Anda di halaman 1dari 9

 

Saya mengambil sekaleng soda pop dari lemari pendingin, kemudian langsung membukanya.
Ternyata isinya malah membeku! Bagaimana bisa begitu? Soda itu tidak beku sewaktu masih di
dalam lemari pendingin, tetapi justru tiba-tiba membeku saat sudah dikeluarkan. Setiap zat cair akan
membeku pada temperatur tertentu, yang disebut titik beku. Untuk air murni temperatur ini adalah
0oC. Kalau airnya sudah dicampur dengan bahan lain, misalnya gula, penyedap rasa, dan gas karbon
dioksida seperti pada soda pop, maka larutannya tidak membeku walaupun sudah didinginkan sampai
di bawah 0oC. Adanya kandungan zat terlarut menyebabkan turunnya titik beku larutan. Inilah
sebabnya soda pop yang kita simpan di lemari pendingin tetap berada dalam keadaan cair. Tetapi
ketika kita mengambilnya dan langsung membuka kalengnya, gas karbon dioksida yang terlarut
langsung berlomba-lomba untuk keluar dari larutan menuju udara bebas. Kejadiannya mirip saat kita
sedang berada dalam sebuah ruangan yang penuh sesak, kemudian pintu ruangan itu tiba-tiba dibuka.
Semua yang di dalamnya langsung berlomba-lomba untuk keluar dan membebaskan diri dari
kesesakan itu. Gas karbon dioksida ini juga begitu! Dan karena gas karbon dioksida itu hilang dari
larutan, kandungan zat terlarutnya jadi berkurang sehingga titik bekunya naik melebihi temperatur
larutan yang baru dikeluarkan dari lemari pendingin itu. Akibatnya, soda pop membeku!

     Penjelasan ilmiah tentang kejadian sehari-hari ini bukan saya dapatkan dari buku-buku pelajaran di
sekolah. Justru saya membaca penjelasan yang sederhana dan mudah dimengerti ini dari buku bacaan
yang ‘agak’ ringan. Penulisnya adalah seorang peneliti kimia nuklir yang juga merupakan gurubesar
emeritus dalam ilmu kimia di University of Pittsburgh. Ada begitu banyak yang bisa saya dapatkan
saat saya membaca sebuah buku. Buku ini saya baca hanya karena saya memang hobi membaca,
bukan karena saya diwajibkan untuk membacanya. Saya senang membaca karena saya menikmati
bacaan itu. Kebiasaan membaca ini sudah tertanam sejak kecil. Mungkin ini akibat pengaruh kakak-
kakak saya yang juga gemar membaca. Yang pasti mereka sudah menularkan kegemaran membaca
sejak saya baru mulai belajar membaca.

     Buku-buku yang saya baca saat itu tentu saja sesuai dengan usia saya. Saya tidak membaca buku-
buku pelajaran yang belum saya mengerti, atau buku-buku mengenai permasalahan dunia yang
kompleks. Saya mengawali minat baca saya dengan buku-buku dongeng. Anak kecil biasanya senang
sekali dengan dongeng. Saya juga begitu! Saya mempunyai banyak buku-buku dongeng, mulai dari
yang paling tipis, sampai yang paling tebal karena berisi kumpulan dongeng sedunia. Buku-buku
dongeng yang berasal dari cerita rakyat Indonesia dan dongeng-dongeng dari negeri barat tersebut
saya lahap setiap hari. Kadang-kadang lembaran buku-buku itu terlepas karena seringnya saya bolak-
balik karena saya seperti tidak pernah puas membacanya. Ternyata dongeng-dongeng itu membantu
membentuk karakter saya yang sedang dalam masa pertumbuhan. Ada banyak nilai moral yang
tertanam dalam cerita-cerita yang indah.

