Anda di halaman 1dari 3

udul Cerpen InsyaAllah Istiqomah

Cerpen Karangan: Moeksa Dewi


Kategori: Cerpen Cinta Islami
Lolos moderasi pada: 8 February 2015

“Alhamdulillah semangat baru.” kataku dalam hati. Ku pancarkan sebuah senyuman bahagia di siang
hari yang sangat terik ini. Ada rasa damai, tatkala aku melewati pematang sawah yang menghijau.
Ditambah Sang Raja Siang yang mulai tertutup awan mendung, menjadikan keadaan sekeliling sedikit
membaik.

Aku mulai teringat kejadian yang baru saja aku alami di sekolah tadi. Ternyata Tuhan memang tidak
tidur, doaku terlalu cepat terjawab. Bahagianya hatiku ternyata ada yang lebih kuasa untuk
mengabulkan semua permintaanku. Apalagi kalau bukan soal cinta, aku terlalu pemalu untuk urusan
yang satu ini. Pikiranku hanya ada, wanita harus mampu mempertahankan harga dirinya. Wanita itu
tidak boleh meminta-minta soal cinta kepada laki-laki. Wanita kan berhak menolak. Iya kan? Lagi pula
agamaku juga melarang untuk bergandengan tangan antar lawan jenis, kesana kemari tanpa urusan
yang jelas. Buang-buang waktu saja, jadi lama sekolahnya.

Aku Desti Murniasih, nama yang sederhana. Sesederhana paras dan penampilanku. Aku bukan orang
yang cantik, bukan orang yang hebat, dan bukan juga orang yang luar biasa. Tapi, aku selalu
berusaha menjadi makhluk yang luar biasa di mata Allah.

Sudah 6 bulan ini aku memang mengagumi seseorang. Ya hanya sebatas kagum. Kalaupun mungkin
cinta, hanya aku pendam dalam-dalam. Dia Ilham Dirgantara, orangnya pendiam, pandai, lembut,
penuh tanggungjawab dan tak lupa dia anak yang sholeh. Aku tahu banyak wanita yang suka
kepadanya. Tapi, siapa juga yang melarangku untuk mengaguminya? Kalaupun dilarang, mereka juga
tidak pernah akan tahu kalau aku juga suka.

“Desti.. Desti.. Aduh aku repot sekali hari ini!” teriak Ratna, temanku dari belakang kemudian
menghampiriku.
“Ada apa memangnya?” tanyaku sambil menutup buku.
“Bantu belajar ekonomi yuk!”
“okelah.” Maklum anak remaja itu belajarnya hanya bertahan seberapa menit saja, sisanya buat
ngobrol tanpa arah dan tujuan.

“Aku mau cerita nih” kata Ratna.


“cerita apa?” tanyaku
“aku dapat respon baik dari Ilham, suka deh aku hari ini!” jelasnya bersemangat.
“oh soal itu..” jawabku singkat. Mungkin aku sakit hati, ataukah mungkin ini yang dinamakan
cemburu. Aku tau, temanku ini suka dengan Ilham. Sedangkan aku juga. Aku juga tidak dapat
menyalahkan siapa-siapa, karena sebelum janur kuning melengkung, perasaan ini boleh-boleh saja
bagi siapapun. Temanku ini juga bukan princes dalam negeri dongeng, tapi karena mungkin dia lebih
berani daripada aku lah yang menjadikan mereka lebih akrab. Aku memang gadis pemalu. Bahkan
aku tidak dapat membayangkan jika aku menjadi gadis pemberani, akrab dengan lawan jenis, berani
saling cubit, yang kemudian tidak tau norma dan batasan agama, Ya Allah… Aku tidak mau
memasukkan kedua orangtuaku ke dalam neraka. Tidak!! Aku dilahirkan bukan untuk itu. Aku
dilahirkan Insya Allah untuk menjadi orang besar, anak yang bisa mengangkat derajat orang tua dan
membahagiakan mereka dunia dan akhirat. Aku anak perempuan yang mampu mengantarkan mereka
dalam surgaNYA. Amin…

