Anda di halaman 1dari 8

Nama : Ricko Prihantama Putra

No : 28

Kelas : 12 MIPA 5

Titik Ingat Hujan


Hujan akhirnya membasahi bumi. Aroma tanah basah , dan pepohonan seakan akan
segar kembali setelah sekian lama penatnya. Belum lagi suasana sejuk selayaknya musim
hujan yang berpadu dengan suasana awan mendung hitam di sepanjang mata memandang. Ya
... Ini memang hujan. Disana ada yang mengenang hujan sebagai kenangan berteduh bersama
mantan kekasihnya. Atau barang kali suatu bencana air yang meluap. Sehingga membawa
duka. Atau mungkin, kegirangan karena ladang yang terairi. Yap , Mungkin masing masing
punya kenangannya sendiri. Dan yang paling ku ingat soal hujan ini adalah dimana gemercik
air hujan di tanah yang Terciprat di kaki ini. Pandangan ku hanya ke bawah. Ke arah tanah.
Melihat bagaimana jalanan basah dengan kaki yang Terciprat kotor lantaran genangan air
tanah di jalan. Bising dan ramai meriahnya jalanan di hari itu masih sangat terasa. Mata dan
pipi ini masih terasa basah membekas. Badut tadi sangatlah mengerikan bagiku. Meskipun
anak anak lain tertawa , tetap saja aku tak mengerti bagaimana mereka bisa terhibur dan
senang dengan tampilan badut yang seperti itu

Mau berfikir baik bagaimanapun.. ibu jelas masih marah karena kejadian tadi. Tadi
memang lah sangat kacau. Aku menjadi pusat perhatian. Mau bagaimana lagi. Aku sangat
tidak suka dengan wajah badut itu. Memang begitu kacau hari itu. Tapi mau bagaimana pun
entah mengapa suasana masih sangat hangat. Sesampainya di rumah terlihat bapak baru
keluar dari kamar mandi. Kulit dan rambutnya masih basah. “Lho sudah pulang ?” tanya
bapak.Ibu pun menjawab “ sudah. Tadi Raka nangis. Padahal cuman gara gara ada badut.
Anak anak yang lain aja malah ketawa ketawa”. Dari jawaban itu terlihat ibu masih marah.
Bapak kemudian masuk ke kamar dan aku pun ikut. Seperti biasa aku senang menunggui
bapak sholat. Aku hanya di samping bapak. Di kamar bapak terlihat suatu lukisan yang sudah
lama berada di situ. Tapi rasa rasanya lukisan tersebut hampir sama dengan yang ada di
gereja tadi. Sekali lagi, malam itu benar benar hangat. Pohon natal masih saja menyenang kan
dengan kelap kelip ya. Tv di rumah masih menayangka nyanyian nyanyian bernada tinggi.
Dan semuanya basuh hangat bercengkrama. Tapi percayalah hari itu aku ternyata mengambil
keputusan besar. Besuk aku akan ke masjid bersama bapak. Aku akan ikut jumatan.

Yap itulah kenangan ku tentang hujan. Hujan akan senantiasa memberikan kenangan
dari waktu ke waktu. Akan selalu ada yang mengingat kejadian saat hujan. Hujan di sore hari
seakan akan menjadi transisi di penat nya siang ke sejuknya malam. Malam ini rasanya ingin
sekali ku hanya di rumah saja. Berbaring di atas tempat tidur, bermalas malasan, setidaknya
mengistirahatkan badan setelah penat di siang hari.
Tak terasa ternyata aku bangun dengan sinar mentari menyinari wajah. “ Ah sial, aku
lupa sholat Subuh” bergegas ku menuju kamar mandi dan mengambil air wudlu. Kadang
dalam otak ini berfikir seperti halnya “ Hamba macam apa aku ini, atau barangkali setiap
manusia memiliki sisi atheis parsialnya masing masing” entahlah. Aku hanya berusaha. Hari
ini sari sabtu. Mumpung jadwal les sedang kosong sepertinya aku ingin mencari sesuatu yang
baru. Sepertinya perpustakaan di malioboro adalah hal yang ingn ku kunjungi. Aku penasaran
seperti apa buku buku yang ada di sana. Karna kemarin aku membaca tweet seseorang yang
mengatakan bahwa Cak Nun dahulu membolos sekolah hanya untuk belajar puisi seharian di
sana. Aku memang pengagum sastra. Aku senang dengan cerita tokoh pewayangan, sejarah ,
filsafat, dsb. Meskipun aku jurusan IPA tapi entahlah, aku hanya memaksimalkan fasilitas
pemberian Tuhan. Bergegaslah aku untuk mandi, sarapan dsb, bapak sudah berangkat
bekerja, hanya ada simbah di rumah.

