Anda di halaman 1dari 6

Tugas 1

4.12 Menyusun kritik dan esai dengan memperhatikan aspek pengetahuan dan
pandangan penulis, baik secara lisan, maupun tulis.
Nama : Muhammad Arik Nashrullah
Kelas : 12 MIPA 2
No. Absensi : 16

Berusahalah semaksimal mungkin untuk tidak mencontek jawaban teman kalian!


Perbanyaklah pemahaman dari materi pelajaran yang bisa diakses dari sumber
belajar mana pun!
Jujurlah pada diri sendiri!

1. Bacalah dan pahami isi salah satu cerpen yang Anda minati, kemudian tulislah
kritik terhadap isi cerpen tersebut!

No
Pertanyaan Jawaban
.
Apa judul cerpen yang Sepotong Senja untuk Pacarku
1
Anda pilih?
Siapa penulis cerpen Seno Gumira Ajidarma
2
tersebut?
Setelah Anda pahami isinya, tulislah kritik pada kolom di bawah ini! Berilah
3
judul yang sesuai dengan isi kritik yang Anda buat!
Kritik:
Semua yang berbau “Senja” ada pada Seno Gumira Ajidarma, ini terlihat dari
karya legendarisnya Sepotong Senja Untuk Pacarku. Sebuah kumpulan cerpen
yang menasbihkan SGA sebagai penulis yang diperhitungkan dalam ranah
sastra. SGA juga mempopulerkan nama Alina dan Sukab yang selalu jadi icon
karakter tiap cerpennya. Terdapat 3 trilogi awal dari kumcernya ini; Sepotong
Senja Untuk Pacarku, Jawaban Alina  dan Tukang Pos dalam Amplop.
 
Sebenarnya kumcer ini bukan hal baru, tambahan halaman dan cover baru.
Cerpen Sepotong Senja Untuk Pacarku sendiri telah lama termuat di Kompas
bulan Februari 1991 silam. Trilogi senja dibuka seorang pria bernama Sukab
yang mencoba mencuri senja dan memotongnya untuk diberikan pada sang
pacar-Alina. Sukab betapa bodohnya untuk memberanikan mencuri dan
dikejar seluruh kota demi senja untuk Alina. Tapi apa yang Sukab curi itu
tidak membuat senang Alina, ini dijawab dalam Jawaban Alina. Senja yang
dikirimkan kepadanya dalam sebuah amplop baru nyampai 10 tahun
kemudian oleh seorang tukang pos.
 
Alina merasa tidak menyukai Sukab, biarpun Sukab mengirim sepotong senja.
Malah membuat Alina benci karena potongan senja itu membuat lari ke atas
puncak Himalaya karena senja dalam amplop itu mengakibatkan ar bah bagai
jaman nabi Nuh. Dalam trilogi ini, cerpen Tukang Pos dalam amplop ada di
tengah 2 cerita tersebut. Pertanyaan kenapa baru 10 tahun surat Sukab baru
nyampai ke Alina, ini ulah kejahilan tukang pos yang mengintip amplop senja
dan tersedot kedalamnya. Baru muncul kembali 10 tahun kemudian.
 
Kumcer SGA ini terdapat 14 cerpen, tapi paling menarik hari pada “Kunang-
Kunang Mandarin” dalam konteksnya mengacu peristiwa kerusuhan rasial
Mei 1998 silam. SGA begitu piawai menyamarkan kata  “Cina” menjadi
Mandarin. Didalamnya diceritakan Sukab dan lagi-lagi Sukab, nama ini
diambil SGA tidak sengaja sewaktu mengikuti pemetasan teater dan nama itu
muncul. Si Sukab ini membuat perternakan kunang-kunang dari kuku-kuku
orang mandarin yang dibantai habis di kota yang dimana pelangi tak pernah
memudar
 
“Dahulu kala, kota dimana pelangi tidak pernah memudar itu, orang-orang
Mandarin diburu seolah-olah mereka makhluk yang harus dimusnahkan dan
tidak boleh hidup dimuka bumi.Orang-orang Mandarin dibantai seperti binatang
sampai habis tanpa sisa,padahal merekalah yang memajukan perdagangan
kota itu” hal 71
 
SGA sekali lagi memainkan kata-kata yang cerdas, seperti terlihat diatas.
Bagaimana Sukab menghargai orang-rang Mandarin yang telah mati dibantai
tanpa sisa itu dengan perternakan kunang-kunang yang ia lihat dari atas
bukit perkuburan massal orang-orang Mandarin.
 
Jasa si Sukab inilah dengan perternakan kunang-kunang membuat kota itu
yang dulu gelap sepi sunyi kembali bergairah. Cerita-cerita Sukab dan
peternakan Kunang-kunang itulah menarik perhatian para turis-turis untuk
berdatangan ke kota tersebut. Hingga kota terang benderang lagi dengan
pelanginya yang tidak pernah memudar. Bahkan ada seorang sarjana
Mandarin bernama Udin datang ke kota itu untuk bertemu Sukab untuk
mengetahui sejarah pahit bangsanya yang dibantai.
 
