Anda di halaman 1dari 102

Penantian yang berujung pelaminan

OLEH : SITI AYU MAFATIHUL FARADIS

Sejak di tahun 2018 sania sudah jatuh hati pada dio, dan itulah alasan mengapa,
sania sangat sulit untuk buka hati ke cowo lain. Memang banyak kumbang yang sering
datang dan pergi seolah ingin menggoda sania untuk melupakan cowo tersebut, tapi
ternyata malah sania yang risih.

Hal yang paling dinantikan adalah seebuah pertemuan 4 pasang mata. dimana hati
harapku lirih bisa bicara apa adanya, dan megeluarkan semua isi hati yang aku rasakan,
dua tahun kemudian dio datang di notif handphoneku. Dia menyapaku “HAI,” begitu
katanya. Sempetku tak mengenalinya, akhirnya foto profilnya berhasil aku identifikasi,
yah itu dia, sosok yang kunanti nanti. sania sangat bahagia, melihat notif darinhya. Dan
akhirnya sania jawab pesan darinya, sampai pada minggu kedua kita tetap memberi
kabar, dan beberapa bulan kemudian sania dan dio akhirnya berani memulai telfonan dan
vidiocool. Sania dan dio memutuskan untuk bertemu, mereka menikmati secangkir kopi
dan cemilan sambil bercerita penuh canda tawa.

Dan beberapa waktu kemudian. Kalau sania dan dio nyaris tidak pernah menyapa di
sosmed, maupun di kehidupansehari hari, sania bertanya pada diri sania sendiri. “apa
saya yang terlalu berharap kepadanya” dan pada akhirnya sania memutuskan untuk
memberi kabar padanya dan dari situlah mereka semakin deket.

Di tahun 2020 dia bertanya padaku. Bagaimana kalau aku pergi ke rumahmu untuk
memingmu. Dan saniapun langsung membisu tak bisa menjawab. sania sangat bahagia
sampai sania mengeluarkan air mata, dan keesokan harinya dio dan keluarganya pergi
untuk menemui keluarga sania, untuk berniat baik mengkhitbah sania. Dan alhamdulilah
keluarga sania menerimnya dengan sangat baik, dan langsung dari dua keluarga untuk
merencanakan tanggal dan bulan untuk menikah.
Ayah dari sania : gimana kalau sebulan lagi

Ayah dari dio : boleh, Kita tinggal menentukan tanggal yang pas buat anak kita

Ibu dari sania : gimana kalau tanggal 15 tepat tanggal lahir anak kita

Dan alhadulillah keluarga pada stuju semua, Disitu sania hanya bisa bersyukur dan sangat
bahagia.

Tepat tanggal 15 februari 2020 sania dan dio menikah di sebuah gedung yang sangat
mewah, sania dan dio mengundang teman temanya. Acara tersebut sangat mewah sekali,
dan teman temannya pun datang di acara pernikahan itu. Sania dan diopun sangat
bahagia dengan acara tersebut. Acarapun berlalu

Akhirnya sania dan dio memutuskna untuk pindah ke apartemen mereka sendiri, selain
menjadi sosok istri, saniapun tetep melanjutkan kuliahnya di universitas yang dia cintai.

Dio sudah mulai bekerja seperti biasanya. Setiap kali sania perhi ke kampus dio tidak
pernah telat untuk membuatkan sarapan dan mengantar dan menjeputnya.sampai sania
lulus dari perguruan tinggi tersebut, Dio selalu ada waktu untuk sania. Beberapa bulan
kemiudian, akhirnya allah menitipkan buah hati kepada mereka berdua, sania dan dio
sangat bahagia dan tak lupa untuk bersyukur. Semakin hari perut sania semakin
membesar, dan sania muali mengidam yang aneh aneh, suaminyapun selalu menuruti
keingin istri tercinta.

Dan tepat di Sembilan bulan akhirnya saniapun udah mulai merasakan kontraksi dan dio
sangat khawatir langsung membawanya ke rumahsakit. Sania melahirkan dengan normal,
dio selalu berada di samping sania. Sania dan dio mendengar suara bayi menangis,
mereka langsung berpelukan.
Bernostalgia dengan dia
OLEH : AHMAD SYAMSUDIN

Setiap orang pasti pernah mengalami yang namanya jahih onta. Oh ya aku baru
menyadari bahwa jatuh cinta itu lebih baik dan pada jatuh kesumur lubang buaya.

Perasaan jatuh cinta untuk yang pertama kalinya memang bikin menyiksa danselalu saja
membuat jantung berdegup kencang, entah tu melihat orang yang dicinta maupun ketika
memikirkannya.

Bagaimana sih rasanya jatuh cinta pada pandangan pertama? Seperti in kare-kis

cerita cinta pada pandangan pertama.

Namaku Adin seorang yang biasah-biasah saja tidak menarik dan tidak membikin tertarik
tapi kalau aku sudah menunjukan kejantananku siapa wanita yang tidak mual melihatnya.
Aku mengenal Di sewukhi Masa Quentasi Sekolah di SMP duk Pertama kali aku
mengenalnya sewaktu pembagian kalas oleh ibu guru wek kelas.

Aku dan Dia secara tidak sengaja dhempatkan dalam satu kelas, satu meja,
satubangku.miris memang sekolahanku dulu. tapi. Pada saat itulah aku mulai berkenalan
dengan dia seseorang dengan bibir tipis yang dibalut dengan air liur tatpanya

tajam seakan akan siap untuk menerkam.

Pertama kali aku mengenalnya ada perasaan aneh,tidak biasa perasaan yang aku tidak
tahu namanya. Pada waktu tu kami memang tidaklah terlalu akrab Aku mulal masuk di
ekskul pingpong sementara Dia masuk di ekskul basket

Dia dulunya tidak seanggun sekarang. Akan tetapi pada waktu kelam 3, Dia bak penyihir
yang dapat menyihir perasaanku Dia telah menjadi wanita yang anggun dan mempesona
di mataku.

Dia bukanlah sosok Srikandi dalam pewayangan yang luar biasa hebatnya. Dia hanyalah
seorang Dia, wanita yang masih saja suka mendesah suka usil dan kadang juteknya luar
biasa.

Banyak laki-laki di sekolah yang menaruh hati padanya. Aku sendiri bahkan merasa

risih dengan pandangan mereka.

Akan tetapi Diaa seakan tidak peduli dengan mereka. Dia hanya mau menjadi dirinya
sendiri tanpa memperhatikan mereka.
Aku sendin tidak tahu pasti sejak kapan perasaanku in tumbuh pada Dian Setiap kali aku
berdekatan dengan Dia. rasanya jantungku berdegup dengan kencang dan bahkan
membuatku salah tingkah di depannya dan didepan ibunya.

Aku sendin sering dengan nada bergurau menyatakan perasaanku kepadanya. Pemah
pada waktu kelas 2 SMP aku utarakan perasaan suka atau cinta kepadanya dan Dia
ternyata juga memiliki perasaan yang sama. Sama sama bergurau

Selama 3 tahun mengenalnya aku selalu bersyukur Setiap kali aku melihat sorot

kedua matanya. Dia selalu terlihat ramah dan memiliki senyum yang manis dengan
lesung pipi yang tergores indah di wajahnya.

"Adin. pulang sekolah makan bareng yuk" ucapnya. Aku tersadar dari lamunanku

selama melihat diaa latihan basket. Dan Deg, jantungku terasa berdegup lebih copat Disa
memang sangat dekat dengan ku Hampir selama 3 tahun selama di SMP, hampir semua
kegiatan ia

melewatinya bersamaku

Akan tetapi mengapa ajakan makan bersama Diaa sangat berefek besar terhadap

jantungku? Aku sudah menduga duga mungkin inilah yang dinamakan jatuh cinta
Pesona Emak Emak Indonesia
OLEH : Agus Ainul Yakin

Orangtua, ibu terutama, tidak akan pernah senang melihat anaknya menganggur.
Menganggur yang kumaksud disini bukannya tidak memiliki pekerjaan tetap yang
menghasilkan uang. Tapi menganggur dalam arti, hanya di rumah saja dan tidak
melakukan pekerjaan apa-apa.

Entah kenapa, ibu selalu datang disaat yang tidak tepat. Ketika anak kebetulan sedang
tidak melakukan apa-apa, ibu akan datang dan berkata “punya anak nggak ngerti kerjaan!
gak bisa bantu apa-apa! Semua-mua disini mama, apa-apa mama!”. Ketika anak sedang
bekerja, sepertinya ibu sedang berbelanja, ke Pluto. Padahal jika mau dilihat dengan
seksama, rumah sudah beres dan tinggal tidur saja.

Saat ibu tidak ada, si anak ini sudah merasa melakukan kewajibannya. Mulai dari
menyapu, mengepel lantai, mencuci piring, mengangkat jemuran, menyiram tanaman,
mengelap meja dan pajangan, bahkan membersihkan sarang laba-laba di pojokan (tempat
paling kecil kemungkinannya untuk dilihat). Semua sudah diusahakan untuk dibersihkan.
Semua dipastikan sudah dikerjakan. Tapi masih saja ada yang lolos dari perhatian.

Entah mengapa selalu ada pekerjaan baru ketika ibu tiba. Padahal tadinya semuanya
sudah selesai dan baik-baik saja. Dari kalender yang belum dibalik, sampai anak kucing
tetangga belum disekolahkan jadi masalah baru jika berhadapan dengan ibu.

Terkadang di kesalahan yang sama, akan berbeda jadinya jika ibu yang melakukan
dengan jika anggota keluarga lain yang melakukan. Contohnya, adik menendang gelas di
lantai, ibu akan muncul entah dari mana (perasaan tadi tidak ada) sambil mengacungkan
kemocengnya dan berkata “jalan tuh pakai mata! tahu ada gelas di sana, tapi tetap
ditendang juga!”. Coba jika ibu sendiri yang menendangnya, kalian tahu bagaimana
responnya? Mari kita menerka-nerka. Hmm, kira-kira seperti ini jadinya, “siapa yang
naruh gelas disini? Gelas tempatnya bukan di sini! Kakak, coba tumpahan ini
dibersihkan, main hp teross! Adik, gelasnya dikembalikan dan dicuci sekalian, jangan
lari-larian terus kerjaannya! Ayah, jangan jadi patung kura-kura di pojok sana!”. Satu
keluarga bisa kena semprot semua. Padahal si ayah dan si kakak tidak tahu apa-apa. Si
adik juga tidak sengaja. Dan kadang yang lebih miris lagi, ternyata ibu sendiri yang
meletakkan gelasnya di sana, di tempat yang ‘katanya’ tidak seharusnya.

Bicara tentang emak-emak, nampaknya akan ada banyak hal yang bisa dibayangkan,
maupun yang tidak akan pernah terbayangkan. Sen kiri belok kanan, adalah salah satu hal
yang sudah mendapatkan perhatian di seluruh dunia. Emak-emak Indonesia, galaknya
melebihi macan dan singa. Kebanyakan orang tidak ingin terlibat masalah dengannya,
mending cari aman saja. Bahkan banyak juga yang setelah menikah, kasusnya malah
suami yang takut dengan istrinya. Mungkin takut tidak akan dikasih… makan xixixi.

Tapi meskipun begitu, ibu adalah orang yang paling berjasa di seluruh dunia. Ya meski
bukan sungguhan untuk dunia, tapi untuk keluarga. Karena bagi seorang ibu, keluarga
adalah dunianya yang harus dijaga kesehatannya, keutuhannya, kedamaiannya. Sayangi
ibu sepenuh hati, sebagaimana dia menyayangi kita dengan segenap jiwa dan raga.
Masalah sifat-sifat yang menjengkelkan, nyatanya bukan hanya ibu saja yang demikian.
Semua manusia memiliki sifat menyebalkan dalam dirinya, hanya saja sisi yang
menyebalkan itu dalam diri tiap orang berbeda-beda. Juga tergantung kondisi, situasi, dan
posisi.

“Riii, serbetnya kok belum dicuci??”


Ahh itu ibuku, memanggil dari dapur. Serbet compang-camping yang telah menemaninya
masak bertahun-tahun sudah kusuruh untuk dibuang saja, tapi tidak mau. Katanya, “ini
masih bagus kalau dicuci. Kamu sih, jorok!”. Lagi-lagi aku lagi. Ya sudah, aku akan
mencucinya sekarang sebelum dunia terlanjur kiamat.
SI BOCAH TENGIL
OLEH : AHMAD BADY

Adalah hari yang begitu menyebalkan bagi Tara yang masih terus mengumpat sepanjang
perjalanannya menuju kamar lelaki tengil itu. Sangat disayangkan bahwa makhluk
menyebalkan itu adalah adik kandungnya. Wajahnya sangat tidak sebanding dengan
tingkah lakunya. Ia benar-benar tak habis pikir dengan kelakuan si Tengil yang benar-
benar tengil itu. Sebenarnya Nyonya Nirina Handoyo yang cantik ngidam apa sih, sampai
lahir anak yang tengilnya ampun ampunan begitu?
"Eh, Tengil! Lo tuh bener-bener, ya! Kenapa lo tolak tawaran itu tanpa pemberitahuan ke
gue dulu?!" Tara berteriak ketika berhasil membuka kasar pintu kamar laki laki paling
menyebalkan yang pernah ditemuinya.

Daniel Bagaskara Handoyo hanya menatap malas pada kakaknya yang cerewet dan
kemudian asyik melanjutkan menatap ponsel di tangannya. Tara yang geram atas tingkah
sang adik, segera masuk ke dalam kamar lalu memukul kepala si Tengil yang sedang
berselonjor di atas kasur.

"Woy! Apaan sih, lo!" Daniel meringis mengusap kepala. "Kenapa lo tolak tawaran itu,
Tengil? Sebelumnya lo udah setuju mau ambil film ini. Terus sekarang apa? Lo seenak
jidat nolak tanpa konfirmasi dulu sama gue?!" Suaranya semakin mengeras ditambah
kedua tangannya yang kini berkacak pinggang turut menyampaikan betapa murkanya
perempuan berambut sebahu itu.

Bertahan dengan ekspresi santainya, Daniel membalas, "Gue nggak nolak film itu. Gue
cuma nolak lawan mainnya."

Tara menarik napasnya dalam. Ia tahu, ia takkan pernah menang berdebat dengan Daniel
karena tak pernah mengerti jalan pikiran adiknya yang tengil itu.

"Lo tenang aja, Mas Harri bilang dia akan ganti lawan main gue. Makanya sebelum
marah-marah, konfirmasi dulu kebenarannya sama gue," kata Daniel lagi.

"Tapi udah tiga orang yang lo tolak. Harri sendiri yang bilang sama gue kalau aktris
keempat ini masih nggak cocok sama lo, lo mau nolak film itu," balas Tara langsung.
"Berarti dia harus kerja lebih keras untuk dapetin lawan main yang cocok sama gue."

Tara terperangah tak percaya. Bagaimanabisa laki-laki itu menjawab dengan begitu
santai?

Lagi, wanita 30 tahun itu mengembuskan napasnya, mencoba untuk tetap tenang dan
bersabar. "Terserah! Gue nyerah menghadapi orang tengil macam lo!"

Seharusnya Tara tidak usah heran. Ini bukan sekali-dua kali Daniel bertingkah
menyebalkan seperti ini. Hampir 6 tahun menjadi manajernya, Tara selalu berada di
kondisi seperti ini saat ada tawaran proyek dan Daniel yang selalu tidak cocok dengan
lawan mainnya. Laki-laki tengil itu susah lain. sekali cocok dengan orang.

Bukan hanya banyak tidak cocok dengan lawan main, Daniel juga sering tidak cocok
mengenai asisten ataupun supir yang Tara pilihkan untuknya.

Omong-omong asisten....

"Terus juga, kenapa lo pecat Karina?!" Kekesalan yang baru saja Tara coba tekan, kini
muncul lagi ke permukaan saat wanita itu teringat mengenai Karina-asisten Daniel entah
keberapa yang laki-laki itu pecat seenaknya padahal baru beberapa hari kerja.

"Karena gue nggak suka. Dia terlalu banyak ngatur dan terlalu ganggu."
"Terus gue harus cari asisten lo ke mana lagi? Ini udah orang keempat selama satu bulan
yang lo pecat!" Tara terlihat semakin murka. "Lo itu kebiasaan ya, sama aja kayak
kerjaan, lo juga kenapa sih seneng banget mecat asisten seenak jidat? Nggak pakai
bilang-bilang dulu lagi."

Daniel hanya mengedikkan bahunya, masih santai dengan ponsel di tangan. Tara kembali
menggeram dan memutuskan keluar dari kamar adiknya itu, tidak lupa untuk
membanting pintu dengan kasar. Daniel benar-benar gemar sekali membuat kepalanya
nyut-nyutan.

Peribahasa padi benar-benar tidak berlaku untuknya. Lihat saja kelakuannya sekarang.
Mentang-mentang saat ini kariernya sedang di atas dan punya penggemar berlimpah,
sikap sombongnya makin menjadi-jadi. Ditambah lagi, sikap pengatur dan seenaknya
sendiri juga tak berkurang sedikit pun. Justru semakin bertambah.

(*_*)

"Sasa, Papa kan sudah bilang, jangan terlalu banyak baca novel. Lihat nilai matematika
kamu? Selama Papa sekolah, tidak pernah Papa dapat nilai sekecil ini!""

Mau jadi apa kamu masuk IPS? Lihat Nana! Nilai rapornya bagus-bagus, dari SD selalu
jadi juara umum. Kamu ini bisanya apa sih, Sa? Sudah! Papa yang akan atur supaya
kamu masuk IPA."

"Papa tidak mau kamu masuk Sastra. Setidaknya kalau kamu tidak lolos di kedokteran,
kamu bisa masuk jurusan lain yang lebih bagus." "Apa kamu tidak bisa belajar lebih
rajin? Kamu tidak malu dapat IPK sekecil ini? Lihat Nana, nilainya selalu menjadi
kebanggaan Papa. Kapan kamu bisa menjadi kebanggaan Papa juga, Sa?"

"Nana sudah mau selesai kuliahnya. Kamu kenapa masih jalan di tempat, Sa? Ngapain
saja kamu selama kuliah?"

Clarissa Area Putri Prasetya masih asyik berlayar dalam lamunannya mengingat masa
lalu. Masa lalu yang tidak berubah hingga sekarang, di mana dirinya selalu menjadi
santapan lezat papanya yang gemar marah-marah dan membandingkannya dengan
saudara kembarnya sendiri, Clarinna. Sudah sejam lebih ia berdiri di balkon kamarnya
merasakan sepoiangin yang membelai kulit. Tapi tetap saja, pikirannya belum bisa lepas
dari bayang-bayang sang papa ketika sedang memarahinya. Bahkan telinganya masih
panas karena Papa kembali menyemburkan amarahnya. Persoalannya masih sama,
Clarinna yang hebat dan Clarissa yang payah.

Kenapa sih, Papa menyebalkan? Kenapa juga dia harus selalu dibandingkan dengan
saudara kembarnya sendiri? Walau tidak diberitahu pun Clarissa tahu, dia tak pintar
seperti Clarinna. Walaupun mereka kembar, mereka adalah dua manusia yang berbeda
pikiran. Lalu, papanya yang pengatur itu selalu menuntutnya agar bisa seperti Clarinna.
Dari mulai sekolah dasar, Clarissa bukanlah murid yang cerdas, tapi Farhan Prasetya-
papanya, selalu menuntutnya untuk secerdas saudara kembarnya. Setiap pengambilan
rapor, Papa akan tersenyum melihat nilai Clarinna kemudian terlihat murka saat melihat
nilai Clarissa. Berlanjut sampai SMP dan ia masih tidak bisa menyamai kepintaran
Clarinna. Padahal, jadwal lesnya lebih banyak dari Clarinna. Namun tetap saja, Clarissa
tak bisa mengejar Clarinna.
Lalu saat SMA, Clarinna yang cerdas tentu saja dapat memasuki jurusan IPA, sedangkan
Clarissa dapat jurusan IPS. Sebenarnya tak ada yang salah dengan jurusan IPS, toh
Clarissa memang tak berminat masuk jurusan IPA. Ia tak bisa membayangkan berapa
banyak asap yang akan keluar dari kepalanya saat menghafal rumus fisika dan kimia,
apalagi menghitung matematika. Bisa-bisa rambutnya beruban sebelum waktunya.

Tapi, si Papa yang memegang kendali itu terus mengomelinya sampai-sampai menyogok
sekolahnya agar ia dapat masuk jurusan IPA. Huh! Betapa menyedihkannya menjadi
Clarissa.

Bahkan ketika memasuki perguruan tinggi, papanya menuntut agar Clarissa masuk
kedokteran seperti Clarinna. Namun apa daya, otaknya tak sehebat itu untuk memasuki
jurusan kedokteran. Hell! Ia tak pernah bermimpi menjadi dokter. Menghafal anatomi
tubuh manusia saja bisa sampai berbulan-bulan, bagaimana jika harus menghafal yang
lainnya? Benar-benar beruban dia. Satu-satunya hal yang bisa Clarissa hafal dengan cepat
hanya isi novel yang dia baca dan bumbu-bumbu dapur.

Alhasil, Clarissa merengek dan menangis pada papanya agar mengizinkannya memasuki
jurusan sastra. Sedari kecil,ia bermimpi menjadi seorang penulis terkenal dan banyak
membubuhkan tanda tangan pada setiap bukunya. Clarissa pencinta kisah roman dan
selalu memiliki imajinasi liar tentang kisah romantis. Namun, keinginannya gagal karena
si Tuan pengatur itu tak mengizinkannya dan malah menyuruhnya mengambil jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Clarissa kesal setengah mati tapi tak punya pilihan lain
dan tetap menjalaninya. Itu lebih baik daripada harus mengambil jurusan Pendidikan
Biologi.
Hampir tiga tahun berstatus mahasiswa, kini Clarissa sudah memasuki semester 7.
Kepalanya tambah berasap karena jurusan yang diambilnya tak semudah yang ia
pikirkan. Ditambah lagi, si Papa yang kerap memarahinya karena IPK-nya yang kecil. Itu
bukan keinginannya! Ia pun tak ingin menjadi anak yang bodoh. Clarissa ingin seperti
Clarinna yang cerdas dan selalu menjadi kebanggaan keluarganya. Ia telah berusaha
menjadi seperti Clarinna walaupun sangat berat menjalaninya.

Kini Clarissa benar-benar pada batas kesabarannya. Di rumahnya sedang mengadakan


pesta kecil-kecilan untuk merayakan kelulusan Clarinna yang baru saja diwisuda tadi
pagi. Clarinna memang wisuda lebih dulu karena ketika SMA, Clarinna loncat dari kelas
1 langsung ke kelas 3-dia masuk kelas akselerasi. Awalnya, Clarissa berada di tengah
tengah pesta itu. Tapi memutuskan naik ke kamarnya setelah Papa mulai membanding-
bandingkan dirinya dengan Nana.

Berbeda dengan Clarissa, Clarinna menyukai keramaian. Teman-temannya sekarang


sedang memenuhi lantai satu rumahnya tempat pesta diadakan. Meski hanya pesta kecil
kecilan, tapi makanan yang tersaji tidak tanggung-tanggung. Segala jenis makanan manis
seperti macaroon, tart, dan berbagai jenis cake lainnya yang menjadi makanan kesukaan
Clarinna tersaji di sana. Bahkan gerobak es krim dan segala jenis minuman bersoda turut
memenuhi lokasi pesta.

