering banyak pencinta alam yang hilang
didalam hutan ini”
Aku pun terus berlalri tanpa menghiraukan apa yang nenek
itu teriakan.Aku tidak percaya dengan hal-hal seperti itu.
---
Sejauh aku makin masuk kedalam hutan, aku merasa
semakin gelap hutan ini. Bulu kuduk ku pun mulai naik.
“Apa yang dikatakan nenek itu benar?” pikir ku dalam hati

AKU LUPA BAGAIMANA CARA PULANG

Anda mungkin juga menyukai