Anda di halaman 1dari 9

PERBANDINGAN CERPEN AH, JAKARTA KARYA AHMAD TOHARI

DENGAN CERPEN RADIO MASYARAKAT KARYA ROSIHAN ANWAR:


KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA
Oleh: hanan afifah
hnnafifah@gmail.com

Abstrak
Tujuan penulisan ini adalah untuk; (1) mengetahui aspek sosial yang terdapat dalam cerpen Ah, Jakarta
(selanjutnya disingkat AJ) karya Ahmad Tohari, (2) mengetahui aspek sosial yang terdapat dalam cerpen Radio
Masyarakat (selanjutnya disingkat RM) karya Rosihan Anwar, (3) mengetahui persamaan dan perbedaan dari
cerpen AJ dan cerpen RM. Peneliti menggunakan metode kajian sosiologi sastra untuk menganalisis cerpen AJ
dan cerpen RM karena kedua cerpen tersebut mengungkapkan aspek-aspek sosial kemasyarakatan. Hasil dari
penelitian membuktikan bahwa (1) cerpen AJ memiliki aspek sosial yang meliputi kemiskinan, kesejahteraan,
serta sosial politik dan sosial ekonomi, (2) cerpen RM memiliki aspek sosial yang meliputi sosial politik yang
terjadi pada masa penajajahan Jepang di Indonesia, (3) cerpen AJ dan cerpen RM merupakan cerpen yang
mengungkapkan tentang kehidupan sosial masyarakat yang mengalami ketimpangan karena berbagai
permasalahan sosial. Cerpen AJ merupakan cerpen beraliran realis karena peristiwa yang digambarkan dalam
cerpen lazim terjadi dalam kehidupan sehari-hari, sehingga isi ceritanya lebih mudah dipahami, sedangkan
cerpen RM merupakan cerpen beraliran surealis sehingga untuk memahami isi cerita tersebut perlu penafsiran
terlebih dahulu. Kesimpulan dari hasil analisis kedua cerpen tersebut adalah faktor lingkungan sosial
berpengaruh besar terhadap kehidupan seorang individu maupun masyarakat.
Kata kunci : realisme, surealisme, kajian sosiologi sastra, cerpen Ah, Jakarta, cerpen Radio
Masyarakat