Sebenarnya saat ini Clarissa tengah kelaparan. Perutnya meronta minta diisi. Saat dia di
bawah tadi, Clarissa tidak sempat menyuapkan makanan ke dalam mulutnya karena Papa
keburu membuka pembicaraan mengenai IPK-nya yang buruk, dan Clarinna yang tengah
meraih kesuksesan. Inginnya Clarissa berada di dalam kamar sampaiSaat dia di bawah
tadi, Clarissa tidak sempat menyuapkan makanan ke dalam mulutnya karena Papa keburu
membuka pembicaraan mengenai IPK-nya yang buruk, dan Clarinna yang tengah meraih
kesuksesan. Inginnya Clarissa berada di dalam kamar sampai pagi, tapi kalau ia pingsan
karena kelaparan bagaimana?
Mengendap-endap di tengah pesta yang ramai menuju tempat makanan adalah jalan yang
akan dilaluinya. Clarissa mulai melangkahkan kaki keluar dari kamar. Perlahan-lahan
menuruni tangga melewati balon-balon hijau muda warna kesukaan Clarinna-yang
menghias rumahnya dengan cantik. Sampai pada anak tangga terakhir, Clarissa terpaksa
menyembunyikan tubuhnya saat telinganya menangkap suara Papa, Clarinna, dan orang
lain tengah berbicara.

"Nana sudah ada planning untuk ambil spesialis nanti?" Suara Papa adalah yang pertama
kali Clarissa dengar dari tempat persembunyiannya.

"Sebenarnya Nana belum punya rencana ambil spesialis, Pa. Lagian Nana baru aja lulus
S1. Masih ada beberapa tahap lagi untuk lanjut spesialis. Nana mau cari tau dulu, kira-
kira minat Nana ada di mana," iawab Clarinna.

"Ya sudah tidak apa-apa. Nanti jangan lupa kasih tahu Papa kalau Nana sudah punya
pilihan. Kalaupun Nana mau lanjut spesialis ke luar negeri, Papa akan dukung."

"Nana nggak mau di luar negeri, Pa. Nana mau di sini aja, biar bisa temani Papa."

"Loh kenapa? Papa tidak masalah berdua dengan Clarissa di rumah. Lagi pula masih ada
Bibi."

"Tapi tetap aja, Papa kan udah mulai tua, Nana nggak mau jauh dari Papa."
"Nana tidak usah khawatirkan tentang itu. Papa bisa merawat diri Papa sendiri."

"Papa kamu benar, Na. Lagi pula Tante akan sering berkunjung untuk memantau
kondisinya." Telinga Clarissa menangkap suara lain selain suara Papa dan kembarannya.

Suara lain itu adalah suara yang membuat Clarissa tak jadi melanjutkan langkahnya
mengambil makanan. Suara yang menawarkan jurusan kuliah yang tidak Clarissa
inginkan pada papanya hingga ia tak bisa memilih hidupnya sendiri dan terjebak dalam
jurusan yang sangat tak disukainya. Memilih naik kembali ke lantai atas menuju
kamarnya, Clarissa langsung mengubur dirinya dalam selimut.

Sial! Clarissa belum memiliki rencana mengenai tempat yang akan ditujunya sebagai
tempat pelarian diri. Kini dirinya seperti orang linglung yang berjalan mondar mandir di
depan loket. Clarissa bingung dan tidak punya tujuan. Tapi setidaknya, Clarissa harus
segera melarikan diri.

Clarissa mengambil ponsel dari saku celananya,mengusap layar dan mencoba berpikir
matang mengenai tempat yang akan ditujunya untuk melarikan diri. Kira kira ke mana
enaknya? Dulu, Clarissa sempat berpikir untuk kuliah sastra di Jakarta. Namun hal itu
tidak pernah terlaksana karena Papa lebih dulu menentukan jurusan kuliahnya. Apa
sebaiknya Clarissa ke Jakarta saja? Biarpun tidak tahu apa yang akan dilakukannya di
sana, setidaknya Clarissa bisa mewujudkan salah satu impiannya untuk tinggal di Jakarta
bukan?

"Mas, tiket satu ke Jakarta, ya." Clarissa tersenyum dengan senang sembari memesan
tiket pada penjaga loket.
"Satu tiket ke Jakarta. Dua puluh menit lagi busnya berangkat ya, Mbak." Penjaga loket
menyerahkan tiket yang Clarissa terima dengan senang hati.

Memasuki bus dan duduk dengan manis, Clarissa menyalakan ponselnya, mengetikan
beberapa pesan untuk Mas"Satu tiket ke Jakarta. Dua puluh menit lagi busnya berangkat
ya, Mbak." Penjaga loket menyerahkan tiket dengan senang hati. yang Clarissa terima

Memasuki bus dan duduk dengan manis, Clarissa menyalakan ponselnya, mengetikan
beberapa pesan untuk Mas Arion, sepupunya. Lelaki yang sejak kecil selalu mengepang
rambut Clarissa itu adalah satu-satunya orang yang mau mendengarkan segala celotehan
serta keluh kesahnya. Arion jugalah orang yang selalu mendukung Clarissa melakukan
apa yang gadis itu sukai dan tidak pernah membandingkannya dengan saudara
kembarnya sendiri.
Dia istimewa
OLEH : NUR FARIDA

“ Dia laksana pelangi


Yang kehadiranya selalu di tunggu-tunggu dan hadirnya tak akan menjumpai titik temu
Dia istimewa
Se istimewa islam memulyakan
Nama yang di sematkan padanya”

“ hana mau lanjut kemana sayang?” tanya mama


“emm.. terserah mama sama papa aja” jawabku asal
“kalau papa sih pingin kamu masuk jurusan kedokteran”
“kalau mama ?” tanyaku pelan
“kalau mama sama seperti papa”
“ya udah terserah mama sama papa”

Aku tersenyum simpul mengingat berapa betapa Sebenarnya aku tidak menyukai jurusan
yang dipilih kan Papa, Namun nyatanya aku telah berhasil menyelesaikan pendidikan
Terpaksa aku hari ini dan di hari yang sama keinginan papa akan menjadi realita.
“SYAKIRA HANA FALICHA putri dari Dr.Aryan alamat jl.pegangsaan timur no.56
jakarta”.
Aku menarik nafas panjang, berjalan pelan menuju podium guna mengambil sertifikat
kelulusan.
“papa sudahkah hana membuat papa bangga?” gumamku.
Fotoku telah berhasil di abadikan. Aku beranjak menuruni podium, serta merta aku memeluk
erat papa dan mama.”selamat sayang” ucap keduanya
“ya..” jawabku pelan bersamaan dengan air mata keharuan.

2 bulan kemudian Namaku ku telah terdaftar dalam jajaran nama-nama dokter bedah yang
bertugas di rumah sakit ternama di Jakarta.
“mama apakah hana sudah membuat mama bangga?” gumamku

Jam 00:00
Drrrttt drrrtttt drrrtttt
Aku terbangun, tanganku meraba-raba sekitar mencari benda kecil yang sedari tadi bergetar.
Setelah kutemukan, aku Menatap layar handphone ku heran “untuk apa pihak rumah sakit
meneleponku tengah malam?” batinku, aku segera mengangkatnya.
“halo” sapaku
“dok, maaf menganggu waktu anda”
“ya ada apa?”tanyaku
“genting dok, ada korban kecelakaan yang harus di oprasi sekarang”
“loh, bukanya sekarang jamnya dokter andi?”tanyaku panik
“dokter andi sedang di luar kota dok”
“ya sudah siapkan alat-alat operasinya sekarang, 7 atau 10 menit lagi saya sampai di sana”.
Panggilan langsung Ku butuh secara sepihak tanpa membuang-buang waktu aku segera
membasuh muka dan langsung menyambar kunci mobil di atas nakas titik aku mengendarai
mobil dengan kecepatan 2 km / jam mengingat jarak rumahku yang lumayan jauh dari rumah
sakit Aku tak peduli kan lagi lampu lalu lintas yang berwarna merah yang terpenting
sekarang adalah ada nyawa manusia yang harus diselamatkan. Tepat di menit ke 10 aku
sampai di ruang operasi.
“dia kenapa?” tanyaku dengan nafas terengah-engah.
“ada serpihan kaca yang menancap di perutnya dok, bahkan sebagian ada yang mengenai
kepalanya”
“baik” ucapku pelan.
Segera ku kenakan baju operasi yang telah di siapkan “ya alloh selamatkan nyawanya”
pintaku di tengah usahaku melalukan operasi dengan sempurna. “tempatkan dia di ruang
pemulihan dan pantau terus perkembangan kondisinya” titahku mengakhiri operasi ini.

Sejarah itu asisten ku selalu membawa data mengenai kondisinya. Darinya pula aku
mengetahui bahwa keluarga pasien yang tengah kutangani kali ini adalah keluarga pesantren
“hahaha Andaikan aku bisa merasakan euforia Pesantren seperti mereka juga”. 4 hari
menjalani perawatan condition yang berangsur-angsur membaik, di hari kelima aku
memeriksa sendiri keadaannya untuk memastikan Apakah dia sudah benar-benar pulih atau
masih perlu perawatan. Sesaat setelah memasuki ruangan nya aku terkejut melihat betapa
banyak orang yang ada di ruangan itu, Semua mata memandang ku. “ Permisi, saya dokter
Hana, Saya hendak memeriksa keadaan pasien”
“ oh iya dok silahkan” ucap seorang perempuan paruh baya dengan senyum, aku membalas
senyumnya dan langsung berjalan menuju brankar pasien yang ku ketahui bernama
Ramadhan.
“bagaimana dok?” tanya perempuan paruh baya tadi.
“kondisinya sudah stabil, hari ini pasien sudah bisa pelang tapi tetap rutin minum obat,
makan yang teratur dan 2 minggu lagi di bawa kesini untuk check up”
“ oh begitu ya sudah dok makasih banyak” aku mengangguk singkat dan tersenyum. Saat
hendak beranjak perempuan itu menahan tanganku.
“ngomong-ngomong rumah dokter di mana?”
“rumah saya di jl.pegangsaan timur no.56”
“oh iya iya” ibu itu mengangguk-mengguk kan kepalanya dan memandangku dari atas ke
bawah.
“permisi bu” ucapku setelah beberapa detik terdiam.

Sejak hari itu aku tak pernah bertemu dengan sosok Ramadhan tapi Entah kenapa di
pikiranku selalu terngiang sosoknya. Bahkan hingga saat itu tiba..
“hana kamu akan papa jodohkan dengan anak dari rekan bisnis papa”
“............”
“hana mau?”
“kalau itu keinginan papa sama mama hana siap” ucapku pelan
“makasih sayang” ucap mama seraya memelukku.
“aku masih terngiang sosoknya” aku berkata dalam hati.

2 hari kemudian...
“tok tok tok”
“hana.. tolong bukakan pintunya sayang” teriak mama
“iya ma” aku beranjak menuju pintu dan tepat saat pintu terbuka aku hanya bisa tersenyum
kaku.
“nak, hana” sapa orang itu
“ah iya, silahkan masuk bu” sambutku ramah
“orang tuanya ada?” aku semakin gemetar
“ada” jawabku pelan “sebentar saya panggilkan” aku memanggil papa dan mama. Mereka
berdua lantas menemui tamu tersebut yang tiada lain adalah Ramadhan dan orang tuanya.
“maaf ini dengan siapa dan dari mana?” tanya papa
“saya arif dan ini istri saya aini yang itu putra saya ramadhan, kedatangan kami ke sini untuk
melamar putri anda, hana”
“maaf, putri kami telah di jodohkan mungkin bulan depan pernikahan mereka akan di
langsungkan” jawab papa tegas.
Aku terisak dalam diam, perlahan tubuhku meluruh ke bawah bersandarkan dinding yang
memisah antara aku dan ruang tamu yang sepi. Lantas terdengar suara memecah keheningan.
“ya sudah kalau begitu kami sekeluarga pamit, mohon maaf atas kelancangan kami”
“ya.. kami juga minta maaf”jawab mama dan papa bersamaan.

“Dia istimewa
Se istimewa islam memulyakan
Nama yang di sematkan padanya
Namun sayang, keistimewaanya

Bukan untuk mengistimewakanku”

Mahreen shafana Al mahyra

OLEH : NUR HAYATI


Tak pernah di bayangkan sebelumnya bahwa hari ini menjadi hari yang paling menyakitkan
dalam kehidupan mahreen shafana Al mahyra yang biasa di panggil safa,seseorang yang begitu
cantik,mata yang kebiruan,berkulit putih mulus,bibir tipis dengan kemera merahan,gigi yang
begitu rapi.Bagaimana tidak lelaki yang dia cintai Selama 7 tahun dalam diam akan mengkhitbah
wanita lain yaitu malika nufa assifa yang tidak lain adalah kakaknya sendiri,ahmad alzam amani
adalah seseorang yang selama 7 tahun itu safa pinta pada tuhan dengan paksa,seseorang yang
pertama kali safa temui di pondok pesantren darul musthofa di kediri,pada saat itu safa yang baru
mondok disana sekitar 1 mingguan di ajak oleh kakak nya yang sudah duluan mondok 2 tahun
sebelum nya,nufa mengajak safa untuk berbelanja di luar pesantren untuk perlengkapan mereka
beberapa bulan ini,saat mereka berjalan menuju toko,safa mendengar suara laki laki yang sedang
mengaji di suatu masjid yang dekat dengan tokoh itu,suara yang begitu lembut,indah di
dengar,entah siapa pemilik suara itu tapi bisa safa pastikan safa jatuh cinta pada suara itu,tak
lama dari itu mereka kembali ke pesantren,hingga waktu sore nufa dan safa bersiap siap untuk
pergi ke masjid untuk menghadiri pengajian disana,setiap hari senin semua santri memang di
perbolehkan untuk keluar pesantren untuk menghadiri pengajian,yang biasa di isi oleh seorang
santri putra juga dari pondok pesantren darul musthofa.

Sesampainya di pesantren safa dan nufa memilih tempat untuk bisa mereka tempati selama
pengajian,safa juga sudah mempersiapkan buku dan pena untuk mencatat materi yang perlu
untuk di catat,saat safa sibuk mencoret coret buku nya safa dikejutkan dg suara salam dari salon
masjid,suara yang begitu safa hafal,suara yang membuat safa jatuh cinta

“Apakah dia pemilik suara itu,benarkah dia” berisik safa pada dirinya sendiri.

Ahmad alzam amani katanya saat memperkenalkan diri,lelaki berbadan tegap tinggi,putih,hidung
yang mancung,bibir yang kemerahan dan alisnya yg tebal yang memiliki mata begitu indah

“Ustad alzam,ya allah,ustad alzam itu emang gak pernah berubah,udah ganteng,pinter,sholeh
lagi,dan masih jomblo”
Bisik ita pada safa,ya ita adalah teman akrab nufa “ohh kakak mengenalnya” tanya safa yang
ingin lebih tau tentang lelaki itu

“Siapa sihh yang gak tau ustad alzam,udah kesayangannya kyai,pakarnya ilmu,ustad
tertampan,masih jomblo lagi” jelas ita

“Emang orang mana kak” tanya safa kembali untuk lebih tau tentangnya

“Ustad alzam itu orang jakarta juga sama sepertimu dan katanya ustad alzam itu putra dari kyai
besar di jakarta,coba kamu fikirin kurang apa cobak ustad alzam itu,udah memenuhi kereterial
4,sholeh,ganteng,dari keturunan orang sholeh,harta apalagi,tahun kemaren aja kyai sama bu nyai
diajak haji sama ustad alzam,dan itu pakek uangnya sendiri tampa minta ke orang tuanya
terus.....”

“Hyy jangan berisik,dengerin pengajian,jangan malah ngobrol sendiri”

Pembicaraan mereka terhenti saat nufa menegur mereka karna berisik saat ceramah di mulai.

Bukan pada saat itu saja safa kembali bertemu dengan alzam saat alzam menuntun kyai untuk
ke area santriwati dikarenakan ada wisuda Tahfidzul Qur’an yang di hadiri keluarga dalem dan
para wali santri “tuhan tak pernah saya pinta paksa siapapun kecuali dia yang telah saya cintai
tampa siapapun yang tau kecuali dirimu” bisik safa

“Dek” sapa nufa yang membuyarkan lamunan safa “ada abi ummah dan kak fahri”

Fahri adalah kakak pertama safa,mendengar itu safa begitu bahagia langsung berlari ke abi
ummah dan meninggalkan nufa,safa langsung memeluk abinya “abiiiii,safa kangen” kata
safa,safa memang putri abi dan ummah yang seperti anak kecil,begitu manja “udah berapa juz
hafalannya” tanya abi,pertanyaan yang tidak pernah abi lupakan setiap menjenguk putri putrinya
di pesantren “ahhh abi itu itu saja pertanyaannya”

“Lahh kamu gak naik naik hafalannya itu itu aja”

“Abi tau dari mana” tanya safa penasaran

“Yaaa dari kakak mu lahh” jawab abi,safapun melirik nufa dan nufa tersenyum manis pada safa
“sudah sudah ayooo acaranya mau mulai” kata ummah
Safa berada di tengah tengah abi dan umminya sedangkan nufa berada di samping fahri,mereka
menikmati acara itu,sedangkan safa malah melihat alzam yang dari tadi duduk di sebelah kyai.

Tak disitu saja safa juga bertemu alzam yang kesekian kalinya pada saat itu safa sedang
menakrol al qur’an di pohon sebelah dalem karna menurutnya disana tempat yang tenteram,saat
safa sedang sibuk dengan al qur’annya sambil menutup matanya tiba tiba ada suara yang
menggangunya

“Mbak,mbak”

Safa pun membuka matanya,safa benar benar kaget saat yang ia lihat adalah seseorang yang dia
cintai

“Ha iya kak ada apa” jawabnya sopan

“Boleh minta tolong,tolong gandeng bu nyai sampai ke mobil,soalnya gak ada yang perempuan
di dalem,sedangkan bu nyai mau periksa,nanti mbak ikut yaa,buat megangin bu nyai nanti kalau
sudah sampai dirumah sakit” jelas alzam

“Iyaa kak,sebentar saya taro al-qur’an saya dulu” safapun berlari pelan,tak lama dari itu safa
mengikuti alzam dari belakang sampai ke dalem,sesampainya di dalem safa dengan perlahan dan
sopan menggandeng bu nyai sampai ke mobil,saat bu nyai sudah duduk safa pun masuk duduk
disebelah bu nyai,di perjalanan tidak ada obrolan hingga pada akhirnya bu nyai membuka
obrolan

“Kamu siapa duk namanya” tanya bu nyai pada safa

“ Saya safa nyai” jawab safa dengan sopan

“Ohhh adiknya nufa” tanya bu nyai kembali

“Engge” jawab safa sambil menunduk,bu nyai memang lebih mengenal nufa dari pada safa karna
nufalah yang lebih lama mondok dan nufa juga sering bantu bantu dalem.
Tidak ada pembicaraan apapun sampai mereka semua kembali pulang saat safa mengantar bu
nyai ke kamarnya bu nyai sempat mendoakan safa

“Dang mari qur’annya yaa duk,semoga mendapat laki laki yang soleh”

“Aminn”jawab safa perlahan,tampa tau yang dibayangkannya adalah alzam.

****

Yaa tak pernah di bayangkan bahwa sekarang adalah hari pertunangan nufa dengan laki laki
yang ia cintai dengan diam dalam waktu 7 tahun,safa benar benar menyembunyikan lukanya
dengan sempurna sampai keluarganya pun tak mendapatkan ke terlukan dalam wajah safa walau
hatinya begitu hancur,safa duduk disebelah nufa yang sudah di dadan sederhana oleh safa
sendiri,safa duduk disebelah nufa yang sedang menunggu kedatangan keluarga alzam yang akan
datang beberapa menit lagi sambil mendengarkan cerita nufa saat pertama kali kenal dengan
alzam.

Tidak pernah merasa sesakit ini dalam kehidupan safa,untuk pertama kalinya safa mendapatkan
luka yang sedemikianya,safa ingin membenci tapi pada siapa dia harus membenci kalau bukan
pada dirinya sendiri karna telah begitu berharap pada laki laki yang belum tentu jodohnya.

Tak terasa air mata safa menetes perlahan saat ia mendengar seksama cerita alzam yang dg
lembutnya meminta nufa menjadi istrinya

“Dek kenapa nangis” tanya nufa sambil menghapus air mata safa

“Gak papa kok kak,Cuma terharu aja karna kakak akan bertunangan dengan laki laki yang
tepat,doain safa yaa kak,bisa mendapatkan laki laki yang sikapnya sama seperti kak alzam ke
kakak”

Nufapun memeluk safa,disitu safa benar benar menahan hatinya yang benar benar hancur,untung
saja umma membuyarkan suasana ini,ummah masuk ke kamar nufa karna keluarga dari laki laki
sudah datang,nufapun berjalan kelantai bawa untuk menemui mereka semua sambil ditutun oleh
safa adiknya sendiri,saat dilantai bawa safa memasang wajah yang begitu bahagia,safa duduk
disebelah kak mila kakak iparnya sendiri yang sedang mengandung itu sedangkan nufa duduk
disebelah umma dan abinya

“Memang munafik memberi wajah bahagia padahal hatinya sangat terluka tapi pada siapa saya
harus membenci kalau bukan pada diri saya sendiri karana telah berani mencintai seseorang yang
seharusnya dari awal tidak saya cintai,saya akan berusaha bahagia kak untuk hari ini karna saya
tidak ingin kakak mengalami keterlukan seperti halnya yang saya rasakan, insaallah safa akan
belajar ihlas kak untuk cinta yang safa rasakan” kata safa dalam hatinya saat mendengar nufa
menerima lamaran alzam,pernikahan mereka akan dilakukan 2 minggu lagi,karna keluarga alzam
yang memintanya,abi dan ummah tidak bisa menolak,karna keluarga alzam adalah keluarga
terhormat,bu nyai dan p.kyai dari pondok raudlatul ulum

Saat acara selesai safa berpamitan pada abi dan ummahnya untuk beristirahat duluan karna
sangat lelah tapi itu hanya sekedar alasan saja,sesampainya di kamar,safa menangis sejadi
jadinya di bawa kasurnya,dia tumpahkan air mata yang dari tadi dia tahan,hingga tampa disadari
safa tertidur dan terbangun sekitar jam 3 malam,safapun berlanjak ke kamar mandi,setelah mandi
dan mengambil air wudu’ safa melakukan sholad malam yang Alhamdulillah menjadi
keistiqomahanya

Hingga pada sholad terakhir,air matanya tak tertahan,dan ketika salam safa langsung bersujud
dan menangis disujudnya,safa menangis tampa berbicara sepatah apapun,pada saat itu dia hanya
bisa menangis hingga 15 menit berlalu safa bangkit dari sujudnya dan mengangkat kedua
tangannya

“Tak ada lagi yang bisa hamba pinta untuknya kecuali keihlasan dalam menerima kenyataan ini
tuhan,hari ini bukan lagi tentang mendapatkannya tapi tentang merelakanya pergi,buatlah hati
hamba kuat ya robb,biarkan hamba menerima semua ketentuan ini ya robb,hanya pada mu
hamba meminta dan perlindung engkaulah dzat yang membolak balikan hati”.
Keesokan harinya saat sudah mulai sholad subuh safa membereskan bajunya untuk balik ke
pondok,saat safa siap siap untuk mengemas bajunya abi safa masuk ke kamar safa sambil
melihati putrinya itu

“Safa sini duduk dengan abi” pinta abi yang di ikuti oleh safa sesuai perintahnya

“Safa gak papakan?” Tanya abi

“Gak papalah abi,safa gak papa” jawab safa sambil tersenyum

“Safa ada masalah ya ?

