Anda di halaman 1dari 9

MENILAI SUATU NOVEL MELALUI ESAI

BAYANGAN KEMATIAN
KARYA LEXIE XU & ERLIN CAHYADI

Erin Winata
Aku tidak pernah menyangka kehidupan SMA-ku menjadi rumit.  Bayangkan, baru saja
resmi menjadi anak SMA, aku malah melihat pembunuhan. Yang lebih parah lagi, pelaku
pembunuhan itu tahu aku telah melihatnya, dan kini mengincar nyawaku! Belum lagi aku
harus menghadapi kenyataan bahwa satu-satunya cowok yang kusukai ternyata punya
hubungan istimewa dengan sahabatku sendiri. Mana mungkin ada yang lebih sial daripada
aku?

Lusi Rimba
Tadinya hari-hariku aman, damai, dan cenderung membosankan. Satu-satunya hal yang
merecoki ketenangan hidupku hanya Joni alias Jonathan, si cowok sedingin es yang gaya
rambutnya sudah keinggalan mode sepuluh tahun. Namun, semua itu berubah saat aku
menyaksikan pembunuhan bersama sahabatku. Lebih gawat lagi, korbannya malah
menghantuiku dan mengatakan dia akan membalaskan dendamnya kepada kami semua
karena sudah membuatnya menderita. Oh Tuhan, bagaimana cara kami meloloskan diri dari
pembalasan hantu dengki itu?
Judul Buku : Bayangan Kematian
Penulis : Lexie Xu & Erlin Cahyadi
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Terbit : Februari 2016
Harga : Rp 52.000
Tebal : 272 halaman
Ukuran : 13,5 x 20cm
Cover : Softcover
ISBN :978-602-03-2529-3

Cerita ini adalah kisah tentang dua orang sahabat yang menjadikan ruang musik
berhantu sebagai tempat yang sangat mereka sukai. Menurut Erin tempat tersebut merupakan
tempat yang tenang dan disana terdapat sebuah piano yang dapat ia mainkan setiap saat.
Sedangkan menurut Lusi, ruang musik berhantu adalah wilayah kekuasaannya. Novel ini
dimulai ketika Erin sedang menjalankan Masa Orientasi Siswa-nya atau yang akrab disebut
MOS. Saat itu Erin kesasar dan menemukan salah satu ruangan yang dianggap berhantu dan
seluruh siswa tidak boleh memasukinya. Ditempat itulah ia bertemu dengan teman barunya,
Lusi, yang juga merupakan murid baru di SMA tersebut. Dari pertemuan pertama tersebut,
akhirnya Erin dan Lusi menjalin persahabatan. Lusi yang tadinya menganggap bahwa
hidupnya biasa-biasa saja dan cenderung membosankan senang karena akhirnya ada orang
yang mau berteman dengannya dan tak menganggapnya kasat mata. Tidak hanya ada Erin
dan Lusi, novel ini juga menceritakan dua tokoh pria yang sangat berpengaruh bagi
kehidupan dua sahabat itu, yaitu Diego cowok yang pernah menolong Erin ketika ia hampir
saja tertangkap oleh pengurus MOS karena memasuki ruang musik berhantu tersebut. Dan
Jonathan, cowok berambut polem ketinggalan jaman yang selalu saja merecoki Lusi.
Sampai pada suatu hari ketika Erin dan Lusi sedang berada di ruang musik tersebut
mereka menyaksikan kejadian yang tidak mereka sangka akan mereka lihat dalam kehidupan
mereka, yaitu aksi pembunuhan. Dua sahabat itu dipertemukan kepada pilihan yang dulit,
apakah mereka harus diam saja dan terus bersembunyi dan tetap menutup rapat kejadian
pembunuhan itu seolah mereka tidak melihatnya, atau mereka harus menolong korban
tersebut yang meminta tolong kepada mereka. Belum lagi Erin yang dipertemukan kepada
sebuah kenyataan tentang sahabatnya Lusi. Tentang identitas Lusi yang sebenarnya, tentang
hubungan Diego dan Lusi, dan juga tentang perasaan Diego yang sebenarnya kepada Erin dan
Lusi.
Waktu itu minggu kedua bulan Februari, aku kembali berkunjung ke gramedia karena
KaLex akhirnya menerbitkan novel barunya setelah Omen Series tamat. Senang banget
rasanya karena ga perlu menunggu waktu yang lama lagi buat bisa membaca karya KaLex
lagi. Kali ini novel nya ia tulis bersama rekan sesama penulisnya Kak Erlin. Seperti novel-
novel sebelumnya, Johan Series maupun Omen Series, novel KaLex kali ini juga berunsur
pembunuhan, komedi dan romancenya pun juga ada. Akan tetapi yang membuat novel ini
sedikit berbeda adalah unsur horor yang ada didalamnya. Ketika membaca novel ini aku
langsung suka banget karena walaupun ini novel duet, tapi KaLex dan Kak Erlin tidak
kehilangan gaya penulisan mereka masing-masing. Bagian Erin yang ditulis oleh Kak Erlin
sangat menggambarkan gaya penulisan novel-novel teenlit romance biasanya dimana Kak
Erlin mengemasnya dengan sangat baik. Sedangkan bagian Lusi yang ditulis oleh KaLex pun
demikian, menggambarkan bagaimana novel-novel thriller yang pernah ia tulis sebelumnya.
Seperti tokoh Erika di Omen Series. Waktu baca bagian Lusi aku pun langsung berkata “Wah
ini KaLex banget deh gaya penulisannya!”. Suka banget karena novelnya benar-benar karya
‘duet’ banget. Buat para penggemar tulisan KaLex kalian pasti bisa tau apa yang saya
maksud ketika membaca novel ini nantinya.

