Anda di halaman 1dari 120

Judul : BAJINGAN

Penulis : Ilham Saputra Fauzi


Pemeriksa Aksara : Sahabat Insi
Tata letak : Aldi Nugroho
Desain Sampul : Febri Rizky A

Diterbitkan melalui:

Diandra Kreatif/Mirra Buana Media


(Kelompok Penerbitan CV. Diandra Primamitra Media)
Anggota IKAPI (062/ DIY/ 08)
Jl. Melati No 171, Sambilegi Baru Kidul,
Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta
Telepon: (0274) 280-1996
Email: diandracreative@gmail.com
Facebook: www.facebook.com/diandracreativeredaksi
Instagram: @diandraredaksi
Twitter: @bikinbuku
Website: www.diandracreative.com

Cetakan 1, July 2021


Yogyakarta, Diandra Kreatif 2021
120 Halaman; 13x19 cm

Hak cipta dilindungi undang-undang


All right reserved

Isi di luar tanggung jawab percetakan

2
Pesan

Jika dirimu membaca buku ini, tidak ada yang


sempurna di dalamnya. Hanya sebatas tulisan anak smp
yang bahkan belum tahu, arti kehidupan yang sebenarnya.
Tapi anak ini mencoba untuk mendobraknya, tahu sebelum
waktunya.

Cinta masa sekolah yang jadi makanannya saat


smp, dimana putus cinta menjadi ujung jalan pikiran anak
yang belum matang pikirannya. Yang kurang iman, jatuh
bunuh diri, terjun ke narkoba. Yang beriman teguh, atau sok
kuat saja, tapi ini jarang. Anak smp ini dengan nekatnya
menulis kisah keseharian cintanya. Kalimat yang belum
pantas dia tulis diumurnya itu, di tulis dengan bahasa yang
terbatas. Bahkan tidak tahu tanda titik untuk mengakhiri
kalimat. Sungguh nekatnya anak ini.

3
Ini bukan cerita bagus, ini persembahan,
pelampiasan, dari kisah yang mengganggu tidurnya.
Persembahan untuk orang yang berhasil membuka pintu lain
kehidupannya.

Wanita yang pernah lepas dari genggaman, karena


Tuhan memiliki rencana lain yang lebih baik untuknya.

Ini, persembahan untukmu. Buku, yang berisi kisah


yang mungkin akan kita tertawakan di saat dewasa kelak.

Ilham Saputra Fauzi

4
Untukmu

Yang mengajarkan aku, apa artinya mempertahankan.

5
Surat Terakhir

Hari senin pagi di sebuah kampung yang masih terawat


kealamiannya dan masih banyak pohon-pohon rindang yang
membuat suasana tiap pagi menjadi sejuk dan dingin.
Matahari pun sudah mulai beranjak naik dari balik awan
yang membumbung di langit, menandakan pagi sudah di
mulai. Cahayanya pun sampai ke balik jendela kamar
seorang pemuda. Panggil saja namanya Gio atau biasa
dipanggil teman-temannya uzi, dia adalah seorang siswa di
salah satu SMP. Setiap pagi dimulainya dengan bangun jam
5. Mungkin bila dilihat masuk sekolah di pagi hari adalah
kesibukan tersendiri bagi beberapa orang, Gio juga
beranggapan seperti itu namun itu sudah menjadi kebiasaan
Gio. Setiap hari Gio memang selalu mempunyai aktivitas

6
yang padat dibandingkan beberapa anak yang lain. Bahkan
di hari-hari libur yang seharusnya adalah waktu untuk
melepas waktu penat, selalu saja ada acara yang harus ikuti.
Gio memang suka mengikuti kegiatan-kegiatan yang cukup
bermanfaat dari pada hanya berdiam diri di rumah saja, dia
lebih baik melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk
menghabiskan waktunya. Semua dilakukan Gio hingga
semuanya selesai dan serapi mungkin, hingga matahari
terbenam sebagai tanda bahwa berakhirnya aktivitas hari ini.
Di balik lelaki hebat selalu ada wanita hebat, begitu
selalu kata orang. Gio memiliki seorang kekasih yang sangat
dicintainya, sebut saja namanya Yani. Yani adalah wanita
yang baik, sholeha dan ramah. Teman-teman selalu bilang
bahwa Gio dan Yani memang pasangan yang sangat serasi.
Ya, itu sangat membuat Gio teramat senang, semoga yang
mereka bilang itu menjadi kenyataan. Awal dari hubungan
Yani dan Gio ini berawal saat ada study tour ke jogja saat
kelas 2 SMP, Gio fikir itu adalah kesempatan yang bagus
untuk mengungkapkan perasaannya ke Yani. Gio tidak ragu-
ragu untuk mengungkapkannya karena Gio dan Yani sudah
cukup dekat. Gio menyatakan cintanya saat malam di Jogja,
ya kalau langsung ngomong Gio agak gugup juga, maklum

7
saja anak yang baru kenal cinta dimasa SMP. Jadi dia
memutuskan untuk lewat sms saja.

“Yani ?”

“Iya zi, ada apa?”

“Gapapa,
hehehe.”

“Kamu mau ga jadi pacar


aku Yan?”

“Kamu bercanda kan?”

“Aku serius Yani, aku cinta sama


kamu.”
“Hmm, iya aku mau jadi
pacar kamu :D, hehe aku
juga cinta kamu”

“Artinya sekarang kita


pacaran ya.”

“Iya zi, hehe.”

8
Semuanya berawal dari sms itu, hingga cukup lama
mereka tenggelam dalam chatting. Hal yang disukai Gio
dari Yani adalah sifat kepolosannya yang menarik. Entah
kenapa Gio sangat dan sangat mencintai Yani, ia tidak
melihat orang dari luarnya tapi selalu melihatnya dari segala
sikap dan hatinya. Gio dan Yani sudah berpacaran selama
kurang lebih 9 bulan. Setiap tanggal jadi mereka selalu
merasa senang akan hal itu dan selalu ingin mengulangnya
selalu. Betapa indahnya hubungan Gio dan Yani ini, mereka
selalu saling mencintai apapun keadaannya. Waktu
berangsung berlalu, setiap moment yang mereka lalui
bersama selalu terekam jelas dibenak Gio.
“Udh 9 bulan ya? Kayanya baru kemarin jadiannya.“
Gio bicara dengan diri sendiri.
Dalam hidup ini kita pasti akan merasakan hal yang
sangat membahagiakan dalam hidup kita dan juga dapat
membuat kita merasakan sangat sakit hati. Kata-kata itu
begitu saja terlintas dalam pikiran Gio. Dia menyadari kalau
sekarang mungkin dia dapat bahagia dengan Yani, tapi tidak
ada yang bisa menjamin bukan tidak mungkin suatu hari

9
nanti rasa sakit akan ada diantara mereka. Tapi kata-kata itu
tidak menyurutkan rasa sayangnya ke Yani. Setiap di
sekolah Gio selalu ingin dengan Yani, tapi tidak harus selalu
dengannya, karena suara bel dan teman sebangku selalu jadi
pemisah.

****

Bagai air yang terus mengalir di sungai, tidak terasa


kini Gio sudah duduk di kelas 9 SMP begitu pun dengan
Yani. Melihat penghujung sekolah yang berarti akan ada
banyak sekali ujian tertulis dan ujian praktik, Gio
mengambil langkah yang terbaik untuk mereka berdua. Kian
hari pun Gio mulai membatasi kebersamaannya dengan
Yani. Namun, apa yang dilakukan Gio ini tidak disambut
baik oleh Yani, terlebih Yani beranggapan kalau Gio lebih
memilih bersama teman-temannya yang cenderung banyak
wanitanya. Awan cemburu mulai menyelimuti hati Yani,
dibalik mulutnya yang bungkam awan cemburu itu mulai

10
berubah menjadi hujan dan lama kelamaan mulai terserap
lebih dalam ke dalam lubuk hatinya.
Seperti wanita kebanyakan yang lebih nyaman bercerita
dengan teman dekatnya, Yani juga melakukan itu. Ini yang
selalu menjadi akar masalah, beberapa lelaki pasti akan
merasa bingung dengan apa harus dia lakukan jika
wanitanya tidak menceritakan apa yang dia rasakan. Sikap
Yani yang memilih memendam cemburu, membuat retak
hatinya yang mulai terlihat. Retak hati membuat sikap setiap
wanita mudah goyang dengan kehadiran orang baru, mereka
butuh pendengar. Terkadang mereka terlalu sungkan untuk
dilihat bahwa mereka perlu didengar, namun ketika ada
seseorang yang begitu saja dating dan simpati dengan
keadaannya, siapapun itu sudah memenangkan hatinya.
Ahlan adalah siapapun itu. Dimata teman-teman Ahlan
bisa di sebut dengan laki-laki yang selalu memberi harapan
palsu kepada beberapa wanita. Fuckboy kalau istilah
sekarang. Sebelumnya teman-teman Yani sudah memberi
tahu hal ini kepada Yani, akan tetapi mata Yani sudah
tertutup oleh waktu kedatangan Ahlan yang tepat. Dimata
Yani, Ahlan adalah orang yang baik dan pengertian.

11
Berita mulai dekatnya Yani dengan Ahlan pada
akhirnya sampai ke telinga Gio. Tidak sulit berita semacam
itu untuk menyebar, terlebih gosip merupakan barang
dagangan yang laku ketika istirahat. Dengan hati yang panas
Gio memilih untuk meredamkan emosinya, itu baru kata
orang, Gio tidak mau terlihat sebagai cowok egois yang
hanya mendengar dari satu sisi saja. Lalu Gio mulai
menanyakan baik-baik kepada Yani tentang kedekatannya
dengan Ahlan.

”Yani?,”
“Iya, ada apa?”
”Maaf ya sebelumnya, aku mau nanya. kamu lagi deket
ya sama Ahlan?”
Terhenti sejenak, suara nafasnya terdengar.
“Emm, gak deket-deket banget sii. Aku cuma nganggep
dia kakak-kakakan aku aja. emangnya kenapa?”
”Gapapa kok aku cuma mau nanya aja. Aku cuma mau
bilang sama kamu jangan terlalu deket ya sama dia.“
”Hehehe, iya-iya”
Gio pun meninggalkan Yani sambil memegang
tangannya sejenak, lalu pergi mengi-nggalkan Yani.

12
Hari mulai berganti, makin kesini perubahan mulai
terasa, ada rasa yang mulai berubah, mereka berdua tidak
lagi dalam frekuensi yang sama. Sedari awal Gio sudah
menyadari, seharusnya dia mendengarkan kata hatinya kalau
ada yang tidak beres selama ini. Komunikasi yang biasanya
lancar, kini mulai tersendat oleh waktu yang tidak pernah
tepat.
“Pasti ini semua gara-gara semua kegiatanku dan
kebiasaanku sampai-sampai aku tidak memiliki banyak
waktu untuknya, tapi aku juga ingin membahagiakan dia dan
selalu meluangkan waktu untuknya. Tapi harus bagaimana
lagi.”

****

Suatu hari tanggal 23-10-2013 tepatnya hari rabu


adalah hari jadian Gio dan Yani yang ke 10 bulan. Ada yang
berbeda dengan bulan ini dari pada bulan sebelumnya,
tampak di wajah Yani tidak ada ekspresi bahagia yang
bermakna seperti dulu saat hari jadian. Buru-buru Gio

13
menepis pikiran buruk yang tiba-tiba menghantui benaknya,
Gio langsung mengucapkan hari jadian seperti biasa dengan
senyuman yang manis tanpa dan menghiraukan segala
persepsi yang mulai bermunculan di kepalanya. Sepanjang
hari itu Gio selalu menebak-nebak isi kepala Yani.
Sebenarnya ada apa! Air matanya tertahan, tidak seharusnya
ia menangis pada apa yang tidak memiliki kejelasan.

****

Dua hari setelah itu, tepatnya Jum’at tanggal 25-10-


2013 semua pertanyaan yang sudah menumpuk dikepala Gio
akan terjawab. Pada malam di hari itu, ponselnya bergetar,
sms dari Yani muncul di notifikasi dengan kalimat yang
tidak biasa, dan selama ini sama sekali tidak diimpikan oleh
Gio.
“Zi, maafin aku ya, kayanya hubungan kita sampai sini
aja. Aku mau kamu lebih fokus belajar untuk UN nanti :’( ”
Hening, Gio merebahkan tubuhnya, menghela nafas
panjang. Cukup lama untuk mencermati kata-kata yang
barusan ia baca. Tangannya mulai mengetik balasan
“Tapi apa ini jalan yang terbaik yang kamu punya ?”

14
Tidak lama, pesan balasan dari Yani masuk. WOW,
mulut Gio membuncah.
“Aku rasa ini adalah yang terbaik yang harus kita
lakukan, aku gak mau, aku terus ganggu waktu kamu untuk
belajar :( ” kata Yani.
“Huft, kalau itu keputusan langsung dari hati kamu.
Aku hargai keputusan kamu.” jawab Gio .
“Kamu jangan marah ya :(, ini aku lakuin untuk
kebaikan kita berdua. Aku juga mau fokus belajar.”
Sms itu pun terus belanjut hingga larut malam.
Keputusan Yani pada malam itu sangat membuat sesak
di hati Gio selama berhari-hari. Bagaimana tidak membuat
sesak? kini orang yang sangat ia cintai pergi, walaupun dia
tahu bahwa niat Yani baik dalam keputusannya. Tidak akan
pernah ada perpisahan yang baik-baik saja, semua
meninggalkan luka yang sama.
Aku gak mau pacarana dulu. Kalimat ini seperti hadiah
perpisahan dari Yani, atau mereka tidak sedang berpisah,
hanya mengambil waktu sejenak untuk masing-masing
menjalankan hidupnya. Setelah semuanya membaik, mereka
akan bersatu lagi? Bagaimana kalau kisah yang dimau Yani
seperti itu?

15
Tidak, itu jawabannya. Gio tersentak ketika kabar
angina yang selama ini selalu ia bantah dan tidak pernah ia
ingin dengar mendadak menjadi begitu penting dan terlalu
mungkin untuk ia anggap lelucon.
“Yani, kau wanita munafik!”