Kenapa mau kembali ke pesantren secepat ini,kan sebentar lagi kakak safa mau nikah” tanya
abi,abi memang begitu tau sikap anak nya itu ketika lagi sedih dan bahagia bahkan ketika
berpura pura bahagia

“Abi safa gak papa,safa Cuma mau fokus aja ngelancarin qur’annya safa,sebentar lagi kan safa
wisuda tahfidz abi,jadi safa harus fokus sama al qur’an al qur’an dan al qur’an” jawab safa
berpura pura bahagia

“Abi bangga punya kalian bertiga putra putri yang menjadi tahfiz qur’an,sungguh bahagia abi
dan ummah mu ini,terimakasih yaa”

Mendengar itu safa langsung memeluk abinya

“Bi jangan berhenti doain safa,safa sayang sama abi dan ummah”

Safa yang sudah berpamitan pada keluarganya langsung meninggalkan mereka semua dengan
diantar oleh kakaknya kak fahri karna abi dan ummahnya sedang sibuk mempersiapkan
pernikahan nufa, disepanjang jalan safa benar benar tidak berbicara sama sekali,sampai fahri
heran dengan sikap adiknya yang paling manja itu

“Tumben dek,diam aja,lagu mikirin apa ?”

“Hmmmm takut kak sebentar lagi safa mau tes dan wisuda” alasan safa yang sedang
menyembunyikan lukanya padahal safa sudah sangat lancar dan siap untuk tes nya
“Maklum dek,kakak juga dulu begitu,tapi jalani aja,serahkan semuanya ke allah” jawab fahri
yang hanya dibalas senyum oleh safa.

*****

1 minggu safa berada dipesantren,safa benar benar menghabiskan waktunya dengan al qur’an al
qur’an dan Al Qur’an,safa sudah tidak ingin membuang buang waktunya untuk seseorang yang
belum tentu menjadi takdirnya,safa benar benar sudah belajar menerima setiap ketentuan ini,saat
jam menunjukkan pukul 03:15 safa bangun untuk melaksanakan sholad malam,selesai sholad
malam safa mengangkat tanganya dan berdoa sambil menangis "ya robb pencapayan ini
bukanlah hal yang mudah buat hamba,tapi terimakasih telah membimbing hamba sampai dititik
ini,tetap bersama hamba ya robb,karna hamba tidak akan menjadi apapun tampa ridhomu,dan
hamba sudah ihlas jika semua yang pernah hamba paksakan tak bisa hamba miliki,hamba ihlas
yaa robb untuk dia pergi,hamba ihlas jika bukan dia yang harus hamba miliki,hamba ihlas
melepas segala hal yang pernah hamba kaitkan kepadanya,safa sudah ihlas ya allah" Ucapnya
ditelakhir do'annya,tampa terasa air matanya tumpah bercucuran,safa menangis dibalik telapak
tangannya yang menutupi seluruh wajahnya. Paginya safa menyibukkan diri untuk menakrol
Al Qur'annya karna 6 hari lagi safa akan wisuda Tahfidzul Qur'an jadi safa benar benar harus
fukus pada al qur'an nya safa sudah ada niatan untuk pulang kerumah setelah acara wisudanya
selesai,saat asyik membaca al qur'an tiba tiba ada bak bak pondok yang memanggilnya "Safa ada
kakak ipar km didepan" "Kak mila ? Ngapain" "Gak tau,tapi kakak kamu nangis" Mendengar
penjelasan itu safa mulai penasaran,safapun berlari menuju ruang jenguk santri,ternyata benar
disana ada kakak iparnya yang sedang menangis "Kak mila ?" Mendengar suara safa mila
langsung memeluk safa dan menangis di pelukannya sedangkan safa hanya terdiam dan bingung
"Kenapa kak ?" Tanya safa bingung "Nufa sa,nufaaa" Tiba tiba safa melepaskan pelukan mila
"Kak nufa kenapa kak" tanya safa gemeteran "Nufaa saaa,nufa meninggal" tak bisa di tahan mila
langsung tertunduk ke lantai,sedangkan safa mendengar penjelasan itu tak bisa berkutik,masih
tidak percaya bahwa kakaknya sudah tiada,tampa terasa air mata safa mengalir begitu deras saat
ia merasa kakinya tidak kuat lagi untuk berdiri "Kak mil,ini gak mungkin kan,gak mungkin kak
nufa meninggal" Mila hanya menangis mendengar pertanyaan safa,tak lama dari itu seorang
perempuan datang menenangkan safa,perempuan itu adalah ibu nur tetangganya sendiri,iya mila
pergi ke pesantren bersama bu nur dan suaminya karna kondisinya yang tidak memungkinkan
untuk pergi sendiri,mereka pergi ke mobil menuju rumah safa,saat sampai didepan rumah safa
banyak sekali orang,tapi safa belum juga percaya atas kenyataan ini sampai akhirnya dia berada
didepan jenaza,disebelah jenaza ada ummah abi dan kak fahri yang menangis,sedangkan didepan
jenazah ada safa yang benar benar tidak percaya,badanya begitu lemas saat ia benar melihat
jenazah kakaknya yang ia sayangi sudah menjadi mayyit "Kak nufa,kak nufa,kak,kak,kakak"kata
safa berharap kakaknya akan mendengarkan dan kembali bangun "Kaaaak,kakak ayoo
bangun,kak nufa,safa disini,bangun kak" Mendengar safa yang terus memanggil kakaknya
ummahpun pergi ke safa dan memeluk putrinya itu "Kakakmu udah gak ada nak,kakakmu sakit
dia tidak mau ummah bawa kerumah sakit,dia bilang dia akan baik baik aja,dia juga tidak
mengizinkan ummah memanggilmu padahal ummah tau dia rindu padamu karna km memilih
balek duluan sebelum menunggu pernikahannya,kita harus ihlas nak,kita harus ihlas demi
kakakmu" jelas ummah sambil menahan isya' tangisnya,ummah terus memeluk putrinya yang
tidak punya tenaga itu,tiba tiba keluarga alzam datang,alzam langsung masuk dan berlari kecil
kearah jenazah,alzam duduk di samping safa pas didepan jenaza nufa,alzam menangis tak
tertahan saat ia melihat wanita yang begitu ia cintai sudah menjadi jenaza,kak fahri
menghampirinya dan mengelus ngelus punggunya,safa yang melihat itu benar benar kaget tak
pernah ia dapati alzam sesedih ini selama safa mengenalnya,safa terus melihat mata alzam yang
mengeluarkan air matanya,mata yang tak bisa berbohong bahwa alzam sama terlukanya dengan
dirinya,alzam sama sama merasa kehilangan yg sangat mendalam sama seperti dirinya. Saat
mayyid akan dibawah safa benar benar tidak bisa lagi berkata apa apa,nufa kakaknya sudah
benar benar meninggalkannya,ia melihat jelas bagaimana kakaknya di bawa oleh abi,kak
fahri,alzam dan paman pamannya,safa terus memeluk ummahnya,safa harus benar benar ihlas
demi ketentraman kakaknya,selesai pemakaman safa,ummah abi,kak fahri,kak mila dan alzam
menghatamkan Al Qur'an dimakan nufa,saat bagian abi ummah dan kak fahri kak mila selesai
mereka berpamitan untuk pulang dulu,karna pasti banyak tamu dirumahnya memang berat bagi
abi dan ummah tapi mereka berdua begitu kuat menghadi semuanya,dan sekarang tinggal safa
dan alzam karna bagian mereka lebih banyak,safa terus memejamkan matanya sambil
meneteskan air matanya,safa terus melafalkan al qur'an sesuai bagiannya,tak ada suara apapun
kecuali suara alzam sedang mengaji yang terdengar sedikit serak,tapi safa tidak terlalu
menghiraukannya,safa terus menutup matanya tapi air matanya tak mau berhenti untuk
membasahi pipinya,saat bagian safa selesai safa membuka matanya perlahan,ya yang pertama ia
lihat adalah alzam yang dari tadi tidak sama sekali berkutik,bisa safa lihat air mata yang selalu
alzam hapus sebelum membasahi pipinya "Kak,sekarang safa benar benar melihat bagaimana dia
begitu mencintai kakak,maafkan safa yang pernah mencintainya sekarang safa benar benar ihlas
kak,safa sudah rela" kata safa dalam hatinya sambil memegang maisan kakaknya,tak lama dari
itu safa pergi dan meninggalkan alzam berdua dg kakaknya di tempat itu walau mereka beda
alam,safa pulang dg menaiki taksi,di perjalanan safa tak henti henti melihat berbagai gedung
yang menjulur tinggi sambil melafalkan al qur'an.

****

5 hari setelah kematian nufa,safa masih tetap mengunjungi makam nufa,safa juga berpamitan
pada kakaknya karna besok safa akan keponduk untuk mengikuti wisuda Tahfidzul Qur'an,safa
juga meminta do'a pada kakaknya "Kak besok safa mau wisuda,dan Alhamdulillah safa akan
resmi menjadi Tahfidzul Qur'an,terimakasih kak selama safa menghafal al qur'an kakak selalu
membimbing safa memberi safa semangat,bukankah kakak sangat tidak sabar melihat safa
menjadi seseorang Tahfidzul Qur'an dan besok safa sudah insaallah akan diwisuda dan resmi
menjadi wanita penghafal al qur'an" kata safa sambil mengalirkan air mata,setelah berpamitan
safa pamit pulang,dan sesampainnya di rumah,safa merasa heran karna seluruh keluarganya
berkumpul termasuk keluarga alzam dan alzam,safa di persilahkan duduk oleh abinya,duduk
disamping ummah,setelah abi memulai pembicaraan tak tau apa yang mau dibicarakan tapi safa
benar benar heran "Safa sekarang abi mau cerita,sebelum kakakmu meninggal,kakakmu sempat
berpesan Bahwa ketika nanti dia tidak bisa menjadi pengantin untuk alzam,kakakmu ingin agar
pengantin itu diganti oleh kamu" Mendengar penjelasan abinya safa benar kaget bukan main
hatinya berdetak begitu cepat,tubuhnya berubah menjadi dingin seketika,safa ingin lagi
mendengarkan penjelasan dari abi untuk yang kedua kalinya karna masih tidak percaya dengan
apa yang ia dengar tapi itu bukanlah hal yang sopan "Nufa begitu yaqin nak kamu bisa
mengantikan posisinya,dan alzam beserta keluarga juga sudah setuju,sekarang giliran kamu mau
menjalani amanah ini,memang kalian tidak saling kenal dan saling mencintai tapi cinta akan
hadir dengan sendirinya" lanjut abi menjelaskan "Abah yaqin kamu adalah wanita yang sholeha
sama seperti kakakmu,tak ada bedanya bagi abah kalau alzam menikah dengan kamu atau nufa
karna abah tau kalian sama sama wanita yang berahlakul karimah,wanita pandai,sama penghafal
Qur'an dan sama sama cantik" sambung abah alzam Tapi safa masih tetap memilih diam,entah
apa yang ia rasakan "Kenapa?kenapa alurnya begini,tuhan aku sudah ihlas,aku sudah
menerima,aku sudah tidak mau lagi berkaitan dengan perasaan ini tapi kenapa,kenapa harus
begini ya allah" berisik safa dalam hatinya "Safa demi kakakmu" Singkat ucapan ummah,tapi
membuat safa tidak punya pilihan lain selain menerimanya,sekarang entah apa yang ada
dikepalanya tapi yang pasti jantungnya berdetak begitu kencang,suhu badannya masih terasa
dingin,safapun memberanikan diri menatap wajah alzam,disana alzam tidak menatapnya
melainkan menundukkan kepalanya,safa masih tidak bisa menjawab,tapi jujur safa ingin
menolak nya karna safa sudah sadar bukan dia yang ia cintai,dan safa sudah ihlas menerima
kenyataanya,dengan tekat safa berusaha menolaknya saat safa mulai membuka bibir tiba tiba
alzam mengeluarkan suara "mahreen shafana Al mahyra dihadapan org tua saya dan keluarga
kamu saya ahmad alzam amani melamar kamu dan meminta kamu untuk menjadi istri saya" kata
alzam yang benar benar membuat safa kaget untuk yang kedua kalinya,safa tak berani menatap
wajah alzam yang sedang menatapnya,tampa terasa air matanya mengalir tampa tau
alasannya,safapun menatap abi dan ummahnya mereka sama sama memberikan isyarat untuk
menerima lamaran alzam,sebelum menjawab safa menghapus air matanya dan menenangkan
hatinya dengan menarik nafas sambil melafalkan lafat allah "Bismillahirrahmanirrahim safa
terima lamaran kak alzam" "Alhamdulillah" kata semua orang yang ada disana

*****

Saat diperjalanan menuju pesantren safa masih saja terbayang tentang kejadian tadi pagi
dirumahnya tak pernah terlintas di dalam bayangannya bahwa akan seperti ini,safa fikir dengan
kejadian kakaknya meninggal,pernikahan akan di batalkan dengan sendirinya,dan alzam akan
mencari pendamping lain tapi pasti bukan dirinya,dan safa juga sudah mulai ihlas untuk
segalanya "Aku pernah memintanya pada tuhan dg paksa,sampai akhirnya tuhan menamparku
dengan kenyataan yang begitu pahit,aku harus seterluka itu untuk melupakanya,bahkan aku
sudah membenci diriku sendiri karna telah mencintainya,dan ketika sudah sampai pada tititk
dimana aku sudah ihlas tentang kenyataan ini,dan ketika aku sudag menerima semua takdir
ini,tuhan kembali mengejutkanku dengan sekenarionya yang tak pernah ku bayangkan bahwa
akan tertulis dalam ceritaku,entah harus bahagia ataupun terluka,akupun bingung tapi tak bisa ku
bohongi bahwa aku masih mencintainya" kata hati safa "Safa" Mendengar panggilan abi safa
terkejut "Ha iya abi" "Kenapa nak? Safa mikirin apa" "Enggak kok abi" "Udah gak mikirin yang
aneh aneh fokus saja sama besok,besok kan hari yang kamu tunggu tunggu" "Iyaa abi,abi ummah
dateng kan?" "Pasti abi,ummah,kak fahri sama kak mila pasti dateng,pokoknya kami gak akan
telat" Seketika air mata safa mengalir "Safa kenapa? " "Safa sedih bi, wisuda Tahfidzul Qur'an
safa gak ada kak nufa,padahal besok adalah hari yang paling kak nufa tunggu tunggu,yaitu
melihat adiknya sama sepertinya menjadi seseorang Tahfidzul Qur'an" "Nak semua yang allah
takdirkan untuk kita adalah yang terbaik untuk kita,allah ngasih apa yang baik buat kita bukan
apa yang kata kita baik,kita sebagai hamba tidak usah terlalu mengeluh kita ini bodoh nak yang
tak bisa mengerti maksud allah,tapi kita harus berusaha ihlas untuk semua ketentuan allah,yaqin
sama allah,pasrahkan semuanya sama allah" Mendengar penjelasan abi safa benar benar merasa
damai,abi memang selalu bisa menenangkan hati safa.

Sesampainya di pesantren safa disambut oleh teman temannya termasuk ita,mereka semua
mengucapkan turut berduka cita atas kepergian kak nufa,safa yaqin mereka juga merasa sedih
karna kak nufa begitu dekat dengan santri disini,tak lama dari itu bak farhan salah satu khidmah
dalem memanggil safa karna bu nyai ingin berbicara dengan safa,sesampainya didalem safa
dipersilahkan duduk didepan bu nyai,entah apa yang ingin di bicarakan bu nyai tapi tidak seperti
biasanya bu nyai seperti ini

“Safa saya tau tentang mu yang lusa ini akan menikah dengan alzam”

Safa tidak kaget,maklum keluarga dalem tau,karna alzam sangat dekat dengan keluarga dalem

“Kamu sama beruntungnya seperti kakak mu yang bisa mendapatkan laki laki yang sholeh
seperti alzam,dan saya juga yaqin alzam juga akan tetap beruntung bisa mendapatkan kamu
ataupun kakakmu karna kamu dan kakakmu sama sama menjadi wanita yang sholeha”

Mendengarkan perkataan bu nyai safa langsung mengalirkan air matanya,safa langsung


mengambil tangan gurunya itu dan menciumnya lembut,tak bisa tertahan lagi air matanya
semakin meledak saat bu nyai mengelus ngelus kepalanya

“Rindhoi saya bu nyai,ridhoi saya tetap akui saya sebagai muridmu,doakan saya bu nyai,doakan
saya”
Air mata safa terus mengalir

“Pasti nak,pasti,saya ridho ke kamu,selamanya kamu akan menjadi murid saya” jelas bu nyai.

Keesokan harinya safa sudah siap untuk wisuda,29 juz sudah safa baca dengan lancar kepada
para pembinanya,tinggal satu juz lagi yaitu juz 30 yang nanti akan di baca di atas pentas bersama
21 temannya yang juga wisuda hari ini,safa begitu cantik mengenakan gamis hitam polos dan
kerudung biru mudah segi empat yang lebar,tak bisa di bohongi safalah wanita tercantik saat ini
pada acara itu,dia terlihat begitu anggun saat ia memasangkan mahkota di kepalanya,saat acara
di mulai safa dan teman temannya sedang bersiap membaca ju 30 di hadapan ratusan orang,tapi
safa mencari keberadaan keluarganya,yaa telah ditemukan itu berkat kak fahri yang
melambaikan tangan padanya,tapi safa kaget saat safa melihat alzam ikut bersama mereka duduk
disebelah abi sambil menatap dirinya,tapi safa kembali fokus saat pembacaan juz 30
dimulai,sepanjang membaca safa menutup matanya ia begitu menikmati lantunan ayat al qur’an
yang ia baca,tampa terasa air matanya terus mengalir tampa henti,safa mengingat setiap
perjalannya selama menghafal al qur’an,dari semangat tiba tiba merasa malas,dari sulit
menghafal sampai sakit,safa juga pernah menangis gara gara ia tertinggal banyak dari teman
temannya,safa juga mengingat masa masa dimana saat ia mau nakrol,hafalannya hilang semua
safa mati matian menghafal semua ayat yang ia hafalkan sampai tidak makan atau atau minum
hingga sakit dan harus dirawat dirumah sakit,dia juga mengingat bagaimana saat ia menghafal
tapi saat menyetor tidak lancar sungguh kecewa rasanya,dia juga mengingat saat ia tak
mendapatkan bagian makanan karna sibuk menata setiap ayat ayat pada al Qur’an yang
berantakan dalam otaknya,safa juga mengingat betapa marah dan kesalnya ia ketika menakrol
begitu sulit dari pada menghafal semua nya begitu jelas,air mata safa terus mengalir deras tampa
henti bahkan suara membaca al qur’an nya pun mulai terdengar serak,dan saat surat telakhir
dalam al qur’an yaitu surat an nass air matanya tak tertahan lagi,safa langsung bersujud saat ia
sudah mebaca semua al qur’an itu,safa begitu senang telah menjadi salah satu wanita yang diberi
kesempatan oleh allah untuk bisa menghafal firmanya,begitu dengan keluarga safa,semuanya
terharu dengan keberhasilan safa,mereka masih belom yaqin karna dari awal safa seperti tidak
semangat untuk menghafal al qur’an tapi abi dan nufa yang selalu memaksanya dan sekarang
safa buktikan bahwa dia berhasil
Tangis para penghafal Al Qur’an pecah saat kyai membacakan doa hatam Qur’an dan
menyatakan mereka lulus,ini adalah kebahagian yang amat luar biasa bagi para penghafal qur’an
bagaimana tidak lelahnya telah terbayarkan,saat semua penghafal qur’an dipersilakan untuk
memberikan mahkota pada salah satu keluarganya safa berlari pada ummahnya dan memberikan
mahkota itu pada ummahnya lalu memeluk ummahnya yang menangis dipelukannya,setelah itu
safa tersenyum pada abinya dan memberikan satu mahkota lagi yang sudah ia siapkan untuk
abinya yang ia titipkan pada kakak iparnya,safa pasangkan dikepala abinya dengan bangga dan
langsung memelu abinya

“Abi dan ummah adalah orang terhebat dalam kehidupan safa,abi dan ummah juga orang tua
paling sabar didunia safa,safa sayang kalian” kata saf

“Udahh dong kakak juga mau di peluk” pinta fahri dengan nada anak kecil yang mau di
peluk,mendengar itu safa tertawa kecil dan langsung berjalan menuju fahri lalu memeluk fahri
dan kakak iparnya

“Selamat yaaa” kata fahri dan Mila

“Hadia”pinta safa dengan menyulurkan tangannya seperti anak kecil yang meminta permen

“Gak ada”jawab fahri cuek

“Kok gak ada” jawab safa kesal

“Belom disiapin”

“Kok belom sihh kak,kan kakak tau aku sekarang wisuda”

“Yaa gimana lagi emang lupa” jawab fahri judes,mila yang melihat itu hanya tertawa.

