Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS NOVEL LASKAR PELANGI

OLEH KELOMPOK 2
1. Devi Safitri
2. Gina Maulida
3. M.Rafly Zidane Syach
4. Margareta Silviana Luaq
5. Millatus Salamah
6. Rofif Zuhdi Al Ghifari
7. Saputra Manalu
8. Syifa Khairunnisa
KELAS XII MIPA 2
SMA NEGERI 1 SENDAWAR
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena diberikan berkat sehingga
kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul "Analisis Novel Laskar Pelangi" karya
Andrea Hirata. Makalah berikut bertujuan untuk mengetahui pandangan pengarang terhadap
novel, unsur-unsur intrinsik dalam novel, unsur-unsur ekstrinsik novel, majas pada novel, dan
image/citraan pada novel. Makalah ini juga dapat diselesaikan kami berkat peran, dukungan,
bimbingan, dan nasihat dari berbagai pihak secara langsung ataupun tidak. Oleh karena itu kami
ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Mugianto, M.Pd selaku guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia kelas XII.
Kami sangat menyadari bahwa makalah yang dibuat masih kurang dari kata sempuma. Oleh
karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan dalam penyempumaan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, pendidik, dan penulis.

Melak, 25 Januari 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i
DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.....................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah................................................................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pandangan Pengarang Terhadap Penulis.............................................................................1
B. Unsur-unsur Intrinsik Novel................................................................................................2
C. Unsur-unsur Ekstrinsik Novel.............................................................................................7
D. Majas Novel.........................................................................................................................8
E. Citraan Novel.......................................................................................................................9
BAB III PENUTUP
A. Saran..................................................................................................................................14
B. Kesimpulan........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa melepaskan diri dari ikatan suatu
masyarakat serta hidup secara individual tanpa adanya pengaruh dari manusia yang lain.
Kehidupan bermasyarakat dan kodratnya sebagai mahluk sosial itulah yang menuntut manusia
untuk terus melakukan interaksi dalam kehidupannya.

Masalah sosial yang terkandung dalam novel Laskar pelangi merupakan sebuah realita
dalam pendidikan di indonesia. Novel ini menceritakan tentang kemiskinan dan hubungannya
dengan pendidikan, betapa sulit pendidikan di salah satu pulau terkaya di indonesia. Mereka
tetap berjuang dan berusaha keras menempuh pendidikan di tengah kemiskinan yang ada dalam
masyarakat Belitong. Mereka bertujuan mengentaskan kemiskinan itu dengan pendidikan. Hal
ini menunjukan bahwa karya sastra merupakan cermin masyarakat pada saat karya tersebut
diciptakan.

Laskar pelangi merupakan sebuah novel yang menggambarkan struktur masyarakat


Melayu Belitong, struktur-struktur dalam novel laskar pelangi ini menceritakan usaha, kerja
keras dan semangat berjuang hero problematik di dunia yang terdegradasi. Masalah sosial adalah
susatu ketidak sesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat yang membahayakan
kehidupan kelompok sosial. Jika terjadi bentrok antara unsur-unsur yang ada dapat menimbulkan
gangguan hubungan sosial seperti kegoyahan dalam kehidupan kelompok atau masyarakat
adalah suatu kondisi dimana seseorang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
seperti pangan, sandang, tempat tinggal, pendidikan, dan kesehatan yang layak.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimanakah pandangan pengarang terhadap novel?
2) Bagaimanakah unsur-unsur intrinsik novel?
3) Bagaimanakah unsur-unsur ekstrinsik novel?
4) Bagaimanakah majas novel?
5) Bagaimanakah citraan novel?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui pandangan pengarang terhadap novel.
2) Untuk mengetahui unsur-unsur intrinsik novel.
3) Untuk mengetahui unsur-unsur ekstrinsik novel.
4) Untuk mengetahui majas novel.
5) Untuk mengetahui citraan novel.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pandangan Pengarang Terhadap Novel


Pandangan Andrea Hirata dalam novel Laskar Pelangi adalah ingin menunjukkan
keinginan masyarakat yang tidak mau terbelenggu dalam lingkaran kemiskinan
terstruktur dan keinginan masyarakat yang tidak mau dilabeli oleh perbedaan status yang
dapat menimbulkan konflik.

Menurut pendapat kami, dengan pandangan yang diberikan oleh Andrea Hirata sebagai
pengarang adalah benar adanya. Dijelaskan bahwa pada umumnya masyarakat Belitong
hidup di bawah garis kemiskinan. Mereka hidup di tengah kesulitan yang melanda
mereka. Endemik kemiskinan yang dialami masyarakat Belitong pada umumnya sedikit
banyak memengaruhi paradigma mereka, salah satunya dalam hal pendidikan.
Pendidikan menjadi sesuatu yang asing dalam kehidupan mereka. Pendidikan memiliki
arti yang tidak penting dalam tujuan hidup mereka. Oleh sebab itu, banyak anak-anak
mereka yang kurang layak bahkan tidak mengenyam bangku pendidikan.

