Anda di halaman 1dari 6

Puisi-Puisi Heru Enche

Lupa Bermimpi

Aku seringkali dipaksa mengalah oleh kemenangan, yang deras


seperti hujan di suatu sore tanpa secangkir kopi susu hangat.
Kekalahan dan kesalahan yang kekal memang tak masuk akal,
bagi tukang tukang ketik yang sering lupa mandi seperti aku.

Aku adalah mimpi-mimpi buta yang lewat pintu gerbang museum


pagi di musim habisnya ketabahan. Segala kata usang hampir
mati tertabrak kereta cepat. Aku tak bisa menghindar, karena
menghindar adalah kesalahan nomor tiga dan kekalahan nomor lima.

2017

Sibuk

Pulang dari rantau, aku tercenung melihat Ayah semakin gagah.


Dan ia pun terkejut melihatku semakin payah.
Aku merangkulnya, dan ia juga merangkulku
dengan kerinduan seperti sewindu tak bertemu.
Padahal aku baru merantau delapan tahun.

Ayah ingin buru-buru menelepon Ibuk


supaya dibuatkannya masakan kesukaanku.
Tapi setelah kubujuk dengan kata-kata sejuk, ia pun urung.
Ia tak ingin mengganggu Ibuk yang sadang sibuk memasak
untuk tetangga penghuni kubur.

Paginya, aku ziarah ke tempat Ibuk.


Berdua dengan ayah. Bertiga dengan lelah.
Kutelepon Ibuk yang kubayangkan sedang duduk.
Tapi yang membalas malah kuntilanak,
"Maaf nomor yang Anda hubungi sedang sibuk."
Mungkin Ibuk memang tak mau kujenguk.

Sebelum pergi, kukirim pesan untuk Ibuk,


"Kalau duduk yang khusyuk, ya, Buk!"
Ayah memelukku, dan mengangguk,
"Mungkin ibumu sedang menggoreng kerupuk."

2015

Di Matamu
: untuk adik kelas pacarnya kakak kelas 

"aku melihat ada pelangi di matamu," kata pacarmu 

sekali ini, percayalah padaku, di matamu tak ada pelangi, yang ada cuma batu kali

2015

Cinta yang Terjaga Sepanjang Malam

Aku selalu menunggu kedatanganmu.


Di setiap malam yang berujung pada "u":
malam Rabu, malam Sabtu, malam Minggu,
lalu malam Rindu dan malam Sendu.

"Kenapa begitu?" tanya bulan cemburu.


"Biar lucu!" aku menjawab lugu.

Sambil menunggu, aku juga menanti,


membaca buku puisinya Sapardi.
Ditemani sepotong roti dan secangkir kopi.
"Ah, kamu lama sekali!"

Setiap malam aku menanti,


tak jua kutemui kau sampai pagi
Setiap malam aku menunggu,
tak jua kudapati kau dalam pandangku.

Baru di malam yang keentah, aku menemukanmu


hidup terlunta-lunta dalam buku puisi baruku.

2015

Kepada Pacarku

Oh pacarku, kamu memang hobi merepotkanku


kamu selalu saja minta barang-barang baru:
baju baru, sepatu baru, pulsa baru, rambut baru.

Apa kamu tidak tahu,


aku baru saja dipecat dari pengamen?
sekarang aku hanyalah seorang pria cemen
yang tak lagi punya banyak duit, cuma goceng
uang dalam dompetku yang gepeng.

Iya pacarku, aku sudah berusaha


melamar menjadi pengemis,
tapi kata mereka aku terlalu ganteng
(bukankah itu yang membuatmu amat mencintaiku, pacarku?)

Aku juga telah melamar sebagai preman,


tapi kata mereka aku terlalu kurus
(aku memang jarang makan, pacarku, karena melihat pipi bakpaumu saja aku sudah kenyang.)

Sebenarnya aku ingin pula melamarmu menjadi istriku


tapi kamu kan tahu, uangku cuma cukup untuk beli tahu.

2015

Suatu Malam

suatu malam, kekasihku datang tanpa pakaian. telanjang.


rambutnya hitam legam, mengarah ke depan,
bergelombang seperti ombak lautan.
di tubuhnya banyak tato belalang dan kumbang.
di tangan kanan, ia membawa pedang.
di tangan kiri, ia membawa kembang.

mungkin aku terlalu senang,


melihat tubuh seksinya telanjang.
sampai aku tak sadar, ia tetiba saja menerjang,
menyabetku dengan pedang, sampai nyawaku melayang.
ia lantas menguburku di halaman belakang
dan menaburi kuburanku dengan kembang.

Renda Rindu

Pagi seolah enggan mampir ke rumah kontrakanku


yang semakin sempit, oleh rindu.
Justru malamlah yang semakin panjang.
Suara jangkrik, laron, semut, dan lain
sebangsanya pun semakin jelas terdengar.

Bahkan bahasanya semakin bisa aku mengerti,


seperti mengertinya Angling Dharma dalam cerita kuno

Aku mendengar dan mengerti, mereka membicarakan aku;


seorang pemuda (yang tak lagi tampak muda)
yang selalu melamun memikirkan nasibnya.
Kiranya, rindu yang menguasai dirinya semakin tambah tinggi dan tumbuh subur saja.

2015

Heru Enche lahir di Bojonegoro 26 Februari 1996. Beberapa puisinya termuat dalam beberapa
buku antologi bersama. Saat ini masih belajar di Pondok Imers, Bantul, Yogyakarta.

Nama: Heru Enche (Heru Nur Cahyono)


Alamat : Ds. Kunci RT 05 RW 01 Kec. Dander Kab. Bojonegoro, 62171
No. Rekening : BCA KCP Bojonegoro 8640276241 a/n Heru Nur Cahyono
Akun Facebook: Heru Enche
Akun Instagram: @heru.nc

Anda mungkin juga menyukai