Anda di halaman 1dari 3

ICE CREAM – PART 4 (Hasnan J)

Pulang sekolah

Setiap pulang sekolah, saya selalu saja merasa sedih karena apa ini adalah kali trakhir saya bisa melihatnya. Saya itu selalu saja mengobrol
dalam batin. Sebenarnya, saya itu inginkan apa? Saya menyukainya, kenapa saya tidak mengungkapkan saja ya? Tapi saya tidak berani. sekedar sapa
saja itu berat, menatap matanya saja itu sudah suatu prestasi, menguntitnya di koprasi saja itu sudah pembaruan dalam diri saya...

TIba-tiba, saya dirangkul oleh seseorang

"Pulang tah?" dia tersenyum juga kepada saya

Dia adalah guru seni di sekolah ini. Dia masih muda, sangat muda bahkan saking mudanya dia akrab dengan banyak sekali siswa karena sikapnya yang
friendly seperti ini.

"Kenapa? sepertinya kamu lagi pusing? kepikiran sesuatu?" tanya Pak Lutfi

"Enggak pak" padahal saya berbohong, karena jelas saya kepikiran orang yang saya sukai, tapi masa curhat ke guru kan malu juga

"Kalau ada apa-apa ngbrol, nanti kalau bisa saya bantu. Kita ngobrol di bawah ayo?"

Tawarannya susah ditolak.

Saya mengangguk dan ikut ke bawah bersama Pak Lutfi.

Btw, Adnan dan Giaz ada eskul jadi mereka sudah ke sekre masing-masing. Adnan dengan pramukanya, persiapan kemah sekolah dan Giaz sibuk
dengan fulsalnya yang akan masuk pekan lomba minggu depan. Kalau saya? Mau ikut PMR biar bisa dekat dengannya sih padahal, tapi maalluuuuu..
saya belum ikut eskul apapun selama ini padahal udah kelas 11. ammppuunn..

Singkatnya sudah di bawah, di sebuah tempat duduk dekat lapangan futsal. Saya dan Pak Lutfi ada di sana. Sambil melihat orang-orang berlalu lalang
karena mereka ya akan pulang. Pak Lutfi sering sekali dimintai salaman jadi saya menunggu sampai semuanya bubar dan selesai.

kemudian Pak Lutfi langsung saja bertanya

"Lagi suka cewek tah?"

"Haahh?! kok tau?" teriak dalam hati.

namun yang terucap oleh saya adalah..

"Waah pak enggk..."

Pak Lutfi tertawa..

Kemudian menambahkan..

"Jujur aja, bapak itu pernah juga seumurmu Heru, jadi janganlah berbohong, terlihat sekali dari rona mata dan wajahmu yang memerah
sekarang, hahahaha.."

"Iya pak" aku menunduk, sangat malu. Sampai terpikir, seharusnya tadi langsung pulang saja. Haduuhh sial, jadi gak enak gini situasinya.

"Jadi gini? Siapa perempuan yang kamu sukai itu Heru? Andini kan?"

KKKkkkkk.. ini Pak Lutfi bertanya atau nebaakkk siihh.. tapi kok bener yaa

"Apaan sih pak? Hhaduuhhh.." saya menjawab sambil menutup mulut menggunakan punggu tangan

"Aaahhh bener berarti, hahaha.."

"Kenapa bapak bisa nebak gitu?"

"Ccciiieee uhuyy.. wakwaww utukutukutukutuk. Seneng banget bapak sekarang ini. Waahh Andini ternyata yaa, hahaha.."

"Paak malu lah jangan begitu..."

"Iya-iyaa.. maaf-maaf. Jadi kenapa bisa suka sama Andini tuh?"

"jadi gini pak ceritanya.."

BERSAMBUNG...
...

Saat itu masa orientasi siswa

Saya masuk ke sekolah ini saat itu tidak ada temannya, alias sendirian. Itu semua karena saya berasal dari SMP yang jauh dari sini. Saat itu
saya yaa... tidak begitu pandai untuk memulai pembicaraan tapi syukurlah saya bertemu dengan mereka, yaitu Adnan dan Giaz. Mereka berdua sudah
berteman sejak SMP membuat mereka terlihat sangat akrab. Saya bisa kenal mereka berdua karena saya duduk sendirian di lapangan kala itu dan tiba-
tiba saja saya terdorong karena seseorang yang sedang bercanda itu dorong-dorongan. Sontak saja kaget dan... akhirnya kita berkenalan. Mereka
berdua orang yang sangat asyik dan kompak dan tidak begitu sulit untuk menerima candaan dan tidak mudah marah saat saling ejek.

Singkat cerita ya kami dibagi kelasnya masing-masing. Saya berharap saya bisa sekelas dengan Adnan dan Giaz dan luar biasanya saja sekelas.
Saya sangat bersyukur karena itu. Tepat saat itu pun saya melihat seorang yang langsung membuat jantung ini berdegub sangat kencang. Saya tidak
kenal siapa dia tapi saya tertarik sekali dengannya. Dia tidak hanya membuat mata saya fokus saja dengannya tapi pikiran saya pun selalu memikirkan
tentang dia.