     Kegemaran membaca buku dongeng ternyata mendorong saya untuk membaca berbagai buku lain.
Sewaktu saya masuk Sekolah Dasar, saya masih terus menggemari kegiatan membaca buku. Saya
lebih senang membaca buku daripada bermain game seperti anak-anak lain. Wah, si kutu buku!
Mungkin benar juga kalau saya disebut kutu buku. Tetapi mungkin ini hanya karena anak-anak lain
belum menemukan keasyikan seperti yang saya temukan dalam membaca buku. Di Sekolah Dasar
saya mulai beralih dari buku-buku dongeng ke buku-buku kisah petualangan anak-anak yang sangat
populer saat itu, mulai dari Lima Sekawan, Sapta Siaga, Trio Detektif, Petualangan Tin Tin,
Petualangan Winnetou dari suku Apache dan bermacam buku tentang detektif cilik yang
menyuguhkan cerita-cerita seru. Setiap kali saya membaca buku-buku itu saya ikut-ikutan merasakan
ketegangan tokoh-tokohnya yang mengalami berbagai kejadian seru. Belum lagi cerita-cerita tentang
perjalanan mereka ke berbagai tempat, yang biasanya digambarkan dengan sangat jelas dan menarik.
Pikiran saya langsung tenggelam dalam cerita itu sehingga saya bisa lupa dengan keadaan sekeliling.
Kalau saya sudah mulai membaca, saya biasanya tidak mau meletakkan bukunya sampai saya selesai
membacanya. Ternyata lama kelamaan kecepatan membaca saya semakin meningkat. Tanpa disadari,
saya bisa menghabiskan satu buku dengan ratusan halaman hanya dalam waktu satu sampai dua jam!
Ternyata ketertarikan saya untuk mengetahui ceritanya telah mendorong saya untuk terus
membacanya dengan semangat. Ada satu hal lagi yang saya dapatkan dari kebiasaan saya membaca:
tingkat imajinasi saya semakin tinggi! Saya bisa membayangkan semua kejadian yang tertulis dalam
buku-buku tersebut sehingga saya merasa ikut serta dalam petualangan yang seru! Saya merasa
seakan-akan kejadian dalam buku-buku itu merupakan pengalaman saya sendiri. Saya bisa
membayangkan semuanya dengan jelas walaupun tidak ada gambar atau ilustrasinya sama sekali!
Saya seperti sedang ‘menonton’ film petualangan anak-anak setiap kali saya sedang membaca buku-
buku detektif itu. Begitu asyiknya!

     Kegemaran membaca ini terus saja saya bawa ke mana-mana. Bahkan di sekolah, saya pun jadi
gemar membaca buku-buku pelajaran. Saya senang sekali membaca buku pelajaran sejarah karena
ada banyak cerita-cerita seru yang bisa saya bayangkan dalam pikiran saya. Cerita-cerita tentang
kerajaan Majapahit dan Singosari, juga sejarah Roma dan Yunani sangat saya sukai. Ternyata
kegemaran membaca buku-buku cerita anak-anak dan buku-buku dongeng telah membantu saya
dalam mengingat pelajaran di sekolah! Untung saja saya sudah terbiasa membaca dan membayangkan
sendiri semua cerita dalam buku-buku itu sehingga saat saya membaca buku pelajaran pun saya tidak
lagi kesulitan.

     Sewaktu saya masuk Sekolah Menengah Pertama, saya mendapatkan mata pelajaran baru yang
langsung menarik minat saya. Fisika! Saya tidak mendapatkan pelajaran Fisika sewaktu masih SD,
hanya IPA. Segala hal yang baru pasti langsung menarik perhatian saya. Saat masih libur sekolah pun
saya sudah begitu tertarik melihat buku ‘baru’ ini sehingga masa liburan sebelum mulai masuk SMP
itu saya habiskan untuk membaca buku Fisika SMP. Ternyata Fisika menyimpan banyak hal menarik
dan seru tentang alam. Walaupun pelajaran di sekolah sedikit membosankan namun saya tetap merasa
asyik dengan membaca buku Fisika itu karena buku itu menjelaskan banyak hal yang tidak saya
ketahui sebelumnya. Ternyata Fisika punya banyak cerita! Saya tenggelam lagi dalam dunia
‘dongeng’ ilmiah ini. Fisika yang banyak mengungkap misteri alam telah berhasil membuat saya
keasyikan.

     Saat masuk Sekolah Menengah Atas, saya mendapatkan guru fisika yang menarik. Bapak
Handoyo berusaha agar tiap siswa mengerti fisika melalui hal-hal yang lucu. Untuk menjelaskan
percepatan, Pak Handoyo meminta salah satu murid maju ke depan lalu diminta berjalan. Setelah itu
Pak Handoyo mendorong siswa hingga hampir terpelanting dan berkata “inilah contoh gerak di
percepat”. Dengan cara penyampaian yang menarik ini saya semakin menyukai fisika. Untuk
menambah pengetahuan fisika, saya pergi ke tukang-tukang loak di Pasar senen. Saya mencari buku-
buku fisika karya ilmuwan Belanda yang sudah diterjemahkan seperti Bowman dan Pekelharing, saya
juga mencari buku-buku matematika kuno karangan C.J. Alders. Dari buku-buku ini dan dari
kebiasaan mengerjakan banyak soal-soal fisika dari berbagai kumpulan soal fisika, saya semakin
mendalami dan menguasai fisika serta semakin menyenanginya. Fisika itu seperti tarian, latihan awal
agak sulit, tetapi lama kelamaan tambah asyik, tambah mudah, tambah indah dan tambah
menyenangkan. Teman-teman menyangka saya sangat berbakat dan jenius dalam bidang fisika
padahal menurut saya itu semua karena saya mendapat kesempatan untuk membaca banyak buku dan
mengerjakan banyak soal fisika.

