Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KEGIATAN MEMBACA NOVEL

“ADA APA DENGAN CINTA”

Disusun Oleh:
SALMA SALSABILA

No Induk/NISN : 7556/0026724236

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia

Kelas : XII MIPA 4

SMA NEGERI 3 KOTA BUMI

LAMPUNG UTARA

2019
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam, berkat rahmat, taufik dan
inayah-Nyalah penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan membaca novel yang berjudul
“Ada Apa Dengan Cinta”. Atas segala rahmat dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan
laporan kegiatan membaca novel ini sebagai persyaratan kelulusan nilai dalam mata
pelajaran Bahasa Indonesia semester 5 di SMA Negeri 3 Kotabumi
Dalam penyusunan dan penulisan laporan kegiatan membaca novel ini tidak terlepas
dari bantuan , bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karna itu dalam
kesempatan ini penulis dengan senang hati menyampaikan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada yang terhormat:
1.Ibu Mike,M.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Kotabumi
2.Bapak Zaidir Yuliyanto,S.Pd. , selaku Wali Kelas XII MIPA 4
3. Bapak Dwi Iswantoro, S.Pd. , selaku guru pembimbing yang sangat berperan besar
terhadap penyelesaian penyusunan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap dan berdoa semoga amal baik dari semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan laporan kegiatan membaca novel ini
mendapatkan balasan pahala dari rahmat Allah SWT. Demi kesempurnaan laporan kegiatan
membaca novel ini, penulis harapkan dari semua pihak kritik dan sarannya dan semoga apa
yang telah ditulis dalam laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kotabumi,13 November 2019

Penulis
A. Identitas Novel

1. Judul : Ada Apa dengan Cinta?

2. Penulis : Silvarani

3. Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama

4. Tempat Terbit : Jakarta

5. Tahun Terbit : 2016

6. Tebal Halaman : 186


B. Sinopsis
Ada Apa dengan Cinta ?

Novel ini diadaptasi dari sebuah film yang berjudul sama. Novel ini mengandung sangat
banyak karya sastra, yaitu puisi. Novel ini menceritakan kisah Cinta antara Rangga dan Cinta.
Cinta adalah siswi yang sangat populer di sekolahnya. Cinta memiliki empat orang sahabat
karib, yaitu Karmen, Maura, Milly, dan Alya. Mereka tergabung dalam klub majalah dinding
(mading) sekolah.

Pada suatu hari, sekolah mengadakan lomba puisi yang selalu diselenggarakan setiap
tahunnya. Sudah dua tahun berturut-turut Cinta selalu memenangkan lomba puisi tersebut.
Cinta sangat menyukai puisi. Baginya, merangkai kata menjadi sebuah kata yang indah
tidaklah sulit. Tiga minggu kemudian, hari pengumuman lomba puisi pun tiba. Semua orang
yakin bahwa Cinta pasti akan keluar sebagai pemenang lagi. Kepala sekolah pun
mengumumkan siapa pemenangnya. Dan ternyata pemenangnya bukanlah Cinta, melainkan
Rangga. Semua orang penasaran dan menunggu pemenangnya naik ke atas panggung, tetapi
tidak ada orang yang naik ke atas panggung. Rasa penasaran Cinta pun semakin menjadi-jadi.

Keesokan harinya, ketika istirahat, Cinta memutuskan untuk menghabiskan waktu


istirahatnya di perpustakaan. Tanpa disengaja, Cinta pun bertemu Rangga. Tatapan mereka
beradu. Hanya dalam hitungan detik sepertinya adu tatap itu mengirimkan getar ke hati
mereka berdua. Namun Cinta dan Rangga buru-buru membunuh rasa yang sebenarnya sudah
menyentuh hati mereka. Setelah itu, Cintapun memberi selamat pada Rangga atas
kemenangannya. Tetapi Rangga malah bersikap dingin dan berkata bahwa ia tak pernah
mengirimkan puisinya untuk dilombakan. Rangga memang seorang pemuda yang
dingin, kaku, dan introvert. Rasa kagum dan penasaran terhadap Rangga pun berubah
menjadi kebencian. Setelah itu, ia pun langsung menceritakan apa yang telah dialaminya
kepada sahabat-sahabatnya. Sahabat-sahabatnya pun ikut geram pada Rangga setelah
mendengar cerita Cinta.

