Ditulis Oleh :
Aeshoku
DAFTAR ISI
ANTOLOGI CERPEN.....................................................................................1
DAFTAR ISI....................................................................................................2
KATA PENGANTAR......................................................................................3
KUCING..........................................................................................................5
GIGITAN IBU...............................................................................................11
TENTANG PENULIS....................................................................................12
2
KATA PENGANTAR
3
4
KUCING
5
sering bosan kalau bermain sendiri, tapi aku suka diajak ke Kantor
Ayah. Di jam makan, nanti Ayah mencariku dan kita akan bermain
petak umpet sebentar. Kalau berhasil ketemu, kami akan keluar
mencari makan di warung-warung sekitar kantor. Kalau tidak ketemu
aku sendiri yang akan muncul di belakang Ayah, menggerutu kalau ia
bodoh, aku lapar dan ayah membiarkanku kelaparan dengan tidak
serius mencariku. Kata Ayah;
6
membaca lebih mudah dari menulis. Nanti-nanti aku ingin meminta
tugas membaca saja kepada guruku.
Malam di hari itu, aku tidak bisa tidur. Aku tau Ayah nanti
pergi lagi, aku tidak mau memberitahu Ibu. Besok pagi sekali, aku lari
ke kamar mandi, Ibu menangis hebat, Adik ikut menangis walau tidak
tahu dan Kakak pergi entah kemana. Aku tidak ingin mendengar
tangisan Ibu. Kunyalakan keran kencang-kencang, kuguyur badanku
sebanyak mungkin sampai telingaku penuh air.
7
JATUH CINTA JUGA PAKAI OTAK!
8
“Bagaimana kalau kita tanyakan langsung ke Sabi, siapa yang
membuatnya sedemikian rupa?” Usul Barus badak.
“Aku sudah pernah menanyakannya, dan Sabi hanya tersenyum,
setiap kutanya lagi, senyumnya makin lebar. Aku takut
mulutnya itu sobek kalau kutanya sekali lagi” Sanggah Siba
putus asa.
“Atau kita intai dia setiap waktu. Siapa saja yang dia temui. Apa
saja yang dia lakukan. Bisajadi kita dapat petunjuk.” Aju Moni.
Siba menghela nafas.
“Kita semua juga tahu, tidak ada hal aneh yang dilakukan Sabi.
Memamah sampah, bergulung di lumpur, lalu memojok sampai
malam.” Ucap Barus, tanpa harus dijelaskan Siba. Malam itu
mereka ngorok di kandang babi, tanpa hasil rencana apapun
untuk mencari tahu permasalahan Sabi.
Besok pagi sekali mereka kaget, Sabi membangunkan
mereka dan secara cuma-cuma mengatakan kalau dia akhirnya
tahu mencintai siapa. Setelah mendengarkan semua yang
diucapkan Sabi, mereka bertiga beranjak pergi. Siba langsung ke
tempat pembagian makan para babi, Barus pergi mandi ke
sungai, Moni bergelantungan di pohon-pohon hutan. Sabi juga
tidak berubah. Memamah sampah, bergulung di lumpur, lalu
duduk menatap langit di pojokan kandang.
9
TAPI AKU MENCINTAINYA
10
Di penghujung SMA, Resya memilih tidak naik kelas
dan menunda kelulusan. Teman-temannya berkata kalau Resya
rangking dua tapi bodoh, masa hanya karena Hesti, anak kelas
11 yang tidak cantik, berjerawat dan biasa-biasa saja dia ngotot
untuk tinggal kelas. Ayah ibunya hanya bisa ikut
menggoblokkan Resya. Anak cewek di kelasnya sampai
membuat skandal kalau Hesti sudah jebol dan mengidap AIDS.
Resya yang polos, setengah percaya, setengah menangis.
“Tak peduli! Aku mencintai Hes…”
Sepulang dari rumah sakit, Henri tidak menemukan
istrinya di rumah. Ini sudah kali ketiga perempuannya hilang
malam-malam, lalu jam 6 pagi nanti sebelum Henri berangkat
dia akan mendapati Ves terkapar di atas sofa dengan pakaian
amburadul. Henri bukannya tidak khawatir tentang apa saja
yang dilakukan istrinya malam-malam. Dia sudah pernah
bertanya dan Ves hanya melenguh. Henri punya lebih banyak
hal yang harus dipikirkan di rumah sakit. Pasien sekarat, asisten
tolol, dan peralatan yang penuh darah. Bukannya Istrinya tidak
penting, toh juga Henri bisa saja menelantarkan istrinya entah
dimana itu, mengunci pintu rumah dan membiarkannya jadi
milik jalanan.
“Tapi, ya aku mencintai mantan perawat itu, istriku”
Ceraikan saja aku. Kalimat itu masih terngiang di otak
Sep. Gin mudah saja mengatakannya ketika ia terpergok
gandengan dengan seorang laki-laki di mall, setelah bercumbu
di studio bioskop. Sep ketika membenahi atap lantai 3 sekilas
11
melihat sesosok perempuan dan berharap kalau itu bukan Gin.
Tapi temannya berteriak kepada Sep dan menyadarkan harapan
bodohnya. Iya, Sep kenal dengan laki-laki itu. Orang yang selalu
dibanding-bandingkan oleh Gin dengan dirinya. Walau Sep
menjalani kehidupan yang cukup baik, Gin tak pernah puas dan
selalu mengeluh, Sep tidak pernah ikut mengeluh.
“Yang ku tahu, aku mencintai Gin”
Cinta memang bunga, tapi mencium bunga setiap waktu
hanyalah sesuatu yang dilakukan orang bodoh. Apalagi tetap
menyimpannya walau sudah layu dan busuk.
12
GIGITAN IBU
13
TENTANG PENULIS
14