****

Pada hari Senin,18-11-2013 adalah hari ulang tahun


Yani yang sebenarnya sudah sangat di tunggu-tunggu oleh
Gio. Teman Yani, sebut saja namanya Liya. Dia merangkap
sahabat Gio. Liya adalah sahabat Yani dari kelas 10, ia
adalah wanita yang sangat suka membaca-baca blog di
handphonenya, mulai dari blog yang bermanfaat hingga
yang aneh pernah ia baca, dan dia sangat suka drama Korea,
ya bisa dibilang ia bisa lupa diri kalau sudah ngomongin
Korea. Liya merupakan salah satu orang yang sangat
mendukung hungan Gio dan Yani kala itu.
Di sekolah, satu hari sebelum hari ulang tahun Yani,
Liya menghampiri Gio yang sedang berdiri bersandar
sendirian di depan kelasnya sambil memandang ke arah
lapangan tepat di tengah sekolah,

16
“Heh, Gio lu tar dateng gak ke ultahnya Yani? lu kan
pernah bilang mau datang kalau Yani ultah. Jadi’kan? .”
Liya menyikut Gio, lamunannya buyar.
Hening sejenak, mata Gio kembali melihat anak-anak
yang bersorak karena mencetak gol, “Emm, kayanya gue
kasih kado aja.”
Setelah mendengar jawaban dari Gio, Liya terlihat
sedang sibuk menulis sesuatu di kertas kecil miliknya. Lalu
Liya pun memberikan kertas itu kepada Gio,
“Saranghae?” Alis Gio terangkat.
Liya mengangguk semangat, senyumnya melebar.
“Heh, Gio mendingan nanti lu taro tulisan Saranghae
nya di dalem kado Yani ya kira-kira buat tambahan aja.”
Gio mengangguk, tumben pikiran dia bener, ya
lumayan juga buat tambahan di kadonya biar tambah
romantis.
“Makasih banyak ya Liya, bener-bener temen yang baik
lu ya, hehehe makasih ya sekali lagi.”
Tidak menyia-nyiakan bantuan dari Liya, terlintas ide
yang bagus untuk dieksekusi malam ini. Jika ada hal paling
baik untuk menyampaikan, dan ia akan menuliskan pesan
terakhir untuk dia, tertulis dalam rangkaian kata demi kata

17
perpisahan yang sebelumnya belum terucap dengan baik. Ini
adalah surat terakhir.

18
“Untuk kamu yang ku maksud,
makasih udah ngukir nama kamu dihatiku,
makasih juga udah buat cerita indah dalam bingkai
kehidupanku.
I miss you..”

Good Bye......

Mungkin terlihat percuma saja menulis surat sederhana


ini kepada Yani, karena yang terjadi adalah Yani sudah

19
berpindah hati ke Ahlan. Tapi setidaknya ini adalah hal
terbaik yang dapat dilakukannya selama ia masih dekat
dengan Yani. Selama masih ada kesempatan. Tidak sedikit
teman-teman yang terus membujuk Gio kembali
membicarakan hubungan mereka, karena yang mereka ingin
hanyalah melihat teman mereka mendapat pasangan yang
sama-sama baik, tidak ingin terjebak pada kebahagiaan yang
sesaat.
“Semua ini awalnya adalah keputusan Yani, Kita gak
bisa memaksakan hatinya untuk cinta lagi kepada gue,
walaupun gue sendiri ingin dia cinta lagi tapi harus apa lagi?
biarkan dia yang memutuskan semuanya.”
Kata-kata yang terlontar dari mulut Gio itu membuat
mereka terdiam, harapan mereka tidak tersampaikan. Ini
adalah takdir atau Gio yang terlalu bodoh untuk tidak
melakukannya. Tapi yang pasti, Gio sudah memikirkan
matang-matang apa yang ia lakukan. Apa yang diharapkan
dari anak dengan umur tanggung yang memang waktunya
membuat kesalahan lalu belajar dari kesalahan yang ia buat.
Memang waktunya bukan?

****

20
Hari itu datang, hari yang istimewa bagi beberapa orang
yang memiliki takdir untuk melihat dunia pertama kalinya.
Umur mereka bertambah tua satu tahun, tua umur bukan
berarti dewasa. Orang bilang, kesalahanlah yang membuat
kedewasaan, ada juga yang bilang dewasa datang karena
memang waktunya. Bagaimana kalau pendapat kamu?
Di hari ini, umur Yani bertambah satu tahun. Disaat
yang bersamaan, Gio berdiri dilorong kelas dengan tangan
yang tidak kunjung melepas kotak kado yang sudah ia
persiapkan sejak semalam suntuk. Kalau boleh berpikir
ulang, Gio punya pilihan untuk tidak melakukannya. Dia
sudah putus, dan dia punya pilihan untuk tidak peduli.
Disebut apa ini? Gio tidak berusaha untuk kembali merebut
Yani, tapi masih saja terperangkap pada perasaannya sendiri.
“Eh, Gio lu kapan ngasih nya ayo buruan ah lama lu.”
desak Fia sahabat Gio yang ikut membantu membuat kado
untuk Yani itu.
“Duh, deg-degan Fi! hehehe bentar ah, masih ragu-
ragu.” Gio mengambil posisi duduk, mengambil nafas
panjang.

21
Fia, cewek berkerudung yang berpostur badan kecil
dengan kulit agak hitam dan sangat lincah ini memang
sahabat yang baik dan baik banget bagi Gio, tidak lupa
dengan sahabatnya Guntur, yang selalu membuat keseruan
dengan bersama Fia. Gio yang tadinya duduk terdiam,
akhirnya bangkit dari duduknya karena terus-terusan didesak
teman-temannya untuk menghampiri Yani yang saat itu
sedang duduk dibangku kelasnya.
“IYA-IYA GUE JALAN!” Gio mendengus kesal, jari
tengahnya teracung kearah Guntur yang sedari tadi tidak
berhenti menggoda.
Nah! Seru mereka serempak. Siapapun yang sedang
lewat lorong kelas itu pasti melihat keramaian mereka.
Gio menghela nafas panjang, meyakinkan diri sekali
lagi. Gue harus! Dia berseru dalam diri. Tidak lama ia mulai
berjalan cepat masuk ke dalam kelas, tidak pakai tengok
kanan kiri, ia tahu harus berjalan kearah mana dan melihat
kemana. Tujuan ia sudah didepan mata, ia sudah melewati
depan kelas, tidak menghiraukan puluhan pasang mata yang
sudah menduga akan kedatangannya. Dan… langkah
kakinya terhenti disalah satu sisi meja, kedua pasang mata

22
yang pernah saling menatap tujuan yang sama itu kali ini
saling menatap satu sama lain.
“Selamat ulang tahun ya, Yani.” Ia menjulurkan
tangan, tersenyum ramah.
Hening sejenak, waktu seakan berhenti. Satu dua anak
kelas yang duduk tidak jauh dari sana memutuskan untuk
diam tidak bersuara.
“Iya Gi, makasih banyak, ya.” Mata Yani seakan tidak
berkedip melihat Gio yang memberikan kado dan ucapan
selamat ulang tahun, begitu pula dengan Gio.
Yani membalas senyuman itu dengan senyumannya
yang sangat manis, senyuman yang selalu membuat Gio
mengenal kalau itu adalah Yani. Sungguh perasaan senang
bercampur lega karena hanya ini yang terbaik yang dapat
dilakukan oleh Gio, melihat senyumannya saja sudah cukup
untuk meredakan sesak.
“Yaudah, aku balik ke kelas dulu ya, Yani.” sahut Gio
memecah moment itu, balik kanan mulai meninggalkan meja
Yani.
“Eh, iya Gio, makasih ya sekali lagi.” Gio tidak
menjawabnya secara langsung, hanya mengacungkan
jempolnya sambal berjalan kearah pintu kelas. Teman-teman

23
di kelas itu ikut larut dalam kejadian itu, karena mereka tahu
betul kisah Yani dan Gio sangat Serasi “Cieeee” seru-seru
dari teman-teman kelas mulai terdengar mengiringi langkah
Gio keluar kelas.
Punggung Gio sudah tidak terlihat lagi dari dalam
kelas, sudah berjalan dengan langkah gontai penuh rasa lega,
menghampiri kedua temannya yang sedari tadi mengintip
dari jendela kelas paling belakang.
“Huh, lega gue Fia, thanks ya!” kata Gio sambil
berjalan ke kelas bersama Fia dan Guntur.
“Santai dulu Gio, hahaha” Sahut Guntur, menepuk-
nepuk pundak.
“Hahaha, apaan si lu, tar kena batunya aja!” balas Gio
dengan candaan demi mengugurkan ketegangan menit-menit
lalu.
Gio merebahkan diri ditempat duduknya, meluruskan
kaki.
“Semoga menjadi awal yang baik.”

23/01/2014/ 20:22

24
25
Burung kertas

Hari-hari yang Gio sedikit berubah, tapi ia mampu


untuk mengatasi ini sendiri. Dia juga sadar bahwa menerima
kehilangan yang masih baru-baru pasti akan sulit, semua ini
butuh proses dan tidak ada yang instan. Selalu saja yang
sering teringat dalam pikirannya bukanlah wajahnya atau
bentuk fisik, tapi yang selalu ia ingat yaitu akan rangkaian
hari-hari indah bersama Yani yang pernah ia rasakan.
Sungguh indah kenangan itu dan sangat sulit untuk
melupakannya, tapi biarlah menjadi masa lalu yang indah
bersamanya, ”Ya semoga saja tak hanya dariku saja yang
berpikir seperti ini.”
Entah bagaimana dengan Yani apa dia ingin
melupakannya atau tidak, tetapi tetap saja menjadi kenangan
walaupun terlupakan olehnya.
Dua bulan setelah berpisahnya Gio dengan Yani, tidak
lantas menghapus rasa cinta Gio ke Yani, perasaannya masih
sama seperti dulu dan masih dirahasiakan oleh Gio. Gio
pernah beberapa kali mengirim pesan ke Yani sekedar hanya
26
untuk ngobrol-ngobrol dan juga ia pernah bilang kalau masih
menyimpan rasa cinta dengan Yani. Menyimpan hal yang
sebenarnya tidak pasti itu tidak selamanya sia-sia, tetapi
harus menunggu sampai kapan? Mengobati hati yang terluka
pasti dengan hati yang lainnya. Ia selalu mencoba merajut
kembali hati yang telah rusak dengan wanita-wanita yang
lain, akan tetapi tetap saja tidak ada yang dapat menarik
maupun mengobati hati Gio. Hingga akhirnya Gio pun
menyerah dan hanya pasrah mungkin saja ini memang jalan
yang sudah diambil oleh Gio dari awalnya. Kehidupan yang
akan kita rasakan nanti tergantung dari pilihan kita saat ini,
jadi telitilah dalam memilih. Dengan pilihan seperti itu, Gio
tetap fokus dengan studinya namanya tidak pernah terhapus
dari urutan rangking di kelas, itu membuktikan bahwa
kepribadian Gio yang tidak selalu memikirkan tentang cinta,
cinta dan cinta. Cinta di masa-masa sekolah bisa di jadikan
semangat untuk dapat belajar lebih giat lagi. Studi tetap
menjadi acuan no 1.

****

27
Suatu hari Gio membuka jejaring social facebook
miliknya, facebook ini memang sedang tenar saat itu
kebanyakan digunakan untuk menulis status dan untuk main-
main saja dengan teman, serta bisa dijadikan juga alat
komunikasi. Anak seperti Gio juga tidak ingin kalah dalam
perkembangan zaman saat ini, sekaligus tidak ingin
kecanduan karenanya. Saat itu sekedar hanya melihat-lihat
karena sudah lama juga Gio tidak membuka Facebooknya.
Saat sedang melihat-lihat Gio mendapatkan pesan di Inbox
dari seseorang yang bisa bernama April.
“Hy, Gio!”
“Eh, iya hy juga, April ya? Ada apa, Pril ?”
“Ehm, ga ada apa-apa si, mau ngobrol aja boleh kan?“
“Ohh iya-iya, boleh-boleh.“
Sejak itu Gio dan April sering berkomunikasi di
Facebook dan berpindah ke sms, hingga akhirnya Gio
menyadari kalau April adalah teman dekat Yani. Gio mulai
menyadarinya karena April tidak jarang atau terbilang sering
membahas tentang Yani kepadanya, ditambah ia beritahu
oleh teman-temannya, akan tetapi Gio agak tidak suka jika
terus membahasnya. Jika dilihat-lihat April adalah wanita

28
yang cukup menarik bagi Gio dengan postur tubuh yang
tidak terlalu tinggi rambut panjang, kulit putih, dan baik.
Walaupun begitu Gio pernah mendengar rumor tidak enak
dengannya, seperti sikapnya dengan orang lain. Tetapi Gio
tidak ingin mundur hanya dengan sebab tersebut, malah
justru Gio ingin mendekatinya dan ingin memperbaiki
perkataan orang tentangnya maupun kelakuannya.
Tidak terasa kini kedekatan Gio dengan April pun
makin hari makin dekat saja, dengan pengalaman
sebelumnya Gio tetap berhati-hati dalam menjalin hubungan
baik dengan orang lain. Menjalani waktu bersama sering
dilakukan bersama seperti lari pagi rutin di lakukan bersama
setiap hari minggu. Biasanya mereka mulai berangkat lari
pagi bersama mulai dari jam 05.00 pagi, rutenya juga tidak
terlalu jauh dari rumah April karena di dekat rumah April
ada perumahan yang cocok untuk tempat lari pagi. Terlebih
lagi suasana yang masih hijau berpadu dengan susunan
rumah yang rapi, bahkan warga disana juga sangat antusias
berolahraga. Jadi wajar saja kalau setiap minggu selalu
ramai. Setelah berlari kurang lebih satu jam Gio dan April
selalu menyempatkan diri untuk ke taman di perumahan itu
untuk melepas lelahnya, mereka juga sering berbincang-

29
bincang lama di sana. Pernah ada minggu yang berbeda dari
minggu sebelumnya, setelah berlari berkeliling, mereka
beristirahat dan berbincang-bincang di taman. Sambil
berbincang Gio menawarkan minumnya ke April.
“Huh, mau minum ga nih, Pril?”
“Hmm, tar aja di rumah, belum haus banget nih.”
“Lah, ga haus apa? kaya unta aja, hehe”
“Haha, kamu tuh yg bawa-bawa air mulu kaya unta”
“Ye dasar hahaha, oiya pril kita udah deket banget gini
ya. Hmm ga ada perasaan gemana gitu?”
“Hmm perasaannya udah deket kali ya hehehe, ya aku
sebenernya udah lama suka sama kamu Gio, terlebih lagi aku
pengen ngerasain punya pacar kaya kamu. Aku ngeliat kamu
sama Yani itu udah serasi banget tapi sayang banget ada duri
di antara kalian Gio.”
“Ya aku kan udah bilang ga usah bahas itu lagi’kan,
Pril. Ya aku ga usah jelasin perasaan aku gemana, kamu
sendiri kan yang bisa menilainya, hehe.”
“Hii, kamu mah jail, aku kan udah terus terang juga
kamu malah ga terus terang sama aku!”

