CINTA SEJATI
Natasya
Saat ini aku berada di kelas 3 SMP, setiap hari kujalani bersama dengan
ketiga sahabatku yaitu aris, andri, dan ana. Kita berempat sudah bersahabat sejak
kecil.
Hari yang kami berempat tunggu akhirnya tiba, kamipun menerima hasil ujian
dan hasilnya kita berempat lulus semua.
Kami serentak langsung pergi berlari ke bawah pohon yang pernah kami
datangi dan menggali tepat dimana botol yang dahulu dikubur berada.
Kami berempat membuka botol tersebut dan membaca tulisan yang dulu
pernah kami tulis. Kertas tersebut bertuliskan “Kami berjanji akan selalu bersama
untuk selamanya.”
Begitu juga dengan andri, dia pun berpacaran dengan ana. Malam itu
sungguh malam yang istimewa untuk kami berempat. Kami pun bergegas untuk
pulang.
“Udahlah ndi, santai aja, kita ngga bakalan kenapa-kenapa” jawab andri dengan
santai.
“Aaaaaaaaaa!!!”
Bruuukkk. Mobil yang kami kendarai masuk ke dalam jurang. Aku tak kuasa
menahan air mata yang terus mengalir sampai aku tidak sadarkan diri.
Perlahan aku buka mataku sedikit demi sedikit dan aku melihat ibu berada di
sampingku.
“Kamu di rumah sakit nak, kamu yang sabar ya, andri dan aris tidak tertolong di
lokasi kecelakaan” Jawab ibu sambil menitihkan air mata.
Aku terdiam mendengar ucapan ibu dan air mataku menetes, tangisku tiada
henti mendengar pernyataan ibu.
“Aris, mengapa kamu tinggalkan aku, padahal aku sayang banget ke kamu, aku
cinta kamu, tapi kamu ninggalin aku begitu cepat, semua pergi ninggalin aku.”
batinku berkata.
2 hari berlalu dan aku berkunjung ke makam mereka, aku berharap kami bisa
menghabiskan waktu bersama sampai tua. Tetapi sekarang semua itu hanya angan-
angan. Aku berjanji akan selalu mengenang kalian.
2. PERSAHABATAN YANG INDAH
Desya Saraswati
Aku Virda, aku beruntung mempunyai sahabat yang selalu ada untukku, kami
melewati suka duka bersama. Suatu ketika aku dan sahabatku bertengkar karena
masalah yang kuanggap sepele, semua itu baru kusadari bahwa sahabatku sangat
penting bagiku.
Suatu hari aku pergi ke mall bersama sahabatku, aku menyuruhnya membawa
belanjaanku, dan ternyata belanjaanku yang dibawanya tertinggal. Saat itu juga aku
marahi dia dengan perkataan yang kasar karena keegoisanku.
“Vir, tolong pegang belajaan ku ini ya, soalnya berat banget” Kataku.
“Iya sini aku bantu bawa belanjaannya, takut kamu keberatan” Katanya.
“Makan yuk! sekarang aku yang traktir, aku juga lapar” Sambil menatapku dengan
lemas.
Beberapa menit kemudian kami selesai makan dan mulai berkendara untuk pulang.
“Eh.. kayaknya ada yang ketinggalan deh, tapi apa ya?” Tanyanya dengan muka
yang heran.
“Ya ampun.. oh iya aku lupa, ketinggalan di warung tempat kita makan tadi”
Jawabnya dengan rasa bersalah
“Apa? Ketinggalan? Yang bener aja, kita kan udah jauh dari warung tempat kita
makan tadi” Jawabku dengan kesal.
“Duh, maaf banget ya vir, aku benar-benar lupa” Jawabnya dengan berkeringat.
“Apa? minta maaf? kamu pikir dengan minta maaf bisa membuat barangku kembali
dan masalah selesai? Enggak kan? Seenaknya aja kamu minta maaf” Jawabku
dengan kesal, lalu tanpa basa basi aku pergi meninggalkannya.
Keesokan hari, dia datang membawa belanjaanku dan meminta maaf karena
kejadian kemarin, tetapi aku tetap menghiraukan nya. Maka setelah beberapa lama
lama, aku sadar bahwa hal yang aku lakukan adalah sebuah kesalahan, dan aku
tersadar betapa egoisnya diriku. Akupun meminta maaf.
3. SAHABATKU IRI HATI
Tika Saputri
Dikarenakan sahabatku orang yang sangat sensitif. Menurut dia, aku tidak boleh
suka dengan kedua pelajaran tersebut. Padahal itu hakku.
Suatu waktu disaat pelajaran bahasa inggris, tidak tahu mengapa tiba-tiba aku suka
dengan pelajaran tersebut. Mungkin juga karena guru yang mengajarkan
mempunyai cara penyampaian yang baik. Otomatis aku juga mulai aktif di kelas saat
pelajaran bahasa inggris.
“Ngga, aku ngga mau lagi sahabatan sama kamu!” jawabnya sembari buang muka.
Awalnya kejadian seperti itu hanya sekali dan kita berdua balikan seperti semula.
Tetapi lama-kelamaan terjadi hal yang serupa. Sangat aneh.
Aulia bukannya mengerti perasaanku, justru bikin aku kesal. Ceritanya begini, waktu
Penilaian Tengah Semester (PTS) dia kesusahan menjawab soal pelajaran Biologi,
disaat itu dia melihat ke arahku. Aku dan Aulia tidak satu bangku, Aulia tepat di
depan tempat aku duduk.
“Sin, kamu tahu ngga nomor 5 essay? minta jawabannya dong satu aja!” tanya Aulia
sembari memohon.
Aku cuek saja akan hal itu dan berharap bahwa dia akan intropeksi diri. Coba
bayangkan, dia sudah membuatku sakit hati dan dia ingin meminta jawaban PTS.
Beberapa hari kemudian hasil nilai PTS Biologi dibagikan dan diumumkan. Aku
mendapat nilai 90 sedangkan Aulia mendapat nilai 75. Aku bisa melihat tatapan iri di
sahabatku itu, dan aku sadar bahwa bersahabat dengan orang yang suka iri hati
adalah hal yang susah.