Aku : “ Mbah raka mau pergi dulu ya “

Simbah : “ Lho kemana ? nggak ada les ?”

Aku ; “ Mumpung lesnya libur , raka pingin cari buku “

Simbah : “ Oalah iya hati hati. Jangan lupa bawa dompet”

Aku : “ iya mbah. Assalamualaikum “.

Simbah : “ Waalaikumussalam”

Saat di motor sepertiya timbul keinginan bahwa aku ingin mengunjungi beberapa tempat lain
juga. Hari ini benar benar aku ingin tau hal baru, entah lah. tak lama kemudian sampailah di
malioboro. Benar saja benar benar seperti yang ku bayangkan. Dengan suasana bangunan
klasik. Ini sepertinya akan mengasyikkan.

Berkeliling kesana kemari melihat buku buku tak membuat saya bosan sedikitpun.
Beberapa buku terlihat berdebu. Tapi ya mau bagaimana lagi, ini perpustakaan kuno.
Rasanya sangat bingung aku memilih buku. Tapi aku tau aku ingin membaca sastra sastra,
Puisi mungkin. Di sutut almai ku temukan suatu buku bercover merah. Bukunya nampak
berdebu. Kertasnya juga sudah tidak berwarna putih. Buku itu berjudul “ Tuhan Maha Asyik”
tapi saat ku ambil buku itu seakan akan pandangku teralihkan oleh meja berdebu di sudutv
uangan ini. Iyaa... wanita itu menggunakan baju retro merah polkadot. Di sampingnya ada
beberapa buku menumpuk. ia adalah wanita tua yang membaca buku dengan kacamata
selayaknya wanita tua lainnya. Tapi yang membuatku tertarik adalah bagaimana dia bisa
menghabiskan waktu membaca buku sebanyak itu. Padahal setauku ini baru pukul 10.00. dan
perpustakaan ini baru buka jam 08.00. Bearti hanya ada 2 kemungkinan, antara dia belum
membaca dan berencana membaca buku buku itu, atau dia memang punya kemampuan luar
biasa membaca buku secepat itu. ah sepertinya mustahil untuk kemungkinan kedua. Dari
pada penasaan mungkin aku ingin duduk di sampingnya. Bagiku seusia wanita itu yang
memiliki minat membaca sangat tinggi adalah hal yang menaik.

Aku : “ Permisi, boleh saya duduk di sini “


Wanita tua : “ Oh iya silahkan , tapi meja ini sedikit berdebu.”

Wanita itu sepertinya enak di ajak berbicara.

Aku : “ Ah tidak papa. Terimaksih “

Aku pun berusaha meninggalkan kekagumanku tentang wanita tersebut dan fokus untuk
membaca buku ku. Buku itu bukan hanya puisi, tapi juga penulis memaparkan beberapa
pendapatnya tentang suatu hal. Aku sangat bisa mengerti maksud penulis. Tuhan memang
maha asyik. Yang paling ku ingat tentang buku itu adalah kutipan kata kata oleh penulis “
Tuhan itu maha asyik, terkadang untuk menyelamatkanmu dari orang orang yang salah , ia
mematahkan hatimu “ sial... kata kata itu mengingatkan ku pada seseorang yang pergi karena
menganggapku salah. Seseorang yang membuat hari hariku penuh semangat, tapi aku tau ia
hanya sebatas lewat.

Kurang lebih hampir 1 jam sudah aku membaca buku tersebut. Rasanya lumayan penat juga.

Aku :” permisi , bolehkah saya bertanya sesuatu ? “

Wanita Tua : “ iya boleh”

Aku :” Nenek apakah memang suka membaca ? , Di samping nenek ada banyak
sekali buku, menurut saya hal itu sangat menarik”

Wanita Tua : “ini hanya List buku yang sudah saya kumpulkan ini lah buku buku yang
akan saya baca hari ini”

Aku : “memangnya nenek suka membaca atau ada yang ingin di cari ? “

Wanita Tua : “ iya saya selaku kesini setiap hari sabtu. Saya suka membaca”