30
Obrolan itu pun terus berlanjut dan berakhir saat
mereka pulang ke rumah masing-masing saat matahari sudah
mulai merangkak naik.
Bersambung dari April yang menyatakan perasaannya
kepada Gio, kesempatan ini tidak di sia-siakan oleh Gio.
Sebenarnya Gio ingin menyatakan kalau ia ingin jadi pacar
April, tetapi keraguan kerap menghantui diri Gio. Untuk
meredakan keragu-raguannya, saat malam harinya Gio
membuat sesuatu yang unik yang belum pernah ia lakukan.
Demi untuk menyatakan perasaannya, Gio mencoba untuk
menuliskan perasaannya kepada April di sebuah kertas, lalu
kertas itu di bentuk menjadi burung-burungan kertas
berbentuk burung bangau. Menurutnya cara ini adalah cara
yang unik sekaligus menyenangkan.
Keesokan harinya di waktu yang tepat Gio
menghampiri April yang sedang istirahat di depan kelasnya
sambil melihat ke lapangan.
“Hey pril, ini buat kamu.“
“Apaan ini?”
“Coba kamu buka aja, pril” mendengar jawaban itu
April langsung membuka origami burung bangau tersebut.
Gio ikut membantu membuka origami itu dan hingga

31
akhirnya suratnya terbuka lalu Gio langsung bertanya
kepada April.
“Dan jawabannya.”
“Hmm, iya Gio aku nerima kamu.” Wussh, bagai angin
yang di tunggu-tunggu di saat hari yang panas. Entah kenapa
yang dirasakan Gio setelah mendengar itu, benar-benar
sangat menyenangkan dan membuatnya bahagia sekali.
Memang bagai obat untuk hati Gio.
Tanpa pikir panjang, Gio pun memberikan burung-
burungan itu kepada April dan saat itu juga menerima
permintaan Gio untuk menjadi pacarnya. Namun, hubungan
Gio dengan April tidak bertahan lama kira-kira hanya tiga
minggu, hal itu dikarenakan dari Gio yang pernah
menghilang selama tiga hari dan tiba-tiba muncul tanpa rasa
bersalah sedikit pun. Sebenarnya niat Gio bukanlah itu, tapi
dia ingin mengetahui betapa April menginginkan dirinya.
Dia ingin tahu, selama tiga hari itu April terus berusaha
mengetahui keadaan Gio atau tidak. Ternyata April terus
menelfon selama hari itu, dan Gio pun merasa senang akan
hal itu dan akhirnya dia pun menghubungi April lagi.
Ternyata saat dia menghubunginya ternyata malah di anggap
negatif oleh April, dia tidak mengerti atas tindakan yang

32
dilakukan oleh Gio dan akhirnya diakhirilah hubungannya
dengan Gio. Memang hal itu sangat sesak lagi di hati Gio
yang sudah terobati dengan kedatangan April, Gio pun
menerima kenyataan itu dan berpikir mungkin dia memang
tidak di rencanakan untuk Gio.

33
Sahabat Langkah Kakimu

Hari sepi pun kembali dirasakan oleh Gio setelah putus


dengan April, tapi itu sama sekali tidak menyurutkan niat
Gio untuk mundur. Gio tetap menjalani hidup ini dengan
atau tanpa April, sebenarnya hubungannya sebagai teman
dengan April tetap seperti biasa. Hal ini adalah yang
diinginkan oleh Gio kepada Yani, dia berharap sikap Yani
akan sama dengan April yang tidak memandang hubungan
sudah berakhir atau tidak, hubungan tetap harus berjalan
dengan baik sebagai teman.
Kejadian ini juga pernah terjadi dengan Gio. Dimulai
dengan kedekatan Gio dengan seorang wanita yang bernama
Anna, kedekatan Gio dengan Anna pun mulai meluas sekian

34
dengan kedekatan mereka. Tapi pasti ada yang suka dengan
kedekatan Gio dengan Anna dan pasti ada juga yang tidak
suka. Gio tahu kalau Anna suka dengan dirinya dan dia pun
demikian. Tapi ada saja yang menghalangi saat mereka ingin
jadian. Saat di sekolah, saat Gio sedang berdiri di depan
kelas sendirian, Gio dihampiri oleh temannya, sebut saja
namanya Tobi. Dia juga merupakan teman dekatnya Gio.
Dia bicara dengan Gio “Zi, lu lagi deket ya sama Anna?”
“Ya gak deket-deket juga Bi, biasa aja gitu. emang
kenapa, Bi?” jawab Gio
“Ya gue cemburu aja ngeliat lu sering berduaan pas try
out kemarin!” kata Tobi. kebetulan kami baru saja melewati
try out yang pertama.
“Tapi’kan ngobrol-ngobrol aja Bi, gak deket-deket
banget palingan bahas soal aja.” jawab Gio
“Sekarang gue lagi pedekate Zi, Sama dia.” kata Tobi.
Kata-kata Tobi langsung saja merasuk dalam hati Gio dan
dalam keadaan seperti itu Gio bilang,
“Yaudah kalo lu pengen deketin dia ya gapapa, lagian
gue sama dia gak ada apa-apa lagi!! Okee.”
“Okee Zi makasih, yoo.” jawab Tobi

35
Dari percakapan itu Gio sudah mulai menjauhi Anna
bukan bermaksud membencinya tapi hanya menjaga jarak
untuk menjaga perasaan Tobi.

****

Kian hari Gio dan Anna pun semakin jauh. Hingga


pada suatu hari Tobi menghampiri Gio di tempat dia
biasanya berdiri, yaitu di antara kelas IX-B dan IX-C.
“Zi, si Anna pernah nanya ke lu tentang gue kaga ?”
tanya Tobi.
“Ga, Bi, lagian gue juga males kalo smsan sm dia.
Bikin bete tau gak si!” jawab Gio.
“Hahahaha, kirain Zi. Oiya, Zi gue kan udah jadian
sama Anna. Hahaha.”
“Ahh, serius lu ??? wahh parah lu kaga bilang ke gue.”
jawab Gio.
“Kan baru kemarin Zi, Hehehe.” kata Tobi.
“Ooohhahahaha, kocak lu, ah.” kata Gio.
Dengan perasaan yang sedikit kecewa tapi senang
karena Tobi sudah mendapatkan wanita yang dia impikan .

36
Ada sebuah kata-kata yang mengena di dalam diri Gio,
Sahabat adalah langkah kakimu.
Kata- kata itu berarti sangat besar dari tindakan Gio
kepada Tobi yang rela mengalah untuk temannya, karena
Gio tahu bagaimana rasanya kehilangan teman yang sudah
cukup dengan diri kita. Jadi kita harus tetap menjaga apa
yang sudah kita dapatkan dalam diri kita dan harus tetap
bersyukur dalam hidup ini. Bayangkan bagaimana hidup kita
tanpa seorang sahabat, dimana kita akan sangat
membutuhkannya di saat kita senang maupun di saat kita
susah. Ada sebuah kata-kata dimana “Lebih baik satu teman
di saat kita susah dari pada seribu teman di saat kita
bahagia”
Kita juga harus memilih baik-baik orang yang akan
kita jadikan teman jangan sampai kita hanya akan
dimanfaatkan oleh dirinya .
Berteman secara baik juga diinginkan Gio kepada Yani,
sebab sampai saat ini hubungannya Gio dengan Yani tidak
cukup baik dengan jarangnya lagi hubungan komunikasi
antara mereka. Paling tidak, kalau Yani sms Gio sekedar
hanya meminta agar menemaninya smsan Gio pun mau.
Tapi yang sampai sekarang dipikirkan Gio adalah tentang

37
Yani, walaupun Yani tidak tahu kalau yang diinginkan Gio
adalah hubungan persahabatan yang baik. Pernah dulu
sebelum Yani dan Gio berpacaran, Yani pernah bilang ke
Gio, “Gio kamu itu sahabat aku yang terbaik, hehehe.”
Senyum Yani saat mengatakan itu tidak bisa Gio lupakan.
Tapi kini Gio mempertanyakan Kata-kata yang terlontar dari
mulut Yani tersebut. Gio pun mengabadikan semua itu
sebagai pelajaran, dimana sahabat adalah hal yang paling
berharga dalam hidup ini. Sahabat itu bagaikan langkah kaki
kita, jika kita kehilangan sahabat bagaimana’kah kita nanti?
bisakah kita menjalani hidup ini ? pasti jawabannya tidak.
Banyak orang yang keliru soal berpacaran. Banyak juga
yang salah mengartikannya, malahan mereka mengiranya
hanyalah sebuah kesenangan semata dengan lawan jenis.
Bahkan Menurut Gio “Berpacaran adalah cara untuk
menjauhkan kita dengan orang yang kita cintai dan juga
sebagai pelampiasan rasa sayang kita kepada orang yang
kita sayang.”
Kenapa Gio menyatakan bahwa untuk “Menjauhkan
dari orang yang kita cintai.” karena sebagai mana dapat
dilihat dari hubungan berpacaran yang telah putus , 99%

38
mereka saling menjauhkan diri dan 1% ada kemungkinan
hubungan akan kembali dengan biasanya .
Berbeda dengan pertemanan, kita dapat dengan cepat
mengerti orang yang kita cintai lebih jauh dibandingkan
dengan berpacaran dengannya. Kalau di saat berpacaran kita
pasti akan merasa canggung untuk ke rumahnya atau dekat
dengan keluarganya. Beda dengan berteman, kita pasti akan
enjoy saja ke rumahnya ataupun sekedar mengobrol dengan
keluarganya. Ada kata-kata Gio yang patut menjadi
petimbangan sebelum memulai hubungan, “Jika kamu
benar-benar mencintai seseorang, kamu tidak akan
menjadikannya sebagai pacar melainkan sebagai sahabat.”

Hubungan Tobi dengan Anna kian hari semakin dekat


saja, walaupun hubungan mereka yang tahu hanyalah Gio .
Gio menggoda Anna,
“Cie cie, minta PJ (Pajak Jadian) dongg !!! bisa kali,
hahahaha.”
“Apaan si zi, emang gue jadian sama siapa?” kata
Anna.
“Gak tau gue, cuma iseng aja, hahahahaha.” jawab Gio.
“Rese lu ahhh, blee.” seru Anna.

39
Gio pun sering bercerita tentang hubungannya dengan
Anna. Pernah sesekali saat Tobi sedang asyik-asyiknya
berbicara dengan Gio di depan kelas Gio, ternyata
diperhatikan oleh Anna. Tobi dan Gio pun menyadari akan
kehadiran Anna yang memperhatikan mereka, Tobi pun
berkata kepada Gio “Zi bikin Anna penasaran yukk, hahaha.
Lihat tuh dia kayanya pengen tahu apa yang kita bicarakan.”
“Hahahaha, ayo-ayo.“ jawab Gio. Dilihat-lihat Anna
beberapa kali melewati mereka dan kadang-kadang ada di
samping Gio dengan niat ingin menguping pembicaraan, tapi
Tobi dan Anna juga tahu kalau Anna ada di samping Gio.
Sambil menahan tawa Tobi memperhatikan kelakuan Anna
yang sangat kepo (kejar info), hingga tidak mampu menahan
tawa, akhirnya Tobi dan Gio pun tertawa karena kelakuan
Anna.
Sungguh indah jika mempunyai sahabat yang
menemani kita disaat sulit dan disaat senang. Dimana kita
dapat saling mengerti satu sama lain tanpa memandang kaya
atau miskin, agama, atau yang lainnya, yang di pikirkan
hanyalah sebuah kesatuan dalam pertemanan, dan yang

40
membuatnya indah adalah kesetiaan dan saling
pengertiannya antar sesama.

30/01/2014/09:43

41
Di balik fakta

Kian hari setiap orang pasti akan selalu maju seperti


kebanyakan orang, Gio pun begitu. Dia tidak menyangka
saja kalau dia sudah duduk di kelas 9, rasanya baru kemarin
dia daftar di sekolah. Memang waktu kini terasa berjalan
dengan cepat dan tidak terasa juga kita akan berpisah dengan
teman-teman kita sedikit demi sedikit. Semua pasti tidak
akan memilih berpisah dengan temannya jika mereka diberi
pilihan. Tapi mereka harus tetap memilih jalannya masing-
masing untuk dapat bertahan di dunia yang keras ini, jika
ada yang tidak dapat menyesuaikan diri, otomatis dengan
sendirinya dia akan tersingkir dari seleksi calon orang-orang
yang sukses.
Di sekolah pun sudah dimulai segala usaha untuk
pengembangan materi persiapan Ujian Nasional nanti.
Begitu pun seluruh murid, pasti ada yang sudah siap dan ada
juga yang belum siap. Pada saat Try Out 1 tentu saja Gio

42
akan berada di kelas mana dan saat dia menemukannya dan
mencari mejanya, sangat tidak disangka kalau disampingnya
adalah Anna. Yam Anna wanita yang pernah suka dengan
Gio tapi entah dia masih suka atau tidak, tapi Gio masih
menaruh hati dengannya. Yang diketahui Gio, kalau Anna
adalah pacar Tobi hingga sekarang. Saat Try Out pun Gio
dan Anna sudah mulai dekat lagi semenjak sudah cukup
lama putus komunikasi dengannya.
Seperti biasa Gio sering menggoda Anna tentang
hubungannya dengan Tobi. Karena hubungan mereka berdua
yang tahu hanya Gio seorang saja, itu lah kenapa Gio sangat
bersemangat kalau godain Anna, dan yang lucunya itu Anna
itu orangnya tidak bisa marah, sekali saja dia mencoba untuk
marah itu malah mengundang tawa Gio. Saat Anna ngobrol
dengan Gio setelah TRY OUT, ternyata Anna
mengungkapkan hal yang sangat tidak terduga oleh Gio .
“Zi, gue sebenernya gak suka sama Tobi, gue juga
cuma kasihan sama dia yang ngejar-ngejar gue mulu.” jujur
Anna.
“Terus lu emang sukanya sama siapa?” tanya Gio.
“Sukanya sama lu, hehehe.” jelas Anna.

