Anda di halaman 1dari 150

My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

WARNING
Dilarang menyebarluaskan dan
atau memperbanyak cerita Pdf
“My Sweet Little Girl” tanpa
seizin penulis dan atau
penerbit. Mohon hargai jerih
payah kami yang menciptakan
sebuah karya. Setelah membeli
dari kami, mohon simpan untuk
sendiri. Terima kasih banyak.

Arjuna Pamungkas, 19 Desember 2021 –


23 Maret 2022
Edit Aksara: Putri Permatasari
Layout: Putri Permatasari

1
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

My Sweet

Little Girl

Arjuna Pamungkas

Radjarey Publisher

2
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Bab 1
Hiruk pikuk kemeriahan pesta pernikahan
sahabatku sama sekali tidak bisa kunikmati.
Bagaimana mungkin, jika mempelai wanitanya
adalah seseorang yang selama ini aku cintai
diam-diam. Orang yang selama ini mengisi
hatiku, tetapi juga yang mematahkan hatiku
dengan menikahi sahabatku.

Selama acara berlangsung, aku duduk


sambil meminum anggur yang disediakan.
Entah sudah berapa gelas yang kuminum,

3
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

sepertinya cukup banyak karena aku mulai


merasa kepalaku sangat ringan.

Para sahabatku masih bersenda gurau,


sedangkan aku mulai merasa kesal. Akhirnya
aku berdiri, lantas tanpa pamit aku
meninggalkan tempat pesta. Kuputuskan untuk
pulang dan menenangkan diri di perpustakaan
pribadiku. Kenapa di perpustakaan, bukan di
bar atau café? Karena sejak masih sekolah dulu,
aku selalu menyukai perpustakaan. Aroma
buku-buku lama, sangat kusukai.

Sampai di rumah, setelah berganti baju


dengan piama, aku menuju perpustakaan. Tidak
lupa, kubawa sepoci teh dingin kesukaanku,
supaya aku tidak kehausan nanti. Kunyalakan
lampu ruangan, dan menuju meja untuk
meletakkan poci yang kubawa. Setelah itu, aku
berjalan menuju rak-rak buku, yang dipenuhi

4
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

berbagai jenis buku, novel, kamus, serta


ensiklopedia dari berbagai macam jenis.

Aku mengambil buku mengenai sejarah


Jepang, topik yang kusukai sewaktu kuliah.
Kubawa buku tersebut, lantas duduk dan
mencari posisi yang nyaman untuk membaca.

Entah sudah berapa lama waktu berlalu.


Konsentrasi membacaku terganggu dengan
dering ponselku. Kuraih benda pipih dari meja
untuk melihat siapa yang menghubungiku.
Rupanya Andre, salah satu sahabatku.

“Yo Bro, whats up?” tanyaku saat


mengangkat telepon.

“Yo Bro. Sorry ganggu nih, gue boleh minta


tolong?” Andre bertanya.

“Soal?”

5
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Adik gue boleh belajar di perpustakaan lo,


nggak? Bentar lagi dia ujian akhir SMA. Tapi itu
juga kalau nggak ngerepotin lo, sih,” terang
Andre.

Aku mengerutkan kening, menimbang-


nimbang sebelum menjawab, “Boleh. Dia bisa
pake selama gue ngantor.”

“Wah, thanks banget, Bro. Sorry jadi


ngerepotin, nih. Besok gue ajak dia ke rumah lo
biar tau jalannya ya, gimana?”

“Boleh,” ucapku sambil meraih gelas teh.

Setelah mengakhiri pembicaraan dengan


Andre, aku kembali membaca buku di tanganku.
Namun, konsentrasiku sudah terpecah.
Ingatanku lari ke acara pesta tadi, kepada sang
mempelai wanita. Aku menggeleng,
mengenyahkan ingatan menyakitkan itu.

6
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Aku berdiri dan melangkah ke rak yang


berisi buku-buku pengetahuan umum, IPA, IPS,
Matematika, dan segala jenis mata pelajaran
yang diajarkan di sekolah. Sepertinya lumayan
lengkap untuk membantu adiknya Andre.

Ah, siapa namanya? Aku tidak teringat


untuk bertanya tadi.

***

7
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Bab 2
Esok paginya aku terbangun dengan kepala
pusing. Entah jam berapa semalam aku tidur,
yang pasti setelah memastikan buku-buku yang
diperlukan oleh adik Andre tersedia, aku baru
melangkah keluar dari perpustakaan menuju
kamar tidurku.

Mandi air dingin sepertinya akan


menyegarkan tubuh, pikirku seraya bangkit dan
menuju kamar mandi. Usai mandi, aku
mengenakan jeans dan kaus pudar, lantas turun

8
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

menuju ruang makan. Kulihat di meja makan


sudah tersaji sarapan untukku. Aku melangkah
menuju dapur, mencari Mbok Darmi.

“Mbok, nanti bisa tolong siapkan makan


siang untuk tiga orang?” tanyaku saat
menemukan Mbok Darmi sedang menjemur
pakaian.

“Bisa, Tuan, mau disiapkan makan siang


apa?” tanya Mbok Darmi sambil mengebut-
kebutkan pakaian sebelum dijemur.

“Apa aja Mbok, terserah.”

Aku lalu kembali ke ruang makan, dan


mulai memakan sarapanku. Masakan Mbok
Darmi memang enak, batinku sambil menyuap
sesendok besar nasi goreng. Usai sarapan, aku
kembali menuju perpustakaan. Meja dan kursi
untuk belajar sudah rapi dan siap digunakan.

9
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Tinggal menunggu kedatangan Andre dan


adiknya.

Sekitar pukul sepuluh, mereka datang.


Kusambut tamuku di pintu depan, lantas kuajak
ke perpustakaan. Sambil berjalan, kami
mengobrol ringan.

“Thanks udah izinin adik gue belajar di


perpustakaan lo.” Andre kembali mengucapkan
terima kasih.

“Udah, nyantai aja, sih, kayak sama siapa


aja. O ya, adik lo... siapa namanya?” tanyaku
sambil menoleh ke arah gadis remaja bertubuh
gemuk—maksudku berisi—di belakang Andre.

“Aluna,” jawabnya singkat tanpa


menunggu Andre menjawab dan mengulurkan
tangan untuk menjabat tanganku.

10
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Markus.” Aku tersenyum seraya


menerima jabatan tangannya. Genggamannya
terasa kuat dan pasti, tipe gadis yang percaya
diri, terlihat dari sorot matanya yang
menatapku dengan berani. Tiba-tiba saja,
jantungku berdesir ketika menyadari betapa
manisnya Aluna. Pipinya yang tembam dengan
rambut panjang yang....

Dasar gila! omelku dalam hati. Aluna


masih kecil, masih SMA, masa sih, bisa membuat
jantungku berdesir seperti ini? Lagi pula Aluna
jelas bukan tipe wanita yang kusuka. Aku
menyukai wanita cantik yang langsing dan sexy,
sedangkan Aluna berbanding terbalik dengan
seleraku. Jauh sekali kalau boleh kubilang.

Kupersilakan mereka masuk ke


perpustakaan. Aluna menghela napas kagum
saat melihat perpustakaanku yang besar,

11
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

membuatku tersenyum. Senang rasanya bisa


membuat kagum seseorang seperti itu.

“Lo suka tempat ini?” tanyaku menatap


Aluna.

“Suka banget, Kak. Gue paling seneng


dateng ke perpus, buat baca atau belajar,” sahut
Aluna sembari mengedarkan pandangan.

“Bagus, deh. Di situ ada meja sama kursi,


bisa lo pake buat belajar,” ujarku sambil
menunjuk.

Aluna mengangguk, lantas mulai berjalan


melihat-lihat buku yang tersusun di rak. Aku
jarang melihat gadis muda seperti dirinya yang
menyukai perpustakaan. Sepanjang ingatanku,
para gadis lebih menyukai mal atau café untuk
nongkrong. Tapi aku senang karena
perpustakaanku bermanfaat bagi Aluna.

12
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Yuk, Ndre, kita biarin Aluna belajar. Lo


ikut gue, temenin main game,” kataku sembari
mengajak Andre keluar.

“Boleh, deh,” sahut Andre, lalu berkata


kepada adiknya, “Dek, kamu belajar yang rajin,
ya. Di sini banyak buku pelajaran, bisa buat
latihan soal.”

“Siap, Kak!” Aluna mengacungkan jempol


sambil mengedipkan sebelah matanya.

Kami menuju ruang tamu, di mana


terpasang seperangkat PS 4. Setelah memilih
game, kami pun bermain hingga lupa waktu dan
baru berhenti ketika Mbok Darmi memanggilku,
memberi tahu jika makan siang sudah siap.

Aku bangkit dari sofa dan mengajak Andre


untuk makan siang. Andre meletakkan joystick
lalu menuju perpustakaan untuk memanggil

13
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Aluna. Hampir saja aku lupa jika adik Andre


sedang belajar di perpustakaan.

Kami bertiga menuju meja makan, di mana


hidangan makan siang buatan Mbok Darmi
sudah tersaji. Tiba-tiba terdengar bunyi
gemuruh suara perut yang lapar. Aku menoleh
ke arah asal bunyi tersebut, ternyata dari perut
‘berisi’ Aluna. Kulihat wajah tembamnya
bersemu merah, sedangkan Andre terlihat
menahan tawanya.

“M-maaf, Kak,” ucap Aluna terbata karena


malu.

Aku dan Andre tertawa terbahak-bahak,


membuat wajah Aluna semakin memerah.
Namun, tidak lama kemudian, Aluna pun ikut
tertawa. Tawa kami bertiga membuat Mbok
Darmi melongok keheranan dari pintu dapur.

14
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Sambil masih tertawa kecil, aku


mempersilakan mereka untuk duduk dan mulai
makan. Kami menikmati makan siang diselingi
gurauan. Sudah lama sekali sejak terakhir kali
aku makan dengan suasana ceria seperti ini.
Maklum saja, kedua orang tuaku tinggal di luar
negeri bersama saudaraku yang lain.

Usai makan, Aluna kembali ke


perpustakaan untuk melanjutkan belajarnya.
Sedangkan aku dan Andre memutuskan untuk
menonton film.

Andre melihat jam di dinding. “Udah sore


aja, nih. Gue mau liat Luna.”

Aku mengangguk. Kami berjalan menuju


perpustakaan sambil mengobrol. Andre
menceritakan tentang adik satu-satunya itu.
Mendengar ceritanya, aku dapat merasakan
betapa sayang Andre kepada adiknya.
15
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Saat masuk ke perpustakaan, aku melihat


Aluna masih serius belajar. Andre menghampiri
Aluna, lantas mengajaknya pulang.

“Bro, thanks banget, nih, udah minjemin


perpus lo, udah gitu ngejamu kita pake makan
siang yang enak,” ucap Andre sambil menjabat
tanganku.

“Nyantai aja, Ndre, biar adik lo bisa lulus


dengan nilai tertinggi.” Aku menoleh dan
menatap si pipi tembam. “Iya, kan, Aluna?”

“Iya dong, Kak, gue pasti lulus dengan nilai


tertinggi di sekolah, lihat aja nanti!” sahut Aluna
dengan penuh percaya diri.

Usai mereka pulang, aku kembali ke kamar


untuk mandi. Setelah itu, aku turun dan masuk
ke perpustakaan. Sepertinya Aluna anak yang
rapi, tidak ada satu pun buku yang berantakan,

16
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

semuanya dikembalikan sesuai dengan posisi


awalnya.

Aku menyeringai.

***

17
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Bab 3
Ketika hendak tidur, tiba-tiba saja aku teringat
Aluna. Astaga, apa yang ada di pikiranku,
kenapa harus teringat dengan gadis tembam
itu? Apa ini efek dari patah hatiku? batinku
bertanya-tanya. Merasa jengkel, aku
memejamkan mata supaya lekas tertidur.

Paginya aku terbangun dengan lesu, entah


jam berapa aku baru bisa tidur. Kulihat jam di
nakas, ternyata sudah hampir jam tujuh. Lebih

18
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

baik aku segera mandi dan bersiap untuk


berangkat kerja.

Setelah mandi dan berganti pakaian, aku


turun ke ruang makan. Kulihat Mbok Darmi
sudah menyiapkan sarapan dan juga bekal
makan siang untukku. Aku memanaskan mobil
yang akan kupakai terlebih dahulu, baru
sarapan. Kulihat Mang Kosim sedang menyapu
halaman rumah.

Usai sarapan, aku segera berangkat,


mumpung jalanan belum terlalu macet, apalagi
ini hari Senin yang terkenal dengan
kemacetannya. Pukul setengah sembilan aku
sampai di kantor, dan mencari spot parkir yang
biasa kupakai. Setelahnya, aku berjalan menuju
pintu masuk, disambut dengan anggukan dari
security yang sedang berjaga.

19
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Kulihat Andre baru saja sampai, dan


sedang memarkirkan motornya. Kutunggu
hingga dia masuk ke lobby. Andre yang
melihatku, bergegas menghampiri, lantas kami
pun naik lift bersama.

“Bro, nanti Aluna ke rumah lo habis pulang


sekolah, ya,” ucap Andre membuka percakapan.

“Oke, gue udah bilang ke Mbok Darmi, kok.


Adik lo bakalan aman di perpus gue,” sahutku
sambil terkekeh.

Kami tertawa bersamaan. Tidak lama


kemudian, lift sampai di lantai yang kami tuju.
Aku menuju ruanganku, sedangkan Andre
menuju ruangan divisi marketing.

Aku memulai pekerjaan dengan


menandatangani beberapa dokumen yang
sudah diletakkan oleh sekretarisku. Aku
tenggelam dalam kesibukan hingga lupa waktu.
20
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Perhatianku teralih ketika ponselku


berbunyi. Kuraih benda pipih itu, tapi nama
yang muncul membuatku tertegun. Sedikit ragu,
aku men-slide layar untuk menjawab panggilan
tersebut.

“Halo,” ucapku tenang.

“Hai, Markus, kamu lagi sibuk, nggak?”


Sebuah suara halus menyapaku dari seberang
sana.

“Lumayan sih, kenapa?” tanyaku balik.

“Aku mau ajak makan siang. Di tempat


biasa, gimana?” tanya Lusi, wanita yang
menghubungiku.

“Wah, sorry, kayaknya nggak bisa, soalnya


bentar lagi gue ada meeting, Lus. Lo makan siang
aja sama suami lo,” tolakku dengan halus.

