Anda di halaman 1dari 2

Leila Salikha Chudori, lahir di Jakarta, 12 Desember 1962 adalah penulis

Indonesia yang menghasilkan berbagai karya cerita pendek, novel, dan skenario
drama televisi. Leila adalah putri dari Mohammad Chudori, seorang wartawan Kantor
Berita Antara dan surat kabar The Jakarta Post. Karya-karya awal Leila dimuat saat
ia berusia 12 tahun di majalah Si Kuncung, Kawanku, dan Hai. Pada usia dini ia
menghasilkan buku kumpulan cerpen berjudul “Sebuah Kejutan”, “Empat Pemuda
Kecil”, dan “Seputih Hati Andra”. Pada usia dewasa cerita pendeknya dimuat di
majalah Zaman, majalah sastra Horison, Matra, jurnal sastra Solidarity (Filipina),
Menagerie (Indonesia), dan Tenggara (Malaysia). Salah satu karya Leila yang paling
dikenal adalah ‘Pulang’.

Pulang adalah sebuah novel yang bercerita mengenai peristiwa bersejarah


yang dimulai dengan peristiwa G 30 S PKI tahun 1965, revolusi mahasiswa di Paris,
Prancis tahun 1968, dan tragedi kerusuhan Mei 1998 yang menandai digulingkannya
Presiden Suharto pada rezim Orde Baru di Indonesia. Tokoh utamanya adalah Dimas
Surya ayah dari seorang Putri cantik Lintang yang dilahirkan dari seorang wanita
Prancis bernama Vivienne Deveraux. Dimas Surya memiliki tiga orang sahabat yang
bernama Nugroho, Tjai, dan Risjaf. Mereka menyebutkan dengan Empat Pilar Tanah
Air yang sudah diharamkan menginjak tanah air sendiri. Para eksil politik ini
melarikan diri ke luar negeri hingga luntang-lantung di Kuba, Cina, dan Benua Eropa
sampai akhirnya memutuskan untuk menetap di Paris. Mereka juga memiliki sahabat
yang bernama Hananto, yang menikahi Surti Anandari mantan kekasih Dimas.
Hingga masa hidupnya Dimas tidak bisa melupakan Surti, meski wanita ini telah
melahirkan tiga orang anak bagi Hananto, Kenanga Bulan, dan Alam.

Menurut saya sendiri kelebihan dari novel ini adalah dimana Leila berhasil
dalam membawakan cerita dari berbagai sudut pandang tokoh-tokohnya dengan
gambaran emosi yang berbeda-beda sehingga para pembaca seperti diajak ikut masuk
untuk mendalami perasaan para tokoh-tokoh di novel Pulang. Sedang kekurangannya
adalah buku ini menurut saya terlalu vulgar karena ada beberapa adegan yang tidak
pantas untuk ditiru mengingat Indonesia sendiri adalah Negara yang sangat
menjunjung tinggi etika dan Negara yang bisa dikatakan religius.

Disamping kekurangannya tersebut novel Pulang banyak sekali mengandung


nilai moral yang patut dicontoh terutama bagi anak-anak muda di Indonesia. Dimana
kita harus memiliki sikap berani dalam melawan rezim yang menindas rakyat
Indonesia. Kesetiakawanan dalam novel ini juga patut dicontoh, dimana para tokoh-
tokohnya tetap memiliki rasa persaudaraan yang tinggi walaupun banyak sekali
masalah yang mereka hadapi.

Anda mungkin juga menyukai