M Aan Mansyur
life raft, and a festival. They are cathedrals of the mind; hospitals of the soul; theme
Saya percaya dalam diri setiap manusia tertanam sekurangnya satu dendam
masa kecil. Dendam itu, besar atau sepele, banyak atau sedikit, disadari atau tidak,
Saya lahir di kampung kecil di mana saya tak bisa mengakses buku bacaan,
kecuali di perpustakaan kakek saya yang isinya tidak seberapa. Saya marah dan
tempat saya menghabiskan masa kecil saya, perkara semacam itu sama dengan urusan
Tamat SMA, pada 1997, saya tidak lanjut kuliah dan berangkat ke Makasar hanya
demi menghabiskan satu tahun usia saya dengan membaca buku dan menjadi anggota
Selain ruang baca kecil yang tidak pernah ramai itu, kami bikin Perpustakaan
Punggung; kami berangkat ke kampus, nyaris tiap hari, dengan tas punggung yang
cukup berat untuk membuat siapa pun bungkuk. Tas kami berisi buku-buku yang boleh
dipinjam teman-teman kami yang lain. Namun, anda tahu, pergi ke kampus saja sudah
berat minta ampun, terutama bagi pemalas seperti saya, apalagi harus membawa
puluhan buku.
Bersama mantan kekasih (semoga dia hidup bahagia bersama kekasih dan anak-
anaknya) dan beberapa sahabat, pada 2004, kami mendirikan Kafe Baca Biblioholic.
Tempat itu berhenti beroperasi sejak 2011. Namun, dua tahun lalu, bersama sahabat-
sahabat yang lain (saya selalu beruntung dikelilingi orang-orang baik hati seperti
1. Memiliki banyak buku bukan gaya hidup yang baik dan sama sekali tidak layak
membeli buku. Dunia pnerbitan buku adalah dunia industry. Memajang banyak foto
buku di Instagram, sepetrti ynag kerap saya lakukan, tidak berbeda dengan
memajang foto-foto jam tangan, mainan terbaru, atau kota terkahir yang dikunjungi.
Membeli banyak buku – meskipun lebih bagus daripada membeli banyak telepon
genggam atau pakaian model terbaru – tetaplah laku konsumsi. Jika anda
Hasil penelitian Rahma Sugiharti yang terbit jadi buku berjudul Membaca, Gaya
Hidup, dan Kapitalisme (Graha Ilmu, 2010) mengulas cukup baik mengenai hal ini.
Semakin banyak anda membeli buku, semakin anda memperkaya segelintir
pengusaha buku. Terutama, jika anda hanya mau belanja di jaringan toko-toko buku
buku besar semacam Gramedia. Monopoli kelompok Gramedia tidak akan membuat
Saya tidak menyarankan anda berhenti beli buku. Selain pustakawan, saya seorang
penulis dan, tentu saja, saya ingin orang lain membeli buku-buku saya. Tetapi,
berbeda dengan pakaian, satu buku bisa digunakan oleh banyak orang selain anda.
Belilah buku-buku bagus, tapi jangan semata demi kepentingan sendiri – dan jangan
untuk tujuan supaya Anda bisa tampak lebih berbudaya daripada orang lain. Buku,
seperti barang-barang lain, bisa tampil sebagai simbol-simbol semu kelas tertentu.
Buku punya kekuatan menjadi benteng tebal yang memisahkan anda dari orang lain.
2. Semua orang ingin jadi penulis, tetapi tidak ada orang yang mau jadi pembaca.
membuka kelas penulisan. Sekarang, di Kata kerja, kelas semacam itu dilaksanakan
Persoalan utama dari hampir semua peserta kelas tersebut adalah malas membaca
buku. Saya percaya kelas-kelas penulisan tidak akan banyak membantu siapa pun
untuk menjadi penulis – apalagi sekadar membaca tips para penulis di Twitter.
Menulis adalah perkara berpikir dan untuk bisa berpikir dengan baik kita butuh
hanya berupa petualangan dari satu halaman ke halaman lain. Perjalanan dari satu
berpikir untuk mengubah hal-hal yang anda anggap salah – dan kemungkinan anda
marah kepada diri sendiri karena menyadari anda adalah salah satu penyebab
masalah. Ketiga, semakin banyak membaca buku, anda semakin tahu bahwa anda
sebetulnya bodoh – dan siapa pula yang mau melakukan hal bodoh mengakui
dirinya bodoh.
