Anda di halaman 1dari 6

RESENSI NOVEL BAD GIRL IN PESANTREEN

A. Identitas Buku
1.Judul : Bad Girl In Pesantren
2.Pengarang : Intan Zahlia Sari
3.ISBN : 978-602-5508-15-8
4.Cetakan : Februari 2018
5.Halaman : 224 Halaman
6.Penyunting : Uly Amalia
7.Desain Sampul : Coconut Design
8.Penata Isi : Coconut Design
9.Penerbit : Bintang Media
10. Kota Terbit : Depok

B. Latar Belakang Penulis


Penulis novel belia asal Jambi Intan Zahlia Sari mulai menulis novel sejak
umurnya 14 tahun dengan karya novel pertamanya berjudul "Bad Girl VS Ketua
Osis" pada tahun 2016. Ada perjalanan yang unik saat mengawali kiprahnya
sebagai penulis muda. Sebagai remaja yang gemar membaca buku dan novel,
sempat dihadapkan dengan suasana bosan membaca cerita di Wattpad. Namun
kondisi itu membuat jiwa kreatifnya muncul untuk keluar dari situasi kebosanan
sehingga memunculkan harapan untuk mencari sesuatu yang baru. Waktu itu ia
berusaha untuk mencari ide, tapi tetap buntu, Tak ada yang sesuai dengan yang
diinginkan, hingga akhirnya terpikir untuk menulis sendiri novel.

Sejak dia menyelesaikan novel "Bad Girl in Pesantren, selalu gagal


menamatkan cerita baru.Selalu kehilangan ide dan semangat untuk terus
menulis," . Bahkan ia sampai pada titik frustrasi karena tidak bisa konsisten
menamatkan cerita. Tapi untungnya di tahun 2021 sudah berhasil menamatkan
satu cerita di Wattpad. Itu perkembangan yang baik bagi dirinya dan ia berharap
tahun 2022 aku bisa menerbitkan novel lagi. Sebagai penulis muda tentunya tidak
mudah untuk menjaga konsistensi dan kontinuitas menulis. Dan hal itu menurut
dia merupakan salah satu hambatan yang terus berusaha ia atasi dan siasati agar
tetap berkarya dengan hasil yang maksimal.

Sebagai penulis muda yang diawali dari kegemaran membaca novel, tak
heran ia memiliki beberapa novel dan pengarang yang disukainya seperti novel
Karya Tere Live, atau juga kesukaanya menonton film Parasite. Ia juga terinspirasi
lagu-lagi dari Olivia Rodrigo dan Rex Orange Country. Dan kegemarannya menulis
ini juga berperan dalam membuat keputusan menentukan jalur kiprahnya dan
melupakan keinginan atau cita-cita masa kecilnya untuk jadi dokter, polwan dan
seorang pilot. Ia akhirnya memutuskan menjadi penulis novel di saat ia sedang
suka-sukanya membaca novel.

Dalam mengembangkan kiprahnya ia memotivasi diri dengan moto


menghibur pembaca sekaligus menghibur diri sendiri. Keberhasilan menghadirkan
empat novel tidak lepas dari dukungan kedua orang tuanya. Saat ini ia masih
menempuh pendidikan program S1 di Institut Kesenian Jakarta atau IKJ. Karya-
karyanya juga tidak lepas dari pengalaman masa kecilnya hingga remaja saat
bersekolah di SD Al Azhar Jambi, SMPN 11 Kota Jambi dan SMA Al-Falah Kota
Jambi. Kemampuannya menulis juga diasah dari pertemuan maupun diskusi
dengan orang-orang hebat yang ia temui baik di secara off line maupun di media
sosial. Ia pun tidak pelit berbagi pengalaman dengan rajin menjadi nara sumber
dalam berbagai ajang diskusi dan program media.
C. Tokoh & Penokohan
1. Tiffany mempunyai penokohan nakal dan perbuatannya jelek sebelum ke
pesantren
2. Adel mempunyai penokohan humoris
3. Tasha mempunyai penokohan menenangkan
4. Suci mempunyai penokohan suka membantu
5. Azza mempunyai penokohan suka mengajak Tiffany
6. Alvin mempunyai penokohan gampang menertawakan kegagalan orang lain
7. Ibunda baik, sabar dan mendamaikan oerasaan
D. Latar Belakang Kebahasaan & Kesastraan Pengarang
Latar belakang kebahasaan tidak lepas pada pengalaman masa kecilnya hingga
remaja saat bersekolah di SD Al Azhar Jambi, SMPN 11 Kota Jambi dan SMA Al-
Falah Kota Jambi. Kemampuannya menulis juga diasah dari pertemuan maupun
diskusi dengan orang-orang hebat yang ia temui baik di secara off line maupun di
media sosial. Ia pun tidak pelit berbagi pengalaman dengan rajin menjadi nara
sumber dalam berbagai ajang diskusi dan program media.
E. Kelebihan Novel
 Banyak kata kata yang memotivasi bagi pembaca.
 Sampul buku menarik
F. Kekurangan Novel
 Ada cetakan tulisan yang tidak jelas.
 Kertas yang digunakan buram
G. Saran
Sebaiknya alur ditambah liku-liku yang menambah emosi pembaca dan
meningkatkan minat baca. Dan usahakan pula untuk menyajikan konflik yang lebih
bervarias
H. Amanat
Adapun amanat dalam novel ini adalah sebuah perenungan yang diberikan penulis
bagi pembaca untuk menghargai orang selagi masih hidup karena Perpisahan
paling menyakitkan adalah perpisahan karena kematian. Mau berusaha sekuat
apa pun, yang telah pergi tak akan bisa untuk kembali. Ikhlaskanlah semua yang
telah terjadi. Karena setiap yang hidup, pada akhirnya akan mati.
Kutipan Novel:
"Kata siapa Bunda benci Tiffany? Yang ada Bunda sayang banget sama Tiffany.
Tiffany tuh yang gak sayang sama Bunda. Entar kalau Bunda udah pergi, baru
deh tau rasa.
"Dengerin Bunda satu kali aja. Apa pun yang tengah kamu hadapi saat ini,
belajarlah untuk bersyukur dan ikhlas. Sesakit apa pun kamu menahan beban,
percayalah, Allah gak pernah memberikan suatu cobaan di luar batasan
kemampuan hamba-Nya. Inget terus tentang ini ya, Tiffany. Agar kamu bisa
mudah dan ringan untuk menjalani hidup ini."