“Mulai sekarang kalau lo berisik gue bales hantuin lo. Lo kira gue ga bisa pasang muka
seram?” (hal 99)
Apalagi aku dibuat kaget luar biasa ketika tahu identitas asli Lusi sebenarnya. Sampai
rasanya ga berani buat terima kenyataan siapa Lusi sebenarnya. Tidak menyangka seorang
Lusi tenyata menyimpan banyak rahasia hehehe… cerita mengalir dengan begitu apik dari
awal hingga pertengahan. Kejutan-kejutan yang diberikan juga disusun dengan baik oleh
mereka berdua. Dengan bumbu-bumbu spoiler yang mereka berikan di tiap halaman yang
mengajak pembaca untuk menebak-nebak apa yang selanjutnya akan ditemukan dihalaman
berikutnya. Akan tetapi sampai ke bagian ending nya aku sedikit sedih karena teka-teki yang
ada di buku ini tentang proses pengungkapan pembunuh kurang begitu terasa seperti halnya
Johan Series dan Omen Series. Mungkin karena Erin dan Lusi melihat sendiri proses
pembunuhannya, menurutku. Lalu tambahan-tambahan footnote yang menurutku pribadi
tidak perlu untuk dimasukkan. Sebaiknya yang tertulis di footnote itu menjadi bagian dari
tulisannya saja, tidak perlu diberi footnote. Karena jujur, aku banyak melongkapi footnote
yang ada karena menurutku adanya footnote itu justru mengganggu. Sedangkan bagian yang
sangat aku suka disini adalah saat-saat dimana kemesraan Diego dan Erin maupun lucunya
Jonathan dan Lusi saat mereka sedang bersama-sama. Bahasanya ditulis dengan sangat baik.
Dapet banget romance nya dan dapet banget kondisi lucunya.

“ Jangan bodoh! Kalau temen lo memang temen baik, dia gak bakalan mikir kayak gitu. Dia
bakalan ngerti, lo melarang bukan karena lo cuma mikirin keselamatan lo sendiri, melainkan
juga buat keselamatan dia.” (hal 94)
Pada akhirnya, pesan yang mau aku bagikan ke teman-teman semua adalah rasa
percaya antar sahabat itu penting, siapapun sahabatmu itu kamu harus bisa menerima segala
kebaikan dan keburukannya ketika kamu memilih untuk menjadi sahabatnya, seperti Erin
yang pada akhirnya mau menerima siapa Lusi sebenarnya. Dan jangan menghalalkan segala
macam cara untuk mendapatkan hal yang kamu inginkan. Karena pasti ada jalan yang lebih
baik kalau kita mau berusaha.