Beberapa hari kemudian,Cinta menulis surat yang isinya makian dan sindiran untuk
Rangga. Setelah Rangga membacanya, rasa geram menyelimuti hatinya, ia pun bergegas
menemui Cinta di ruang redaksi. Cinta dan teman-temannya pun kaget melihat Rangga.
Rangga pun mengajak Cinta untuk keluar dan berbicara. Disitu pun terjadi adu mulut antara
Cinta dan Rangga. Akhirnya Rangga pergi meninggalkan Cinta dan saking terburu-
burunya, Rangga tidak sengaja menjatuhkan dan meninggalkan bukunya di lantai. Kemudian
Cinta diam-diam mengambil novel itu. Hari-hari Cinta berikutnya dipenuhi dengan membaca
buku milik Rangga. Ia menjadi sering tidur larut,terlambat masuk sekolah, sering
menghabiskan waktu di kamar untuk membaca novel itu. Beberapa hari kemudian, Cinta
bertekad untuk mengembalikan buku itu pada Rangga, ia membungkus buku itu dengan
kertas kado kemudian ditempelkannya secarik kertas kecil dan menuliskan beberapa patah
kata. Keesokan harinya Cinta menaruh buku itu di atas meja yang biasa Rangga tempati.
Rangga terheran-heran melihat ada sebuah kado di atas mejanya. Ia pun membuka isi kado
tersebut dan membaca surat yang ditempel pada kertas kadonya. Setelah mengetahui bahwa
buku yang selama ini dicari-carinya telah kembali, Rangga merasa senang dan ia pun
mengucapkan terima kasih pada Cinta. Semenjak kejadian itu,keduanya menjadi semakin
dekat apalagi keduanya sama-sama menyukai puisi.
Kedekatan Rangga dan Cinta mulai mengganggu hubungan persahabatan Cinta dan
sahabat-sahabatnya. Cinta sering absen dalam kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan
Cinta dan sahabat-sahabatnya. Puncaknya adalah ketika Alya menelepon Cinta untuk
menceritakan keadaan rumahnya yang memang sangat berantakan,ayahnya sering memukuli
Alya dan ibunya. Waktu itu Alya memohon kepada Cinta untuk datang dan menginap di
rumah Cinta. Tetapi Cinta menolaknya dengan alasan bahwa dirinya sedang sakit dan mau
periksa ke dokter. Padahal, sebenarnya Cinta pergi bersama Rangga ke sebuah Cafe.

Sepulangnya Cinta dari Cafe tersebut, betapa kagetnya Cinta mendengar kabar bahwa
sahabatnya, Alya melakukan percobaan bunuh diri. Cinta pun buru-buru pergi ke rumah sakit
untuk melihat keadaan Alya. Sahabat-sahabatnya yang lain sudah tiba terlebih dahulu di
rumah sakit,mereka semua kecewa pada Cinta karena telah berbohong. Cinta pun sangat
menyesal. Ia pun langsung meminta maaf ketika Alya akhirnya siuman. Atas kejadian
itu, Cinta menganggap Ranggalah penyebab perubahan pada dirinya, Ranggalah yang
menyebabkan hubungan persahabatannya renggang. Cinta pun berjanji pada sahabat-
sahabatnya untuk tidak menemui Rangga lagi. Beberapa hari kemudian, Cinta berkata kepada
Rangga untuk tidak menemuinya lagi. Rangga akhirnya pun menyetujuinya. Semenjak hari
itu, banyak perubahan dalam diri Cinta. Ia jadi sering melamun, raut wajahnya selalu sedih,
dan tidak semangat lagi. Para sahabatnya yang melihat keadaan Cinta pun terheran-heran, ada
apa dengan Cinta? Setelah didesak oleh sahabat-sahabatnya, Cinta akhirnya mengakui bahwa
ia memang sudah jatuh Cinta pada Rangga. Para sahabatnya pun menyuruh Cinta untuk
meminta maaf pada Rangga. Tapi ternyata, Rangga sudah beberapa hari tidak masuk sekolah.
Rangga akan pindah sekolah ke New York dan pada hari itu adalah jadwal keberangkatan
Rangga.

Setelah itu, tanpa berpikir panjang, Cinta dan sahabat-sahabatnya pun bergegas pergi
menuju ke bandara untuk menemui Rangga. Cinta berharap bahwa ia masih bisa bertemu
dengan Rangga. Setelah sampai, Cinta langsung berlari dan mencari Rangga. Akhirnya, ia
pun menemukan Rangga. Ia menangis dan meminta maaf pada Rangga. Cinta meminta
Rangga untuk tetap tinggal di Indonesia. Tetapi ternyata Rangga tetap harus pergi. Pada
akhirnya Rangga, memberikan sebuah jurnal yang di halaman terakhirnya terdapat sebuah
puisi berjudul “Ada Apa dengan Cinta?”. Ada beberapa patah kata dari puisi tersebut yang
meyakinkan hati Cinta untuk menunggu Rangga, bait terakhir puisi tersebut berbunyi: “Aku
akan kembali dalam satu purnama untuk mempertanyakan kembali Cintanya … Bukan
untuknya, bukan untuk siapa … Tapi untukku,karena aku ingin kamu, itu saja.”
C.Unsur Intrinsik
1. Tema

Novel ini bertemakan tentang kisah cinta dan persahabatan yang dialami Cinta. Dari awal
cerita, sudah dijelaskan bahwa cinta memiliki empat orang sahabat yang dianggap merupakan
pusat dunianya. Mereka berlima selalu menghabiskan waktu bersama, suka dan duka pun
dirasakan bersama. Bahkan dengan berprinsip masalah salah satu dari mereka merupakan
masalah bersama yang harus ditanggung dan diselesaikan bersama. Namun, ketika Cinta
dipertemukan dengan Rangga, kisah cinta mereka pun dimulai dan menyebabkan perpecahan
dalam persahabatan mereka. Adanya saling ketidakjujuran antara Cinta dengan sahabat-
sahabatnya bahkan dengan dirinya sendiri, membawa perubahan yang besar bagi Cinta.

