Oleh :
NUR HIKMAH
NISN 0042736113
Aku sangat tidak suka membaca buku diwaktu luang karena menurutku itu
sangat bosan dan menyia-yiakan waktu bermainku apalagi buku yang sangat tebal
membuatku pusing hanya dengan melihat tulisan-tulisan tak bergambar, jadi sangat
tidak mungkin tertarik yang namanya “Buku”. Apa karena pergaulan dengan teman
lamaku yang hanya menghabiskan waktu dengan berbelanja barang-barang ya?
Entahlah, tapi tenang saja itu hanya pikiran sebelum mengenal buku novel.
Sekarang aku sangat menyukai baca buku apalagi buku novel.
Setelah menyukai novel, saat aku memiliki waktu senggang aku akan
mencari novel-novel rekomendasi dari beberapa teman dan dari internet. Aku
bahkan sempat berpikir mengapa dulu aku sangat membenci membaca buku. Tapi
sekarang aku adalah seorang penulis. Mungkin karena beberapa alasan juga aku
harus menjadi penulis agar diakui oleh seseorang. Hehehe lucu bukan, orang yang
dulunya sangat tidak menyukai membaca ataupun belajar sekarang menjadi penulis
cerita-cerita terkenal. Kalian mau tahu bagaimana aku bisa tertarik membaca buku?
Baca sampai habis ya.
Kembali ke awal tahun ajaran baru, memasuki semester baru waktu itu aku
berada di kelas dua SMP, karena aku bisa terbilang orang yang pemalu, sehingga
sulit untuk bersosialisasi dengan teman sekelasku yang baru. Hari pertama aku
masuk dikelas dua aku hanya duduk diam dan melamun karena sekolah kami tidak
mengizinkan para murid membawa handphone kesekolah. Suasana kelasku saat itu
seperti suasana kelas pada umumnya ribut dan teman sekelasku saling berbincang
satu sama lain dikarenakan hari itu hari pertama masuk sekolah setelah libur
panjang seluruh kelas tidak ada belajar atau biasa dikatakan jam kosong makanya
suasana kelas sangat ribut.
Waktu jam istirahat pun aku akan menghabiskan waktu sendirian dikelas
atau aku akan pergi kekantin bersama teman sekelasku sebelumnya atau kalau aku
merasa bosan aku akan mengunjungi beberapa kelas yang ada teman-teman lamaku
di kelas satu. Dan aku melakukan itu selama beberapa hari. Aku selalu berpikir
kalau saja ada teman kelas satuku sekelas denganku aku pasti merasa senang dan
tidak akan bosan lagi.
Suatu hari ada siswi yang duduk didepan menegurku “Hai. Kenalin namaku
Debi dulu dari kelas 1-3” sapanya dengan beberapa pertanyaan lainnya aku pun
menyapa kembali dan menjawab beberapa pertanyaannya. Saat jam istirahat dia
pun mengajakku kekantin bersama dan aku mengiyakannya.
Mulai saat itu pun kami mulai berteman. Kami selalu bersama entah itu
diluar kelas maupun didalam kelas. Kadang Debi juga mengajak aku mengunjungi
rumahnya sepulang sekolah. Setiap kami kekantin maupun tidak ada jam pelajaran
aku selalu memperhatikan Debi bahwa dia selalu memegang buku kemanapun
kami pergi ketika aku perhatikan lagi ternyata saat mengunjungi rumah Debi aku
melihat sangat banyak sekali buku yang bukan buku pelajaran sekolah. Aku pun
pernah bertanya buku apa saja itu dan Debi mengatakan itu adalah buku novel.
Karena aku penasaran dengan apa yang dibacanya akupun meminjam buku
itu untuk beberapa hari, aku pun mulai membaca awalnya halaman depan buku aku
merasa bosan bahkan sempat memutuskan untuk tidak membaca lagi tapi meski
begitu aku tetap melanjutkan. Setelah beberapa hari aku mengembalikan buku
tersebut dan aku mengatakan kepada Debi bahwa buku novel tersebut sangat bagus
jadi aku meminjam buku Debi lagi yang lain. Debi pun tersenyum, dan mungkin
setiap hari kami akan selalu membicarakan soal novel.
Setelah meminjam buku Debi yang hanya bermodal penasaran karena selalu
dibawanya kapanpun sekarang aku menjadi sangat menyukai novel, bahkan
memiliki pikiran untuk menjadi penulis cerita. Tak hanya novel yang pertama kali
kupinjam sekarang mungkin lebih banyak lagi novel yang aku suka lainnya. Aku
hampir membaca seluruh buku novel Debi yang ada dirumahnya. Kadang sepulang
sekolah kami berdua akan pergi keperpustakaan meminjam buku dan ke Gramedia
untuk membeli buku.
Walaupun aku bukan pintar dan rajin belajar aku selalu ditekan oleh
keluargaku untuk belajar loh, setiap hari ibu akan mengecek apa yang telah
kupelajari disekolah. Ibu sangat menekankan untuk menjadi orang yang pintar tapi
aku tidak bisa menjadi yang ibu inginkan, kalau aku mengatakan kalau aku
menghabiskan waktu dengan membaca buku yang bukan pelajaran sekolah ibu
pasti akan sangat marah besar. Jadi aku hanya diam kalau ibu bertanya apa saja
yang aku lakukan dikamar. Aku selalu membaca novel secara diam-diam kalau
dirumah, aku sangat takut jika ketahuan ibu, bahkan aku sering meminta izin keluar
rumah dengan alasan kerja kelompok tapi aku akan pergi kerumah Debi dan pergi
berbelanja buku novel dengan Debi.