B. Unsur Intrinsik Novel


Tema adalah pokok permasalahan yang ada dalam suatu cerita dalam sebuah karangan
novel yang sudah dibuat para pengarang.
Tema : Pendidikan & Persahabatan
Bukti :
“hari itu adalah hari yang agak penting : hari pertama masuk SD”

Tokoh & perwatakan adalah pelukisan tokoh atau pelaku cerita melaui sifat-sifat, sikap
dan tingkah lakunya dalam cerita.
Tokoh & Perwatakan :
1. Ikal
Watak:
• Mudah putus asa karena cinta. Kutipan : "Jiwaku lumpuh karena ditinggal kekasih
tercinta"
• Peduli. Kutipan : "Aku menampar-nampar pipinya" Bertujuan untuk membangunkan
Syahdan yang pura-pura pingsan.
• Selalu bersyukur. Kutipan : "Sampai di sini, aku sudah menjadi seorang anak kecil yang
sangat beruntung"

2. Lintang
Watak:
• Mandiri. Kutipan: "Setelah itu Lintang tak pernah lagi minta bantuan ayahnya"
• Bertekad keras. Kutipan : "Delapan puluh kilometer pulang pergi ditempuhnya dengan
sepeda setiap hari"

2
• Rajin. Kutipan : "Belajar adalah hiburan yang membuat-nya lupa pada seluruh penat
dan kesulitan hidup"

3. Mahar
Watak:
• Suka berhayal. Kutipan: "la sangat percaya bahwa alien itu benar-benar ada"
• Berpenghayatan tinggi. Kutipan: "Dan lagu itu dibawakan Mahar dengan teknik
menyanyi seindah Patti Page yang melambungkan lagu lama itu"
• Sabar. Kutipan: "Dengarkan muskinya, Bang, ikuti iramanya" kata Mahar sabar.

4. Trapani
Watak:
• Manja. Kutipan: "Ia tidak mau tampil jika tidak dilihat oleh Ibunya"
• Berbakti. Kutipan: "la sangat berbakti kepada orangtuanya"

5. Sahara
Watak:
• Ketus. Kutipan: ".... Sahara yang ketus, ....."
• Mudah Cemas. Kutipan: " "Syahdan...... Syahdan...... bangun, Dan....." ratap Sahara
pedih dan ketakutan "
• Penuh perhatian dan Kepala batu. Kutipan: "Sifatnya yang utama: penuh perhatian dan
kepala batu"

6. A Kiong
Watak:
•Murah senyum "Ia tersenyum lebar, matanya yang sipit menghilang"
•Agnostik "A Kiong sempat menjalani hidup sebagai seorang agnostik"
•Cengeng "Tangisan A Kiong nyaris merusak acara perkenalan pagi itu"

7. Kucai
Watak :
•Berjiwa Pemimpin "Kucai juga bertahun-tahun menjadi ketua kelas kami"
•Cakap "Ia pandai bermain kata-kata "
•Optimis "Kucai adalah orang paling optimis yang pernah aku jumpai"

8. Harun
Watak:
•Lambat dan Jenaka "Pria itu adalah Harun, pria jenaka sahabat kami semua, yang sudah
berusia 15 tahun dan agak terbelakang mentalnya "

3
9. Syahdan
Watak :
•Tidak Menonjol "Kalau ada apa-apa dia pasti yang paling tidak diperhatikan "
•Bercita-cita Tinggi "Syahdan ternyata memiliki cita-cita yang tidak pernah terbayang
oleh Laskar Pelangi lainnya, yaitu menjadi aktor"

10. Borek
Watak :
•Maco "Borek selalu menjaga citranya sebagai laki laki macho"

11. Bu Muslimah
Watak:
•Pandai, Karismatik dan Visionaris "Bu Mus adalah seorang guru yang pandai,
karismatik, dan memiliki pandangan jauh ke depan."
•Penuh Perhatian "Umumnya Bu Mus mengelompokkan tempat duduk kami berdasarkan
kemiripan "

12. Pak Harfan


Watak:
•Penuh Persiapan "Maka diam-diam beliau telah mempersiapkan sebuah pidato
pembubaran sekolah "
•Pesimis "... dan tahun ini Pak Harfan pesimis dapat memenuhi target sepuluh."
•Karismatik "Ketika Pak Harfan bercerita, semua mendengarkan dengan serius"

13. Ibu Trapani


Watak
•Sayang Anak ".... Trapani yang duduk di pangkuan Ibunya"

14. Ayah Ikal


Watak:
•Berpikiran Maju Karena walaupun susah tetapi tetap menganggap anaknya memerlukan
sekolah