2. Alur

Novel ini menggunakan alur campuran. Karena penulis menceritakan perjalanan Cinta
dengan sahabat-sahabatnya menggunakan alur maju. Penulis menceritakan ataupun
memperkenalkan Cinta dan sahabat-sahabatnya yang selalu bersama dalam suka dan duka.
Mereka banyak menghabiskan waktu bersama dan membagi semua rasa yang ada pada diri
mereka masing-masing, kemudian penulis menggunakan alur mundur ketika ayah Rangga
menceritakan penyebab ia dianggap sebagai komunis kepada Cinta, yaitu pada tahun 96
Yusrizal ayahnya Rangga menulis tesisi tentang kebusukan orang-orang pemerintahan.
Akibatnya ayah Rangga di pecat dan di anggap sebagai komunis. Setelah itu, penulis
kembali dengan menulis menggunakan alur maju. Penulis kembali membahas persahabatan
dan lika-liku kisah cinta antara Rangga dan Cinta. Persahabatan Cinta yang menjadi
taruhannya dan bahkan pertengkaran pun terjadi antara Rangga dan Cinta. Hingga
klimaksnya Alya yang melakukan percobaan bunuh diri dan perenggangan pun terjadi
diantara mereka. Begitu pula antara Cinta dan Rangga. Rangga yang sakit hati dan kecewa
dengan perkataan Cinta yang sangat menghinanya, membuat Rangga menjauh dari Cinta.
Setelah itu, persahabatan Cinta pun terselamatkan namun kisah Cinta antara Rangga dan
Cinta berujung pada perpisahan. Dimana Rangga pindah ke New York bersama ayahnya.

3. Latar

3(1) Latar Tempat

a. Sekolah

Pada awal cerita, penulis memulai ceritanya di sekolah. Sorai-sorai siswa-siswi yang
memasuki gerbang sekolah. Ada yang berjalan kaki, mengendarai motor maupun mobil.
Suasana ceria diwaktu pagi itu dirasakan oleh Cinta, yang memasuki gerbang sekolah.

Pembuktian :“ keceriaan menyebar disetiap sudut sekolah pagi ini. muda-mudi berseragam
putih abu-abu memasuki gerbang sekolah. Ada yang berangkat kesekolah mengendarai
mobil, motor, diantar keluarga, pacar atau sopir. Ada pula yang naik kendaraan umum atau
jalan kaki ”.
b. Ruang redaksi

Cinta dan sahabat-sahabatnya merupakan anggota klub mading. Di ruang redaksi lah mereka
sering menghabiskan waktu luang untuk membuat mading sekolah. Bahkan diruangan
ini, mereka sering bercanda satu sama lain.

Pembuktian :“…sementara itu dari ruang redaksi terdengar gelak tawa dan canda. Milly yang
polos sering membuat teman-temannya tertawa. Belum lagi adu mulut si tomboi Karmen dan
si cerewet Maura. Celoteh lucu yang sering kali muncul ditengah perdebatan mereka
membuat Cinta tak Berheni tertawa…”

“Cinta berjalan dengan gusar ke ruang redaksi mading. Ia berharap sahabat-sahabatnya masih
di sana”.

“dari lapangan, Maura, Alya, Karmen, Milly dan Cinta menuju ruang redaksi untuk
menyelesaikan beberapa bahan mading edisi bulan depan”.

c. Ruang kelas

Tak lama setelah Cinta dan sahabat-sahabatnya menyelesaikan mading baru, bel tanda masuk
pun berbunyi. Semua siswa-siswi bergegas memasuki ruang kelas.

Pembuktian :“…Teng teng! Teng teng! Teng teng! Teng teng! Tak lama kemudian terdengar
lonceng dibunyikan Pak Wardiman. Para murid pun berlarian memasuki ruang kelas sampai-
sampai Pak Wardiman yang kecil dan kurus hampir terdorong salah satu siswa kelas tiga
berbadan bongsor…”

“…selepas para murid masuk kelas, dalam sekejap keramaian digantikan dengan keheningan.
Di lorong tak terdengar lagi bunyi decit sepatu kets anak-anak yang berlarian gelak tawa tak
lagi menggema…”

d. Kamar Cinta

Sepulang sekolah, Cinta dan sahabat-sahabatnya pergi ke rumah Cinta dan berkumpul di
kamar Cinta. Saat itu, Cinta menyingkap kemeja Alya untuk melihat luka memar yang ada di
punggungnya akibat dari kekerasan ayahnya. Kemudian mereka berbagi duka dan suka
bersama, hingga mereka pun menari bersama untuk enghilangkan stres dan kebosanan
mereka.

Pembuktian :“…Alya tak berani memandangi wajah Maura. Ia hanya menunduk


memandangi lantai kamar Cinta yang dilapisi karpet merah muda. Bahagianya Cinta, dia bisa
punya dekorasi indah untuk kamarnya…”

“…jendela kamar Cinta sengaja dibuka. Dari situ, Alya memperhatikan senja ang mulai
turun…”

“…setelah makan malam, Cinta langsung naik ke kamarnya. Karena mengira Cinta hendak
mengerjakan tugas, orang tuanya tidak curiga sama sekali dengan sikapnya. Padahal
sebenarnya Cinta tak sabar ingin membaca puisi Rangga. Ia sengaja memilih malam hari agar
pikirannya lebih tenang dan suasana sekitar tak begitu ramai. Di kamar, Cinta langsung
mengeluarkan puisi Rangga. Ia duduk bersila ditempat tidur dan memeluk boneka beruang
besarnya yang empuk, lalu ia membaca kata demi kata yang tergores di kertas itu…”

e. Perpustakaan

Setelah membaca puisi Rangga, Cinta merasa ada aliran baru yang masuk kedalam
pikirannya. Ia semakin penasaran dengan Rangga si pemenang lomba puisi yang
mengalahkan puisinya. Selain itu, keterangan Rangga sebagai pemenang dibutuhkan sebagai
bahan mading. Hingga akhirnya Cinta pergi mencari Rangga di perpustakaan.

