Anda di halaman 1dari 3

Resensi buku

Identitas:
 Judul buku: Selamat tinggal
 Pengarang: Tere Liye
 Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
 Tanggal Terbit: Cetakan pertama, 2020
 ISBN: 9786020647821
 Tebal halaman: 360 hal
 Harga: Rp 85.000 (pulau jawa)
 Lebar: 13.5 cm
 Panjang: 20 cm

Synopsis:
Selamat Tinggal, Novel yang menceritakan kisah kehidupan
pemuda bernama Sintong tinggal. Seorang mahasiswa
“Abadi” fakultas sastra Indonesia selama 7 tahun lamanya. Di
samping itu, ia juga merupakan penjaga toko buku bajakan
milik pakliknya di dekat stasiun KRL dekat dengan
kampusnya.

Bagaimana Sintong bisa bekerja di toko buku milik pakliknya? Jadi sekitar 6 tahun lalu, ia adalah salah
satu anak SMA yang biasa aja. Ia pemalas, suka keluyuran dan nongkrong tak jelas setiap malamnya.
Namun saat ujian masuk universitas, disaat semua teman temannya tidak diterima, anak satu ini
berhasil diterima masuk di kampus besar. Antara pintar atau hoki kita tidak ada yang tau. Yang pasti itu
adalah suatu keajaiban.

Ia datang sendiri dari pulau Sumatra, melintasi 6 provinsi, puluhan kabupaten, menyebrangi Selat Sunda
lalu tiba di Pulau Jawa. Namun kedua orang tuanya tidak mempunyai biaya untuk membayar segala
kebutuhkan kampusnya sehingga sesampainya di Jakarta, bertemulah dia dengan paklik yang akan
membiayai kebutuhan kampus dengan syarat menjadi Penjaga toko buku yang katanya berkah.

Di awal awal masa kuliahnya, sekitar tahun pertama dan kedua. Sintong merupakan mahasiswa yang
aktif dan cerdas. Tulisan tulisan, cerpen, esai sering dimuat dalam Koran nasional. Namun, mulai
memasuki tahun ketiga dan tahun keempat Sintong mulai berubah. Nilai yang menurun drastis, tulisan
mampet, bahkan tugas yang asal asal dibuat. Dan juga skripsi yang molor hingga 6 tahun lamanya.
Ternyata dirinya menjadi seperti itu sebab ada luka di hati terkait kisah cintanya pada masa SMA-nya.

Namanya Mawar Terang Bintang. Mawar adalah perempuan yang pertama kali ia cintai. 2 tahun awal
kampusnya, ia masih berkomunikasi dengan Mawar melalui surat. Lautan tak kuasa untuk memisahkan
kisah cinta antara mereka berdua. Setiap minggunya mereka bertukar pesan. Namun tak disangka kisah
cintanya Sintong tidak seindah kisah cinta di film film. Tepat seminggu sebelum Sintong pulang dari
Jakarta, Mawar bertemu dengan pria nan gagah dibandingkan Sintong. Surat surat Sintong yang penuh
kata kata gombal, puisi nan lucu telah terlupakan begitu saja.

4 tahun kemudian pada suatu hari, Sintong bertemu dengan Jess mahasiswa ekonomi. Pertemuan
singkatnya dengan Jess dilandasi perasaan sukanya terhadap gadis itu, kemudian dilanjutkan dengan
PDKT di hari-hari berikutnya membuat Sintong dapat berani untuk melupakan dan mengucapkan
selamat tinggal kepada hubungannya Mawar. Kehadiran Jess membuat ia siap untuk membuka hati.