“Safa” sapa lelaki di belakangnya,saat safa menoleh safa benar benar kaget kalau itu alzam,safa
lupa kalau disitu ada alzam

“Ini buat kamu,selamat yaa”


Alzam memberikan bunga mawar asli yang di ikat sangat rapi dan sedikit besar,saat menerima
bunga itu safa langsung menciumnya dan ya seperti yang diduga baunya sangat harum

“Makasih kak” jawab safa sambil tersenyum

Setelah acara wisuda safa dan keluarga akan pergi ke dalem untuk berpamitan,karna besok
safa dan alzam akan melangsungkan pernikahan,air mata safa tumpah saat ia melihat bu nyainya
didepannya,safa sangat berat meninggalkan guru yang begitu ia cintai dan meninggalkan
pesantren yang banyak sekali kisah bahkan di pesantren inilah ia mendapati seseorang yang
sangat ia cintai lalu harus ia relakan dan sekarang ia sudah menjadi calon suaminya,keluarga
dalem sudah mengizinkan safa untuk pulang ,dan bu nyai juga sudah memberikan doa kepada
safa,safa dan keluargapun pulang

“Sekarang kita mampir ke makam nufa yaa” pinta abi,yang disetujui semua keluarga termasuk
alzam,yang dari tadi dia di depan dengan ayah sambil menyetir,sesampai di makam safa tak bisa
lagi menahan air matanya,kak mila merangkulnya agar safa tetap berdiri tegak

“Kak,entah safa harus bahagia atau tidak,tapi bukan seperti ini yang safa inginkan,safa ingin
kakak yang menjadi mempelainya besok,bukan seperti ini kak” kata safa dalam hatinya safa
menangis didepan makam kakaknya

“Safa pasti kakak mu sangat senang melihat kamu yang sudah mencapainya” kata abi sambil
memeluk safa,sesaat safa melihat alzam yang dari tadi menatap lekat makam nufa,tampa
berbicara apapun

****

Keesokan harinya adalah hari pernikahan kakaknya yang harus digantikan olehnya,entah
bahagia atau sedih tidak bisa safa jelaskan perasaanya campur aduk,safa begitu cantik
mengunakan gaun putih lengkap dengan berlian berlian yang menutupi kain itu,sungguh serasi
dengan kerudung berwarna putih yang di lipat lipat agar terlihat lebih cantik,ummah dan abi
begitu kaget melihat putrinya yang begitu cantik,sangat cantik bagaikan putri yang datang dari
kayangan
Ummah memeluk safa dengan meneteskan air mata “sebentar lagi nak,sebentar lagi kamu akan
menjadi istri seseorang berbahagialah nak,berbahagialah dengan pilihan ini”

“Safa” sapa abi,yang membuat ummah berhenti memeluk safa,safa berjalan perlahan menuju
abinya dan memeluk abinya begitu erat,ia menangis dalam dekap abinya,tak peduli makeup nya
rusak

“Nak,jadilah istri paling baik,sampai sampai wanita penduduk syurga iri kepada mu nak,kau
sudah berhasil menjadi seorang anak,atau adek bagi kami,abi harap kamu juga berhasil menjadi
istri,belajarlah memasrahkan segala hal sama allah,karna allahlah sebaik baiknya tempat
bersandar bagi kita,terus berdoa sama allah,pasrahkan semuanya ke allah yaqin semua pasti ada
jalan,jadilah istri yang ada disuka maupun duka suami mu nak” pesan ayah yang membuat safa
tidak bisa lagi berkata apa apa selain menangis

“Sudah rapikan makeup mu,sebentar lagi mempelai laki laki akan datang,mila bantu adik mu
untuk membenarkan make upnya”

Pinta abi,milapun membantu safa menambal mekaup yang tadi sedikit hilang dari wajahnya
karna air matanya,safa tidak berbicara sedikitpun pada siapapun,selesai di benarkan safa duduk
dikamarnya sambil menunggu abah abah dari kak mila untuk turun,safa kaget bukan main saat ia
mendengar jelas bagaimana akad nikah sudah di mulai,terdengar jelas bagaimana suara abi yang
terdengar sedikit serak

“Ankahtuka wazawwajtuka makhtubataka binti mahreen shafana Al mahyra alal mahri surotul
annisa’ hallan”

“Qabiltu nikahaha wa tazwijaha alal mahril madzkur “

“Sahh”

“Sahhhh” jawab semua saksi disana

Tak tetahan lagi air matanya mengalir begitu deras,apalagi saat ia mendengar lantunan surat
annisa’ yang ia minta menjadi maharnya telah dibacakan oleh alzam,suara yang tak pernah ia
lupakan,suara yang membuatnya begitu mencintainya,sesaat ummah dan kak mila memanggil
safa dan menuntun mereka untuk pergi ke lantai bawah,disana banyak sekali orang mulai dari
keluarga safa,keluarga alzam dan para tetangganya,safa berjalan pelan menerusui tangga dengan
di gandeng kak mila dan ummah,sampai di hadapan alzam,alzam adalah laki laki yang tidak
pernah berubah menurutnya masih terlihat sangat tampan dan gagah,sekarang lelaki
dihadapannya ini adalah adalah suaminya sendiri, seseorang yang pernah iya pinta pada Tuhan
dengan paksa dan juga seseorang yang yang telah ia ikhlaskan dan relakan untuk orang lain dan
sekarang telah menjadi suaminya, tidak pernah diduga ini akan terjadi dalam kehidupannya, Safa
pun mengambil tangan suaminya nya yang dari tadi sudah siap untuk di cium,air mata safa benar
benar pecah saat ia mendengar alzam membacakan doanya sambil menaroh tangan kirinya di
atas kepalanya,safa juga mendapatkan ciuman hangat di keningnya,seseorang yang telah halal
untuknya “ untuk hari ini dan selanjutnya saya yang akan menjadi
imammu,menjagamu,menyangimu bahkan mencintaimu,saya memang sempat berkeluh tentang
takdir yang seperti ini tapi saya sekarang saya sadar kamu ataupun nufa sama sama yang terbaik
untuk saya” begitu tersentuh nya ucapan alzam untuk safa,safa sadar sekarang jika kita sudah
mempasrahkan semuan ke allah,allah akan memberika yang terbaik.

Setelahnya mereka sama sama menerima satu sama lain,bahkan mereka sudah hidup
bahagia,dengan keluarga kecil mereka.

TAMAT
Liburan sekolah
OLEH : MUHAMMAD RIZAL

Usai pembagian rapot di sekolah, akhirnya aku bisa menikmati libur panjang. Meskipun aku
tidak pernah mendapat rangking atas, tapi aku tetap mendapat nilai yang lumayan baik. Aku
tetap bahagia karena keluargaku mengajak pergi aku liburan.

Ayah dan ibuku mengajak aku liburan ke rumah kakek nenek untuk menghabiskan waktu
bersama kakek dan nenek. Sesampai di rumah nenek aku sangat bahagia sekali karena di rumah
nenek sangat menyenangkan di sana ada gunung-gunung yang indah, udara yang sejuk serta ada
siulan burung yang menambah keindahan desa, di sana juga ada sungai yang mengalir, airnya
sangat jernih dan menyegarkan. Di lereng gunung di buat terasering yang menambah
keindahannya.

Hari-hari telah berlalu dan aku sangat menikmati libur panjang di rumah nenek. meskipun aku
sebenarnya juga ingin berlibur ke tempat wisata bersama teman-teman. Tapi nenek ku melarang
pergi dan menyuruhku pergi ke sawah untuk bercocok tanam. Kalaupun aku keluar hanya saat ke
pasar dan itu pun juga ditemani oleh nenek dan ibu.

Pas sore hari aku di ajak jalan ibu sama nenek ke sawah. Meskipun hanya jalan-jalan sore ke
sawah, aku sudah merasa senang banget. Mungkin ini karena aku terlalu banyak berdiam di
rumah dan baru kali ini menikmati jalan-jalan. Yang pasti aku sangat senang karena ibu sama
nenek mengajak aku jalan-jalan sore
Dibalik perjodohan
OLEH : FATHUR ROHMAN

“Pernikahan apa yang kamu inginkan?”

“Pernikahan megah dengan kereta kencana atau pernikahan lari serupa Laila dan Majnun?”

Pertanyaan itu sering diajukan oleh kedua orang tuaku. Sampai saat ini aku tak tahu jawabannya
dan bagaimana memahami maksud pertanyaannya. Hingga suatu hari, aku dinikahkan dengan
seorang lelaki yang rupa dan wajahnya tak sama sekali aku kenali. Bahkan sebelum akad
dilangsungkan pun, wajah lelaki tersebut masih disembunyikan. Aku hanya diberitahu nama dan
silsilah keluarganya. Hanya sebatas itu.

Tak ada pilihan bagi aku. Tak ada pilihan bagi perempuan. Semua pertanyaan-pertanyaan yang
berupa pilihan tersebut hanyalah basa-basi belaka. Nyatanya, hidup kami pun selalu ditentukan
dan dikendalikan.

Sehari setelah pernikahan, pikiranku tentang suami buruk rupa dan ringan tangan selalu
menghantui. Namun, sosok lelaki itu pun ternyata lebih pendiam daripada yang aku bayangkan.
Ia tak segan membantuku membereskan baju, walaupun tidak ada percakapan dan hanya
canggung yang menyelimuti kami.
“Winta, kalau kamu tidak mau saya tidur di kasur, saya bisa tidur di sofa” suara itu sangat
meneduhkan. Ada beberapa detik aku terpana dengan sikap sopan yang ia berikan.

“Tidak apa-apa, biasa saja” jawabku dengan dingin.

Hari-hari setelahnya, aku terbuai dengan segala kelemahlembutannya. Bagaimana ia bersama


mengurusi kebutuhan rumah tangga, sikap tak pernah marah, kesabaran yang luar biasa. Itu
semua lebih dari cukup menjadi suami idaman. Seringkali ia pun memberikan hadia bunga lili
jingga kesukaanku. Entah darimana ia tahu apa yang kusuka, tetapi ia selalu berusaha
membuatku berbunga-bunga.

Tak kulihat lagi rupawan wajah sebagai kriteria suami idaman. Karena sesungguhnya
keromantisan rumah tangga akan tetap terasa, bila sepasang kekasih saling mengisi dan berbagi.
Jika aku jago merangkai kata dan menjadi penulis, mungkin kisahku ini bisa menjadi cerpen
romantis pernikahan karena perjodohan
DIA
OLEH : VIVA KARISMA

Aku tengah berbincang dengan beberapa kawan lamaku. Sekedar menanyakan kabar satu sama
lain dan kesibukan masing-masing.

Ternyata banyak yang berubah dari kehidupan mereka. Tiba-tiba...

“hai” aku menoleh kearah sumber suara.

Aku mengerjapkan mata beberapa kali. Memastikan seseorang yang sedang berdiri dihadapanku.

Aku masih terdiam. Meneliti sosok dihadapanku yang terlihat dewasa. Mataku menelisik setiap
detail wajahnya yang tampak tak ada perubahan sedikit pun, hanya saja ia terlihat lebih tegas
dengan badan yang jauh lebih tinggi.

“apa kabar?”. Setelah 9 tahun tidak bertemu, suaranya terdengar berat. Membuatku lupa caranya
bernapas. Ada sesuatu yang berdesir didadaku.

Kini dia hadir lagi. Dan, apa katanya?

Apakah dia menanyakan sesuatu?


“ eh, a-aku. Kabarku baik”jawabku dengan gugup.

Aku memejamkan mata sejenak, berusaha untuk menetralisir rasa gugupku ini.

Oh, ayolah jantung, kau tak harus berdetak seperti ini.

“masih inget aku gak?” dia bertanya lagi. Alisnya terangkat matanya lurus menatap kearah
netraku. Dan tetap dengan senyuman yang tak berubah.

Kemudian ia mengulurkan tangannya. Walau ragu aku berusaha memberanikan diri menerima
uluran tangannya. Seketika lututku lemas. Genggaman tangannya terasa besar dan hangat.

“ciee,, ada yang lagi reunian hati nihh” goda salah satu dari mereka.

“ekhm, CLBK nih yee” celetuk yang lainnya.

“ iyaa cinta lama belum kelar”. Seketika mereka semua menertawakanku

Dari dulu mereka memang hobi sekali membuatku salah tingkah. Dan akupun tak tau harus
bersikap seperti apa.

Situasinya menjadi sangat canggung.awkward.

Rasanya aku ingin menenggelamkan diri saja kedalam laut. Mereka bergantian menggoda kami
berdua. Aku dibuat gelagapan oleh mereka.

Aku melirik satu-atu temanku. Mereka menyebalkan sekali.


PROLOG TANPA EPILOG
OLEH : SITI NUR HALIZA

Konon perasaan cinta itu indah untuk dituliskan, indah untuk dibaca, tapi tidak terlalu indah
dirasakan. Aku tidak tahu kebenarannya. Sampai suatu ketika, sebuah peristiwa tak terduga
terjadi padaku. Aku jatuh cinta. Ku ulangi sekali lagi, AKU JATUH CINTA. Setidaknya ini
adalah definisi jatuh cinta berdasarkan novel romansa yang banyak kubaca.

Dia bukan orang yang baru aku kenal. Aku mengenalnya satu tahun yang lalu dan berkawan
baik hingga beberapa hari yang lalu, sebelum perasaanku berbalik arah menjadi cinta. Jujur saja
aku tidak tahu pasti kapan perasa itu tumbuh. Mungkin bermula dari pertemuan kami dengan
beberapa kawan yang lain. Lantas mereka menggoda aku dengan dia. Ah entahlah. Yang aku
tahu, setelah itu duniaku seakan lebih berwarna. Tempat-tempat yang semula pernah ku kunjungi
dan biasa saja juga terasa lebih indah saat kembali dikunjungi bersamanya. Dan saat pulang
kerumah senyumnya membayang di pelupuk mata. Pun percakapan kami terasa terngiang di
telinga.

Entah bagaimana mulanya, kami memutuskan untuk bertemu kembali pada akhir pekan
berikutnya. Bahagia? Ya aku sangat bahagia. Janji temu itu cukup membuatku tersenyum dan
bersemangat menjalani hari sampai akhir pekan. Ah duniaku terasa indah, tiba-tiba bunga
bermekaran sepanjang jalan. Hari yang cerah. Aku tidak pernah menduga, jatuh cinta akan
seindah ini. Dan dari kejauhan tokoh-tokoh ceritaku menertawakan diri ini. Namun aku tidak
peduli.

Akhir pekan yang dijanjikan tiba, kami berjumpa. Membicarakan banyak hal, dan menghabiskan
waktu dan Membicarakan banyak hal, dan menghabiskan permulaan malam dengan
menyenangkan. Jangan tanya bagaimana perasaanku saat itu, penuh dengan buncahan rasa
bahagia. Sayang, waktu berjalan dengan cepat kami harus kembali berpisah. Pun esok hari ia
harus kembali ke kota tetangga untuk mencari ilmu.

Pada malam sebelum kita berpisah dan ia akan kembali ke kota ia mencari ilmu, sebuah pesan
masuk melalui ponsel. Sebuah pesan yang berisi tentang bagaimana keadaanku saat aku sampai
dirumah dan akan mengajakku keluar dalam 3 pekan yang akan datang. Dan pesan itu seolah
menjadi pertanda bahwa aku dan dia akan segera berjumpa kembali pada kesempatan
berikutnya. Ternyata jatuh cinta indah pada awalnya. Sayang, hari-hari berikutnya aku hanya
diselimuti dengan perasaan gundah gulana. Perasaan kuat untuk ingin menghubungi dan
mengetahui kabar darinya. Sungguh tidak mampu untuk menahan diri. Sangat disayangkan dia
sama sekali tidak mengirimkan pesan padaku. Sedangkan aku terlalu gengsi untuk memulai
percakapan.

Aku mulai bertanya-tanya, apakah perasaan ini hanya tumbuh sepihak? Apakah hanya aku yang
gundah menanti perjumpaan berikutnya? Apakah cintaku hanya akan bertepuk sebelah tangan?
Aku mulai melontarkan tanya itu kepada kawan-kawanku. Mereka menggeleng tak tahu. Hanya
memberikan nasihat-nasihat agar bijak bersikap menghadapi virus merah jambu.

Sampai pada suatu titik, aku berbincang dengan salah satu teman terdekatku. Aku
memanggilnya, nahla.

"la, apa yang harus aku lakukan?"

Nahla hanya diam dan menyandarkan tubuhnya padaku. Menggeleng pelan dan berucap, "kita
tidak pernah tahu."

"Tapi lihatlah, bukankah dia masih sama seperti dulu dalam memperlakukanmu?" lontarnya.

Aku termenung. Dia memang masih sama saja memperlakukanku seperti selama satu tahun
pertemanan kami. kami, yang kala itu hanyalah seorang teman biasa. tetapi, dia
memperlakukanku seperti adik kecil yang layak untuk dilindungi. Bahkan sekarang di usiaku
yang sudah menginjak kepala dua masih dianggap seperti anak kecil. Padahal aku merasa sudah
bertumbuh. Menjadi gadis dewasa setengah matang, mandiri, dan sedikit berpenghasilan. Ah,
lupakan bagian berpenghasilan. Intinya aku merasa aku sudah dewasa dan pantas untuk
dipertimbangkan sebagai calon istri.

"Ya, itu kan perasaanmu, haliza" ucap Nahla menamparku.

Air mata menetes dari kedua mataku. Air mata rindu bercampur putus asa.

"Ternyata rasanya semenyakitkan ini," ucapku lirih.

"Kini kamu merasakan, kan? Bagaimana dengan aku yang harus menanggung semua penderitaan
dari semua cerita tentang dia yang harus aku ikut merasakan" kata Nahla.

"Maafkan aku," ucapku tulus.

"Bersabarlah, jika dia memang ditakdirkan untukmu, dia akan kembali padamu. Jika tidak, kau
akan menemukan seseorang yang lebih baik."

"Tapi dia yang terbaik menurutku," tegasku.

"Menurutmu. Menurut-Nya belum tentu. Sadar lah!" bentak Nahla.


Aku bungkam. Menatap sekelebat bintang jatuh. Lantas melontarkan pinta, Tuhan jika dia
memang ditakdirkan untukku, dekatkan kami dengan caraMu. Jika tidak, jauhkan kami dengan
caraMu.

"Hey haliza ! Mengapa tidak kau jadikan cerpen saja kisahmu ini," kata Nahla.

"Yeah, kau benar. Akan kutulis, siapa yang mau jadi tokohnya nih?" lontarku pada eman
dekatku, Nahla. Ia memalingkan muka. Seperti muak melihatku.

"Kenapa tidak kau jadikan dirimu sendiri sebagai tokoh?" Nahla menjawab..

"Baiklah, jika itu mau kalian."

Ia bersorak gembira menyaksikan aku semakin tersiksa dengan perasaanku sendiri.

Tak belajar
OLEH : NUR FAYSAL

Sedikit kisah seorang santri ketika di pesantren.

Waktu menunjukkan pukul 19.45,adalah waktu bagi para kaum muslim untuk
melaksanakan sholat isya.Terutama bagi para pelajar yang menimba ilmu di pesantren.Sholat
jamaah seakan akan diwajibkan bagi para santri.Barang siapa yang tidak mengikuti sholat
jamaah,maka akan menerima dampaknya sendiri,baik dari sang Khaliq,ataupun dari makhluk.
“Semakin lama kok semakin berat ya tas …” Belum selesai Taufik berbicara,Noer masuk
ke kamar 1 B,dengan tampang tak berdosa memotong omongannya.

“Ayo berangkat! Nanti telat jamaah isya nya.” Ucap Noer kepada teman se-isi kamar 1B.

“Huh,iya iya.” Raut wajahnys kesal.”Ayo rek budal.” Kata Taufik dengan nada
terpaksa.Saat itu ia masih jagongan dengan temannya,dan pada saat itu pula topik jagongan
mereka sedang memasuki sesi tegang.

“Tuh ustad Le udah ngontrol.” Noer mengingatkan.

Selang beberapa menit setelah pembicaraan singkat Noer dan Taufik, iqomah pun
dikumandangkan. Seluruh santri berbondong bondong menuju mushollah pesantren.

Sholat isya berjalan dengan lancar seperti biasanya.Kyai membaca wirid setelah
sholat,santri mengikuti wirid kyai,santri barisan paling belakang yang tertinggal jamaahnya tetap
orang orang yang sama.Hanya saja kali ini ada yang berbeda. Ketika wirid sudah setengah
dibaca,suara berdebum terdengar hingga musholah pesantren. Menurut santri yang telat,yang
letaknya paling belakang,karena dari barisan itu masih nampak tempat wudhu,sumber suara
tersebut berasal dari tempat wudhu yang bergenang air setinggi betis.Rupanya,itu adalah
beberapa orang santri yang diceburkan di genangan tempat wudhu oleh seorang ustad.Sebab
musababnya masih belum diketahui karena belum ada santri yang mencari informasi lebih lanjut.

Wirid rampung,dilanjut dengan membaca surat Al-Mulk bersama. Lima belas menit
selanjutnya usai sudah pembacaan surat Al Mulk,para santri keluar dengan terburu buru
merubungi tempat wudhu yang genangannya sudah terisi 4 orang santri yang direndam.

Taufik nyempil nyempil menusup ke barisan terdepan untuk melihat para santri yang
direndam.Ternyata mereka adalah Dimas,Arif,Riki,dan Ali. Hanya kepala mereka yang muncul
di permukaaan air. Di mulut mereka tersempil 2 batang rokok.
“Kenapa itu?” Tanya taufik random.

“Ngga tau.” Jawab salah seorang santri.

Ustad Umar mengisi Kembali mulut keempat orang tawanan air dengan rokok Ketika
nyawa rokok sebelumnya sudah di ujung tanduk. Lalu,Ustad Umar pun berdawuh.

“Jangan lagi ada pelanggaran seperti ini. Memalukan!. Yang lain sholat jamaah ini
malah merokok di kamar mandi.” Dawuh Ustad Umar dengan raut wajah yang disangar
sangarkan mengingatkan para santri yang merubungi. Peringatan ini tak hanya berlaku untuk
para santri yang merubungi saja,tetapi untuk seluruh santri yang ada di pesantren tersebut.
Peringatan ini sebenarnya sudah tertera di peraturan tertulis pesantren yang dipajang di
mushollah pesantren.”Sekali lagi ada pelanggaran seperti ini,akan saya rendam kalian di kolam
belakang!” Tambahnya.

Kolam belakang adalah tempat dimana para santri terpaksa mandi Ketika di kamar mandi
sedang tidak ada air. Airnya berwarna hijau dan dipenuhi ikan dan katak yang suka berdongeng.
Terkadang juga Nampak mayat mayat ikan mengapung di permukaan air.

Merinding tanpa alasan,Taufik Kembali ke kamarnya di 1B.

“Kenapa lu diem aja dari tadi?” Noer bertanya santai. “Kayak nya tegang gitu?”

“Itu tadi diingetin Ustad Umar jangan sampe ada pelanggaran kaya anak 4 tadi.”

“Emang kenapa anak 4 tadi?”

“Ketauan ngerokok di kamar mandi.” Ucapnya lemah diiringi raut wajah resah.

“Lah itu kan emang udah tertera di peraturan pesantren. Jelas lagi tulisannya,nggak ada
yang kehapus satu huruf pun” Noer berlagak seperti seorang ustad yang sedang berdakwah.
Hari berikutnya. Pas jam 3,waktu bagi para santri untuk bergegas menuju musholah guna
bersiap melakukan shalat jamaah ashar. Taufik masih tertidur pulas ketika teman temannya
sudah siap siap berangkat ke mushollah.Tak lama berselang,kumandang adzan di masjid luar
pesantren sudah mulai menggema ditelinga masyarakat sekitar hingga gelombang nya
menyelinap hingga pelosok pesantren. Santri bagian adzan berdiri dan siap melancarkan
suaranya ke berbagai penjuru dengan pengeras suara.

Taufik baru terjaga dari tidurnya. Itu pun karena di bangunkan oleh Noer yang telah usai
mengaji yasin disamping nya. Noer mengingatkan bahwa iqamah tak lama lagi akan
dikumandangkan.

“Iya iya,ini udah bangun.” Taufik berbicara sambil menggeliat.”Ada rokok ngga?Asem
nih mulut dari tadi belum nyebat.”

“Ambil aja tuh di lemari. Gua berangkat duluan ya” Ucap Noer sambil beranjak pergi.

“Iya ,duluan aja.” Taufik juga beranjak dari zona nyamannya menuju kamar mandi
sembari menyulut rokok.

Satu langkah memasuki kamar mandi,iqomah berkumandang.Taufik yang masih


merokok berjalan santai saja menuju WC.”Cuma Buang air sebentar paling telatnya Cuma satu
rakaat.” Batinnya.

Terlena dengan isapan rokok,Taufik telat hingga shalat jamaah selesai.Ustad Umar mulai
berkeliling menggenggam rotan bersiap menyantap para santri yang telat jamaah.Dan
kebetulan,saat itu hanya Taufik saja yang terlambat.Taufik sembunyi sembunyi Kembali ke
kamar untuk bersalin pakaian takwa dan berangkat ke musholah sebelum Ustad Umar
menemukannya.
Setengah perjalanan menuju kamar,Taufik mengundang pandangan Ustad Umar.Ia
menendang kaleng minuman yang dibuang sembarangan di depan kamar.Tak ingin mangsanya
lolos,Ustad Umar segera menuju Taufik yang sedang panik.