Pembuktian:“…ketika Cinta memasuki perpustakaan, beberapa pasang mata beralih


padanya. Beberapa siswa memandangnya dengan sumringah meminta perhatian, dan
beberapa lainnya memandang penuh kekaguman. Sementara matanya mencari-cari
keberadaan Rangga, Cinta tersenyum kepada beberapa teman yang menyapanya. Ia
memperhatikan wajah-wajah yang sedang membaca buku atau mengerjakan tugas, mencari
wajah yang tak ia kenal. Sampai akhirnya, terdengar suara cekikikan di tengah kesunyian
perpustakaan.

f. Toko buku

Kencan yang dilakukan oleh Cinta dan Borne, jadi berantakan karena Cinta membatalkan
kencan di bioskop tetapi mereka hanya pergi ketoko buku. Selain itu, kejadian di toko buku
juga ada saat Rangga dan Cinta pergi ke toko buku bekas Limbong, untuk mencari buku-
buku tua sastra.

Pembuktian :“…sekalinya bicara, Cinta malah mengajak Borne ke toko buku. Borne
mendesah, menurutnya pergi ke toko buku bukanlah kencan. Begitu memasuki toko
buku, Cinta langsung menuju bagian sastra. Tak lama kemudian ia tampak serius mencari,
sementara Borne mati gaya mengekorinya…”

“itu dia kios buku bekasnya, ” kata Rangga, menunjuk toko di ujung jalan dengan papan
bertulis “Limbong From Siantar”.

g. Kafe

Saat Cinta mengembalikan CD Rangga, Rangga mengatakan bahwa salah satu anggota dari
bandblues setiap malam minggu tampil di kafe Kemang. Rangga pun mengajak Cinta pergi
ke kafe di Kemang, dan Cinta pun setuju untuk pergi bersama Rangga menonton salah satu
anggota band blues di kafe Kemang.
Pembuktian :“…ketika Cinta sampai di depan kafe, matanya langsung menangkap sosok
Rangga yang sedang menunggu. Rangga bersandar di dinding dengan kedua tangan
dimasukkan ke saku jaket …”

h. Rumah Rangga

Setelah kejadian Rangga dikeroyok oleh Borne dan kawan-kawannya, selama dua hari
Rangga tidak masuk sekolah. Hal itu membuat Cinta penasaran dengan Rangga. Hingga ia
pun pergi ke rumah Rangga untuk menghilangkan rasa penasarannya.

Pembuktian :“…di luar terdengar bel rumah berbunyi. Yusrizal menjulurkan lehernya ke arah
pintu dan melihat Rangga berjalan menuju pintu depan. Tahu sudah ada yang membukakan
pintu, ia pun kembali memusatkan perhatian pada pembicaranya di telepon…”

i. Rumah Sakit

Saat Alya menjadi korban dari kekerasan ayahnya yang bertengkar dengan ibunya, dirinya
dilanda trauma dan menangis ketakutan hingga Alya pun di larikan ke rumah sakit. Alya
berada di ruang ICU, karena keadaannya yang begitu kritis dipukuli oleh ayahnya.

Pembuktian :“ di ruang ICU, Alya terbaring lemah tak sadarkan diri. Wajahnya sepucat
mayat. Selang inus serta oksigen menancap di tubuhnya, dan perban membebat pergelangan
tangannya.”.

“…di koridor rumah sakit, Cinta dan kedua orang tuanya bergegas menuju ruang ICU. Air
mata Cinta tak berhenti mengalir sementara ia mencari-cari ruangan tempat sahabatnya di
rawat…”

j. Bandara

Pertengkaran terakhir antara Cinta dan Rangga membuat Rangga menjadi sakit hati dan
kecewa. Ia pun memutuskan pergi dan pindah ke New York bersama ayahnya. Bandara
merupakan tempat pertemuan terakhir antara Cinta dan Rangga.

Pembuktian :“ papan penunjuk hijau bertuliskan bandara Soekarno-Hatta tampak dari jendela
taksi yang di tumpangi Rangga. Taksi mereka akhirnya memasuki halaman terminal
keberangkatan”.

“…dan akhirnya setelah menit-menit menegangkan di perjalanan berlalu, mobil mereka pun
memasuki halaman terminal keberangkatan international…”

“…Cinta melihat Rangga di salah satu antrean imigrasi bersama ayahnya…”

“…benar-benar tak ada kata lagi terucap setelah itu. Rangga melewati pemeriksaan imigrasi
dan bergabung dengan ayahnya. Ia menoleh, lalu melambaikan tangan. Cinta balas melambai
hingga akhirnya Rangga benar-benar menghilang dari pandangan…”
3(2) Latar Suasana

a. Ceria

Pada awal cerita, penulis memulai ceritanya di sekolah. Sorai-sorai siswa-siswi yang
memasuki gerbang sekolah. Ada yang berjalan kaki, mengendarai motor maupun mobil.
Suasana ceria diwaktu pagi itu dirasakan oleh Cinta, yang memasuki gerbang sekolah.