     Kecintaan terhadap fisika ditambah kemudahan memasuki perguruan tinggi melalui program
khusus menghantar saya memilih jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia. Ternyata kebiasaan mengerjakan soal-soal fisika di SMA sangat menolong
saya belajar di perguruan tinggi. Selama masa mahasiswa ini, saya semakin sering cari buku loakan
atau pergi ke perpustakaan Idayu dekat Pasar Senen. Saya juga menjadi seksi literatur di kegiatan
mahasiswa. Di perpustakaan Idayu saya banyak membaca berbagai buku fisika dari buku mekanika,
relativitas, termodinamika hingga fisika modern. Biasanya kalau dapat pelajaran baru dari seorang
dosen, saya berusaha cari bukan hanya buku pegangan dosen tapi buku-buku pendamping lainnya.
Saya sering mendapatkan buku-buku pendamping yang baik di perpustakaan. Kadang buku-buku
pendamping itu buku kuno yang terbit tahun 1900-an. Misalnya buku A Treatise on The Analytical
Dynamics of Particles and Rigid Bodiesyang diterbitkan tahun 1904 banyak membantu saya
mengerjakan soal-soal fisika matematika yang sulit dari buku karangan Arfken ataupun membantu
saya dalam belajar mekanika klasik. Buku ini demikian bagus sehingga sudah cetak ulang dan kini
saya mempunyai edisi yang terbit tahun 1999. Ketika belajar biasanya saya membandingkan satu
buku dengan buku lain. Dengan membandingkan isi buku kadang lebih mudah menangkap makna
dari topik yang dibicarakan oleh Dosen. Banyak soal sulit yang tidak di bahas dalam satu buku,
ternyata dibahas detil dalam buku lain. Ini sangat membantu saya untuk mengenali dan
menyelesaikan berbagai jenis soal. Walaupun buku fisika tidak menyajikan ‘cerita’ seru untuk dibaca
dan dibayangkan, ternyata buku-buku fisika itu sanggup menarik perhatian saya. Dari buku-buku
fisika inilah saya menemukan bahwa begitu banyak fenomena alam yang dapat dijelaskan dengan
fisika. Dengan fisika ini juga saya belajar bagaimana melakukan manipulasi matematika, sehingga
secara otomatis kemampuan matematika saya bertambah. Memanipulasi matematika dalam fisika
menimbulkan keasyikan sendiri. Saya sangat tertarik mempelajarinya. Saya senang mengerjakan soal-
soal fisika, mulai dari yang paling sederhana sampai yang cukup rumit. Saya tidak mau berhenti kalau
masih ada soal yang belum berhasil saya selesaikan. Biasanya kalau saya mulai ‘mandeg’ dalam suatu
soal, saya akan membaca kembali penjelasan mengenai soal tersebut berulang kali sampai saya
menemukan dan memahami konsepnya sehingga saya bisa menyelesaikannya dengan mudah. Saya
memang tidak terbiasa langsung bertanya jika menemukan kesulitan. Justru saya lebih senang
menelusurinya sendiri dengan cara membaca buku-buku yang mungkin bisa memberikan jawaban.
Kalau saya tetap tidak menemukannya, saya akan cari buku-buku lain dan biasanya saya bisa
menemukan jawabannya. Tanpa disadari, kegemaran saya membaca sudah menambah lagi satu
kelebihan bagi diri saya. Karena saya lebih memilih membaca sendiri untuk mencari jawaban saya
bisa berpikir lebih kreatif dan aktif dalam mencari penyelesaian suatu persoalan. Kalau saja saya tidak
terbiasa untuk membaca sendiri, saya akan langsung mencari bantuan dari orang lain dan tidak
melatih kreatifitas saya.