21
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Oh, jadi karena sekarang aku udah nikah,


kamu nggak mau lagi makan siang sama aku?”
tanyanya mulai merajuk.

“Nggak pantes aja, lo udah nikah tapi


masih ngajak gue makan siang bareng. Biarpun
gue, lo, sama Nathan sahabatan, tetep nggak
pantes,” jawabku. “Udah dulu ya, gue mau siap-
siap meeting, nih.” Tanpa menunggu tanggapan
Lusi, kututup panggilan tersebut.

Jantungku berdebar kencang hanya


karena mendengar suara wanita yang kucintai.
Kugelengkan kepala, mengenyahkan
percakapan tadi dari pikiranku. Kulihat jam,
ternyata sudah waktunya makan siang. Kuambil
kotak bekal yang sudah disiapkan oleh Mbok
Darmi kemudian mulai melahapnya.

Usai makan siang, aku menghubungi


Andre untuk mengajaknya minum kopi
22
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

sebentar di café bawah. Kuhubungi nomor


extension divisi marketing, meminta untuk
disambungkan ke Andre. Tidak lama, suara pria
itu terdengar. Segera kuutarakan keinginanku
dan ia langsung menyetujuinya.

Kuambil ponsel, lalu melangkah keluar,


menunggu Andre di depan lift. Tidak lama,
Andre menyusulku. Kami turun lantas menuju
café untuk menikmati kopi. Setelah memesan
minuman, aku duduk bersandar seraya
menangkupkan kedua tangan. Pandanganku
menerawang, teringat percakapan tadi dengan
Lusi.

“What’s up, Bro? Ada masalah?” tanya


Andre sambil menjentikkan jari di depan
wajahku.

“Eh? Oh, nggak papa,” jawabku, lalu


meneguk kopi di hadapanku.
23
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Eh, adik gue udah sampe nih di rumah lo,”


ujar Andre sambil menatap layar ponselnya.

“Emang udah jam pulang sekolah, ya?”


tanyaku melihat jam tanganku.

“Udah, sekarang kan udah jam 2 siang. Dia


langsung cabut ke rumah lo biar waktu
belajarnya lebih banyak,” jawab Andre.

Aku mengangguk. Kami mengobrol lagi


selama beberapa menit sambil menghabiskan
kopi sebelum kembali ke atas.

Sesampainya di ruanganku, aku duduk di


sofa, memandang langit di belakang meja
kerjaku, mengingat ketika Andre memberi tahu
bahwa Aluna sudah sampai di rumahku,
jantungku berdebar-debar kencang. Rasanya
aku ingin cepat pulang untuk melihat si pipi
tembam bertubuh berisi. Segera kusingkirkan
pikiran gila itu, lantas melanjutkan pekerjaan.
24
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Ketika pulang kantor, saat menuju


parkiran, tiba-tiba motor Andre menyejajari
langkahku.

“Bro, gue ikut ke rumah lo, ya, jemput


Aluna.”

“Oke, lo duluan aja,” sahutku.

Sambil mengacungkan jempol, Andre


melajukan motornya, sementara aku segera
masuk ke mobil. Setelah itu, aku pun melajukan
mobilku mengikuti Andre.

Sesampainya di rumah, kulihat motor


Andre sudah terparkir di halaman. Aku pun
memasukkan mobil ke garasi, kemudian masuk
ke rumah. Setelah mandi dan berganti pakaian,
aku segera turun untuk mencari kakak beradik
itu.

25
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Pintu perpustakaan sedikit terbuka dan


terdengar sayup-sayup suara dari dalam. Aku
berdiri diam di balik pintu, mencoba
mendengarkan apa yang sedang diobrolkan
oleh Andre dan adiknya. Namun, karena merasa
tidak enak menguping pembicaraan seperti itu,
kuputuskan untuk mengetuk pintu dulu
sebelum membukanya lebih lebar.

Kulihat Andre sedang duduk di sofa,


sedangkan Aluna di meja belajar. Mereka
mengobrol dengan asyik. Melihatku masuk,
mereka tersenyum. Aku menghampiri Andre,
dan duduk di sofa seberangnya.

“Seru banget, ngobrol apaan, sih?” tanyaku


ingin tahu.

“Aluna lagi cerita kalau perpus lo ini gede


banget, isinya juga lumayan komplit,” sahut
Andre tertawa.
26
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Iya, Kak, banyak banget buku yang bisa


gue pilih buat referensi belajar, malah bingung
jadinya gue,” ucap Aluna sambil menggaruk
kepalanya.

Kami tertawa bersamaan. Hatiku terasa


hangat hanya melihat tingkah lucu Aluna. Aneh.
Dia tembam, tubuhnya gemuk—maksudku
berisi—tetapi kenapa aku selalu senang
melihatnya? Dia... manis, enak dipandang juga.

“Sebelum kalian pulang, kita makan


malam dulu, yuk,” ajakku seraya tersenyum
kepada Aluna dan sang kakak.

Andre menolak sebab sudah berjanji akan


makan malam di rumah. Aku pun tidak
memaksa, lantas mengantar mereka ke pintu
depan.

Setelah motor Andre melaju


meninggalkan halaman rumah, aku menutup
27
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

pintu dan menuju ruang makan. Setelah itu,


kuputuskan untuk beristirahat lebih cepat.

***

28
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Bab 4
Hari ini Andre tidak masuk kerja karena sakit.
Namun, Aluna akan tetap belajar di
perpustakaanku seperti biasa. Aku
menawarkan diri untuk mengantar Aluna
pulang, tapi ditolak olehnya. Dia bilang akan
memesan ojek online saja.

Ketika jam kerja sudah selesai, aku


bergegas pulang, ingin bertemu dengan si pipi
tembam. Aku sedikit kesal karena harus
menembus kemacetan sore yang berhujan,

29
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

takut Aluna keburu pulang. Untungnya kata


Mbok Darmi, Aluna masih di perpustakaan.

Usai membersihkan diri, aku buru-buru


turun dan menuju perpustakaan. Melihat pintu
yang tertutup, kuketuk perlahan sebelum
membukanya.

Ternyata Aluna tertidur, kepalanya


tertelungkup di meja. Sepertinya gadis itu
kelelahan karena terus-menerus belajar untuk
persiapan ujian. Kuhampiri gadis itu,
bermaksud untuk membangunkannya perlahan
supaya tidak terkejut. Namun, melihatnya pulas
seperti itu, aku tidak tega untuk mengusiknya.

Perlahan, kuraih tubuh Aluna lantas


kugendong, untuk kubaringkan di sofa supaya
tidurnya lebih nyaman. Aroma manis tubuh
Aluna tercium olehku, membangkitkan
gairahku. Sial, sepertinya milikku juga ikut
30
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

terbangun karenanya. Bergegas aku menuju


sofa kemudian membaringkan tubuh berisinya
yang lumayan berat dengan hati-hati.

Setelah membaringkan Aluna, aku duduk


di sofa di seberangnya, menganalisis yang baru
saja terjadi. Selama ini, aku belum pernah
tertarik kepada seorang gadis, terlebih yang
“berisi” seperti Aluna. Tipe kesukaanku adalah
wanita cantik, tinggi semampai, langsing, dan
berkulit putih. Ideal sekali, bukan? Namun,
kenapa sekarang setelah melihat Aluna,
jantungku sering berdetak lebih kencang, ya?
Dan barusan saja, milikku terbangun ketika aku
tidak sengaja mencium aroma tubuh Aluna.
Manis. Sial.

Apa aku begitu patah hati karena ditinggal


menikah, sehingga bisa tertarik dengan bocah
yang bisa menjadi adikku ini? Miris. Aku

31
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

mengacak-acak rambut dengan kesal, lantas


menutup kedua mata seraya bersandar pada
sofa. Tanpa kusadari, aku pun terlelap.

Aku terbangun karena guncangan lembut


di tangan. Aku membuka mata dengan terkejut,
tetapi lebih terkejut lagi ketika sepasang mata
berwarna cokelat muda tengah menatapku dari
jarak yang sangat dekat, tangannya
mengguncang tanganku, sementara mulutnya
memanggil namaku dengan pelan.

“I-iya, gue bangun,” sahutku tergagap.

“Fiyuh, akhirnya bangun juga, Kak. Gue


udah seperempat jam bangunin lo, tapi lo nggak
bangun-bangun juga. Niatnya mau gue siram
pake air biar lo bangun,” ucap Aluna sembari
nyengir iseng.

“Kalau lo siram gue, gue siram balik-lah,”


balasku sambil tertawa.
32
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Kami tertawa bersama, lalu Aluna bilang


dia hendak pamit pulang dan meminta maaf
karena sudah tertidur di perpustakaan.

Aku mengajaknya makan malam karena


kulihat sudah waktunya. Awalnya Aluna ragu
karena ia belum pernah makan hanya berdua
bersamaku. Karena itu, aku mengajaknya untuk
makan malam di luar. Akhirnya Aluna
mengangguk, tapi akan memberi tahu
keluarganya terlebih dahulu.

Sementara Aluna menelepon Andre, aku


berganti baju dan menyiapkan mobil. Lima
menit kemudian, mobilku sudah berpacu di
jalan raya yang masih basah karena hujan tadi
sore.

“Lo mau makan apa?” tanyaku membuka


percakapan.

33
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Ehm, apa ya… lo mau makan apa, Kak?”


Aluna malah bertanya balik.

“Lah, ini bocah ditanya malah tanya balik,”


sahutku tertawa sambil mengacak-acak
rambutnya, membuat Aluna terpekik.

“Gue ikut aja deh lo mau makan apa, Kak,”


jawab Aluna nyengir sambil merapikan
rambutnya.

Kuputuskan untuk mengajak Aluna ke


restoran Padang kesukaanku. Parkiran mobil
masih lumayan penuh, tapi aku dapat spot
parkir yang dekat dengan pintu masuk. Kami
pun turun dari mobil lantas berjalan beriringan.
Di pintu masuk, aroma khas masakan Padang
sudah tercium, membuat perutku keroncongan.

Pelayan mengantar kami ke meja yang


kosong. Aku memesan 2 gelas es teh manis dan
Aluna memesan 2 gelas es jeruk. Tidak lama
34
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

kemudian, makanan dan minuman pun datang,


lantas kami mulai makan diselingi obrolan.

Aku tidak lagi terkejut dengan porsi


makan Aluna yang di atas rata-rata dan cara ia
menyantap nasi beserta lauknya. Namun
anehnya, di mataku ia tampak menggemaskan.
Manis. Oke, sepertinya patah hati membuat
otakku mengalami korsleting.

Setelah selesai makan dan membayar, aku


segera mengantar Aluna pulang, karena kulihat
sudah jam setengah sembilan. Untunglah besok
hari Minggu, jadi Aluna tidak perlu bangun pagi
untuk sekolah.

Ketika sampai di kompleks perumahan


Aluna, aku menjalankan mobil perlahan karena
aku belum pernah berkunjung ke rumahnya.
Tiba-tiba Aluna mencolek sikuku, membuatku
menoleh dengan raut bertanya.
35
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Lo pelan banget, sih, bawa mobilnya?”


tanya Aluna heran.

“Gue nyari rumah lo, dodol, kan gue nggak


tau yang mana,” jawabku sambil menjewer
kupingnya dengan gemas.

“Ah, elah, ngemeng kek dari tadi. Noh,


rumah gue yang pagarnya cat biru, keliatan dari
sini,” tunjuk Aluna.

“Lo nggak kasih tau gue dari tadi,” sahutku


tidak mau kalah.

“Iya, maaf, deh.” Aluna tersenyum


mengalah.

Sambil tertawa, kulajukan mobil hingga


berhenti di sebuah rumah berpagar biru. Rumah
yang nyaman. Lamunanku buyar ketika
mendengar bunyi pintu mobil dibuka. Rupanya
Aluna sudah turun. Aku pun ikut turun untuk

36
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

mengantar Aluna, setidaknya sampai pintu


gerbang.

Ketika kami hampir sampai, pintu gerbang


besi tersebut terbuka. Rupanya Andre, yang
menunggu kepulangan sang adik.

“Sorry, Ndre, gue nganter Aluna


kemaleman.”

“It’s okay, Bro, gue yang minta maaf karena


ngerepotin lo terus,” sahut Andre sambil
menepuk pundakku.

“Kondisi lo gimana? Udah enakan?”

“Lumayan. Senin gue udah siap kerja, kok,”


jawabnya cengengesan.

“Kalau masih belom fit, mending lo


istirahat lagi aja,” sahutku sambil mengerutkan
kening.

37
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Nggak papa, gue Senin udah bisa masuk,


kok. Lagi pula nggak enak, nanti jadi omongan
orang,” Andre menolak saranku.

“Omongan gimana? Nyantai aja kali, lo kan


temennya CEO,” sahutku sambil tersenyum.

“Justru itu, nanti gue disangka manfaatin


lo biar ngasih libur panjang.” Andre tertawa.

Aku pun tergelak, mengingat perkataan


Andre ada benarnya. Aku sempat mendengar
beberapa karyawan membicarakan Andre.
Tampaknya mereka tidak menyukai kedekatan
Andre dengan diriku.

Setelah mengobrol sebentar, aku pun


pamit pulang. Sejujurnya, aku masih ingin
bersama Aluna, tapi... masih ada hari esok.

***

38
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Bab 5
Esok paginya, ketika terbangun, aku teringat
respons tubuhku terhadap Aluna. Aku masih
tidak habis pikir, bagaimana mungkin itu bisa
terjadi? Selama beberapa saat, aku masih
tergolek di tempat tidur hingga ponselku
berdering nyaring, membuatku nyaris
melompat dari kasur.

“Woy, bangun, Bro!” sapa sebuah suara di


seberang sana.

39
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Apa dah Ndre, bikin gue kaget aja, sih!”


sungutku.

Andre tergelak. “Sorry, Bro. Gue cuma mau


bilang, hari ini Aluna ke rumah lo sendirian,
nggak papa, kan? Soalnya gue masih belum kuat
nganterin tu bocah.”

“Nggak papa, santai aja, sih. Atau mau gue


jemput Aluna?” tanyaku menawarkan.

“Bentar, gue tanya anaknya dulu.”


Terdengar sayup-sayup percakapan kakak
beradik itu di seberang sana sebelum Andre
kembali berbicara kepadaku, “Aluna bilang
nggak usah, Bro, dia nanti minta anter sama
temennya.”

“Oh, ya udah. Cewek apa cowok?” tanyaku


iseng.