Pembuktian :“ keceriaan menyebar disetiap sudut sekolah pagi ini. muda-mudi berseragam
putih abu-abu memasuki gerbang sekolah. Ada yang berangkat kesekolah mengendarai
mobil, motor, diantar keluarga, pacar atau sopir. Ada pula yang naik kendaraan umum atau
jalan kaki ”.

b. Canggung

Suasana canggung dirasakan Borne ketika kencan bersama Cinta. Selama perjalanan menuju
tempat kencan, mereka hanya sedikit mengobrol dan lebih banyak diam.

Pembuktian :“…selama di perjalanan menuju PIM, mereka hanya mengobrol seadanya,


bahkan kemudian lebih banyak diam. Cinta sendiri tidak merasa terganggu dengan
keheningan tersebut. Ia bisa menyaksikan pemandangan tepi jalan atau trotoar yang ramai
dengan penjual minuman dan tukang asongan. Lain halnya dengan Borne, sejak keluar dari
kompleks perumahan Cinta sampai di parkiran mall, ia resah karena Cinta tak berusaha
berbicara kepadanya…”

c. Marah

Ketika Cinta meminta Rangga untuk diwawancara, Cinta sangat kesal dengan Rangga karena
sikap dingin dan jutek yang Rangga tunjukkan padanya. ia sangat gusar, hingga pergi
meninggalkan Rangga.

Pembuktian :“Cinta berjalan dengan gusar ke ruang redaksi mading. Ia berharap sahabat-
sahabatnya masih di sana. Cinta tak sabar ingin menceritakan kekesalannya terhadap
Rangga”.

“Reseh!” Cinta mendorong pintu keras-keras hingga hampir mengenai Alya, Karmen, Maura
dan Milly yang hendak keluar.

d. Tegang

Ketegangan terjadi ketika Cinta berdebat dengan Rangga. Dan juga ketika sahabat-
sahabatnya membentak Cinta di rumah sakit. Selain itu, ada pula perdebatan antara Maura
dan Karmen di ruang redaksi.

Pembuktian :“…Rangga jelas marah sekali, lalu meninggalkan Cinta. Namun setelah
beberapa langkah, Rangga kembali berbalik dan menghampirinya, seolah belum puas
bicara…”

“Asal kamu tahu, Ta. Kalau diperlakukan nggak fairbegini sih saya sudah biasa.” Katanya

“…tiba-tiba Cinta merasakan lengannya ditarik seseorang. Tanpa mengatakan apa-apa,


Maura mengajaknya ke pojok koridor yang sepi…”

“kemanaajalo?” bisik Maura galak

“diem elo berdua!” ujar Milly dengan suara bergetar dan menahan tangis. “giliran gue yang
ngomong sekarang! Gue tahu gue yang paling tulalit, kalian pada nganggep gue badut.
Terserah! Tapi gue tahu ini gakbener. Yang jelas antara kita tuh nggak boleh berantem.”

e. Panik

Suasana panik terjadi ketika Cinta dan sahabat-sahabatnya buru-buru pergi ke bandara.
Mereka panik jika tidak tepat waktu, sehingga Cinta tidak akan bertemu lagi dengan Rangga.

Pembuktian :“…Cinta dan kawan-kawannya berlari panik di sepanjang lobi


keberangkatan…”

“…pak, ini urusannyaemergency. Sebentar saja !...”

f. Duka

Ketika Alya masuk rumah sakit, ibunya, Cinta dan sahabat-sahabatnya sangat sedih dan
berduka atas kejadian yang terjadi pada Alya.

Pembuktian :“…di koridor rumah sakit, Cinta dan kedua orang tuanya bergegas menuju
ruang ICU. Air mata Cinta tak berhenti mengalir sementara ia mencari-cari ruangan tempat
sahabatnya di rawat…”

“…di sisi ranjang, ibu Alya menangis dalam hati memohon agar Tuhan tidak mencabut anak
semata wayangnya…”

g. Lega

Ketika Cinta memeluk dan meminta maaf kepada Alya, Maura, Milly dan Karmen masuk
dan ikut berpelukan. Mereka telah memaafkan Cinta. Cinta pun akhirnya bisa tenang dan lega
bisa berbaikan dengan sahabat-sahabatnya lagi.

Pembuktian :“…ada kelegaan setelah Cinta diterima kembali oleh teman-temannya…”


h. Riuh

Keriuhan terjadi ketika para pengagum Cinta menyerukan namanya. Juga, teriakan penonton
karena Karmen memasukkan bola ke ring basket.

Pembuktian :“Cinta! Cinta! Cinta! Cinta!” di sudut belakang terdengar seruan dari kumpulan
cowok pengagum Cinta.

“tolong semua tenang!”ujar Pak Taufik sambil mengangkat kedua tangan.

“YEEEEEAH!” sorakan penonton pecah ketika Karmen berhasil mencetak angka. Skor
bertambah untuk sekolah Cinta.

i. Gelisah

Perasaan gelisah ini dirasakan oleh Borne ketika melihat Cinta dan Rangga bertemu di tribun.
Dia ingin tahu hal yang sedang Rangga dan Cinta bicarakan.