Tanpa basa basi,Ustad Umar langsung melayangkan rotannya yang mengarah ke betis
telanjang Taufik. Taufik hanya bisa mengerang kesakitan tanpa bisa melawan.Karena ia sudah
belajar adab dan akhlaq,melawan seorang guru adalah satu Tindakan fatal yang bisa
mempengaruhi masa depan. Dengan satu Gerakan setelah beberapa kali pukulan,Ustad Umar
berisyarat agar Taufik segera menunggu di tempat wudhu samping pesantren.

Pembacaan wirid juga surat Al Waqiah yang dibaca setiap ba’da ashar sudah selesai.Para
santri mulai keluar dari mushollah.Melihatku sedang berdiri telanjang dada,santri santri itu mulai
mengerubungiku.Bertanya ‘ada apa gerangan’,’sedang apa disini’,hingga pertanyaan non logis
pun terlontar seperti: ‘Mau sholat disini?’.

Angin mengabarkan ayunan rotan yang dihentakkan ke papan dari kejauhan 10


meter.Amat keras memekakkan telinga. Tanda tersebut sudah tak asing bagi para santri.
Ya,itulah tanda bahwa Ustad Umar akan mengeksekusi santri yang menyimpang dari peraturan.

Sebelum mengeksekusi,Ustad Umar memberi pertanyaan pada Taufik.

“Kenapa tadi telat jamaah nya?”

“Buang air Ustad.” Jawab Taufik gugup.

“Selama itu buang air?”

“Rutinitas lain ustad.”

Plasss…. Suara rotan mendarat di betis menggema di udara.”Ngerokok?”

“Nggeh.” Jawab Taufik putus asa.


Plass… Suara rotan Kembali menggema.

“Kamu sudah lama mondok di pesantren ini,seharus nya kamu memberi contoh yang baik
kepada adik adik mu. Bukan malah sebaliknya. Memberikan contoh yang buruk.” Ustad Umar
mendengus. “Karena sekarang mood saya lagi baik,kamu nggak saya rendem di air. Sebagai
gantinya kamu hanya baca surat Yasin 3 kali besok pagi.”

Mata Taufik langsung binar. “Nggeh Ustad,siap.”

“Di depan gerbang santri Putri.” Tambah ustad Umar sebelum menutup sirkus pukul
pukulan.

Taufik hanya ternganga dan bergeming ketika mendengar penutup ustad Umar,bahkan
hingga ustad Umar Kembali ke kantor,Ia hanya tetap bergeming hingga badannya yang telanjang
dada di pukul telapak tangan dari belakang.

“Pake baju sana,nanti jin perempuan kepincut ngeliat perut lu yang buncit itu.” Fay
meledek.

Taufik yang tersadar seketika langsung menuju kamar dengan berlari,dan terengah engah
setibanya.
Aku Benci Hujan
Oleh: Afidatur Rohmah

Hujan! Aku benci hujan! Teramat benci. Saat arakan awan hitam perlahan datang, hatiku mulai
menyumpah. Serapah tak pantas kukeluarkan meski hanya dalam hati. Dan tak berselang lama,
langit menumpahkan semuanya ke bumi. Aku? Semakin menyumpah. Saat ini, aku tengah
terjebak hujan. Membuat perjalananku terhambat. Aku tertahan di sebuah emperan toko.

"Kenapa kau begitu benci dengan hujan?" kudengar seseorang berkata. Aku menoleh, kau
bertanya padaku, batinku. Dia mengangguk.

"Ya, aku bertanya padamu. Dari tadi kudengar kau menggerutu. Kau tahu? Itu sangat
mengangguku," ujar laki-laki berwajah tirus itu. Aku jadi heran, bagaimana dia bisa mendengar
apa yang kuucapkan dalam hati. Aku menghela napas, "orang lain tidak ada yang terganggu, kau
saja yang berlebihan. Lagi pula aku mengucapkannya dalam hati. Salah siapa mencuri dengar
kata hati orang lain." Aku berucap dengan ketus. Kulihat orang itu memcoba bersabar. "Suatu
saat kau akan membutuhkanku! Ingat itu!" ancamnya. Aku acuh, melenggang pergi. Hujan mulai
menyusut. Namun, hatiku masih menyumpah. Kali ini karena laki-laki itu.

Akhir bulan Desember, hujan turun dengan menjadi-jadi. Aku kembali terjebak hujan. Kali ini
tidak di emperan toko, tapi di sebuah halte bus. Curah hujan semakin deras. Orang semakin
banyak berteduh di sini. Tubuh mungilku terdorong hingga tepian halte. Tempias hujan
membuatku merapatkan jaket. Tanpa kusadari, di sampingku sudah berdiri laki-laki sok tahu
yang kutemui beberapa hari yang lalu. Di tangannya tergenggam sebuah payung pelangi. Raut
wajahnya ramah, dia tersenyum. Aku dengan kaku berusaha membalas senyumnya. "Aku bisa
menghentikan hujan ini jika kau memintanya," bisiknya di sela-sela suara gemuruh air hujan.
Mataku menatapnya tak percaya. Benarkah? tanyaku dalam hati. Dia mengangguk. Kalau begitu,
hentikanlah. Kembali aku berkata dalam hati.

Dia melipat payung pelangi itu. Kemudian, ia pejamkan mata. Wajahnya tampak teduh. Satu
detik, dua detik, tetap tidak terjadi apa-apa. Hujan masih sama derasnya. Lima detik berlalu,
hujan masih sempurna deras. Aku menaruh harapan padanya. Ayolah! bisikku.

"Sebentar lagi hujan akan reda, bersabarlah."

Kudengar suaranya. Namun aneh, aku tak melihatnya membuka mulut. Perlahan tapi pasti hujan
mulai menyusut. Aku bersorak dalam hati. Akhirnya aku bisa pulang. Dia membuka mata. Aku
melambaikan tangan. padanya dan segera berlari pulang. "Terima kasiiih," kataku sambil berlari.
Dia hanya tersenyum dan mengangguk.

Aku tidak pernah memikirkannya. Namun, saat hujan turun, aku selalu teringat padanya. Aku
berharap dia akan datang. Lantas, aku akan memintanya menghentikan hujan. Harapan tinggallah
harapan, ia tak pernah pagi nampak batang hidungnya. Ia seperti hilang ditelan bumi. Aku
membutuhkannya. Persis seperti yang ia katakan saat pertama bertemu. Aku membutuhkannya
untuk menghentikan hujan. Aku resah tatkala hujan dan tanpa dirinya.

Gerimis mengiringi langkah kakiku, Aku yang tergesa ingin segera sampai di tempat kerja.
Namun, di persimpangan jalan kudapati batang hidungnya. Ia seperti hilang ditelan bumi. Aku
membutuhkannya. Persis seperti yang ia katakan saat pertama bertemu. Aku membutuhkannya
untuk menghentikan hujan. Aku resah tatkala hujan dan tanpa dirinya.

Gerimis mengiringi langkah kakiku, Aku yang tergesa ingin segera sampai di tempat kerja.
Namun, di persimpangan jalan kudapati kerumunan orang. Aku mendekat, mencari tahu apa
yang terjadi. Mataku terpaku pada sosok yang tergeletak di tengah kerumunan. Kilau merah
menutupi sebagian wajahnya. Tulangku serasa lepas semua, tubuhku tak berdaya. Aku
mengenali wajah itu. Dia laki-laki penghenti hujan. Aku jatuh terduduk di samping tubuhnya.
Matanya masih terbuka, menatapku. "Jangan pernah menangis!" pesannya. Matanya terpejam
dan tak pernah terbuka lagi. Air mata tak mampu kutahan. Aku menangis. Kugoncangkan
tubuhnya. Namun, ia tetap tak bergerak. Orang-orang menatapku bingung. Aku tak mampu lagi
berpikir. Yang aku tahu, dia meninggalkanku bersama hujan. Hujan yang abadi. Hujan yang tak
akan terhenti. Selamanya.

Dan pada akhirnya aku sempurna ditingalkan Bersama hujan yang abadi Di tempatku berpijak
ini, hujan tak kan terhenti Dan dimanapun aku berada, jika aku menangis ma ka hujan akan turun
Aku, gadis pemanggil hujan Yang kini kehilangan penangkalnya, Selamanya.....

MIMPI SANG HULWA


OLEH: ITA NUR AINI

Hulwa adalah gadis desa yang mempunyai banyak mimpi.Hulwa berasal dari keluarga yang
sangat sederhana.Hilwa gadis yang berambut hitam,bermata sayu dan berkuliat putih.Hulwa
perlahan ingin mewujudkan sedikit demi sedikit mimpi-mimpinya.Mulai dari mimpi yang
pertama ia wujudkan,hulwa ingin menambah ilmunya terutama dalam hal agamanya.Hulwa
mewujudkan mimpinya dengan masuk kedalam pondok pesantren.Nama pondok pesantren itu
adalah pondok pesantren Al-Azhar,disana hulwa banyak medapat ilmu terutama ilmu
agama.Hulwa cukup lama berada didalam kehidupan pesantren sampai ia banyak mengemban
tanggung jawab dan berperan dalam pesantren.

Seiring berjalannya waktu hulwa sudah mulai ingin melanjutkan mimpi-mimpinya yang lain
dan melanjutkan perjalanannya sebagaimana musafir ilmu.Hulwa berhenti dari pesantren dengan
berat hati karena ia sudah mulai menyatu dengan suasana pesantren.Tetapi hulwa tetap harus
melanjutkan pendidikannya,ia berhenti dan mengambil jenjang yang lebih tinggi, sebelum
mengambil fakultas yang ia banyak bertanya agar lebih mudah dalam proses
perkuliahannya.Hulwa sangat mempunyai semangat yang tinggi dalam menempuh
pendidikannya ia mempunyai kemauan yang besar dalam hatinya.Setelah beberapa bulan berlalu
hulwa sudah mulai beraktivitas di perkuliahannya.Dan setelah masuk perkuliahan hulwa sudah
mulai mendapatkan tugas yang berkaitan dengan teknologi pada zaman sekarang, tetapi ia masih
belum bisa karena ketika dipondok pesantren ia tidak pernah tahu tentang pesatnya teknologi
diluar. Hulwa bingung hendak meminta bantuan kesiapa,tetapi hulwa mempunyai teman laki-laki
yang begitu pandai dalam hal teknologi.Laki-laki itu bernama zaroon ia teman satu pondok
pesantren dengan hulwa.Ketika dipondok pesantren mereka tidak saling kenal baru ketika kuliah
mereka saling kenal.Zaroon sering sekali membantu hulwa dalam kesulitannya.Zaroon adalah
kakak kelas hulya ketika dipondok pesantren.Seiring berjalannya waktu mereka saling kenal dan
menjadi teman dekat,tidak hanya zaroon tetapi hulya juga memiliki teman bernama Zara.Hulya
sering berbagi keluh kesahnya terhadap Zara mereka dekat seperti saudara.Setelah masuk kuliah
hulya bertemu zaroon secara langsung karena sebelumnya mereka hanya berkomunikasi dengan
media sosial saja meskipun mereka dekat.Beberapa bulan berlalu tanpa hulwa sadari bahwa
zaroon menyimpan perasaan yang sudah lama ia pendam.Zaroon mengatakan perasaannya
terhadap hulwa dengan niat hati ingin mengambil jenjang yang lebih serius yaitu bersama dalam
hubungan yang dirdhoi Allah.Dan mereka sudah mulai memiliki perasaan yang sama dan banyak
impian yang ingin mereka wujudkan bersama.Setelah itu mereka sudah mulai berbicara dengan
pihak keluarga masing-masing, keluarga dari zaroon senang sekali kepada hulwa tetapi beda
dengan keluarga hulwa yang masih belum bisa menerima zaroon Karena jarak kita jauh.Semua
impian yang ia rangkai seakan hilang bak angin bertiup.Tetapi semua ini memang telah
kehendak Allah.Dan pada akhirnya mereka berusaha bagaimana caranya agar mereka ikhlas
menerima semuanya.
Daun gugur dan pohon yang tak peduli
OLEH: MUHAMMAD IHSAN FANANI

Apa yang terjadi jika tak ada kecemasan atas sebuah kepergian? Jikapun saya adalah daun yang
gugur memisahkan diri sedang kau sebuah pohon yang tak peduli, dan selalu percaya bahwa
daun yang baru akan tumbuh lagi. Daun yang gugur dan pohon yang tak peduli Mereka adalah
sepasang kesalahan. Di januari tanah sedikit basah, sedang daun yang gugur terbaring murung di
jalan jalan sunyi dan angin mencoba menerbangkan helainya kemudian membawanya tanpa bisa
meminta arah. Daun terhenti di suatu tanah yang hendak mengajaknya menua bersama, tetapi
sapuan sapuan kerikil hendak mematahkan tulangnya. Daun bisa saja lebih dulu untuk pergi ke
tempat terakhirnya. Sesaat daun gugur, pohon begitu angkuh dengan ketidak peduliannya, hingga
daun mengecup tanah dan menua bersama. Dari bawah daun melihat ketika pohon hidup tanpa
daun satu persatu persatu rantingnya patah dan menanti kapan ia jatuh ke tanah, sebab begitu
mudah angin memukulnya ketika ranting tanpa daun, dan pohon lupa akan hal ini. Seiring
berjalannya waktu ranting patah dan jatuh hingga tak tersisa tempat bagi daun baru untuk
tumbuh. Seperti buah jatuh yang jauh dari pohonnya ranting pun sama, angin tak bisa
mebawanya pergi untuk melupa akan kesalahan. Sedang pohon semakin kering menanti disantap
rayap sampai ke akar akarnya Daun yang gugur dan pohon yang tak peduli mereka saling cinta
tetapi dengan cara menyakitkan.
Karakter Baik dan Buruk
OLEH : SYARIF ROMADHON

Cerita ini menggambarkan tentang cerita anak yang baik karena mengingatkan temannya untuk
belajar sungguh-sungguh dalam menghadapi ujian. Dan selain itu ada juga perilaku buruk yang
selalu mengharapkan bantuan orang lain ketika ujian

Jangan Berlaku Curang

Ujian adalah hal yang paling menakutkan bagi anak-anak di sekolah. Padahal ujian kan
merupakan tahap pengujian apakah kita telah memahami dengan benar materi yang diajarkan.
Maka salah kalau kita mengartikan ujian itu adalah hal yang menakutkan Nanda bicara dengan
Fitri sambil makan kuaci kesukaan mereka berdua.

Iya kamu sih enak karena kamu pintar dan cepat mengerti. Sedangkan Saya kan kamu tahu
bagaimana Saya? Kamu juga pintar kok.. jawab Nanda. Sudah deh jangan ditakutkan percaya
dengan ketentuan yang diatas dan terus berupaya dan rajin belajar.

Sumpah Saya takut banget…!

Sudah tidak apa-apa, ayok kita pulang keburu hujan seperti semalam Saya demam gara-gara kita
kehujanan kemarin, kamu sih main melulu. Iya maaf! Jawab Fitri.
Pagi itu kami dikumpulkan di halaman sekolah untuk mendengarkan arahan dari kepala sekolah.

Anak semua selesaikan ujian akhirmu esok hari dengan penuh kesungguhan. Ingat ujian ini akan
menentukan apakah selama ini kalian telah sungguh-sungguh dalam menuntut ilmu atau
tidak.selamat menempuh ujian jangan sampai terlambat datang sekolah. Diakhiri dengan doa
bersama.

Semua murid terlihat serius mengerjakan soal dan terlihat pengawasan sibuk mendampingi
peserta yang sedang melangsungkan ujian akhir nasional. Semua Saya pasrahkan apapun yang
terjadi akhirnya nanti Saya siap menerima. akan Saya ingat pesan orang tuaku tadi pagi. Dan
akhirnya Saya lulus juga temanku si Fitri.

Luka Berujung Cinta


Jihan Salsabila

Kayla Nanda Shabrina, salah satu siswi di SMA Mandiri terlihat tengah berlari terburu-buru
menyusuri koridor sekolah. Dengan seragam putih abu-abunya dia bergegas menuju kelas. Saat
hampir sampai di depan kelas tiba-tiba saja, tanpa sengaja dia menabrak seorang Lelaki
berperawakan tinggi jangkung. Kayla menabrak lelaki itu dengan sangat keras sampai-sampai
tubuh lelaki itu terpental jatuh ke lantai dan kepalanya mengenai salah satu pot yang berjejer rapi
di depan kelas.

"Akhh ..." rintih lelaki itu kesakitan sembari memegangi dahinya yang berdarah. Kayla sangat
terkejut dan langsung berlutut membantu lelaki itu untuk berdiri.

"Aduh, sorry-sorry, gue gak sengaja," ucap Kayla cemas.

"Lo itu punya mata gak, sih! Bisa-bisanya orang se-gede gini masih di tabrak," protes lelaki itu.

"Y-ya, maaf. Gue buru-buru tadi," ucap Kayla meminta maaf.


"Gue nggak mau tau, Lo harus tanggung jawab. Kalau nggak, gue laporin, Lo ke polisi," protes
lelaki itu.

"Ih ... j-jangan gitu dong. Iya deh, iya. Gue bakalan tanggung jawab. Sini, gue bantu, Lo berdiri
dulu, kita ke-UKS buat ngobatin luka, Lo," ucap Kayla sembari meraih tangan lelaki itu dan
membantunya untuk berdiri. Kemudian Kayla memapah tubuh lelaki itu dan membawanya ke-
UKS.

Sesampainya di UKS, Kayla mengambil kotak obat dan mulai mengobati luka lelaki itu.
"Akhh ... sakit! Pelan-pelan kenapa, sih. Kasar banget, Lo jadi cewek," celoteh lelaki itu.

"Eh, mulut comberan. Ini juga pelan-pelan kalik. Lemah banget, sih, Lo jadi cowok," celoteh
Kayla.

"Ehh, sembarangan, Lo kalo ngomong! Nama gue Satya Rizki Ananda, bukan mulut comberan,"
geram lelaki itu, yang ternyata bernama Satya.

"Gue nggak nanya," ketus Kayla sembari membersihkan luka Satya.

Kayla mengerucutkan bibirnya, dia sangat kesal kepada Satya karena, Satya dia harus
melewatkan satu jam pelajaran dan harus merawat lelaki resek seperti Satya. 'Resek banget, nih
cowok. Udah beruntung gue mau ngobatin lukanya, masih aja nggak tau terima kasih," protes
Kayla dalam hati.

Beberapa menit kemudian, Kayla selesai mengobati Satya, tanpa berkomentar apa pun, Kayla
membereskan kotak obat itu dan menaruhnya di tempat semula.

"Lukanya udah gue obati, jadi tugas gue udah selesai. Gue udah nggak ada urusan lagi sama,
Lo," ucap Kayla ketus.

Kayla hendak pergi meninggalkan Satya yang masih duduk di atas ranjang. Tiba-tiba saja, Satya
merintih kesakitan.

"Kepala, Lo masih sakit?" ucap Kayla cemas melihat Satya yang masih merintih kesakitan.

"Gue, bukan cowok lemah," elak Satya sembari bangkit dari duduknya dan turun dari atas
ranjang. Dengan sekuat tenaga, Satya mencoba berjalan. Namun, masih dapat tiga langkah,
badan Satya terhuyung dan Kayla menangkap tubuh Satya sebelum terjatuh.
"Eehh, Lo nggak usah sok kuat, deh. Gue tau, Lo masih pusing. Nggak perlu gengsi sama gue,
sini gue bantuin, Lo," ucap Kayla sembari merangkul tubuh lemah Satya. Badan Satya yang
tinggi membuat Kayla sedikit kesulitan untuk merangkulnya. Satya menatap gadis mungil yang
saat ini sedang bersusah payah memapahnya itu.

Sejenak Satya berpikir. 'Kelihatannya seru juga, nih kalo cewek ini ngerawat gue di rumah
selama papi sama mami ada di luar kota,' batin Satya sembari tersenyum.

"Lo berat banget sumpah, kebanyakan dosa Lo, ya," ucap Kayla asal.

"Sembarang, Lo kalo ngomong. Di jaga, Lo kalo mau ngomong, jangan nyerocos mulu kayak
petasan aja," sangkal Satya.

"Anterin, Gue pulang. Gue nggak bisa ngikutin pelajaran hari ini," tambah Satya.

Mendengar ucapan Satya, Kayla menatap Satya sinis. "Lo, bilang apa? Anterin pulang? Ngada-
ngada aja Lo, kalau Gue nganterin Lo pulang, terus gue gimana, bolos gitu?" Protes Kayla.

"Izin dulu lah, ke-BK. Bodoh banget, sih, Lo," ucap Satya dingin.

"Lo, itu resek banget, sih. Udah untung Gue bantuin, malah nyolot aja dari tadi," ketus Kayla.

Kayla memapah tubuh lemah Satya dan bergegas izin ke-Bk untuk pulang lebih awal. Setelah
mendapat izin untuk pulang lebih awal, Kayla memapah Satya sampai masuk ke dalam
mobilnya. Usai mengantarkan Satya ke dalam mobilnya, Kayla bernapas lega. Napas Kayla tak
beraturan. Bagi Kayla, memapah Satya sama saja seperti sedang membawa beban berkilo-kilo
gram. Kayla terdiam sejenak sembari memegang ke awak mobil, dia mencoba menstabilkan
napasnya.

"Ayo, anterin, Gue pulang," ucap Satya kemudian.

"Sabar kenapa, sih. Lo, nggak tau, Gue hampir kena Asma, nih gara-gara Lo," sangkal Kayla.

"Idihh ... kok, malah nyalahin, Gue, sih," elak Satya.

"Abisnya badan, Lo berat banget. Udah kayak berasa gendong kerbau aja, Gue," ucap Kayla.

Kayla berjalan ke sisi kemudi dan bergegas mengantarkan Satya ke rumahnya.

***
"Lo, istirahat aja, dulu," ucap Kayla saat sampai di kamar Satya. Kayla melepaskan tangan Satya
dan membiarkannya berbaring di ranjang. Detik berikutnya Kayla menarik selimut dan
memakaikannya kepada Satya.

"Udah, kan. Kalo gitu, Gue mau pulang dulu," ucap Kayla.

Kayla berjalan, hendak pulang ke rumahnya. "Tunggu! Lo, mau kemana?" teriak Satya tiba-tiba
sampai membuat Kayla menghentikan langkahnya. Kayla membalikkan badannya dan menatap
Satya tajam.

"Lo itu budek apa gimana, sih? Gue mau pulang," protes Kayla.

"Eh, enak bener Lo tiba-tiba mau pulang aja. Gak bisa, Lo harus merawat Gue di sini sampai
Gue sembuh. Sebagai ganti dari mami Gue," ucap Satya. Mendengar perkataan Satya, Kayla
langsung membelalakkan matanya. "Apa? Ngerawat, Lo di sini?" kaget Kayla. Satya
mengangguk santai.

"Nggak, gue nggak mau! Lagian Gue udah tanggung jawab, kan, sampai-sampai Gue harus
melewatkan pelajaran demi nganterin Lo pulang. Nggak Gue nggak mau," protes Kayla.

"Ya udah kalau Lo nggak mau. Gue aduin Lo ke-Bk, kalau Lo udah mencelakakan Gue dan
nggak mau bertanggung jawab," ancam Satya.