PENDAHULUAN
Pada penulisan artikel ini, akan dibahas mengenai cerpen beraliran realis yang berjudul Ah,
Jakarta (selanjutnya disingkat AJ) karya Ahmad Tohari dan cerpen beraliran surealis yang
berjudul Radio Masyarakat (selanjutnya disingkat RM) karya Rosihan Anwar. Kedua cerpen
tersebut akan dikaji menggunakan kajian sosiologi sastra.
Peneliti melakukan analisis terhadap cerpen AJ dan cerpen RM karena kedua cerpen
tersebut sarat dengan nilai sosial dan memuat aspek-aspek sosial yang berlaku di masyarakat.
Peneliti memilih cerpen AJ untuk dianalisis karena isi ceritanya menarik dan peristiwa-
peristiwa yang terjadi di dalamnya erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat Indonesia. Peneliti
memilih cerpen RM untuk dianalisis karena peristiwa yang dialami tokoh cukup unik akibat tekanan
sosial yang ada di sekitarnya.
Kajian sosiologi sastra tepat digunakan untuk mengkaji cerpen AJ dan RM karena kedua
cerpen tersebut menceritakan peristiwa-peristiwa yang relevan dengan kehidupan sehari-hari,
khususnya kehidupan masyarakat Indonesia.
Cerpen ini belum pernah diteliti, namun analisis cerita pendek dengan menggunakan
sosiologi sastra sudah pernah dilakukan sebelumnya.
Penelitian pertama, yaitu Analisis Sosiologis Cerpen “Si Padang” Karya Harris Effendi
Thahar oleh Yasnur Asri. Dalam analisisnya, peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan cerminan
realitas sosial masyarakat Minangkabau yang terefleksi dalam cerpen Si Padang (selanjutnya
disingkat SP) karya Harris Effendi Thahar. Teknik analisis dimulai dari teks sastra dan
mengungkapkan faktor-faktor sosial yang ada di dalam cerpen, kemudian menguji kepada faktor
sosial masyarakat yang menjadi topik pembicaraan. Hasil analisis dari penelitian ini menunjukkan
bahwa cerpen SP merupakan cerpen yang berhasil mengungkapkan realitas sosial masyarakat
Minangkabau pada masa itu, yaitu ketidakharmonisan hubungan mamak dan kemenakan. Dengan
kata lain, menurut peneliti, pengarang berhasil menunjukkan bahwa cerpen tersebut berintegrasi
dengan kehidupan masyarakat.
Penelitian kedua, yaitu Analisis Sosiologi Sastra Kumpulan Cerpen “Putik-Putik Bunga di
Gunung” Karya Mayon Soetrisno dan Skenario Pembelajarannya di Kelas X SMA oleh Rais
Sulaiman. Peneliti bertujuan untuk mendeskripsikan aspek-aspek sosial dalam kumpulan cerpen
Putik-Putik Bunga di Gunung (selanjutnya disingkat PPBDG) karya Mayon Soetrisno dan
mendeskripsikan hubungan antar aspek sosial kumpulan cerpen PPBDG. Subjek penelitian ini adalah
kumpulan cerpen PPBDG. Objek dari penelitian ini adalah semua aspek sosial dalam kumpulan
cerpen PPBDG. Fokus penelitian berupa aspek-aspek sosial PPBDG. Teknik analisis data yang
digunakan adalah teknik deskriptif kualitatif. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa aspek-
aspek sosial dalam kumpulan cerpen PPBDG meliputi aspek cinta kasih, aspek ekonomi, aspek
moralitas, aspek kekerabatan, dan aspek pendidikan. Hubungan antaraspek kumpulan cerpen PPBDG
saling berkaitan satu sama lain.
Penelitian ketiga, yaitu Aspek Sosial dalam Kumpulan Cerpen “Protes” Karya Putu
Wijaya: Tinjauan Sosiologi Sastra oleh Trisakti Murti Astuti. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan kajian struktur dalam kumpulan cerpen Protes karya Putu Wijaya dan memaparkan
aspek sosial yang terkandung dalam kumpulan cerpen Protes dengan tinjauan sosiologi sastra. Dalam
menganalisis kumpulan cerpen Protes peneliti menggunakan tinjauan sosiologi sastra. Di dalam
kumpulan cerpen tersebut terdapat aspek sosial yang dianggap penting oleh masyarakat, seperti sosial
politik dan sosial ekonomi.. masalah yang diungkapkan adalah masalah seputar kemiskinan,
kekuasaan, korupsi, dan tingkah laku penguasa. Kumpulan cerpen Protes karya Putu Wijaya
mengungkapkan ketimpangan struktur sosial masyarakat yang disebabkan karena ketidakmerataan
ekonomi dan politik.
Penelitian keempat, yaitu Analisis Novel “Laskar Pelangi” Karya Andrea Hirata
(Tinjauan Sosiologi Sastra) oleh Ardianto dan Sitti Khadijayanti Saputri. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mendeskripsikan penelitian sosiologi sastra, meliputi masalah-masalah sosial, kemiskinan,
pengangguran, kriminalitas dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata. Teknik analisis data
menggunakan teori Abrams. Kesimpulan dari hasil analisis data adalah masalah sosial seperti
kemiskinan, pengangguran, dan kriminalitas merupakan ketidaksesuaian antara unsur-unsur
kebudayaan atau masyarakat yang dapat membahayakan kehidupan kelompok sosial.
Penelitian kelima, yaitu Kajian Sosiologi Sastra dan Pendidikan Karakter dalam Novel
“Simple Miracles” Karya Ayu Utami serta Relevansinya Pada Pembelajaran Sastra di SMA oleh
Teguh Alif Nurhuda, Herman J. Waluyo, dan Suyitno. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
isi dari novel Simple Miracles (selanjutnya disingkat SM) karya Ayu Utami dalam hal kajian sosiologi
sastra dan nilai pendidikan karakter. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan
subjek novel SM. Novel tersebut menceritakan tentang kehidupan satu keluarga dan tentang kematian
beberapa anggota keluarga. Hasil dari penelitian ini menunjukkan adanya hubungan sosial antar
tokoh, baik dalam satu anggota keluarga maupun di luar anggota keluarga. Selain itu, hasil dari
penelitian ini dapat disimpulkan dari 18 nilai pendidikan karakter yang ditentukan oleh pemerintah
terdapat sepuluh nilai pendidikan karakter di dalam novel, di antaranya religius, jujur, toleransi,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, bersahabat, gemar membaca, peduli sosial, dan tanggung jawab.