Aku : “ apakah tidak lelah dengan usia nenek dan kondisi mata nenek ? “

Wanita Tua : “iya sebenarnya sedikit lelah. Tapi saya masih tergolong orang yang gila
ilmu pengetahuan. Kadang saya merasa sangat menyayangkan bagi mereka
apalagi perempuan perempuan muda yang memiki minat baca kurang
apalagi di usia sangat muda. Maka sebenarnya dialah yang menua”

Aku : “nenek layaknya sosok yang hebat. Kalau boleh tau memang waktu muda
apa pekerjaan nenek ? “

Wanita Tua :”saya bekerja macam macam waktu muda. Kau mungkin tidak percaya saat
ku beri tau”

Aku : “ saya malah penasaran nek. Memangnya apa saja? “

Wanita Tua :“saya pertama kali bekerja di rumah sakit jiwa. Saya menjadi pengurus di
sana. Saya lupa berapa tahun tapi kemudian saya keluar. Saya pergi ke
Yunani. Disana saya ingin menjadi TKW. Tapi ada suatu hal yang
membatalkan hal tersebut. Saya disana berjualan , menjadi pelacur, dsb.
Apa saja saya lakukan”

Mendengar jawaban wanita Tua tersebut aku benar benar semakin ingin mengulik cerita
ceritanya. Wanita Tua ini seakan akan memiliki pekerjaan yang unik unik. Pasti setiap
pengalaman itu ada hal hal yang menarik.

Wanita Tua : “ saya senang melihat pemuda sepertimu , penuh tanda tanya. Nanti malam
datang saja ke rumah saya. Saya tinggal bersama 1 orang cucuku
perempuanku. Dia seusia denganmu. Kita mungkin bisa melanjutkan
pembicaraan ini “.

Mendengar tawaran tersebut aku sangat senang. Aku juga ada tugas untuk membuat cerpen
minimal 4000 kata. Aku bisa mengulik cerita wanita tua ini sebagai bahan cerpenku.

Aku : “ wah baiklah nek . Akan saya usahakan. Terimakasih tawarannya ya nek “

Wanita Tua : “tentu saja. Begini begini ,Saya ini seperti orang muda saya masih punya
semangat mengenal banyak orang” .

Aku : “ whoaaaaa. Tentu saja. Bahkan terlihat dari saat nenek membaca buku “

Singkat cerita kami berpisah setelah pembicaraan tadi. Aku pulang duluan. Tapi aku serius
untuk datang mampir berkunjung ke rumah nenek itu. Alamatnya ada di belakang
perpustakaan. Ia menjelaskan bahwa rumahnya bercat biru dengan pintu putih. Ada hiasan
bunga warna warni di pintu. Kotak surat selalu terisi. Pak pos jarang mengambil surat di sana
katanya. Nenek ini benar benar unik kurasa.

Selepas petang segera ku tunaikan sholat maghrib, padahal dalam benatku


sebelumnya, malam minggu aku ingi belajar saja di rumah. Halah persetan dengan belajar,
aku ingin seperti soekarno yang membolos sekolah kemudian bertemu dengan marhaen
kemudian melahirkan marhaenisme. Atau seperti Cak Nun yang membolos sekolah untuk
belajar puisi. Kali ini bisa jadi aku membolos belajar untuk melahirkan kesadaran baru dalam
diri ini. Bergegaslah aku menuju rumah nenek itu. tak lama aku mengitari area disekitar
belakang perpustakaan malioboro langsung ku temukan rumah yang punya ciri ciri persis
seperti yang diterangkan nenek tersebut. Rumahnya bagus. Seperti ada aksen aksen barat.
Aku jadi teringat bahna sang nenek pernah ke yunani. Aku jadi tambah yakin bahwa itu
rumahnya. Tanpa ragu ku ketok rumahnya. Belum lama sudah ada yang membalas ketokan
ku. “ iyaa tunggu sebentar” sahutnya. Tak lama kemudian pintu di buka dan ternyata seorang
gadis lah yang membukakan pintu. Gadis itu berkulit coklat, langsing dan berambut lurus.
Tatapannya membawa aura ramah yang sedikit jutek. Tapi entahlah dia tipe wanita yang
cukup nyaman untuk di pandang. Dengan clemek di pinggang. Penutup rambut dan sangat
bisa di pastikan bahwa ia baru saja selesai memasak.

Aku : “ Selamat malam, maaf mengnggu. Saya ingi bertemu dengan nenek... “

Si Gadis : “ ah iya selamat malam, nenek ? anda siapa? Ada keperluan apa ?”
Entahlah dari caranya bertanya demikian aku yakin bahwa dia gadis yang cerdas.