15. A Miauw
Watak:
•Mengerikan "A Miauw sendiri adalah sesosok terror"
•Jujur ".... Dalam hal berniaga ia jujur taka da bandingnya"

16. A Ling
Watak:
•Pemalu "Kejadian ini membuat pipinya yang putih bersih tiba-tiba memerah"
•Rapi "Tidak pernah kulihat kuku seindah ini "

4
17. Flo
Watak:
•Suka Membuat Onar "Pada hari pertama ia pindah ke sekolah Muhammadiyah, ia
membuat rebut dengan mengambil alih tempat duduk Trapani"
•Tomboi "Flo tak suka menerima dirinya sebagai seorang perempuan"

18. Ayah Flo


Watak:
•Terpelajar "Bapak Flo adalah orang hebat, seseorang yang amat terpelajar "

19. Bondega
Watak:
•Pecinta Binatang "Baya... Baya... Baya" seru Bondega untuk menenagkan sang buaya "

20. Drs. Zulkifar


Watak:
•Cerdas "Ia sudah dikenal cerdas di seluruh penjuru Belitong"
•Suka Membantah "Para penonton dan dewan juri terlihat bingung atas bantahan. Yang
superecerdas itu"

Latar adalah merujuk pada tempat yaitu dimana lokasi cerita terjadi, waktu kapan cerita
itu terjadi, dan lingkungan sosial budaya. keadaan kehidupan bermasyarakat, tempat
tokoh dan peristiwa terjadi.
Latar :
a. Tempat
•Sekolah "Pagi itu, waktu aku masih kecil, aku duduk di bangku panjang di depan sebuah
kelas"
•Hutan "Di dalam perjalanannya Lintang bertemu dengan seekor buaya di hutan"
•Toko "Kami ditugaskan untuk membeli kapur di sebuah toko yang agak jauh"

b. Suasana
•Bahagia "Pak Harfan juga tersenyum. beliau melirik Bu Mus sambil mengangkat
bahunya"
•Tegang "suasana kelas menjadi tegang kami harap mahar segera meminta maaf dan
menyatakan pertobatan tapi sungguh sial,ia malah menjawab dengan nada bantahan"
•Mengharukan "Saat Lintang harus berhenti sekolah"

c. Budaya
•Islami "Dibuktikan dengan penggunaan ayat dan/atau surat Al-Qur'an yang cukup
banyak"

5
d. Waktu
•Pagi hari "Bagiku pagi itu adalah pagi yang tidak terlupakan"
•Siang hari "Hari sudah menjadi panas"
•Sore hari "Situasi makin kacau ketika sore itu berita kunjungan burung pelintang
menyebar ke kampong dan beberapa nelayan batal melaut "
•Malam hari "Malam ini kami menginap di masjid al-hikmah karena subuh nanti kami
mempunyai acara seru, yaitu naik gunung"

Alur adalah hubungan dengan berbagai hal seperti peristiwa. konflik yang terjadi dan
akhirnya mencapai klimaks, serta bagaimana kisah itu diselesaikan.
Alur :
Novel Laskar pelangi menggunakan alur maju-mundur karena ada sebagian dari cerita
yang diceritakan tidak sesuai urutan waktunya melainkan dari urutan tokoh dari novel
tersebut.

1. Pengenalan Tokoh
•Pada Bab pertama, saat hampir seluruh tokoh utama diperkenalkan pada saat penerimaan
murid baru

2. Pemunculan Masalah
•Pada Bab 14 saat Laskar Pelangi mulai dibentuk dan beraktifitas dan melawati suka
duka bersama

3. Puncak Masalah
•Pada saat Lintang harus berhenti bersekolah karena Ia harus menafkahi keluarganya
setelah Ayahnya meninggal, padahal hanya kurang 3 Bulan
lagi ia dapat menamatkan SMP

4. Penurunan Masalah
•Saat seluruh anggota Laskar Pelangi telah pergi menempuh jalan masing-masing

5. Penyelesaian
•Saat PN Timah yang membebani rakyat Belitong dibubarkan dan seluruh anggota
Laskar Pelangi telah memperoleh hidup mereka masing-masing sebagai orang dewasa

Sudut pandang adalah cara atau pandangan yang digunakan pengarang sebagai sarana
menampilkan tokoh, tindakan, latar, dan sebagai peristiwa yang membentuk cerita dalam
sebuah teks fiksi kepada pembaca(Nurgiyantoro, 2005;248).
Sudut Pandang Penceritaan :
•Penulis menggunakan sudut pandang orang pertama serba tahu, dibuktikan dengan
banyaknya penggunaan kata "aku" dalam novel, bukan penggunaan nama pengarang
novel. Dan tokoh "aku" juga bertindak sebagai narrator yang membuktikan bahwa
penulis dalam posisi serba tahu.