METODE
Cerpen yang dianalisis menggunakan kajian sosiologi sastra dalam penelitian ini berjudul
Ah, Jakarta karya Ahmad Tohari dan Radio Masyarakat karya Rosihan Anwar. Sebelum memulai
analisis, peneliti melakukan hal-hal berikut untuk memastikan ketepatan analisis; (1) membaca
cerpen AJ dan RM secara intensif, (2) menganalisis keterkaitan isi cerita dengan kajian sosiologi
sastra, kemudian (3) membandingkan hasil penelitian dengan hasil penelitian lainnya yang
menggunakan kajian sosiologi sastra.
Peneliti menganalisis cerpen AJ karya Ahmad Tohari dan cerpen RM karya Rosihan Anwar
menggunakan kajian sosiologi sastra. Menurut Wiyatmi dalam Damono (1979: 1), dalam wacana
studi sastra, sosiologi sastra sering diartikan sebagai salah satu pendekatan dalam kajian sastra
yang memahami dan menilai karya sastra dengan mempertimbangkan segi-segi kemasyarakatan
sosial. Sosiologi sastra menafsirkan karya sastra dengan memadukan ilmu sastra dengan ilmu
sosiologi (interdisipliner). Sosiologi sastra menitikberatkan hubungan antara sosiologi sebagai
sebuah ilmu dan sastra sebagai fenomena masyarakat yang dapat ditelaah secara ilmu sastra dalam
hubungannya dengan sosiologi. Sosiologi sastra menjadikan manusia sebagai objek, yaitu manusia
dalam masyarakat, hubungan-hubungan antarmanusia, serta proses yang timbul dari hubungan-
hubungan tersebut di dalam masyarakat. Cerita yang ditulis oleh pengarang harus memiliki
hubungan timbal balik antara sastra dengan sosiologi. Melalui kajian sosiologi sastra, dapat
diketahui apakah cerpen yang diteliti memiliki hubungan dengan aspek sosial yang berlaku di
masyarakat atau tidak.

HASIL
Hasil penelitian dengan kajian sosiologi sastra pada cerpen AJ dan cerpen RM
menunjukkan bahwa kedua cerpen tersebut erat kaitannya dengan kehidupan masyarakat,
khususnya masyarakat Indonesia. Peristiwa yang digambarkan dalam kedua cerpen tersebut lazim
terjadi dalam kehidupan yang terjadi di masyarakat. Oleh karena itu, Ahmad Tohari dan Rosihan
Anwar telah berhasil memadukan unsur-unsur kesastraan dengan kehidupan sosial.