43
“Yahh, itu kan dulu Na, tapi gue juga masih suka sama
lu. Tapi kan sebenernya gue udah ngalah buat Tobi biar dia
bisa deket sama lu. Coba deh lu coba suka sama dia. Atau
terserah lu aja dahh.” jelas Gio.
“Hmm, iya deh, Zi.” pasrah Anna. Tidak dapat
disangka, dibalik fakta mereka yang berpacaran ternyata ada
rahasia yang disimpan salah satu dari mereka. Jika dipikir-
pikir kasihan juga Tobi yang telah d bohongi dan kasihan
juga Anna karena dibilang kalau si Tobi marah-marah mulu
kepadanya. Jadi kasihan juga Tobi dan Anna, kalau menurut
Gio lebih baik akhiri saja, tapi entah apa yang akan mereka
lakukan pada hubungan mereka. Gio dapat berpikir seperti
itu karena Gio memegang rahasia dari Tobi dan Anna,
tentang hubungan mereka menurut pendapat mereka masing-
masing, entah kenapa harus Gio yang memegang rahasia
mereka. Sebenarnya Gio bisa saja menghancurkan dan
mempererat hubungan Anna dan Tobi asalkan Gio mau.
Tapi lebih baik Gio mengurus urusannya sendiri, karena
pasti ada yang akan muncul dibalik fakta kehidupan ini.
Biarlah nanti waktu yang menjawab semuanya.

44
20/02/2014/ 21:02

45
Kata Terlarang

Kembali ke masa dimana saat hubungan Gio dengan


Yani yang sudah sangat lama terjalin dan akhirnya putus di
saat-saat yang tidak terduga oleh Gio, tetapi Gio menerima
keinginan Yani tersebut. Banyak teman-teman Gio yang
menyayangkan hubungan Gio dengan Yani, karena menurut
mereka, Gio dengan Yani sangatlah cocok jika dilihat
sebagai pasangan. Kini teman-teman pun kadang tidak suka
dan sering membicarakan hubungan Yani dengan Ahlan
“Ihh bodoh banget Yani, masa dia lebih milih Ahlan dari
pada Gio.” celetuk dari beberapa teman.
“Iya ya, kan kalau dilihat Gio kan lebih dewasa dan
banyak lebihnya di banding dengan Ahlan yang PLAYBOY,
sok jagoan, dan sok ganteng itu.” begitu celetuk dari teman-
teman yang di dengar Gio. Tapi Gio pun menyalahkan
pendapat mereka yang suka memandang negatif Yani dan
Ahlan.
46
“Hey, kalian jangan suka ngomongin orang kaya gitu,
Yani kan melakukan itu karena dia udah gak cinta sama gue
dan dia sekarang cintanya sama Ahlan, jadi tolonglah hargai
perasaan dan pilihan dia . Mungkin Ahlan di mata dia adalah
orang yang baik dan dapat mengerti dirinya dari pada gue.”
itu yang dikatakan Gio kepada teman-temannya.
“Ahh, lu mah zi, kayanya pasrah banget!!!”
“Bukannya gue pasrah, gue juga sebenernya gak mau
kehilangan Yani. Tapi harus gemana lagi, gue gak bisa
maksain dia untuk suka lagi sama gue. Memangnya enak
menjalani hubungan karena paksaan dari luar? pasti
gak’kan? Gak apalah gue mundur dari hatinya asalkan dia
dapat bahagia.” kata Gio.
Ada saja yang suka dan tidak suka mendengar kata-kata
Gio, tapi Gio tidak menghiraukannya. Bodo amat!

****

Gio sering menjadi tempat curahan hati atau curhat


teman-temannya, tapi yang kebanyakkan curhat adalah
wanita justru. Mereka sering membicarakan tentang cinta
mereka yang rumit dan meminta pendapat atau nasihat dari

47
Gio, karena beberapa dari mereka menilai saran dari Gio itu
cukup membantu dalam perjalanan cinta mereka. Mengapa
saran Gio kebanyakan benar? itu karena kebanyakan yang
mereka bicarakan atau peristiwanya adalah yang sudah
pernah dirasakan oleh Gio, jadi Gio tahu tindakan apa yang
harus dilakukan disaat-saat seperti itu. Jika dilihat
pengalaman itu sangat membantu kita dalam melanjutkan
hidup kita agar tidak terulang lagi kesalahan yang sama. Ada
juga teman Gio yang bernama Dewi “Zi, gue harus gemana
ya? kenapa dia gak peka-peka ya sama gue?” kata Dewi.
“Lu kenapa masih mikirin dia aja sih? jelas-jelas dia aja
gak pernah mikirin lu dan lu juga pasti tahu kalo dia punya
pacar.”
“Iya gue tau, tapi gemana ya? gue bingung,
huhuhuhu!!” kata Dewi.
“Yaudah, itu semua terserah lu, nanti juga lu nemuin
jalan keluar yang pas buat lu. Sekarang lu mikirin pelajaran
aja dulu, Udah mau UN broo!!!” Tegas Gio ke Dewi.
“Okkee lahh.” sahut Dewi .
Alda yang merupakan teman dekat Gio dan juga
kadang jadi gebetan tapi becanda-becandaan doang, juga
sering curhat ke Gio.

48
“Zi?”
“Apaaaaa?” sahut Gio.
”Ihh galak banget siiihh!!!”
“Hehehe, becanda, Da. Ada apa ?” sahut Gio.
“Ini Zi, masa gue putus lagi sama pacar gue.” kata
Alda.
Nahhh muncul lagi kata yang sangat dibenci oleh Gio
yaitu Putus. Menurut Gio kalau dia nanti jadi presiden,
rasanya dia ingin menghapus kata itu dari bumi ini. Karena
sangat disayangkan dalam suatu hubungan jika berakhir
dengan putus, walaupun sebesar apapun kesalahan yang di
buat pasangannya sampai membuatnya putus. Gio
beranggapan kalau ini merupakan kata TERLARANG.
Beberapa teman Gio juga menyutujui pendapat Gio tentang
ini, karena mereka merasakan hal yang sama seperti Gio .
Gio sering berdebat dengan teman-temannya tentang
masalah putus ini.
“Zi, menurut lu putus itu gemana ?” tanya salah satu
teman Gio.
“Menurut w kata PUTUS itu seharusnya tidak ada
dalam menjalin sebuah hubungan/ berpacaran, mengapa?
sudah jelas sekali dilihat dengan mata kita. Dimana ada

49
cowok yang menyatakan cintanya sepenuh hati kepada
cewek dan menawarkan kepada cewek itu untuk menjadi
pacarnya dan cewek itupun menerima untuk menjadi
pacarnya. Di situ pun dapat terlihat jelas, dimana jika cowok
menawarkan cewek untuk menjadi pacarnya, berarti cowok
itu udah yakin sama cewek itu, kalau cewek itu baik untuk
dirinya. Dan begitu pun sebaliknya. Dari situ aja sudah
terlihat bahwa cowok dan cewel itu sudah saling percaya,
saling suka, saling menerima satu sama lain, lalu adakah
alasan untuk melancarkan kata PUTUS? Jadi seharusnya
kata PUTUS itu sesungguhnya tidak harus ada jika mereka
menyadari arti pentingnya menjalin hubungan yang
sebenarnya.” Begitulah kata Gio kepada teman-temannya.
Itulah kenapa Gio beranggapan kalau kata putus itu adalah
Kata Terlarang.

20/02/2014/21:31

50
Jaga Kepercayaan

Hari-hari kembali di jalani oleh Gio seperti


biasanya. Gak enak juga ya gak punya pacar, katanya.
Mencari orang yang bisa menambatkan hati itu memang sulit
didapatkan, sekalipun sudah menemukan tapi orang tersebut
tidak suka kepada kita. Kadang Gio ingin mencoba untuk
tetap sendiri tetapi setiap melihat temannya / mantannya
membawa pacarnya masing-masing, itu malah membuat Gio
membatin sendiri palingan dia hanya ditemani mp3 player
kesayangannya dan mendengarkan lagu-lagu yang dia suka
dan menjadi favoritnya. Memang hanya mendengarkan lagu
saja yang dapat menenangkan Gio. Tidak sedikit juga cewek
yang menyukai Gio tetapi tidak ada yang dapat menarik hati
Gio. Kebanyakan dari mereka akhirnya mundur satu per satu
karena sifat Gio, Gio pun menyadari apa yang telah ia
lakukan kepada para cewek itu. Gio juga sering menyesali
apa yang telah ia lakukan “Sepertinya selama ini gue sering

51
tidak menghargai orang yang udah sayang sama gue, tapi
kenapa gue cuekin mereka. wahh kayanya gue salah nih,
sekarang mereka yang dulu dekat sama gue malah ngejauh
dari gue.” Gio sekarang pun ingin merubah sikapnya untuk
lebih bisa menghargai orang yang sudah menghargai dia.
Gio akhirnya ingin mengembalikan keadaan dengan
mendekati wanita yang pernah suka dengan dia dan berharap
wanita itu masih suka dengannya. Sebut saja namanya Lia.
Diawali dengan Gio sering menegur bila di sekolah dan
mulai dengan komunikasi seperti pada umumnya. Ternyata
tindakan Gio tersebut dipandang baik oleh Lia, dan Lia pun
mendekati Gio kembali. Dengan masih dengan perasaan
sesal yang lalu “Lia, makasih ya dulu kamu pernah suka
sama aku.” terang Gio.
“Kok, kamu ngomongnya kaya gitu, Zi? Perasaan aku
masih lama kok kaya dulu.”
“Maksud kamu?” tanya Gio.
Mendengar perkataan Lia, Gio pun merasa senang
sekaligus bahagia mungkin. Gio belum pernah merasakan
sesenang ini lagi sejak putus dengan Yani. Contohnya disaat
seseorang di kelasnya sedang ulang tahun dan dirayakan di
kelas, Gio saat itu sedang menunggu Lia di depan kelasnya,

52
dan tanpa disadari, Lia menerkam wajah Gio dengan kue
yang sudah ada di tangannya. Hal itu membuat Gio jadi
kesal sekaligus senang. Sederhana tapi itu sangat membekas.
“Pacaran itu tidak harus mencintai salah satunya,
selama itu membuat kita bahagia. itu pun sudah cukup untuk
bisa menyayangi satu sama lain.” Gio sering berpikir seperti
itu ketika sedang dekat dengan Lia. Namun, dari pada Gio
hanya membatin melihat kedekatan Yani dengan Ahlan,
lebih baik Gio dengan Lia yang sudah pasti sayangnya
kepada Gio.

****

Tepat pada tanggal 22 Februari, di pengajian Gio.


Gio mengirim pesan kepada Lia, apakah dia mau menjadi
pacarnya. Awalnya Lia hanya menganggap ini sebagai
becandaannya saja, tapi Lia pun diyakinkan oleh Gio.
Akhirnya Lia memutuskan mau dengan tawaran Gio.
Hubungan Lia dan Gio ini merupakan awal yang harus di
jaga dengan baik oleh Gio, Gio tidak ingin kejadian yang
sudah lalu terulang kembali ke orang yang baru. Walaupun
begitu, Gio tetap ingin mencoba untuk mencintai dan

53
menyayangi Lia, walaupun harus membutuhkan waktu yang
lama.
Namun tetap saja Gio masih suka dekat dengan wanita-
wanita yang lain, entah kenapa itu sepertinya susah untuk
dilakukan oleh Gio. Tapi dengan hubungannya kini dengan
Lia, Gio tidak ingin mengecewakan Lia dengan tindakannya
itu, “Gue harus dapat menjaga perasaan dia.” itulah motivasi
Gio selanjutnya. Gio tahu, kalau Lia sudah percaya kepada
Gio bahwa Gio tidak akan dekat-dekat wanita lain. Gio pun
harus menjaga kepercayaan itu, demi terjalinnya hubungan
yang baik.
Mendapatkan kepercayaan dari orang lain itu
merupakan hal yang sulit di dapatkan. Tidak semua orang
bisa mendapatkan kepercayaan yang dapat menyangkut
masalah hati. Ini merupakan perjuangan yang harus
ditempuh Gio. Dimata Gio, Lia itu sosok wanita yang baik,
pintar, dan tentu saja alim, karena yang ia ketahui bahwa
ibunya Lia merupakan guru ngaji di rumah Lia, dan itu
menjanjikan kalau Lia adalah wanita yang baik, “Gue harus
menjaga Lia sampai nanti, gue gak mau kehilangan seperti
yang sudah lalu lagi.”

54
Menjadi pribadi yang disiplin dan baik adalah suatu
perjuangan yang harus dilewati sebagian orang yang ingin
mendapat kepercayaan dari orang lain.

20/02/2014/22:54

55
Terima Kasih

Sungguh sebuah hal yang mungkin tidak pernah ada


di benak Gio selama ini. Gio percaya bahwa tuhan selalu
memberikan yang terbaik kepada semua hamba-hambanya,
salah satunya seperti yang di alami Gio. Gio itu senang
sekali dan hoby dalam menggambar ataupun membuat karya
tangan, tapi hal sangat disulitkannya adalah mencari ide
yang segar dan tidak hanya khayalan Gio saja. Mencoba
mencari inspirasi diberbagai tempat, tapi tidak ada satu pun
yang cocok dengan kemauan Gio.
Semua berawal dari putusnya Gio dengan Yani,
sungguh hal itu sangat mengganggu Gio selama beberapa
bulan selama Gio sendiri. Gio sering merasa sedih akan hal
yang di timpanya. Karena kesedihannya itu, Gio menjadi
56
lebih sering menggambar atau corat-coret diatas kertas
tentang apa sajalah isinya asalkan dapat membuat Gio
senang. Seolah-olah pena dan kertas itu adalah teman yang
selalu ada disampingnya disaat Gio sendiri. Kesedihannya
menumbuhkan ide-ide baru untuk menggambar yang
sebenarnya itu menyakitkan untuk dilakukan Gio, namun hal
ini dapat mengurangi rasa sedih. Memang rasanya ingin
mengucapkan terimakasih kepada Yani akan hal ini, akan
tetapi ia mengurungkan niatnya ini, untuk menjaga
perasaannya kepada Lia agar tidak tertarik lagi kepada Yani,
walaupun sulit melakukannya.

“Lebih baik gue menuangkan semua cerita perjalanan


cinta gue setelah putus dengan Yani.” pikir Gio.

Dengan mengisi waktu luang, Gio sering membuat


cerita-cerita tentang perjalanan cintanya, maupun
kehidupannya setelah putus dengan Yani. Menuliskan segala
suka dan duka yang dapat ia tulis dalam lembaran-lembaran
kertas yang ia miliki. Gio berharap dalam benaknya,
“Semoga suatu hari nanti Yani bisa membaca cerita-cerita
ini sebagai ungkapan terima kasih atas semua yang telah ia

57
lakukan kepadaku.” Hingga sekarang Gio masih
melanjutkan cerita-ceritanya.
“Jika kita pernah di sakiti orang yang kamu sayang,
jangan sekali-kali kamu membalas dendam maupun
membencinya. Tapi doa’kan semoga dia mendapatkan orang
lain yang baik untuk dirinya.” begitu salah satu kata dari
Gio. Tuhan menciptakan semuanya itu berpasang-pasangan,
jadi dimana kita diberi cobaan yang sedih atau pedih, pasti di
situ akan ada keuntungan maupun hikmah yang dapat kita
dapatkan.