40
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Cowok kata Aluna,” jawab Andre sebelum


memutuskan panggilan.

DEG. Jantungku rasanya nyaris berhenti


berdetak karena mendengar jawaban Andre.
Jangan-jangan Aluna sudah punya pacar?

“Mampus, masa gue naksir pacar orang?


Ah, jangan lagi....”

Kuputuskan mandi air dingin untuk


menyegarkan otakku yang sepertinya sedang
eror. Usai mandi, tubuhku terasa segar dan
pikiranku yang semula melantur, sudah kembali
ke jalurnya.

Aku turun untuk sarapan, tapi hari ini aku


ingin sekali sarapan sambil menonton film
kartun, seperti yang biasa aku lakukan sewaktu
masih kecil. Jadi kubawa piring sarapanku ke
ruang bersantai dan menyalakan televisi.
Untung masih ada kartun Doraemon. Aku
41
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

sarapan dengan tenang hingga tak terasa


makananku sudah habis. Ketika aku bangkit
hendak menaruh piring di dapur, bel pintu
depan berbunyi.

Kuletakkan piring, lalu berjalan menuju


pintu depan. Ketika kubuka, kudapati Aluna
berdiri di teras, basah kuyup. Aku kaget dan
spontan mendongak ke langit. Cuma mendung,
tapi kenapa bocah ini basah kuyup, ya?

“Kak, gue boleh masuk, nggak? Dingin,


nih,” pinta Aluna sambil menggigil.

“E-eh, ayo masuk, Lun. Kok lo bisa basah


kuyup gini, sih?” tanyaku sambil membuka
pintu depan lebih lebar dan menyingkir ketika
tubuh ‘berisi’ Aluna lewat.

“Tadi pas di motor tau-tau hujan deras,


Kak. Mana gue nggak bawa raincoat,” jawab
Aluna sambil memeluk tubuhnya.
42
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Kubawa Aluna ke ruang makan sambil


memanggil Mbok Darmi. Mendengar
panggilanku, wanita paruh baya itu muncul dari
arah belakang.

“Mbok, tolong masakin air ya, buat Aluna


mandi. Habis kehujanan, nih.”

“Nggih, Tuan,” jawab Mbok Darmi, lalu


bergegas ke dapur untuk memasak air.

Kubawa Aluna ke kursi makan, lantas


kusuruh menunggu di situ. Sedangkan aku
buru-buru menuju ke lemari—tempat Mbok
Darmi biasa menyimpan handuk dan seprai—
untuk mengambil handuk.

“Keringkan rambutmu.”

Aluna mengucapkan terima kasih dan


langsung mengusapkan handuk putih
pemberianku ke rambutnya yang basah.

43
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Lo tunggu di sini, ya, gue mau cari kaus


sama celana buat lo ganti baju,” ujarku sambil
menuju tangga, hendak ke kamarku.

“Eh, nggak usah, Kak.”

“Nggak usah gimana, Lun? Baju sama


celana lo basah kuyup gitu. Gue takut lo masuk
angin terus sakit,” sahutku sambil menoleh ke
arah Aluna.

DEG! Oh, sial, jantungku berulah lagi.


Karena kata-kataku sendiri, aku jadi
memperhatikan pakaian Aluna yang melekat
pada tubuh berisinya. Cepat-cepat aku
memalingkan wajah, lantas bergegas naik ke
kamar. Kurasakan celana jeans yang kupakai
menjadi sempit karena milikku terbangun
melihat tubuh Aluna. Sial, sial, sial!

Kugelengkan kepala guna mengusir


pikiran jelekku. Tenang, Markus, tenang.
44
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Aku membuka lemari pakaian, mencari


kaus dan celana yang bisa dipakai Aluna. Setelah
mengambil sepasang kaus dan celana pendek,
aku pun turun.

Di ruang makan kosong, sepertinya Aluna


sedang mandi. Lebih baik kuletakkan barang-
barang yang kubawa ini di meja dekat kamar
mandi supaya Aluna mudah mengambilnya.

Aku meletakkan barang-barang yang


kubawa kemudian kuketuk pintu kamar mandi
seraya berkata dengan suara keras, “Lun, gue
udah ambilin baju sama celana buat lo pake, gue
taruh di meja, ya.”

Aluna menjawab dengan sedikit berteriak


dari dalam supaya aku bisa mendengarnya.

Setelah itu aku mencari Mbok Darmi, ingin


meminta tolong supaya membuatkan makanan
hangat untuk Aluna. Ketika menemukan Mbok
45
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Darmi, kulihat dia sedang memasak mie di


dapur.

“Buat siapa mienya, Mbok?” tanyaku


heran, karena seingatku, Mbok Darmi sangat
jarang makan mie instan.

“Buat Non Aluna, Tuan,” sahut Mbok


Darmi sambil mengaduk-aduk mie di panci.
Aromanya membuatku lapar lagi.

“Mbok, bikinin buat saya juga, ya, jadi


ikutan laper, nih,” pintaku memelas, membuat
Mbok Darmi tertawa.

Aku kembali ke ruang makan ketika


mendengar suara Aluna yang memanggilku.
Rupanya dia susah selesai mandi, rambut
sebahunya terlihat basah. Aroma segar buah-
buahan tercium darinya, membuatku menahan
napas sejenak, menenangkan diri supaya
milikku tidak terbangun. Namun sepertinya
46
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

terlambat, milikku sudah terbangun,


membuatku merasa sedikit tidak nyaman di
bagian bawah sana.

“Kak, gue mau numpang jemur pakaian


gue yang basah ya,” pinta Aluna meminta izin.

“Oh, lo keringin aja pake mesin cuci dulu,


baru dijemur. Kalau langsung dijemur pas
basah-basah gitu bakal lama keringnya,”
sahutku lantas mengajaknya ke tempat mesin
cuci.

Aluna memasukkan pakaiannya yang


basah ke dalam mesin cuci, termasuk pakaian
dalamnya. Mataku terbelalak ketika melihatnya,
lantas tanpa kusadari, mataku menelusuri
tubuh Aluna. Pikiran nakal melintas di benakku
ketika membayangkan Aluna tanpa pakaian
dalam.

47
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Sial! Sial! Sial! Kusingkirkan pikiran


tersebut, dan mengajak Aluna kembali ke ruang
makan.

Di meja makan, sudah tersaji dua mangkuk


mie instan buatan Mbok Darmi. Aromanya
membuatku lapar, kulirik Aluna, sepertinya juga
sudah lapar. Segera kami menyantap mie
tersebut sebelum menjadi dingin. Sekejap mata,
mie tersebut sudah berpindah ke perut kami.

Aluna menyandarkan tubuhnya sambil


mengusap-usap perutnya.

“Kenyang gue, Kak, mie buatan Mbok


Darmi enak banget,” ucap Aluna nyengir.

“Iya, semua masakan Mbok Darmi emang


enak, kok. Eh, minum teh angetnya, biar lo
nggak kedinginan,” sahutku sambil menunjuk
segelas teh manis hangat di hadapan Aluna.

48
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Aluna segera meraih gelas tersebut, lalu


meminumnya perlahan. Desahan lega terdengar
setelahnya, membuatku berpikir yang tidak-
tidak. Sebelum aku melakukan sesuatu yang
akan kusesali, kuangkat kedua mangkuk kotor,
lalu kubawa ke dapur.

Ketika kembali ke ruang makan, kulihat


Aluna sudah tidak ada di situ. Mungkin sudah ke
perpustakaan, batinku. Kulangkahkan kaki
menuju perpustakaan. Aku melongok ke dalam,
melihat Aluna sedang duduk membaca dengan
serius. Tidak ingin mengganggu, aku menuju
ruang kerjaku, yang letaknya persis di samping
perpustakaan, bahkan kedua ruangan tersebut
memiliki pintu penghubung.

Aku menatap halaman yang basah.


Sepertinya tadi ketika aku dan Aluna sedang
makan, hujan turun walaupun tidak deras.

49
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Pikiranku melayang pada gadis yang sedang


berada di perpustakaanku, gadis yang bisa
membuat milikku terbangun. Bagaimana
mungkin gadis kecil seperti itu bisa membuatku
seperti ini?

Kuempaskan tubuh ke kursi, lantas


menatap kosong ke langit-langit. Lamunanku
terputus ketika ponselku berdering. Kutatap
nama yang muncul di layar.

“Ya,” sahutku malas, setelah ponselku


berdering terus.

“Mark, kok lama banget sih angkat


telponnya,” sebuah suara manja terdengar.

“Sibuk,” jawabku dingin.

“Ini kan Minggu, kamu sibuk apa, sih?


Kamu sombong sekarang, ya,” suara manja
tersebut terdengar merajuk.

50
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Kalau lo cuma mau merajuk sama gue,


mending lo hubungin suami lo aja, oke? Gue
sibuk,” sahutku ketus, lantas tanpa menunggu
jawaban, kuputuskan panggilan itu.

Telepon tadi membuat mood-ku


berantakan. Kenapa wanita itu masih
menghubungiku, padahal dia sudah menikah
dengan sahabatku? Kesal, akhirnya kuputuskan
untuk bermain game di laptopku. Entah berapa
jam yang kuhabiskan untuk menembak pesawat
musuh, tetapi aku menyudahinya ketika
perutku mulai lapar.

Kumatikan laptop, lantas keluar dari


ruang kerjaku. Tadinya aku ingin langsung ke
ruang makan, tapi aku teringat, di perpustakaan
ada Aluna. Kubelokkan kaki menuju
perpustakaan. Kuketuk pelan sambil memanggil

51
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

namanya, tapi karena tidak ada sahutan, kubuka


pintunya perlahan.

Di dalam, Aluna tengah tertidur lagi di


meja.

***

52
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Bab 6
Di dalam, Aluna tengah tertidur lagi di meja.
Kepalanya tertelungkup, beralaskan buku. Aku
menghampirinya, hendak membangunkannya,
tapi tidak tega. Terlihat nyenyak sekali tidurnya,
batinku. Sama seperti sebelumnya,
kupindahkan Aluna ke sofa supaya tidurnya
lebih enak.

Ketika aku membungkuk untuk


membaringkan Aluna di sofa, mataku
menangkap bayangan gundukan kembar di

53
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

balik kaus yang dipakainya. Dengan susah


payah aku menahan diri, tetapi ketika Aluna
bergerak untuk mencari posisi yang nyaman,
pertahananku runtuh. Paha putih Aluna
terpampang tepat di depan mataku.

Perlahan, aku membelai paha gadis itu


dengan ujung jariku. Karena Aluna tidak
bereaksi, aku menjadi lebih berani. Kubiarkan
tanganku menjelajahi tubuh Aluna dengan
perlahan, sambil menatap wajahnya. Di saat
bersamaan, milikku semakin mengeras. Tanpa
bisa menahan diri lagi, aku berjongkok lantas
mencium bibir mungil Aluna, membuatnya
tersentak bangun dengan terkejut.

Kedua mata Aluna memandangku dengan


terkejut, dan tangannya refleks mendorong
tubuhku supaya menjauh. Namun, kutahan
kedua tangan Aluna dan kutindih tubuhnya

54
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

supaya diam dan aku lebih leluasa untuk


menciumnya. Penolakan Aluna membuatku
semakin bergairah, akal sehatku kalah oleh
hawa nafsu.

Kedua tanganku lalu merobek kaus yang


dipakai Aluna, membuatnya menjerit, tapi
dinding perpustakaanku terbuat dari bahan
yang kedap suara, jadi teriakan Aluna tidak akan
terdengar ke luar. Kedua bukit kembar Aluna
mencuat dari robekan kaus. Kuremas keduanya
sehingga Aluna menggeliat di bawah tubuhku.
Bibirku mengatup di ujung payudara Aluna---
yang mengeras karena remasanku---kemudian
kuisap keduanya bergantian.

Isapanku di kedua ujung payudara Aluna


membuat gadis itu menggeliat dan mendesah.
Kedua tangannya terangkat tanpa disadarinya,
lantas meremas rambutku, menahan kepalaku.

55
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Sebelah tanganku turun meraba celana Aluna.


Jari-jariku menyelusup masuk, dan menyentuh
milik Aluna yang ternyata sudah basah.
Kumasukkan satu jari dan menggerakkannya
perlahan, membuat Aluna semakin menggeliat.

Sejenak, kulepaskan pelukanku dari tubuh


Aluna, untuk menyentakkan celananya. Aluna
terbaring lemas, kedua matanya berkabut
gairah, yang muncul tanpa disadarinya. Setelah
berhasil menyentakkan celana itu, kulempar ke
sembarang arah.

Mataku menatap bagian intim Aluna yang


dialiri oleh cairannya. Kutundukkan kepala,
lantas menyerang miliknya yang sudah basah
itu menggunakan mulut dan lidahku. Pinggul
Aluna terangkat, menanggapi isapanku. Kubelai
bagian intimnya dengan dua jari sementara
mulutku mengisap titik rangsangnya

56
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

membuatnya merintih. Aluna semakin


menggeliat, tubuhnya merapat kepadaku. Tidak
lama kemudian, Aluna pun mencapai
puncaknya. Cairannya mengalir deras, yang
langsung kujilat.

Aluna terbaring lemas, sedangkan aku


berkutat melepaskan celana jeans dan celana
boxer-ku, membebaskan milikku yang sudah
mengeras. Kutarik kedua kaki Aluna supaya
terbuka lebar, menampilkan liang miliknya
yang masih terlihat basah. Kugesekkan
batangku yang mengeras, membuat Aluna
mengerang. Tanpa aba-aba, kumasukkan
milikku ke liang Aluna, membuatnya menjerit
kesakitan. Kurasakan penghalang tersebut,
tetapi tidak kupedulikan, aku fokus menikmati
penyatuan ini.

57
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Setelah rasa sakitnya mereda, tampaknya


Aluna mulai menikmati penyatuan kami
walaupun air matanya masih mengalir.

Tanpa melepas penyatuan kami, kuubah


posisi Aluna sehingga kini gadis itu berada di
atas tubuhku. Menuruti insting, Aluna
menggerakkan pinggulnya naik turun hingga
milikku masuk sangat dalam, membuatku
mengerang.

Wajah Aluna terlihat sangat menikmati


percintaan ini membuatku ikut menggerakkan
pinggul hingga hunjamanku semakin dalam.
Kupercepat gerakanku sampai aku merasa akan
mencapai puncak.

