Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RESENSI BAHASA INDONESIA

Disusun oleh
Nama: Dyah Ayu Yusintha Anggraheni
Kelas: X MIPA 3
Absen: 14

SMAN 6 YOGYAKARTA
TAHUN AJARAN 2018/2019

[Grab your reader’s attention with a great quote from the document or use this
A. Identitas

Judul buku: Ailurofil

Pengarang: Triani Retno A.

Penerbit: Gramedia

Jumlah halaman: 184 halaman

Tahun Terbit: 2016

Kota Terbit: Jakarta

Jenis Buku: Fiksi

Nomor Edisi Terbit: ISBN 978-602-03-254-7

B. Sinopsis

Nasya Aurelia sangat suka kucing. Ia bercita-cita ingin memiliki cat shop
lengkap dengan salon kucing, hotel kucing, klinik kucing, hingga panti asuhan
dan kursus kucing. Tapi Nasya bingung, di kampus mana ia harus kuliah agar
cita-cita itu terwujud. Tidak ada satu pun kampus yang menyediakan Fakultas
Ilmu Kucing. Gimana dong?

Namun, masalah rencana kuliah itu belum seberapa dibanding kegalauannya.


Setelah sekian lama naksir diam-diam dan akhirnya jadian, Nasya baru
menyadari bahwa Rio- cowok paling keren di sekolah- ternyata benci banget
ama kucing. Masa ia harus mutusin cowok demi kucing?

Hingga suatu saat sahabatnya, Alvin, menyodorkan ide brilian yang bikin
mata dan pikiran Nasya terbuka.

C. Unsur Intrinsik
1. Tema
Pecinta kucing

2. Tokoh dan Penokohan


a) Nasya Aurelia
Sulit berkonsentrasi — …Ciri-ciri badan usaha milik daerah
bukan meong-meong, tapi ngaong-ngaong…” Julie berhenti
membaca. Ia menoleh, mendelik menatap Nasya. “Nasya
Aureliaaa!” (hlm 61)
Sangat antusias tentang kucing — Seperti Alvin, Julie juga
tahu kalau Nasya tak bisa direm jika sedang berbicara tentang
kucing. (hlm 59)
Bawel — Raffa melongo mendengar celotehan kakaknya yang
sepertii keran bocor maksimal itu. Ia menoleh pada Mami. “Mi,
waktu hamil Teteh dulu, kayaknya Mami hobi ngemil tesaurus
ya?” (hlm 86)
Trauma berkendara ketika hujan — “Nggak akan jerit-jerit
kalau aku ngebut?” tanya Alvin. Pertanyaan Alvin itu
mendatangkan keraguan di hati Nasya. Alvin bukannya tak
merasa. Ia tahu sahabatnya punya trauma tersendiri untuk
berkendara ketika hujan. (Hlm 127)
Keras kepala — “Nggak ada sura kucing, Nasya!” “Ada!”
bantah Nasya. “Nggak ada, Nasya!” “Ada! Aku ngedenger pake
hatiku, Rio! Jelas banget!” Nasya bersikukuh. Gadis semampai
itu membuka kunci pintu di sisinya. Laju mobil yang tersendat
karena macet sangat menguntungkan dirinya. Sebelum Rio sempat
mencegah, Nasya sudah keluar dari mobil yang nyaman. (Hlm
129)
Gemar membaca — Kamar yang sangat cocok bagi ratu, Ratu
Kucing yang suka sekali membaca. (Hlm 135)
b) Alvin
Tegas — Alvin tak goyah oleh rengekan Nasya. (Hlm 51)
Cemburuan — “Kapan?” tanya Alvin. Nada suaranya tak
seperti biasa. Ada gelombang cemburu membadai disana. (Hlm
72)
Peduli — “Dikumpulin besok lho, Sya” Alvin
mengingatkan.”Pak Hengki bakal ngasih soal lebih banyak kalo
kamu nekat nggak nyelesaiin sepuluh soal ini.” (Hlm 51)
Menepati janji — Meskipu nama Rio membuat tak nyaman,
Alvin tetap menepati janjinya. (Hlm 48)
Tidak egois — Alvin perlu waktu hampir setengah jam untuk
membujuk sahabatnya itu agar mau meneruskan perjalanan. Itu
pun dengan janji tidak akan mengebut. (Hlm 133)
Bijaksana — “Kita sendiri yang nentuin dan nantinya bakal
ngejalanin masa depan kita.” Kata – kata Alvin itu masih terekam
jelas dalam ingatan Nasya. (Hlm 177)
c) Mami
Berias seadanya — Mami memang tak suka menggunakan
banyak riasan wajah. Kata Mami, tanpa dirias macam-macam
saja Mami sudah cantik kok. (Hlm 24)
Percaya diri — Dalam hal ini Mami memang pede jaya. Jadi,
sudah jelas dari mana Nasya mendapatkan gen kepedean tingkat
nabi yang kadang-kadang membuat teman-teman ingin
menimpuknya.
d) Papi Elwin
Menerima — Papi tahu dan menerima. Bagi Papi, itulah
cinta. Penerimaan.
Suka matematika — Msmi yang cinta banget dengan kata-kata
kok bisa menikah dengan Papi Elwin yang cinta mati pada angka-
angka? (Hlm 116)
Sabar — Papi dengan sabar menjawab pertanyaan Farrel
yang mengalir seperti bendungan jebol. (Hlm 156)
e) Rio
Benci kucing — Tapi kenapa kamu nggak nyadar kalo Rio
nggak suka kucing, Sya? (Hlm 121)
Populer — Rio si ganteng yang sok, yang katanya populer itu,
kalah telak oleh kucing, makhluk kecil berbulu yang
dibencinya. (Hlm 142)
f) Danu
Bertampilan sangar —“Danu tampilannya emang sangar,
Sya’” celetuk Anggi. (Hlm 144)
Baik hati — “Tapi itu cuma tampilan luar, hatinya baik kok.”
(Hlm 144)
3. Alur
Alur maju