Pembuktian :“…di Tribun, Borne tampak gelisah melihat gerak-gerik Rangga dan Cinta. Ia
ingin tahu kira-kira apa yang mereka bicarakan. Sebagai cowok yang sedang mendekati
Cinta, ia merasa tidak terima…”

j. Bahagia

Sebelum mengenal Rangga, sahabat-sahabatnya merupakan pusat dunianya. Dia sangat


bahagia bersama sahabat-sahabatnya. Kebahagiaan ini terbukti ketika mereka bercanda tawa
di ruang redaksi.

Pembuktian :“…sementara itu dari ruang redaksi terdengar gelak tawa dan canda. Milly yang
polos sering membuat teman-temannya tertawa. Belum lagi adu mulut si tomboi Karmen dan
si cerewet Maura. Celoteh lucu yang sering kali muncul ditengah perdebatan mereka
membuat Cinta tak Berheni tertawa…”

k. Ketakutan

Rasa takut yang dialami Alya ketika kedua orang tuanya berkelahi. Dia menangis ketakutan
karena ia akan menjadi sasaran dari kekerasan ayahnya. Ia hanya bisa menutup telinga
bahkan mengunci diri di kamar mandi karena takut dengan ayahnya.

Pembuktian :“…terdengar bunyi pecahan gelas sekali lagi. Kali ini diikuti teriakan histeris
mama dan makian papa.Alya menutup kedua telingan sambil duduk di lantai…”

“…mendengar namanya dipanggil oleh ayahnya yang seolah sedang kesetanan, Alya
memeluk lutut semaki erat. Tangisannya tak bersuara, kini hanya berupa isakan yang
menyesakkan dada…”
“Alya!”

“…gedoran keras membuat cermin kecil yang digantung dipintu bergoyang kemudian jatuh
ke lantai dan pecah. Pecahannya berserakan di lantai, bahkan ada yang sampai terpental ke
dekat kaki Alya. Ia memandangi pecahan kaca yang berserakan, tak lagi mendengarkan
seruan ayahnya di luar. Yang di dengarnya hanya bujukan mencari jalan keluar…”

l. Hening

Pembuktian :“pemenangnya adalah….”

“…Cinta langsung membuka mata dan menyimak dengan tegang. Hening sesaat. Pak Taufik
memberikan jeda, lalu menyapukan pandangan kepada seluruh siswa…”

“…ketika Cinta memasuki perpustakaan, beberapa pasang mata beralih padanya. Beberapa
siswa memandangnya dengan sumringah meminta perhatian, dan beberapa lainnya
memandang penuh kekaguman...”

3(3) Latar Waktu

a. Pagi hari

Sorai-sorai siswa-siswi yang memasuki gerbang sekolah. Ada yang berjalan kaki,
mengendarai motor maupun mobil. Suasana ceria diwaktu pagi itu dirasakan oleh Cinta, yang
memasuki gerbang sekolah.

Pembuktian :“ keceriaan menyebar disetiap sudut sekolah pagi ini. muda-mudi berseragam
putih abu-abu memasuki gerbang sekolah. Ada yang berangkat kesekolah mengendarai
mobil, motor, diantar keluarga, pacar atau sopir. Ada pula yang naik kendaraan umum atau
jalan kaki ”.

b. Siang hari

Janji temu antara Cinta dan sahabat-sahabatnya untuk menonton konser band PAS bersama
tidak berjalan lancar. Cinta datang terlambat karena pergi bersama Rangga ke toko buku
bekas Limbong. Sahabat-sahabatnya yang tidak tahu keberadaaan Cinta, sangat khawatir
menunggu Cinta. Mereka pun terpaksa masuk ke area konser karena acaranya sudah dimulai.
Sebagai pembuka, MC telah mempersilahkan PAS untuk naik ke panggung dan vokalis
PAS menyapa semua penonton dengan mengucapkan selamat siang. Yang kemudian di
sambut sorakan dari penonton.

Pembuktian :“selamat siang, semua!”sapa vokalis PAS dari panggung yang disambut sorakan
penonton

c. Malam hari
Dikamar Cinta selalu terpikir mengenai puisi Rangga, apalagi ditambah Cinta menemukan
buku Rangga yang terjatuh. Buku itu adalah buku sastra dengan judul aku karya Sumandjaja.

Pembuktian :“…malam harinya dikamar, Cinta tidur-tiduran di ranjang melamun dengan


pandangan menerawang…”

“…setelah makan malam, Cinta langsung naik ke kamarnya…”

4. Tokoh

1. Cinta

2. Rangga

3. Maura

4. Milly

5. Alya

6. Karmen

7. Borne

8. Yusrizal

9. Mamet

10. Pak Wardiman

5. Penokohan

1. Cinta

Cinta merupakan tokoh utama wanita pada Novel “Ada Apa dengan Cinta”. Ia sangat suka
menulis puisi. Orannya cantik, supel, baik hati. Semua orang suka bahkan
mengidolakannya. Dia adalah cewek terpopuler di sekolah.

Pembuktian :“…seorang anak kelas dua dan anak kelas satu ikut melambaikan tangannya
kepada Cinta. Mereka bukan mengaguminya bukan hanya karena ia senior
cantik, supel, dan populer tetapi juga baik hati…”

“Wooo…! Kata-kata lo puitis banget! Kebanyakan nulis puisi sih lo!” seru
Maura, Karmen, Millysammbil menggelitiki Cinta.”