Seketika seperti ini adalah mimpi, saya duduk sebelah dengannya namun berbeda baris. Rasanya begitu istimewa karena bisa sebelah
dengannya setiap hari. Harum badannya, senyum bibirnya, indah matanya, semuanya luar biasa. bahkan Kibasan rambut dan gerakan tangan saat dia
menulis juga lenggok badan yang gemuali saat dia berjalan semuanya bisa saya deskripsikan dengan teliti.

Setiap hari saya selalu bersyukur kepada dunia bahwa telah mempertemukan aku dengannya. Saya selalu bahagia ketika ke sekolah dan selalu
saja sedih ketika pulang, karena selalu saja saya berpikir apakah ini adalah hari trakhir saya bertemu dengannya. Namun, saya sampai sini belum pernah
mengorol secara pribadi dengannya apalagi mengungkapkan perasaan. Saya sangat gugup bahkan cenderung serasa ingin kencing dibuatnya.
Bagaimana ya caranya supaya bisa dekat dengannya?

Bahkan karena saya yang selalu memperhatikannya setiap saat, saya sampai tahu betul bila ada yang sedang menyukainya juga. Entah
kenapa? Walau hanya sebatas teman kelas, saya kok ngerasa sakit hati ya bila melihat dia itu bercanda dengan laki-laki lain atau mengetahui dia disukai
dengan laki-laki lain. Rasanya seperti tidak terima dengan apa yang terjadi. Kenapa tidak saya yang bisa membuatnya tertawa, padahal senyum dan
tawanya itu adalah anugrah yang tidak terkira.

Oh ya, ada sebuah kisah yang membuat saya sakit hati sampai mau mati. Saat itu saya mendengar kabar bahwa dirinya baru saja ditembak
oleh seseorang. Dia tidak sekali ini ditembak seperti ini, kabar seperti ini sering saya dengar. Baik, saya akan ceritakan satu demi satu. Kisah yang
pertama, seseorang itu adalah Faiz, dia adalah kakak kelas. Saat itu saya masih kelas 10 dan Faiz kelas 12. Faiz itu ganteng banget lebih dari selebritas,
selebgram bahkan yang semacamnyalah. Semua mengenal Faiz dan banyak yang menggandrunginya tapi Faiz memberanikan dirinya hanya untuk
Andini. Kabar itu viral saat itu dan syukurnya Andini menolak karena alasan tertentu. Tapi kabar berhenbus Faiz adalah orang yang banyak diidolakan
membuat Andini tidak ingin memeras hatinya setiap hari.

Selanjutnya, Kisah kedua adalah Alwi. Dia seangakatan dengan saya. Dia anak guru di sini. Dia orang yang sopan, baik, tajir dan yang paling
diutamakan adalah dia itu pintar. Dia selalu jadi pilihan utama Olimpiade MTK sejak SMP saya dengan dan selalu juara 1. Beraat berat. kabar pun
kembali viral, membuat seantero sekolah geger dan bergetar. Namun, mereka tidak pacaran karena ternyata Andini menolak dengan tegas bahwa
Andini belum move on dengan kekasih lamanya. HHHAAHH?! sontak saya kaget. apa ini? Dia punya pacar? atau gimana sebelumnya? saya mencari tau
apa yang sbenrnya terjadi dan pada akhirnya semua informasi saya dapat karena tidak sengaja memberikan kuping saya pada circlenya alias nguping,
yang intinya adalah saat SMP Andini memiliki pacar yang putus karena beda SMA. Cowoknya itu masuk ke yang lain dan membuat hubungannya sulit
untuk disatukan terlebih cowoknya terlalu posesif dan kita tentu tau itu akan membaut semuanya berakhir dengan kata putus. Saya jelas sangat kaget
kala itu ternyata Andini memiliki mantan dan belum move on sampai sekarang. Cerita itu membuat saya takut untuk memulai mendekatinya, karena
siapalah saya? Ganteng? Pinter? Kaya? Wwadduuhh.

Selanjutnya, Kisah ketiga yang mengungkapkan sebuah kabar yakni dia menyukai seorang di kelas lain. Saya sampai sekarang tidak tau siapa
yang dia sukai tapi ini menyakitkan hati. Akhirnya saya melakukan penelitian. Saya siapkan latar belakang masalah, kemudian teori-teori dan metode
penelitian dengan judul penelitian adalah "Penerapan media kuping dengan pendekatan pengintipan untuk menemukan seseoarang yang disukai
Andini di kelas X.1"

Saya lakukan penelitian tersebut dengan cara terbaik dan menghasilkan hasil yang sampai sini saya belum kunjung juga menemukan siapa laki-laki
tersebut. Alias gagal.

Banyak kisah lain yang saya tidak bisa ceritakan karena keterbatas kata-kata yang saya punya tapi dia begitu mempesona sampai seisi sekolah
mengetahui berita bila dirinya baru saja diberikan ungkapan cinta. Nah, gini.. Saya harus bagaimana?

...

"Jadi kata bapak nih ya saya harus gimana?"


Saya sangat antusias, menyiapkan kedua telinga yang siap untuk mendengarkan apa yang akan dikatakan oleh Pak Lutfi...

"Kamu tau gak Heru?"

"Apa pak?"

"Kalau Andini itu adalah.."

"Apa?"

Pak Lutfi menjawab dengan tatapan serius kepadaku..

"Orang yang saya suka juga"

TAMAT.

Anda mungkin juga menyukai