Untuk menyemangati para pustakawan, di salah satu jendela Katakerja ada tulisan
seperti ini: If you feel you’re stupid, read books. If you think you’re smart, read
more books.
4. Semua orang mencintai kesunyian. Jika anda menyangkalnya, mungkin anda sedang
Kita butuh kesunyian dan karena itulah kita mengenal liburan, piknik, pelesir, atau
apa pun Namanya. Tetapi, manusia adalah hewan yang aneh. Mereka menghabiskan
ramai.
Saya menulis catatan ini dari salah satu tempat paling sunyi di Makassar, di ruang
baca Katakerja, tempat yang jarang sekali jadi tujuan piknik warga di kota ini.
5. Anda bisa lepas dari penilaian yang anda tidak suka dari orang lain. Orang-orang di
sekitar anda, terutama yang tidak mengenal anda, dipenuhi prasangka dan hasrat
untuk menilai anda, apa pun yang anda lakukan. Anda suka atau tidak, dunia
Tetapi, anda bisa membaca kapanpun, di perpustakaan, tanpa perlu khawatir disebut kutu
buku, kurang pergaulan, atau talekang. Kata terakhir adalah istilah yang kerap dipakai di
melihat seseorang membaca buku, sebetulnya anda sedang melihat sebuah buku
menyarankan kepada anda seorang teman atau mungkin kekasih. Saya bertemu
dengan mantan-mantan kekasih saya pertama kali di perpustakaan. saya bertem istri
saya, pacar pertama saya, di perpustakaan sekolah. Nyaris semua orang yang
Membicarakan atau mendiskusikan buku bersama orang lain yang juga senang membaca
buku adalah satu dari sedikit kebahagiaan yang tidak mahal — dan jauh lebih baik daripada
ikut membicarakan gosip terbaru para selebritas. Saling bertukar buku, tentu saja, juga lebih
Salah satu hal yang kami bayangkan mengenai Katakerja adalah menjadikannya
agar para pengunjung dan pustakawan memiliki satu lagi alasan untuk melakukan
buku. Cara terbaik kedua dan ketiga adalah menampar dan meninggalkannya. Jika
anda tidak pernah melakukannya, bawalah buku di tas ke manapun anda pergi, dan
selamat mencoba.
7. Berlaku adil adalah hal tersulit pertama dari sepuluh hal paling sulit bagi
anda mau jadi anggota, ada syaratnya: menyetorkan minimal dua judul buku yang menurut
oleh para anggotanya. Kami juga berharap koleksinya adalah sekumpulan buku
penting yang disarankan oleh banyak orang. Kami membangun Katakerja bukan
untuk jadi pahlawan literasi atau semacam itu. Lagi pula, sekarang manusia mungkin
Reaksi orang yang pertama kali berkunjung ke Katakerja umumnya kaget dan
bingung. Mereka kaget menemukan sejumlah buku yang sudah lama mereka cari
ternyata ada di Katakerja. Mereka bingung karena tidak tahu mereka harus membaca
yang mana lebih dulu. Tetapi, tentu saja, mereka hanya boleh membaca di tempat
Beberapa hari kemudian mereka datang membawa dua buku yang sudah lama ingin
mereka singkirkan dari rak buku mereka — karena mereka barangkali menyesal telah
Tidak semuanya seperti itu. Ada beberapa orang yang dengan baik hati
Tetapi, tampaknya kita memang belum bisa dan belum terbiasa berlaku adil. Kita
selalu menuntut hal terbaik dari orang lain, tetapi tidak mampu melakukan hal
sebaliknya.
8. Berciuman cuma bisa dinikmati bersama, jika kedua orang yang melakukannya sadar
dan saling percaya. Mungkin kata berciuman tidak pas — tapi itu yang sedang saya
paling sering saya dengar: tidak takut buku-bukunya hilang atau tidak dikembalikan?