6
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca yang berurusan dengan
moral.
Amanat :
1. Jangan pantang menyerah
2. Pererat hubungan persaudaraan dengan sahabat dan teman
3. Selalu ada yang kondisinya lebih buruk dari kita, jadi jangan banyak mengeluh.

C. Unsur Ekstrinsik Novel


Biografi adalah teks yang berisikan informasi tentang kehidupan pribadi maupun latar
belakang dari seorang tokoh penulis secara lengkap.
Biografi Pengarang :
Andrea Hirata Seman Said Harun lahir di Pulau Belitung 24 Oktober 1982, Andrea Hirata
sendiri merupakan anak keempat dari pasangan Seman Said Harunayah dan NA
Masturah. Ia dilahirkan di sebuah desa yang termasuk desa miskin dan letaknya yang
cukup terpelosok di pulau Belitong. Tinggal di sebuah desa dengan segala keterbatasan
memang cukup mempengaruhi pribadi Andrea sedari kecil. la mengaku lebih banyak
mendapatkan motivasi dari keadaan di sekelilingnya yang banyak memperlihatkan
keperihatinan.

Andrea diambil dari nama seorang wanita yang nekat bunuh diri bila penyanyi
pujaannya, yakni Elvis Presley tidak membalas suratnya," ungkap Andrea. Sedangkan
Hirata sendiri diambil dari nama kampung dan bukanlah nama orang Jepang seperti
anggapan orang sebelumnya. Sejak remaja itulah, pria asli Belitong ini mulai
menyandang nama Andrea Hirata. Andrea tumbuh seperti halnya anak- anak kampung
lainnya. Dengan segala keterbatasan, Andrea tetap menjadi anak periang yang sesekali
berubah menjadi pemikir saat menimba ilmu di sekolah. Selain itu, ia juga kerap
memiliki impian dan mimpi-mimpi di masa depannya.

Seperti yang diceritakannya dalam novel Laskar Pelangi, Andrea kecil bersekolah di
sebuah sekolah yang kondisi bangunannya sangat mengenaskan dan hampir rubuh.
Sekolah yang bernama SD Muhamadiyah tersebut diakui Andrea cukuplah
memperihatinkan. Namun karena ketiadaan biaya, ia terpaksa bersekolah di sekolah yang
bentuknya lebih mirip sebagai kandang hewan ternak. Kendati harus menimba ilmu di
bangunan yang tak nyaman, Andrea tetap memiliki motivasi yang cukup besar untuk
belajar. Di sekolah itu pulalah, ia bertemu dengan sahabat- sahabatnya yang dijuluki
dengan sebutan Laskar Pelangi.

Nilai yang terkandung dalam novel antara lain nilai-nilai budaya, nilai moral, nilai
agama, nilai sosial, dan nilai estetis.
Nilai yang terkandung pada novel Laskar Pelangi adalah:
1. Nilai Sosial: Bergaulah dengan segala suku, ras dan agama.
2. Nilai Budaya: Hargailah budaya yang dimiliki oleh orang lain.
3. Nilai Moral: Terus berusaha, jangan mudah putus asa apapaun kondisi yang dialami.
4. Nilai Religi: Rajin beribadah, jangan pernah melupakan Tuhan YME.

7
Latar Belakang Tempat Tinggal Novel Laskar Pelangi
Lingkungan tempat tinggal pengarang sangatlah mempengaruhi psikologi dari penulisan
novel. Apalagi pada buku novel Laskar Pelangi merupakan sebuah novel adaptasi dari
cerita nyata yang dialami oleh pengarang secara langsung. Lokasi tempat tinggal
pengarang yang jauh berada di Desa Gantung, Kabupaten Gantung, Belitong Timur,
Sumatera Selatan yang ternyata benar dijadikannya sebagai latar tempat bagi penulisan
novel dari novel Laskar Pelangi tersebut.

Latar Belakang Sosial dan Budaya Novel Laskar Pelangi


Pada novel Laskar Pelangi ini banyak sekali berbagai unsur-unsur sosial dan budaya
dalam masyarakat yang bertempat tinggal di Belitong. Banyak sekali adanya perbedaan
status antara komunitas buruh tambang dengan komunitas pengusaha yang dibatasi oleh
tembok tinggi yang merupakan latar belakang sosial. Dimana interaksi antara kedua
komunitas tersebut ini memang ada dan saling ketergantungan. Untuk komunitas buruh
tambang memerlukan uang untuk bisa melanjutkan kehidupan, sedang untuk komunitas
pengusaha memerlukan tenaga para buruh tambang untuk bisa menjalankan usaha dari
mereka.