PEMBAHASAN
Peneliti menggunakan kajian sosiologi sastra untuk menganalisis cerpen AJ dan cerpen
RM. Kajian sosiologi sastra merupakan kajian yang memadukan hubungan antara teks karya sastra
dan aspek sosial yang berlaku di dalam masyarakat. Peneliti menggunakan kajian tersebut karena
cerpen AJ dan cerpen RM menceritakan tentang peristiwa yang cukup sering terjadi dalam
kehidupan masyarakat. Meskipun kedua cerpen dianalisis menggunakan kajian yang sama, namun
ada hal yang berbeda dari kedua cerpen tersebut. Cerpen AJ merupakan cerpen beraliran realis
yang menggambarkan tentang tokoh yang memiliki sahabat karib seorang buron. Peristiwa
maupun keadaan yang disajikan dalam cerpen dapat dipahami dengan mudah karena lazim bahkan
sudah banyak terjadi dalam kehidupan. Sementara itu, cerpen RM merupakan cerpen beraliran
surealis yang menggambarkan tentang seorang tokoh yang mengalami kegelisahan jiwa karena
faktor dari luar dirinya, yaitu faktor lingkungan sosialnya. Cerpen RM lebih sulit dipahami isi
ceritanya karena pembaca harus menafsirkan terlebih dahulu apa yang sebenarnya sedang dialami
tokoh dan bagaimana kaitannya terhadap kehidupan sosial.
Cerpen AJ menceritakan tentang realitas kehidupan yang sebenarnya terjadi di kota
Jakarta. Seperti yang secara umum diketahui, Jakarta merupakan kota metropolitan dengan standar
kehidupan yang tinggi sehingga masyarakat yang tinggal di kota tersebut harus bekerja keras untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
Di dalam cerpen ini, diceritakan mengenai seorang tokoh yang disebut “Aku” yang
memiliki sahabat karib yang merupakan seorang buronan. Sahabat karib itu bernama Gali. Tokoh
Aku dan Gali merupakan sahabat semasa kecil. Cerita diawali dengan kedatangan Gali pada suatu
malam.
Kedatangannya pada suatu malam di rumahku memang mengejutkan. Sudah lama aku
tidak melihatnya. Lama sekali, mungkin tiga tahun atau lebih. Selama itu, aku hanya
mengetahui keadaannya lewat cerita teman yang sering melihatnya di Jakarta.
Gali merantau ke Jakarta untuk bekerja dan memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun,
setelah berhenti dari pekerjaannnya menjadi supir, ia bergabung dengan kawanan perampok di
Jakarta. Ia biasa beroperasi bersama kawanannya untuk merampok rumah-rumah mewah pada
malam hari. Namun, ia mengalami kecelakaan mobil saat hendak berangkat untuk memulai
operasi. Kemudian, ia selamat dan melarikan diri ke rumah sahabat semasa kecilnya, yaitu tokoh
Aku.
Dari cerita teman itulah aku mengerti bagaimana kehidupannya di Ibukota. Bahwa dia
tidak lagi menjadi sopir sebuah keluarga di Jalan Cim Menteng. Tidak juga berkumpul dengan
orang tuanya di Lampung. Dia sudah lain.
Sedan yang disewanya menabrak tiang listrik di Jalan Matraman. Tiga temannya tidak
bisa bangun, mungkin mati. Dia duduk di jok belakang ketika itu. Karena bekas sopir, dia tahu
suasana kritis dalam kendaraan. Ketika mobil mulai gontai karena slip dia meringkuk seperti
trenggiling. Benturan dengan tiang listrik begitu hebat. Tidak ada secuil pun dia cedera. Luka di
kaki karena tergores kaca belakang ketika dia berusaha lolos keluar.
Di dalam mobilnya ada golok, ada gunting kawat buat melumpuhkan kunci gembok
sebesar apa pun, dan ada clurit.
Kemudian, Gali mulai menceritakan tentang kehidupannya sebagai seorang perantau di
kota Jakarta.

“Kami baru berangkat operasi.”


“Oh, jadi begitulah kamu sekarang. Mengapa ?”

“Ah, Jakarta.”

Tokoh Aku mendengarkan dengan seksama cerita yang disampaikan oleh sahabat karibnya
itu. Sudah lama ia tak berjumpa dengan karibnya, namun ketika kembali lagi karibnya itu sudah
menjadi pribadi yang berbeda.

Dia tidak bohong. Apa yang telah diceritakannya termuat sepenuhnya. Dadaku menyesak.
Di hadapanku kini duduk seorang karib yang pasti buronan. Aku langsung teringat konsekuensi
hukum bagi orang yang menyimpan oknum yang sedang dicari polisi. Tapi detik itu juga
kuputuskan, menerima karibku seperti biasa. Aku tak ingin kehilangan rasa persahabatan.
Salah satu peristiwa yang menarik untuk dikaji dalam cerpen ini adalah saat tokoh Gali dan
kawanan perampoknya memasuki rumah salah seorang politisi. Peristiwa ini menggambarkan
hubungan antara sastra dengan kehidupan sosial, khususnya politik.
“Pernah kami masuk ke rumah orang kaya di kebayoran. Yang punya rumah bangun dan
menjemput kami di ruang tengah dengan pistol di tangan. Kami siap berkelahi. Tapi tuan rumah
justru menawarkan barang-barangnya. Hanya satu permintaannya, agar kami tidak ribut-ribut.
Di kemudian hari kami tahu bahwa yang kami rampok adalah seorang pejabat penting. Di rumah
itu dia sedang ngendon dengan istri muda. Daripada heboh masuk koran maka dia ambil jalan
yang bagi kami amat bijak.”

Dia tertawa lepas. ”Yah, Jakarta!”

Setelah itu, Gali menginap di rumah sahabatnya. Namun, pagi harinya ia sudah tidak
menampakkan dirinya. Tokoh Aku memikirkan kemana perginya sahabat karibnya yang bernama
Gali itu.

Entahlah, sejak saat itu aku jadi senang pergi ke pasar. Di depan pasar kecil di kotaku
yang kecil ada terminal colt. Berita pertama tentang penemuan mayat kebanyakan berasal dari
terminal itu. Bila ada berita aku segera menceknya. Aku sungguh berharap setiap kali melihat
mayat maka dia bukan mayat karibku. Moga-moga dia sudah kembali ke Jakarta, bersembunyi di
sana atau di tempat lain. Mudah-mudahan dia sudah menyerahkan diri secara baik-baik dan
diadili secara baik pula.