Ku tersadar dari lamunanku. Dan aku segera beranjak untuk pergi, tapi tiba-tiba temanku
menahanku. “eits.. Tunggu dulu, aku kan belum cerita.”
“cerita apa? Tentang dia kan? Tidak baik perempuan itu membicarakan laki-laki” sangkalku.
“eh siapa bilang? Itu.. Itu lihat, Ilham menghampiri kita!”
‘haishh… Kenapa pakai acara kesini lagi itu Ilham’ batinku tak karuan.
Ilham duduk tepat di depanku. Dia membuka tasnya dan mengeluarkan beberapa bukunya. “Des
bantu aku ya” sapa Ilham sambil menyerahkan salah satu bukunya kepadaku.
“bantu apa?” jawabku sambil menerima bukunya dengan pandangan yang masih menunduk.
“tolong berikan jawaban yang betul ya?”
“aku?”
“iyalah Des, siapa lagi.”
Tidak banyak bicara aku membuka bukunya dan membaca soal-soal di dalamnya. Dengan begini
keadaan menjadi lebih baik daripada aku harus memandangi wajahnya. Punya keberanian dari mana
kalau ujung-ujungnya maksiat. Berada di dekatnya saja, aku sudah pucat pasi.

Beberapa menit kemudian, aku disuguhkan dengan pembicaraan temanku dengan Ilham. “Ham,
ngomong-ngomong wanita yang baik itu menurutmu yang bagaimana sih?” tanya temanku
“ya seperti syariat agama, wanita yang selalu menundukkan pandangannya terhadap lelaki dan tetap
istiqomah.” Deg.. Hatiku pun berdesir, mengapa ada getaran-getaran aneh dalam diriku. Mungkinkah
yang dimaksud Ilham itu sikapku? Ah.. Pikiran kotor! Mengapa aku menjadi seperti ini. Aku harus bisa
menjaga hati dan tetap istiqomah berada di jalan Agama Allah. Aku pun juga sangat bersyukur, aku
bisa belajar bersama dengan Ilham. Itulah doa sederhana yang selalu ku panjatkan. Terimakasih Ya
Allah.. Urusan jodoh, itu kuasaMU.

Cerpen Karangan: Moeksa Dewi


Facebook: Moeksa Dewi

Cerita InsyaAllah Istiqomah merupakan cerita pendek karangan Moeksa Dewi, kamu dapat
mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya.

"Kamu suka cerpen ini?, Share donk ke temanmu!"

Share ke Facebook Twitter Google+

« Kau (Sebelumnya) | (Selanjutnya) Friends Traitor »

" Baca Juga Cerpen Lainnya! "

Selama Kita Masih Memandang Langit Yang Sama


Oleh: Safuroh Ahmad
“hei” suara Nada mengagetkanku dari lamunanku. “hayo lagi ngapain pagi-pagi udah
ngelamun di jendela, nungguin si itu yah? haha” Pertanyaannya langsung membuatku memerah
layaknya udang direbus.. yah, tapi memang
Cinta Yang Hakiki
Oleh: Rina Andini
Apa itu cinta? Entahlah aku pun tidak mengerti apa yang dimaksud dengan cinta. Ya mungakin
aku pernah merasakan apa yang dikatakan orang-orang bahwa itu adalah cinta, tepatnya saat
makhluk
Kenapa Harus Kamu? (Part 1)
Oleh: Fauzia
Siang itu, kami dari ekskul sekolah, ikut berpartisipasi untuk menyaksikan festival dance tingkat
kabupaten yang tengah digelar di gedung kesenian daerah. itu dikarenakan sekolah kami juga
mengikuti ajang yang
Akhir Bahagia Ku
Oleh: Retno Romadona
Mentari pagi telah keluar dari peraduan nya dan pagi ini siap ku gapai dengan suka cita.
Bagaimana tidak, hari ini adalah hari pertama aku menjadi Mahasiswi di sebuah Universitas
30 Detik
Oleh: Annida Safa Faila

Anda mungkin juga menyukai