Anda di halaman 1dari 4

Judul Buku

Penulis :

Tasaro GK

Penerbit

Tetap saja kusebut (dia ) cinta


:

Harga Buku
Tebal

Qanita, Mizan, 2013-09-15


:

69.000

264 halaman

Kumpulan cerpen ini merupakan karya terbaru yang telah di tulis oleh Tasaro G.K tahun
2013, dimana karirnya menulis buku dia mulai sejak tahun 2004. Kumpulan cerpen (kumcer)
Tetap saja kusebut (dia) cinta ini dipadukan dengan lukisan-lukisan karya Hadi Nugraha pada
setiap judulnya, yang menggambarkan sebagian dari isi cerita pendeknya itu. Sembilan judul
cerpen yang memiliki cerita yang berbeda ragamnya, namun sebagian besar mengangkat tema
yang sama, yaitu cinta. Baik yang tersirat maupun tersurat. Uniknya saat pertama kali mendapati
buku ini, setiap halaman dihiasi dengan frame berwarna. Gaya bahasa yang digunakan Tasaro
G.K pun sederhana, namun dalam maknanya disetiap uraian kisah, yang mampu mengadukaduk hati pembaca. Membawanya bahagia, dan tidak jarang mengejutkan dengan kesedihan yang
mengiris. Seperti cerpen Puisi yang diletakkan pada urutan pertama, bercerita tentang seorang
dokter yang membawa kisah pasiennya untuk disampaikan pada belahan jiwa yang berada jauh
dari pelupuk mata. Aryati, perempuan sepuh pasien dari Dokter Smile yang menyimpan rasa
bersalah pada mantan suaminya. Siapa yang tau bahwa Bapak Madiun memilliki perasaan
serupa, meminta Dokter Smile kembali menyampaikan maafnya untuk Aryati. Selembar foto
yang diperlihatkan oleh Bapak Madiun menjadi akhir dari rasa penyesalannya. Seolah cintanya
terjawab, dia memegangi foto itu seperti tertidur dengan mata terbuka dan tak pernah bangun
lagi, dan ditempat yang berbeda cinta menunjukkan kekuatannya. Aryati pun menutup mata
untuk selamanya. Kisah dua orang yang saling mencintai namun tak mampu hidup dalam
kebersamaan, seolah menyadarkan Dokter smile untuk berjuang menemukan cintanya.
Cinta itu hanyalah tenaga untuk menjalani hidup, bukan ujung perjalanan yang
menjadi tujuan.
Cerpen yang kedua menggambarkan hal yang tak pernah terduga sama sekali, ketika
tokoh utama dalam cerita tersebut bernama Roman yang memiliki jiwa psikopat. Roman
berpacaran seorang gadis yang bernama Gendhis, hanya untuk menghindari pemikiran teman-

Akademi Bercerita II| Resensi Buku | Meyta Wulandari

temannya yang menganggap dirinya psikopat. Karena jawabannya terhadap pertanyaan sok tau
tentang psikologi dari Joshua. Roman terjebak dengan perasaannya, awalnya dia tidak benarbenar menganggap Gendhis sebagai pacarnya. Gendhis yang merasa terabaikan mengambil
keputusan untuk mengakhiri hubungan mereka. Kenyataannya Roman lebih sayang pada Jorjie
kucingnya dibandingkan dengan Gendhis. Ternyata hal itu membuat Roman sedikit terhenyak.
Untuk memperbaiki hubungan mereka Roman berusaha memberikan hal yang paling diinginkan
oleh Gendhis, yaitu kado yang membuat Gendhis menjerit kaget. Namun sayang, kado itu justru
semakin membulatkan niatan Gendhis untuk mengakhiri hubungannya dengan Roman. Hidup
dan matinya Jorjie pun tak sanggup membuat Gendhis merasa senang. Roman psikopat benarbenar ide yang menurut saya menarik.
Galeri, tidak menyangka sama sekali bahwa tokoh didalam cerita ini adalah roh. Roh
yang tidak sadar bahwa dia sudah tidak tampak di alam nyata manusia. Galeri lukisan di Jalan
Braga
Seperti halnya cerpen yang judulnya digunakan pada sampul buku ini, Tetap saja kusebut
dia (cinta), cerita yang membuat hati saya sebagai pembaca terenyuh dan ikut larut dalam emosi
penantian sabar luar biasa yang harus dilalui oleh Arumdhati. Perempuan sederhana yang sabar
menyimpan perasaan cinta bertahun-tahun pada teman masa kecilnya. Arumdhati selalu berusaha
untuk membahagiakan ibu dari Angakara dengan mengirimi kado disetiap menjelang lebaran
Idul Fitri. Berharap laki-laki yang dicintainya dengan sepenuh hati itu akan bahagia dalam waktu
yang sama saat ibunya bahagia menerima hadiah itu. Semenjak mendengar bahwa Angakara
telah bertemu gadis di Surabaya dari ibu, Arumdhati berniat untuk tidak menyentuh kehidupan
laki-laki itu. Cukup baginya dengan hadiah kecil yang ia kirimkan menjadi pelipur rindu.
Mungkin cinta yang menuntun, Arumdhati dan Angakara bertemu kembali di kampung halaman
mereka, Tengger. Ditengah-tengah cerita, saya menduga Arumdhati dan Angakara akan
melabuhkan cinta mereka disatu perahu yang sama. Tapi ternyata Angakara justru membuat
keputusan lain.
Cinta kadang memiliki dimensi yang terbatas pada rasa saja. Kebutuhannya sampai
disitu.
Tuhan Nggak pernah Iseng yang merupakan salah satu dari judul cerpen dalam kumcer
ini. Lagi-lagi tentang cinta yang tak mampu bersatu. Kali ini rasa tak wajar dari seorang pria
pada teman pria normalnya yang lain. Perjuangannya untuk menahan rasa, menahan untuk