25/02/2014/20:02

58
59
Seperti Awal

Menjalani hidup kembali dengan memiliki kekasih


seperti Lia, dapat membuat Gio tersenyum senang lagi.
Dengan tingkah laku Lia yang lucu sekaligus agak polos,
ternyata hal itu membuat kebahagiaan tersendiri untuk Gio.
“Aduhh, kenapa ya? kok kalo deket dia, perasaan gue
jadi begini.” Pikir Gio sambil memandang foto Lia.
Dulu memang Gio agak tidak yakin dengan
hubungannya dengan Lia. Dalam benaknya, bahwa
hubungannya dengan Lia akan biasa-biasa saja. Eh, namun
Lia secara tidak sadar justru membalikkan semua pikiran
Gio yang lalu. Memang sangat tidak di sangka-sangka, Jika
Lia mampu membuat Gio bahagia seperti dulu lagi tanpa
banyak merasakan rasa sakit.

60
“Bahagia juga ya ternyata, jadi begini rasanya
mencintai orang yang sudah mencintai kita sangat lama.
Sepertinya ada rasa, seperti tidak ingin kehilangannya.”
lamun Gio di kamarnya.
Sifat agak kepolosannya dan manjanya ke Gio lah yang
Gio sukai, seperti ada sesuatu gitu di dalam diri Lia yang
tidak bisa diungkapkan.
‘Di dalam hubungan, hal yang paling indah adalah di
saat kita saling mencari tahu latar belakang masing-masing.
Namun hal yang paling buruk adalah jika kita sudah
mengetahui semua hal yang ada di pasangan kita, dan itu
akan membuat kita bosan dalam hubungan dan bisa
berujung Putus’
Kata-kata itu adalah sedikit kesimpulan Gio dalam
hubungannya yang sudah lalu dengan mantan-mantannya.
Jadi wajar saja bila Gio kini jarang menanyakan hal-hal
tentangnya atau pun sebaliknya, hal itu hanya untuk menjaga
hubungannya tetap baik. Kini pun Gio sudah mulai mengatur
kebersamaan dengan Lia, bukan untuk mengatur Lia tapi ini
untuk kebaikan mereka berdua, karena Gio sekarang mulai
serius untuk menghadapi UN dan Lia untuk ujian ke kelas 9 .
Jadi wajar saja Gio menentukan tindakan ini.

61
Tindakan yang dilakukan Gio ternyata di terima baik
oleh Lia, walaupun sebelumnya Gio tidak yakin tindakannya
akan diterima oleh Lia. Namun kejutan tidak diduga kembali
dilontarkan Lia. Hal ini sangat membuat Gio senang,
bahwasannya baru kali ini dia menemukan wanita yang
begitu memahaminya hingga begitu dalam. Biasanya wanita
akan marah atau pun ngambek dengan hal ini, namun Lia
berbeda.
Batasan yang dilakukan Gio, tidak membuat Gio
menjadi acuh kepada Lia. Justru Gio kini semakin dekat
dengan Lia, seperti bercanda-canda, curhat, ataupun bermain
layaknya teman dekat. Namun tetap saja lebih
mengutamakan belajar dalam hubungan mereka.
Gio merasakan seperti awal bahagia yang akan datang
kepadanya. Namun Gio pun berjaga-jaga juga, bahwasan
tidak akan selalu di akan merasakan bahagia dengan Lia.
Pasti nanti juga akan merasakan sakitnya.
Dari peristiwa ini Gio menyimpulkan bahwa
‘Keputusan yang kita ambil adalah penentu kita di hari yang
akan datang entah itu akan menjadi awal bagus untuk kita
atau menjadi akhir untuk kita, jadi hati-hatilah membuat
keputusan’

62
‘Jalanilah yang kini kamu jalani, jangan mencari-
cari masalah yang tidak mungkin terjadi pada
kehidupanmu. Jagalah yang kini dalam genggamanmu,
lepaskan yang tidak dapat kau jangkau’ itu lah kata-kata Gio
tentang hubungan.

20/03/2014/20:51

Percaya

63
Malam ini Gio sedang asyik duduk di kamarnya, sering
kali tiduran dan guling-gulingan di kasur ga jelas. Hanya
untuk mengusik rasa bosan yang bisa saja datang dan
membuat mood bete. Sambil mendengarkan lagu-lagu yang
ia sukai. Gio sangat menyukai lagu Sammy Simorangkir
terutama lagu galaunya dan lagu galau yang lainnya, bukan
berarti Gio sedang galau namun dia memang suka dengan
lagu-lagu itu, menurutnya “Lagu-lagu sedih ini mengajarkan,
bagaimana rasa sedih yang nanti akan kita rasakan. Jika kita
mengetahuinya, kita akan dapat mengurangi rasa sedih itu.”
Mungkin di ponsel Gio banyak sekali lagu-lagu galau seperti
itu, namun dia juga pasti memiliki lagu yang membuat
dirinya senang atau bahagia walaupun hanya beberapa.
Setelah mendengarkan lagu selain yang galau, biasanya tidak
akan bertahan lama di ponselnya dan langsung dia hapus.
Gio sedang memikirkan tentang hubungannya dengan
Lia yang sudah hampir memasuki 1 bulan pada hari sabtu
besok, tepatnya tanggal 22. Rasanya dia ingin di hari itu
hanya berdua dengan Lia, sekedar hanya ingin mengobrol
dan menghabiskan waktu dengannya. Setidaknya itu dapat
melampiaskan rasa haus ingin terus bersamanya. Gio

64
akhirnya menawarkan kepada Lia agar besok dia dapat jalan
dengannya, sebelumnya Lia juga bilang kalau dia ada
rencana berenang dari sekolah untuk pengambilan nilai.
Setidaknya paling hanya sampai jam 12 saja jika berenang
untuk ambil nilai, Gio pun mengatur waktunya untuk pergi
dengannya sekiranya 2 jam setelah pulang berenang. Lia pun
menyetujuinya dengan rasa senang, begitu juga Gio. Ia
berharap semoga dia besok dapat bertemu dengannya.

****

Esok harinya pada sabtu pagi ada pesan masuk di


ponsel Gio, Ternyata itu dari Lia. Lia memberi pesan tentang
hubungan mereka yang sudah masuk satu bulan. Gio merasa
senang menanggapinya dan langsung membalasnya dengan
ucapan dan harapan-harapan yang diinginkan dalam
hubungannya. Pada Sabtu itu, sejak pagi sudah dihiasi
dengan senyum bahagia keduanya. Sebelumnya Gio merasa
bingung setelah mendapat pesan dari Lia, Gio merasa bahwa
dirinya telah mengucapkan selamat tanggal jadinya pagi-
pagi sekali atau apa kah itu hanya mimpi? Gio tidak
mengetahuinya. Tapi biarkan saja hal yang tidak begitu

65
penting itu. Di mulailah smsan pada pagi itu, namun itu
terhenti ketikan Lia hendak pergi berenang dan Gio juga
harus berangkat untuk Les.

****

Hari sabtu ini Gio pulang Les dengan cepat karena


hanya mengerjakan soal-soal latihan saja. Sepulangnya ia
dari tempat Les, ia langsung menghubungi Lia yang
mungkin sudah selesai dengan urusannya. Gio terus
mengubungi Lia, namun Lia selalu membalasnya lama,
“Mungkin dia belum selesai.” gumam Gio. Lalu Gio
melanjutkan pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah,
Gio lalu membuka ponsel yang sedari tadi belum ia buka
ketika di perjalanan pulang. Dilihat bahwa ada 2 panggilan
tak terjawab dari Lia. Lalu Gio mendapat panggilan lagi dari
Lia, tanpa piker panjang lagi langsung dijawab.
“Hallo, Assalamu’alaikum. Ada apa, Lia ?”
“Nanti jadi ga mainnya? Soalnya aku mau main sama
teman aku.”

66
Suasana hati yang sedang senang karena akan pergi
dengan Lia ketika itu juga langsung berubah abu. Dengan
tenang Gio menjawab pertanyaan Lia.
“Yaudah, kamu kalau mau main sama temen kamu.
Main aja.”
“Bener nih gapapa?”
“Gapapa kok, nanti hati-hati yang, Lia.”
Dengan suara dengan nada rendah Gio menutupi
perasaannya. Gio tidak mau itu menjadi pikiran Lia, lebih
baik di pendam saja.
Langsung saja Lia dan Gio mulai berkomunikasi
lagi, walaupun Lia membalasnya agak lama dan mungkin
saja masalah sinyal operator mereka yang menghalangi.
“Filmnya serem banget.” pesan Lia.
“Kamu lagi nonton film ya?” tanya Gio.
“Iya nih , serem banget tauu.”
Kebanyakan wanita mungkin menginginkan selalu
pergi jalan-jalan entah kemana bersama pasangannya. Hal
ini kadang membuat Gio menjadi terlalu merendahkan diri
atas keadaanya. Bahwa dia hanyalah lelaki sederhana yang
tidak selalu memiliki uang, Gio juga ingin rasanya mengajak
Lia berpergian kemana-mana. Namun, Gio tidak lebih hanya

67
memiliki kemampuan keterampilannya dalam membuat
karya-karya seni dan hanya itu saja yang ia punya.
Keterbatasan yang ia miliki ini sering membuat ia minder
dengan keadaannya, atau mungkin dia yang kurang terbuka
kepada orang lain sehingga orang lain tidak tahu akan
keadaannya. Oleh karena ketidaktahuan orang lain atas
keadaannya itu membuat Gio semakin minder, apa bila
bergaul dengan teman-temannya yang mempunyai kelebihan
sering berpergian dibandingkan dengan Gio. Jika dia
meminta uang lebih kepada orang tuanya pun Gio merasa
tidak enak kepada orang tuanya, dikasih uang jajan cukup
saja juga harus di syukuri oleh Gio. “Orang tua sudah
berkerja keras banting tulang untuk jajan anak-anaknya, dan
anaknya hanya menghambur-hamburkan uang tersebut,
bukankah itu adalah anak yang tidak mensyukuri nikmat
yang telah di berikan kepadanya. Jadi syukuri dan hargailah
pengorbanan mereka” mungkin kata-kata itu yang membuat
diri Gio seakan-akan mempunyai batasan tersendiri dalam
masalah tersebut.
“Ahhh, gue bingung harus gemana inii. gue mau
kemana-mana, tapi gak punya uang. Huft, sadari aja deh
mendingan.” Desah Gio di kamarnya .

68
****

Kira-kira, Lia pulang main bersama teman-temannya


itu saat adzan Asar, mungkin karena takut Lia kelelahan, jadi
Gio memutuskan tidak menghubunginya sebelum Lia
menghubunginya terlebih dahulu. Sesaat setelah adzan
Magrib, Lia kembali menghubungi Gio. Namun saat itu Gio
sedang bersepeda, sekedar hanya ingin berkeliling kampung
sambil mencerahkan suasana pikiran Gio. Di saat bersepeda
Gio berharap dapat bertemu dengan Lia, walaupun hanya
sebentar saja untuk melihat wajahnya, karena kebetulan jalur
yang ia pilih melewati rumahnya.

“Temenin aku dong nih, sebentar aja.” tawar Gio.


“Aku udah masuk kamar, jadinya males keluar
hehehe.” jawab Lia.
“Yaudah-yaudah gapapa, hehehe. Lagi males keluar ya
kamu?”
“Hehe, iya say. kayanya aku juga ga boleh keluar, deh.”
“Yaudah, gapapa, hehehe.”

69
Gio terhenti di sebuah gang yang bernama Gg. Manggis
sekiranya dekat dengan rumah Lia. Hanya berhenti sejenak
sambil menenangkan pikiran, dengan harapan yang tidak
dapat tercapai Gio pun hanya bisa tersenyum dan percaya
bahwa ini adalah sesuatu yang baik dan mencoba untuk
selalu berpikir positif.
“Gapapa deh, walaupun hari ini hanya bisa
membayangkan Lia ada di samping gue sekarang.
Setidaknya dapat mengurangi sesak di hati ini.” gumam Gio
sambil meneteskan air mata dari salah satu matanya.
Sambil mendengarkan lagu, Gio pun pulang ke
rumahnya. Sesampainya di rumah dia melanjutkan
percakapan lagi dengan Lia dan sekiranya hanya sampai
pukul 20.00 saja mereka smsan karena Lia sudah mengantuk
dan ingin tidur jadi Gio membiarkannya tidur. Sebelum Gio
mengirim pesan yang berisi, “Aku sayang kamu :*” namun
ternyata Lia sudah ketiduran rupanya, tapi tak apalah
mungkin saja Lia kelelahan. Di saat itu juga, Gio sedang
mengetik sebuah cerita di laptopnya tentang kejadian
menarik hari ini yang dia rasakan.

22/03/2014/22:05

70
71
Keindahan Pertama

Cobaan dalam hubungan memang akan selalu


berdatangan untuk menguji hubungan. Siapa yang tidak kuat
dalam ujian itu akan berpisah. Itulah mekanisme jalan
permainan dalam cinta yang harus dilalu setiap hubungan.
Cobaan dalam hubungan, bukan bermaksud untuk
memisahkan keduanya tapi ingin menguji seberapa
sungguhnya mereka untuk saling bersama untuk selamanya.
Tidak selamanya dalam hubungan itu selalu ada cobaan,
pasti ada juga kebahagiaan yang datangnya bisa dari mana
saja. Kebahagiaan itu selalu membutuhkan uang yang
banyak untuk bahagia, kadang hal kecil saja dapat membuat
sangat bahagia.

72
Hubungan Gio dengan Lia, memang hubungan mereka
masih dibilang baru yaitu 1 bulan. Namun mereka pasti
sudah merasakan jalannya sebuah hubungan seperti adanya
cobaan dan kebahagiaan. Kecemburuan sering menjadi akar
dari permasalahan mereka dan masalah waktu untuk
bersama atau bertemu.
Seperti pada hari Sabtu kemarin, tepatnya hari jadian
Gio dengan Lia. Gio dan Lia tidak dapat bertemu karena ada
hal yang menghalangi. Namun Gio memaklumi hal tersebut
“Kalau saat ini aku tidak bisa bertemu dengan dia,
berikanlah aku waktu yang tepat untuk bertemu dengannya.”
Do’a Gio kepada Tuhan saat dia selesai shalat hari itu, dan
berharap itu dapat menenangkan dirinya.