“Kak, gue mau pipis lag!” erang Aluna,


membuatku semakin cepat menghunjam liang
Aluna, membuatnya menjerit nikmat.
Bersamaan dengan itu, kurasakan Aluna
58
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

mencapai puncaknya. Cairannya membasahi


milikku yang masih keluar masuk dengan cepat.
Tidak lama kemudian, aku pun mencapai
puncak, kusemburkan cairan hangat milikku ke
dalam milik Aluna hingga menetes ke sofa.

Deru napas Aluna terdengar kencang,


matanya terlihat berkaca-kaca. “Apa yang udah
kita lakuin, Kak? Kenapa lo kayak gitu?” tanya
Aluna sambil menangis.

Aku terdiam sembari menatap wajah


Aluna. Wajahnya memerah karena tangis dan
kepuasan. Aku bangkit dari sofa, lantas pindah
ke sofa lain. Sekarang, setelah pikiranku tidak
lagi tertutup oleh nafsu, aku dapat berpikir
jernih. Apa yang harus kulakulan sekarang?

Aluna beringsut bangun dari sofa sambil


berusaha menutupi tubuhnya. Aku juga bangkit
dari sofa, lantas menuju lemari kecil. Kuambil
59
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

sehelai selimut, lalu kuberikan kepada Aluna


yang langsung memakainya.

“Maaf, Lun, gue khilaf. Sumpah, gue juga


nggak tau apa yang ngerasukin diri gue,” ucapku
pelan.

Aluna terdiam, lantas berkata, “Bukan


sepenuhnya salah lo... karena gue juga tadi
nikmatin. Tapi jujur, gue kaget karena lo
ngelakuin kayak gitu. Kata Kak Andre, lo bukan
jenis cowok yang nidurin cewek sembarangan,”
ujarnya pelan.

Wajahku memerah malu. “Lo bukan cewek


sembarangan, Lun,” sahutku.

***

60
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Bab 7
Setelah pakaian Aluna kering, gadis itu langsung
pamit pulang. Saat kutawarkan untuk
mengantarnya pulang, Aluna menolak karena
sudah memesan ojek online.

“Lun, lo masih mau kan belajar di perpus


gue?” tanyaku pelan.

Aluna terdiam, lantas hanya mengangkat


kedua bahunya. Jika gadis itu berhenti belajar di
perpustakaanku, Andre pasti akan bertanya-

61
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

tanya. Jika Andre tahu, aku yakin dia pasti akan


membunuhku.

Tidak lama kemudian, ojek yang


dipesannya pun datang. Aluna langsung naik,
lalu tanpa menoleh ke arahku, dia menyuruh
driver-nya berangkat.

Aku masuk ke perpustakaan, menatap ke


arah sofa dan teringat percintaanku tadi dengan
Aluna. Sampai saat ini, aku masih tidak habis
pikir, kenapa aku bisa melakukan hal itu
terhadap Aluna?

Kuhampiri sofa dan melihat bekas dari


percintaan kami. Sebaiknya kubersihkan
sebelum Mbok Darmi membersihkan ruangan
ini.

Setelah selesai, aku naik ke kamar.


Kubanting tubuhku ke kasur, dan memejamkan

62
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

mata. Hari ini terasa sangat melelahkan bagiku.


Tiba-tiba aku teringat Aluna.

Bagaimana dengannya, ya? batinku.


Tubuhnya pasti terasa sakit, apalagi aku yakin
ini pertama kalinya Aluna melakukan hal itu.

Tanganku menggapai ponsel yang


kuletakkan di nakas, tapi terhenti tiba-tiba saat
aku ingat bahwa aku tidak punya nomor Aluna.
Tidak mungkin aku minta ke Andre.

Aku memejamkan mata, berharap bisa


tertidur. Tapi ketika kedua mataku terpejam,
aku teringat kejadian tadi di perpustakaan,
membuatku membuka kedua mataku lagi. Kalau
seperti ini caranya, aku tidak akan bisa tidur.

Akhirnya aku keluar kamar, dan pergi


menuju bar kecil di sudut ruang makan.
Kutuang segelas gin dan tonic, lantas kuteguk
supaya aku tidak terbayang-bayang lagi oleh
63
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

kejadian tadi. Entah sudah berapa gelas yang


kuminum, tapi paginya aku terbangun di
kasurku.

Kepalaku terasa berat, efek dari terlalu


banyak minum. Enggan rasanya untuk
berangkat ke kantor, tapi aku harus masuk
karena hari ini ada jadwal meeting dengan
semua kepala bagian.

Kupaksa tubuhku untuk bangun, dan


melangkah terhuyung ke kamar mandi.
Semburan air dingin dari shower membuat
kepalaku terasa lebih baik. Setelah mandi dan
berganti pakaian, aku turun untuk sarapan.
Karena kepalaku masih sakit, aku meminta
sopir untuk mengantarku ke kantor hari ini.

Sesampainya di kantor, aku langsung


menuju ruanganku. Sepertinya aku harus
minum obat pereda sakit kepala sebelum
64
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

meeting. Kusuruh sekretarisku untuk


membawakan obat sakit kepala dan segelas air
untukku. Ketika aku sedang menunggu
sekretarisku kembali, terdengar ketukan di
pintu.

“Masuk,” sahutku.

“Bro,” panggil Andre dari ambang pintu.

DEG!! Jantungku sepertinya berhenti


sepersekian detik ketika Andre menyapaku.
“Masuk, Ndre,” sahutku berpura-pura tenang.

“Lo kenapa? Pucat banget muka lo,” tanya


Andre sambil menatap wajahku dengan teliti.

“Iya, rada sakit kepala nih gue,” sahutku


pelan, menghindari tatapan menyelidik Andre.

“Lo habis minum-minum?” tanya Andre


curiga.

65
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Iya, cuma beberapa gelas semalem,


sebelum gue tidur,” sahutku.

“Lo gila, ya? Lo tau kan kita ada meeting


sama semua kepala bagian hari ini? Terus lo
malah minum-minum tadi malem?!” sembur
Andre murka.

“Gue tau, kok, gue inget. Tapi gue pengin


minum tadi malem!” bentakku.

Andre terdiam, tapi raut wajahnya masih


menunjukkan kalau dia marah. Akhirnya ia
menghela napas kemudian membanting
tubuhnya ke sofa empuk.

Aku sedikit menyesal sudah membentak


Andre seperti itu, tapi semalam aku minum-
minum hingga mabuk karena Aluna, adiknya
yang sudah kutiduri. Ingin rasanya kuberi tahu
alasan sebenarnya, tapi aku masih ingin hidup
lebih lama. Aku yakin Andre tidak akan segan
66
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

membunuhku jika mengetahui alasan yang


sebenarnya.

Tidak lama kemudian, sekretarisku


kembali sambil membawakan obat sakit kepala
dan air putih, lalu memberi tahu bahwa meeting
akan diadakan 15 menit lagi. Aku mengangguk
dan menyuruhnya keluar. Selama itu, Andre
hanya diam dan memperhatikan gerak-gerikku.

Setelah minum obat, sakit kepalaku


lumayan berkurang. Aku bersiap untuk
menghadiri meeting, Andre pun beranjak untuk
mengikutiku. Kami berjalan dalam diam menuju
ruang meeting. Setibanya di sana, hampir
seluruh kepala bagian sudah hadir. Aku masuk
dan melangkah menuju kursiku, dengan Andre
mengambil tempat kosong di sisi kananku.
Kulihat ada tatapan tidak senang dari beberapa

67
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

kepala bagian yang hadir karena melihat Andre


duduk di sebelahku.

Tanpa memedulikan hal itu, aku memulai


meeting hari ini. Seluruh kepala bagian
menyampaikan laporan dari bagian mereka
masing-masing, membahas progres perusahaan,
dan sebagainya. Selama meeting berlangsung,
aku hanya memberikan setengah dari
perhatianku. Hal itu tidak luput dari
pengamatan Andre, yang alisnya semakin
berkerut.

Usai meeting dan para kepala bagian


kembali ke tempat masing-masing, aku masih
duduk diam. Aku menghela napas lega karena
meeting sudah selesai. Andre mengajakku untuk
minum kopi dulu sebelum kembali bekerja.
Ketika sampai di coffee shop lantai bawah, aku

68
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

memesan hot Americano untuk menghilangkan


sakit kepalaku.

Ketika kami sedang menghirup minuman


masing-masing, ada bunyi pesan masuk di
ponsel Andre. Keningnya berkerut saat
membaca pesan itu. Aku memperhatikannya
membalas pesan, penasaran siapa pengirimnya.
Setelahnya, Andre menatapku.

“Barusan adek gue bilang kalau hari ini


nggak ke perpus lo buat belajar. Lagi nggak enak
badan katanya,” Andre memberitahuku. “Emang
sih, kemarin pas pulang mukanya rada pucat
gitu, kayak lagi masuk angin. Aluna bilang dia
kehujanan pas berangkat ke rumah lo,” jelas
Andre.

“Oh, ya udah nggak papa, biar istirahat aja


dulu. Kasihan juga kalau belajar terus, kan,”
sahutku berpura-pura tenang.
69
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Iya, dia belajar giat supaya bisa lulus


terus masuk universitas bagus,” kata Andre.

Aku mengangguk lantas menyeruput


kopiku lagi. Semoga hari ini saja Aluna tidak
datang ke perpustakaanku. Jika berlanjut, bisa
dipastikan Andre akan bertanya-tanya.

Setelah kopi habis, kami kembali ke


ruangan masing-masing untuk melanjutkan
pekerjaan. Tapi hari ini aku hanya setengah
berkonsentrasi ke pekerjaan, sebab aku
kepikiran Aluna.

Ketika jam pulang kantor tiba, aku


langsung membereskan mejaku, lantas turun
dan menuju parkiran. Saat sedang berjalan
menuju mobil, kulihat Andre sudah berada di
motornya, siap untuk pulang. Namun begitu
melihatku, ia membawa motornya
menghampiriku.
70
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Lo mau nengok adek gue, nggak?” tanya


Andre.

“Eh? Nggak papa emang kalau gue


nengokin adek lo?” tanyaku kaget.

“Gak papalah, emang kenapa?” tanya


Andre balik bertanya sambil tertawa.

“Oke deh, gue mampir ke rumah lo,”


sahutku.

Andre melajukan motornya sambil


berkata, “Gue duluan kalau gitu.” Ia lalu
melambaikan tangan.

Aku mengangguk, lantas segera masuk ke


mobil. Kuminta sopir untuk segera pulang ke
rumah. Sampai di rumah, aku bergegas mandi
dan berganti baju, lalu langsung masuk mobil
hendak pergi ke rumah Andre.

71
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Karena kepalaku sudah tidak sakit lagi,


kuputuskan untuk menyetir sendiri. Sebelum ke
rumah Andre, aku mampir ke toko buah dan
membeli beberapa jenis buah untuk menjenguk
Aluna. Setelah mendapatkan yang kuinginkan,
aku kembali melajukan mobil.

***

72
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Bab 8
Sesampainya di kompleks perumahan Andre,
aku mengirim pesan memberi tahu bahwa aku
sebentar lagi tiba di rumahnya. Tidak berapa
lama, kulihat Andre sudah berdiri di luar pagar
menunggu kedatanganku. Kuparkirkan mobil di
halaman rumah, lantas turun menghampiri
sahabatku itu. Kubawa juga buah-buahan yang
tadi kubeli.

“Nih, Bro, gue bawa buah buat Aluna,”


ucapku sambil menyodorkannya ke arah Andre.

73
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Wah, thank you, repot-repot amat bawa


buah segala,” sahut Andre nyengir sambil
menerima buah yang kusodorkan.

“Tsk, kan lo juga bisa ikutan makan,”


ujarku tertawa sambil menoyor jidat Andre.

Andre ikut tergelak lalu mengajakku


masuk ke rumah. Baru kali ini aku
menginjakkan kaki di rumahnya, karena
biasanya aku dan Andre lebih banyak
nongkrong di café atau di rumahku. Rumah
keluarga Andre rapi, dan perabotannya
walaupun terlihat sederhana, tetapi elegan dan
cocok di ruangan.

Andre mengajakku naik menuju kamar


Aluna, setelah sebelumnya meletakkan buah-
buahan di ruang makan, dan meminta pelayan
untuk menyiapkan minum beserta penganan.
Jujur, aku gugup saat melangkah naik menuju
74
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

kamar Aluna. Aku tidak tahu harus bersikap


seperti apa nanti.

Andre berhenti di depan pintu kamar


bercat pink. Diketuknya perlahan pintu itu, dari
dalam kamar terdengar suara Aluna menyahut.
Kami pun masuk, dan kulihat Aluna sedang
duduk bersandar di kasurnya sambil membaca
buku. Mendengar kami masuk, Aluna
mengangkat kepala, tatapannya terpaku saat
melihatku berjalan masuk di belakang Andre.

Andre menghampiri Aluna dan duduk di


sisinya sambil berkata, “Lah, kok malah baca
buku? Kan lagi sakit,” ucapnya sambil menarik
perlahan buku di pangkuan adiknya itu.

“Gue bosen Kak duduk diem gini. Mending


gue baca deh,” sahut Aluna sambil tangannya
terulur meminta bukunya.

75
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Lo tuh dari kemarin kan demam, harus


banyak istirahat,” ucap Andre lembut.

Aluna pun pasrah ketika Andre justru


makin menjauhkan buku itu dari jangkauan
tangannya. Akhirnya dia pun membaringkan
tubuhnya di balik bed cover bergambar kucing.
Kuperhatikan, wajahnya memang pucat. Apa
karena kemarin, ya?

Ketukan di pintu membuyarkan


lamunanku. Rupanya pelayan yang membawa
minum, kudapan, beserta buah yang tadi
kubawa. Setelah meletakkannya di meja kecil
dekat meja belajar Aluna, pelayan itu keluar.

Andre mengambil sebuah apel lalu


menyodorkannya kepada Aluna. Tiba-tiba
ponsel Andre berdering, dikeluarkannya benda
itu dari saku dan dilihatnya nama penelepon
yang tertera.
76
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Eh Mama telepon, nih, gue angkat dulu ya.


Bro, tolong temenin adek gue, ya,” pinta Andre
sambil keluar kamar.

Aku mengangguk, lantas menghampiri sisi


ranjang Aluna, membuat gadis itu tersentak
mundur. Di wajahnya tergambar ketakutan,
membuatku menyesali perbuatanku kemarin.
Tapi nasi sudah menjadi bubur, apa yang terjadi
kemarin tidak dapat dihapuskan. Perlahan aku
duduk di sisi ranjangnya, membuat Aluna
semakin beringsut menjauh hingga ke pinggir
ranjang.