“Lebih baik jadi orang miskin tapi hidup di jalan benar daripada menjadi kaya dengan cara
licik!” (hal 221)
Aku memberikan 4 dari 5 bintang untuk novel ini. karena selain mendapatkan cerita
yang bagus, aku juga mendapatkan 2 hal penting seperti pesan yang aku sampaikan tadi. Buat
kalian yang suka baca buku KaLex dan Kak Erlin, kalian harus baca buku ini! dan bagi
pembaca yang suka menikmati santapan buku romance-comedy-thriller juga harus cobain
buku yang satu ini.
MENILAI SUATU NOVEL MELALUI ESAI

ANGKATAN BARU
KARYA HAMKA

Kalau dilihat dari fisiknya, mungkin ini adalah novel terringkas yang pernah saya
baca. Bayangkan hanya 90 halaman! Senang betul saya bisa menyelesaikan buku sepagian ini
(Tentu saja setelah bisa fokus karena HP mendadak mati). 
Tema dari buku ini sendiri sangat menarik, yaitu menyoroti polah tingkah generasi
muda (zaman 1960an) yang berpendidikan tinggi, namun tak kenal pada kerja keras dan
enggan mengabdikan diri kecuali bergaji tinggi. Ilmu hanya menjadi perhiasan baginya, tak
hendak digunakan untuk manfaat orang banyak. Pandai membaca buku, namun tak pandai
membaca masyarakat.

Judul              : Angkatan Baru


Pengarang    : HAMKA
Penerbit          : Gema Insani
Cetakan      :1
Tebal Buku : X + 90 hlm
Tahun Terbit : 2016