****

Senin depan tepatnya tanggal 24 Maret 2014 itu adalah


hari ujian sekolah untuk kelas 9 jadi kelas 8 dan kelas 7
belajar di rumah saat ulangan tersebut berlangsung, “Yaahh
ga ketemu dia dong seminggu ini.” eluh Gio. Betul juga Gio,
dia tidak bisa bertemu dengan Lia seminggu yang akan

73
datang. Padahal sebelumnya dia juga tidak bertemu Lia,
keadaan ini membuat resah Gio. Tetapi hal ini tidak boleh
mengganggu belajar Gio untuk ulangan. Gio berharap saja
agar nanti tempat duduknya di atur-atur lagi sedemikian rupa
agar tidak sama seperti TRY OUT. Sebelumnya juga tidak di
bagikan kartu peserta oleh wali kelas Gio untuk ulangan, tapi
hanya diberi tahu jadwal ulangannya.

****

Hari pertama ulangan sekolah. Gio mulai memasuki


gerbang sekolah, masih dengan langkah ragu-ragu karena
belum tahu di mana ruangan dan tempat duduk yang akan
dia singgahi. Gio pun masih sibuk mencari-cari ruangannya
tanpa ada petunjuk sama sekali. Dan akhirnya dia bertemu
dengan temannya yaitu Siti yang sedang berjalan sambil
membawa buku dengan teman-temannya.
“Sitiii??”
“Oyy, ada apa, Gio?”
“Ruangan gue dimana yaa ?”
“Ohh, tampatnya sama dengan TRY OUT kemarin.”

74
“Haaahhhh??????”
Anjir sebelah dia lagi. Dengan langkah tegar dan pasti,
Gio langsung melangkah ke ruangan tersebut. Dilihatnya
masih belum ada yang datang selain dia, Gio menuju tempat
duduknya menaruh tasnya lalu membaca buku. Gio tahu
bahwa di sampingnya yang duduk adalah Anna, namun Gio
harus bersikap biasa saja. Tetapi Gio takut perasaannya
kepada Anna muncul lagi, ditambah lagi bahwa dia akan
lebih sering lagi melihat Yani.
“Ahhhhhh, gilaaa Bisa-bisa gue
kena..kena...kenaa..apaan ya? gue kaga tauu. Ahhh bodo
amat ahhh.” gumam Gio di saat membaca buku. Untungnya
Gio selalu membawa mp3 nya, lumayanlah untuk
menenangkan hati Gio yang saat ini sedang galau plus strees
dan apa lagi tahu! Pokoknya sedang campur aduk gak
karuan perasaan Gio. Ditaruhlah headset dengan agak ragu-
ragu takut ketahuan kepala sekolah. Karena kepala
sekolahnya kini sangat rajin, pagi-pagi saja sudah keliling
kelas untuk melihat kebersihan kelas. Namun ini adalah hal
yang baik untuk sekolahnya. “Tadi pagi, gak ada mobil
kepala sekolah deehh. Sepertinya belum datang.” gumam
Gio. Dan tanpa ragu lagi mendengarkan lagu dari mp3nya.

75
Murid-murid yang lain mulai berdatangan ke kelas,
disambung dengan datangnya Anna juga. Di saat seperti ini,
mengingatkan Gio di saat kelas 7. Dulu itu Gio kelas 7C
namun saat kelas 9 di pindahkan jadi ke kelas 9B entah apa
alasannya,
“Ya Allah., sabarkanlah hamba Ya Allah.” gumam Gio
saat melihat Yani dengan Anna.
Kalau Yani tetap beda kelas dengan Gio, yang sekelas
itu Anna. Tepatnya di samping kiri Gio. Kalau dengan Anna
mungkin Gio sudah akrab dan bisa mengobrol dekat seperti
dulu lagi. Gio dan Anna pun sering bercengkrama dan cerita-
cerita apa saja.
“Anna, gue nge down banget nihh.”
“Kenapa emang?”
“Itu lohh, tadi gue ngeliat Yani sama Ahlan.”
“Ihh udah ngapa, kaga usah di pikirin.”
Mendengar perkataan Anna Gio masih saja down (tidak
semangat) karena melihat hal yang tidak enak. Saat kertas
ulangan dibagikan, tiba-tiba Gio mengingat wajah Lia di
pikirannya. Dan apa yang terjadii “Okkeeee, gue
semanggaaatttt 45!” teriak Gio. Anna sampai menengok ke
Gio dan tersenyum kepadanya, sekarang Gio menjadi

76
semangat karena teringat Lia. Semangatnya itu dilampiaskan
untuk mengerjakan soal dengan teliti dan benar. Kehadiran
Lia, sangat berarti untuk Gio. Lia itu bagaikan semangat
cadangan untuk Gio yang siap muncul di saat Gio tidak
semangat.
“Cemburu itu bukan alasan untuk tidak semangat,
cemburu itu buktinya untuk memotivasi agar kedepan lebih
baik lagi.”
Materi ulang yang di ujikan itu dari kelas 7 sampai
kelas 9. Catatan Gio kebanyakan sudah banyak yang hilang
jadi terpaksa Gio meminjam buku ke Lia. Gio juga
membuat janji kepada Lia untuk bertemu dengannya sekedar
hanya untuk meminjam bukunya .

****

Pada sore harinya pun Gio menemui Lia, sebelumnya


mereka mencari tempat untuk bertemu yang dekat dengan
rumah Lia, jadi agak lama menentukan tempatnya. pertama
ingin di gang dekat rumahnya, eh Lia gak mau. Terus agak
jauhan dari rumahnya juga gak mau, dan akhirnya Gio

77
menunggu di belakang mushola dekat rumah Lia. Lumayan
lama juga Gio menunggu Lia di belakang mushola.
Untungnya Gio membawa mp3nya di saku, jadi setidaknya
dapat menghiburnya saat menunggu. Beberapa menit
kemudian, terdengar langkah kaki seseorang di belakang
Gio. Gio merasa enggan untuk melihat, karena sedang asyik
mendengarkan musik. Dan ternyata suara langkah kaki itu
berasal dari Lia yang menghampirinya.
Dengan memakai jeans warna biru, kaos warna coklat.
Sambil membawa buku Lia menghampiri Gio. Entah kenapa
saat Gio melihat Lia itu seperti ada sesuatu yang indah,
tetapi Gio tidak dapat mengetahui itu apa dan berasal dari
mana. Rasanya jika Gio melihat Lia, pasti merasakan seperti
itu. Gio menggambarkan itu sebagai keindahan pertama
yang dia lihat dari Lia. Ia sempat terdiam saat berbalik dan
melihat itu Lia, dan seperti entah ingin bicara tapi tidak bisa
bicara. Dan Gio pun kembali tersadar saat Lia
memanggilnya.
Lia lalu memberikan buku yang Gio ingin pinjam
darinya, dan setelah itu mereka berbincang-bincang
membahas sesuatu, tertawa-tawa, bercanda-canda ditempat

78
itu. Tidak habis-habisnya Gio memandang Lia, rasanya jika
ia memandangnya, hati tuh merasa tenang.
“Lia kamu kenapa rapi banget.”
“Ohh ini, tadi ada yang ajak main aku, temen sd dulu.
Tapi gak tau deh jadi apa gak.”
“Kirain, rapi banget mau ketemu, hehehehehe.”
“Mau banget siii.”
“Hehehehe.”
Kira-kira sudah cukup lama mereka di sana. Akhirnya
mereka memutuskan untuk pulang. Gio tetap diam di tempat,
dan Lia yang pergi pertama. Lia seperti ragu-ragu untuk
pergi, nanti pergi terus balik lagi sampai beberapa kali, dan
akhirnya Lia benar-benar pergi. Gio tetap memandang
punggung Lia, sampai di tidak kelihatan lagi, hilang dari
balik tembok. Di saat Lia sudah tidak kelihatan lagi, Gio
mencoba mengikutinya dari belakang, dan ternyata Lia
sudah tidak ada, “Mungkin dia lewat jalan pantas kali ya.”
pikir Gio.
Mencari-cari namun tidak ketemu, akhirnya Gio
bergegas pulang menggunakan sepeda motornya, sambil
membawa buku yang ia pinjam barusan.

79
“Gak nyangka ya, Lia yang tadi gue anggep biasa aja.
Ternyata punya sesuatu yang bikin gue terpesona akan
kehadirannya.” pikir Gio di jalan. Tidak dapat di ungkapkan
dengan kata-kata apa yang dilihatnya kepada Lia. Gio
menganggap itu sebagai keindahan pertama yang Gio lihat
dari Lia.

06/04/2014/14:38

Ini Aku

Coba saja dalam suatu hubungan selalu ada


kebahagiaan dan tidak ada suatu kesulitan ataupun cobaan,
namun semua itu tidak akan terjadi. Pasti ada saja ujian yang
datang dalam hubungan, entah itu untuk menguji kesetiaan

80
ataupun yang lain. Hal tersebut harus dihadapi oleh setiap
pasangan, sama seperti halnya Gio dengan Lia. Di awal
pertama menjalani hubungan saja terkadang ada saja
masalah yang mereka hadapi. Entah itu karena kurang
mengerti satu sama lain atau apapun. Tapi Gio tidak ingin
menyalahkan semua masalah itu kepada Lia.
Hubungan mereka sudah menginjak 2 bulan. Memang
sudah cukup lama, namun bagi mereka, itu baru permulaan.
Pasti juga banyak hal-hal yang sudah mereka lewati
bersama, ada hal menyenangkan dan ada juga yang
menyedihkan.

****

Pada tanggal 25 April 2014, Lia akan segera berulang


tahun. Gio tentu saja ingin memberikan sesuatu kepadanya,
namun dia masih trauma dengan persoalan memberikan
kado kepada wanita. Hal itu dikarenakan dengan kado yang
pernah ia berikan kepada Yani, dan kado itu bagaikan kado
perpisahan bagi Gio. Makanya setelah itu dia jadi agak ragu
untuk memberikannya kado. Beberapa hari sebelum ulang

81
tahun pacaranya , Gio sudah terlebih dahulu untuk
mengumpulkan uang sedikit demi sedikit. Walaupun
akhirnya uang yang ia peroleh tidak terlalu banyak,
setidaknya itu uang Gio sendiri.
Gio punya teman dekat yang bernama Fia, dia
merupakan teman yang selalu sedia menolong apa bila Gio
butuh bantuan. Walaupun dia memakai kerudung, namun dia
termasuk anak yang sangat tomboy di kelas Gio. Yaaa..
seperti itu lah Fia, namun dia di nilai jadi teman yang setia
kawan orangnya.
Gio menghampiri Fia yang sedang asyik mengobrol
dengan temannya yaitu Guntur, Dika, dan Bima.
“Fiaa.. tolongin gua, dong!” Seru Gio, masuk ke dalam
obrolan mereka
“Apaan si lu ahh, ganggu aja lu.” sentak Fia
“Gitu lu ya, okee.”
“Eh eh eh eh,, pisss Ziii!! ada apa??” tanya Fia
“Gini nih, si Lia mau ultah, lu bisa bikinin rangkaian
bunga gak buat tanggal 25?”
“Hmm, tapi anterin gue buat cari bunganya.”
“Okee lah kalo gitu, haha thanks.”
“Iya iya, udah sonno lu pergii.”

82
“Iya elah!”

****

Saat sedang istirahat, seperti biasa Gio menuju koperasi


untuk membeli makanan, ketika itu dua murid perempuan
menghampiri Gio.
“Ka Gio..... tunggu.” teriak dua perempuan itu .
“Ada apa??” tengok Gio.
“Kak sedikit lagi kan Lia ultah, gemana kalau kita
kerjain aja!!gemana kak??”
“Hmm, boleh juga tuh. Gemana rencananya??”
“Begini kak, nanti pas hari ultahnya. Kakak ajak dia
pulang bareng, di lama-lamain aja kak. Soalnya kita mau ke
rumahnya, buat kasih kejutan. Terus kakak pura-pura lupa
kalau dia ulang tahun, gitu kak.”
“Hmm, boleh juga. Insyaallah kakak juga udah mesen
sesuatu sama temen kaka.”
“Ihh, kaka so sweet dehh, hahaha.” sahut perempuan
satu lagi.
“Yaudah kak, nanti di bahas lagi. Ada orangnya,q
tuhh.”

83
“Ohh iya-iya. Yaudah sana.”
Kemudian Gio pun kembali menuju koperasi, saat itu
juga kepapasan dengan Lia saat kesana. Memang mereka
berdua kalau bertemu di tempat umum agak masih gengsian,
jadi ya begitu lah mereka berdua kalau di nilai sama teman-
teman. Masih baru jadi kaya gitu. Haha.

****

Sepulang sekolah, sesampainya Gio di rumah. Ada sms


dari Lia, ternyata dia menanyakan tentang hal yang Gio
bicarakan dengan dua perempuan tadi. Ternyata Lia tadi
melihat Gio sedang berbincang dengan mereka. Bingung
juga Gio ingin menjawab apa, tentu saja dia tidak ingin Lia
tahu yang sebe-narnya.
“Ahh, ga ngomongin apa-apa kok. Cuma ngobrol biasa
aja.” ngeles Gio.
“Yang bener ahh???” tegas Lia.
“Iaa Sayong, bener akuu, hehehe.”
“Iya deh iya, hehehe. Pisss.”

84
Untung saja Lia tidak curiga dengan hal itu, bisa gawat
jika itu terjadi.

****

Keesokan harinya saat Gio sedang di kelas, dan


kebetulan belum masuk jam pelajaran. Teman-teman Lia
datang menghampiri Gio di kelas. Teman Gio pun
memanggil Gio untuk keluar.

“Ehh Zi, ada yang nyariin lu tuhh.”


“Ohh, Iya iya.”
“Wahh, Zi penggemar lu banyak juga, hahaha.”
“Apa bae lu.”
Lalu salah satu dari mereka mendekati Gio.
“Ka ini uang kita buat beli kue, kaka bisa beliin ga?”
tanya nya.
“Hmm, Insyaallah. nanti kasih kesiapa?” tanya Gio.
“Ke rumah nya Ari aja, kak.”
“Hmm, Insyaallah, ya.”
“Iya deh kak, tapi usahain ya kak.”
“Oiya, uang bensinnya mana. Hahahah.”

85
“Ah elah ka, buat pacar aja kaya gitu.”
“Heheh, iya-iya.”

Lalu mereka kembali ke kelas mereka, dan Gio juga


kembali masuk ke kelas. Kembali ke meja, Gio segera
mengkoordinasikan informasi baru kepada Guntur untuk
mengantarnya beli kue. Guntur pun menyutujuinya. Mereka
janjian untuk bertemu nanti siang.