     Selama masa-masa SMA dan mahasiswa, disamping buku fisika saya kecanduan buku-buku silat.
Buku-buku karangan Kho Ping Hoo mulai dari pendekar tanpa tanding Bu Kek Sian Su (saya masih
ingat sampai sekarang namanya), Istana Pulau Es, Pendekar Suling Mas hingga Jodoh Rajawali saya
santap habis. Juga buku-buku silat karangan Gan KL, Boe Beng Tjoe habis saya baca. Rasanya
hampir semua buku silat yang terbit saat itu sempat saya baca. Kadang tidak sabar menunggu buku
silat terbitan baru, saya sering ke pasar Jatinegara untuk menanyakan langsung ke tukang sewa buku
silat. Saking kecanduan buku silat, saya masih ingat ketika masa-masa ujian sekolah, sepulang ujian
saya ngebut belajar bahan ujian untuk hari berikutnya, setelah itu saya naik ke atap rumah (karena
takut di marahi orang tua) untuk membaca buku silat Memanah Burung Rajawali (Sia Tiaw Eng
Hiong) karangan Boe Beng Tjoe yang begitu terkenal dengan tokohnya yang bernama Kwee Tjeng
dan Oey Yong. Saya membaca disana berjam-jam menikmati buku-buku itu walaupun font hurufnya
kecil-kecil sekali. Buku ini sekarang dicetak ulang dan tetap jadi buku yang menarik untuk dibaca.
Pernah juga karena sedang kegandrungan dengan buku Pendekar Rajawali Sakti (Sin Tiaw Hiap Lu)
Yo Ko, malam-malam walaupun dengan lilin saya curi-curi baca buku ini hingga hampir pagi.
Memang buku-buku silat ini sangat menyita waktu, namun saya merasakan ada manfaatnya. Dari
buku-buku ini saya banyak belajar tentang kejujuran, menjaga kehormatan, menghormati orang yang
lebih tua dan jiwa kepahlawanan.

     Ketika masih mahasiswa tingkat III saya ditawari untuk menulis buku Fisika yang berisikan soal
jawab fisika. Kebiasaan mengerjakan begitu banyak soal fisika, sangat membantu saya dalam proses
penulisan buku ini. Saya menyelesaikan 4 buku fisika dalam waktu 1,5 tahun. Buku FISIKA yang
terbit tahun 1986 ini kemudian meledak dipasaran dan sangat disukai oleh para siswa SMA dan guru.
Hampir semua sekolah di Indonesia antara tahun 1987 sampai 1994 menggunakan buku ini. Royalti
penulisan buku ini (walaupun tidak besar) cukup untuk biaya menikah dan ongkos ke Amerika
Serikat untuk mengambil beasiswa S2/S3 yang ditawarkan College of William di Virginia.

     College of William and Mary merupakan universitas tertua kedua di Amerika Serikat setelah
Harvard University. Nama “college” biasanya merujuk pada perguruan tinggi yang hanya program S1
saja, tetapi karena ingin mempertahankan sejarah maka William and Mary tetap memakai kata
“college” bukan “university”, walaupun ia punya program S2/S3. College of William and Mary
terletak di kota kecil Williamsburg Virginia. Kotanya indah dan sangat bersejarah. Dikota ini terdapat
Colonial Williamsburg tempat bersejarah awalnya berdiri negara Amerika Serikat. Juga terdapat
beberapa tempat rekreasi seperti Busch Garden entertaintment park. College of William and Mary
mempunyai perpustakaan umum yang menurut saya berukuran sangat besar (4 lantai). Jurusan
fisikanya tidak terlalu besar, tiap tahun hanya menerima sekitar 10-12 mahasiswa S2/S3. Di jurusan
fisika ini terdapat perpustakaan fisika yang terbuka 24 jam untuk seluruh mahasiswa. Tiap mahasiswa
diberi kunci khusus untuk masuk ke perpustakaan ini setelah jam kantor. Saya sangat menikmati
perpustakaan ini, hampir setiap hari saya berada di perpustakaan dari pagi hingga sore (kecuali ketika
ada kuliah). Kadang kala saya tinggal di perpustakaan hingga larut malam atau dini hari untuk
mencari bahan-bahan yang dapat membantu saya untuk mengerjakan PR yang begitu banyak dan
rumit. Hampir semua buku fisika yang saya butuhkan ada di perpustakaan ini. Jika buku yang saya
perlukan tidak saya temukan, saya tinggal memesan ke petugas perpustakaan dan dalam waktu tidak
terlalu lama, buku yang dipesan tiba.