Pertemuannya dengan Jess memberi dampak positif kepada Sintong. Semangat menulisnya bangkit
membara. Dari tulisan, esai bahkan skripsi mulai berjalan secara perlahan. Dengan perubahan topic
skripsinya mengenai Sutan Pane melalui salah satu bukunya. Sutan Pane adalah penulis besar ditahun
60an. Dia adalah penulis netral, berani mengomentari apapun yang menurutnya buruk. PKI, Organisasi
Islam (DI/TII), bahkan orang politik semuanya pernah dikomentarinya

Skripsi akhirnya mengenai Sutan Pane mulai berjalan perlahan lahan. Setiap malam selalu mengerjakan
sambil mencari cari informasi melalui ratusan klipingnya, dan internet. Namun, skripsi akhirnya sering
kali mengetuk hatinya. Membuat labil dirinya. Bagaimana bisa, ia yang hanya seorang penjaga toko buku
bajakan menulis mengenai sutan pane yang memegang kokoh dengan ideologinya. Sangat menentang
penuh dirinya dengan ideology yang dipegang oleh sutan pane.

Hal itu menyebabkan dirinya membuat keputusan besar, yaitu untuk berhenti menjaga toko buku
bajakan. Apapun yang terjadi, dia sudah mengambil keputusan. Keputusannya tidak bisa digoyangkan
lagi. Keputusannya sudah matang yaitu untuk mengucapkan selamat tinggal dari toko buku bajakan.

Melalui kisah Sintong dalam novel Selamat Tinggal ini, Tere liye yang memang dikenal sebagai salah satu
penulis yang kerap kali mengingatkan akan pembajakan, berhasil membagikan sudut pandang seorang
yang berkecimpung dalam ramah pembajakan tersebut. Hebatnya, dengan rasa tidak tanggung, hampir
setiap tokoh di novelnya ini pun berkaitan erat dengan pengambilan hak kekayaan intelektual milik
orang lain. Tidak hanya terkait pembajakan buku, tetapi berbagai fenomena pencurian hak kekayaan
intelektual sebagaimana yang sudah dijelaskan, serta bisnis yang sifatnya ilegal–sangatlah kental dengan
kehidupan masyarakat.

Kelebihan buku

Kemampuan Tere Liye dalam membangun cerita,membawakan narasinya dalam suatu alur sangat baik.
Tere Liye juga pandai mengeluarkan kritiknya terkait para pembajak buku secara tegas, spontan. Ia juga
memasukan bagian romantisnya bersama jess dan mawar menggunakan bahasa yang santai dan
kekinian membuat bukunya tidak terlalu membosankan. Selain itu caranya membawa cerita tentang
tugas skripsinya tentang Sutan Pane menuju akhir cerita terbilang cukup unik dengan penambahan
karakter karakter pembantu seperti Bu Hardja, Pak Darman, bahkan Pak Oey.

Selain itu banyak pesan moral atau quotes quotes yang bagus yang bisa didapat dari buku itu. Salah satu
quotes yang saya suka adalah:
"Jangan berkecil hati, Kawan. Jika hari ini kepal jemarimu masih lemah. Jangan berkecil hati, Kawan, jika
hari ini suaramu jauh dari lantang dan didengarkan. Sungguh jangan berkecil hati, Kawan, jika dirimu
belum mampu mengubah situasi. Ayo, mari berdiri bersamaku. Kita akan melangkah bersama. Saling
menguatkan, saling mendukung. Ayo mari kita memperbaiki. Kita mulai dari diri kita sendiri, dari
keluarga sendiri, esok lusa kita akan menyaksikan perubahan telah datang. Saat itu tiba, suara-suara kita
akan membahana terdengar. Kepal tinju kita akan menggetarkan gunung-gunung. Percayalah."
Sutan Pane 1960
Halaman 321

Kekurangan buku

Ceritanya yang agak menggantung. Tidak ada penelusuran lebih lanjut dari Sintong tentang Sutan Pane,
kehidupan Jess setelah dicampakan oleh Sintong. Selain itu pembawaan bahasanya agak sulit dipahami
dan lumayan berbelit belit sehingga mudah menimbulkan kebosanan saat membaca bukunya.

Saran

Kalau dari pandangan saya, Novel Selamat Tinggal ini sudah perfect. Hanya saja ada beberapa hal yang
mungkin harus di cermati lebih baik untuk novel Tere liye selanjutnya seperti dalam penggunaan
bahasanya yang sangat sulit dipahami.

Terima kasih
Nama: George Ananda

Kelas: 10 MIPA 1

Absen: 14

Tugas Resensi buku

Anda mungkin juga menyukai