Anda di halaman 1dari 9

Nama : Anis Nabilah Romadona

Kelas : SI/3

NIM : 1210621048

Tugas Syarat Kelulusan Matkul Pengantar Ilmu Sastra (Sinopsis 5 Novel)

Identitas Buku

Judul Buku : Laut Bercerita

Pengarang : Leila S. Chudori

Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia

Tahun Terbit : Oktober 2017

Tebal Buku : x + 379 Halaman

Harga Buku : Rp100.000,00

Sinopsis

Biru Laut aadalah seorang mahasiswa Sastra Inggris di UGM. Ia memilih UGM sebagai
tempat menuntut ilmu dan bertukar pikiran dengan banyak pemuda yang sama-sama ingin
mengubah Indonesia ke arah yang lebih baik. Di kampusnya, ia tergabung ke dalam
kelompok aktivis yang bernama Wirasena.
Pada tahun 1998, Laut diangkat menjadi Sekjen dari kelompok aktivis Wirasena. Hidupnya
tak lagi aman. Kelompokya senantiasa dalam perburuan. Sampai akhirnya, kelompok mereka
sengaja mencari markas di tempat yang hampir tidak terjamah oleh manusia dan dianggap
berhantu. Markas mereka itu terletak di Rumah Hantu, Seyegan. Di rumah hantu itu mereka
mendiskusikan berbagai hal, mendiskusikan buku-buku yang dilarang dan dianggap kiri, dan
sebagainya. Mereka juga melaksanakan aksi membantu masyarakat seperti menanam jagung
di Blangguan.

Kegiatan mereka tercium oleh pemerintah dan dianggap pemberontak. Mereka pun
berpindah-pindah dari tempat terpencil satu, ke tempat terpencil lain. Dalam pelarian itu,
Laut sering mengirimkan tulisannya untuk diterbitkan di surat kabar dan majalah. Sampai
pada akhirnya, Laut dan teman-temannya sesama aktivis diculik ke sebuah tempat yang keji.
Disana mereka disiksa, dipukuli, disetrum, ditendang, dan berbagai penyiksaan lainnya untuk
mengaku kepada siapa mereka bekerja. Setelah beberapa waktu disiksa, beberapa teman Laut
yang ikut diculik, dibebaskan. Namun, beberapa yang lain dihilangkan secara paksa,
termasuk Laut. Mereka yang dibebaskan mengalami depresi setelah sadar bahwa hanya
mereka yang pulang.

Keluarga yang ditinggalkan pun terus mencari keberadaan Laut dan teman-temannya. Mereka
tidak terima orang yang mereka cintai hilang tanpa kabar. Meski Laut sudah pasti mati, ibu
dan ayah Laut senantiasa melakukan ritual yang biasa mereka lakukan saat Laut pulang.
Memasak tengkleng, menyediakan empat piring –padahal mereka hanya bertiga– serta
menyetel lagu kesukaan Laut.

Butuh waktu yang lama bagi teman-teman Laut yang dipulangkan untuk menceritakan
kembali apa yang mereka alami selama di tempat keji itu juga untuk menerima bahwa yang
tidak pulang telah tiada. Pada akhir cerita, keluarga yang kehilangan, orang tua yang mencari
dimana makam anak-anaknya, sahabat yang merasa kosong di dada, berhasil merelakan
mereka yang hilang. Mereka menabur bunga di laut yang diyakini sebagai tempat terakhir
yang digunakan untuk mengeksekusi anak-anak mereka yang dianggap pemberontak.
Identitas Buku

Judul Buku : Srimenanti

Pengarang : Joko Pinurbo

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : 2019

Tebal Buku : 138 Halaman

Harga Buku : Rp55.000,00

Sinopsis

Tokoh “Saya” atau biasa dijuluki dengan sebutan Mas Penyair mengawali perjumpaannya
dengan Srimenanti –seorang pelukis– pada sebuah pagi yang basah. Dia melihat Srimenanti
sebagai sosok yang pernah ia lihat dalam puisi Sapardi, Pada Suatu Pagi Hari. Kemudian dia
mengetahui bahwa Srimenanti tinggal di sebuah rumah kecil berwarna abu-abu di dekat
sungai. Sebagai majnun puisi, tokoh Saya tergoda untuk menelusuri jejak Srimenanti. Dia
diam-diam sengaja lewat depan rumahnya untuk memastikan bahwa Srimenanti masih
disana. Dia juga pernah tiba-tiba mewawancarai Srimenanti yang justru membuat Srimenanti
bingung dan curiga dengan pertanyaannya.