Latar Belakang Religi Novel Laskar Pelangi


Selain idu didalam novel Laskar Pelangi juga mengandung latar belakang religi atau
agama dari si pengarang sangat terlihat seperti pantulan cermin didalam novel Laskar
Pelangi ini. Dimana nuansa keislamannya didalam cerita novel begitu kental. Dimana
dalam beberapa penggalan cerita, pengarang sering kali menyelipkan berbagai pelajaran-
pelajaran yang mengenai keislaman.

Latar Belakang Ekonomi Novel Laskar Pelangi


Sebagian dari masyarakat Belitong mengabdikan dirinya pada perusahaan-perusahaan
timah untuk bekerja. Digambarkan didalam cerita novel bahwa Belitong adalah sebuah
pulau yang kaya akan sumber daya alam. Namun tidak semua masyarakat Belitong bisa
menikmati hasil dari bumi itu. Dimana di PN memonopoli hasil produksi, sementara
masyarakat terbatsi di tanah mereka sendiri. Latar belakang ekonomi dalam novel Laskar
Pelangi diambil dari kacamata masyarakat belitong yang kebanyakan memiliki tingkat
ekonomi yang masih rendah. Padahal sumber daya alamnya sangat tinggi.

D. Majas Novel Laskar Pelangi


1. Majas Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengungkapkan sesuatu hal secara
berlebihan bahkan terkesan tidak masuk akal.
Bukti: (Lukisan Mahar sesungguhnya merupakan sebuah karya hebat yang memiliki
nyawa").
2. Majas Satire adalah majas yang digunakan oleh si penulis untuk mengungkapkan atau
menyampaikan kritikan, sindiran, gagasan atau penolakan kepada orang lain dengan
cara yang lebih halus dan biasanya dibalut dengan komedi.
Bukti: ("Ampun! Soal mudah kayak gini, kau tak bisa mengerjakannya!". Bu Mus
menyindir").
8
3. Majas Pras protato adalah majas yang menggunakan sebagian dari suatu hal untuk
menyatakan semua bagian tersebut. (Saya belum melihat batang hidungnya". Borek
bertingkah.").

E. Citraan Novel Laskar Pelangi


(menggunakan citraan pendidikan)
Menurut Kamus Besar Basaha Indonesia (2008:270), citra adalah rupa: gambar,
gambaran.
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan, proses
perbuatan, cara mendidik (KBBI, 2008:326).
Citra pendidikan nilai adalah gambaran usaha untuk membantu peserta didik untuk
menyadari dan mengalami nilai-nilai, menyumbangkan secara integral dan keseluruhan
hidup mereka.
Citra pendidikan nilai yang akan dibahas pada bab ini adalah kejujuran, tekad kuat,
penemuan identitas, bertanggung jawab, dan bekerja keras.
1. Kejujuran
Sekolah Muhammadiyah yang tak hanya menekankan pelajaran ilmu pasti juga
mengajarkan tentang kejujuran. Kejujuran ini tercermin dalam pelajaran Budi Pekerti
yang mereka dapatkan di tiap minggunya. Citra pendidikan nilai ini dapat dilihat pada
kutipan berikut ini: (91) Ketika ibuku (ibu Ikal) bertanya tentang tanda itu aku tak
berkutik, karena pelajaran Budi Pekerti Kemuhammadiyahan setiap Jumat pagi tak
membolehkan aku membohongi orang tua. apalagi ibu. Maka dengan amat sangat
terpaksa kutelanjangi kebodohanku sendiri....(hlm.82).
(92) Sifat lain Sahara yang paling menonjol adalah kejujurannya yang luar biasa dan
benar-benar menghargai kebenaran. Ia pantang berbohong. Walaupun diancam akan
dicampakkan ke dalam lautan api yang berkobar-kobar, tak satu pun dusta akan
keluar dari mulutnya.(hlm.75).

(93) "Jangan kau campuradukkan imajinasi dan dusta, kawan. Tak tahukah engkau,
kebohongan adalah pantangan kita, larangan tiu bertalu-talu disebutkan dalam buku
Budi Pekerti Muhammadiyah. (hlm,186).
Pelajaran Budi Pekerti sangat bermanfaat untuk kehidupan sehari-hari. Melalui
pelajaran Budi Pekarti, siswa diajarkan hal yang baik dan buruk. Kebohongan atau
ketidakjujuran adalah sikap hidup yang buruk, sedangkan kejujuran adalah sikap
hidup yang baik.

2. Tekad Kuat
Pendidikan menjadikan seseorang memiliki pribadi yang kuat dan daya juang yang
tinggi. Daya juang yang dimiliki ini dapat mengalahkan alam dan diri sendiri,
sehingga memberikan semangat yang besar dalam diri kita. Hal ini dapat dilihat pada
kutipan berikut ini:

9
(94) Lintang memang tak memiliki pengalaman emosional dengan Bondega seperti
yang aku alami, tapi bukan sekali itu ia dihadang buaya dalam perjalanan ke sekolah.
Dapat dikatakan tak jarang Lintang mempertaruhkan nyawa demi menempuh
pendidikan, namun tak sehari pun ia pernah bolos. Delapan puluh kilometer pulang
pergi ditempuhnya dengan sepeda setiap hari. Tak pernah mengeluh. Jika kegiatan
sekolah berlangsung sampai sore, ia akan tiba malam hari di rumahnya. Aku sering
merasa ngeri membayangkan perjalanannya. (hlm.93).

