Anda di halaman 1dari 2

Pernikahan Dini

Oleh Miftahul Jannah

Suatu hari sepulang sekolah, Jejes dan teman-temannya berencana hangout di mall tapi karena ibunya
sedang sibuk terpaksa memberi izin untuk Jejes dan tidak bisa menemani. Mengetahui hal itu, bersyukur
teman-teman Jejes.

“Jeshinta Varani, gue mau tanya samo lo? Elo gak malu apa? Kalau kita mau hangout bareng ibu kamu,
selalu ikut.” Celetuk salah satu teman membuka topik pembicaraan.

“Lah kenapa mesti malu? Lagian kan kalau bareng ibu kita bisa makan gratis, toh dia juga ibu aku
sendiri.” Jawab Jejes dengan santai.

“Gue bilangin ke elo ya, elo emang gak malu, tapi kita yang malu. Elo itu udah gede Jes, kita bukan anak
kecil lagi. Elo itu mestinya malu, elo gak mikir apa? Setiap kita hangout bareng pasti semua orang pada
ngeliatin kita dan pada mikir “Ngapain tuh ibu-ibu pake ikutan segala” nyadar nggak elo Jes?” gerutu
temannya.

“Ya aku juga mikir kali, tapi ya mau gimana lagi? Masa iya aku mau ngelarang? Kan gak sopan yaudahlah
biarin aja.” Sahut Jejes tetap dengan santai.

“Elo itu pura-pura polos atau bego sih Jes? Elo itu udah ABG (anak baru gede). Harusnya elo itu udah
pergi sendirian kalu kemana-mana nggak sam ibu elo itu lagi Jes! Nanti lo dibilang anak mami” Jawab
temannya dengan kesal. Kata-kata yang cukup menyinggung hati dan membuat Jejes terdiam.

Sepulang dari mall, dirumah dia ngerasa apa yang dibilang sama teman-temannya ada benarnya juga.
Selama ini, dia selalu nurutin apapun yang dibilang orang tuanya. Karena itu dia jarang main bareng
temen, ngerasain apa itu jatuh cinta? Ngerasain masa-masa labilnya remaja. Dia lewatin gitu aja karena
terlalu fokus belajar, sekolah dan bikin bangga ayah ibunya. Semalaman penuh dia renungi ucapan
teman-temannya, dan akhirnya dia mutusin buat merubah sikap dan perilakunya. Perubahan Jejes
berlangsung secara bertahap-tahap.

Perubahan itu misalnya, yang tadinya dia kalau berangkat sekolah selalu diantar jemput sama supir atau
ayahnya, tapi sekarang tidak lagi. Yang tadinya hangout selalu diikutin ibunya sekarang tidak lagi.
Sekarang Jejes sudah bermetamorfosis menjadi cewek populer disekolahannya dan mempunyai
penggemar yang rata-rata cowok.

Kesuksesan perubahab Jejes bukan saja karena bantuan dari teman-temannya, tetapi juga karena
seorang cowok item manis dan keren yaitu Aldo Prasetya. Anak bikers atau anak motor ini sudah resmi
menjadi kekasih hati Jeshinta Varani. Cowok berumur 18 tahun, dia kenal dari akun media sosial
miliknya. Tetapi kehadiran Aldo tidak sepenuhnya membawa pengaruh baik bagi Jejes. Perubahan drastis
Jejes yang dialaminya membuat dirinya berani membantah kedua oarang tuanya. Bagi Jejes kini yang
terpenting untuknya bukan lagi orang tuanya melainkan Aldo, cowok bikers yang romantis dan bikin
dunia menjadi indah pikir Jejes.

Semenjak pacaran dengan Aldo, dunia malam dan pergaulan bebas melekat pada diri Jejes. Sampai
kesalahan fatal terjadi, Jejes positif hamil. Mengetahui hal itu Jejes menangis dan langsung menemui
Aldo.

“Aldo, aku hamil.” Tanpa basa-basi Jejes langsung mengatakan hal itu. “Apa kamu hamil? Apa kamu
serius?” Tanya Aldo dengan raut muka yang sumringah. “Ya, aku hamil. Kamu harus tanggung jawab do,
aku takut.” Menetes air mata Jeshinta. “Ya Tuhan terimakasih. Aku pasti tanggung jawab, kamu jangan
sedih ya?” Ucap Aldo sambil memeluk Jejes.

“Kamu bilang jangan sedih? Nggak waras kamu, aku hamil kamu malah senang. Hrusnya kamu kan
bilang? Tapi kenapa kamu bilang mau tanggung jawab, kan biasanya kalu dicerita cerpen yang aku baca,
kalau cowok tau hal kayak gini dia pasti lari dari tanggung jawab.” Jejes merasa heran

“Hei kamu? Makanya jangan kebanyakan baca cerpen, film sinetron. Ini kehidupan nyata sayang bukan
dunia fiksi. Kmu pikir aku cowok jahat yang mau pergi ninggalin kamu kayak gitu aja? Ninggalin gadis
secantik dan sebaik kamu? Gitu aja cuman karena hamil, itu mustahil. Aku ngelakuin hal itu karena aku
sayang kamu dan aku mau serius sama kamu. Udah ngerti sekarang?”

Aldo menjelaskan panjang kali lebar. “Apa? Jdi kamu sengaja. Jahat kamu! Tapi yaudahlah aku memang
gak salah nilai kamu. Terimakasih.” Jawab Jejes yang masih menangis. “Aku minta maaf karena dengan
sengaja ngelakuin hal itu. Sekarang ayo kita temuin orang tua kamu” memberanikan diri.

Aldo dengan rasa keyakinan, meberanikan diri menemui ayah dan ibu Jejes untuk melamar pujaan
hatinya itu. Aldo juga pasti tau resikonya, tapi dengan keyakinan hati dia menjelaskan semua pada orang
tuanya Jejes. Pada awalnya orang tua Jejes tidak merestui tetapi berkat Jejes akhirnya orang tuanya
merestui hubungan Aldo dengan Jejes dan menerima lamaran Aldo.

Meskipun akhirnya menikah namun prahara dan cobaan ternyata selalu menghantui kehidupan mereka.
Tak dapat dipungkiri bahwa mereka berdosa dan mungkin karena itulah jalan hidup mereka dalam
pernikahan begitu sulit. Mungkin itulah azab dan hukuman yang harus mereka hadapi karena berbuat
dosa besar. Sebelum benar-benar bertobat bahkan doa orang tua pun seperti tak mampu membantu
mereka berdua.

---Tamat---

Anda mungkin juga menyukai