Anda di halaman 1dari 5

TUGAS BAHASA INDONESIA

RESENSI BUKU
“Pada Senja Yang Membawamu Pergi”

Oleh :

Shalsa Bila Agustina


XI IPS 3 / 29

SMAN 1Srengat
Tahun Pelajaran 2020/2021
Jalan Merdeka Bagelenan Telp. (0342) 551096
http://www.sman1srengat.sch.idE-mail :smansrengat@yahoo.co.id
Pada Senja Yang Membawamu Pergi

(E-book Perpustakaan SMAN 1 Srengat)

I. Identitas Buku

Judul Buku : Pada Senja Yang Membawamu Pergi


Penulis : Boy Candra
Penyelaras : eNHa
Desainer Sampul : Agung Nugroho
Ilustrasi Isi : Gita Ramayudha
Penata Letak : Gita Ramayudha
Jenis Novel : Novel Fiksi
Penerbit : Gagas Media
Tahun Terbit : 2016 (Cetakan Pertama)
Kota Terbit : Jakarta Selatan
Tebal Buku : 13 x 19 cm
Jumlah Halaman : vii + 248 halaman
Nomor ISBN : 978-979-780-864-8

II. Isi Resensi

Para pencinta novel remaja pasti tidak asing dengan penulis yang bernama Boy
Candra. Namanya kian melejit usai penjualan novel pertamanya yang laris di hati para
pencinta novel. Kehadiran Boy Candra dengan novel-novelnya yang mengangkat
karya fiksi bertemakan percintaan dan mempunyai daya tarik tersendiri. Novel-
novelnya banyak diminati oleh pembaca, terutama para remaja. Salah satunya yaitu
novel yang berjudul Pada Senja yang Membawamu Pergi ini.

“Uang bisa dicari, tapi kebahagiaan nggak pernah bisa dibeli,” dengan kalimat
itulah Kaila selalu meyakinkan Gie bahwa cintanya memang benar-benar tulus. Novel
ini menceritakan tentang perjalan hidup seorang mahasiswa di salah satu perguruan
tinggi di kota Padang. Adalah Gian Arianto, mahasiswa yang berasal dari kampung,
yang menjadi tokoh utama dalam novel ini. Dia menjalin hubungan dengan Kaila,
mahasiswi yang berasal dari keluarga kaya raya. Sayang, hubungan yang dibangun
lebih dari dua tahun itu harus berakhir dengan tragis. Kemudian Gie bertemu seorang
perempuan bernama Aira yang membawa kebahagiaan dalam hidupnya dan pada
akhirnya menjadi alasan hidupnya.

Novel ini menceritakan tentang sepasang kekasih Gie dan Kaila. Mereka adalah
sepasang kekasih yang telah 2 tahun menjalin kasih, namun harus berakhir. Hubungan
mereka yang awalnya baik baik saja. Semua berawal dari Gie yang terlambat
menemui Kaila pada sore itu, bertepatan dengan hari ulang tahun Kaila dan hari jadi
hubungan mereka. Kaila adalah gadis yang sangat mengingat moment apapun dan
hampir merayakan semuanya. Baginya merayakan hari jadi adalah cara untuk
menguatkan fondasi hubungan dan sebagai penentuan hubungan sepasang kekasih.
Dan sejujurnya Gie tidak begitu suka mengingat dengan hal seperti itu. Karena cinta
bukan diitung dengan hari, malainkan untuk dijalani sepenuh hati.

Namun kali ini Kaila benar-benar marah pada Gie, Gie memutuskan untuk
menemuinya nanti malam dirumahnya. Dan seperti biasa, dia tidak mengizinkan
Gie untuk bertemu di rumahnya. Mereka pun bertemu di taman Taman Imam Bonjol,
Gie meminta maaf kepada Kaila atas kejadian sore tadi, Kaila pun memotong
pembicaraan Gie agar ia tidak melanjutkannya. Kaila pun langsung pergi
meninggalkan Gie sendiri di bangku taman pada malam itu.