Sinopsis

Ada seorang siswi SMA bernama Tifany. Ia sangat keras kepala dan nakal
di sekolahnya, ia selalu membuat masalah. Sampai-sampai ia tidak naik kelas
karena masalah yang ia perbuat. Oleh karena itu Tifany dipindahkan ke pesantren
oleh orang tuanya. Tifany dipindahkan ke pesantren bertujuan untuk merubah
sikapnya menjadi lebih baik. Awalnya Tifany menolak untuk masuk ke pesantren
tapi akhirnya ia menyetujuinya. Pada saat dua minggu pertama Tifany di pesantren
ia sudah membuat banyak masalah, Sampai-sampai orang tuanya dipanggil ke
pesantren. Sekeras apapun batu jika ditetesi air lama-kelamaan akan berlubang,
begitu pun Tifany akhirnya bisa berubah menjadi lebih baik.

Unsur Ekstrinsik Novel Bad Girl In Pesantren

1. Latar Belakang Sosiologis Pengarang

Latar belakang sosiologis pengarang yang mempunyai lingkungan yang nakal


sehingga untuk memperbaiki sikap di dipindahkan dalam dunia pesantren sehingga
dalam novel ini banyak menceritakan mengenai kehidupan pesantren dan hal-hal
yang berhubungan perbaikan sikap.
Kutipan novel

Tiffany panik. Benar-benar panik. Bagaimana mungkin ia melupakan keberadaan


Azzam?! Sudah jelas-jelas pasti Azzam menunggu di kantin, kenapa ia tidak teliti
sama sekali?! Ini benar-benar gawat. Ditambah lagi Azzam masih sibuk melambaikan
tangan, bermaksud memanggilnya. Percuma melarikan diri, yang ada ia hanya bisa
pasrah. hal 153

2. Latar Belakang Psikologis Pengarang

Pengarang termasuk orang yang sangat buruk, keras kepala dan nakal di sekolah. isi
dalam novel ini berkaitan erat dengan nilai moral dan pendidikan sikap serta karakter
di pesantren.

Kutipan novel

Tiffany tersadar dari lamunan lalu menatap ke arah Alvin. "Kayaknya gue bakal
dipindahin Bunda ke pesantren deh," jawabnya agak ragu. Tadi malam ia sama sekali
tidak tidur hanya karena memikirkan hal tersebut. Hatinya terus berkecamuk. hal 18

4. Latar Tempat dan Latar Sosial

Adapun latar tempat dari novel ini yaitu di sekolah dan Pondok milik teman ibundanya
hal ini didukung oleh tema yang ada yaitu pendidikan Karakter tokoh utama juga
mendukung latar yang ada. Sedangkan, latar sosialnya adalah keadaan seorang
pelajar yang tidak naik kelas karena selalu membuat onar dan masalah lalu Tiffany
merasa malu dan berniat untuk pindah sekolah tetapi ibundanya tidak menyetujui hal
itu dan ibundanya memberi solusi agar Tiffany masuk ke pesantren milik teman
ibundanya.

Kutipan Novel:

"Maksud gue gini lho. Lo capek gak sih nakal gak jelas karak gini? Lo capek gak sih
buat masalah mulu di sekolah sampe-sampe guru aja males ngelihat muka lo? Lo
capek gak kayak gini terus? Ngelakuin hal yang sama sekali gak ada manfaatnya.
Capek gak?" hal 10

5. Sudut Pandang

Dalam novel ini penulis menggunakan sudut pandang orang ketiga. Hal ini
dikarenakan Sudut pandang orang ketiga adalah kondisi dimana penulis meletakkan
tokoh utama seolah-olah berada di luar cerita yang mengisahkan cerita tokoh utama
kepada pembacanya.

Kutipan Novel:

Tiffany berpikir sebentar. Sebenarnya ia ingin tidur karena lelah, tapi tak apalah,
daripada besok dia nyasar ke mana-mana. "Kuy, lah," balasnya sambil berdiri. (hal.
35),

6. Gaya Bahasa

1). Hiperbola

>"Tiffany memutar bola matanya sebal"- hal 9

2). Personifikasi

> "Pikiran Tiffany sekarang benar benar berkecamuk...hal. 2

3. Metafora

> "Pertanyaan itu meluncur dengan sukses dari mulut Tiffany"... hal. 14

Anda mungkin juga menyukai