Aku : “ oh iya perkenalkan nama saya Raka. Kami bertemu tadi di perpustakaan.
Kemudian kami sepakat untuk bertemu lagi untuk sekadar minum teh dan
berbincang. “

Si Gadis : “ kau yakin ? kau ingin mendekati nenekku ? kau sudah gila? “

Dia memang sedikit mengesalkan. Tapi seperti yang ku bilang tadi, dia menggemaskan.

Aku : “apa ? tidakk. Bukankah sudah ku bilang ? kami sudah bersepakat untuk
minum teh dan mengobrol”

Si Gadis : “ kau ini bodoh atau bagaimana , seusia nenekku sudah tidak baik untuk
minum teh, kau ingin menyakitinya. Kau ingin berhadapan denganku ?

Gadis ini semakin tidak ramah untuk di ajak berbicara. Bahkan dia ingin memukulku
dengspatula di clemeknya. Mendengar bising tersebut akhirnya nenek itu keluar juga.

Wanita Tua : “ Emma, berpa kali kau harus ku ajarkan untuk sopan kepada tamu ? “

Si Gadis : “ Dia hanya orang jahat nek,dia ingin mencelakai nenek “

Wanita Tua : “ berbicara apa kau ini, dia adalah pemuda yang ku temui di perpustakaan.
Kami sudah besepakan untuk sedikit mengobrol malam ini. Dia tipe ingin
tau segalanya. Kau harus mencontoh dia asal kau tau. “

Engar percakapan keduanya aku jadi tau. Nama gadis itu adalah Emma. Di cucu yang wanita
tua itu ceritakan tadi saat di perpustakaan. Aku pun langsung di persilahkan masuk oleh
nenek itu. sambil berlalu ku ejek Emma yang telah salah faham denganku secara bisik bisik
berlahan. “ kau dengar itu Emma ? aku memaafkanmu. “ mendengar kata kata itu Emma pasti
sangat tidak menerimanya. Tapi bagaimanapun tetap saja aku kesal dengan sikapnya tadi.

Wanita Tua : “silahkan duduk di sini, maaf rumah kami seadanya. Boleh saya tau
kau suka minum apa ? biar Emma buatkan”

Aku : “ wah tidak usah repot repot. Saya hanya ingin minum teh panas saja.
Cuacanya dingin”

Tak lama kemudian hujan turun langsung dengan derasnya. Aku jadi ingat barangkali hujan
kali ini ingin memberikan kenangan lagi.

Wanita Tua :”Hey Emma, menunggu apa kau ? cepat buatkan”

Emma :”Aku rasa tamu yang ini sedikit menyebalkan”

Nenek itu akhirnya membuka pembicaraan.

Wanita Tua :”Bagaimana ? kau benar benar kesini untuk mendengar ceritaku ? “
Aku : “ Oh iya mungkin, saya tertarik dengan cera nenek membaca buku”

Wanita Tua :” Apa memang cita citamu ? “

Aku : ”Saya ? saya agak bingung kalau di tanya hal seperti itu. tapi saya sangat
peduli terhadap pemerintahan. Saya selalu bercerita ke kawan saya
bahwa saya ingin menjadi presiden.”

Wanita Tua :”Bagus, senang menemui pemuda yang suka dan peduli dengan
pemerintahan.”

Aku :”Entahlah, saya sering dikira salah jurusan lantaran saya adalah anak
ipa yang suka politik.. hahahahah”

Tak lama kemudian Emma datang membawa teh dan beberapa biskuit.wanita tua itu
menyarankan agar Emma Ikut mengobrol. Tapi Emma menolak, masih ada kerjaan katanya.

Wanita Tua : “Dulu saya adalah lulusan mahasiswa psikologi. Pada zamannya, psikologi
belum terlalu di kenal. Saya bisa masuk ke rumah sakit jiwa saja
masih beruntung.”

Aku :“Saya akrab dengan psikologi. Banyak keluarga saya yang


mengagumi filsafat.”

Wanita Tua :”Bekerja di sana sedikit menguatkan iman. Percayakah kau ketika
Tuhan mencabut akal fikiran dari orang orang itu. Tapi Tuhan tidak
mencabut nafsu mereka.”

Aku :”Benarkah ? lantas apa dampaknya ?.”

Wanita Tua :” mereka antara perempuan dan laki laki tidak di pisahkan. Mereka
telanjang satu sama lain. Terkadang mereka saling memperkosa,
ada yang sesama jenis , dll. Bahkan percayakah kau mereka ada
yang hamil, bahkan punya anak, dsb”

Aku :”Saya baru tau hal mengerikan seperti ini.”