Setelah menyukai buku novel sejak hari itu aku selalu mencari novel-novel
yang bagus dan meminta beberapa rekomendasi dari orang terdekat, setiap hari aku
akan membahas tentang novel dan novel saja kepada siapapun. Selalu pergi ke
perpustakaan dan Gramedia melihat-lihat novel. Mungkin saat itu aku sangat
menyukai novel untuk pertama kalinya. Aku sampai menambung uang dari yang
jajan sekolahku untuk membeli sebuah novel.
Aku ingin menjadi seorang penulis cerita paling berbakat di negeri ini. Tapi
aku tidak tahu apakah aku berbakat dalam bidang menulis cerita jadi aku tidak telalu
memprioritaskan, tapi suatu hari aku harus melakukan malakukan dan mengejar
mimipi-mimpi itu.
Berbulan-bulan pun berlalu. Aku baru pulang dari sekolah dan langsung
masuk kamar, kini kamarku sudah dipenuhi buku-buku novel, aku selalu pergi
membeli novel dengan Debi setidaknya satu kali seminggu. Ibu masih tidak tahu
kalau aku selalu membaca novel. Walaupun kadang-kadang ibu melihatku
membaca, ibu hanya berpikir aku sedang membaca buku pelajaran sekolah.
Akhir-akhir ini aku selalu keluar dengan Debi untuk melihat novel-novel
keluaran terbaru kami mengelilingi setiap toko yang menjual novel dan buku,
sampai ibu mengatakan aku terlalu sering pergi keluar rumah entah apa saja yang
kulakukan diluar, tapi aku berbohong aku mengatakan aku hanya main dirumah
Debi.
Lalu, suatu hari aku pulang dari sekolah, aku terkejut melihat ibu
menungguku diruang tamu dengan wajah marah. “Kamu selama ini keluar rumah
terus ngapain saja, kamu bilang kerumah teman tapi kenapa banyak sekali buku-
buku yang tidak berguna didalam kamarmu!” Tanya ibu. Aku terkejut dan takut.
Dalam pikiran aku “apakah ibu sudah mengetahui tentang novel-novel ku?” dengan
rasa gugup aku mengatakan kalau aku belajar kelompok. Tapi ibu tahu kalau aku
berbohong, ibu masuk kekamarku dan membawa buku-buku novelku kebelakang
rumah. Ibu bilang buku-buku ini tidak berguna bagi masa depanku, lalu mebuang
novel-novelku ketempat sampah. Aku pun menangis dan memohon kepada ibu agar
novel-novel ku tidak dibuang.
Padahal ibu ngak tahu kalau buku-buku itu sangat berguna bagiku, ibu
nggak tahu kalau aku sangat menyukai membaca novel, ibu ngak tahu kalau aku
penyediri dan novel-novel itu aku baca agar tidak merasa kesepian. Ibu selalu
mengatur-ngatur dan selalu melakukan apa yang tidak aku inginkan. Anisa
menangis dengan sejadi-jadinya, dia mendengar suara ketukan pintu yang kuat dari
luar. Itu adalah ibu “Anisa keluar! Buat apa kamu nangis nangis begini cuma karena
buku-buku itu.” Aku pun membuka pintu lalu mengatakan nya pada ibu kalau
novel-novel tersebut yang membuat aku tidak kesepian lagi karena harus mengikuti
semua yang ibu ingin aku lakukan, ibu terdiam aku langsung menutup pintu. Saat
rumah sudah sepi aku diam-diam mengambil novel-novel ku yang sudah dibuang
tadi siang.
Pulang dari sekolah aku tidak langsung pulang melainkan kerumah Debi,
aku bercerita tentang apa yang kemarin terjadi dirumah. Dan Debi pun
menghiburku. kami berdua sibuk mencari cara agar aku bisa membaca novel tanpa
harus dimarahi ibu. Debi menemukan sebuah ide yang sangat bagus
Debi dan aku mulai mencari perlombaan perlombaan menulis cerita. Yah,
ide Debi adalah dengan mengikuti perlombaan tentang menulis cerita mungkin
suatu saat ibu tidak akan memarahiku lagi. Kami mencari perlombaan mulai dari
tingkat sekolah, meskipun aku tahu kalau aku tidak berbakat dalam bidang ini. Tapi
mungkin saja aku bisa menang. Aku mulai menulis cerita yang ingin aku sampai
dalam pelombaan tersebut. Setelah selesai mengerjakannya aku mengirim hasil
kerjakaan keperlombaan tersebut.
Aku memberitahu ibu kalau aku menang dalam perlombaan tersebut, pada
akhirnya ibu tidak lagi memarahi hanya karena membaca cerita-cerita dari novel
inspirasi. Dan aku memutuskan untuk menjadi penulis terkenal ternama. Dan
akupun menjadi terkenal karena cerita-cerita yang aku buat, ibu sekarang bahkan
mendukungku.