     Di dekat kampus ada perpustakaan umum (public library) yang cukup besar. Tiap hari sabtu
perpustakaan ini sangat ramai dengan anak-anak. Berbagai buku untuk anak-anak ada disana. Buku-
buku umum untuk remaja, anak muda, ibu-ibu bahkan untuk orangtua (yang font-nya besar-besar)
juga ada. Hampir tiap sabtu saya dan istri saya tidak pernah absen datang ke perpustakaan ini.
Terlebih ketika anak pertama saya lahir, saya semakin sering mengajak istri saya untuk mencari buku
tentang anak, tentang bagaimana membesarkan anak, tentang bagaimana mengembangkan intelegensi
anak, pokoknya segala sesuatu tentang anak. Maklum disana kami hanya berduaan saja, tidak ada
yang dapat membantu kami merawat anak. Untuk menelfon ke Indonesia mahal sehingga bukulah
yang menjadi andalan kami kalau kami mengalami kesulitan dalam merawat anak. Melalui buku-
buku ini saya belajar bagaimana mengajar anak membaca diusia dini. Saya terapkan metode cara
membaca yang dikembangkan oleh Glenn Doman ini, dan ternyata memang berhasil. Anak saya
mampu membaca pada usia 2,5 tahun. Bahkan anak kedua lebih awal lagi. Saya juga sering
membacakan buku dan bercerita untuk anak-anak. Ternyata kebiasaan ini membuat anak-anak saya
juga senang membaca. Anak terbesar hingga kini punya koleksi buku banyak sekali. Anak ini senang
membaca berbagai buku klasik seperti Alice in the wonderland, Robin Hood, Gulliver travel, buku-
buku detektif Sherlock Holmes, buku-buku karya Agatha Christie serta buku seri Harry Potter. Buku-
buku yang saya baca mengenai anak, membuat saya mampu memahami anak dan kini saya sangat
dekat dengan 3 anak saya (anak saya lahir masing-masing tahun 1990, 1999, 2003).

     Buku-buku lain yang saya sering baca adalah buku-buku kemanusian, filsafat dan agama. Buku-
buku ini membantu saya dalam berdiskusi di suatu mailing list sekitar tahun 1992 (menjelang akhir
masa studi saya di William and Mary). Walaupun diskusi melalui mailing list ini sangat
menghabiskan waktu, tetapi ternyata ini bermanfaat. Diskusi meningkatkan kemampuan menulis saya
dan mendorong saya untuk membaca buku lebih banyak lagi. Buku-buku yang saya pakai dalam
diskusi ternyata banyak menolong saya di kemudian hari. Buku bernuansa agama seperti Kitab Suci
dan buku-buku karya Billy Graham, Robert Schuler, Stephen Tong sangat menolong saya ketika saya
mengalami kekuatiran, depresi, kekecewaan, keletihan, kegagalan dan keputusasaan. Saya juga suka
membaca buku-buku karya Kahlil Gibran dan penulis-penulis lain yang menyejukkan hati, serta
buku-buku karya Dale Carnegie yang memotivasi dan mengajak berpikir secara positif.

     Tahun 1993 College of William and Mary diminta untuk jadi tuan rumah Olimpiade Fisika
Internasional (OFI) ke 24. Olimpiade ini ditujukan untuk anak-anak setingkat SMA, pesertanya sudah
mencapai 67 negara. Melalui olimpiade ini hendak dilihat siswa mana yang kemampuan fisikanya
terbaik. Dalam olimpiade fisika ini ada dua pertandingan yaitu fisika teori dan fisika eksperimen.
Hasil kedua pertandingan ini digabung, yang nilainya mencapai 90 % dari rata-rata 3 nilai tertinggi
mendapat medali emas, 78 % perak dan 65 % perunggu. Saya dan Agus Ananda mahasiswa fisika
juga dari College of William and Mary tergerak untuk mengikutsertakan siswa-siswa Indonesia dalam
OFI ini. Sebelum diterjunkan dalam OFI, siswa-siswa Indonesia ini kami latih dulu selama 2 bulan.
Kami sempat “shock” melihat sulitnya soal-soal yang akan dipertandingkan dalam OFI. Ternyata
level fisikanya setara dengan level S2 fisika. Mana mungkin siswa kita mampu mengerjakan soal-soal
ini! Nah disinilah kebiasaan mengerjakan soal fisika yang sudah saya jalani bertahun-tahun
membantu saya. Dengan pengalaman ini saya mulai melatih para siswa pelan-pelan mengerjakan
soal-soal yang jauh dari level mereka saat itu. Dengan ketekunan siswa-siswa dan kerajinan mereka
membaca buku-buku yang kami berikan, akhirnya kita berhasil meraih medali perunggu dan
menempatkan Indonesia pada rangking 16 dunia dari 41 negara. Suatu prestasi yang luar biasa sekali!
Ini akibat membaca buku dan berlatih soal-soal fisika!