Lintang adalah pribadi yang mempunyai daya juang yang tinggi. Keinginan untuk
mendapatkan pendidikan membuatnya kadang-kadang harus mempertaruhkan nyawa.
Perjalanan ke sekolah yang jauh di tempuhnya dengan suka cita dan tanpa mengeluh
sedikit pun. Semangatnya bersekolah sangat besar dan ia tak pernah rela bila harus
membolos sekali pun. Lintang adalah sosok yang pantang menyerah demi
mendapatkan haknya untuk bersekolah.

(95) Kesulitan itu belum termasuk jalan yang tergenang air, ban sepeda yang bocor,
dan musim hujan berkepanjangan dengan petir yang menyambar-nyambar. Suatu hari
rantai sepedanya putus dan tak bisa disambung lagi karena sudah terlalu pendek sebab
terlalu sering putus, tapi ia tak menyerah. Dituntunnya sepeda itu puluhan kilometer,
dan sampai di sekolah kami sudah bersiap-siap akan pulang. Saat itu adalah pelajaran
seni suara dan dia begitu bahagia karena masih sempat menyanyikan lagu Padamu
Negeri di depan kelas....Setelah itu ia pulang dengan menuntun sepedanya lagi sejauh
empat puluh kilometer. (hlm.94).

Semangat tinggi yang dimiliki Lintang tidak pernah membuatnya putus asa.
Walaupun sering mendapatkan kendala ketika ia berangkat ke sekolah tapi tak
menyurutkan semangatnya untuk mendapatkan ilmu. Bahkan ia sangat bahagia ketika
hanya sempat menyanyikan lagu Padamu Negeri di akhir jam pelajaran sekolah.

(96) N.A. Muslimah Hafsari Hamid binti K.A. Abdul Hamid, atau kami
memanggilnya Bu Mus, hanya memiliki selembar ijazah SKP (Sekolah Kepandaian
Putri), namun beliau bertekad melanjutkan cita-cita ayahnya-K.A. Abdul Hamid,
pelopor sekolah Muhammadiyah di Belitong untuk mengobarkan pendidikan Islam.
Tekad itu memberinya kesulitan hidup yang tak terkira, karena kami kekurangan
guru-lagi pula siapa yang rela diupah beras 15 kilo setiap bulan?....(hlm.29-30).

Tekad kuat juga ditunjukan oleh Bu Mus yang melanjutkan cita-cita ayahnya untuk
mengobarkan pendidikan Islam di Belitung. Meskipun mengalami banyak kesulitan.
Bu Mus tidak pantang menyerah. Dengan berbekal ijazah SKP (Sekolah Kepandaian
Putri), ia menjadi guru di sekolah Muhammadiyah. Semangatnya terus berkobar demi
melanjutkan cita-cita ayahnya.

10
(97) "Aku (Ikal) harus mendapatkan beasiswa itu!" demikian kataku dalam hati setiap
berada di depan kaca. Aku bener-benar bertekad mendapatkan beasiswa itu karena
bagiku ia adalah tiket meninggalkan hidupku yang terpuruk. Lebih dari itu, aku
merasa berhutang pada Lintang, A Ling, Pak Harfan, Bu Mus, Laskar Pelangi,
Sekolah Muhammadiyah, dan Herriot. Kemudian tes demi tes yang mendebarkan
berlangsung selama berbulan-bulan, dimulai dengan sebuah tes penyaringan pertama
di sebuah stadion sepak bola yang dipenuhi peserta. Hampir tujuh bulan kemudian
aku berada pada tahap yang disebut penentuan terakhir di sebuah lembaga yang hebat
di Jakarta. Wawancara akhir ini dilakukan oleh seorang mantan menteri yang
berwajah tampan tapi senang bukan main pada rokok (hlm.460).

Ikal menjalani tes demi tes untuk mendapatkan beasiswa kuliah di Prancis. Tes-tes itu
dijalaninya dengan tekad yang kuat. Semua dilakukannya untuk mewujudkan cita-
citanya.

3. Penemuan Identitas (Kecerdasan)


Penemuan identitas di sini ditekankan pada tingkat kecerdasan anak.
Pendidikan membantu seseorang mengembangkan dirinya. Dalam pengembangan
diri, membantu seseorang menemukan keahliannya dalam bidang masing-masing.