****

Sudah jam 1 siang Guntur ternyata tidak turut datang,


dia bilang motornya sedang di pakai ibunya keluar. Dengan
gelisah Gio menunggu Guntur, dan Gio kembali mengirim
sms ke Guntur, dan ternyata ibunya belum pulang juga.
Dengan rasa kecewa, Gio pun memacu motornya ke rumah
Fia untuk mengantarnya ke Mall. Gio pun memberanikan
diri untuk pergi ke jalan raya demi membeli kue tersebut,
sesampainya di pintu gerbang, Gio hendak untuk
memakirkan motornya di dalam ternyata jika ingin parkir
harus membawa STNK dan Gio tidak membawanya.
Terpaksa mereka pun memakirkan motor di luar mall dan

86
menitipkannya dengan tukang ojek. Kemudian mereka
masuk ke mall. Karena belum terbiasa masuk ke mall, jadi
Gio agak bingung mau kemana dan kebetulan dia membawa
tas selempang. Saat memasuki mall dan berjalan masuk, Gio
di panggil oleh security di mall itu.

“Mas, mas.”
“Oiya bu, ada apa?” tanya Gio
“Ini mas, tasnya cukup besar lebih baik di titipkan di
sana.”
“Oiya bu maaf, saya tidak tau, maaf ya bu.”
“Iya mas, silahkan.”

Sebenarnya Gio agak takut dengan petugas keamanan


seperti security, entah kenapa Gio jadi merasa risih akan hal
itu. Namun itu lah Gio.
Gio dan Fia kemudian melanjutkan pencarian mereka.
Karena bingung dimana tempat penjual kue, akhirnya
mereka bertanya kepada security tadi.

“Maaf bu, tempat penjual kue di mana yaa??”


“O itu mas di sana, di pinggir.”

87
“Oiya bu terima kasih.” jawab mereka.

Ketika mereka mendapatkan kue yang mereka cari,


mereka langsung bergegas menuju rumah Ari, dan
untungnya dia sudah pulang sekolah. Karena kebetulan kelas
9 pulangnya lebih awal. Gio pun memberi kue itu kepada
Ari dan memberikan sisa uangnya kepadanya. Belum selesai
sampai di situ, Gio dan Fia pun lanjut pergi untuk mencari
bunga. Sebelum menuju tempat untuk mencari bunga,
mereka terlebih dahulu ke rumah Imelda, karena dia yang
tahu dimana tempat yang banyak bunganya itu.

Sesampainya di rumah Imelda, ternyata dia sudah


menunggu di depan rumahnya. Karena sebelumnya mereka
sudah janjian akan bertemu, lalu mereka naik motor bertiga,
itu pun terpaksa karena hanya Gio yang membawa motor
saat itu karena Guntur tidak ikut. Saat sampai di tempat yang
di sarankan Imelda, dan tak di sangka disana terdapat banyak
anjing dan untungnya mereka agak jinak.

“Zi zi ada anjing tuhh, gede-gede lagi.” bisik Imelda.


“Tenang aja, ada Fia ini. Hahaha.” ledek Gio

88
“Sialan lu Zi, lu kira gua apaan.” omel Fia
“Hahahaha, sorry...” gumam Gio

Mereka pun melanjutkan mencari bunga. Disana yang


mencari bunga cuma Gio dan Imelda saja, karena Fia sedang
foto-foto dan narsis-narsis dengan ponselnya di pinggir
kolam. Melihat itu, tersirat niat jahil untuk menceburkan Fia
ke kolam, tapi tidak jadi.
Setelah mendapatkan bunganya mereka pun keluar dari
tempat itu, dan mengantar Imelda pulang ke rumahnya.
Sekarang hanya Gio dan Fia di motor. Langit sudah mulai
gelap pertanda hujan akan segera turun. Motor semakin laju,
Gio bergegas mengantar Fia pulang ke rumahnya dan
menitipkan bunga itu kepada Fia. Kemudian Gio pun pulang
ke rumah.
Beberapa menit kemudian ponsel Gio berdering,
ternyata ada sms dari Fia .
“Zi bunganya layu nih jelek banget, gemana dong.” dari
Fia
“Hmm, layu ya? hmm yaudah ga usah aja.” balas Gio
“Oiya-iya.”

89
Pasrah saja Gio mendengar kabar itu. Gagal sudah
rencana Gio untuk membuat kejutan untuk Lia. Namun
itulah Gio, semua yang sudah berlalu biarkanlah berlalu,
tidak perlu diungkit-ungkit lagi. Atau itu merupakan salah
satu tindakan bodohnya.

****

Keesokkan harinya, tepatnya tanggal 25 April yaitu hari


ulang tahun Lia. Hari yang sesungguhnya di nanti-nantikan
Lia, dan teman-temannya sudah siap mengerjai dia begitu
juga dengan Gio.
Saat pulang sekolah, sesuai dengan rencana, Gio pura-
pura tidak tahu kalau hari ini di ulang tahun dan mengulur-
ulur waktunya. Senang juga dalam hati Gio karena dapat
jalan bareng dengan Lia, ya tentu saja senang karena sangat
jarang sekali Gio dapat jalan dengannya, itu juga kalau dia
tidak bareng dengan temannya. Gio kini bersifat lebih
renggang dengan membiarkannya jika ingin bersama teman-
temannya, tapi semoga saja dia tidak lupa akan dia punya
pacar yang ingin selalu dengannya. Setelah sudah berjalan
cukup panjang, Gio melihat Lia sepertinya agak bete.

90
“Kamu kenapa si?” tanya Gio
“Hmm, gapapa.” jawab Lia
“Yang bener?”
“Kamu ngerasa ada yang aneh gak?” tanya Lia
Dengan menahan tawa Gio menjawab.
“Hehe, kamu tuh yang aneh dari tadi keliatannya bete
mulu. Emang kenapa si?”
“Hmm, gapapa.”
Beberapa langkah setelah itu wajahnya makin masam.
Tentu saja Gio berusaha untuk membuatnya tidak bete, tapi
tetap saja tidak ada yang mempan. Mungkin dia bete karena
mengetahui Gio lupa akan ulang tahunnya, tapi asalkan dia
tahu kalau itu hanya untuk mengerjainya saja.
“Zi, aku naik ojek ya?” gumam Lia
“Lahh, emang kenapa?”
“Itu aku nanti kerja kelompok, takutnya ditungguin
sama temen-temen.”
Sebenarnya mendengar perkataan itu, hati Gio rasanya
sangat sakit. Walapun Lia tidak tahu akan hal itu. Namun
Gio memendam-mendam rasa itu dan tetap bicara halus
dengannya.
“Kalau kamu cape, istirahat aja, yuk “

91
“Hmm, aku ga cape kok.”
“Aku naik ojek ya?” lanjut Lia
“Yaudah gapapa, jalannya pelan-pelan aja ya. Sambil
nunggu ojeknya.”
“Iya-iya.”
Datar saja sikap Lia menanggapi sikap Gio tersebut,
namun Gio tetap senyum padanya walaupun berlawanan
dengan suasana hatinya. Tidak lama ojek pun lewat.
“Bang ojek bang!” teriak Lia ke tukang ojek
“Aku duluan ya, Zi.”
Dengan wajah agak kecewa dengan sikap Lia, dengan
menampilkan senyum, tangan kiri Gio memegang pundak
Lia dan wajah Gio tepat di depan Lia. Sambil tersenyum Gio
berkata,
“Selamat Ulang Tahun ya, Lia.”
Lia pun membalasnya dengan senyum manisnya yang
sejak berjalan tadi tidak di tampilkan sama sekali. Mungkin
karena kaget kalau Gio yang tadinya dia kira lupa akan ulang
tahunnya, sekarang malah mengucapkan selamat kepadanya.
Lia pun membalas perkataan Gio.
“Iya terima kasih, Zi.”

92
Lia pun segera naik ojek, dan tukang ojeknya tadi
segera melaju melewati Gio. Sesekali Lia berbalik melihat
Gio dan berkata,
“Aku duluan ya, Zi.” kata Lia
“Iya-iya.” balas Gio dengan senyumannya.
Semakin jauh dan semakin jauh Lia naik ojek hingga
tidak kelihatan lagi. Itulah Gio sendirian lagi di jalan,
memang sudah menjadi rutinitas Gio untuk berjalan sendiri
dari sekolah. Kesenangan yang tadi ada dalam hati Gio kini
sudah berubah lagi menjadi kesepian, namun setidaknya
semua itu sudah terbayarkan dengan berjalan bersama Lia
tadi. Gio berharap ada yang bisa mengerti dirinya. Saat
sedang menyusuri jalan beberapa teman Lia pun melewati
Gio dan menanyakan kemana Lia, Gio hanya bisa menjawab
bahwa dia sudah pergi duluan.

03/05/2014/19:50

93
“Sabar-sabarnya Gio ketika hari ulang tahun Lia mulai
dari rencana teman-temannya lalu berangkatnya Gio yang
agak terganggu karena tidak bisanya Guntur dan apa lagi
saat ketemu satpam beberapa kali. Huhh hari itu sungguh
sangat mengetes kesabaran dan perjuangan Gio , di bilang
perjuangan juga bisa . Karena dari mulai berangkatnya saja
sudah ada banyak kendala-kendala , namun akhirnya dan
alhamdulillahnya semua itu dapat teratasi dengan bantuan
teman-teman Gio. Semua kerja keras dan perjuangan Gio
itupun terbalaskan dengan senyuman Lia kepadanya ketika
jalan bareng saat pulang sekolah.”

94
Be Yourself

Ujian Nasional pun sudah tuntas di lakukan oleh Gio,


akan tetapi pengumuman kelulusannya dari SMP masih
cukup lama kira-kira 1 bulanan lah. Bisa dilihat bahwa
liburan Gio dibilang cukup lama, ya pasti sangat
membosankan untuk Gio. Untungnya ada saja yang kadang
mengajak main atau Gio yang mengajak mereka, terutama
teman-teman dekatnya seperti Dika, Fia, Guntur, Rani, dan
masih banyak lagi. Tapi jika ingin bermain, Gio biasa bilang
dahulu ke mamanya.
“Mah Gio main ya, tadi di ajakin main sama temen-
temen.” Rayu Gio.
“Main kemana?” tanya mama
“Ya main aja mah.”
“Kalau gak jelas mendingan ga usah ikutan ya,”
“Ya elah mah.”

95
Kadang juga Gio tidak diperbolehkan main oleh
mamanya, ya bisa di bilang Gio dididik disiplin oleh
mamanya. Jadi seluruhnya harus bisa terkontrol dengan baik.
Ia hanya bisa menaati peraturan tersebut, ya lama-lama Gio
juga bisa terbiasa akan hal tersebut.
Dalam beberapa kesempatan Gio terkadang suka pergi
ke sekolah di saat kelas 1 dan 2 nya masuk, hanya untuk
menjemput Lia. Cukup sering juga Gio menjemput Lia
apabila dia tidak bareng teman-temannya, tetapi dia
pulangnya sering sama teman-temannya, jadi Gio hanya bisa
menunggu waktu yang tepat.

****

Pada suatu hari tepatnya hari Senin siang, Gio


menjemput Lia di sekolah. Saat Gio datang ke sekolah
ternyata Lia belum pulang, akhirnya Gio memutuskan untuk
mencari tempat yang sejuk untuk menunggu di dekat depan
gerbang sekolah dan duduk di motornya sambil menikmati
cilok yang ia beli dan tangannya terus memainkan ponsel.
Ketika cukup lama Gio menunggu, akhirnya bel pulang pun
berbunyi dan anak-anak pun pergi meninggalkan sekolah.

96
Mata Gio dengan cermat memperhatikan satu per satu orang
yang melewati dirinya, Gio takut dia tidak melihat Lia apa
lagi kalau Lia tidak melihat dirinya. Setelah cukup lama
setelah bel pulang berbunyi, akhirnya Lia terlihat juga
walaupun masih cukup jauh, Gio tersenyum melihatnya.
Karena sudah cukup lama mereka tidak bertemu, namun
sebelumnya tidak ada kata-kata kangen atau sebagainya dari
mulutnya walaupun di sms, Yang bicara seperti itu cuma Gio
kepada Lia dan respon Lia sepertinya cukup membuatnya
senang walaupun hanya lewat sms dan tidak ada waktu
untuk bertemu. Terutama sebentar lagi Lia akan ujian untuk
kenaikan kelas 9, jadi Gio memaklumi bila dia tidak bisa
bertemu.
Lia akhirnya melewati Gio bersama teman-temannya.
Lia tahu kalau itu Gio tapi Lia tidak memanggil, Lia hanya
menyuruh temannya untuk memanggil Gio.
“Ka Gio, sini deh.” teriak salah satu temannya.
“Eh, iya tunggu dulu.” sahut Gio
“Ada apa?” tanya Gio
Saat Gio datang pun Lia hanya buang muka, dan tidak
melihat ke arah Gio.
“Kaka ngapain kesini?”

97
“Ya mau kesini aja, kalau Lia mau bareng ya ayo.”
jawab Gio.
Lia hanya diam saja dan tetap membelakangi Gio,
dalam hati Gio itu lumayan menyakitkan.
“Yaudah kalau Lia mau bareng sama temen-temen ya,
gapapa.” lanjut Gio dengan menampilkan senyuman, walau
berlawanan dengan isi hatinya.
“Bener nih, kak?” tanya salah satu temannya
“Iya, bener.”
Lalu Gio pun berbalik badan lalu berjalan dengan santai
dan tidak ingin menampilkan apa yang ia rasakan. Sejak tadi
Gio ngobrol dengan temannya, Gio tidak mendengar sepatah
katapun keluar dari mulut Lia. Sebenarnya kedatangan Gio
datang kesana hanya ingin bertatap sapa dan muka dengan
Lia, karena hanya saat itulah waktu yang Gio punya untuk
bertemu dengannya. Tidak ada pilihan lain, dan buat apa
juga berlama-lama disana, akhirnya Gio memutar motornya
lalu bergegas pergi sambil melewati Lia. Ketika melewati
Lia, Gio berbalik badan dengan pandangan arah ke Lia .
“Aku duluan ya Lia.” sahut Gio sambil memasang
wajah adem.