Kami khawatir. Tentu saja. Pacar saja bisa diambil orang lain, apalagi buku. Tetapi,
ada banyak hal yang bisa kami pelajari dengan membuka perpustakaan. Salah
Kita hidup di masa yang penuh kecurigaan dan, saya pikir, itu perangkap besar yang
bisa membuat kita tidak mampu berbuat apa-apa untuk orang lain. Kita cuma mau
Kami ingin melihat Katakerja menjadi ruang di mana orang-orang bertemu, berbagi,
belajar bersama, dan melakukan banyak kerja kolaborasi. Dan salah satu modal
utama untuk melakukannya adalah percaya. Kami harus belajar percaya kepada para
9. Buku-buku yang sudah dibaca sering kali tidak lebih berguna dibandingkan dengan
buku-buku yang belum dibaca. Saya meminjam pernyataan tersebut dari Umberto
Eco. Di salah satu bukunya, Nassim Nicholas Taleb membicarakan hal itu dan
Para pengunjung Katakerja sering bertanya kepada saya: sudah baca semua buku ini? Tentu
saja tidak. Salah satu alasan saya menjadi pustakawan dan penulis adalah karena saya malas
membaca. Para pustakawan Katakerja sebetulnya tidak lebih sekumpulan pemalas. Katakerja
Kedua pekerjaan itu, penulis dan pustakawan, memaksa saya membaca. Namun,
dikelilingi oleh buku-buku yang belum saya baca punya fungsi penting dalam hidup
saya. Setiap kali melihat buku-buku yang belum saya baca, saya merasa sangat bodoh
karena ada terlalu banyak hal yang belum saya ketahui di sekitar saya— dan karena
Membaca buku adalah salah satu pekerjaan paling sulit yang saya tahu — dan itulah
10. Perpustakaan komunitas bukan tentang buku, tetapi tentang manusia. Banyak orang
sebagai tempat membaca dan meminjam buku. Hal paling penting dari perpustakaan
adalah apa yang bisa dilakukan oleh manusia di dalamnya. Buku hanya alat.
Perkakas.
Jika sekadar perkara buku, semua orang berduit bisa memiliki perpustakaan di rumah
masing-masing. Tetapi, memiliki perpustakaan rumah, selengkap apa pun, tidak akan
membuat anda bertemu dengan orang baru setiap hari di ruang baca anda.
bersama yang setara, partisipatif, dan demokratis. Setiap saat kita bisa membaca di
melawan kekuasaan negara yang bebal dan tidak adil. Tetapi, salah satu persoalan
terbesar kita adalah tidak terbiasa mengerjakan hal-hal kecil bersama — sehingga
terlalu sulit untuk bisa melakukan satu hal besar bersama-sama. Lupakan saja dulu
revolusi!
Salah satu fungsi perpustakaan komunitas adalah menjadi ruang publik alternatif di
sangsi anda memiliki kartu perpustakaan — dan saya tidak perlu meminta maaf
karena itu.
Tidak memiliki kartu kredit adalah satu dari sedikit hal yang bisa saya banggakan di depan
teman-teman saya. Setidaknya, tidak seperti sebagian dari mereka, saya terbebas dari surat
tagihan bulanan. Kartu kredit, meskipun tidak menyerupai tali, sebetulnya adalah jerat yang
Kita tidak menganggap penting kartu perpustakaan, salah satunya, karena kita hidup
di kota yang jumlah mall dan ATM-nya jauh lebih banyak daripada perpustakaan.
Lagi pula, anda mungkin berpikir, berbelanja membuat anda tampak lebih keren
daripada membaca.
12. Perpustakaan komunitas adalah satu dari sedikit utopia nyata yang tersisa. Saya
meminjam istilah Erik Olin Wright dari bukunya Envisioning Real Utopias (Verso,
Prinsip distribusi yang berlangsung di toko buku adalah “kepada setiap orang sesuai
kemampuan membayar”. Di toko buku, anda dinilai menurut isi dompet anda — yang
Jika anda pergi ke perpustakaan komunitas dan tidak menemukan buku yang anda
butuhkan, misalnya, anda akan meminta pustakawan untuk memasukkan nama anda
di daftar tunggu. Orang lain yang meminjam buku yang anda butuhkan akan merasa
bersalah jika belum mengembalikannya tepat waktu. Prinsip distribusi yang berlaku
surga di dunia. Saya lebih setuju ungkapan Jorge Luis Borges. “Saya selalu
Dan semua hal yang saya sebutkan di sepanjang tulisan ini sudah cukup untuk
membuat kita — atau setidaknya saya — percaya bahwa perpustakaan komunitas bisa
. . .
Jika anda sepakat dengan hal-hal yang ada di tulisan ini, ada beberapa hal yang bisa
komunitas baru. Percayalah, kita tidak lantas jadi lebih penting atau lebih keren,
apalagi lebih mulia, daripada siapa pun hanya karena ada ribuan buku di dekat
tempat tidur kita sendiri. Ketiga, yang paling ringan, sebarkan tulisan ini.
Terima kasih —