“Alhamdulillah semangat baru.” kataku dalam hati. Ku pancarkan sebuah senyuman bahagia di siang
hari yang sangat terik ini. Ada rasa damai, tatkala aku melewati pematang sawah yang menghijau.
Ditambah Sang Raja Siang yang mulai tertutup awan mendung, menjadikan keadaan sekeliling sedikit
membaik.
Aku mulai teringat kejadian yang baru saja aku alami di sekolah tadi. Ternyata Tuhan memang tidak
tidur, doaku terlalu cepat terjawab. Bahagianya hatiku ternyata ada yang lebih kuasa untuk
mengabulkan semua permintaanku. Apalagi kalau bukan soal cinta, aku terlalu pemalu untuk urusan
yang satu ini. Pikiranku hanya ada, wanita harus mampu mempertahankan harga dirinya. Wanita itu
tidak boleh meminta-minta soal cinta kepada laki-laki. Wanita kan berhak menolak. Iya kan? Lagi pula
agamaku juga melarang untuk bergandengan tangan antar lawan jenis, kesana kemari tanpa urusan
yang jelas. Buang-buang waktu saja, jadi lama sekolahnya.
Aku Desti Murniasih, nama yang sederhana. Sesederhana paras dan penampilanku. Aku bukan orang
yang cantik, bukan orang yang hebat, dan bukan juga orang yang luar biasa. Tapi, aku selalu
berusaha menjadi makhluk yang luar biasa di mata Allah.
Sudah 6 bulan ini aku memang mengagumi seseorang. Ya hanya sebatas kagum. Kalaupun mungkin
cinta, hanya aku pendam dalam-dalam. Dia Ilham Dirgantara, orangnya pendiam, pandai, lembut,
penuh tanggungjawab dan tak lupa dia anak yang sholeh. Aku tahu banyak wanita yang suka
kepadanya. Tapi, siapa juga yang melarangku untuk mengaguminya? Kalaupun dilarang, mereka juga
tidak pernah akan tahu kalau aku juga suka.
“Desti.. Desti.. Aduh aku repot sekali hari ini!” teriak Ratna, temanku dari belakang kemudian
menghampiriku.
“Ada apa memangnya?” tanyaku sambil menutup buku.
“Bantu belajar ekonomi yuk!”
“okelah.” Maklum anak remaja itu belajarnya hanya bertahan seberapa menit saja, sisanya buat
ngobrol tanpa arah dan tujuan.
Ku tersadar dari lamunanku. Dan aku segera beranjak untuk pergi, tapi tiba-tiba temanku
menahanku. “eits.. Tunggu dulu, aku kan belum cerita.”
“cerita apa? Tentang dia kan? Tidak baik perempuan itu membicarakan laki-laki” sangkalku.
“eh siapa bilang? Itu.. Itu lihat, Ilham menghampiri kita!”
‘haishh… Kenapa pakai acara kesini lagi itu Ilham’ batinku tak karuan.
Ilham duduk tepat di depanku. Dia membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa bukunya. “Des
bantu aku ya” sapa Ilham sambil menyerahkan salah satu bukunya kepadaku.
“bantu apa?” jawabku sambil menerima bukunya dengan pandangan yang masih menunduk.
“tolong berikan jawaban yang betul ya?”
“aku?”
“iyalah Des, siapa lagi.”
Tidak banyak bicara aku membuka bukunya dan membaca soal-soal di dalamnya. Dengan begini
keadaan menjadi lebih baik daripada aku harus memandangi wajahnya. Punya keberanian dari mana
kalau ujung-ujungnya maksiat. Berada di dekatnya saja, aku sudah pucat pasi.
Beberapa menit kemudian, aku disuguhkan dengan pembicaraan temanku dengan Ilham. “Ham,
ngomong-ngomong wanita yang baik itu menurutmu yang bagaimana sih?” tanya temanku
“ya seperti syariat agama, wanita yang selalu menundukkan pandangannya terhadap lelaki dan tetap
istiqomah.” Deg.. Hatiku pun berdesir, mengapa ada getaran-getaran aneh dalam diriku. Mungkinkah
yang dimaksud Ilham itu sikapku? Ah.. Pikiran kotor! Mengapa aku menjadi seperti ini. Aku harus bisa
menjaga hati dan tetap istiqomah berada di jalan Agama Allah. Aku pun juga sangat bersyukur, aku
bisa belajar bersama dengan Ilham. Itulah doa sederhana yang selalu ku panjatkan. Terimakasih Ya
Allah.. Urusan jodoh, itu kuasaMU.
Cerita InsyaAllah Istiqomah merupakan cerita pendek karangan Moeksa Dewi, kamu dapat
mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.