     Mei 1994, selesai mendapat Ph.D dalam bidang fisika nuklir, saya sempat bekerja di Pusat Fisika
Nuklir Amerika Serikat selama 6 bulan. Namun Desember 1994 saya memutuskan kembali ke
Indonesia untuk meneruskan melatih Tim Olimpiade Fisika Indonesia. Pengalaman mengerjakan
soal-soal fisika dan mengoleksi problem-problem fisika sangat menolong saya dalam melatih tim
fisika Indonesia ini. Melalui berbagai proses pasang surut hasil, saya mempelajari bagaimana pola
pelatihan yang tepat agar siswa-siswa kita mampu meraih medali emas dalam olimpiade yang sangat
bergengsi ini. Bertahun-tahun melalui proses trial and error saya mencari pola yang sesuai ini.
Selama masa-masa ini saya banyak jatuh bangun terutama ketika menyangkut dana pembinaan yang
sangat minim dan kekurangan sponsor. Namun kata-kata bijak dari berbagai buku yang saya baca
sering menguatkan saya diantaranya ”percobaan yang kamu alami tidak akan melebihi kekuatanmu”,
“kegagalan adalah awal dari keberhasilan”, “rahasia sukses adalah tetap pada focus”, “untuk terbang
kita pasti akan mendapat hambatan”, “hanya mereka yang berani gagal akan meraih sukses”, dan
sebagai. Kata-kata bijak ini mendorong saya untuk terus maju dan tidak menyerah. Akhirnya usaha
keras ini tidak sia-sia. Pada tahun 1999 di Italia untuk pertamakalinya Indonesia meraih medali emas
pertama! Keharuan dan tangis kebahagiaan mengiringi Made Agus Wirawan, siswa dari desa miskin
Bangli di Bali, naik ke atas panggung untuk menerima penghargaan medali emas yang merupakan
lambang prestasi tertinggi kompetisi fisika dunia. Ternyata siswa Indonesia tidak kalah dengan siswa-
siswa negara lain! Bukan itu saja, dalam proses pencarian pola ini saya menemukan cara atau tehnik
mengajar fisika yang mudah asyik dan menyenangkan. Sekarang setiap tahun emas sudah menjadi
tradisi Tim Olimpiade Fisika Indonesia. Tahun 2003 Indonesia menjadi juara Asia dengan
mengantongi 6 medali emas! Tahun 2006 Indonesia juara dunia (peringkat 1 dari 85 negara)!!!

     Olimpiade fisika saya anggap sebagai sebuah peperangan. Dimulai dari mencari siswa, melatihnya
lalu menerjunkannya dalam pertandingan, ini mirip dengan pelatihan tentara yang akan diterjunkan ke
medan perang. Setelah siswa bertanding, para pelatih diberi hasil pekerjaan siswa. Pelatih kemudian
menilainya dan membandingkan hasil penilaian ini dengan hasil penilaian juri. Jika ada perbedaan
maka pelatih berhak untuk mengajukan moderasi pada juri. Biasanya karena juri sangat sibuk dengan
begitu banyaknya kertas yang harus diberi nilai, mereka tidak hati-hati. Disinilah peran para pelatih
untuk memprotes hasil penilaian juri. Dalam mengajukan moderasi kita harus hati-hati, bisa saja juri
yang sudah demikian lelah malah marah-marah ketika kita memprotes dengan keras. Dibutuhkan
suatu strategi jitu untuk hal ini. Karena itu saya merasa perlu membaca berbagai buku klasik karya
Sun Tzu. Juga saya membaca buku klasik Sam Kok (kisah tiga kerajaan). Dari buku-buku ini saya
banyak belajar tentang berbagai strategi perang. Sebagai contoh dalam buku Sam Kok diceritakan
bahwa setiap kali Kong Beng (penasehat ulung Liu Pei) berperang dan mengepung musuh, ia selalu
memberikan celah bagi musuh itu untuk berlari. Tidak pernah Kong Beng menutup semua jalan.
Filosofi Kong Beng adalah jika musuh dalam keadaan terdesak maka musuh dapat berbuat apa saja
untuk mempertahankan diri termasuk melawan dengan sekuat tenaga. Ini saya terapkan dalam
moderasi untuk mempertahankan nilai siswa kita dihadapan juri. Dengan cara halus dan tidak
menyudutkan, juri dapat kita yakinkan, sehingga seringkali nilai siswa kita dapat dinaikkan kembali.
Disamping buku-buku strategi perang, untuk melengkapi pengetahuan saya tentang strategi negosiasi
dan memimpin olimpiade fisika, saya banyak membaca buku-buku tulisan dan kisah hidup orang
terkenal dalam dunia bisnis seperti Jack Welch, Peter Drucker, Henry Ford, Bill Gates, Warren Buffet
dsb.

