Anda di halaman 1dari 4

Cerpen Remaja

Persahabatan

Haii namaku Seinala Rambu, biasa di panggil ‘Seinala’ saat ini umurku genap
menginjak 16 tahun dan aku sedang menempuh pendidikan di SMAN 34 Jakarta . Aku
ingin menceritakan kisah pertemanan ku dengan seorang lelaki yang sangat amat dekat
denganku. Aku punya teman bernama Julian Kavaro dia teman dekatku dari sejak kecil,
dia orang yang sangat baik yang pernah ku kenal tapi sayangnya dia cuek, walaupun
Juli orang yang cuek tapi dia punya cara sendiri untuk memberikan perhatian lebih
ke orang sekitar nya. Oh yaa rumah kami juga berdekatan alias kami berdua tetangga-
an.

Dari dulu sampai sekarang setiap berangkat sekolah kami selalu pergi bersama, Juli
menghampiri rumahku terlebih dahulu untuk menjemputku, dia juga selalu mengingatkan
ku dengan barang barang yang ingin ku bawa agar tidak kelupaan contoh nya seperti
“Sei udah semuaa barang nya? ga ada yang ketinggalan kan? bekal, mukena, baju ganti
udah di bawa semua?”

“Udah Julii, udah semua kok”

“Awas ya kalo tiba tiba di jalan baru inget sesuatu, aku gamau puter balik”

“Iya Jul iyaa, bawel banget sih”

Yaa seperti itu kira kira percakapan kita setiap hari, Juli kalo sudah urusan
sekolah dia bakal bawel sekali karna dia orang yang disiplin dan rajin, di tambah
dia anak organisasi jadi ga heran kalo dia se bawel itu. Juli cukup di kenal banyak
orang di sekolah, entah guru ataupun murid pasti tau siapa itu Juli. Dia itu Ketua
Osis di sekolah kami, jadi ga heran kalo banyak yang kenal dengan nya. Sedangkan
aku? aku hanya siswi biasa yang hampir setiap waktu hanya ku habiskan di dalam
kelas saja. Aku orang yang susah bersosialisasi dengan orang lain, bahkan temanku
di sekolah saja bisa di hitung saking aku malasnya berinteraksi dengan banyak
orang. Sifat dan kebiasaan ku sangat terbalik 180° dengan Juli. Juli orang yang
aktif, rajin dan pintar sedangkan aku si pemalas bahkan terkadang PR pun ku
kerjakan di sekolah karna kalau sudah di rumah tujuanku hanya satu yaitu tidur.
Tapi walaupun aku pemalas aku orang yang cukup teliti dan peka dengan keadaan
sekitar ku terutama tentang perasaan seseorang.

Setiap di sekolah kami selalu bersama entah itu saat jam istirahat maupun saat di
kelas, bahkan ga heran kalo banyak murid yang bilang kami berdua adalah sepasang
kekasih padahal kami hanya teman akrab yang selalu bersama. Saat kami sedang makan
di kantin aku pernah bertanya dengan nya
“Jul, kamu ga risih kalo banyak orang yang selalu ngomongin kita?”

“Ga, biasa aja”

“Kok bisa biasa aja? padahal aku suka kepikiran”

“Ngapain di pikirin, buang buang waktu”

“Ohh gituu yaa, ngomong ngomong bisa gasih jawab nya panjang dikit gitu singkat
banget”

“Males ngomong, lagian kamu juga udah tau jawaban nya”

“Ishh, dasar cuek”


Menurut orang pertemanan pria dan wanita mustahil tidak ada perasaan yang lebih
dari teman pasti ada saja di antara kedua nya yang jatuh suka. Tapi menurut kami
tidak seperti itu, karna prinsip kami kalo niatnya sedari awal berteman pasti tidak
akan ada perasaan yang muncul di antara ke duanya. Tersentuh dengan sikap teman itu
wajar karna itu adalah bukti bahwa kita senang dan bersyukur dengan kehadiran nya.
Kalo kita tidak merasakan hal itu berarti kita tidak punya rasa empati terhadap
sesama.

Tak terasa aku dan Juli sudah kelas 12, para murid sudah mulai fokus dengan urusan
nya masing masing termasuk aku dan Juli. Saat di kelas 12 kami semua harus memilih
Perguruan Tinggi dan jurusan apa yang akan kami tujui. Jujur aku sangat bimbang
dengan keputusan ku dan rasa takut selalu menghantui diriku saat ini, apalagi aku
dan Juli sekarang beda kelas jadi sulit untuk bisa mengobrol dengan nya setiap
hari. Jadi aku hanya bisa menanggung beban ku sendiri, sebenarnya aku ingin sekali
cerita dengan Juli tapi aku takut nanti akan menambah beban pikiran nya.