“Eh, nanti jatuh kalau lo terus mundur


kayak gitu,” ujarku memecahkan keheningan.

“Bodo amat, yang penting gue jauh dari lo,”


sahut Aluna ketus.

77
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Lun, gue minta maaf soal kemarin. Gue


tau, itu nggak akan mengubah apa pun, tapi gue
beneran nyesel,” ucapku perlahan.

“Lo sih enak, jadi cowok nggak bakal ada


bekasnya. Lah, gue? Kalau nanti gue nikah, terus
suami gue tau kalau gue udah nggak perawan,
gimana?” tanya Aluna sengit.

“Gue mau tanggung jawab kok Lun. Kalau


nanti nggak ada yang mau nikah sama lo, biar
gue aja yang nikahin lo,” sahutku sambil
nyengir.

Aluna menimpukku dengan bantal sambil


mendengus, tapi tidak lama kemudian dia
tertawa. Lega rasanya melihat Aluna tertawa,
walau wajahnya masih pucat.

Tidak lama, Aluna terdiam dan


memejamkan matanya. Aku menatap wajah
manis yang terlihat pucat itu. Kuulurkan tangan
78
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

perlahan, membelai rambutnya, membuat


kedua matanya kembali terbuka dan
menatapku dengan heran.

Aku tersenyum sambil berkata, “Hari ini lo


istirahat yang bener ya, biar lo bisa belajar lagi
di perpustakaan gue,” ucapku pelan.

“Iya, gue bakal istirahat, kok. Rasanya


nggak enak kalau nggak belajar pas mau ujian
gini,” sahutnya tersenyum.

Aku ikut tersenyum lantas bangkit untuk


mengambil minuman yang tadi disediakan.
Ketika melihat jam tanganku, ternyata sudah
cukup malam. Aku hendak pamit, tapi ketika
menoleh ke arah Aluna, ternyata gadis itu sudah
tertidur. Aku lalu melangkah menuju pintu
kamar tepat saat papan bercat pink itu terbuka
pelan dan Andre melangkah masuk.

79
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Aku berpamitan pada Andre, tapi dia


menyuruhku untuk makan malam dulu di
rumahnya. Karena memang sudah lapar juga,
kuterima tawarannya, lalu kami makan
bersama di ruang makan. Usai makan malam,
aku pun pamit, karena kepalaku mulai terasa
sakit lagi.

Andre mengantarku keluar, menuju


mobilku yang terparkir di halaman. Setelah
pamitan lagi, aku langsung memacu mobilku
menuju rumah. Usai menempuh perjalanan
pulang, aku tiba di rumah dengan lesu.
Sepertinya aku mulai demam, jadi aku langsung
masuk ke kamar. Tanpa berganti baju, aku
membanting tubuhku yang lemas ke ranjang
dan terlelap.

80
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Bab 9
Esoknya, aku memutuskan untuk tidak masuk
kantor karena demam. Setelah menghubungi
sekretarisku untuk memberikan instruksi, aku
mengabari Andre bahwa aku tidak masuk.
Balasan Andre cukup membuatku kesal, karena
dia bilang itu akibatnya jika minum-minum
hingga mabuk.

Mbok Darmi membawakan sarapanku ke


kamar, karena aku terlalu lemas untuk turun ke
ruang makan.

81
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Usai sarapan, aku membuka laptop dan


memeriksa email masuk. Walaupun tidak ke
kantor, aku masih bisa bekerja dari rumah.

Ponsel yang kuletakkan di nakas


berdering, membuatku mengangkat kepala
dengan kening berkerut. Kuraih benda itu,
sederet angka yang tidak kukenal muncul. Aku
hanya melihat, malas untuk mengangkat
telepon dari nomor yang tidak kukenal. Setelah
panggilan terputus, aku menaruh kembali
ponselku. Tapi kali ini denting pesan masuk
membuatku meraih benda tipis itu.

Ketika membuka pesan itu, mataku


terbelalak kaget, karena itu ternyata nomor
Aluna. Segera kusimpan nomornya, sebelum
membalas pesannya. Gadis itu bertanya apa
boleh dia belajar di perpustakaan, sedangkan
Andre bilang aku sedang sakit. Ketika kubalas

82
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

tidak masalah jika dia ingin belajar di


perpustakaanku, Aluna mengirim emoticon
tersenyum, membuatku ikut tersenyum.

Sebaiknya aku membersihkan diriku


sebelum Aluna tiba, tapi badanku masih lemas.
Jadi aku berbaring lagi, hingga Mbok Darmi
memberi tahu bahwa Aluna sudah datang. Aku
mengirim pesan ke Aluna, meminta maaf karena
tidak bisa menyambutnya, sebab aku sedang
sakit. Aluna tidak membalas pesanku, hingga
aku tertidur.

Aku terbangun karena merasa ada


seseorang di kamarku. Saat membuka mata, aku
terkejut karena ternyata Aluna sedang duduk di
sofa di seberang ranjangku. Melihatku
terbangun, Aluna bangkit lalu menghampiriku
dan duduk di sisi ranjang. Tangannya terulur

83
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

memegang dahiku, lantas mengambil sesuatu


dari nakas.

“Nih, minum lagi obatnya, masih demam,”


ucapnya sambil menyodorkan obat dan segelas
air.

Setelah minum obat, aku bertanya, “Lo kok


nggak di perpus?” sambil menyerahkan gelas.

“Udah, kok. Gue... pengin nengokin lo. Kata


Mbok Darmi, lo demam,” jawab Aluna. Setelah
meletakkan gelas di nakas, Aluna kembali
duduk di sisi ranjang lantas berkata, “Kak, jujur
gue nggak tau apa yang sekarang gue rasain,”
ucapnya sambil menunduk.

“Kenapa? Lo masih marah sama gue?”


tanyaku.

84
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Aluna menundukkan wajahnya, lalu


berkata, “Gue udah nggak marah sama lo, Kak,”
ucapnya pelan, tapi kulihat wajahnya memerah.

“Kalau lo udah nggak marah, terus


kenapa?” tanyaku bingung.

Aluna mendekatkan wajahnya ke arahku,


lalu membisikkan sesuatu yang membuatku
kaget. Mataku menatap Aluna dengan heran,
tapi Aluna justru menghindari tatapanku.
Kuulurkan tangan, meraih wajahnya yang
tertunduk. Dengan rona merah di wajahnya,
Aluna menatapku.

Perlahan aku bangun untuk bersandar.


Aluna membantuku, dan menyusun bantal di
belakangku supaya aku bisa bersandar dengan
nyaman. Ketika Aluna sedang menyusun bantal,
kupeluk tubuhnya dengan tiba-tiba,
membuatnya terpekik kaget. Karena tidak
85
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

menyangka akan dipeluk, Aluna kehilangan


keseimbangan dan jatuh menimpaku. Tubuh
berisinya begitu empuk dan dan enak untuk
dipeluk.

Kami saling bertatapan, lalu perlahan


kudekatkan wajahku untuk mencium bibir
mungilnya. Mata Aluna terpejam ketika aku
menciumnya, membuatku memperdalam
ciuman kami.

Kuubah posisi kami sehingga Aluna


berada di bawah tubuhku. Kusurukkan wajahku
di ceruk leher Aluna, untuk mengendus aroma
tubuhnya yang wangi buah-buahan,
membuatnya menggelinjang karena geli.
Kekehannya membuatku semakin
menyurukkan wajahku, hingga akhirnya
tawanya berubah menjadi desahan.

86
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Sambil tetap mencium Aluna, tanganku


berusaha membuka kancing kemejanya. Ketika
terbuka, terlihat kedua payudara Aluna yang
terbungkus bra berwarna salem. Perlahan
kubelai keduanya, lantas kubuka pengaitnya,
untuk membebaskan payudara menggiurkan itu
dari sangkarnya. Kucampakkan bra itu, lalu
kuraih payudara Aluna, dan mengisap kedua
ujungnya, membuatnya mengeras di dalam
mulutku.

Erangan Aluna terdengar ketika aku


semakin kuat mengisap ujung payudaranya.
Kedua tangan Aluna pun terangkat, menahan
kepalaku supaya tetap mengisapnya. Sebelah
tanganku turun, meraba paha Aluna.
Kulepaskan kemeja Aluna supaya lebih leluasa
untuk menikmati tubuhnya, begitu juga dengan
celana yang dipakainya.

87
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Bagian bawah tubuh Aluna ternyata sudah


sangat basah, terlihat dari pakaian dalamnya
yang basah. Kuarahkan jariku untuk
membelainya, membuat tubuh Aluna melenting
ke atas. Kumasukkan jariku, lantas kugerakkan
perlahan, membuat Aluna bergerak gelisah di
bawahku, menyenggol milikku yang sudah
mengeras.

Aku tidak kuat lagi untuk menahan


gairahku. Kulepaskan seluruh pakaian Aluna
dan pakaianku, lantas kupeluk tubuhnya.
Pertemuan kulit telanjang kami menimbulkan
sensasi tersendiri.

Kucium bibir Aluna, sedangkan kedua


tanganku meremas payudaranya. Aluna sendiri
pun ikut aktif, tangannya turun untuk membelai
milikku yang semakin mengeras.

88
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Kali ini kuarahkan ciumanku ke lubang


Aluna yang basah dengan cairannya. Kuisap lalu
kumasukkan lidahku ke dalam lubangnya,
membuat Aluna mengerang dan menjambak
rambutku. Kumasukkan dua jari ke lubangnya
sambil tetap menciumnya, sehingga tubuh
Aluna tersentak-sentak. Tidak lama kemudian,
Aluna mencapai puncaknya, cairannya keluar
begitu banyak.

Aluna terbaring lemas, tetapi wajahnya


tampak puas.

Aku cukup terkejut ketika tiba-tiba saja


Aluna bangkit dan menerjangku, membuatku
terlentang di kasur. Aluna menduduki tubuhku,
lantas menciumku dengan ganas. Ciumannya
semakin lama semakin turun, hingga sampai di
milikku yang mengeras. Lidahnya terjulur,
menjilat ujung batangku, membuatku menahan

89
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

napas. Perlahan, Aluna memasukkan batangku


ke mulutnya dan mulai mengisap. Rasa
terkejutku karena perbuatan Aluna, sirna
seketika saat Aluna semakin dalam mengulum
milikku. Gelombang rasa nikmat menyapu
diriku, membuatku mencapai puncak,
menyemburkan cairanku ke dalam mulut Aluna,
hingga menetes ke dagunya.

Sekarang ganti aku yang menerjang Aluna,


membuatnya terpekik kaget hingga terlentang.
Kami tertawa bersamaan, tetapi tawa itu sirna
berganti menjadi desahan ketika aku kembali
menikmati payudara kenyalnya.

Kali ini, aku akan melakukannya dengan


lembut. Kubuka kedua kaki Aluna, kugesekkan
perlahan milikku ke liangnya, membuat Aluna
menggeliat tidak sabar. Kumasukkan milikku
perlahan ke liangnya, keluar masuk dengan

90
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

pelan hingga Aluna merengek supaya aku


mempercepat gerakanku.

Kuubah posisi kami hingga Aluna


menungging, lantas kuhunjamkan milikku
dalam-dalam, membuat kami berdua
mengerang bersamaan. Kupompa milikku
dengan cepat, membuat tubuh Aluna
terguncang-guncang, kedua payudaranya
bergoyang lantas kuremas dengan kuat.

Setelah beberapa lama, kembali


kubalikkan tubuh Aluna, kukaitkan sebelah
kakinya ke bahuku hingga miliknya terbuka
lebar, membuatku leluasa menghunjam dirinya.
Sambil terus menghunjam liang Aluna, aku
mengisap ujung payudaranya, membuatnya
mengerang dan menahan kepalaku supaya
tetap di situ.

91
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Hunjamanku semakin lama semakin


cepat, hingga kurasakan Aluna mencapai
puncak lebih dulu. Tidak lama setelah itu, aku
pun mencapai puncak, menyemburkan cairan
hangatku ke dalam liang Aluna. Aku
menyurukkan wajah di ceruk leher Aluna,
sementara milikku masih terbenam dalam
dirinya. Perlahan, kucabut milikku, hingga
membuat Aluna mendesis.

“Udah dulu, kasih gue istirahat, Lun,”


ujarku tertawa ketika melihat Aluna sepertinya
masih ingin lagi.

Wajah Aluna memerah, tapi menyahut,


“Udah tua sih, jadi capek ya,” sahutnya
meledekku.

“Eh, berani ngeledek gue, awas lo ya, nanti


gue bikin lo nggak bisa bangun dari ranjang gue
nih,” ancamku sambil tertawa.
92
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Mendengar ancamanku, Aluna tertawa


dan berpura-pura takut.

Aku lantas bangkit dari ranjang dan mulai


mengumpulkan pakaian kami yang tadi
kulemparkan sembarangan. Sebenarnya, ada
satu hal yang sedikit mengusik pikiranku, tetapi
karena gelombang gairah menyapu diriku
membuatku tidak terlalu memikirkannya.
Namun ketika gelombang tersebut sudah reda,
hal itu kembali ke pikiranku. Dua kali kami
melakukannya, dan keduanya tanpa aku
menggunakan pengaman.

Aku menoleh menatap Aluna yang sedang


melangkah menuju kamar mandiku untuk
membersihkan diri. Sepertinya hal itu tidak
terpikirkan oleh Aluna, karena gadis itu tenang-
tenang saja.

93
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Bab 10
Ketika Aluna keluar dari kamar mandi, aku
sudah berpakaian rapi. Setelah aktivitas tadi,
sepertinya demamku menurun. Kurasa aku
sudah cukup kuat untuk turun dan makan
malam bersama Aluna di ruang makan. Lagi
pula, ada hal yang harus kubicarakan
dengannya. Risiko yang akan terjadi jika kami
melakukannya tanpa pelindung. Kuajak Aluna
turun ke ruang makan, dan kulihat di meja
makan sudah tersaji hidangan makan malam.
Melihatku turun, Mbok Darmi langsung
94
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

menyiapkan satu buah piring lagi untukku.


Melihat Aluna makan dengan lahap, membuatku
terkekeh. Sepertinya kegiatan kami tadi
menguras tenaganya. Aluna cemberut
melihatku tertawa, tapi tetap melanjutkan
makan dengan lahap.