     Untuk mempertahankan prestasi kita dalam olimpiade fisika dibutuhkan pemasyarakatan fisika
diseluruh lapisan. Kita harapkan dengan semakin banyaknya siswa belajar fisika, semakin mudah kita
menjaring siswa berbakat untuk olimpiade fisika. Nah untuk memasyarakatkan fisika ini, saya
menulis di berbagai media massa. Tulisan kartun saya di Harian Kompas terinspirasi dari buku-buku
eksperimen fisika sederhana karangan Janice Van Cleave, Hans Jurgen Press, Brown, Walker,
Gardner, Cobb ataupun dari situs-situs fisika seperti : howstuffworks.com,
howthingswork.virginia.com, exploratorium.edu, physicsweb.org, physics.iop.org dan situs-situs
fisika lain yang mudah ditemukan melalui search engine seperti google.com, yahoo.com dsb. Tulisan
lain tentang peraih Nobel Fisika, dan tulisan populer lainnya seperti fisika sepakbola, fisika tennis,
fisika berenang, nanoteknologi dan fisika binatang yang diterbitkan dibeberapa media massa juga
terinspirasi dari buku dan web-web ini.

     Buku-buku diatas juga menginspirasi saya untuk menulis buku “IPA dibuat Asyik” untuk SD kelas
I sampai kelas VI. Menurut mereka yang telah membaca buku ini, buku ini sangat menarik dan sangat
disukai oleh anak-anak. Mungkin ini disebabkan karena seringnya saya membaca buku anak-anak
sehingga saya cukup tahu apa yang diingini dan apa yang dipikirkan anak-anak. Dalam buku ini
terdapat lebih dari 400 eksperimen sederhana yang dapat dilakukan dengan alat alat yang ditemui
disekitar kita. Ratusan rahasia alam yang ada dalam buku IPA ini seperti mengapa orang tidur, apakah
ikan tidur, mengapa serigala melolong diwaktu malam, mengapa orang kecekutan, binatang apa yang
larinya sangat cepat, dan lainnya saya peroleh datanya dari berbagai buku seperti Guinness book of
World Record ataupun dari berbagai ensiklopedi sains seperti ensiklopedi Ilmu Pengetahuan, Jendela
Iptek, Grolier dan Encyclopedia Sport Science.

     Buku matematika untuk anak, berbagai buku “puzzle”, berbagai buku test psikologi, dan puluhan
buku test IQ dari Mensa, buku Thinker Toys’s, Cracking Creativity, Everyday math, Vedic
Mathematics, Quicker Math banyak menginspirasi saya untuk menulis buku “Matematika dibuat
Asyik”. Melalui buku ini anak SD kelas I sampai kelas VI dapat belajar matematika dengan asyik,
mudah dan menyenangkan.

     Pengalaman mencari solusi termudah dari berbagai problem fisika, menginspirasikan saya untuk
mengembangkan dan menulis buku “Fisika GASING (GAmpang aSyIk menyenaNGkan)” untuk
SMP. Dalam buku ini para siswa tidak perlu lagi menghafal rumus yang rumit-rumit. Cukup dengan
mengerti konsepnya, kita dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan. Misalnya massa jenis air 1
gram/cm3 mempunyai arti bahwa massa 1 cm3 adalah 1 gram. Jika ditanyakan berapa massa 10 cm3
maka dengan mudah kita mengatakan bahwa massanya 10 gram. Tidak perlu menghafal rumus!
Demikian juga ketika kita bicara kecepatan benda 10 meter per detik. Ini mempunyai arti bahwa
dalam 1 detik benda menempuh jarak 10 meter. Jika ditanyakan berapa jarak yang ditempuh benda
dalam waktu 5 detik maka kita dapat mudah menghitungnya dengan menambahkan 10 meter
sebanyak 5 kali yaitu 10 + 10 + 10 + 10 + 10 atau 10 x 5 = 50 meter. Kita bisa mengerjakan tanpa
rumus! Tanpa rumus yang rumit, fisika untuk SMP menjadi lebih “fun”, sehingga siswa SMP tidak
takut lagi terhadap fisika atau menganggap fisika sebagai momok yang menakutkan. Buku Fisika
GASING untuk SMA sedang dikembangkan. Saat ini seminar yang dihadiri ribuan siswa diberbagai
kota besar sedang dilakukan. Responnya luar biasa. Semua siswa jadi suka fisika. Buku-buku lain
yang saya tulis seperti buku-buku untuk pelatihan olimpiade fisika, buku fisika untuk semua, komik
Archie Meidy banyak sekali diinspirasikan dari berbagai buku yang saya baca.

     Saya juga keranjingan membaca berbagai buku fisika popular. Banyak buku yang bagus yang
menarik untuk dibaca antara lain: The elegant universe karya Brian Greene, Hyperspace karya Michio
Kaku, Alice in Quantumland oleh Robert Gilmore, The First Three Minutes oleh Steven Weinberg,
The Quark and The Jaguar oleh Murray Gellmann, A brief history of time oleh Stephen Hawkings,
The Einstein Paradox oleh Bruce dan masih banyak lagi. Buku-buku ini sangat memperkaya
pengetahuan fisika saya.