Wanita Tua :”Kemudian saya keluar dan menganggur karna sulit dapat
pekerjaan. Saya sempat kecelakaan dulu.sempat patah tulang
yang membuat saya semakin terpuruk. Tapi kemudian saya
berangkat ke Yunani untuk menjadi TKW. Sedikit aneh ketika
kita TKW ke Yunani. Benar saja saya tertipu. Intinya saya sudah
terlanjur kesana dan saya tidak punya uang untuk pulang. Ya
sudah saya hanya melakukan hal apa yang bias saya lakukan.”

Aku :”Dimana nenek tinggal? “

Wanita Tua :”saya tinggal di bekas puing puing patung dewa Aphrodite.
Disana banyak juga gelandangan. Saya hanya berpura pua jai
orang bisu karena tidak mengerti bahasa mereka. Kita mendapat
uang hanya jika orang oang yang lewat di kolom jembatan bekas
puing puing aphrodate mencicipi kami. Aphrodate sendiri adalah
dewa cinta, dewa seks. Kecantiukan dsb. Itulah yang kami
percaya jika kami tidur menemani reruntuhan Aphrodite ini maka
ia akan memberikan kita pelanggan. Bahkan terkait wanita yang
berpura pura bisu ini.”

Aku :”Tapi bagaimana bias ya orang orang bias tertarik dengan wanita
wanita yang ada disitu ?”

Wanita Tua :”Prostitusi adalah bisnis pertama yang ada di dunia. Sulit sekali
mematikannya. Dan peluangnya sekecil apapun akan tetap bias
berpenghasilan. Disini saya semakin yakin bahwa jikalau orang
yang sudah diambil akal sehatnya masih memili nafsu,
bagaimana orang yang normal? Apalagi zaman itu masih sangat
gila soal hal hal yung terselubung seperti itu.”

Aku :”Oh iya saya pernah membaca novel soal wanita. Ia bernama
Theodora. Ia raja yunani yang berasal dari kalangan pelacur. “

Wanita Tua :”Tentang hal yang soal pelacur, psk dsb. Mereka adalah profesi
yang kompoleks. Kita tidak bisaa mengejudge mereka.”

Aku :”Iya benar… lantas mengapa nenek suka membaca ?”

Wanita Tua :”Saya di masa muda sangat punya banyak sekali pertanyaan
terkait hidup saya. Saya berfikir bahwa hidup ssaya sangatlah sia
sia ketika saya mati dalam cerita hidup yang seperti ini dan tanpa
bias menjawab segala hal yang saya pertanykan. Dahulu saya
mempertanyakan bagaimana kita bisa percaya Tuhan. Saya
menemukan pemikiran pemikiran relevan tentang Tuhan saat
membaca buku “pembuktian tentang Tuhan”. Sesimple itu
sebenarnya alasan saya suka membaca.”

Karena terlalu asik mengobrol tak terasa jarum jam sudah menunjukkan pukul 21.00. rasanya
tidak enak kalau main disini sampai terlarut malam. Aku pun mengakhiri p[embicaraan dan
segera pamit. Tak lupa juga aku mengucapkan teimakasih telah membuka banyak
pengetahuan. Benar saja jika hujan kali ini memberi pelajajaran yang penting.
Unsur Interinsik Cerita

Tema

Pentingnya pengetahuan bagi semua usia

Alur

Cerita tersebut diawali dengan flashback cerita tokoh utama tentang hujan. Kemudian
bergerak maju ke pertemuannya dengan Wanita Tua

Sehingga alurnya adalah campuran

Penokohan

- Aku (Raka) : Protagonis(pembelajar, sopan, mencari sesuatu yang baru)


- Wanita Tua : Protagonis ( pembelajar, berpengalaman pada banyak hal,
berbagi pengetahuan )
- Si Gadis : Protagonis ( menyayangi neneknya, menurut perintah
neneknya)

Amanat

Tak peduli berapa usia kita, kita harus tetap berusaha menjawab pertanyaan pertanyaan dalam
hidup kita. Itulah yang mebuat kita tetap hidup

Latar

- Tempat : Rumah Raka, perpustakaan, Rumah Wanita Tua


- Waktu : Malam minggu
- Suasana : Ketika hujan

Sudut pandang

Sudut pandang orang pertama

Anda mungkin juga menyukai