Pada suatu hari, tokoh Saya diminta untuk bertandang ke rumah Hanafi. Hanafi ingin
memperkenalkannya dengan seorang pelukis muda yang perlu menjadi perhatian tokoh Saya.
Hanafi dan Dinda –istri Hanafi– ingin mengarahkan tokoh Saya dengan pelukis itu untuk
membuat kolaborasi antara lukisan dan puisi. Hal yang tidak disangka oleh tokoh Saya
adalah pelukis itu ialah gadis yang berpapasan dengannya di sebuah lorong sepi pada suatu
pagi hari dan juga yang pernah pura-pura dia wawancarai di tengah demo. Gadis itu juga
gadis yang sama dengan gadis yang ia jumpai di tengah pameran lukisan di sebuah galeri.
Kunjungan ke rumah Hanafi berbuah manis karenanya tokoh Saya dapat berkenalan dan
berteman dengan Srimenanti. Hubungan mereka pun semakin dekat, Srimenanti bahkan
menceritakan hal-hal yang “terdegar” sangat privasi kepada tokoh Saya.

Hingga pada akhir cerita, Srimenanti berhasil menggelar pameran lukisan. Tokoh Saya
diundang langsung oleh Srimenanti. Dalam pameran itu dia bertemu banyak sekali orang-
orang yang telah lama ia hormati. Diantaranya tampak Nasirun, Beni, Shinta, Aan, Faisal dan
Sapardi. Ia merasa pameran itu seperti reuni “orang-orang Jogja” karena yang hadir
kebanyakan ialah orang Jogja yang mencari penghidupan di Jakarta.
Identitas Buku

Judul Buku : Catatan Juang

Pengarang : Fiersa Besari

Penerbit : Mediakita

Tahun Terbit : 2017

Tebal Buku : 303 Halaman

Harga Buku : Rp74.800,00

Sinopsis

Suar adalah nama panggilan yang dimiliki oleh seorang gadis bernama Kasuarina. Ia adalah
seorang sales asuransi. Pekerjaannya ini sama sekali tidak memiliki korelasi dengan disiplin
ilmu yang ia pelajari di perkuliahan, yakni DKV. Suatu hari saat Suar dalam perjalanan
pulang ke kosan, di angkot ia menemukan sebuah buku catatan yang usang. Ditanyainya
semua orang yang ada di dalam angkot tersebut namun tidak ada yang memilikinya. Suar pun
turun dari angkot dan memasukkan buku tersebut ke dalam tasnya dengan harapan akan
bertemu pemilik buku itu nanti.

Beberapa waktu sudah berlalu dan buku catatan tersebut masih di tangan Suar. Suar tidak
menemukan petunjuk tentang pemiliknya. Di halaman pertama buku tersebut hanya
bertuliskan sebuah nama yaitu Juang, yang entah nama asli atau hanya nama samaran saja.
Suar yang awalnya enggan membaca lebih jauh buku tersebut karena takut menerobos privasi
pemiliknya, kini memutuskan untuk membaca beberapa halaman dari buku tersebut karena
siapa tau akan menemukan petunjuk kepemilikan atas buku tersebut. Nihil, usaha Suar untuk
mencari petunjuk pemilik dalam buku tersebut tidak membuahkan apa-apa. Namun Suar
menemukan sesuatu yang lain, ia menemukan dirinya dalam tulisan tersebut.