Kisah ini dimulai dengan mengisahkan Syamsiar, perempuan lulusan sekolah


menengah agama. Setelah empat tahun menempuh pendidikan di kota, akhirnya ia pulang ke
kampung halaman nya dengan membawa diploma. Dia belum kunjung bekerja walaupun
setelah beberapa lama lulus, karena pekerjaan yang ditawarkan kepadanya tak cukup besar
gajinya. Maka tinggal saja lah ia di rumahnya nan gadang itu. Namun agaknya kehidupan di
kampung tak memuaskan hatinya. Ia merasa sudah berilmu tinggi, sedang orang kampung
hanya tau berladang dan membajak sawah. Pikiran nya sering merana memikirkan masa
lalunya , terkenang - kenang akan guru-guru serta kawan-kawan nya semasa sekolah. Ia
sering mengurung diri di kamar, hanya sekedar membaca buku , yang rupanya bukanlah
kitab-kitab agama, namun hanya novel cinta belaka.Segala ilmu ia pelajari , entah itu nahwu,
nafs, namun ada ilmu yang tak ingin dipelajarinya yaitu ilmu memasak ( *jleb, ampuni akuu).
Ia merasa terlalu tinggi untuk berada di dapur. Segala urusan dipandangnya remeh, kecuali
pada acara perkumpulan kampung yang mana kadang ia mendapat tempat untuk berpidato.
Mungkin dalam pikirnya, kata-kata saja bisa membuat perutnya kenyang. Singkatnya, ia
adalah perempuan berpendidikan yang manja dan hanya mengenal buku saja, bahkan pakaian
pun adik nya yang mencucikan.
Singkat cerita, Syamsiar yang sudah menghidupi hatinya dengan cinta dalam definisi
novel-novel yang dibacanya, hanya ingin menikah dengan pemuda pergerakan yang atas
dasar cinta yang menggebu. Lagi pula, pemuda kampungnya enggan melamarnya, bukan
karena ia tak cantik, tapi karena ia terlalu pintar. Bagaimana lah lelaki itu ? Ia tak ingin
beristrikan perempuan bodoh, tapi pada perempuan pintar dia tak mau jua. Akhirnya tersiar
kabar di kampung lain ada seorang pemuda yang mengajar anak-anak di kampungnya dalam
pondok pesantren nya yang sederhana namun lebih modern. Pemuda itu Hasan namanya,
sangat dihormati dan disayangi masyarakat . Awalnya, Hasan juga seperti Syamsiar, hanya
mau bekerja jika digaji tinggi. Maka ia pun berkeliling dari daerah ke daerah, bahkan sampai
ke Aceh. Namun kemudian dia insyaf bahwa hanya ada sedikit guru dan namun ada sangat
banyak anak anak yang perlu dididik, dan mereka tak punya cukup biaya untuk menggaji
gurunya dengan layak. Akhirnya ia memutuskan pulang ke kampung halaman nya dan
mendirikan Pesantren. 
Syamsiar akhirnya menemukan lelaki impian nya, dan mereka pun menikah. Betapa
bahagianya ! Namun kebagahiaan itu tak bertahan lama, sebab lama kelamaan Hasan
menyadari betapa bedanya pandangan mereka berdua tentang kebahagiaan itu sendiri. Bagi
Syamsiar, hidup bergantung kepada keluarganya : makanan yang selalu siap sedia, pakaian
yang dicucikan oleh adik-adiknya, dan dirinya yang tak memikirkan apapun selain berdandan
dan bermanja dengan suaminya adalah kombinasi kebahagiaan ! Baginya, rumah tangga
mestilah demikian. Memupuk cinta , bercanda ria dengan pasangan setiap saat ! Hanya itu
saja cita-cita pernikahan nya. Menikah untuk bersenang-senang.  Tapi bagi suaminya, Hasan,
hidup bergantung kepada keluarganya hanyalah seperti hidup dalam sangkar. 
Dan sangkar tetaplah sangkar meskipun ia terbuat dari emas. 
Dalam pikirannya sibuk memikirkan murid-muridnya, kemajuan pesantren nya,
namun istrinya terus saja mengganggunya, tak memberinya waktu untuk segera memeriksa
pekerjaan murid-muridnya. Istrinya pun mulai bertingkah aneh, terus saja menempel
padanya, apalagi jika ia mengisi pengajian yang audiens nya adalah kaum ibu. Pada awalnya
Hasan masih memaklumi dan meladeni istrinya, sampai akhirnya pesantren nya mulai
terbengkalai, dan murid-muridnya mulai menghilang. Akhirnya Hasan memutuskan untuk
mengatakan pikiran nya pada istrinya.
"Kau tahu, kita mendirikan rumah tangga untuk hidup, bukan untuk berbujuk cumbu. Kalau
hanya begini sja keadaan kita, tentu akhirnya kita akan hilang dari gelanggang
penghidupan, padahal banyak ilmu yang kita tuntut selama ini. Kau hanya mempunyai satu
kepandaian saja rupanya, yaitu bercinta-cinta, tetapi kau tak pandai menjaga keberesan
pekerjaan kita. Kau tidak menunjukkan kepada kakanda, jalan manakah yang lebih selamat
untuk kita tempuh."
Saya sengaja mengutip perkataan Hasan tersebut sebagai bahan pengingat bahwa
pernikahan itu lebih dari sekedar tentang cinta, tapi ia juga tentang hidup, tentang
menyelaraskan visi, tentang saling mendukung dan menoleransi .
Namun ternyata hal itu berbuntut panjang, karena kata kata tersebut Syamsiar
terjemahkan sebagai sirna nya cinta Hasan padanya. Hasan yang mulai jarang pulang dan
memilih menginap di Pesantren membuat Syamsiar kesepian, sehingga dia mulai berbuat
melenceng dengan menyurati lelaki lain. Lama kelamaan hal ini diketahui Hasan yang
mencoba bersabar dengan tabiat istrinya. Namun agaknya tak tertahankan baginya, akhirnya
Hasan menceraikan Syamsiar.
Di akhir cerita, penulis mengisahkan bahwa akhirnya Syamsiar terpaksa menerima
pinangan Saudagar kaya yang usianya sebaya dengan ayahnya, sebagai istri yang ke tiga.
Lara hatinya mengenang kehidupan nya yang dulu , namuan beberapa tahun kemudian, ia
mulai menerima takdirnya..
MENILAI SUATU NOVEL MELALUI ESAI

BAYANGAN KEMATIAN
KARYA LEXIE XU & ERLIN CAHYADI

DISUSUN OLEH :

NAMA : DESRI ENDANG KURNIA

KELAS : XII IPS 2

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA

GURU MAPEL : SUSILAWATI,M.Pd

SMA NEGERI 01 BENGKULU TENGAH

TAHUN AJARAN 2020/ 2021


MENILAI SUATU NOVEL MELALUI ESAI

ANGKATAN BARU
KARYA HAMKA

DISUSUN OLEH :

NAMA : LESI ANDRIANI

KELAS : XII IPS 1

MATA PELAJARAN : BAHASA INDONESIA

GURU MAPEL : SUSILAWATI,M.Pd

SMA NEGERI 01 BENGKULU TENGAH

TAHUN AJARAN 2020/ 2021

Anda mungkin juga menyukai