Dengan demikian membantu menemukan dirinya.(98) "13 kali 6 kali 7 tambah 83


kurang 39!" tantang Bu Mus didepan kelas.
Sementara Lintang, tidak memegang sebatang lidi pun, tidak berpikir dengan cara
orang kebanyakan, hanya memejamkan mata sebentar, tak lebih dari 5 detik ia
bersorak.

"590" "Tak sebiji pun meleset, meruntuhkan semangat kami yang sedang belepotan
memegangi potongan lidi, bahkan belum selesai perkalian tahap pertama....(hlm.
107).

(99) "18 kali 14 tambah 11 tambah 14 kali 16 kali 7!"

Kami bekecil hati, termangu-mangu, menggenggami lidi, lalu kurang dari tujuh detik,
tanpa membuat catatan apa pun, tanpa keraguan, tanpa ketergesa-gesaan, bahkan
tanpa berkedip. Lintang berkumandang. "651.952!"

"Purnama! Lintang, bulan purnama di atas dermaga Olivir, indah sekali! Itulah
jawabanmu, kemana kau bersembunyi selama ini...?"

Ibu Mus bersusah payah menahan tawanya. Ia menatap Lintang seolah telah seumur
hidup mencari murid seperti ini. Ia tak mungkin tertawa lepas, agama malarang itu. Ia
menggeleng- gelengkan kepalanya. Kami terpesona dan bertanya-tanya bagaimana
cara Lintang melakukan semua itu...(hlm.107).

11
4. Bertanggung jawab
Pendidikan membantu peserta didiknya menjadi pribadi yang bertanggung jawab.
Tanggung jawab terhadap diri sendiri, keluarga, dan lingkungan. Tanggung jawab
terhadap diri sendiri misalnya disiplin dalam mengerjakan sesuatu, sedangkan
tanggung jawab terhadap orang tua misalnya mendahulukan kewajiban (sebagai anak)
daripada huk, dan tanggung jawab terhadap lingkungan adalah bersikap baik terhadap
lingkungan.

(102) Karena kecewa sebab karyanya di anggap tak jujur, Mahar setengah hati
menyerahkan karyanya kepada Bu Mus sehingga terlambat....

"Kali ini Ibunda tidak memberimu nilai terbaik untuk mendidikmu sendiri," kata Bu
Mus dengan bijak pada Mahar yang cuek saja. "Bukan karena karyamu tidak
bermutu, tapi dalam bekerja apa pun kita harus memiliki disiplin."(hlm. 189-190)
Tanggung jawab sangat diperlukan dalam mengerjakan segala sesuatu. Dengan
bertanggung jawab, kedisiplinan akan tercipta dengan sendirinya. Mahar
mendapatkan nilai yang kurang baik karena ia tidak disiplin ketika mengumpulkan
tugas yang diberikan oleh Bu Mus. Meskipun kecewa, tetapi Mahar hanya diam saja
ketika Bu Mus menasehatinya.

(103) Nilai-nilai rapor Mahar dan Flo hancur karena agaknya mereka sulit
berkonsentrasi sebab terikat pada komitmen-komitmen kegiatan organisasi, dan lebih
dari itu, karena semakin tergila- gila dengan hal mistik.

Lalu tak tahu siapa yang memulai tiba-tiba mereka muncul dengan satu gagasan yang
paling sangat absurd. Karena tak ingin kehilangan sekolah dan tak ingin
meninggalkan hobi klenik maka mereka berusaha menggabungkan keduanya. Mahar
dan Flo mencari jalan keluar mengatasi kemerosotan nilai sekolah melalui cara yang
mereka kuasai, yaiu melalui jalan pinas dunia gaib perdukunan (Tuk Bayan Tula).
Sebuah cara tidak masuk akal yang unik, lucu, dan mengandung mara bahaya.
(hlm.403-404)

5. Bekerja Keras
Pendidikan membawa seseorang berani bekerja keras dan memiliki sikap hidup yang
baik. Dengan bekerja keras, seseorang dapat mencapai apa yang yang diinginkan atau
yang dicita-citakan. Bekerja keras dalam mengerjakan suatu hal, membawa dampak
yang baik bagi kehidupan.

Bu Mus adalah guru yang pekerja keras. Selain mengajar, ia juga bekerja menerima
jahitan. Upahnya sebagai guru di sekolah Muhammadiyah tidaklah cukup untuk
menghidupi keluarganya. Setiap hari setelah mengajar, ia menjahit. Sehingga tidak
mengganggu kegiatan belajar mengajarnya.

12
(105)... Maka selama enam tahun di SD Muhammadiyah, beliau (Bu Mus) sendiri
yang mengajarkan semua mata pelajaran-mulai dari Menulis Indah, Bahasa
Indonesia, Kewarganegaraan, Ilmu Bumi, sampai Matematika, Geografi, Prakarya,
dan Praktik Olahraga. Setelah seharian mengajar, beliau melanjutkan bekerja
menerima jahitan sampai jauh malam untuk mencari nafkah, menopang hidup dirinya
dan adik-adiknya.(hlm.29-30).