Namun, pada hari itu datang kejadian yang tak terduga. Mayat Gali ditemukan
mengambang di tepian kali Serayu.

Dalam seminggu sudah banyak mayat yang kuperiksa. Syukur tak satu pun ternyata mayat
karibku. Tapi akhirnya yang kukhawatirkan tak urung terjadi juga. Karibku mengapung di kelokan
kali Serayu di bawah jalan raya. Dia sudah mengembung, wajahnya tak keruan. Puluhan orang
yang berkerumun tak seorang pun mengenalinya. Aku pun nyaris demikian bila tidak karena
simpul perban di kaki karibku. Ah, jakarta. Ucap karibku terngiang kembali.
Pada bagian ini, dijelaskan salah satu peristiwa yang sering kali terjadi di dalam
masyarakat, yaitu petugas yang lalai dalam menjalankan tugasnya sebagai badan yang mengayomi
masyarakat.

“Ini mayat karibku,” kataku kepada dua orang polisi yang sedang mencatat-catat.
Keduanya terbelalak. Orang-orang pun terbelalak.

“Betul?” tanya polisi

“Ya, pak. “

“Nah, siapa namanya?”

Ku sebut nama seenak perutku. Kuberi alamat jakarta sekenanya.

“Pekerjaan calo. Kemudian kusebut nama ngawur untukku. Alamat, kampung anu. Untung
polisi tidak tanya KTP, suatu kecerobohan yang memalukan.

“Baiklah, kami sudah selesai dengan urusan kami. Sekarang bagaimana saudara?” tanya
polisi.

Aku tegagap. Orang-orang bergumam mungkin menatapku dengan keji. Mereka sedang
memperhatikan karib seorang gali, aku.

“Pak, aku akan menunggu di sini. Mungkin nanti ada saudaraku yang lewat sehingga aku
ada teman buat mengurus mayat ini.”

Polisi pergi, kelihatan dengan wajah puas. Orang-orang pun mulai pergi. Soal mayat
tercampak sudah sering mereka lihat. Akhirnya hanya aku dan karibku yang tinggal. Sekali pun
aku sama sekali tidak cengeng, namun terasa air mataku meleleh. Ada dua orang anak pencari
rumput. Tetapi mereka menghilang ketika kumintai bantuan mengurus mayat karibku.

Setelah itu, tokoh Aku mengurus jenazah Gali sendirian. Peristiwa ini menggambarkan
hubungan kekerabatan yang terjalin antara tokoh Aku dengan Gali.

Mayat karibku kusirami. Aku memandikannya. Lalat beterbangan. Kemudian dengan


tempurung itu pula aku menggali pasir membujur keutara. Dia kutarik dan ku masukkan ke dalam
lubang pasir sedalam lutut. Kusembahyangkan kemudian kumiringkan kebarat. Daun-daun jati
kututupkan, lalu pasir kutimbunkan. Sebuah batu sebesar kepala kubuat nisan.

Ketika kutinggalkan tepian kali serayu yang berjarak dua puluh kilo dari rumahku itu,
ternyata ada beberapa orang yang menonton. Dua di antaranya adalah anak pencari rumput.
Entahlah. Boleh jadi mereka heran ada yang berani berterus terang mengaku karib seorang gali,
mengurus mayatnya yang kupacu berbunyi, ah, Jakarrta. Mengapa bila diucapkan dengan
tekanan tertentu kata-kata itu menampakkan sisi compang-camping dan belepotan. Karibku ikut
belepotan. Dan kini aku tidak berguna menyalahkannya.

Berdasarkan isi cerita tersebut, dapat dipahami bahwa lingkungan sosial dapat
memengaruhi segala tingkah laku seorang individu, bahkan dapat mengubah kepribadiannya.
Kerasnya kehidupan di kota Jakarta dengan standar kehidupan yang tinggi membuat seseorang
harus berusaha keras untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, termasuk dengan cara yang tidak
dibenarkan. Contohnya seperti Gali dalam cerpen ini, dahulu ia merupakan anak yang tumbuh
dengan akhlak baik di kampung halamannya, namun ketika ia merantau ia berubah menjadi pribadi
yang berbeda dari sebelumnya karena faktor lingkungan sekitarnya.

