Anda di halaman 1dari 5

PENGHUNI LAIN PERPUSTAKAAN

Cerpen Karangan : Aditya Catur Prasetia Aji


Lolos Moderasi Pada : 16 Mei 2019

Awalnya aku tidak percaya bahwa perpustakaan itu berhantu, gedungnya

baru, pengunjungnya pun banyak. Letak gedung itu memang berada dipaling

ujung, disebelah kirinya ada taman dengan pohon-pohon besar yang rindang.

Siang hari disela jam sekolah, bangku-bangku dibawah pohon itu adalah tempat

favorit berkumpulnya siswa, selain kekantin tentunya. Suasana perpustakaan yang

selalu ramai membuatku berspekulasi bahwa cerita-cerita horror tentang

perpustakaan ini hanya isapan jempol belaka. Memang banyak cerita yang

tersimpan diperpustakaan ini. Cerita-cerita itu seakan tak pernah habis selalu

menjadi bahan obrolan siswa bahkan guru-guru setiap jam istirahat.

Pagi ini, hujan turun agak deras. Petir yang datang bersahutan membuatku

berpikir akan sedikit siswa yang datang. Buatku, lebih baik kalau siswa datang

agar perpustakaan tetap ramai seperti biasanya. Rumahku jauh, untuk sampai

kesini aku memutuskan menerobos hujan dengan motor. Kalau perpustakaan tidak

ada pengunjung. Sia-sia perjuanganku menerobos hujan. Jam dinding diruang

kerjaku menunjukan pukul 08:40, lima menit lagi bel istirahat pertama berbunyi.

Hujan belum juga reda meski petir sudah jarang terdengar. Tirai dari gerimis

hujan masih rapat terlihat, aku berjalan menuju rak untuk memeriksa buku-buku

seperti biasa.

Saat kumenata buku-buku yang berantakan, aku merasakan tengkukku

seperti ditiup angin dingin. Semakin lama semakin keras tiupannya kurasakan. Aku

masih tidak memperdulikan dan menganggap hal itu terjadi karena efek cuaca

yang dingin. Aku mulai menyiapkan buku pengunjung untuk siswa karena biasanya

mereka akan datang saat jam istirahat pertama. Mataku beralih kesebelah kanan

karena rasanya ada yang berdiri disebelah sana sejak beberapa menit yang lalu.
Ketika aku menengadah, tampaklah sosok Bella anak kelas IX E yang biasanya

datang dengan teman-temannya berdiri sendirian didepan perpustakaan. Bajunya

basah kuyup rambutnya yang diikat dengan pita hitam terlihat mirip sapu ijuk

basah. “Tumben sendirian udah jam istirahat ya”, sapaku ramah seperti biasa.

Kepalanya hanya tertunduk tidak menjawab pertanyaanku sambil berjalan masuk

kedalam perpustakaan. Bella duduk dibangku paling ujung perpustakaan dekat rak

buku paling pojok dengan kepala tetap tertunduk. Aku membuka mulut siap

menegur, tetapi kubatalkan niat itu. “Ah biar saja mungkin dia sedang ada

masalah” pikirku dalam hati.

Aku kembali melanjutkan pekerjaanku diruang kerja, setelah beberapa menit

berlalu aku melihat kearah belakang perpustakaan tempat dimana bella duduk. Ia

masih ada disana dengan kepala yang terus menunduk. Karena mulai khawatir

aku berjalan mendekatinya untuk mencoba mengajaknya bicara. “Kamu baik-baik

saja bella?”. Bella cuma menggeleng, lalu berlari keluar dari perpustakaan. Sewaktu

menggeleng aku sempat melihat, telinga sampai pipi kirinya berdarah. Refleks, aku

berdiri karena kaget melihat penampilannya. Kenapa anak itu?

“Bella… tunggu…” aku mencoba mengejarnya, tetapi sesuatu menahanku. Aku

terpaku dengan kertas yang terjatuh diatas meja tempatnya duduk tadi. Kertas

itu berisi tulisan tangan yang saat buruk dan jauh dari rapi. Seperti ada tulisan

yang ingin disampaikan namun aku tidak dapat membacanya dengan jelas. Aku

terburu-buru berjalan keluar ruangan mencari kemana anak itu tadi pergi,

mencari sekeliling namun tidak ada orang sama sekali. Mungkin sudah masuk

kedalam kelas pikirku dalam hati. Bel istirahat pertama memecahkan lamunanku

pada kejadian barusan, anak-anak mulai berhamburan keluar tidak lama

kemudian beberapa anak mengunjungi perpustakaan seperti biasanya.


Tiba-tiba saja Randi ketua kelas IX E menghampiriku dengan tergopoh-

gopoh wajahnya terlihat panik “pak udah dapat kabar belum, ada siswa yang

meninggal kasihan… ketabrak mobil waktu naik motor menuju kesini. Meninggal

dalam perjalanan kerumah sakit. “Hah siapa, murid kelas berapa?” “bella pak

anak kelas IX E yang sering kesini” jawab randi. Aku terperanjat mendengar

jawaban itu. “Bella?, Tidak mungkin tadi dia baru saja dari sini” aku mengira

Randi keliru saking paniknya. Namun ia malah memandangiku dengan heran.