Akademi Bercerita II| Resensi Buku | Meyta Wulandari

menunjukkan betapa ia mencintai sang teman sebagai cinta. Bermula dari kasus sodomi yang
diliput oleh tokoh utama dalam cerita ini. Tokoh utama yang bernama Bhumi mengutuk habishabisan setiap orang yang memiliki penyimpangan seksual. Baginya mereka hanya akan jadi
virus bagi yang lain. Terutama pelaku sodomi yang didapatinya, terlebih saat mengetahui apa
profesi tersangka Sodom, yaitu guru ngaji. Saat dimana Bhumi harusnya bersifat netral sebagai
seorang jurnalis, dia justru membenci mati-matian. Dalam perjalanannya mengikuti kasus yang
sedang berjalan dikepolisian itu, Bhumi tidak menyadari bahwa ada yang berbeda dari sikap Bas
teman satu kosnya di Bogor. Semua terlihat sama, pertemanan mereka sewajar pertemanan lakilaki biasanya. Namun, saat Bas menanyakan kesediaan Bhumi untuk menghadiri wisudanya,
disini saya mulai curiga dengan alur cerita yang dibawa oleh penulis. Bhumi tidak mengerti
maksud dari pertanyaan yang Bas ajukan. Tetapi kemudian semua kebingungan dan ketidak
mengertian Bhumi terjawab oleh Zain. Zain memberitahu Bhumi tentang perasaan Bas padanya,
sontak Bhumi menunjukkan kemarahannya, beruntung Bas telah kembali kekampung
halamannya. Tuhan memang gak pernah iseng sewaktu menciptakan mereka. Zain berhasil
memberikan pengertian lebih baik pada Bhumi untuk lebih menghargai orang-orang seperti Bas
dengan menjadi teman bicara agar mereka tidak menyimpang lebih jauh. Disini penulis berhasil
mempermainkan emosi dan logika saya.
Kejutan-kejutan yang lahir dari setiap cerita yang disajikan Tasaro G.K cenderung tak
terduga. Hal ini membuat pembaca kemudian menjadi penasaran untuk membaca cerita
selanjutnya. Siapa sangka, surat kangem ibuk yang mulanya biasa, terasa sekali isinya mengiris,
menampar hati setiap anak yang membacanya. Surat yang tidak ditujukan kepada alamat
manapun, hanya sebagai pelipur lara. Alur yang dibawakan penulis didalam surat itu sanggup
menyeret pembaca dalam keharuan yang dalam. Jika diamati dengan seksama dari sembilan
cerita pendek tersebut, ending dari keseluruhan cerita bisa dikatakan mirip. Kasih yang tak
sampai, cinta yang tak pernah terucap, bertepuk sebelah tangan, dan hanya satu yang saya dapati
akhir yang membahagiakan namun tetap saja haru, Atarih. Tokoh aku di dalam cerita ini dibakar
semangatnya oleh Atarih dengan prestasi yang didapatnya di luar Negeri, dan dalam
perjalanannya perlahan Nasionalisme itu hadir dalam diri Aku untuk mengharumkan nama Tanah
air, Indonesia. Lagi-lagi tentang kecintaan dalam bentuk yang berbeda.
Ada satu judul yang saya tidak menangkap makna cinta seperti delapan cerpen lainnya.
Bukan Malaikat Rehat yang bercerita tentang seorang editor yang berusaha mendalami

Akademi Bercerita II| Resensi Buku | Meyta Wulandari

agamanya dengan cara mengikuti liqa, namun dia sendiri tak mampu menekan kritisnya untuk
tidak mempertanyakan ini dan itu. Pada cerita kali ini saya kesulitan menangkap maksud dari
penulis, pesan yang akan disampaikan tidak terbaca oleh saya baik secara langsung ataupun
tersirat. Mungkin butuh pendalaman yang lebih dengan membacanya berkali-kali.
Dalam kumcer ini, pembaca akan menemukan banyak bentuk cinta yang sering kali kita
tidak pernah sadar atau menyadarinya. Semua mungkin lalu begitu saja, namun berhasil di
hidupkan oleh Tasaro G.K untuk menggaungkan bahwa cinta tak selamanya cinta.

Akademi Bercerita II| Resensi Buku | Meyta Wulandari

Anda mungkin juga menyukai