4. Sudut Pandang
Sudut pandang orang ke-3 serba tahu — Dalam hati Nasya
berjanji akan membelikan makanan spesial untuk Candy sepulang
sekolah nanti. (Hlm 29)

5. Latar
a) Tempat
Kamar — Mami keluar dari kamar, dibuntuti Farrel. (Hlm 24)
Ruang piket SMA 47 Bandung — Jadi, di sinilah Nasya pada
pukul tujuh lewat sebelas menit. Di ruang piket SMA 47
Bandung. (Hlm 26)
Depan pintu Perpustakaan SMA 47 — Mereka tiba di depan
pintu Perpustakaan SMA 47. Dari luar tampak sepi, bahkan
lebih sepi daripada biasanya. (Hlm 32)
Kelas — Nasya celingukan di kelas. (Hlm 37)
Kantin sekolah — Belajar di kantin sekolaah seperti saat ini
sebenarnya bukan tanpa risiko. (Hlm 49)
b) Waktu
Pukul 7.11 — Jadi, di sinilah Nasya pada pukul tujuh lewat
sebelas menit. Di ruang piket SMA 47 Bandung. (Hlm 26)
Rabu — “PR dari Pak Hengki dikumpulin hari JUmat, Sya.
Lusa.” (Hlm 44)
Sore (16.06) — Hari ini sudah terlalu soore untuk belajar
bareng Alvin. Sekarang saja sudah pukul empat lewat enam menit.
(Hlm 44)
Kamis sepulang sekolah — Kamis usai jam sekolah, cowok itu
siap menjadi guru privat Nasya. (Hlm 48-49)
c) Suasana
Sepi — Mereka tiba di depan pintu Perpustakaan SMA 47.
Dari luar tampak sepi, bahkan lebih sepi daripada biasanya. (Hlm
32)
Riuh rendah — Untuk sementara kelas XII IIS berubah
menjadi pasar. ….Jadi, tak usah hiraukan kelas XII IIS berubah
menjadi pasar apa. Yang mereka terapkan adalah esensi riuh
rendahnya. (Hlm 37)
Hening — Ruang kelas berisi empat puluh murid itu hening.
(Hlm 40)
6. Amanat
Mimpi itu tidak akan bisa tercapai hanya dalam sekejap mata. Ada
proses jatuh bangun yang membuktikan keseriusan kita. — “Minatmu
yang kedua adalah anak tangga untuk mewujudkan impian utamamu.
Lagi pula kamu harus punya modal dulu kan buat bikin cat shop dan
seterusnya itu?” (Hlm 163)