Pak Harfan adalah seorang kepala sekolah Muhammadiyah. Ia memiliki silsilah


Kerajaan Belitung. Meskipun ia adalah seorang kepala sekolah, tidak membuatnya
hidup serba kecukupan. karena gajinya tidak cukup untuk menghidupi keluarganya. Ia
harus bekerja sebagai petani palawija.

(106) K.A. pada nama depan Pak Harfan berarti Ki Agus. Gelar K.A. mengalir dalam
garis laki-laki silsilah Kerajaan Belitong. Selama puluhan tahun keluarga besar yang
amat bersahaja ini berdiri pada garda depan pendidikan di sana. Pak Harfan telah
puluhan tahun mengabdi di sekolah Muhammadiyah nyaris tanpa imbalan apa pun
demi motif syair Islam. Beliau menghidupi keluarga dari sebidang kebun palawija di
pekarangan rumahnya. (hlm.21).

Lintang juga seorang yang pekerja keras. Setelah ia pulang sekolah, ia langsung
bergabung bersama temen-temennya menjadi kuli kopra. Pekerjaan ini ia lakukan
demi membantu orangtuanya dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

(107)... Jika tiba di rumah ia (Lintang) tak langsung istirahat melainkan segera
bergabung dengan anak-anak seusia di kampungnya untuk bekerja sebagai kuli
kopra....(hlm.94-95).

13
BAB III
PENUTUP
A. Saran
Sebaiknya penulis lebih mengangkat kebudayaan yang ada di Indonesia agar bisa terlihat
oleh dunia luas bahwa Indonesia memiliki kebudayaan yang indah untuk diterapkan pada
kehidupan sehari-hari.
B. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang sudah dilakukan terhadap novel “Laskar Pelangi” karya
Andrea Hirata, dapat ditarik simpulan sebagai berikut:
1. Bentuk unsur intrinsik yang ada pada novel “Laskar Pelangi” yaitu tema,
tokoh/perwatakan, latar, alur, sudut pandang, dan amanat.
2. Hubungan tema, tokoh/perwatakan dan latar dengan lingkungan alam dideskripsikan
berdasarkan topik permasalahan dan tujuan dari penelitian ini serta keberadaan
tokoh dalam lingkup lingkungan alam, baik lingkungan alam secara asli/alami
maupun lingkungan alam secara buatan. Hubungan antara unsur intrinsik dengan
lingkungan alam dalam novel “Laskar Pelangi” menunjukan bahwa tema dalam
novel “Laskar Pelangi” berada pada lingkungan alami maupun buatan, tokoh
dalam novel “Laskar Pelangi” pun menggunakan lingkungan alam secara bersama-sama
baik itu alam asli/alami maupun alam secara buatan walaupun dengan latar lingkungan
alam yang sama ataupun yang berbeda.

14
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Data Artikel:
Judul : ANALISIS UNSUR INTRINSIK DAN EKOLOGI SASTRA NOVEL
“LASKAR PELANGI” KARYA ANDREA HIRATA
Penulis : Piton Lako
Tanggal Tayang : Tahun 2020
Waktu Akses : 23 Januari 2023, pukul 13.13 – 16.08
URL : https://sg.docworkspace.com/l/sIPqBweBPv4G5ngY?sa=00&st=0t

Data Artikel:
Judul : ANALISIS NOVEL LASKAR PELANGI KARYA ANDREA HIRATA
(TINJAUAN SOSIOLOGI SASTRA)
Penulis : Ardianto,dkk. UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
Tanggal Tayang : 5 Maret 2020
Waktu Akses : 23 Januari 2023, pukul 13.13 – 16.08
URL : https://osf.io/a4ehg/download/?format=pdf

Data Artikel:
Judul : Representasi Pandangan Dunia Andrea Hirata dalam Novel Laskar Pelangi
Penulis : F.Fadillaturrohmah
Tanggal Tayang : -
Waktu Akses : 23 Januari 2023, pukul 13.13 – 16.08
URL : https://roboguru.ruangguru.com/question/pandangan-pengarang-terhadap-
kehidupan-nyata-dalam-novel-tersebut-berkaitan-dengan-persoalan-_QU-TSRUAU26

Data Artikel:
Judul : UNSUR INTRINSIK LASKAR PELANGI
Penulis : Quinton
Tanggal Tayang : 30 Oktober 2022
Waktu Akses : 23 Januari 2023, pukul 13.13 – 16.08
URL : https://www.academia.edu/16122806/Unsur_Intrinsik_Laskar_Pelangi

15

Anda mungkin juga menyukai