“Cinta sangat menyukai puisi dan baginya, merangkai kata manjadi sebuah karya indah
tidaklah susah. Mungkin itulah sebabnya sejak kelas satu, ia menjadi langganan juara satu
lomba puisi”.

2. Rangga

Rangga adalah lawan main dari Cinta. Rangga orangnya pendiam, cuek, suka menyendiri,
tampan, dan juga suka menulis puisi.

Pembuktian :

a. Suka menyendiri

“…Rangga suka membaca di ruangan Pak Wardiman. Dia suka menyendiri dan jarang
berbaur bersama teman sekelasnya…”

b. Suka menulis puisi

“…Rangga yang suka membaca buku sastra hasil pinjaman di perpustakaan dan sejak kelas
satu rajin menulis puisi dianggapnya memiliki bakat terpendam…”

c. Pendiam

“…akhirnya karena merasa diabaikan, Pak Wardiman pun meninggalkan cowok pendiam itu
dan bergegas melanjutkan tugasnya untuk membunyikan bel mask, tanda jam pelajaran
dimulai…”

d. Tampan

“keempat sahabatnya menoleh tak mengerti. Padahal sebenarnya Rangga lumayan Ganteng”.

3. Maura

Maura adalah salah satu sahabat Cinta dan juga anggota klub mading. Maura sosok wanita
cantik, tetapi cara bicaranya suka menyinggung.

Pembuktian :
Pembuktian :“…banyak adik kelas yang mengangap Maura secantik Cinta. Tapi karena cara
bicaranya yang suka menyinggung alias nyablak, mereka pun memilih tak sering-sering
menegur Maura…”

4. Milly

Milly juga merupakan salah satu anggota klub mading dan sahabat Cinta. Milly sangat polos
dan lemot. Ia juga cantik, ramah dan baik hati.

Pembuktian :“…lain halnya dengan Milly. Cewek imut berambut pendek itu memang ramah
dan baik hati. Akan tetapi, semakin lama bicara dengan Milly, semakin kita capek karena dia
lemot alias lama mencerna omongan orang…”

5. Karmen

Karmen pula sahabat cinta dan anggota klub mading. Karmen memiliki ciri-ciri jangkung dan
berambut keriting sebahu. Karmen sangat suka bermain basket.

Pembuktian :“…karmen yang berjalan dengan Cinta dan juga menenteng gulungan karton
mengacungkan jempol. Cewek jangkung berambut keriting sebahu itu tidak akan bisa
menolak tawaran bermain basket. Rasanya hanya ada dua alasan yang mampu mengalahkan
hasratnya bermain basket. Kalau tidak ngantuk , ya lapar…”

6. Alya

Alya satu-satunya cewek paling tegar dan sabar diantara teman-temannya. Dia cantik,
dewasa, berkulit putih, baik hati tetapi agak pendiam.

a. Tegar dan sabar

Ketegaran dan kesabaran Alya tergambar ketika ia sering kali menerima kekerasan dari
ayahnya. Dia masih bisa tersenyum walaupun begitu banyak penderitaan yang dialaminya.

Pembuktian :“ya Tuhan! Alya…” ujar Cinta setelah menurunkan bagian belakang kerah
seragam Alya. Memar tampak di punggung sahabatnya”.

b. Dewasa

“…seperti biasa, kalau mereka sedang kekanak-kanakan begini, Alya yang paling dewasa
diantara mereka hanya tersenyum tipis…”

c. Cantik, berkulit putih, baik hati

“…ketika lewat, ia juga tak luput dari perhatian karena ia juga anggota klub mading. Alya
nama cewek berkulit putih itu. Ia memang tak banyak bicara, tetapi dikenal baik hati dan
cantik…”

7. Borne

Borne adalah cowok yang menyukai Cinta. Ia cowok terkeren di sekolah.

Pembuktian :“…ternyata yang masuk Borne. Cowok terkeren di sekolah yang sedang PDKT
dengan Cinta.
8. Mamet

Mamet adalah orang yang membantu Cinta dan teman-temannya untuk menyusul Rangga di
Bandara. Mamet orangnya culun, baik hati, dan polos.

Pembuktian :“…sore ini penampilannya sangat rapi. Kemeja kotak-kotaknya dikancingkan


sampai atas dan dimasukkan ke dalam celana jeans. Tak ketinggalan ransel di
punggungnya…”

9. Yusrizal

Yusrizal adalah ayah Rangga. Ayah Rangga adalah seorang penulis, namun kebanyakan
orang menganggapnya komunis. Karena ayah Rangga menulis tentang kebusukan
pemerintah. Selain itu, ayah Rangga baik dan single parent.

Pembuktian :“…pada tahun 96, saya nulis kebusukan bisnis orang-orang pemerintah. Sama
halnya cari mati…”

“ Aku hanya tinggal bersama ayah. Kami sering pindah rumah setelah ibu saya tiada “ tutur
Rangga

10. Pak Wardiman

Pak Wardiman merupakan cleaning service di sekolah. Ia juga yang selalu membunyikan bel
di sekolah. Pak Wardiman orangnya peduli terhadap orang lain. Terbukti ketika dia
memasukkan puisi Rangga dalam lomba puisi. Ia ingin bakat Rangga bisa terlihat dan tidak
dipendam.