“Sudah kesini?” tanyanya mengulangi ucapanku. Aku cuma mengangguk, aku

yakin dengan penglihatanku dan aku hafal siapa saja pengunjung perpustakaan

yang sering kemari, baik kelas ini maupun kelas lain.

Untuk memastikannya sendiri aku segera menuju ke ruang guru. Disana

sepertinya semua orang sedang membicarakan murid yang tertabrak itu.

Melihatku di pintu, mereka serentak berhenti, lalu memandangku dengan tatapan

sejuta pertanyaan. Tatapan itu berganti dengan cerita, seseorang yang mengaku

saudara dari bella menelepon untuk mengabarkan bahwa bella meninggal dalam

sebuah kecelakaan pukul 08:30. Kepalanya retak dan badannya tertindih motor

yang dikendarainya.

Cerita berikutnya, tidak kudengar lagi. Yang terbayang hanya bella yang

basah kuyup duduk dipojok ruang perpustakaan dan terus menunduk beberapa

menit yang lalu. Aku berpikir apa yang bisa dijadikan bukti bahwa bella ada di

perpustakaan saat kejadian itu

Kertas itu…

Ya, kertas yang ia tinggalkan diatas meja perpustakaan. Kertas itu bisa

membuktikan bahwa aku tidak berkhayal. Aku segera berlari kembali ke

perpustakaan berharap kertas itu masih ada. Betapa lega rasanya melihat kertas

itu ternyata masih tergeletak diatas meja tempat bella duduk tadi. Aku

konsentrasi dan mulai membaca tulisan bella yang acak-acakan.


Bella menuliskan kronologis kejadian yang menimpanya, mulai saat keluar

rumah motornya sulit di starter dan hujan masih terus mengguyur. Ia berpikir

untuk bolos, tapi entah kenapa rasanya ingin masuk sekolah saja. Sepanjang jalan,

pikirannya bercabang antara bolos atau tetap masuk sekolah. Tiba-tiba ditikungan

yang licin sebelum jembatan muncul mobil Jeep dengan kecepatan tinggi. Lampu

mobil itu tidak menyala sehingga ia tidak melihat tanda-tanda kedatangannya.

Bella terkejut dan membanting setang motornya ke kiri untuk menghindari

tabrakan. Tapi terlambat, ban depan motornya mengenai bemper Jeep. Bella

terjatuh ke jalan, kepalanya membentur keras aspal. Seluruh badannya terasa

lumpuh dengan motor menimpa badannya.

Tulisan selanjutnya membuatku ngeri membacanya. Bella menceritakan

dengan rinci rasa sakit yang dideritanya saat tubuhnya diangkat dari aspal

jalanan. Termasuk saat meregang nyawa di dalam ambulans yang terlambat

datang. Tulisan itu berakhir dengan tinta yang luntur terkena air seperti terlihat

rangkaian angka dan huruf plat nomor mobil. Sepertinya ini plat nomor mobil

yang menabraknya. Mungkin ini yang bella inginkan dariku, memberi tahu polisi,

siapa yang telah menabraknya.

Sepanjang membaca tulisan itu, aku merasa Bella berdiri disebelahku. Aku

bahkan bisa merasakan bajunya yang lembap menyentuh lenganku. Air yang

menetes dari bajunya yang basah itu membasahi lantai perpustakaan. Aku tahu..

tapi terlalu takut untuk menoleh. Setengah linglung, aku berdiri dan berjalan

menjauh darinya. Aku pura-pura tidak menyadari kehadiran bella karena terlalu

takut. Aku sedikit merasa lega setelah menyerahkan kertas itu kepada guru-guru

lain dan memberi tahu mereka untuk menelepon polisi. Sebelum akhirnya aku

jatuh ke lantai dan terduduk lemas. Aku sempat melihat dari sudut mataku dan

bella sudah tidak ada.


Akhirnya aku disarankan untuk pulang lebih awal, beberapa guru

menawarkan untuk mengantar pulang, tapi aku memutuskan untuk pulang

sendiri. Aku mengamati sekali lagi ruang perpustakaan itu. Aku harus bisa

mengingat semuanya, siapa tahu polisi nantinya akan menanyaiku juga. Saat akan

mengunci pintu ruang perpustakaan, aku melihat sosok perempuan dengan gaun

putih panjang berdiri disudut ruang perpustakaan. Jantungku berdetak kencang,

apa lagi ini?

Tiba-tiba badannya bergerak menghadap kearahku, aku bisa melihat jelas

wajahnya. Itu Bella, bajunya bersih, kering. Rambutnya yang sebahu lebih sedikit,

terkena angin menutupi sebagian wajahnya. Namun aku tetap dapat melihat

senyuman dibibirnya. Apakah itu artinya aku sudah terbebas dari gangguannya?

Anda mungkin juga menyukai