Anda di halaman 1dari 2

Sebuah Kisah Di Perpustakaan Sekolah

Karya : Syarifatul Ummah

Ini adalah cerita besar ku yang berawal dari pertemuan sederhana di perpustakaan sekolah. Dari
pengalaman inilah, aku menyematkan perpustakaan sebagai salah satu tempat yang paling bersejarah
dalam hidupku.Tempat berharga di masa lalu, sekarang, dan bahkan di masa depan. Inilah cerita tentang
aku, dia, dan perpustakaan.

Sudah sejak kecil aku selalu mengasingkan diri dari pergaulan, aku lebih memilih menyendiri dan
menghabiskan waktu dengan pemikiranku sendiri berkutik dengan otakku, membaca buku dan bermain
game online ketimbang bercengkerama dan bergaul dengan teman sebaya. Kebiasaan ini terus aku
bawa hingga duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Hal tersebut juga membuat aku dijauhi
oleh teman-teman karena dianggap sombong. Begitulah pandangan bagi mereka yang tidak mengenalku
secara mendalam. Namun bagi sahabat-sahabat terdekatku, mereka sudah memahami sifat penyendiri
yang aku miliki ini. Aku yang dari dulu jarang bermain dengan teman-teman, memilih menyendiri di
perpustakaan sekolah. Bagiku, perpustakaan seperti rumah sendiri. Perlu diketahui bahwa perpustakaan
adalah tempat favoritku sejak aku SD hingga saat ini aku sudah menikah, ya menikah dengan Ahnaf
lelaki yang ku kagumi sejak SMA, dimana tempat pertama kali kita bertemu adalah perpustakaan
sekolah. Aku dan Ahnaf, secara tak sengaja sering bertemu di perpustakaan sekolah, mungkin karena
kami sama-sama hobi membaca buku. Pertemuan inilah yang membuat aku kagum dengannya, namun
saat itu aku tak berani menyapanya. Sebab gengsi bagiku seorang wanita yang menegur pertama, serta
Ahnaf yang terlihat seperti laki laki yang dingin dan sombong. Ya, mungkin sama sepertiku, terlihat
sombong di mata mereka yang tidak mengenal terlalu dalam.

Seiring berjalannya waktu, rasa kagum ku semakin besar, disaat itu aku benar benar ingin menjadi dekat
dengannya dan pada akhirnya aku mulai memberanikan diri untuk berkenalan dengan Ahnaf. Strategi
yang aku gunakan untuk mendekatinya adalah membaca buku-buku yang sering dia baca, pastinya aku
sering memperhatikan dia saat membaca di Perpustakaan. Aku mencoba untuk masuk ke dunia yang
diciptakan oleh Ahnaf melalui buku-buku yang dibacanya. Minimal, aku mengetahui hal-hal menarik di
buku itu untuk bahan obrolan. Untungnya, Ahnaf berada satu jurusan denganku IPS, Ahnaf suka sekali
membaca buku tentang Geografi dan juga Sejarah, sehingga aku tidak terlalu sulit untuk memahami isi
di dalam buku yang sering dia baca, itu sudah menjadi makanan sehari hari ku.

Setelah membaca beberapa buku tentang Geografi dan Sejarah, aku pun mulai memberanikan diri untuk
duduk di samping Ahnaf yang sedang membaca. Jujur saja, saat itu aku sangat gugup dan takut. Akan
tetapi karena rasa kagumku ini sangat besar dan merasa sudah memiliki bahan yang cukup untuk
mengobrol, aku memberanikan diri untuk memulai pembicaraan. Awalnya aku berpura-pura tidak
mengerti dan menanyakan beberapa hal tentang Sejarah, seperti sejarah mengapa Jepang kalah dengan
sekutu, dan perjanjian Soekarno dengan John F. Kennedy yang dirahasiakan. Ternyata sifat Ahnaf tidak
se dingin yang aku kira, malah asik dan pedulian, jauh dari dugaanku yang mengira dia adalah lelaki yang
dingin dan sombong. Awal pertama kali aku bertanya dan duduk sebelah dengannya memang terlihat
kaku, mungkin karena dia kaget dan tidak pernah dekat dengan wanita sebelumnya.

Semakin hari, aku dan Ahnaf semakin dekat. Pembicaraan yang kami lakukan bukan lagi tentang Sejarah
atau Geografi, melainkan jati diri masing-masing. Dan setelah itu aku pun semakin bersemangat datang
ke perpustakaan sekolah. Singkat waktu Ahnaf mengajak ku berkencan, dimana ternyata selama ini dia
juga menaruh rasa padaku, sungguh hal yang paling menyenangkan bagiku saat mengetahui hal itu. Aku
sama sekali tidak menyangka. Dari pertemuan sederhana di perpustakaan inilah, aku mengenal Ahnaf,
sosok lelaki yang sefrekuensi denganku, dan menjadi satu satunya bagiku.

Anda mungkin juga menyukai