"Ihhh, Lo ... Akhh ... resek banget, sih Lo! Gue, kan udah tanggung jawab," protes Kayla dengan
wajah kesal. Satya mengangkat kedua bahunya sembari tersenyum. Kayla mengembuskan napas
pasrah, dia sangat kesal kepada Satya. 'Apa-apaan, sih nih cowok. Bisa-bisanya ngejebak Gue
kayak gini," rutuk Kayla dalam hati. Kayla masih menatap Satya dengan pandangan sangat
tajam. Detik berikutnya Kayla berjalan mendekati Satya.

"Lo itu cowok, nyebelin banget, sih. Nyesel Gue ketemu, sama, Lo," ucap Kayla sinis.

"Ih, suka-suka Gue dong. Lagian siapa suruh nabrak, Gue tadi," sangkal Satya tak kalah sinis.

Kayla sangat geram sampai wajahnya merah padam, perlahan dia mengembuskan napasnya
pelan-pelan. Kayla mencoba meredakan emosinya yang sudah berada di ubun-ubun.

"Gimana? Lo masih mau pulang?" tanya Satya.

"Iya-iya, Gue mau ngerawat, Lo," ucap Kayla pasrah.


Kayla berjalan ke arah sofa dan membanting tubuh letihnya di sana. Kayla merasa sangat letih,
baik fisik dan batinnya saat ini sedang di uji oleh cowok yang menurutnya sangat menyebalkan
itu. Kayla meraba ponselnya dan berniat untuk menelepon kepada orangtuanya bahwa dia harus
tinggal bersama Satya sampai orang tua Satya datang.

"Halo, Ma. Ma, Kayla izin, ya sementara ini, Kayla tinggal di rumah teman Kayla dulu. Tadi
Kayla nggak sengaja nabrak teman Kayla sampai dia terluka, jadi Kayla di tuntut harus
bertanggung jawab dengan merawat dia di rumahnya sampai orang tuanya pulang," jelas Kayla
tanpa basa-basi.

"Oh, ya sudah nggak papa sayang. Lagian kamu juga harus bertanggung jawab karena kamu
yang membuat dia terluka."

'Ih... Mama kenapa ikut-ikutan belain cowok resek ini, sih," rutuk Kayla dalam hati.

"Hmm ... ya sudah Ma, Kayla tutup dulu, Ya teleponnya. Bay Ma," ucap Kayla mengakhiri
teleponnya.

Dari kejauhan Satya menatap Kayla dengan senyum yang terukir di wajahnya. "Apa, Lo senyum-
senyum," ucap Kayla saat mendapati Satya tersenyum melihatnya.

" Kalau, Lo mau ganti baju, di sebelah ada kamar sepupu Gue. Di lemarinya masih banyak
banget baju yang dia tinggal. Dia juga lulusan SMA Mandiri, jadi Lo bisa pakek seragam sepupu
Gue kalau Lo mau sekolah. Lo juga bisa tidur di sana," ucap Satya datar.

Kayla masih menatap Satya tajam. Sesaat kemudian Kayla bergegas keluar dari kamar Satya dan
berjalan menuju Kamar sepupunya Satya.

***

Tiga hari berlalu, Kayla masih tetap berada di rumah Satya. Dengan terpaksa Kayla merawat
Satya, dia menyiapkan segala sesuatu yang di butuhkan oleh Satya, termasuk juga membersihkan
rumah. Saat weekend tiba, Kayla full time di rumah, dia beres-beres rumah seharian penuh.
"Serasa jadi pembantu aja Gue," gumam Satya sembari mengepel lantai. Sejauh ini kondisi Satya
semakin membaik, meskipun terkadang kepalanya masih terasa pusing. Tidak bisa di hindari
pula, hubungan Kayla dan Satya semakin hari semakin baik, meskipun terkadang masih saja
bertengkar.
Setelah semua beres, Kayla membawakan makanan untuk Satya. Kayla menaruh makanan di atas
meja di samping Satya. "Lo, makan dulu," ucap Kayla. Satya menatap makanan itu dan mencoba
meraihnya, tetapi tiba-tiba saja kepala Satya pusing dan tidak sengaja menyenggol gelas sampai
gelasnya terjatuh dan pecah.

"Astaga, Lo pusing lagi, ya? Ya udah Gue suapin aja. Gelasnya biar Gue nanti yang beresin,"
ucap Kayla lembut. Kayla meraih makanan di atas meja dan duduk di tepi ranjang Satya. Satya
menatap Kayla, di dalam hati Satya memuji kecantikan Kayla, 'Nih cewek kalau di lihat-lihat
cantik juga, ya. Perhatian benget lagi,' batin Satya sembari tersenyum menatap Kayla.

"Gue bisa makan sendiri," ucap Satya tiba-tiba.

"Lo, nggak usah sok kuat, deh. Udah nggak usah gengsi, nurut aja kenapa, sih," protes Kayla.

Satya terdiam tak berkomentar, dia hanya pasrah saat Kayla menyuapi dia dengan sangat lembut.

"Udah, Gue ambilin air dulu, ya buat Lo minum obat," ucap Kayla sembari membawa piring
kotor itu ke dapur.

Beberapa saat kemudian Kayla datang dengan membawa segelas air, dia memberikannya kepada
Satya.

"Lo, minum dulu obatnya," ucap Kayla. Satya meminum obatnya kemudian menaruh gelas itu di
atas meja.

Detik berikutnya Kayla membersihkan pecahan gelas di lantai, tiba-tiba saja tanpa sengaja salah
satu pecahan gelas itu mengenai jari telunjuknya. "Akhh ..." rintih Kayla kesakitan sembari
memegangi telunjuknya. Spontan saja, Satya terkejut dan maraih tangan Kayla.

"Lo nggak papa! Jari Lo berdarah," ucap Satya cemas.

"M-maaf, ya. Sebentar," tambah Satya. Sesaat kemudian Satya mengecup telunjuk Kayla yang
berdarah, Kayla terkejut tidak percaya. Matanya indahnya menatap Satya dengan penuh arti.
'Astaga, kenapa Gue jadi deg-degan gini, sih,' batin Kayla. Sesaat kemudian Satya membuka
loker di sebelahnya dan mengambil hansaplast untuk membalut luka Kayla.

"Lain kali, Lo hati-hati," ucap Satya.


Kayla tersipu malu, dia tidak berkomentar apa pun, dia melanjutkan membersihkan pecahan
gelas itu dan bergegas keluar dari kamar Satya.

***

Seminggu sudah Kayla berada di rumah Satya. Sejauh ini Kayla tidak keberatan lagi jika harus
bersama dengan Satya karena akhir-akhir ini dia baru sadar bahwa dia mulai jatuh cinta kepada
Satya. Namun, Kayla tidak akan pernah menunjukkan rasa itu kepada Satya. Kayla takut Satya
tidak memilik rasa yang sama seperti apa yang tengah dia rasakan saat ini. Malam itu Kayla
menemani Satya bermain PS, karena terlalu lelah Kayla tertidur di samping Satya. Satya yang
mengetahui bahwa Kayla tertidur tersenyum lebar. Satya mematikan PS nya dan berniat
memindahkan Kayla ke kamarnya. Sesampainya di kamar Kayla, Satya menidurkan tubuh gadis
cantik itu di atas ranjang, Satya tidak langsung keluar, tetapi malah asik memandang wajah
Kayla saat tidur. Satya menyibakkan rambut Kayla yang menutupi sebagian wajahnya. "Kayla,
Lo pasti capek banget, ya, sampai-sampai Lo tidur pulas banget. Andai Lo tau, Gue sayang sama
Lo Kayla. Gue seneng banget Lo bisa ada di sini," gumam Satya. Sesaat kemudian Satya
mengecup puncak kepala Kayla dan berjalan meninggalkan Kayla yang tertidur pulas.

***

Malam itu Satya berniat mengungkapkan perasaannya kepada Kayla, dia menyiapkan semuanya
di taman belakang. Dengan suasana yang begitu romantis Satya berharap perasaannya akan
terbalaskan. Satya mencoba memberi sebuah teka-teki kepada Kayla. Teka-teki dari kertas yang
akan menunjukkan ke arah taman. Satya menunggu Kayla dengan perasaan campur aduk. Deg-
degan hal itulah yang saat ini dia rasakan. Satya sengaja mematikan lampu taman dan di gantikan
oleh lilin-lilin yang dia nyalakan di sekeliling taman.

"Satya." Suara Kayla mengejutkan Satya yang sedari tadi terdiam membelakangi taman. Satya
menoleh ke belakang dan dia dapati Kayla sedang berdiri menatapnya bingung. Satya tersenyum
dan mendekati Kayla.

"I-ini apa-apaan, Lo ngapain menghias taman kayak gini? Lo, mau ngadain pesta, ya?" tanya
Kayla polos sembari melihat ke sekeliling taman. Satya tersenyum melihat siapa polos Kayla.
"Lo itu cewek alibi banget, sih," ujarnya.
"Loh, kok Lo malah ngatain Gue alibi, sih," protes Kayla sembari mengerucutkan bibirnya.

Satya meraih kedua tangan Kayla, spontan saja Kayla terpaku sambil menatap Satya. Perasaan
Kayla mulai campur, dia tidak bisa mengendalikan perasaannya. 'Astaga-astaga, Satya mau
ngapain, nih,' batin Kayla.

"Kayla, Gue mau ngucapin banyak terima kasih sama Lo. Selama ini Lo udah ngerawat Gue
dengan baik, Lo banyak menghabiskan waktu luang Lo demi Gue," ucap Satya memulai bicara.

"I-iya sama-sama. Lagian, kan emang udah tugas Gue buat nebus kesalahan Gue sama Lo,"
jawab Kayla gugup.

Satya tersenyum mendengar jawaban dari Kayla, Satya menatap Kayla dalam-dalam dia
mencoba menata satu persatu kata yang hendak dia ucapkan kepada Kayla.

"Kayla, I don't know what to say to you today, all you need to know is, I love you. Would you be
my lover?" ucap Satya hati-hati. Kayla menatap Satya dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
Kayla tidak pernah mengira bahwa Satya akan mengatakan bahwa dia juga mencintainya.

"I love you too," jawab Kayla kemudian. Satya membelalakkan matanya tidak percaya dengan
apa yang dia dengar barusan.

"A-apa?" tanya Satya memastikan.

"Yes, I want to be your lover," jawab Kayla sambil tersenyum puas.

Detik berikutnya Satya memeluk Kayla erat, dia sangat bahagia karena cintanya terbalaskan.
Malam itu, di bawah rembulan dan jutaan bintang Satya dan Kayla memproklamirkan bahwa
mereka berdua sudah menjadi sepasang kekasih.

"Thank you for accompanying my steps," ucap Satya tanpa melepaskan pelukannya dari Kayla.

"You're welcome," jawab Kayla dengan masih tersenyum bahagia.

Kayla tidak pernah mengira bahwa cintanya akan berawal dari kecelakaan di sekolah waktu itu.
Luka pada diri Satya memulai titik terang pencarian cintanya selama ini.
Ujung Pena Sang Pujangga
Karya: muhammad iklil ramadhani

Ruangan itu hanya berukuran 4×5 meter suram dan sumpek berserakan baju kotor serta bekas
bungkus nasi.Hanya ada satu jendela yang engselnya sudah rusak dan berderit tiap kali dipaksa
bekerja. Sebuah dipan kecil di sudut ruangan tampak tak kalah suram,hanya ada satu bantal lepek
yang sudah tak jelas warnanya bermotif bekas liur sang pemilik.Sebuah sarung terlipat di atas
bantal,biasa digunakan sebagai pelindung diri dari dinginnya angin malam. Di sudut lain sebuah
meja dari kayu jati berdiri kokoh,di atasnya berserak aneka buku hasil goresan beberapa
sastrawan terkenal.Gumpalan kertas bertebaran di kolong meja,bergeser terus hingga kaki
dipan.Aneka bau bergumul jadi satu menciptakan aroma khas kos-kosan yang jarang
dibersihkan,barangkali bahkan tak pernah dibersihkan.

Di bibir dipan Suli tampak sibuk mengaduk isi asbak yang di tepinya sudah sempal,barangkali
masih tersisa barang satu puntung yang dapat ia isap hari itu.Terakhir kali ia membeli rokok ke
warung adalah seminggu lalu,itu pun hanya mampu untuk dua batang saja,uangnya hasil
mengutil di saku baju ibu kos pula.Tiga bulan yang lalu dia masih seorang mahasiswa di salah
satu universitas negeri,meski tiap semester IPK-nya tak pernah melampaui angka 2,3
orangtuanya di kampung sudah demikian bangga.Pada tiap orang yang mampir ke tempat
penggilingan padi mereka Bapak Suli menyombongkan kelak anaknya,seorang mahasiswa ibu
kota akan jadi insinyur pertama di kampung kecil mereka.Bahkan foto Suli yang mengenakan jas
almamater dicetak bagus-bagus dengan tinta warna,dipajang di ruang tamu berbingkai pigura
hasil ukiran pakdenya yang seorang pengrajin di Jepara.Bersanding dengan mendiang kakek Suli
yang merupakan pendiri ponpes dalam bentuk lukisan minyak.
Saat itu,meski kerjanya hanya dapat teguran dari dosen sana-sini Suli masih rajin pergi ke
kampus.Hingga kemudian gelombang panggilan jiwa mahasiswa yang cinta negeri itu sampai
juga pada kampus Suli.Mereka berbondong-bondong menghentikan aktivitas kelas dan turun ke
jalan menyuarakan pikiran.Suli turut hadir dalam barisan itu,berjalan paling depan sambil
memberi teriakan penyemangat pada kawan-kawan dan tuntutan pada yang duduk di seberang
sana,semoga saja didengar.Makin hari suasana makin tak terkendali terlebih ketika gedung
DPR/MPR akhirnya berhasil diduduki oleh mahasiswa dari berbagai daerah.Ibu kota tak lagi
kondusif,sementara toko-toko mulai dijarah,segala sesuatu mulai menjadi tak terkendali dan
amat mengerikan berada di antaranya.Tapi Suli,yang berjiwa bebas tak peduli pada itu semua.Ia
hanya menyerukan satu kata sama seperti yang diserukan oleh seluruh demonstran saat
itu,REFORMASI.

Dan ketika tuntutan itu akhirnya terpenuhi negeri belum sepenuhnya pulih,ditambah dampak
kericuhan yang disebabkan pada saat itu semakin membuat negara tertatih untuk bisa bangkit
berdiri kembali.Dan yang paling merasakannya adalah kaum menengah kebawah,dimana
mencari mata pencaharian lebih sulit dari mencari mata air di tanah tandus.Suli menjadi salah
satu di antara mereka.Ia yang sejak awal lebih mencintai dunia sastra daripada mewujudkan cita-
cita bapaknya menjadi insinyur pertanian memilih untuk mengikuti kata hatinya.Rupanya
gejolak reformasi itu terus tumbuh dalam dadanya meski euforia demonstrasi sudah
menyurut.Kali ini ia yang melakukan aksi demo pada bapaknya,bukan ban yang ia bakar tapi
amarah bapaknya yang ia sulut.Bapak Suli murka bukan kepalang,ia sudah sampai
menggadaikan beberapa lembar sertifikat demi Suli terus kuliah.Tapi yang ia dapat justru
pemberontakan dari anaknya yang lebih memilih jadi gelandangan daripada melanjutkan
studi.Diusirnya Suli dari rumah,tak peduli akan tinggal dimana anak semata wayangnya
itu,bahkan ikut mengancam tak akan pernah mengakuinya sebagai anak lagi.

Namun,kemarahan orang tua laksana kembang api yang hanya sementara gegap gempita
seolah menjatuhkan ribuan titik api dari langit,pada kenyataannya itu akan segera sirna dibawa
sang bayu entah kemana.Sementara Suli yang hati dan pikirannya dipenuhi segala macam
idealisme seorang yang merdeka menjadikan keputusan bapaknya malam itu sebagai akhir dari
kehidupannya menjadi seorang anak selama 23 tahun.Ia memilih untuk tetap tinggal di kos
lamanya,masih ada sisa uang pembayarannya disana.Namun ketika bulan baru telah dimulai dan
ibu kos berbadan tambun itu menggedor pintu kosnya bak debt collector menagih
hutang,kesengsaraan seorang idealis itu mulai menjadi nyata bagi Suli.Ibunya sempat mengirimi
surat yang memintanya untuk pulang dan bicara baik-baik dengan bapaknya,tapi lagi-lagi ego
menguasai keputusannya.Ia memilih untuk menjadikan kertas yang dikirim ibunya sebagai alas
gorengan dan membuang isinya ke selokan.Ia tak mau menundukkan kepala pada
bapaknya.Setelah itu Suli mulai bekerja serabutan,dari mulai jadi tukang parkir,kondektur
angkot,hingga membantu pekerjaan rumah ibu kos.Ibu kos bertubuh gempal yang gemar
memakai bermacam perhiasan emas itu menerima Suli bekerja di rumahnya dengan senang
hati.Hampir semua orang tahu,ibu kos yang merupakan janda kaya itu memang genit pada tiap
pria muda yang menjadi penghuni kosnya.Namun Suli tak peduli itu,ia juga tak peduli pada
kicauan gombal dan iming-iming yang dijanjikan jika Suli mau jadi kekasihnya yang kerap
keluar dari bibir tebal si ibu kos.Toh ia hanya perlu mengabaikannya,ia tak mau setelah
melarikan diri dari cengkraman gengsi bapaknya kemudian lari pada pelukan wanita gembrot
dan cerewet seperti ibu kosnya.Meski terlihat fokus pada pekerjaannya namun terkadang Suli
suka iseng mengutil uang yang terselip di saku baju ibu kos ketika sedang mencucinya.Uang-
uang logam itu lumayan juga jika ditukarkan pada beberapa batang rokok atau sebungkus kopi.

Pintu kos Suli diketuk seseorang dari luar,ia teramat malas untuk bergerak
membukakan,hanya suaranya saja yang memberi perintah si pengetuk untuk masuk
sendiri.Seorang lelaki berkacamata dengan model rambut belah tengah muncul,dahinya berkerut
begitu aroma kamar Suli menusuk hidungnya.Ramlan,teman kuliahnya datang.Ramlan tak
banyak bicara,ia punguti baju kotor yang berserakan di lantai dan menumpuknya di
sudut.Sementara Suli masih sibuk mencari puntung rokok.

“Makanlah.” Ramlan meletakkan bungkusan yang ia bawa di depan Suli.Lelaki berambut


gondrong sebahu itu memandang kawannya sebentar.Kemudian ia raih segera bungkusan berisi
nasi padang yang dibawa Ramlan,dengan lahap bahkan tanpa mencuci tangan ia tandaskan
isinya,sejak malam kemarin belum ada makanan masuk dalam perutnya.Ramlan menghela napas
pelan,kawannya tampak lebih kurus dari terakhir kali ia melihatnya. “Kau yakin tak ingin lanjut
lagi?” tanya Ramlan sambil mengelurakan sigaret dari saku kemeja,ia ambil sebatang dan
diselipkan di bibir tipisnya.
“Aku tak ingin ikut-ikutan sistem bodoh macam itu,” jawab Suli sambil memasukkan suapan
terakhir ke dalam mulutnya.Ia remas-remas pembungkus nasi sekaligus untuk membersihkan
tangannya.Diterimanya sebatang sigaret pemberian Ramlan dan ikut mengisap lintingan
narkotika jenis rendah itu.Ramlan hanya bisa diam dengan jawaban temannya yang menganggap
kuliah,bekerja,menikah,dan akhirnya mati adalah sebuah sistem yang bodoh.Yang tidak
menghargai hidup sebagai mestinya,Suli bilang manusia terlalu cepat mati sementara terlalu
banyak tuntutan masyarakat yang harus dipenuhi.Dan ia tak ingin jadi budak tuntutan-tuntutan
itu.Ia ingin bebas,sebebas ketika ia menggoreskan tintanya dan merangkai berjuta diksi.

“Kau terlalu idealis,Sul,” kata Ramlan seperti pada dirinya sendiri.Suli tertawa sebentar
tubuhnya yang hanya berbalut singlet tipis ikut bergerak-gerak,tulang-tulang iganya yang
menonjol tampak seperti akan rontok. “Jadi kau sekarang akan jadi penulis?Pujangga?Seperti
W.S Rendra kesukaanmu?”

Suli diam sebentar. “Aku ingin jadi orang yang bebas menentukan pilihan.Adalah
kebohongan besar jika kukatakan padamu aku akan jadi penulis dan sukses dengan jalanku
sendiri,menghasilkan uang yang kelak akan kusebar di atas makam bapakku.Kau
tahu,Ram.Terkadang penulis mengalami puncak kejayaannya ketika tulang tengkoraknya sudah
kering dan jadi sarang cacing.Sementara semasa hidupnya penuh sengsara,sepertiku saat
ini,untuk beli rokok dan sebungkus nasi pun tak mampu.”

Ramlan diam.Suli diam.Suara bayi menangis dari kamar sebelah terdengar,orangtuanya


adalah seorang keturunan Cina yang rumah dan tokonya habis dibakar dan terpaksa tinggal di
kos sempit nan kumuh. “Jadi,sekarang apa rencanamu?” tanya Ramlan ia memandang wajah
kuyu di hadapannya,namun garis-garis penuh tekad itu menggurat jelas di sana.Suli tersenyum
wajahnya seketika cerah,ia hanya menjawab pertanyaan Ramlan dengan kalimat pendek, “Aku
akan menunjukkan sesuatu yang hebat padamu,lihatlah nanti.”

Dua minggu kemudian tiba-tiba rumah Ramlan menerima telepon dan itu adalah ibu kos yang
menanyakan kemana Suli pergi.Bergegas Ramlan menuju kos Suli setelah mendapat telepon,ada
rasa khawatir dalam hatinya.Kamar sempit itu masih sama seperti terakhir kali Suli
tinggalkan,bahkan bungkus nasi padang yang ia belikan pun masih tergeletak di lantai.Menurut
ibu kos sudah sangat lama Suli tak pernah muncul lagi di rumahnya,ia kira awalnya karena Suli
kesal sebab ibu kos tak lagi memberinya uang tunai melainkan langsung memasukkan upahnya
ke dalam cicilan kos.Ia juga tak lagi disuruh mencuci baju sebab ibu kos mulai sadar uangnya
dalam saku sering tiba-tiba raib.Janda yang selain genit itu juga terkenal medit.Dan menurut
bisik-bisik,semua itu dilakukan ibu kos pada Suli sebab kesal ajakan untuk berkencannya selalu
ditolak Suli bahkan sering tak dihiraukan.Orangtua Suli telah dihubungi dan sedang dalam
perjalanan.Ramlan menyusuri tiap sudut kamar Suli barangkali ada petunjuk kemana Suli
pergi,tapi bahkan sepatu dan dompetnya masih tertinggal di kamar.Ia sempat curiga barangkali
Suli diculik oleh aparat akibat aksi demonya,tapi bahkan itu sudah berlalu cukup lama.Ramlan
mengamati dengan saksama meja tempat Suli biasa menghabiskan banyak waktunya.Tak ada
yang aneh di sana.Hanya sebuah buku jurnal yang sampulnya terbuat dari kulit sintetis,terbuka
dan diatasnya sebuah pena tinta isi ulang yang berujung lancip tergeletak begitu saja,seolah
seseorang telah menggunakannya dan ditinggalkan begitu saja.Ramlan membolak-balik halaman
buku yang ternyata berisi kumpulan sajak itu,semua berisi idealisme Suli dalam bentuk guratan
tinta.Ramlan beralih pada pena di sebelahnya,lama ia mengamati benda itu dan anehnya ia
merasakan Suli di sana.Hingga akhirnya Ramlan memutuskan untuk memasukkan pena itu ke
dalam sakunya.