Kasih sayang itu sebenarnya sederhana. Bagaimana cara kita


menunjukannya dan kepada siapa kita menunjukannya, asalkan ikhlas
pasti akan dapat balasannya. — “Sejauh mana pun kamu melangkah,
selalu ada cintaku,” sahut Alvin. (hlm 174)

D. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan
Saya pikir pengarangnya sudah membuat novel ini dengan riset yang
detail karena semua fakta tentang kucing itu sesuai dengan yang saya tahu.
Misalnya kenapa kucing suka memakan rerumputan? Atau kenapa kucing
tidak suka anaknya dielus sama manusia padahal dia baru melahirkan.
Semuanya terasa alami menyatu dengan dialog dan situasi yang ada di novel.
Bahkan ada beberapa fakta tentang kucing yang baru saya ketahui setelah saya
membaca novel ini.

Triani Retno juga tidak asal membuat novel ini. Terasa lebih
terstruktur dan detail konsepnya. Jadi semua pertanyaan saya tentang kisah
hidup Nasya dan orang-orang di sekitarnya juga terjawab lewat novel ini.
Novel ini juga lucu. Sedangkan percintaannya, untuk ukuran teenlit masih
wajar. Dan untuk orang dewasa, baca novel teenlit ini masih bisa dapat
pelajaran berharga tentang hidup.
“Hidup akan terasa menyeramkan kalau selalu memikirkan ujian dan
ujian. Bisa-bisa malah jadi stress sendiri.” (hlm. 54)
“Banyak orang sukses bukan karena pernah kuliah di mana tapi
karena minatnya.” (hlm. 122)
“Kucing yang memilih manusia, bukan manusia yang memilih kucing.
Semua pecinta kucing tahu tentang itu. Kalau Jackie memilih kamu, pasti
karena kamu istimewa.” (hlm. 152)
“Minatmu yang kedua adalah anak tangga untuk mewujudkan impian
utamamu.” (hlm. 163)
“Kalau di film-film action, kadang-kadang jagoannya mentok di satu
cara, padahal dia harus menyelamatkan tokoh penting atau meringkus
psikopat. Harus. Nggak boleh nyerah. Kalau nggak berhasil dengan rencana
A, dia harus menjalankan rencana B. Kalo belum berhasil juga, pakai
rencana C. Gitu terus sampe misinya berhasil.” (hlm. 164)

Kekurangan
Untuk kekurangan dari novel ini ada kata "kepedean tingkat nabi"
yang menurut saya bisa diganti dengan kata lain yang lebih sesuai. Karena
kata "nabi” tidak bisa dipakai untuk gurauan.

E. Kesimpulan

Bisa dibilang ini novel pertama Triani Retno yang menurut saya
komposisinya pas. Tebalnya juga pas, tidak terlalu tipis tetapi sudah cukup
menjelaskan apa saja yang jadi pertanyaan saya seputar nasib tokoh. Terasa
juga kalau pengarang menguasai temanya, jadi membaca kisahnya juga lancar.
Secara keseluruhan, saya memberi nilai 4 bintang untuk novel Ailurofil ini.

Anda mungkin juga menyukai