Pembuktian :“saya nggak pernah ikut lomba, ” balas Rangga singkat, lalu kembali
mengalihkan perhatian pada bukunya. “saya yang ngirim!” ujar Pak Wardiman sambil
membetulkan letak peci yang dikenakannya.

6. Sudut pandang

Sudut pandang yang dipakai penulis pada novel ini menggunakan sudut pandang orang
pertama pelaku utama. Karena penulis menggunakan kata “akuan” dalam mendeskripsikan
diri di dalam cerita. Namun dalam menjelaskan cerita, penulis pun menggunakan sudut
pandang orang ketiga pelaku utama. Karena dalam novel tersebut penulis tetap menyebutkan
nama Cinta maupun tokoh lainnya. Sudut pandang akuan ini banyak digunakan saat dialog
yang selalu menggunakan kata saya, bahkan dalam dialog juga penulis kadang menggunakan
kata gue sebagai kata ganti dari saya, karena mengingat novel ini merupakan novel remaja.
Yang bahasanya menggunakan bahasa gaul dan lebih mengarah pada bahasa Betawi karena
notabene semua tokoh merupakan orang Jawa.
7. Gaya penulisan

Novel Ada Apa dengan Cinta ini merupakan salah satu novel remaja yang mudah dipahami.
Namun pada novel ini, kadang menggunakan bahasa baku, ini dibuktikan ketika Cinta dan
Rangga yang sedang berargumen namun kata-kata yang diucapkan sangat menyinggung
tetapi tetap mempertahankan bahasa Indonesia yang baku tanpa mencampurnya dengan
bahasa gaul maupun bahasa daerah. Kadang pula penulis menggunakan bahasa inggris yang
menunjukkan tingkat pendidikan para tokoh yang sudah duduk dibangku SMA yang suda
mengenal dan tahu menggunakan bahasa International, yaitu bahasa Inggris. Bahkan
menggunakan bahasa Betawi dalam dialognya, yaitu dengan menggunakan kata gue. Karena
para tokoh merupakan orang Jawa, tepatnya di Jakarta sehingga mereka akrab dengan bahasa
Betawi yang sudah bercampur dengan bahasa Indonesia dan itu menjadi bahasa sehari-hari
mereka. Disini pula dipakai bahasa anak gaul seperti loh, bro, lemot, dan lain sebagainya,
yang menggambarkan para remaja yang gaul dan tidak ketinggalan zaman, hingga mereka
pun menggunakan bahasa-bahasa baru yang dikenal sebagai bahasa anak muda tepatnya
bahasa gaul.

8. Amanat

Pesan moral ataupun amanat yang disampaikan penulis kepada pembaca yakni,

Dalam menjalin persahabatan, hendaknya saling terbuka, percaya, dan tidak bisa saling
menyalahkan jika mendapat masalah. Dalam suka maupun duka harus dipikul bersama, itulah
hakikat sahabat. Selain itu, novel ini menyampaikan bahwa kita harus konsisten dengan
prinsip yang dipegang. Tidak seperti Cinta yang berulang kali membuat orang disekitarnya
menjadi bingung dan mempertanyakan “ Ada Apa dengan Cinta?”. Ketika marah pun kita
harus bisa mengendalikan emosi, bersabar dan tetap tegar seperti yang dicerminkan oleh
Alya. Sama halnya pula dengan cinta. Jangan pernah mengabaikan perasaan suka seseorang
kepada kita. Karena hukum karma akan berlaku. Cinta pun mengalaminya dengan Rangga,
akibat perasaan Borne terabaikan. Sekali lagi, tetaplah mempertahankan jati diri kita yang
sebenarnya.

D. Unsur Ekstrinsik
1. Nilai-Nilai

a. Nilai Pendidikan

Dalam novel ini mengandung nilai pendidikan. karena pada novel ini menceritakan lika-liku
seorang siswa SMA. Ada yang patah hati, ada pula siswa yang Broken Home, namun tetap
semangat menjalani hidup bahkan terus menatap masa depan dengan tetap sekolah. Ini
mengisyaratkan perjuangan seorang siswa SMA yang menghadapi penyakit yang biasanya
ada pada siswa yaitu penyakit malas.
b. Nilai Budaya

Nilai budaya yang terkandung dalam novel ini terdapat pada Rangga dan Cinta yang suka
membuat puisi. Mereka senang membaca buku, dan bahkah melestarikan dan menghargai
pujangga dulu. Mereka bahkan mengambil ilmu dari buku-buku terbitan zaman dulu.

c. Nilai Religius

Dalam novel ini menceritakan mengenai kisah cinta, sehingga dapat diambil nilai religiusnya
untuk tidak melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama. Seperti halnya Cinta yang
berciuman dengan Rangga ketika mereka akan berpisah. Ini merupakan salah satu cerminan

Adanya pelanggaran terhadap norma agama.

2. Biodata pengarang

Nama : Silvarani

Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 6 September 1988

Lulusan : Lulusan sastra Perancis dan Magister Ilmu

Komunikasi

Karya lainnya : Bintang Jatuh, L’eternita di Roma,

L’amore di Romeo, dan Love in Paris

Anda mungkin juga menyukai