Oleh:
Nama: A. Walimatussadiyah Mansur
Kelas: XI Mipa 6
No. Urut: 01
Kelebihan
Bagian paling khas dan berani dari buku ini adalah saat Tere Liye mengeluarkan
argumen-argumen padat untuk mengkritisi para pembajak buku serta pihak-pihak
pendukung. Seperti pemaparan terkait G.H Subagja, penulis dengan buku jutaan oplah.
Namun tidak menerima royalty sepeser pun karena sebagian besar karyanya dibajak.
Atau dalam kalimat, "Dan marketplace, unicorn-unicorn ini berdalih, mereka tidak bisa
mengawasinya satu per satu---sambil menikmati pendanaan belasan triliun karena omzet
marketplace mereka terus naik."
Meskipun dibebani dengan pesan yang cukup berat. Dengan bahasa santai yang khas,
Tere Liye berhasil mengemas perjalanan cinta Sintong, Mawar, serta Jess tetap seru dan
unik. Dramatisasi percintaan yang diciptakan menghadirkan sudut pandang baru tetapi
tetap natural.
Kekurangan
Kekurangan buku ini adalah saat penelusuran kasus hilangnya Sutan Pane dari dunia
kesusatraan Indonesia ditindak lanjuti oleh Sintong. Padahal telah disebutkan
sebelumnya. Jika tokoh Sintong tidak menemukan jawaban terkait hilangnya Sutan Pane,
ia tetap bisa melanjutkan sidang skripsi dan lulus tanpa perpanjangan semester lagi. Pada
akhir cerita disebutkan terbentuknya Yayasan Sutan Pane, dimana yayasan itu akan
mengurus tulisan yang diwariskan oleh Sutan Pane. Dari sini jelas, bahwa kasus tersebut
terkesan tidak memiliki urgensi dalam menggerakkan cerita. Terlebih tidak terlalu
menghidupkan topik utama (yakni pembajakan buku). Ketika rahasia Sutan Pane
terungkap pun tidak ada nasib tokoh yang berubah dan Sintong Tinggal malah
melanjutkan study ke Belanda (tidak ikut menjadi pengurus yayasan).