Usai makan malam, kuajak Aluna ke ruang


kerjaku untuk berbicara mengenai hal yang
mengganggu pikiranku. Awalnya Aluna nampak
belum paham apa yang kumaksud, tapi setelah
kujelaskan lagi, wajahnya memucat.

“Lun, kalo lo sampe hamil, lo kasih tau gue.


Gue bakal tanggung jawab, kok,” ucapku
menenangkan Aluna.

“Bukan itu masalahnya, Kak. Kak Andre


bakal ngehajar gue kalau sampe gue beneran
hamil,” sahut Aluna dengan wajah pucat.

95
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Aku menepuk dahiku, lupa bahwa jika


Andre sampai tahu, bisa dipastikan semua akan
runyam. Pasti Andre akan menghajarku tanpa
ragu, dan membawa Aluna menjauh dariku.
Sekarang kusadari, bahwa aku mencintai Aluna.
Mungkin aneh, seorang pria berusia 35 tahun
sepertiku mencintai gadis berumur 18 tahun.
Tapi cinta kan tidak mengenal usia.

Aku menenangkan Aluna, dan


membuatnya berjanji untuk menghubungiku
jika ada sesuatu yang aneh pada tubuhnya.
Dalam pelukanku, Aluna memberi tahu bahwa
satu bulan lagi dirinya akan menghadapi ujian.
Jadi mulai besok, dia akan fokus belajar di
rumahnya. Aku hanya mengangguk sambil tetap
memeluknya.

Tiba-tiba ponsel Aluna berdering,


membuat kami terkejut. Aluna melihat siapa

96
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

yang meneleponnya, dan seketika wajahnya


memucat. Segera diangkatnya panggilan itu, dan
berbicara dengan si penelepon.

Setelah menutup pembicaraan, Aluna


pamit pulang. Ketika kubilang akan
mengantarnya, Aluna menolak dan
menyuruhku supaya istirahat. Aku menemani
Aluna hingga ojek online yang dipesannya
datang. Setelah Aluna berlalu, aku kembali ke
kamar dan teringat percintaaan kami tadi. Aku
mengempaskan tubuhku dan menghirup sisa
aroma tubuh Aluna yang masih tersisa di situ.

***

Satu bulan kemudian.

Hari ini Aluna akan menghadapi ujian akhir


SMAnya, dan selama satu bulan terakhir ini
tidak ada kabar darinya. Membuatku sangat
merindukannya, tapi karena kudengar dari
97
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Andre bahwa adiknya sedang serius


menyiapkan untuk ujiannya, aku terpaksa
menekan perasaanku. Aku benar-benar
berharap, Aluna dapat lulus dengan nilai yang
bagus.

Selama Aluna mempersiapkan dirinya


menghadapi ujian, aku menyiapkan sebuah
rencana. Aku berniat menemui keluarga Aluna,
untuk melamar dirinya. Tapi sebelum itu,
sepertinya aku harus memberi tahu Andre
mengenai perasaanku terhadap adiknya.

***

98
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Bab 11
Hari itu, aku memutuskan untuk menemui
orang tua Aluna. Tapi aku harus memberi tahu
Andre tentang niatku menemui orang tua
mereka. Ketika sampai di parkiran, aku belum
melihat motor Andre, sepertinya belum datang.
Aku segera naik ke ruanganku, dan memberikan
perintah kepada sekretarisku supaya meminta
Andre ke ruanganku jika dia sudah datang.
Selama menunggu kedatangan Andre, aku
menyiapkan kata-kata yang akan kuucapkan.

99
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Ketika Andre masuk, rasa gugupku


bertambah. Andre duduk di sofa dan
memandangku dengan heran. Kutawarkan
minuman---untuk mengulur waktu---yang
ditolak dengan gelengan kepala oleh Andre.

“Lo kenapa, Bro? Tumben nyuruh gue ke


sini,” tanya Andre heran.

“Eh, itu Ndre, g-gue mau ketemu sama ortu


lo,” sahutku terbata.

Alis Andre naik mendengar kata-kataku


tadi. Tatapannya berubah menyelidik. “Mau
apa?” tanyanya curiga.

“G-gue mau ketemu, ada y-yang mau gue


omongin sama ortu lo,” jawabku mulai panik.
Jika respons Andre saja seperti ini, apalagi
respons orang tua mereka, batinku senewen.

100
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Oke, kapan lo mau ketemu?” tanya Andre


dengan nada dingin dan tatapan curiga.

“Besok pagi, sekitar jam 10 atau 11,


gimana?” tanyaku. “Aluna masih ujian, kan,
besok?” tanyaku lagi.

Andre hanya mengangguk, lantas berdiri


dan kembali ke ruangannya. Sedangkan aku
mengembuskan napas lega, bebas dari tatapan
menyelidik Andre. Sepertinya tidak akan mudah
untuk mendapatkan restu dari keluarga Aluna,
jika melihat sikap Andre tadi.

Sepanjang hari itu, aku tidak bisa


konsentrasi bekerja, aku terus memikirkan hari
esok---waktu pertemuan dengan orang tua
Aluna. Akhirnya kuputuskan untuk pulang lebih
awal, membuat sekretarisku heran, karena
selama ini aku nyaris tidak pernah pulang lebih
awal.
101
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Sampai di rumah, aku mengempaskan


tubuhku di sofa, memikirkan apa yang akan aku
sampaikan kepada orangtua Aluna. Merasa
buntu, kuputuskan untuk mandi dulu supaya
tubuhku segar dan dapat berpikir jernih. Dan
aku baru teringat, aku juga harus memberi tahu
keluargaku nanti, setelah urusanku dengan
keluarga Aluna beres.

Usai mandi, aku menyiapkan pakaian yang


akan kukenakan esok. Setelahnya, aku turun
untuk makan malam. Seraya menyuapkan
makanan, aku iseng-iseng menghubungi orang
tuaku, tapi hanya nada sambung yang kudengar.
Aku menghela napas pasrah, sepertinya mereka
sibuk sekali hingga tidak peduli dengan
anaknya. Usai makan, aku langsung naik ke
kamar untuk beristirahat. Perasaan tegang
semakin melanda diriku.

102
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Bab 12
Keesokan harinya, aku terbangun dengan
perasaan gugup yang makin menjadi. Karena
semalam terlalu tegang, tidurku tidak nyenyak.
Aku pun bergegas mandi, lalu berganti pakaian.
Kulihat jam dinding, rupanya masih jam 8 pagi.

Usai sarapan, aku meminta sopir untuk


mengantarku sebab aku terlalu tegang untuk
menyetir sendiri. Setelah persiapan selesai, aku
pun berangkat menuju rumah Aluna. Aku
sengaja memilih waktu ketika gadis itu tidak di

103
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

rumah sebab aku ingin memberi kejutan


untuknya nanti, saat ujiannya sudah selesai.

Setelah menempuh kemacetan, aku tiba di


rumah Aluna tepat pukul 10 seperti yang
kemarin kujanjikan kepada Andre. Karena pintu
gerbang sudah terbuka, mobilku langsung
meluncur masuk. Kulihat pintu rumah terbuka,
dan Andre muncul menyambutku.

Aku turun dan menyuruh sopirku untuk


menunggu, lantas menghampiri Andre yang
berdiri di ambang pintu. Rasa gugupku
bertambah demi melihat sikap lelaki itu yang
tidak seramah biasanya.

“Pagi, Bro,” sapaku berpura-pura tenang.

“Pagi. Masuk, deh, ortu gue udah nunggu,”


sahut Andre, lantas mendahului masuk ke
dalam rumah.

104
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Aku mengikuti langkah Andre menuju


ruang keluarga yang terletak di bagian
belakang. Selama itu, Andre tetap diam dan
tidak berbicara apa pun. Akhirnya kami sampai
di ruang keluarga yang cukup besar dan
nyaman. Ada satu set sofa dan sebuah meja
tamu, lalu seperangkat televisi. Di sofa, sudah
duduk orang tua Aluna-Andre, menanti
kedatanganku. Wajah mereka menatapku
dengan heran bercampur curiga. Andre
mempersilakan aku untuk duduk di sofa di
seberang meja, sedangkan dia sendiri duduk di
samping orang tuanya.

Aku berdeham untuk melancarkan


tenggorokanku yang tiba-tiba tercekat.
Kuperkenalkan diriku, lantas kusampaikan
maksud kedatanganku hari ini, yaitu ingin
melamar Aluna dan menikahinya. Wajah Andre
dan kedua orang tuanya seketika berubah
105
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

mendengar maksud kedatanganku. Sebelum


orang tuanya menjawab, Andre bangkit berdiri
lantas menarik kerah bajuku.

“Lo udah sinting, ya? Aluna masih muda,


jangan ngehancurin hidupnya!” geram Andre
murka seraya mencengkeram kerah bajuku.

“Gue cinta sama Aluna, makanya gue mau


nikahin dia. Gue nggak ada maksud buat
ngehancurin hidupnya,” sahutku tenang.

“Tapi Nak Markus, Aluna masih muda,


belum siap untuk menjadi istri Nak Markus,”
ucap ibu Aluna seraya melerai kami.

“Saya memang bermaksud menikahi


Aluna, Bu, tapi saya akan menunggu hingga
Aluna siap,” jawabku pelan, dan menambahkan
dengan ragu, “lagi pula, ada lagi yang harus saya
beri tahu kepada kalian semua.” Aku menunduk
karena tidak berani menatap mereka.
106
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Apa itu, Nak?” tanya ayah Aluna.

“Sebenarnya, kami, saya dan Aluna...


sudah tidur bersama, Pak,” jawabku pelan.

Kontan mereka terkejut. Lalu, tanpa


diduga, dengan cepat dan kuat Andre meninju
wajahku, membuatku terhuyung jatuh. Tanpa
memberiku kesempatan untuk menjelaskan,
Andre sudah menghajarku habis-habisan.
Kedua orang tuanya berusaha untuk
menghentikan Andre, tapi sepertinya putra
mereka sudah kehilangan kendali diri. Andre
benar-benar menghajarku hingga aku nyaris
tidak sadarkan diri.

Melihatku tergeletak diam, barulah Andre


menghentikan pukulannya. Dengan napas
memburu, ia menjauh dari tubuhku yang
terbaring babak belur di lantai. Ayah Andre
langsung menarik putranya menjauh dariku,
107
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

sedangkan ibunya berusaha membantuku


untuk bangun.

“Nggak usah dibantu, Bu, orang kayak gitu.


Bangsat itu udah ngehancurin masa depan
Aluna!” teriak Andre ketika melihat ibunya
berusaha membantuku.

“Ndre, jangan gitu,” tegur sang ayah.

Aku berdiri dengan susah payah. Pukulan


Andre benar-benar kuat, maklum saja karena
dia ikut boxing. Untung rahangku tidak hancur
dihajar bertubi-tubi seperti tadi. Ibunya
membantuku untuk duduk, lantas
mengambilkan minum. Aku terharu, walaupun
aku sudah menodai putri mereka, tapi mereka
masih bersikap baik terhadapku.

Ayah Andre lantas duduk di hadapanku


sambil menghela napas dan wajahnya muram.

108
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Sedangkan Andre masih memelototiku, seakan


belum puas menghajarku.

“Begini, Nak Markus, tolong beri kami


waktu untuk berpikir dulu, ya,” pinta Pak Restu.

“Mikir apa lagi sih, Pak? Nggak usah, aku


nggak mau Aluna punya pendamping kayak
dia!” Andre menyela omongan ayahnya.

“Ndre, jangan bicara dengan emosi. Kita


harus mikirin apa yang akan terjadi dengan
Aluna dengan kondisinya yang sekarang ini,”
jelas Pak Restu sabar.

Andre menghela napas panjang, lantas


pergi meninggalkan ruang keluarga.

Aku menunduk, merasa malu dengan


perbuatanku. Akhirnya, aku menyetujui usul
Pak Restu, dan akan menunggu jawaban dari
mereka. Tidak lama setelah itu, aku pamit

109
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

pulang. Orang tua Aluna mengantarku hingga ke


pintu, tapi aku tidak melihat Andre lagi.

Aku bergegas masuk ke mobil setelah


berpamitan, dan menyuruh sopir untuk segera
pulang ke rumah. Selama perjalanan,
kupejamkan kedua mata karena efek pukulan
Andre masih terasa. Sepertinya esok aku tidak
usah masuk kerja, jika tidak ingin menimbulkan
kehebohan di kantor.

Sampai di rumah, aku bermaksud


langsung ke kamarku, tapi sialnya aku
berpapasan dengan Mbok Darmi yang langsung
panik ketika melihat wajahku yang babak belur.
Mbok Darmi segera menggiringku ke kamar,
untuk mengobati wajahku, setelah itu
memaksaku untuk beristirahat. Kuturuti saran
Mbok Darmi, dan dalam sekejap aku pun
terlelap.

110
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Bab 13
Esok paginya aku terbangun karena ponselku
berbunyi. Dengan mata setengah terpejam,
tanganku menggapai ponsel yang kuletakkan di
nakas. Rupanya Aluna yang menghubungi.
Kugeser layar untuk menjawab panggilan itu.

“Ya, Aluna?” sahutku dengan suara serak.

“Kak, lo baru bangun? Udah siang gini,


nggak kerja, Kak?” tanya Aluna beruntun.

111
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Gue lagi nggak enak badan, hari ini nggak


masuk. Lo udah selesai ujian?” ucapku sambil
bangun untuk bersandar.

“Hari ini ujian terakhir, habis itu selesai.”

“Wah, syukur deh. Kerjain yang bener ya


ujiannya,” kataku sambil tertawa, walaupun
setelah itu nyeri menghantam wajahku.

Aluna tertawa mendengar perkataanku,


lantas mengucapkan lekas sembuh dan pamit
karena hendak berangkat sekolah. Setelah
menutup telepon, aku merenung.

Kira-kira... apa jawaban yang akan


diberikan oleh orang tua Aluna? Aku sangat
berharap mereka menerima lamaranku karena
aku benar-benar mencintai Aluna walaupun
perbedaan umur kami lumayan jauh.

112
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Tiba-tiba pintu kamarku diketuk, dan


tidak lama muncul wajah Mbok Darmi di pintu.
Rupanya ia membawakan sarapan untukku,
semangkuk bubur hangat dan segelas susu, yang
diletakkan di nakas. Setelah itu, Mbok Darmi
keluar untuk melanjutkan pekerjaannya. Aku
sarapan pelan-pelan sebab rahangku masih
nyeri jika kugerakkan.