     Untuk menopang riset saya dalam bidang ekonofisika (aplikasi fisika untuk ekonomi) disamping
membaca berbagai buku tentang ekonofisika seperti Introduction of Econophysics oleh E. Stanley dan
Mantegna, Pattern of speculation Roehner, The Statistical Mechanics of Financial Markets oleh J.
Voit, saya banyak membaca buku popular tentang kompleksitas misalnya: Chaos oleh James Gleick,
The Collapse of Chaos oleh Cohen dan Stewart, Complexification oleh Casti dan Chaos, Complexity
and Sociology oleh Raymod Eve et.al. Buku-buku terakhir ini memberikan banyak ide dalam
penulisan buku kompleksitas dan ilmu sosial yang saya harapkan dapat diluncurkan dalam beberapa
bulan mendatang.

     Buku-buku yang saya baca itu juga memberikan inspirasi untuk melahirkan teori Mestakung
(semesta mendukung) dengan tiga hukum Mestakung yaitu Hukum I: pada kondisi kritis pasti ada
jalan keluar; hukum II: ketika kita melangkah terlihatkan jalan keluar itu; hukum III: ketika kita
melangkah dengan tekun maka terjadilah mestakung dimana semesta akan mendukung agar apa yang
sedang kita upayakan itu berhasil dengan hasil yang luar biasa. Teori Mestakung ini telah banyak
memberikan inspirasi banyak orang untuk meraih sukses, dari mulai dari anak sekolah hingga
bisnismen.

     Untuk tetap update dengan perkembangan dalam berbagai bidang di masa mendatang saya banyak
membaca juga buku-buku tentang future seperti Technofutures oleh James Canton yang menceritakan
teknologi apa yang akan berkembang di masa mendatang,. Visions oleh Michio Kaku yang
membahas tiga revolusi di masa mendatang: revolusi komputer, revolusi biomolekular, revolusi
quantum. Our Posthuman Future oleh Francis Fukuyama yang membahas konsekuensi-konsekuensi
revolusi dalam bioteknologi. The company of the future yang menceritakan bagaimana revolusi dalam
bidang komunikasi akan merubah sistem manajemen yang ada. The next fifty years oleh John
Brockman tentang 25 esai mengenai science diabad 21. The World in 2020 power, culture and
prosperity oleh Hamish Mc Rae, Globalization and discontents oleh Joseph Stiglitz yang banyak
membahas pengaruh globalisasi. Kemudian The Biotech century oleh Jeremy Rifkin yang banyak
menceritakan tentang peranan biotek dimasa mendatang. Dalam buku Predictions keluaran oxford
university press, terdapat bagian tentang terapi gen yang kalau bisa diterapkan maka orang tidak perlu
takut sakit lagi, orang akan berumur lebih panjang dan menikmati hidup lebih lama. Juga dalam buku
itu ada bagian tentang alat penterjemah modern. Alat ini dapat membaca pikiran kita yang kemudian
dikirim ke lawan bicara kita. Sehingga lawan bicara kita akan mengerti apa yang sedang kita pikirkan
dan ingin kita bicarakan. Alat ini nantinya dapat dimasukkan dalam tubuh (karena ukurannya yang
sangat kecil) dan membantu orang berkomunikasi walaupun mereka berbicara dalam bahasa yang
berbeda-beda. MIT (Massachussetts Institute of Technology) sekarang ini sedang mengembangkan
mesin ini menurut prediksi dalam beberapa tahun ke depan prototype alat ini sudah bisa diluncurkan.
Semua buku-buku ini sangat menarik dan memberikan saya insight mengenai apa yang akan terjadi di
masa mendatang.

     Saya merasa bersyukur dan beruntung sekali dapat membaca dan memiliki begitu banyak buku.
Saya sangat menikmatinya. Saya merasa semua buku yang pernah saya baca sangat besar manfaatnya
bagi saya. Walaupun buku-buku itu hanya buku novel, dongeng, atau buku bacaan ringan lainnya.
Ada begitu banyak hal yang bisa saya dapatkan dari buku-buku ini. Buku-buku ini membangun
karakter dan mengembangkan diri saya. Buku-buku ini pulalah yang membentuk saya menjadi
seorang yang tidak fanatik pada suatu subyek tertentu saja. Kini saya dapat menikmati kepluralan
fisika yang merambah ke berbagai hal dari mulai teknologi, komputer, ekonomi, agama, sosial hingga
bahasa. Dan saya percaya bahwa saya akan terus menikmati pengalaman seru dengan buku-buku ini
selama saya masih membaca.(***)
(Yohanes Surya Ph.D).

Anda mungkin juga menyukai