Tapi SGA memberi ending yang pahit dalam Kunang-kunang Mandarin.
 
"Suara angin mendesau dari laut, seperti nyanyian kematian."
 
"Tuan Udin Mandarin," sebuah suara memanggilnya.
 
Dibalik gerumbul alang-alang, dilihatnya sosok-sosok hitam mengelilingi bukit,
mengepungnya
Mereka semua membawa golok”  hal 77
 
Tema “Senja” yang diusung SGA ada sebuah kritik sosial dan budaya dalam
sejarah masyarakat kita. SGA pernah berkata jika jurnalis dibungkam, sastra
berbicara. Dalam cerpen-cerpennya SGA memberikan kritik-kritik  sosial
dibalut permainan kata yang bernama “Senja”
 
Kritik itu terlihat juga pada “Ikan Paus Merah”, hewan langka yang selalu
diburu manusia. Terakhir dari jenisnya, terpanah dipunggungnya dengan
jeritan purbanya mengarungi samudera selama bertahun-tahun
 
SGA sendiri menulis tentang senja ini dalam berbagai pendekatan dan konteks
mulai dari gejala alam kasat mata sampai segenap kontruksi struktural dan
tematik. Semua diterjemahkan kumcernya Sepotong Senja Untuk Pacarku,
muncul pertama kali di Kompas 1991 ini membuat banyak anak muda akan
mengganti nama Alina dengan nama kekasih mereka masing-masing
terinspirasi dari cerita ini 
 
Trilogi dalam sepotong senja untuk pacarku ini sempat dibacakan 2016 silam
dengan aktor-aktor terkenal, Dian Sastro, Abimana Aryasatya dan Butet
Kertaradjasa menyambut Valentine kala itu
 
Dalam edisi baru ini SGA menambahkan 3 cerpen berasal dari kumpulan
Linguae 2007 dan permainan kata melayu tempoe doeloe dari Eddy Suhardy.
SGA merasa tidak bisa menulis senja kembali, jiwanya tidak bisa masuk ke
dunia absurd dikarenakan kehidupan dunia membuai dan teperangkap dalam
kehidupan sosial politik. Ia hanya ingin tiap pembaca ini mengartikan senja-
nya sendiri. *

2. Bacalah satu kutipan novel yang Anda pilih, kemudian datalah bagian-bagian
yang menarik untuk disoroti, misalnya penggunaan bahasa, kriteria pemilihan
tokoh, dan sebagainya. Pilihlah satu bagian saja, kemudian buatlah kalimat
esainya!

No
Pertanyaan Jawaban
.
Apa judul kutipan novel Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin
1
yang Anda pilih?
Bagian apa yang menarik Penggunaan gaya bahasanya, karena mudah
2
yang Anda soroti? dimengerti dan ringan.
Setelah Anda pahami isinya, tulislah esai pada kolom di bawah ini! Berilah
3
judul yang sesuai dengan isi esai yang Anda buat!
Esai:

Karya sastra berupa novel yang berjudul “Daun yang Jatuh Tak Pernah
Membenci Angin” karya Tere Liye ini didominasi oleh cerita tentang
romantisme, namun sebenarnya tidak hanya romantisme yang ditawarkan
dalam novel ini. Nilai-nilai sosial dan moral pun terangkum di dalamnya.
Penceritaan tentang perjuangan serta kehidupan dapat ditemui di dalamnya.

Sebuah perjuangan manusia yang terpinggirkan, kehidupan keluarga


dengan dua anak kecil yang menjadi pengamen, untuk membantu kehidupan
keluarga yang telah ditinggal oleh sang Ayah. Masa kanak-kanak yang
seharusnya menjadi masa yang paling menyenangkan, ternyata harus
dirasakan oleh kedua anak ini dengan penuh liku. Gambaran tentnag mereka
ini sebenarnya bukanlah menjadi hal aneh dimasyarakat kita, Indonesia.
Kerapkali karena alasan ekonomilah mereka terpaksa menjalani kehidupan
yang jauh dari kata layak. Keras kehidupan mereka jalani, masa sekolah  pun
terpaksa mereka tinggalkan utnuk mencari uang.

Meskipun pada novel ini penceritaan tentang kehidupan yang kumuh


dan serba kekurangan itu hanya tergambar sedikit, namun hal itulah yang
menjadi dasar dari sebuah perjuangan hidup. Keyakinan dan perasaan yang
tertanam di hati setiap orang dapat menjadi cambuk. Novel karya Tere Liye ini
mengajarkan kepada kita untuk meyakini sebuah perasaan. Seperih dan
sesakit perasan yang ternyata tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan,
hidup itu terus berlanjut.