Sudah dua hari Kaila marah pada Gie, dan tidak ada kabar darinya. Setelah mata
kuliah selesai Gie akan menemui Kaila di kampusnya, Kami pun pergi kesebuah
café dekat alun-alun Kampus Bung Hatta, disinilah kami berdua berbincang. Tidak
lama kami bertemu Kaila mulai mengatakan bahwa dia harus mengakhiri hubungan
antara kami. Tanpa memberikan penjelasan yang jelas Kaila pun sekejap hilang dari
pandangan Gie. Ya ini seperti mimpi, hubungan Gie dengan Kaila berakhir.

“Suka tidak suka kehidupan akan terus berjalan. Namun, apakah menyembuhkan hati
yang terempas batu karang tajam semudah senja berganti malam?”

Sejak saat itu hidup Gie terasa berbeda dan semua terasa begitu cepat. Hari ini
Gie belajar tentang kepergian, harus menerima kepergian dan tentang sesuatu yang
tumbuh setelah lama ditinggalkan. Di saat hati Gie hancur karena putus cinta dengan
Kaila, sahabat-sahabatnya selalu memberikan semangat dan dukungan kepada Gie.
Mereka adalah Putri, Randi, dan Andre. Kehadiran mereka menumbuhkan energi baru
di kehidupan Gie. Mereka memang seperti layaknya saudara. Keempat sahabat
tersebut mempunyai kebiasaan menghabiskan waktu senja di pantai.

Gie adalah mahasiswa jurusan Manajemen Pendidikan, tetapi ia bercita-cita


menjadi guru Bahasa Indonesia sama dengan ayahnya. Berbeda dengan Kaila yang
merupakan anak orang kaya. Kesedihan Gie membuatnya lupa bahwa ia harus segera
menuntaskan nilai kuliah,dan untuk sesegera mungkin memulai membuat skripsi. Gie
merasa takut akan tidak fokusnya pikiran Gie untuk membuat skripsi pun muncul,
karna bayangan Kaila sering kali hadir disetiap Gie teringat akan kenangan
bersamanya. Tapi Gie harus segera mengambil tindakan, dan harus segera mencari
dosen pembimbing untuk membantu memulai membuat skripsi.

Enam bulan pun berlalu, pikiran Gie yang dihantui oleh Kaila kini mulai hambar.
Dan pada suatu hari di Wisata Tirta Alami, Sumatera Barat, Gie berkenalan dengan
seorang gadis cantik yang bernama Aira. Ternyata, gadis itu belajar di universitas
yang sama dengan Gie. Meski pertemuannya dengan Aira sangat klise namun
pertemuan itu sangat membekas bagi Gie. Gie mulai sering memikirkan gadis itu, ia
juga ngotot ingin bertemu Aira. Mereka bahkan sempat berbagi cerita masalalunya
satu sama lain.

Terlepas dari urusan cinta, kali ini Putri sahabat Gie telah menjadi sarjana.
Namun rasa sedih juga terasa karena cepat atau lambat Putri akan pergi meninggalkan
mereka (Gie, Randi, dan Andre) untuk meneruskan pendidikannya ataupun untuk
kembali ke Jakarta. Satu per satu orang yang dicintai Gie perlahan menjauh, bukan
karena benci tapi karena mereka harus mengejar mimpi-mimpi yang sudah tersusun
rapih. Berat tapi begitulah keadaannya.

Sejak Putri pergi ke Jakarta dan masing-masing punya kesibukan sendiri. Gie
semakin dekat dengan Aira, tumbuhlah benih-benih cinta di antara keduanya. Namun
sayang, mereka berdua tidak berani mengungkapkannya. Gie sering menghabiskan
waktu bersama Aira. Hingga suatu hari pukul 7 pagi Aira ingin bertemu Gie, hari itu
mereka habiskan bersama-sama. Namun, pada malam selanjutnya Aira tidak bisa
dihubungi. Gie memutuskan untuk pergi kerumah Aira sesampainya disana Gie
mendapati surat yang dititpkan Aira pada neneknya. Dalam surat itu Aira
memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya ke Jepang. Pada saat itu Gie kembali
bersedih karena ditinggal seseorang yang dia cintai.