Seiring waktu, Suar semakin memasuki lembar demi lembar halaman buku tersebut. Setiap
setelah membaca buku tersebut Suar merasa tenang dalam menjalani kenyataan hidupnya
yang kadang tidak sesuai dengan ekspektasinya. Sampai pada suatu ketika, setelah membaca
buku tersebut, Suar yang sudah muak dengan pekerjaannya memberanikan diri untuk keluar
dari pekerjaannya dan mempertaruhkan hidupnya dan hidup keluarganya untuk menggapai
mimpinya menjadi seorang sineas. Bersyukurlah Suar karena orang tua dan keluarganya
mendukung keputusannya, meskipun dalam perjalanannya menjadi seorang sineas tidak
selalu mulus dan beberapa kali harus berurusan dengan “orang-orang yang berkuasa”.

Pada akhhirnya, Suar berhasil menggapai mimpinya menjadi seorang sineas. Keluarganya
sangat bangga padanya. Suarpun berhasil menemukan orang yang akan menjadi sandaran di
sisa hidupnya. Orang itu jugalah yang mempertemukan Suar dengan Juang. Juang
Astrajingga. Seorang relawan yang maeninggal saat menjadi relawan di Gunung Sinabung.
Seseorang yang mampumenularkan semangat kepada orang lain yang membaca tulisannya,
termasuk Suar.
Identitas Buku

Judul Buku : Selamat Tinggal


Pengarang : Tere Liye

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : 2020

Tebal Buku : 350 Halaman

Harga Buku : Rp85.000,00

Sinopsis

Sintong Tinggal adalah namanya. Ia adalah pemuda yang berasal dari Medan dan sedang
merantau ke Jawa. Di Jawa, ia tinggal bersama pakliknya. Sintong adalah seorang mahasiswa
abadi yang sudah bolak-balik menemui dekan untuk meminta perpanjangan waktu
mengerjakan skripsi. Selama merantau di Jawa, pakliknya lah yang membiayai semua
kebutuhannya. Dengan begitu, dia harus membalas budi dengan cara menjaga toko buku
bajakan milik pakliknya. Sintong sebenarnya sangat membenci balas budi seperti itu karena
pembajakan sangat berlawanan dengan prinsip hidupnya.

Penyebab dari mandeg-nya kuliah Sintong adalah cinta pertamanya. Sintong patah hati saat
mengetahui bahwa cinta pertamanya memilih pria lain untuk menikahinya. Sampai pada
akhirnya, toko buku yang Sintong jaga kedatangan dua mahasiswi cantik bernama Jess dan
Bunga. Sintong sangat tertarik kepada Jess yang juga sangat tertarik dengan dirinya dan
tulisannya. Dengan begitu, semangat Sintong kembali untuk mengerjakan skripsi dan mulai
menulis lagi. Sintong mengajukan judul dan tema baru untuk skripsinya. Ia mengajukan
penelitian terhadap sebuah tulisan karya seorang maestro yang gagal terbit namun sangat
dicari sampai saat ini. Pak Dekan sangat senang dan meminta Sintong untuk serius
mengerjakan skripsinya kali ini.

Saat sedang asyik menulis skripsi dan melakukan penelitian, Sintong justru malah bertemu
kembali dengan cinta pertamanya yang bernama Mawar. Namun saat pertemuan kali itu,
Mawar bermasalah. Ia dipenjara karena tindakan pemalsua, pembajakan serta penjualan obat
palsu. Sintong merasa kasihan, namun juga tidak bisa membenarkan perbuatan Mawar. Fakta
lainnya yang lebih mengejutkannya ialah fakta bahwa Jess merupakan anak seorang pelaku
pembajakan barang-barang mewah. Begitu juga Bunga yang merupakan anak dari bos
percetakan buku bajakan. Hal itulah yang membuat Jess dan Bunga cepat akrab. Di samping
itu, Sintong merasa muak dengan kenyaaan bahwa ia adalah seorang penjaga toko buku
bajakan. Sintong terus menulis dan berupaya menghasilkan royalti dari tulisannya agar bisa
hidup mandiri dan tidak bergantung pada pakliknya, sehingga ia tidak perlu balas budi untuk
menjaga toko buku bajakan milik pakliknya itu.