98
Lia pun membalasnya dengan senyumannya, walaupun
hanya senyum tapi itu sudah cukup untuk Gio dan dapat
menghibur Gio. Lalu Gio pun bergegas pergi meninggalkan
Gio. Setelah cukup jauh Gio pergi, Gio pun berbalik lagi
kearah Lia lagi. Ternyata Lia sudah tidak ada, Gio melihat
sekeliling namun ia tidak menemukannya. Gio lalu
memutuskan untuk pulang ke rumah saja. Saat sampai di
rumah Gio langsung mengirim pesan kepada Lia, tapi Lia
tidak membalasnya mungkin dia belum sampai rumah.
“Hy.” balas Lia
“Hy juga, kamu baru pulang ya?” tanya Gio
“Hehe, iya. Tadi kamu ngapain?”
“Hmm, aku mau jemput kamu. Maaf ya aku ga bilang
bilang.”
“Ga usah minta maaf kok, lain kali jangan jemput aku
ya.”
Menurut kalian bagaimana perasaan Gio setelah
membaca pesan Lia yang barusan?
Gio hanya bisa menahan amarahnya walau itu bukan
hal biasa Gio untuk memendam apa yang ia rasakan, ia
biasanya selalu terbuka dan menceritakan apa yang terjadi.
“Tapi tadi aku lagi pengen berdua sama kamu.”

99
“Yaudah, lain kali kan bisa.”
“Ehm iya dehh, Heheheh.”
Percakapan itu masih terus berlanjut sampai malam
hingga Lia tertidur. Gio cuma bisa memaklumi itu dan tetap
tersenyum sambil mengetik di hpnya.
“GOOD NIGHT say, tidur yang nyenyak ya. Sampai
ketemu lagi Byee.”

****

Keesokan harinya seperti biasa Gio yang mengirim


pesan dulu ke Lia, karena Lia belum juga mengirim pesan
kepadanya. Sampai siang pun Lia belum membalas pesan
dari Gio, hingga saat malam pun belum. Pada malamnya Gio
berpikir, mungkin Lia tidak membalas pesannya gara-gara
dia tidak punya pulsa. Jadi Gio pergi membeli pulsa untuk
Lia. Setelah pulsanya masuk, ponsel Gio pun bergetar.
Ternyata ada pesan dari Lia, ternyata benar tebakan ia tadi.

“Kamu yang beliin aku pulsanya?” tanya Lia


“Iya, hehe. Lagian kamu ga bales sms aku dari tadi
pagi.”

100
“Hehehehe, iya-iya aku minta maaf.”
“Wooo, kamu ga tidur ?”
Hingga sampai jam 9 malam, mereka masih berbalas-
balasan pesan dengan penuh dengan canda dan tawa.Hingga
akhirnya Gio bicara sesuatu....
“Lia?”
“Iya, aku mau tidur dulu ya “ jawab Lia
“Lia, hubungan kita sampai sini aja ya Lia.“
“Kamu serius?”
“Kamu gak tidur?” lanjutnya.
“iya aku serius” lanjut Gio
“Kamu serius?” terang Lia hingga beberapa kali
“Kalau itu mau kamu yaudah, maaf aku udah
ngecewain kamu.” jawab Lia.
“Perjalanan kamu masih panjang Lia, aku ga mau jadi
penghambat kamu nanti. Apa lagi sekarang aku jadi sering
minta banyak waktu kamu buat aku, padahal aku tau kamu
sekarang sudah mulai serius untuk belajar. Kamu ga
ngecewain aku sama sekali kok. Aku cuma ga mau jadi
penghalang buat kamu.
“Aku sebenernya mau ngomong ini langsung ke kamu,
tapi aku takut kita ga bisa ketemu. Tapi ini bukan berarti

101
memutuskan pertemanan kita, aku harap kita masih bisa
temenan. Maafin aku ya.”
Setelah Gio menjelaskan semuanya, Lia tidak
membalas lagi pesan dari Gio. Gio tidak tahu apa lagi yang
harus ia lakukan, Gio ingin menelpon tapi takutnya ia sudah
tidur dan itu hanya mengganggunya saja. Jadi Gio mencoba
untuk tidur, mencoba menenangkan dirinya lalu mengetik
pesan lagi untuk Lia .
“ Good Night  “
Jam menunjukan pukul 10 malam, Gio pun masih tetap
terjaga ia tetap saja tidak bisa tidur jadi dia hanya
menyibukan dirinya dengan bermain ponsel. Tidak lama
ponselnya bergetar, sontak saja Gio langsung membuka
pesan yang baru saja masuk.
“Makasih udah pernah ngisi hari-hari aku :’)
Good Night too .”
“Makasih juga udh ngisi hati aku dan mengobati hati
aku yang pernah terluka . Aku ga tau mau ngomong apa
lagi. Mungkin ini yang terbaik. Maaf aku udah nyakitin
kamu .” Balas Gio
Lia pun tidak membalas pesan dari Gio lagi, sambil
menunggu balasan dari Lia Gio pun ketiduran .

102
****

Hingga paginya saat Gio terbangun ternyata di ponsel


Gio sudah ada 6 pesan masuk, Gio menebak kalau ini pesan
dari Lia. Saat di buka, ternyata bukan. Ternyata itu hanya
dari teman sekelas Gio yang menyampaikan info agar nanti
masuk sekolah jam 9 pagi untuk pembahasan perpisahan
kelas.
“Berarti disana ada Lia dong.” pikir Gio.
Gio terlebih dahulu membersihkan rumahnya dulu entah
itu mengepel lantai menyapu atau apalah yang di suruh oleh
mamah. Ketika jam mulai menunjukan pukul 9, Gio pun
langsung bersiap-siap untuk berangkat sekolah. Hanya saja
hari ini sekelas Gio berpakaian berbeda dengan murid yang
lain hanya untuk membedakan saja. Gio pun berangkat
dengan diantar mamanya menggunakan motor. Ketika sudah
sampai di depan gerbang, Gio hanya melihat beberapa orang
saja yang sudah ada itupun hanya perempuan dan satu laki-
laki yang sedang ngerumpi asyik, entah apa yang mereka
bicarakan. Gio pun langsung memanggil laki-laki itu
“Oy yang lainnya mana?”

103
“Ga tau Zi , gue aja baru dateng. Liat aja nih gue aja
sampe salah pake baju. lagian gue di smsnya tadi pagi.”
“Hahaha, untung gue semalem, Hahaha. Masuk aja,
nyok.”
“Yaudah ajakin yang lain juga tuh.”
“Oyy, kedalem aja yuk.” teriak Gio kepada yang lain.
Mereka pun langsung masuk ke dalam gedung sekolah
beramai-ramai, disana ternyata sudah ada yang lain sedang
berkumpul. Ternyata mereka sudah datang dari tadi, kami
pun langsung ikut bergabung dengan mereka. Saat itu juga
kami langsung mulai membahas hal yang akan kami akan
rundingkan. Ketika sedang merunding ternyata Gio tidak
fokus, matanya tersorot kepada wanita berkerudung biru
yang sedang berjalan bersama teman-temanya. “Apakah itu
Lia?” tanya Gio dalam pikirannya. Gio hanya bisa
melihatnya sekilas, tidak bisa memastikan lebih. Setelah
selesai berunding kami semua pulang, itupun pas sekali
dengan bel pulang sekolah jadi kami agak berbaur dengan
yang lain. Gio masih mencari-cari Lia, namun dia sama
sekali tidak melihatnya.

****

104
Saat sore hari seperti biasa, Gio berolahraga dengan lari
mengelilingi kampung sendirian. Biasanya jika lari Gio
selalu melewati rumah Fia dan Rani karena kebetulan rumah
mereka berada di jalur lari Gio, jadi tidak heran jika mereka
sering ketemu. Dan keuntungan untuk Gio juga karena bisa
minta minum kepada mereka.
Ketika Gio sedang fokus berlari, ada seseorang
mengendarai motor berjalan membututinya.
“Kak, kakak kenapa putus sama Lia?” dibertanya
sambil memacu motornya terus maju dan meninggalkan Gio.
Gio tidak membalas pertanyaannya, tidak selera untuk
membahasnya. Hingga beberapa kali Gio bertemu dengan
orang tersebut Gio hanya diam tidak menjawab
pertanyaannya. Lalu Gio duduk di suatu tempat untuk
beristirahat mencoba untuk menenangkan dirinya setelah
semalam putus dengan Lia. Memang tidak mudah jadi orang
yang memutuskan hubungan, itu akan membuat diri menjadi
terbebani apa bila tidak bisa menghadapinya. Setelah cukup
tenang dan pikiran sudah mulai rileks, Gio hanya bisa
berharap. Semuanya dapat berjalan dengan baik. Dan untuk
Lia semoga dia dapat mengerti pilihan Gio ini.

105
16/05/14/21:43

Sebenarnya ini tidak ingin dilakukan oleh Gio, akan


tetapi jika ia tidak mengungkapkannya itu malah
memberatkan diri Gio sendiri. Sedih memang rasanya harus
menyakiti orang yang Gio sayangi tapi ini harus ia lakukan
demi kebaikan Lia sendiri. Sejak berhubungan dengan Lia,
Gio jadi merasa bukan menjadi dirinya sendiri terlebih lagi
seperti berakting menjadi orang lain. Ini sebenarnya
membuat Gio tidak nyaman dengan Lia, akan tetapi Gio
ingin tetap bersama Lia, Gio menyayangi Lia.
Apabila Gio menahannya dan terus menjalankan
hubungannya, itu malah akan lebih menyakiti Lia lebih
dalam lagi, jadi Gio harus sanggup menanggung semuanya.
Semoga ini hal benar yang dilakukan Gio .

106
107
Note :

“Pada akhirnya, hanya diri kitalah yang bisa mengerti


diri kita sendiri, dan cobalah mengerti diri kamu sendiri
sebelum kamu mengerti diri orang lain. Karena itu penting
untuk kelanjutan kehidupan kamu yang akan kamu jalani
selanjutanya. Melalu diri kita sendirilah kita harus
melakukan hal-hal yang benar, dan harus tepat dalam
melakukan sesuatu.
Kebanyakan musuh-musuh yang kita hadapi adalah
hasil dari yang telah kita perbuat, belum lagi kita
menghadapi musuh yang lebih besar lagi yaitu diri kita
sendiri. Dalam hidup ini kita memang dianjurkan untuk
mendapatkan kesuksesan yang gemilang, akan tetapi kita
tidak jangan sampai terbuai akan kesuksesan tersebut dan
malah mengarahkan kita ke dalam keterpurukan. Ingatlah
bahwa kita tidak akan menjadi sukses tanpa kehadiran
orang-orang yang menyayangi diri kita, dan bawalah
cintamu menjadi sebuah motivasi, lalu merangkap sebagai
pembeda atau penunjuk jalan yang akan kau ambil.”

108
Dengan semua yang sudah terjadi kepada Gio, sekarang
Gio pun menjadi sadar. Bahwa betapa berharganya orang
yang menyayangi kita, dan kita pun akan menyesal apa bila
mereka meninggalkan kita, sebab diri kita sendirilah yang
telah menyakiti mereka. Bayangkan betapa indahnya jika
sekarang kita di kelilingi orang-orang yang dulu pernah ada
di hati kita, bercanda dan bersuka ria bersama tanpa ada
mempersalahkan masa lalu, yang hanya dipikirkan adalah
hanya kebersamaan semuanya.
Begitu semua telah terjadi, kita pasti akan baru tersadar
dan menyesalinya. Penyesalan memang selalu datang
terakhir. Tetapi penyesalan itu harus kita lewati untuk
menjadi pelajaran buat diri sendiri.
Pikirkan dulu matang-matang sebelum menjalin sebuah
hubungan, apakah itu akan serius atau hanya untuk
sementara. Hubungan yang sementara hanya akan
membuang-buang waktu yang kita miliki belum lagi dengan
rasa penyesalannya dan rasa sakitnya. Menurut Gio lebih
baik kini perbaiki dulu diri sendiri, mantapkan diri untuk
menjadi orang yang sukses. Mama Gio pernah berkata
kepada Gio. “Tidak usah memikirkan perempuan dulu
sekarang ini, pikirkan saja belajarmu. Karna jika kamu sudah

109
sukses, akan banyak juga perempuan yang mendekati
kamu.” Jadi semua itu berawal dari kita sendiri.
Let’s do what you think that good for you.

110
Wajah mungkin banyak berubah
Penampilan yang kian berubah
Pemikiran yang semakin dewasa muncul
Saat senja sudah tidak lagi terasa sepi
Hening malam sudah tidak lagi terasa sepi
Tulisan dari tangan yang tidak tahu apa lagi arti dari yang
dia ucapkan
Terlanjur sudah semua tindakan yang terlontar
Masa lalu tidak akan pernah bisa diubah
Masa lalu tidak bisa dilupakan
Masa lalu yang tidak pernah lepas dari genggaman
Bisa jadi penghambat
Untukmu, aku, yang sudah saling belajar tentang arti sebuah
perpisahan, karena tahu akan berpisahan itu sendiri

111
Adalah menemukan karena kita melepas
Adalah rindu karena kita coba melupakan
Adalah benci karena kita mencinta
Adalah mati karena kita hidup
Adalah kamu yang membuatku paham arti cinta
Adalah kamu yang membuatku paham arti sayang
Adalah kamu yang membuatku paham arti melepas
Adalah dia yang membuatku paham arti setia
Adalah dia yang membuatku paham arti perhatian
Adalah dia yang membuatku paham arti pengorbanan
Adalah dia yang membuatku paham arti bersabar
Adalah kamu yang kini tenggelam dalam duniaku, dan terbit
didunia indah yang lain.
Adalah tempatmu bersama yang indah dilangit

112
Sedangkan, biarkan aku menatapmu sendiri, padahal aku tak
tahu kau menatap siapa

Yang melangkahpun akan terhenti


Yang rindupun akan lupa
Yang bernafaspun akan mati
Yang menggenggampun akan melepas
Yang cintapun akan tetap cinta

113
Biarlah angin tetap bersama langit
Biarlah ombak tetap bersama pantai
Biarlah bumi tempat kita berpijak
Biarlah langit tempat kita menatap
Biarlah angin disisimu menggantikanku
Biarlah genggamnya menjadi genggamku
Biarlah senyumnya menjadi senyumku
Biarlah doanya menjadi doaku

114
Dan pada akhirnya, akupun akan tersenyum melihatmu
bahagia

Undur diri,
Salam dariku—masa lalumu , untukmu, Yani.

115
TENTANG PENULIS

116
ILHAM SAPUTRA FAUZI, lahir di Depok tanggal 24
Juli 1999. Saat ini tercatat sebagai mahasiswa aktif
Universitas Pakuan jurusan Farmasi. Sejak 2018,
sudah menerbitkan 7 judul buku dengan berbagai
genre. Buku Novel pertamanya Elora (2018) disusul
Novel kedua Derenia (2019).

117
118
119
120

Anda mungkin juga menyukai