Ketika aku sedang berusaha


menghabiskan sarapan, ada pesan masuk ke
ponselku. Ternyata dari Andre, yang
memintaku untuk datang ke rumahnya karena
orang tuanya akan memberikan jawaban
kepadaku.

Setelah membalas pesan Andre,


kusingkirkan sarapan yang tinggal sedikit. Aku
bangkit lantas bergegas mandi dan berganti
pakaian secepat yang aku bisa.

113
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Tuan mau ke mana? Kan lagi sakit,” tanya


Mbok Darmi seraya menuntunku yang baru saja
melangkah keluar dari kamar dengan tertatih.

“Aku ada perlu sebentar, Mbok. Minta


tolong sopir untuk menyiapkan mobil, ya,”
pintaku.

Mbok Darmi mengangguk, lalu bergegas


mencari sopir. Aku duduk di ruang tamu,
mengumpulkan tenaga. Setelah mobilku siap,
aku langsung naik dan menyuruh sopir untuk
berangkat. Dalam perjalanan, aku nemikirkan
jawaban apa yang akan diberikan oleh keluarga
Aluna. Tanpa kusadari, mobilku sudah tiba di
rumah Aluna, dan berhenti di depan pintu
masuk.

Ketika aku turun dari mobil, pintu rumah


terbuka, dan Andre keluar menyambutku.
Sikapnya sangat dingin, dan tanpa basa-basi ia
114
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

langsung mengantarku ke ruang tamu, di mana


orang tuanya sudah menunggu. Ketika aku
sudah duduk di hadapan mereka, Pak Restu
membuka pembicaraan,

“Nak Markus, kami sudah memikirkan dan


mempertimbangkan niat Nak Markus untuk
melamar Aluna,” Pak Restu mengawali
pembicaraan. “Kami memutuskan untuk
menolak lamaran Nak Markus karena Aluna
masih sangat muda,” sambungnya.

Jawaban tersebut membuatku terkejut


dan kecewa. Apa yang kurasakan sepertinya
tergambar jelas di raut wajahku, karena Pak
Restu lantas menyambung pembicaraan lagi,

“Silakan Nak Markus melamar lagi jika


Aluna sudah selesai kuliah. Saat ini, masa depan
Aluna masih panjang. Lagi pula, walaupun

115
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

kalian sudah tidur bersama, Aluna tidak hamil,


kan?” ujar Pak Restu.

Aku menggelengkan kepala, lidahku


terlalu kelu untuk menjawab pertanyaan Pak
Restu. Karena sudah tidak ada lagi yang
dibicarakan, aku pamit pulang. Aku melangkah
gontai menuju mobil, lalu menyuruh sopir
untuk segera pergi dari rumah ini. Aku menatap
ke luar jendela dengan perasaan hampa.

***

116
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Bab 14
Empat tahun kemudian.

Aku berangkat kerja dengan terburu-buru hari


ini karena kesiangan. Semalam aku terlalu larut
dalam pekerjaan sehingga tidak sadar bahwa
sudah lewat tengah malam. Kupacu mobilku
dengan cepat, membelah jalanan yang sudah
mulai macet. Setelah melewati kemacetan, aku
tiba di kantor. Bergegas aku naik ke ruanganku,
untuk memulai hari seperti biasanya. Melihatku
datang, sekretarisku segera memberikan

117
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

beberapa dokumen untuk kuperiksa dan


ditandatangani.

Ketika jam makan siang, aku memilih


untuk delivery makanan, karena malas makan di
luar. Setelah memesan makanan, pandanganku
tertumbuk pada pigura foto di meja kerjaku.
Foto Aluna, yang dikirimkan oleh gadis itu tepat
usai diwisuda. Rasa rinduku membuncah,
kuusap pigura foto tersebut dengan lembut.

Setelah lamaranku ditolak keluarga Aluna,


aku tidak pernah bertemu lagi dengan mereka,
bahkan Andre pun mengundurkan diri dari
perusahaaan. Sepertinya mereka sengaja untuk
menjauhkan Aluna dariku. Ketika aku
mendatangi kediaman mereka, aku mendapat
berita yang mengejutkan, bahwa mereka
sekeluarga sudah pindah ke Jogja, dan rumah itu
sekarang akan dikontrakkan. Mendengar hal itu,

118
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

membuatku sangat patah hati. Bahkan ketika


aku menghubungi nomor Aluna, nomor tersebut
tidak aktif.

Aku menjalani hariku dengan hati yang


hampa, rutinitas yang kulakukan secara
otomatis, seperti sebuah robot. Aku benar-
benar patah hati. Walaupun banyak wanita yang
dikenalkan oleh teman-temanku selama 4 tahun
ini, aku tidak peduli. Hatiku hanya untuk Aluna,
dan dengan kepergiannya, hilang pula hatiku.

Usai makan siang, aku melanjutkan


pekerjaanku lagi. Aku lebih memilih untuk
tenggelam dalam pekerjaan daripada mencari
pengganti si pipi tembam. Hari ini pun tidak
berbeda seperti hari-hari kemarin, aku pulang
lebih lambat daripada yang lain, untuk mengisi
kekosongan hatiku. Ketika jam sudah
menunjukkan pukul 8, barulah aku

119
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

memutuskan untuk pulang. Namun, sebelum


pulang, aku berencana untuk mampir membeli
makan malam. Kusuruh sopirku untuk singgah
ke restoran fast food. Belakangan ini, aku lebih
sering makan fast food daripada masakan Mbok
Darmi.

Walau sudah lewat dari jam makan


malam, restoran itu masih ramai. Antreannya
lumayan panjang ketika aku masuk. Saat sedang
asyik melihat menu, aku mendengar suara yang
tidak asing di telingaku. Aku pun menoleh untuk
memastikan. Untuk beberapa saat aku hanya
terpaku melihat sosok yang selalu memenuhi
hati dan pikiranku selama empat tahun ini.

Aluna berdiri tidak jauh dariku, sedang


mengobrol dengan sekelompok gadis berisik,
memilih menu yang akan dibeli. Rasanya aku
tidak percaya bisa melihat Aluna lagi setelah 4

120
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

tahun ini. Aluna tidak lagi berbadan gemuk, dan


penampilannya benar-benar berbeda. Namun,
entah mengapa aku langsung mengenalinya.

Jantungku berdetak sangat kencang.

Aluna masih belum menyadari


kehadiranku, hingga aku menghampirinya dan
menepuk pelan pundaknya. Aluna menoleh
dengan kaget, dan ketika melihatku berdiri di
hadapannya, kedua matanya membulat. Aluna
menarikku menyingkir dari antrean supaya
tidak mengganggu orang lain.

“Kak Markus? Ini beneran lo?” tanya Aluna


antusias.

“Iya dong, emang lo kira gue hantu?”


tanyaku sembari tersenyum sendu.

121
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Abis lo nggak pernah bilang kalau mau


pindah ke NYC. Gue tau dari Kak Andre,” sahut
Aluna sambil merengut.

Mataku mengerjap. Apa katanya? “Andre


bilang... gue pindah ke NYC?” tanyaku kaget.

“Iya, makanya gue males di sini, jadi ikut


pindah aja ke Jogja,” sambung Aluna.

Apa-apaan, kenapa bisa ada salah paham


di sini? Kenapa Andre bisa ngomong kayak gitu
ke Aluna? Ah, pantas saja selama ini....

Aku menatap Aluna yang masih tampak


antusias bertemu denganku. Rasa rindu yang
kutahan selama 4 tahun ini, sudah memuncak,
hingga akhirnya kupeluk tubuh langsing Aluna,
membuatnya terkejut, tapi lantas balas
memelukku. Betapa bahagia diriku bisa melihat
dan memeluknya seperti ini.

122
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Sekarang lo udah balik ke sini?” tanyaku


sambil melepaskan pelukanku.

“Iya, gue sama keluarga gue udah balik ke


sini. Tapi kami udah pindah rumah soalnya
rumah yang lama masih dikontrakin,” jawab
Aluna.

“Gue boleh main ke rumah lo?” tanyaku,


sebab ada yang harus kuselesaikan dengan
keluargamu, tambahku dalam hati.

“Boleh aja. Tapi beli makan dulu, yak, tadi


gue bareng sama temen-temen SMA,” kata
Aluna sambil menarik tanganku.

Akhirnya aku dan Aluna antre sambil


mengobrol. Aluna sempat menghampiri teman-
temannya lalu kembali lagi mengantre
bersamaku. Kami membeli makan malam untuk
take away sebab tempat itu terlalu ramai. Usai
membayar, aku mengajak Aluna ke mobilku.
123
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Kuminta sopir untuk mengantar Aluna pulang


ke rumahnya.

Sepanjang jalan, sambil menikmati


makanan, kami mengobrol banyak, lebih
tepatnya aku mendengarkan Aluna. Aluna
bercerita mengenai kehidupan kuliahnya di
Jogja, dan bahwa sekarang dia sedang mencari
kerja. Dengan senyum aku menatap mulutnya
yang terus mengunyah sambil bercerita.
Meskipun sudah langsing, gadis satu ini tetap
banyak makan rupanya, membuatku terkekeh
geli. Tanpa terasa, makanan kami sudah habis.

“Itu rumah baru kami, Kak.”

Mobilku berhenti di depan pintu gerbang


besi bercat abu-abu. Seorang satpam bergegas
membukakan pintu gerbang tepat setelah Aluna
menampakkan wajahnya. Mobil pun meluncur
masuk dan berhenti di halaman. Kami turun dan
124
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

melangkah bersama menuju pintu rumah.


Ketika kami hampir sampai, pintu rumah
terkuak dan ibunda Aluna muncul, ia tersentak
kaget ketika melihatku berjalan di sisi Aluna.

Aluna yang tidak tahu apa-apa, berjalan


menghampiri ibunya lalu mencium tangannya.
Sementara aku berdiri sambil tersenyum
menatap Bu Retno, yang balas tersenyum
dengan canggung. Akhirnya, aku dipersilakan
masuk ke ruang tamu. Bu Retno mempersilakan
aku untuk duduk, lantas menyuruh
pembantunya mengambilkan minuman
untukku. Aluna naik ke kamarnya, dan tidak
lama kemudian turun kembali lantas mengobrol
denganku.

Mungkin karena mendengar suara orang


bercakap-cakap, tidak lama Pak Restu dan
Andre muncul. Keduanya terkejut melihatku

125
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

duduk di ruang tamu dan mengobrol dengan


Aluna, dengan Bu Retno yang sesekali
menimpali obrolan. Aku berdiri ketika melihat
Pak Restu, tetapi Andre melesat menghampiri
lantas menarik kemejaku.

“Mau apa lo di sini, bangsat?” desis Andre


murka.

“Nganterin Aluna pulang dengan selamat


sampai ke rumah,” sahutku dingin lalu
melepaskan cengkeraman Andre dari kemejaku.

Tanpa aba-aba, tinju Andre menghantam


wajahku, membuatku jatuh terduduk ke lantai.
Aluna dan ibunya menjerit kaget, sedangkan
Pak Restu berusaha menenangkan Andre. Aku
bangkit seraya menyeka sudut bibirku yang
berdarah.

126
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Aluna menghampiriku, lantas menatap


marah kepada kakaknya. “Lo gila ya, Kak? Main
pukul orang kayak gitu!” sembur Aluna marah.

“Ngapain lo belain dia? Dia udah ngerusak


masa depan lo, paham, nggak?” balas Andre
murka.

“Lo lupa kalau gue mau tanggung jawab


atas perbuatan gue ke Aluna?” tanyaku mulai
tersulut emosi.

Aluna menoleh menatapku dan bertanya,


“Maksud lo apa, Kak? Tanggung jawab apa?”
tanyanya bingung.

“Gue pernah ngelamar lo, tapi ortu lo nolak


dengan alasan lo masih muda,” sahutku tenang.

Aluna terkejut mendengar jawabanku,


lantas menatap kedua orang tuanya yang balas

127
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

menatap Aluna dengan nanar. Pak Restu dan Bu


Retno terlihat merasa bersalah.

“Maafkan kami, saat itu kamu lagi ujian


akhir. Kami nggak ingin konsentrasi kamu
terganggu,” jelas Pak Restu.

“Kenapa lamaran Kak Markus ditolak?”


tanya Aluna dingin.

“Lo masih muda, kenapa lo harus nikah


sama bangsat itu?” sela Andre marah.

“Diem, Kak, gue nanya ke Ayah,” sahut


Aluna sambil menatap garang ke arah Andre.

“Kamu masih muda, Lun, harus sekolah


dulu yang tinggi,” jelas Pak Restu.

“Kalau gitu, lamaran Kak Markus sekarang


bisa diterima, kan? Aku udah cukup umur,
Ayah,” sahut Aluna.

128
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Mereka semua tertegun dengan ucapan


Aluna tadi. Bahkan Andre pun tidak bisa berkata
apa-apa lagi, karena memang Aluna saat ini
sudah cukup umur untuk menikah.

Aluna lantas menarikku supaya duduk,


dan mengobati sudut bibirku yang luka.
Sementara itu, keluarga Aluna hanya
memperhatikan dan tidak berkata apa-apa.

Usai mengobati lukaku, Aluna menatap


keluarganya, lantas berkata bahwa dia siap
untuk menikah denganku. Kedua orang tua
Aluna hanya bisa mengangguk mendengar
keinginan putrinya, tetapi bisa kulihat jika
Andre masih tidak setuju.

Aku bangkit, lantas menghampiri Andre.


“Ndre, kenapa lo nggak setuju kalau gue nikah
sama Aluna?” tanyaku tanpa basa-basi.

129
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Kalau lo nggak nidurin Aluna duluan, gue


sih oke aja. Gue tau lo bakal jagain Aluna, tapi lo
malah ngerusak Aluna dengan nidurin dia,” jelas
Andre.

Aku menundukkan kepala, penyesalan


selalu datang terlambat. Lantas kuyakinkan
kepada Andre bahwa aku akan selalu menjaga
Aluna dan tidak akan menyakitinya.

Andre menatap wajahku, lantas


mengangguk, membuat Aluna yang sejak tadi
memperhatikan kami, memekik senang lantas
memeluk Andre. Setelahnya, diputuskan bahwa
satu minggu lagi aku akan datang untuk
melamar Aluna secara resmi.