Hari demi hari berlalu, aku menjalani hari seperti biasa. Selalu pergi dan pulang
bersama Juli, makan dan belajar bersamanya, selalu bersamanya setiap hari. Tetapi
untuk sekarang tidak banyak perbincangan di antara kita, aku tersadar kita berdua
sudah mulai tertutup satu sama lain, tidak ada hal banyak yang di ceritakan dan
hanya mengobrol jika perlu sisanya kami hanya saling diam. Jujur aku sangat
kepikiran dengan hal itu aku takut kita berdua semakin berjarak karna sudah mulai
sibuk dengan urusan masing masing. Apalagi di kelas 12 tugas yang di berikan sangat
banyak terkadang bisa sampai menumpuk, aku sangat stress dengan hal itu. Yang
dulunya di rumah aku bisa bersantai tetapi sekarang tidak karna selalu mengerjakan
tugas yang menumpuk.

Juli tersadar akan hal itu, dia selalu memperhatikan ku belakangan ini, karna
melihat ku tidak se ceria biasanya. Akhirnya dia memutuskan untuk mengajakku ke
Hutan Kota di hari sabtu lewat via telfon. Saat aku sedang mengerjakan PR ada
panggilan masuk dari Juli, yaa tentu saja ku angkat
“Halo Sei, aku ganggu ga”

“Eh hai, engga kok kenapa?”

“Sei, kamu sabtu ini ada acara ga?”

“Engga Jul, kenapa? mau ajak aku keluar yaa hahahha”

“Iyaa”

“HAH SERIUSS???”

“Iyaa, kapan aku bercanda?”

“Tumben banget soalnya hehhehe”

“Jadinya gimana, bisa?”

“BISAAA, BISAA BANGETT”

“Oke, Sabtu yaa jam 08.00 nanti aku jemput kaya biasa”

“YEYY OKE DEH SIP”

“Aku matiin telfon nya ya Sei”

“Iyaa dadah”
Telfon pun berakhir, di situ perasaanku sangat senang karna akhirnya aku bisa main
lagi dengan Juli.

Hari sabtu tiba, aku sangat semangat hari ini karna aku dan Juli akan piknik
bersama. Aku bangun lebih awal dan mempersiapkan barang & makanan apa saja yang
akan di bawa, setelah semua sudah siap aku masukan semua nya ke dalam keranjang
anyaman. Tidak lama terdengar suara klakson motor dari depan rumah, sudah pasti itu
adalah Juli yang ingin menjemputku. Aku segera berpamitan dengan kedua orang tuaku
dan bergegas keluar, di situ aku melihat Juli dengan wajah tersenyum menyapa
diriku. Aku menghampiri nya
“Hai pagi Jul”

“Pagi juga Sei, sudah siap?”

“SUDAHHH”

“Oke, kita berangkat”

Sesampainya kita di Hutan Kota, Juli langsung mencari tempat yang strategis dan
langsung menggelar tikar, lalu aku mengeluarkan dan menata makanan yang sudah di
bawa. Setelah semua selesai kami berdua duduk bersama menikmati udara segar di pagi
hari. Juli memulai percakapan kami
“Jadii, gimana keadaan kamu semenjak kelas 12 ini??”

“Aduh gimana yaa, bingung ngejelasin nya”

“Cerita aja Sei, aku selalu dengerin cerita kamu”

“Aku stress Jul dan aku juga takut”

“Takut kenapa?”

“Takut sama semuanyaa, terutama tentang masa depan, aku takut gagal”

“Sei denger yaa, rasa takut itu memang wajar tapi kalo kamu selalu berfikir kaya
gitu kamu ga akan bisa berkembang. Kalo kamu selalu berfikir negatif duluan itu
kamu salah seharusnya di umur kita sekarang kita harus bisa berani terima semua
resiko yang ada dan kita juga harus mulai bersikap dewasa, tapi emang kamu mau
kuliah dimana?”

“Tujuan ku sih aku mau kuliah di UI di jurusan Hubungan Internasional, tapi aku ga
yakin bisa keterima di UI”

“Wih mau jadi diplomat nih ceritanya hahaha”

“Hehehhee iyaa doainn aja ya Jul”

“Keren kamu Sei tetep semangatt yaa di dunia ini ga ada yang ga mungkin, aku yakin
kamu pasti bisa dan aku pasti selalu dukung kamu apapun itu keputusanmu”

“JULIII KAMU NGOMONG GITU AKU JADI MAU NANGISS, makasihh yaa jul kamu bener bener
temen terbaik yang aku punya aku bersyukur bisa di pertemukan sama kamuu”

“Hahahahha iyaa sama sama Seinala, aku juga seneng bisa kenal kamu sedeket ini”

“Tetep jadi Juli yang aku kenal yaa, orang lain boleh pergi tapi kamu gaboleh pergi
dari kehidupanku”
“Iyaa Seii, udah sedih nya makan dulu bekal nyaa keburu dingin loh”

Begitulah percakapan kami, cukup berat memang untuk di bicarakan di pagi hari tapi
karna Juli aku bisa jadi terbuka kepadanya dan akhirnya aku tidak setakut
sebelumnya karan Juli selalu ada setiap saat. Dia selalu siap menjadi penasihat &
pendengar yang baik untuk ku, aku sangat menyayangi nya dia sudah ku anggap seperti
saudara ku sendiri.

Anda mungkin juga menyukai