Gie akhirnya berhasil menyelesaikan kuliahnya dan diwisuda tepat 5 bulan


setelah kepergian Aira. Setelah wisuda, Gie kembali teringat dengan sosok Aira. Dia
yakin bahwa Aira adalah perempuan yang tepat untuk mengisi hatinya. Maka
berdasakan saran orangtua dan para sahabatnya, dia harus memperjuangkan cintanya.
Suatu hari, dia menyusul Aira ke Sandai, Jepang. Dia tidak kuat menahan rindu yang
semakin membara. Pertemuan singkat tiga hari itu mungkin tidak bisa mengobati
rindunya selama 3 tahun. Namun, Gie harus pulang untuk meneruskan impiannya dan
menanti Aira pulang.

Novel ini memberikan banyak pelajaran dan motivasi kepada kita. Kita harus
bekerja keras dalam memperjuangkan apa yang kita inginkan. Kita tidak boleh putus
asa dan menyerah begitu saja apabila ada masalah yang menghadang. Justru, hal itu
dapat dijadikan sebagai pelajaran untuk lebih baik lagi dalam menjalankan hidup ini.
Dan kita harus percaya sepenuh hati bahwa dengan semangat dan kerja keras, impian
kita pasti terwujud.

Selain itu, novel ini juga mengajarkan kita akan pentingnya persahabatan.
Sahabat adalah orang yang selalu bersama kita dalam keadaan apapun, baik suka
maupun duka. Sahabat juga tempat kita untuk berbagi. Artinya jika kita mempunyai
masalah, kita perlu menceritakannya kepada sahabat. Dan sahabat dengan senang
hati pasti akan membantu.

Novel ini cocok dibaca bagi para remaja yang sedang menikmati masa-masa
indahnya, terutama anak SMA dan mahasiswa. Masalah yang dihadapi juga sama
dalam kehidupan nyata. Novel ini mengajarkan untuk melupakan seseorang yang
pernah membuat sakit hati dengan cara mengisi hari-hari dengan kegiatan yang positif.
Dan jangan sampai cinta menghambat pendidikan dan masa depan kita.
Dari segi tampilan, novel ini dapat menarik minat pembaca. Desain yang dibuat
pun ditata begitu apik dan ciamik. Perpaduan gambar senja di sebuah stasiun
menegaskan judul. Alur cerita dalam novel ini berbeda dengan novel-novel cinta yang
lain. Jika novel lain terkesan cengeng dan ribet, justru dalam novel ini alurnya dibuat
dengan sederhana. Sementara gaya bahasa yang digunakan juga tidak terlalu monoton
dan tidak membosankan. Di sini juga disajikan kutipan atau quotes singkat pada satu
halaman penuh dan disertai dengan ilustrasi. Hal itulah yang menjadi keunggulan
novel ini.

Sayangnya konflik yang ada di dalam novel ini kurang memanas. Tapi secara
keseluruhan novel ini sangat menarik. Selain itu, novel ini juga menghibur. Dari
judulnya, mungkin pembaca akan menyimpulkan bahwa novel ini akan berakhir
happy ending. Namun hal itu malah justru sebaliknya. Dan karena tidak ada daftar isi
membuat pembaca sedikit bingung. Novel ini mempunyai kulaitas yang bagus dan
patut diapresiasi.

Sebuah novel yang bernuansa romansa dan juga pendidikan. Terdengar biasa
memang, namun dengan kepiawaian Boy Candra dalam mengolah kata sehingga
tertimbul rasa kepada pembaca, membuat novel ini terasa berbeda dan menarik untuk
dibaca. Dengan susunan-susunan kata yang membuat pembaca menerka bagaimana
kelanjutannya menjadi salah satu keunikan buku ini.

Anda mungkin juga menyukai