Aku belajar darinya. Membuat energi kesedihan itu menjadi sesuatu


yang berguna. Tak penting apakah itu baik atau buruk. Tidak penting lagi.
Bukankah baik-buruk itu relatif? Baik bagi Kak Ratna, buruk bagiku, kan? Tak
peduli kerut muka menyenangkan yang aku miliki meluntur empat tahun
terakhir. Tak peduli sikapku berubah jauh dari seorang Tania yang akan selalu
membanggakan Ibu. Yang selalu membanggakan dia.
Ah, itu semua hanya omong kosong.
Hidup akan terus beranjut dalam bentuk apapun. (hal. 160)

Kutipan itu menunjukkan kepada kita bahwa hidup manusia hanya


manusia sendirilah yang menentukan arah tujuannya. Orang lain hanya
menjadi faktor x atas penentu tujuan kita, tanpa kita sadari, namun
terkadang banyak pula orang yang mengharap faktor dari selain diri mereka
untuk memotivasinya. Padahal diri kita tetap penentu utama.

Novel dengan gaya bahasa yang ringan dan mudah dimengerti ini,
sangat gamplang menjelaskan tentang arti cinta. Bukan tentang indahnya
kebersamaan dalam cinta, namun cinta yang tak dapat diungkap, cinta bagi
mereka yang percaya akan kekuataannya, cinta yang terbukti dengan sebuah
pembuktian terhadap diri. Cinta anak kepada Ibu yang ia buktikan dengan
sebuah hasil yang membanggakan.

Lihatlah anakmu!
Benar-benar berubah.
Anak kumuh dan kotor itu telah berubah. Anak yang belepotan jelaga
asap mobil, debu jalanan, sekarang tumbuh menjadi gadis berambut hitam
legam dengan tatapan mata yakin memandang masa depan. (hal.128)
Namaku terpahat di plakat depan kampus; lulusan terbaik; lulusan
tercepat; lulusan terbaik GPA-nya. Aku hanya menyentuh pahatan itu dengan
jemari, pelan, dan tersenyum.
Lihatlah Ibu! (hal.201)

Tidak hanya cinta ia kepada Ibu, namun juga pembuktian cintanya


terhadap seseorang yang telah menjadi sangat berarti bagi hidupnya. Perasaan
memang menguasai sebagian otak manusia, baik dalam berpikir maupun
dalam bekerja. Tere Liye mencoba mengajak untuk merenung dan mengobrak-
abrik tatanan hati pembaca. Novel dengan genre remaja ini, sukses membuat
pembaca terenyuh, terharu, dan tak jarang pula meneteskan air mata.

Novel ini memang tidak berhappy ending, namun novel ini dapat


membawa pesan yang mendalam, tentang sebuah perjuangan hidup dan juga
tentang sebuah pencarian jati diri berikut dengan kisah cintanya.

Cerita tentang romantisme cinta akan menjadi bagian dari kisah hidup
anak manusia. Seperti pula yang terjadi pada tokoh utama novel ini. Kisah
cinta yang terbalas namun tidak sempurna, karena pada hakikatnya tidak
akan ada sesuatu yang sempurna di dunia ini, tidak juga cinta. Seperti yang
telah diceritakan pada novel ini, dengan penceritaan alur mundur. Tokoh
utama yang memendam rasa terhadap seseorang yang teah mereka anggap
sebagai malikat penolong untuk keluarganya dan memberi harapan masa
depan.

    Novel yang tidak hanya berkisah tentang remaja ini juga telah
membuat pembaca merenung tentang makna hidup. Makna kompetisi di
dalam hidup, tidak banyak memang, namun cukup dapat dijadikan renungan.
Karena hidup ini seyogyanya adalah sebuah persaingan, yang menang dan
kuat adalah yang dapat bertahan. Apalagi setting di dalam novel ada di
Singapura dan Indonesia.

Singapura, negara yang memiliki persaingan hidup yang tinggi. Hal ini
terlihat pula di dalam pola pendidikannya. Masih di Singapura, urusan
tentang menilai seseorang juga dapat dilukakan sesuka hati.

Di Singapura, urusan menilai seseorang dilakukan transparan dan


objektif. (hal. 169)

 Novel yang memiliki tebal 256 halaman ini, sedikit banyak telah
mengajarkan pula tentang kuatnya sebuah hati, bahwa manusia sejatinya tak
harus menangis beralay-alay ria untuk urusan cinta, bahwa manusia
sesungguhnya memiliki hati yang sangat kuat untuk sekedar menyelesaikan
rumitnya pahit manis cinta dan tentunya memiliki cara yang elegan untuk
menyelesaikannya.

Anda mungkin juga menyukai