Setelah orangtua Suli datang mereka bergegas melaporkan hilangnya Suli pada pihak
kepolisian.Dan diluar perkiraan berita itu menarik para kuli tinta untuk memuatnya dalam media
cetak bahkan muncul pada acara berita di televisi dengan tajuk “Seorang aktivis mahasiswa telah
menghilang tanpa jejak.” Ramai orang-orang membicarakannya,berbagai spekulasi bermunculan
yang kebanyakan mencurigai pemerintah sebagai dalangnya.Namun Ramlan,satu-satunya kawan
dekat Suli yakin bahwa kawannya tidak melarikan diri dari tagihan kos-kosan apalagi diculik.Ia
yakin Suli menghilang secara terhormat dan dengan cara yang menakjubkan,seperti yang terakhir
kali ia bicarakan.Ketika terkuak fakta bahwa sebelum Suli menghilang ia sempat membuat
kumpulan tulisan dalam jurnalnya,ramailah orang-orang ingin ikut membaca karya itu.Dan entah
bagaimana akhirnya tulisan Suli mulai dicetak oleh salah satu penerbit ternama,buku yang diberi
judul berdasar tulisan terakhir Suli di jurnalnya “Ujung Pena Sang Pujanga” itu laku keras
hingga belum 6 bulan mereka sudah mencetak ulang.Suli benar seorang penulis mengalami
puncak kejayaannya ketika ia sudah tak ada lagi di dunia.Meski Suli tak pernah berhasil
ditemukan tapi karyanya dipuja banyak orang,menjadi referensi para mahasiswa sastra dan
perbincangan di kalangan sastrawan itu sendiri.Sementara uang royalti bukunya terus mengalir
pada keluarga Suli hingga menjadikan mereka orang terkaya di kampung.
Berpuluh tahun berlalu,Ramlan sudah berada di usia senjanya,ia telah berhasil menjadi
seorang insinyur dan rektor di salah satu universitas bergengsi,kini ia telah memasuki masa
pensiun.Masa mudanya berlalu begitu saja dan kini ia telah menjadi residu,sisa-sisa tuntutan
masyarakat yang menghabiskan seluruh hidupnya berdasar kacamata keharusan seorang
makhluk sosial.Titik penyesalan itu makin membesar seiring menua usianya,menciptakan
bolongan dalam jiwanya yang makin rapuh.Seandainya saja dulu ia berani seperti Suli mengikuti
keidealisan masa muda,tentu ia akan lebih berani menghadapi hari tuanya.Ia semakin sering
berbincang dengan Suli yang ia percaya mewujudkan diri sebagai pena.Anak dan cucunya sudah
kewalahan menghadapi Ramlan yang mereka kira mengidap demensia parah atau bahkan
gangguan mental lainnya juga.Sementara Ramlan tetap percaya bahwa itu memang Suli,seperti
katanya,penulis mengalami puncak kejayaan ketika tengkoraknya kering dan dijadikan sarang
cacing,sementara Ramlan tahu Suli takut cacing.Ia tak mungkin mengizinkan hewan-hewan yang
suka menggeliat itu menghuni tengkoraknya,tempat idealisme Suli berada.Dan mungkin saja itu
memang benar,sebab malam itu setelah kepergian Ramlan Suli memang tak pernah keluar
kamarnya lagi.

~SELESAI~
SANG WAKTU
OLEH : MAULIDA SARI

Waktu telah mengalir bagaikan air yang datang dan pergi tak ku mengerti.

Mentari datang silih berganti. Malam menampakkan peraduannya. Detik,menit,jam,hari,


minggu,dan tahun datang beriringan mengisi dimensi ruang dan tak berbentuk keadaannya.

Setiap kejadian selalu berkaitannya dengannya .

Sang maha kuasa juga tak main-main dengan waktu.

Bahkan bersumpah"Demi waktu,demi fajar,demi malam,demi waktu Dhuha".

Waktu terus berjalan dan terus berputar, hingga hari akhir tiba.

Pantaskah kita berdiam diri dengan waktu. Bahkan menyia nyiakannya? Sang waktu tak pernah
ingin kenal"siapa engkau, dari mana, cantik jelek, ganteng, miskin kaya, dermawan." Semua
akan sia sia kecuali taqwa dan amal Sholeh. Waktu terus akan menjalurkan tugasnya hingga
menjelang berakhirnya zaman ini.

Perjalanan hidup akan terus mengulirkan panahnya. Hingga takdirnya dipertemukan


dengannya. Hidup ini singkat dan tak tau kapan akan berujung. Kita ibarat tokoh yang bermain
dalam zaman ini. Sedangkan maha kuasa adalah sutradara permainan ini.

Menjadi yang terbaik harus kita jadikan prinsip karena merekalah yang akan memenangkan
pertarungan untuk mengharapkan ridho nya
Kisah Pilu Keluarga Pak Musta’in

Nama : Muhammad Ali Ridlo Syam

NIM : 22108401461025

Ketika itu terdengar suara rintihan tangis seorang gadis yang masih berusia 13 tahun
suara itu berasal dari tengah hutan yang dikelilingi oleh pohon karet, dimana hutan itu memang
tampak sumberdaya masyarakat untuk bekerja mengambil getah dari pohon karet itu lalu
dikumpulkan untuk dijual, salahsatunya Pak Musta’in lelaki yang sudah tua dan berwajah teduh
tanda kesabaran.

Pak Musta’in memang sibuk mengumpulkan getah karet namun tak bisa dipungkiri
ditengah kesibukannya beliau tak lupa untuk pergi sholat jama’ah di masjid yang berada tak jauh
dari rumahnya, setia dhuhur beliau pulang ke rumahnya untuk membersihkan badannya dari sisa
keringat yang bercucuran dibadannya lalu menemui dua anaknya yang bernama Maryani si
bungsu Dan Ihsan si Sulung. Pak Musta’in hanya tinggal dengan kedua anaknya setelah tiga
tahun yang lalu Pak Musta’in ditinggal istri tercintanya meninggal dunia.

“Ihsan... bangun nak.. sudah shubuh”

“iya pak...”

Setelah itu Pak Musta’in berangkat bersama Ihsan untuk solat shubuh berjamaah di
masjid, sepulang dari masjid Pak Musta’in berkata ke Maryani yang baru saja menutup Al-
Qur’annya setelah membaca surat yasin.

“Nak... bapak mau pergi ke rumah Fadhilah mau bertemu anaknya Fadhilah”

“Mau ngapain pak..?”

“Bapak rindu”
Sesampainya dirumah Fadhilah, Pak Musta’in langsung menemui Aida yang masih tidur
lalu menemaninya, Aida adalah keponakan Pak Musta’in.

“Tumben pak.. pagi-pagi sudah kesini”

“Iya nak... tolong bikinkan saya kopi, saya ingin menikmati kopi disini”

“Baik pak, tunggu sebentar”

Ketika Pak Musta’in sudah merasa terobati rindunya, Beliau segera meghabiskan sisa
kopinya dan berpamitan ke Fadhilah berangkat ke hutan untuk bekerja.

“Assalamualaikum...”

Suara uluk salam Maryani yang baru datang dari sekolah.

“Wa’alaikumsalam” sahut Ihsan abangnya.

“Bang... Bapak belum pulang ?” sambil menaruh tasnya.

“Belum nih.... aku juga baru datang”

“Tumben Bapak belum pulang? biasanya kalau dhuhur pasti pulang dan pergi ke masjid”

Setelah itu, Maryani dan Ihsan dholat dhuru berjamaah lalu makan siang.

“nih abang mau kerumah Faisal dulu yaa! Mungkin ashar abang belum pulang”

Rupanya Maryani begitu lelah,ndia tertidur dikursi ruang tamuya yang masih lengkap
dengan mukenahnya yang menyelimuti tubuhnya. Sepertinya dia sedang merasaka mimpi buruk
tiba-tiba dia terbangun dan menyebut “Bapaaaakkk....!!!!”

Ihsan juga terkejut ketika adiknya yang sedang tertidur tiba-tiba memanggil bapaknya.

“Apa niii??? Kamu mimp bapak kenapa?”

“Aku mimpi buruk bang”

“Cuma mimpi kan...? Ya sudah ambil wudhu’ sana terus sholat ashar!”

“Hah??? Ini sudah ashar bang?”

“Sudah daritadi, kamu sih... kupinya ditutup sama sajadah ya nggak dengar adzan”
“Ya kan aku capek banget bang “ oh iya bapak masih belum datang?”

“Iya masih belum nih...”

Maryani dan Ihsan sama-sama terdiam fikirannya mulai khawatir dan cemas karena
orangtua satu-satunya belum juga pulang. Bukan kebiasaan Pak Musta’in tidak pulang karena
beliau adalah seseorang yang khusyu’ selalu pulang menjelang dhuhur untuk sholat ke masjid,
namun hari ini Pak Musta’in tak kunjung datang.

“Assalamualaikum” suara uluk salam seorang perempuan dari balik pintu yang membuat
Maryani dan Ihsan tersadar dari lamunannya.

“Wa’alaikumsalam” sahut Maryani dan membuka pintu, ternyata tamu itu adalah Fitri
tetangga Maryani.

“Ini bubur sumsum dari ibu, dimakan yaa...”

“oh iya.. ya Allah... Fitri makasih banyak ya. Pasti dimakan kok”

“Ya sudah, pulang dulu ya Maryani ”

“Hati-hati ya fit”

Lalu Ihsan muncul. dan bertanya apa yang dibawa Maryani, namum Maryani tidak
menyuruh abngnya memakan bubur sumsum itu melainkan menaruhnya diatas meja dan
berpesan pada abangnya.

“Bang. Bubur ini jangan dimakan ya, ini kesukaan bapak”

“kalau nyicipin boleh?”

“Gak boleh, nanti habis!”

Langit semakin petang matahari hampi terbenam, namun bayangan Pak Musta’in tidak
kunjung datang lelaki separuh baya itu telah lama ditunggu oleh dua anaknya dirumah yang
sudah tak mempunyai ibu sedagkan saat ini satu-satunya orang tua laki-lakinya sampai saat ini
tak pulang-pulang Ihsan melihat Maryani yang sedang menunggu bapaknya diruang tamu Ihsan
begit sedih memandang adik bungsunya itu, Ihsan tak habis fikir jika ada hal yang buruk
menimpa keluarganya. Ihsan mencba menenangkan fikiranya untuk pergi mengaji di masjid dan
meninggalkan maryani sendiri.

“Maryani, bapakmu belum juga pulang?” tanya Sumiati yang rumahnya bersebelahan.

“Belum mbak... aku ingin pergi ke hutan untuk melihatnya”

“Mari aku antar, akungambil senter dulu ya”

Tiba-tiba kang Muhib datang dan bertanya “mau kemana kalian?” “mau ngantar
Maryani ke hutan”

“Musta’in belum juga pulangkah?” “Ini aku dan Maryani mau mencarinya ke hutan”

“aku ikut...”

Tiga orang itu melewati jalan setapak yang dipenuhi rumput liar dan tak ada lampu
penerang wqaktu itu Maryani berada didepan yang membawa senter sebagai alat bantu penerang
menuju hutan. Sepanjang jalan Maryani menyembunyikan airmatanya yang terus menetes, dalam
hatinya berkata “Ya...Allah... jangan ambil dulu nyawa bapakku aku belum siap kehilangan
orangtuaku yang kedua kalinya.” Setelah tiga tahun yang lalu aku harus kehilangan ibuku. Lalu
aku akan hidup dengan siapa ?. hanya Bang Ihsan yang aku punya, jika bapakku tiada kami akan
ikut siapa?.

Air mata itu semakin deras ketika melihat sosok bapaknya yang terbaring kaku berada
dirumah yang terbuat dari kayu setalah Maryani menghampiri sosok yang terbaring kaku itu dia
langsung memeluk tubuh yang sudah tak bernyawa lagi Maryani berteriak “Baaaapaaaakk!!!
Jangan tinggalkan kami paakkk...” tangisan itu semakin pecah sehingga Sumiati dan Muhib
langsung lari keluar hutan untuk memanggil masyarakat. Tinggal Maryani yang sedang
menangis disamping mayat bapaknya di kegelapan hutan yang dibalut kesedihan duka cita, tak
lama kemudian datanglah Ihsan yang bercucuran air mata kepedihan ketika melihat perihnya
kenyataan Ihsan merangkuh tubuh bapaknya dan meminta maaf atas kesalahannya selama hidup
belum bisa membahagiakan orang tuanya. Sungguh drama yang memilukan ketika melihat dua
saudara menangis kehilangan orang tuanya yang entah bagaimana nasib masa depannya seperti
apa!.
Kisah seorang gadis
OLEH : NADIA NABILA
Asa seorang gadis yang dilahirkan ditengah keluarga yang sederhana tapi serba
berkecukupan. Dia hanya 2 bersaudara yang sama -sana perempuan dan dia adalah anak
terakhir. Menurut diri sendiri, dia sangat berbeda dengan kakaknya yang feminim tapi keras,
sedangkan dia agak tomboy tetapi meskipun tomboy dia tidak pernah memakai baju yabg
auratnya terbuka dia memakai pakaian syar’i, mengapa dikatakan seperti itu karna dia tidak
mempunyai celana sama sekali dia hanya mempunyai gamis hingga pernah suatu waktu dia
merasa bosan dengan baju yang dia punya dan akhirnya pinjamlah baju ke kakaknya.
Didalam hidupnya dia tidak pernah merasa kurang dalam hal apapun, karna apapun yang dia
mintak pasti ada, itulah kehidupan yang sederhana tapi serba cukup, asalkan jangan lupa
bersyukur juga. Kalau masalah percintaan dia mulai menjalin hubungan dari kelas 4 MI, awal
mulanya dia berpacaran, hanya karna keingintahuannya “gimana sih rasanya pacaran itu?”
itu yang ada didalam hati dia hanya rasa kepo,hhhhhh. Di dalam menjalin hubungannya
hanya bertahan 1 hari 1 malam, kenapa seperti itu, karna dia merasa ketidak nyamanan
krna dia merasa diatur-atur. Lanjut menjalin hubungan dia kelas 6 MI, bertahan setengah
tahun, terpaksa menyudahi hubungannya karna dia memilih untuk melanjutkan
pendidikannya di dalam pesantren. Selama 3 tahun pertama di dalam pesantren tepatnya
derajat MTS dia perokok aktif tapi merokoknya tidak ketika dia dipesantren, tapi ketika dia
waktu liburan saja, karna di dalam pesantren terikat peraturan. Dia berhenti merokok karna
ada suatu perkataan yang membuat dia sangat merasa tertampar, ketika dia menjadi
seorang gadis perokok aktif kedua orang tuanyapun tidak mengetahui hal itu sama sekali
dan 2 tahun kemudian dia dilantik menjadi ustadzah dipesantrennya, pada saat itu berbagai
cemoohan berdatangan sampai dia mendengar perkataan “dia anak nakal dilantik jadi
ustadzah?” tapi dia tidak sakit hati, dia hanya berfikir, jika Allah sudah berkata “kun
fayakun” apa yang bisa kita lakukan, kita hanya seorang makhluq yang hanya bisa
merencanakan dan Allah yang menentukan. Karna dia anak brutal, anak yang tidak mau
dibatasi dalam hal apapun maka dia memilih untuk pindah menuntut ilnu kejenjang yang
lebih tinggi (institut agama islam alqolam).

Zero o'clock
OLEH : Nihayatunnajiyah
"Apa kau tidak bisa melakukannya?! Dasar tidak berguna!! Jangan pulang sebelum kau
menyelesaikan kekacauan ini!"
Hembusan nafas berat itu lagi, entah yang sudah ke berapa kali nya hari ini, ke berapa ratus
kalinya minggu ini, ke berapa jutaan kali nya tahun ini. Dengan pasrah gadis itu
menganggguk, toh memang hanya itu yang bisa dilakukannya sekarang.

{Pukul 21.40}
Sebelum malam semakin larut, ia segera mengambil alat pel, membersihkan tumpahan
soda yang menjadi alasan kenapa ia mendapat semburan kemarahan dari sang bos nya.
Walaupun nyatanya, bukan dia penyebab dari masalah itu. Ini seperti sudah menjadi
kebiasaan selama bekerja paruh waktu di sini. Para pekerja lain, kadang tidak melakukan
tugas mereka dengan seharusnya, pulang lebih dulu. Dan membiarkan orang yang
mendapat shift terakhir menyelesaikan semua, sebelum menutup restoran. Mengepel lantai,
membersihkan meja, mencuci piring, membuang sampah, dan menutup restoran. Semua itu
membutuhkan lebih dari satu jam untuk melakukan hal nya.
Dering nada panggilan dari benda di saku nya, menghentikan langkah gadis itu yang
hendak menerjang hujan. Ia sudah selesai dan ingin pulang sesegera mungkin. Tapi hujan
yang sudah sejak tadi mengguyur seisi kota. Membuat kubangan dimana-dimana, dan
membuat kota sangat lengang malam itu. Padahal saat ia berangkat kemari tadi, ada banyak
payung warna-warni yang memenuhi jalanan, sayang nya semua itu lenyap sekarang.
Menyisakan lampu kota yang tetap terang walaupun sudah tak ada yang membutuhkan
nya.

'ah.. Jika semua orang adalah jutaan lampu-lampu itu, mungkin aku hanya lentera kecil di
sudut kota. Yang tidak akan pernah ada yang tahu keberadaan ku..'

Sekali melihat layar handphone itu, ia mengeluh pelan. 'Apa yang ku harap kan? Bukankah
sudah jelas bahwa tidak akan ada yang menelfon kecuali dari panggilan iseng?'
Memasukan nya lagi dengan perasaan sedikit kecewa, walau mungkin seharusnya ia
sedikit senang dengan hal itu. Setidaknya ada yang mengisi riwayat panggilan di
handphone nya.

Teman- teman, keluarga, atau siapapun yang dikenalnya mereka sudah tidak punya waktu
mengurus hal-hal sepele yang kadang masih kau keluhkan. Mereka punya puluhan atau
bahkan ratusan kegiatan, bukan seperti dirimu yang masih memiliki banyak waktu untuk
meratapi kehidupan. Dasar menyedihkan!.
"Hey! Kau mengatakan hal itu lagi?"
ia senang dengn suara itu, apalgi saat ia sudah sampai di tempat yang selalu menjadi
tujuannya pulang, tapi untuk hari ini ia sedang tidak ingin mendengar suara siapapun. "Kau
seharusnya tidak begitu! Jika orang lain menghina dan membenci dirimu, seharusnya kau
tidak melakukan hal yang sama, ku tahu betul itu. Karena___"

"Bila aku saja membenci diriku, lalu untuk apa aku menjadi nyata di dunia ini. Bukannkah
begitu?" ia mengatakan nya sambil mengangkat tangan kanan nya, seolah-olah hendak
mengambil sesuatu diatas nya. Menyela perkataan si pemilik suara menenangkan itu.

"Berbaring dan istirahat adalah obat dari lelah" suara itu melanjutkan, yang dibalas dengan
senyuman untuk yang pertam kalinya hari ini.
Setelah hari yang panjang. Pergi kesekolah, mendatangi tempat les, bekerja paruh waktu,
dan di akhiri dengan pulang dalam kondisi basah kuyup di timpa hujan. Ucapan nya tadi
benar-benar terasa menyentuh.

"Aku tertinggal lagi, bukan?" pertanyaan ambigu itu mungkin akan membuat orang lain
bingung akan maksud nya, tapi si pemilik suara tadi jelas sudah sangat mengerti.
"Dunia memang sangat mengganggu bukan? Kau terlihat seperti orang cacat yang tak bisa
bergerak melihat kesibukan orang-orang saat menjalani kehidupan mereka!" kata-kata
bijak lagi, tapi gadis itu benar-benar
suka mendengarnya. "Sayangnya, dunia akan tetap sama. Tak akan ada yang berubah..."

"Kenapa ini terjadi pada ku?" sambil tertawa miris mengatakan nya, Dan kemudian hening
cukup lama.

{Pukul 23.59}
"Kau mau mengetahui berita terbaiknya hari ini?" suaranya yang kembali muncul setelah
beberapa saat, membuat ia hanya membalas dengan gumaman singkat.
"Apa itu?"
"Banyak yang bilang. Saat jarung detik dan menit bertemu, dunia akan menahan nafas
untuk sejenak.." Tak mengerti apa yang dimaksudkannya, tapi dia tetap melanjutkan.
Sambil memasang wajah yang berhiaskan senyuman yang begitu menawan. Tepat saat jam
di dinding rumah berdengung kencang, menandakan pukul dua belas malam. Tapi suaranya
mengalahkan itu. "Selamat!, kau berhasil melewati satu hari lagi. Hari ini telah berakhir!.
Kau akan merasa jauh lebih baik dan lega, sekarang peluk dirimu dan katakan 'kau sudah
melakukan nya dengan baik hari ini'!!!".

Lingkungan
OLEH : RAFLI BAMBANG

Dahulu hutan kami sangat lestari dan indah.

Di sanalah terdapat ribuan jenis tumbuhan dan binatang yang saling hidup berdampingan. Selain
menjadi tempat tinggal para tumbuhan dan binatang, hutan juga merupakan sumber utama bagi
kehidupan manusia. Hutanlah yang menyediakan sumber makanan bagi kita. Binatang dan
tumbuhan yang ada disana menjadi sumber makanan yang tidak terbatas bagi kita.
Namun, kini hutan telah kehilangan kelestariannya, mereka telah hancur bahkan hilang dengan
beralih fungsi menjadi perumahan penduduk. Hal ini disebabkan oleh manusia-manusia yang
rakus. Mereka dengan keinginannya yang tidak bisa di bendung, menebang pohon dan
membunuh binatang-binatang demi kepentingan pribadi dan kantong mereka sendiri.