***

Sesampainya di rumah, aku segera


menghubungi orang tuaku, meminta mereka
supaya segera kembali ke Indonesia.
130
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Kenapa, Mark? Apa ada masalah di


kantor?”

Dengan tenang aku memberi tahu bahwa


aku akan melamar seorang gadis. Untuk
beberapa saat tidak ada jawaban sampai aku
mendengar pekikan Ibu di seberang sana.

Orang tuaku bahagia karena mereka


memang telah lama menunggu kabar bahagia
ini. Mereka berjanji akan mengurus
penerbangan menuju Indonesia secepatnya.

***

Satu minggu kemudian.

Hari ini, aku beserta kedua orang tua dan


saudara-saudaraku, pergi ke rumah Aluna
untuk acara lamaran. Kami berangkat pagi-pagi
supaya tidak terlambat. Ketika sampai di tujuan,
di halaman ada banyak mobil yang sudah

131
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

terparkir, sepertinya keluarga Aluna yang lain


datang untuk memeriahkan acara lamaran ini.

Aku beserta seluruh keluargaku turun dari


mobil, dan disambut oleh wakil dari keluarga
Aluna di pintu. Kami dipersilakan masuk dan
duduk di ruang tamu yang sudah dihias
sedemikian rupa untuk acara lamaran. Tidak
lama kemudian, Aluna dan kedua orang tuanya
muncul, mereka segera bergabung di ruang
tamu.

Alina begitu cantik, membuatku gemas.


Sayang, aku belum bisa mencium atau
memeluknya seperti yang kuinginkan.

Acara lamaran berlangsung lancar dan


meriah. Ditetapkan bahwa tanggal pernikahan
kami satu bulan setelah acara lamaran, karena
perlu waktu untuk menyiapkan acara
pernikahan.
132
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Bab 15
Selama satu bulan ini aku, Aluna, dan seluruh
keluarga kami sibuk menyiapkan acara
pernikahan. Begitu banyak yang harus
disiapkan, hingga membuat aku nyaris gila, tapi
Aluna menghadapinya dengan tenang.

Akhirnya, hari yang dinanti pun tiba, hari


pernikahan kami. Sejak awal hingga akhir,
prosesi pernikahan kami berjalan lancar.
Resepsi pernikahan dilangsungkan di ballroom
sebuah hotel mewah, yang dapat menampung

133
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

banyak tamu undangan. Aku dan Aluna


berkeliling menyapa para tamu yang hadir
malam itu. Cukup melelahkan, tetapi itu semua
terbayarkan ketika melihat senyum di wajah
cantik Aluna.

Melihat Aluna mulai lelah, aku pun undur


diri terlebih dahulu, membuat beberapa
kolegaku bersiul menggoda.

“Cie yang udah nggak sabar mau nyergap


bininya!”

“Hati-hati, ya Dek, sama mantan jomlo


karatan satu ini!”

“Iya, kalau Mark berubah jadi singa,


langsung telepon room service aja!”

Aku hanya tertawa, lantas menghampiri


Aluna, mengajaknya untuk naik ke suite room
yang sudah kami pesan. Ketika berjalan menuju

134
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

lift, Aluna melepas sepatu high heels yang


dipakainya, membuatku tertawa. Istriku ini
memang bukan jenis yang suka memakai sepatu
seperti itu, dia lebih memilih memakai sepatu
kets atau sandal gunung.

Sesampainya di kamar, Aluna


mengempaskan tubuhnya ke sofa empuk yang
tersedia. Aku menyusul duduk di sampingnya,
sambil melepas dasi yang kukenakan. Rasanya
memang melelahkan, badanku seperti habis
dihajar Andre empat tahun silam.

Sepertinya lebih baik aku dan Aluna


membersihkan diri dulu supaya badan kami
lebih segar.

Setelah membersihkan wajah dan mandi,


kami berbaring di tempat tidur berukuran extra
king. Rasa lelah menyergap, membuat kami
malas untuk bergerak. Akhirnya, kami
135
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

menghabiskan malam dengan mengobrol


berbagai macam hal hingga tertidur.

Kami terbangun keesokan harinya, masih


dengan sedikit rasa lelah. Kami memesan room
service dan sarapan di balkon yang menyajikan
pemandangan pagi hari yang sejuk dan tenang.

Aku masih tidak percaya, akhirnya aku


bisa menikahi Aluna, setelah melalui tahun-
tahun terpisah darinya.

“Kak, dari bangun tidur lo senyam-senyum


melulu, ngeri gue,” celetuk Aluna sambil
menyesap tehnya.

Aku mencubit kedua pipinya yang sudah


tidak lagi tembam dengan gemas membuatnya
menggeplak tanganku.

“Ih, sakit, tau!”

136
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Habis kamu ngegemesin, Lun.” Aku


bertopang dagu menatap Aluna hingga wajah
istriku memerah. Rasanya aku begitu bahagia.
Dadaku penuh oleh Aluna.

“Bisa aja lo, Kak.”

Aku kembali mencubit pipi Aluna. “Kita


udah nikah, Sayang. Kamu dilarang pakai gue lo
lagi.”

Aluna mengangkat kedua alisnya,


kemudian tersenyum. “Iye deh, gue... ehm, aku
bakal coba, Kak.”

“Oke. Morning kiss?”

Aluna tersenyum lebar kemudian


mencondongkan wajahnya mendekat untuk
menempelkan bibirnya pada bibirku. Rasa teh
aroma buah. Manis. Memabukkan.

137
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Aku berharap, pernikahan kami akan


langgeng hingga kami mempunyai anak, cucu,
bahkan cicit. Dan... hanya maut yang dapat
memisahkan kami.

***

138
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Extra Bab
Aluna’s POV

Hari ini aku menikah dengan Kak Markus,


sahabat Kak Andre. Walau sebelumnya, mereka
sempat berselisih karena awalnya Kak Andre
tidak menyetujui pernikahanku dengan Kak
Markus, tapi sekarang mereka sudah berbaikan.
Kulihat saat ini, kakakku itu sedang mengincar
salah satu dari teman kuliahku, membuatku
memutar kedua mata. Si playboy itu kembali
berulah.

Perhatianku kembali kepada mempelai


pria, yang terlihat tampan dengan tuxedo

139
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

hitamnya. Dapat kurasakan pandangan dari


seluruh tamu undangan berjenis kelamin
wanita tertuju kepada suamiku itu, membuatku
sedikit cemburu. Namun untungnya Kak
Markus tidak memedulikan hal itu, fokusnya
hanya terhadapku.

Aku senang sekali!

Kami berkeliling untuk menghampiri para


tamu undangan yang hadir. Ketika ada sepasang
tamu yang baru datang, sempat kulihat
perubahan pada ekspresi Kak Markus,
membuatku memperhatikan pasangan itu.
Tampan dan cantik, itulah penilaianku terhadap
mereka. Keduanya menghampiri kami, lantas
mengucapkan selamat atas pernikahan kami.
Kak Markus menjabat tangan si pria dengan
hangat, tapi nyaris tidak memedulikan si
wanita, yang terlihat tidak suka karena

140
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

diabaikan. Setelah mengobrol beberapa saat,


Kak Markus menarikku supaya menghampiri
tamu yang lain.

Kami pun kembali menghampiri tamu-


tamu lain. Aku lelah sekali, kuberi isyarat pada
Kak Markus supaya kami bisa meninggalkan
acara lebih awal. Kak Markus akhirnya pamit
kepada semuanya karena aku sudah lelah,
membuat kolega-kolega suamiku itu
menggodanya hingga wajah tampannya
memerah. Kami lantas meninggalkan tempat
acara, dan menuju lift. Kulepas heels yang
kupakai, dan bertelanjang kaki karena kakiku
terasa sakit. Melihat itu, Kak Markus tertawa,
sedangkan aku hanya bisa tersenyum kecut.

Sampai di suite room, kuempaskan


tubuhku yang lelah ke sofa, disusul oleh Kak
Markus. Rasanya lelah sekali, tapi kami harus

141
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

membersihkan diri lalu tidur. Malam ini kami


lewati dengan mengobrol hingga tertidur. Pagi
hari kami terbangun, lalu memesan room
service. Kami sarapan di balkon, menikmati
pemandangan pagi hari dan udara sejuk. Usai
sarapan, kami bersiap untuk pergi berbulan
madu. Pilihan jatuh ke rumah musim panas
milik keluarga Kak Markus.

Setelah penerbangan lebih dari 20 jam,


dan berkendara sekitar 2 jam, sampailah kami
di rumah musim panas itu. Biasanya rumah-
rumah di sekitarnya ramai ketika liburan
musim panas, atau terkadang ketika musim
dingin. Tapi karena kami datang bukan pada
saat liburan, jadi rumah-rumah tersebut
sekarang kosong.

Setelah membongkar bawaan kami dan


membersihkan diri, aku mulai menyiapkan

142
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

makan malam sedangkan Kak Markus


membereskan meja makan. Usai makan malam,
kami bersantai di beranda belakang, sambil
memandangi danau dan berbincang-bincang.
Entah bagaimana, tiba-tiba saja Kak Markus
memagut bibirku, dan mengisapnya. Kubalas
ciuman itu, sambil tanganku meremas
rambutnya.

Lama-lama ciuman itu merambat turun,


menuju dadaku. Kancing kemejaku dibuka
olehnya, menampilkan bra berwarna pink yang
kupakai.

“Kak....”

Tangannya meremas dadaku, membuatku


menggeliat, menginginkan lebih. Mulutnya
mengisap ujung dadaku yang mengeras,
sementara satu tangannya meraba bagian
bawah tubuhku yang basah. Isapannya semakin
143
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

kuat, sementara jari-jarinya keluar masuk


liangku dengan cepat, membuat tubuhku
tersentak-sentak, dan tidak lama kemudian aku
meraih orgasmeku.

Senyum puas menghiasi wajah tampan


suamiku, membuatku gemas ingin menciumnya.
Tapi sebelum aku melaksanakan niatku, dia
sudah terlebih dahulu menyerangku kembali.
Kali ini, Kak Markus menarik tubuhku hingga
berdiri, lantas mengimpit tubuhku ke tembok.
Sementara kakiku dikaitkan ke tangannya, dia
mengarahkan miliknya yang mengeras ke
dalam milikku yang masih berdenyut meminta.
Entakannya membuat kami mengerang
bersamaan.

Perlahan, miliknya keluar masuk dalam


milikku, membuatku menginginkan lebih.
Semakin lama, gerakannya semakin cepat,

144
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

sementara satu tangannya meraih payudaraku


kemudian mengisap ujungnya dengan kuat,
membuatku menjerit dan meraih orgasmeku
lagi. Tidak lama kemudian, Kak Markus pun
orgasme, menyemburkan benihnya jauh ke
dalam diriku.

“Aaaahhhh... Alunaa...!”

Perlahan, Kak Markus menarik miliknya


keluar, sementara kedua tangannya memeluk
tubuhku yang lemas. Dengan lembut,
dikecupnya keningku, lantas tanpa kusangka,
tiba-tiba saja Kak Markus menggendongku,
berjalan menuju danau, dengan keadaan
telanjang bulat.

Aku yang kaget, berusaha turun dari


gendongan Kak Markus. “Kak, jangan, malu!”

145
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Nggak apa-apa, Sayang. Kamu nggak


usah cemas, nggak akan ada yang lihat,”
bisiknya membuatku berhenti memberontak.

Setelah berjalan beberapa saat, kami


sampai di dekat danau, di mana ada sebuah
tenda berwarna hitam yang didirikan dan
sebuah api unggun yang menyala. Kak Markus
menurunkanku dekat api unggun, lalu
melangkah masuk ke tenda. Tidak lama, Kak
Markus membawa dua buah selimut, yang satu
diserahkan kepadaku dan yang satunya lagi
dipakai olehnya.

Setelah kuperhatikan, ternyata di samping


api unggun yang menyala, tersedia beberapa
jenis makanan yang sudah matang. Kami lantas
menyantapnya sambil mengobrol.

“Kamu mau punya anak berapa, Lun? Aku


mau lima.”
146
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Mataku membulat mendengar ucapannya


membuat Kak Markus tertawa dan mengacak-
acak rambutku dengan sayang.

Hangat dan kenyang, membuatku


menguap karena mengantuk. Kak Markus
tersenyum lembut, lalu menyuruhku untuk
masuk tenda dan beristirahat. Kuturuti
sarannya, dan melangkah menuju tenda sambil
mengeratkan selimut di sekujur badanku.
Sesampainya di tenda, aku langsung
membaringkan tubuhku di matras, dan terlelap.

Entah berapa lama aku terlelap, tetapi


tiba-tiba aku terbangun karena merasakan
sesuatu memasuki bagian intimku. Ketika
membuka mata, kulihat suamiku sedang
menjilati bagian intimku, membuatnya basah.
Melihat aku terbangun, seringai jail tersungging
di wajahnya.

147
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

“Sudah bangun, Sayang?”

“Kak....”

Lalu tanpa merasa bersalah, dia kembali


melanjutkan kegiatannya, membuatku
mendesah dan melengkungkan tubuh,
menginginkan lebih. Seakan paham dengan
keinginanku, suamiku lantas memasukkan
miliknya yang sudah mengeras ke dalam
milikku yang sudah basah karena jilatannya.

Hunjamannya yang dalam, membuatku


menjerit. Lalu, tanpa melepaskan penyatuan
kami, diangkatnya tubuhku supaya berada di
atasnya. Kali ini, aku yang mengambil alih
kendali. Kugerakkan pinggulku naik turun,
membuatnya mengerang.

“Ahhh... Lun....”

148
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Kedua tangannya mencengkeram


pinggulku erat, lalu menghunjam dengan cepat
dan dalam. Orgasme menghantam kami,
membuat kami berteriak dalam kepuasan
secara bersamaan.

Setelah beberapa saat, kubaringkan tubuh


dalam pelukan hangat Kak Markus.

“Aku cinta Kak Markus.”

Markus tersenyum dan mengecup


keningku yang berpeluh. “Aku lebih cinta kamu,
Lun.”

Dan kami pun tertidur.

Selesai

149
My Sweet Little Girl by Arjuna Pamungkas

Tentang Penulis

Bernama pena Arjuna Pamungkas, tinggal di

Jabodetabek. Karya-Karyanya yang pernah

terbit antara lain:

1. Kegiatan Rahasia di Perpustakaan (feat

Putri P & Annisa H)

2. Duren (feat Putri P/ Emerald)

3. Skripsi & Rayu

150

Anda mungkin juga menyukai