Sampai pada akhir cerita, Sintong masih terus meneliti tentang maestro dan masterpiece-nya
itu untuk skripsinya sekaligus untuk menjawab rasa penasarannya. Pak Dekan yang melihat
Sintong sangat bekerja keras, meminta Sintong untuk menyudahi penelitiannya. Sintong
mengikuti apa yang dikatakan Pak Dekan dan segera merampungkannya. Sintong mengakhiri
masa kuliahnya setelah sidang selama empat jam, menjawab pertanyaan, dan diskusi alot
dengan dua profesor kawakan. Dia dinyatakan lulus. Pada akhirnya, Sintong mengawali lagi
langkahnya dengan pergi kuliah ke Belanda.

Identitas Buku

Judul Buku : Hujan Bulan Juni

Pengarang : Sapardi Djoko Damono

Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

Tahun Terbit : 2015

Tebal Buku : 135 Halaman

Harga Buku : Rp50.000,00

Sinopsis

Sarwono merupakan seorang antopolog. Ia juga merupakan seorang dosen antropologi di UI.
Ia tengah sibuk meneliti masyarakat di Kali Code yang menerima julukan sebagai masyarakat
pinggiran. Tugas tersebut diberikan kepadanya dari dosen seniornya. Sarwono yang kaku dan
mahir membuat puisi dekat dengan seorang rekannya sesama dosen UI. Pingkan namanya.
Pingkan adalah dosen Jepang di UI.
Pingkan dan Sarwono memiliki latar belakang serta pandangan yang berbeda. Sarwono
berasal dari Jawa, sedangkan Pingkan merupakan campuran antara Jawa dan Manado.
Mereka memiliki asal, budaya serta agama yang berbeda. Sarwono merupakan jawa tulen dan
taat beragama islam, sedangkan Pingkan merasa tidak cocok dimanapun. Dia merasa tidak
cocok di Manado, karena memiliki darah Jawa. Dia juga merasa tidak cocok berada di Jawa
karena memiliki darah Manado. Selain itu, Pingkan merupakan pemeluk agama Kristen
Protestaan yang taat.

Singkat kemudian, Pingkan dan Sarwono saling jatuh cinta karena keduanya sering bertemu.
Dari pertemuan serta obrolan-obrolan remeh temeh mereka, cinta mereka mulai tumbuh.
Mereka masing-masing saling menunjukkan perhatian, meskipun dengan cara yang berbeda.
Namun, cinta mereka terhalang dengan latar belakang mereka terutama latar belakang agama.
Sarwono dan Pingkan memang tidak mempermasalahkan latar belakang mereka dalam
menjalin kasih, namun keluarga besar selalu memperbesar hal tersebut dan menjadikannya
kendala dalam hubungan Sarwono dan Pingkan.

Suatu ketika Pingkan mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan studinya di Jepang. Ia


dikirim dari kampusnya langsung dan merupakan perintah program studinya. Sarwono
merasa gelisah akan hal itu. Dia khawatir dengan cinta Pingkan begitu mereka menjalani
hubungan jarak jauh nanti. Kekhawatiran Sarwono ditambah dengan keberadaan Katsuo –
lelaki Jepang yang pernah studi di UI dan pernah dekat dengan Pingkan– yang akan menjadi
dosen di Universitas Kyoto, universitas yang sama yang akan dijadikan tempat studi oleh
Pingkan di Jepang nanti. Meski begitu, Sarwono tetap berusaha memercayai Pingkan.

Pada akhir cerita, Sarwono jatuh sakit. Dia menderita paru-paru basah. Di dalam paru-
parunya terdapat cairan dan flek akibat sering merokok. Penderitaannya ditambah dengan
rindu kepada Pingkan yang ia tahan.

Anda mungkin juga menyukai