Akibat dari itu, saat ini hutan telah kehilangan fungsinya, hutan tidak lagi menjadi tempat hidup
para tumbuhan dan binatang. Bahkan sebagian dari mereka ikut punah akibat kehilangan tempat
tinggalnya
Pro Player Mobile Legends

OLEH : TAUFIQ ALI

Cerita berawal dari seseorang anak yang bernama Ali, ia sudah mulai mengenal
Smartphone dan dunia internet di umur 10 tahun. ketika di sekolah ia pernah menjadi korban
pembullyan. Oleh karena itu dia lebih sering menyendiri dan tidak menyukai kerumunan. hal itu
pula yang menjadi sebab kenapa ia sering dibully karena teman-temannya merasa dia sangat
aneh dan berbeda oleh teman-teman sekolahnya. karena kejadian itu dia merasa tidak nyaman
berada di sekolah dan dia mencari tempat pelarian. sehingga dia mencari pelarian dan dan mulai
mengenal kepada dunia game. Kecintaannya kepada dunia game ini berawal saat dia melihat
temannya bermain game, karena sebuah rasa penasaran yang kuat dia mencoba memainkan
sebuah game di warnet, kala itu dia mencoba memainkan DOTA 1. setelah memainkan DOTA 1
ia mencoba memainkan permainan lain yaitu league of legends, hingga dia berubah lagi
memainkan game heroes of newerth. seiring berjalannya waktu lama-kelamaan dia merasa bosan
dan malas untuk pergi ke warnet, lalu dia mencoba mencari game yang simpel di play store.
Setelah mencari game yang simpel di playstore pada awalnya dia memainkan game moba yaitu
acearena ali pun sangat suka dan giat sekali memainkan game tersebut dan sampai akhirnya dia
pun pindah haluan untuk memainkan game moba yang lain yaitu mobile legends. yang pada
awalnya dia tertarik karena melihat iklan di jejaring Facebook, merasa cocok dengan gameplay
dan hero-hero di mobile legends dia pun ketagihan untuk . dari sini Ali mulai menekuni game
mobile legends dari season pertama dan berhasrat untuk menjadi pemenang di land of down, hal
ini pun membuat dirinya rajin bermain untuk mengasah ketangkasannya, saking cintanya dengan
game mobile legends ia yang kala itu masih menjadi seorang mahasiswa memilih menghabiskan
waktunya untuk bermain game mobile legends dari pagi sampai malam di kala tidak ada jam
mata kuliah. namun karena terlalu sering memainkan game, ali pun sering dimarahi oleh kedua
orang tuanya bahkan kedua orang tuanya sempat tak mengizinkan dirinya untuk bermain game,
karena kedua orang tuanya menginginkan dia mendapatkan pekerjaan setelah dia lulus kuliah.
Namun dengan keinginan yang kuat untuk mendalami game mobile legends dia yakin bahwa,
dengan bermain game suatu saat dia akan menjadi orang yang sukses dan akan menjadikan game
sebuah pekerjaan. Hingga akhirnya anak itu menguasai satu Hero di mobile legends yaitu
Gatotkaca yang menjadi Hero signature nya namanya pun mulai membumbung tinggi seiring
berjalannya waktu dan Ali sering mengikuti banyak kompetisi Berkat kepiawaiannya bermain
game, ali dan tim kecilnya berhasil memenangkan turnamen yang diadakan di Indonesia selama
16 kali berturut-turut. hal ini membuat CEO salah satu tim esport di Indonesia yaitu Rex regum
qeon atau rrq mengajak ia dan teman-temannya untuk bergabung. mendengar tawaran itu Ali
menjadi resah gundah gulana mengingat ia masih baru memasuki semester 2 di tadris bahasa
Indonesia IAI AQOLAM sedangkan tawaran dari pihak RRQ sangat menggiurkan. hal ini juga
bisa menjadi pintu gerbang atas kesuksesan kesuksesannya bermain game hingga akhirnya Ali
pun mengambil keputusan untuk bergabung dengan tim rrq dan minta izin kepada kedua orang
tuanya. akhirnya dia memberanikan diri untuk menghadap ke kedua orang tuanya dan
meyakinkan kedua orang tuanya, Dengan berani dia mengaku bahwa game sangat berarti bagi
dirinya dan meyakinkan kepada kedua orangtuanya bahwa game bukan sekedar hobi lagi,
melainkan sudah menjadi bagian dari hidupnya. mendengar keinginan anaknya yang begitu kuat
kedua orang tuanya akhirnya mengizinkan Ali. sejak saat itu akhirnya Ali pergi ke Jakarta dan
menandatangani kontrak dengan rrq. kontraknya dengan rrq membuat dia mendapatkan support
yang sebelumnya belum pernah ia dapatkan seperti fasilitas tempat tinggal, fasilitas kesehatan,
hingga gaji bulanan layaknya atlet profesional. semua fasilitas ini diberikan agar dia bisa fokus
menjadi juara. meskipun banyak cobaan yang dihadapinya tapi dia tetap berusaha dan bekerja
keras untuk membuktikan bahwa dia bisa membanggakan kedua orang tuanya melalui game.
kerja kerasnya pun akhirnya membuahkan hasil yang positif pada mpl season 2 Ali berhasil
menyabet juara ketiga di kejuaraan MSC dan keluar sebagai juara pertama di MPL prestasi itu
kembali terulang saat rrq melaju ke mpl ID season 12 sekaligus menjadi runner up mobile
legends championship atau M4 di Malaysia puncaknya rrq mengkudeta trophy dari evos esport
dan menjadi juara di mpl season 13. terlepas sebagai prestasinya sebagai tim Ali Juga dikenal
sebagai sosok paling fenomenal karena kerap menggunakan hero hero yang non meta di dunia
kompetitif. sebelumnya dia tampil dengan mengejutkan dengan menggunakanr bellarick offline
di mpl ID season 12 ia mengubah hero yang tidak meta ini menjadi exp Lane terbaik di land of
down kemudian di mpl cup season 13 dia kembali menggunakan Hero non populer yaitu hyper
diggie dengan win rate 100%. dengan kemampuannya yang sulit ditandingi baik di kompetisi
internasional maupun ajang mobile legends nasional, iya kerap dijuluki anak moonton. Selain
Sukses menjadi pro player, Ali juga melebarkan sayapnya dengan membuka channel YouTube
dengan alasan membuat channel YouTube ini, dikarenakan ia ingin berbagi pengalaman yang ia
dapat saat bermain mobile legends kepada para pendukungnya. berkat dukungan yang sangat
besar dari para penggemarnya Kini channel YouTube yang ia kembangkan Sudah lebih dari 2,8
juta subscriber dan lebih dari 250 video yang telah ia upload. selain itu dia juga creator yang
membahas tentang mobile legends dan berhasil menyabet piala Indonesia gaming world. tak
sampai disitu saja, dirinya juga sampai menerbitkan buku yang berjudul preman exp Lane dari
rrq.

pesan yang sering ia ucapkan kepada para penggemarnya adalah “kita tidak akan berpindah
tempat jika kita tidak bergerak gapai semua hal yang kita inginkan dengan sebuah langkah kecil
dari kita sendiri” RRQ kadal kesit
Man Jadda Wajada

(Siti Khoirun Nisa’)

“Barang siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan mendapat hasil yang ia inginkan walau
mendapat hanya kegagalan, karena kegagalan adalah proses menuju keberhasilan dimasa yang
akan datang”

Ada seorang Santri dipesantren Salafi bernama “Zila” dia adalah santri yang cadel ia
tidak dapat mengucapkan huruf “R”. Karena itu, ia sering menjadi bahan candaan kawan-
kawannya. Tak hanya itu, penjual makanan dikantin pun sering menggoda Zila. Tapi ia tak
pernah sekalipun marah, ia menghadapi semua candaan dengan ikhlas dan selalu tersenyum.
Zila sangat suka sekali beli Roti di kantin, ia berjalan menuju kantin untuk membeli Roti.

Zila : “Mbak beli loti satu”

Sipenjual : “Apa…….?”(Ngledek)

Zila : “loti”

Sipenjual : “Apaan….(Ngledek lagi)

Zila : : “loti !!!”

Sipenjual : “Ohhh, loti”

Sipenjual roti dikantin dan beberapa teman Zila tertawa mendengar itu. Zila hanya
tersenyum saja mendengar Sipenjual roti yang menggodanya itu, tetapi dalam hatinya ia
berjanji agar bisa mengucapkan kata “Roti” dengan benar besok.

Semalaman Zila berlatih dan akhirnya berkat kesungguhan hatinya ia berhasil


mengucapkan “Roti” dengan benar, berkat spirit Manjadda Wajada ia berhasil tidak cadel lagi.
Keesokan harinya dengan lebih percaya diri Zila ke kantin untuk membeli roti.

Zila : “Mbak beli roti”


Sipenjual : “(penjaga kantin kagum) “Hebat kamu Zil, oke Zil sebentar”

Sipenjual : “Eh nanti dulu Zil, ini rotinya beli satu apa dua nih” (Menggoda Zila lagi).
Jalan –jalan bersama teman ke jogjakarta
Oleh: yuni suryatiningsih

Pada pagi yang cerah ini saya dan teman-teman akan jalan-jalan ke kota jaogjakarta menaiki
kereta. Kami memilih kota tersebut karena banyak yang bilang kota yang sangat indah dan
bersejarah maka dari itu di juluki kota istimewa. Juga di sana terkenal orangnya kerajaan-
kerajaan salah satunya adalah candi borobudur, candi prambanan dan lain-lain, dan candi
tersebut adalah candi yang paling besar di indonesia, yang mana di ssana juga dikunjungi
wisatawan luar negri untuk melihat bangunan candi karena ada keistimewaan di dalam ssalah
satu arca tersebut.

Dengan perjalanan yang sangat menyenangkan kami sampailah di tempat peristirahatan.


Kami disana membersihkan badan,shalat lalu makan, setelah itu kami pergi ke candi borobudur
untuk melihat candi dan pemandangan yang indah di sana, lalu kami foto-foto bersama. Kami
sangat senang berada di sana walaupun sangat panas. Kami semua melihat orang yang ada di
bawah dari atas. Jelas sekali pemandangan yang sangat indah. Setelah itu kami turun melalui
tangga menuju pintu keluar ,sesampainya kami di pintu keluar kami menemukan musium dan
kami masuk ke dalam musium tersebut, kami juga melihat-lihat peninggalan-peninggalan
didalam musium, di sana juga terdapat manusia kecil yang membuat kami kaget,karena
orangnya yang sangat kecil an imut. Tapi kami juga tidak lupa mengambil momen foto bersama
orang tersebut. Setelah itu kami keluar dari musium lalu berkunjung kepasar oleh-oleh di
borobudur , kami membeli barang-barang dan oleh-oleh untuk keluarga kami. Setelah itu kami
istirahat dan shalat disuatu masjid diluar sana.

Di jogja banyak wisata,bukan hanya candi-candi tapi juga ada pantai,kraton,malioboro


_(terkenal pusat oleh-olehnya yang murah) dan banyak juga yang lain. setelah puas berada
diborobudur kami akan berkunjung ke kraton untuk melihat- lihat dan berfoto-foto disana. Hari
menjelang malam kami bersepakat untuk berkunjung ke malioboro untuk tempat terakhir yang
akan kami kinjungi di sana.
BANGKIT UNTUK KEMBALI

OLEH : PADHUR ROSI

Berawal dari seorang gadis yang bernama ‘Aisya, yang terkena musibah berupa cobaan
sakit yang sangat keras.Ia masih terbaring koma dalam rumah sakit ‘Cinta Kasih’.Malang 11
Maret 2022.Terdengar suara Ibu’Saadah, yang merintih berucap’“Kuatlah Putriku, jadilah
berani! Karena dunia ini terlalu kejam untuk orang lemah,” ucapan itu selalu terngiang di
telingaku. Bagai gula yang selalu melengkapi teh, akan pahit rasanya jika gula itu tak
hadir,demikian ucapan ibu kepadaku.

Menetes air Mataku saat itu,karna aku bersyukur punya keluarga yang begitu penuh kasih
sayang. Satu hal lagi yang paling kukagumi dari keluargaku adalah aku punya ibu yang hebat.
Sampai detik ini pendapatku tentang beliau tidak pernah berubah. Ibu adalah wanita paling
tangguh yang pernah kutemui. Kasihnya yang begitu murni juga pengorbanannya yang tiada tara
membuatku berusah untuk bangun dari koma ini.

Sebelum dia bangga akan aku, aku sudah jauh lebih dahulu bangga padanya. Ibuku,
wanita yang rela memakai baju kusam serta robek demi membelikan aku baju baru serta mainan
baru kala aku mendapat juara 1 di kelas ataupun saat tahun baru tiba. Ibu yang tidak pernah
memarahiku kala aku berbuat salah atau gagal tapi sebaliknya ibu selalu menuntunku dengan
sabar juga memberi motivasi kala aku gagal. Ibu yang selalu membuatku tampil dimanapun itu
bahkan rela bersusah payah kerja demi memberikan yang terbaik untuk pendidikanku. Ibu yang
tidak pernah membiarkan aku sedih karena melihat kawanku memiliki mainan baru sementara
aku tidak. Beliau begitu peka terhadap kami anak-anaknya. Mati-matian dia membahagiakan
kami dan tak mengizinkan kami diejek oleh kawan-kawan kami lantaran tidak memiliki mainan
baru. Pergi kerja subuh pulang sore serta tak lupa mengerjakan pekerjaan rumah sampai malam
menjelang. Tak kenal lelah, senyum lebarnya selalu tersemat di balik wajah manisnya.Kekuatan
itu jugalah yang menjadi panutanku selama aku hidup. Aku ingin menjadi seperti ibuku dan aku
juga ingin anakku kelak bangga punya ibu seperti aku. Aku beranjak dewasa dan tumbuh
menjadi wanita yang pantang menyerah. Wanita yang selalu berjuang untuk apapun yang
diinginkannya. Aku pikir aku sudah cukup kuat untuk tumbuh menjadi seorang wanita sampai
ada titik di mana kekuatanku sendiri di uji.Atas kecelakaan yang aku alami.sehingga aku koma
saat ini.
Pada tanggal 18 Maret 2022 aku tersadar dari koma yang membuat aku berhenti
tersenyum dan terbaring kaku,bagaikan Raga tanpa Nyawa.

Aku sadar tapi tak bisa berbuat apa-apa,karna,keadaanku saat ini hanya bisa berbaring
ditempat tidurku, Sering sekali aku menangis di rundung ketakutan,karna apa yang aku
alami. .Tak jarang aku menghina, memaki serta menyalahkan semua orang. Aku menangis,
berteriak dan kerap kali tak mau makan. Keadaan itu membuat aku benar-benar putus asa. Dua
bulan yang begitu menyakitkan bagi hidupku saat itu. Satu hal yang pasti bahwa selalu ada
hikmah di balik semua peristiwa. Sejak hari itu hidupku tidak pernah sama lagi. Aku bangkit dan
bertekad harus pulih. Kukumpulkan kembali semangatku dan aku ingat satu hal bahwa untuk
menguatkan yang lain aku harus kuat terlebih dahulu. Rasanya hidupku seperti dimulai dari awal
kembali.

Aku berkata kepada Ibu”Ibu!Maaf atas Kelemahanku’’.Ibu tersenyum melambangkan


kesenangan dalam hatinya yang dilewatkan atas kecerahan wajah atas senyum yang Indah
terbaut didalamnya.

Aku belajar seperti anak bayi yang baru belajar jalan. Ditopang, menggunakan tongkat
bahkan pernah jatuh pingsan karena tidak kuat saat berlatih. Menjalani fisioterapi, jatuh,
kesakitan, bangkit lagi. Kukuatkan semangatku agar otot-ototku juga kuat. Sampai akhirnya
kakiku semakin kuat sampai bisa berjalan normal seperti orang lain.Setalah semua telah kulewati
akhirnya,Aku sembuh total dan bisa memulai misiku kembali,cita-citaku yang sempat terhenti
kini bisa ku ulang kembali lagi.

Hari Kamis 20 Mei 2022,menjadi saksi awal perjuanganku,Aku berjalan dengan


tersenyum bahagia,karna ini pertama kali aku berusaha kembali untuk mengejar cita-citaku
menjadi seorang Menejer,aku berjalan bukan karna aku tidak punya kendaraan,tapi aku berjalan
karena rasa syukurku kepada Tuhan atas kesembuhanku.Aku melamar menjadi Menejer di
perusahaan’’Putra Bangsa’’.namun saying pada hari ini ternyata Bos perusahan tidak ada di
kantor,sehingga orang keprcayaanya menyuruhku menyimpan dokumen lamaranku di tempat
Resepsionis.dan aku pulang setelahnya.

Besoknya pada jam 11:07.aku menerima telpon dari nomer yang tidak dikenal ,aku
angkat dengan lemah lembut aku ucapkan’’iya maaf ini siapa’’beliau menjawab’’maaf! Apa ini
betul nomer bu Aisyah! Yang melamar di perusaan “Putra Bangsa” kujawab’Iya”dengan
panjang lebar akhirnya beliau menyuruhku datang ke kantornya pada jam 01:00,utuk menemui
beliau langsung di ruangan.

Pada jam 112:30,Aku sudah dating karna semangatku yang bergejolak untuk cita-ciatuku
yang ingin menjadi Menejer.jam 01:00 beliau(Bos),dan menyuruhku masuk
keruanganya,anehnya beliau tidak menayakanku tentang pengalaman atau yang lain beliau malah
berkata”Maaf atas semuanya”aku bingung dan terdiam berfikir,beliau berkata”karna aku! kamu
jadi koma dan tak sadarkan diri’’ dan ketika itu aku terkejut dan terdiam sambil menahan
Amarah yang ada di dalam hati’berkata lagi’”apa kamu mau memaaf kan kehilafanku”.aku hany
mengangguk dan terdiam tanpa kata,karna sulit bagiku untuk marah karna aku sadar itu sudah
berlalu dan tak ingin aku ungkit lagi,dan melihat raut wajah ketulusan beliau atas permintaan
maafnya kepadaku membuat aku bingung antara ingin marah atau memaafkan.da nku ambil
keteguhan hati untuk memafkanya dengan mengambil ucapan ibuku”wanita harus kuat dan s
abar”ku ucapkan ke beliau”maaf pak masalah itu sudah jangan di ungkin itu ujian buat saya dala
m menjalani hidup ini,beliau menangis dan samba berkata ‘‘terimakasih”tak henti ia
ucapkan.dan beliau berkata”kamu silahkan menjadi apa saja disini terserah aku pasrahkan
semuanya kepadamu ini semua unktu terima kasihku atas kata maaf darimu”dan aku secara tidak
langsung di terima beliau untuk menjadi Menejer di perusaanya”karna aku menolak untuk
menjadi Bos,dan aku bisa mulai bekerja pada besok harinya.aku pulang dengan perasaan
iklash,bersyukur dan bahagia atas segalanya yang telah ku alami pada hari ini,ketika sampai
dirumah ku peluk erat Ibuku dank u berkata”Terima kasih Ibu,Karnamu aku bisa iklhas dan
karnamu aku menerima kata maaf,dan karnamu aku bisa Menjadi meneger”ibuku tersenyum dan
menangis bahagia dan berkata”AllAH ITU SAYANG PADA KITA”.

BERSAMBUNG
Terlepas nan jauh
Oleh : Siti Ainun Natifa Unzila

Pada suatu hari datang seorang yang sangat baik dan sopan diapun tersenyum kepada saya dan
mengatakan :" Assalamualaikum mau tanya " sayapun menjawab : waalaikumsalam warohmatullahi
wabarakatuh iya silahkan" orang tersebut: "di mana pondok pesantren darul Musthofa?" Saya pun
menjawab:" disini"(sambil menunjukan gedung dan bangunan pondok pesantren darul Musthofa) dan
seorang laki-laki tersebut pamit dan pergi ke daerah tersebut.

Pada saat itu abi menyuruhku untuk membuakan kopi setelah kopi tersebut selesai

Pada saat saya menghantarkan kopi tersebut ternyata temu itu seorang laki-laki yang datang kepadaku
tadi.

Pada keesokan harinya seorang laki-laki tersebut berdiam diri di masjid dengan salah satu santri nya
saya pun heran dan bertanya " siapa dia?" Saya kembali ke rumah dan bertanya kepada umi.

Zahra : " umi.. umi.."

Umi :" iya Zahra, ada apa nak"

Zahra: " siapa seorang laki-laki yang kemaren kesini dan sekarang yang berdiam diri di sini??"

Umi :" owh..iya zahra dia ustd Ahsan yang bertugas di pondok pesantren ini"

Zahra : " owh...iya umi"

Zahra pun masuk kamarnya dan merasa tenang tapi berfikir apa benar dia ustad!?.

Pada suatu hari abi dan umi pergi berpamitan kepada zahra bahwa abi dan umi pergi selama 15 hari
dan selama umi dan abi pergi zahra ditemani oleh ustad ahsan . Umi dan abipun pergi pada saat itu
ustd ahsan ada di samping pintu dan mengatakan.

Ust. Ahsan : " neng...ayo masuk biarkan abi dan umi pergi"

Zahra :" iya ustad"

Ust. Ahsan :" jangan panggil ustd neng, saya bukan ustdnya neng"

Zahra : " iya ustd"


Ust. Ahsan:" neng ..jangan"

Zahra :" iya maaf maaf"

Zahra pun meninggalkan ust. Ahsan dan masuk kerumahnya begitu pula dengan ust. Ahsan pergi ke
pondok pesantren.

Keesokan harinya Zahra mengajak ust. Ahsan jalan-jalan pagi bersama 2 santri putrinya mereka pun
berjalan-jalan ketika di pertengahan jalan neng zahra jautuh dan kesakitan pada kakinya. Dan ust.
Ahsan pun khawatir.

Ust. Ahsan :" neng hati hati."

Zahra :" iya ustd, sakit"

Ust. Ahsan:" apa neng mengizinkan saya untuk memijat kaki neng?"

Zahra:" jangan ustad"

Ust. Ahsan:" takut bahaya neng jika di biarkan dan melanjutkan perjalanan"

Zahra:" baiklah ustd silahkan"

Ustad Ahsan pun memijat kaki neng zahra dan tak sengaja mereka berdua saling memandang dan
menatap.seketika itu juga 2 santri tersebut terbatuk dan menyadarkan mereka berdua. Dan
akhirnya selesai dan mereka meneruskan perjalannya.

10 bulan kemudian ustad. Ahsan berpamit pulang karna pada saat itu masa tugas ustad Ahsan
selesai zahra tidak mau jauh dari ustd Ahsan. Tapi mau bagaimana lagi jika memang masa tugas
selesai harus pergi dan kembali ke pondok pesantren nya Rasa haru pun menyelimuti keluarga
dan santri-santri di pondok pesantren darul Musthofa.
Cantik natural
OLEH : SHOLAHUDIN ZAKA

Tania dan amanda adalah dua orang sahabat yang selalu pergi ke sekolah bersama.pagi itu tiba tiba
amanda tanya ke tania tentang tipe idaman andi.tania memang sudah cukup dekat juga dengan
andi,sambil tersenyum nia menjawap bahwa setau dia, andi tipe idamannya tidak berlebihan, yaitu
cantik cewek yang cantik natural.
Amanda pun tersenyum mendengar jawaban tania Hmmm berarti andi tidak suka dengan cewek yang
hobby dandandandan,tapi bagaimana cara paling cepat untuk bisa tetap terlihat cantik secara alami
tanpa make up tebal? Tania langsung menyarankan untuk mencoba masker bengkoang untuk
mencerahkan kulit dan scrub gula pasir untuk membuat bibir supaya terlihat merona.
Amanda langsung tertarik mencoba saran tania. Beberapa hari kemudian, amanda merasakan efek dari
masker bengkoang yang berhasil membuat wajahnya terlihat lebih cerah dan bekas jerawatnya pun
sudah mulai menghilang.Namun, ia belum mencoba scrub gula pasir dan baru mulai nanti malam iya
mencobanya.
Namun keesokan harinya, setelah mencoba scrub gula pasir di sekolah tania kaget melihat amanda,
sebab bibir amanda terlihat merah tapi merahnya tidak wajar dan malah membuat amanda terlihat lucu
amanda yang melihat tania tertawa, semakin cemberut dan langsung mengeluh bahwa bibirnya yang
terlihat lucu itu akibat iya mencoba ide tania untuk menggunakan scrub gula pasir saat tidur.

Akibat dari scrub gula pasir itu sebenarnya cukup manjur untuk memerahkan bibir dalam waktu singkat,
sebab saat tidur lengkap dengan scrub gula pasir di bibir membuat semut menggigiti bibir amanda
hingga bibirnya amanda terlihat seksi memerah seperti i

Anda mungkin juga menyukai