Cerpen RM karya Rosihan Anwar merupakan cerpen yang menceritakan tentang seseorang
yang kehilangan semangatnya dalam menjalani hidup. Tokoh utama dalam cerpen ini adalah
Kuswari. Cerpen ini dibuat pada zaman penjajahan Jepang di Indonesia. Kuswari mengalami patah
semangat akibat janji-janji palsu yang dibuat oleh Jepang. Ia merasa telah diberi harapan palsu
sehingga tidak ada lagi hal yang dapat ia lakukan selain mengeluh.

Kehendak zaman? Semangat baru? Ya, barangkali buat Tuan. Bagi saya belum
terpikirkan.....

Cerita diawali dengan kedatangan tokoh utama yang bernama Kuswari ke ruangan dr.
Hamzah. Kuswari datang untuk memeriksa kondisinya yang sedang mengalami kegelisahan.

Sayup-sayup suara itu mendatang. Tertahan-tahan, tetapi terang dan tidak ragu-ragu.
Kata-kata yang diucapkan oleh Kuswari tadi, tatkala ia datang ke kamarnya untuk, katanya,
diperiksa sakit badannya. Kuswari mengeluh panjang-panjang. Seolah-olah dengan demikian
hendak ia lemparkan segala beban yang memberat, hendak ia lepaskan segala kepegalan yang
menghimpit sukma.

Dr. Hamzah memeriksa kondisi pasiennya, yaitu Kuswari. Namun, Kuswari tidak
mengalami penyakit apapun. Ada sesuatu hal yang dialami oleh Kuswari sehingga jiwanya
mengalami gangguan. Kemudian, dr. Hamzah memberikan penjelasan dan nasehat kepada
Kuswari tentang apa yang sedang dialaminya dan bagaimana cara menghadapinya.

Ia berhenti sebentar. Ada yang dipikirkannya. Kus antara cemas dan harap. Kemudian
dengan tersenyum kata dr.Hamzah pula, “tetapi ada juga obat yang dapat kuberikan. Obat yang
kalau dikatakan bersahaja, mahal juga didapatkan. Kus, kau harus kisarkan pandangan hidupmu.
Itulah satu-satunya obat mujarab bagi penyakitmu. Kau mesti mencoba mengetahui apa kehendak
zaman. Mesti mencoba mendalami semangat baru, itu tak mudah. Tapi aku percaya, kau pandai
mencari dan menimbang sendiri. Buat sementara rasanya tak perlu kuterangkan kepadamu. Cari
dulu. Nah, Kus nanti kita bicarakan lagi.”
Setelah itu, bagian akhir cerita menceritakan Kuswari yang tampak kesal dengan nasehat
yang diberikan oleh dr. Hamzah. Menurut Kuswari, sebagai seorang rakyat kecil ia tidak dapat
merasakan kehidupan yang dialami oleh kalangan diatasnya pada masa itu.

Sejurus Kus terdiam. Tetapi perlahan-lahan seakan-akan bertukar cahaya mukanya,


cahaya yang tak dapat ditafsirkan lebih jauh. Bibirnya menggelung ejek. Cepat-cepat
berhamburan katanya. “Kehendak zaman? Semangat baru? Ya, barangkali buat Tuan. Bagi saya
belum terpikirkan.” Cuma itu saja ia berpaling, lalu terus meninggalkan dr.Hamzah, lupa ia
menabik hatinya pedar.

Berdasarkan isi cerita dari cerpen tersebut, dapat ditafsirkan bahwa lingkungan sosial dapat
memengaruhi kejiwaan seseorang. Setiap ucapan maupun perbuatan dari orang-orang di sekitar
memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap seseorang. Hal tersebut terlihat pada tingkah laku
Kuswari yang gelisah karena pada masa itu Indonesia tidak kunjung merdeka. Masyarakat
Indonesia pada masa itu hanya mendengar omong kosong yang dilontarkan oleh pemerintah
Jepang.

SIMPULAN
Cerpen AJ karya Ahmad Tohari menceritakan tentang tokoh aku dan karibnya yang
bernama Gali. Gali merupakan seseorang yang merantau ke kota Jakarta. Tingginya angka
kebutuhan di kota Jakarta membuat Gali menghalalkan segala cara untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, sehingga ia berhenti menjadi supir dan memilih untuk bergabung dengan kawanan
perampok. Dari peristiwa tersebut, terlihat jelas bahwa apa yang dialami oleh Gali merupakan
realitas yang biasa kita lihat atau dengar. Hal tersebut benar-benar dapat terjadi atau bahkan lazim
terjadi di kehidupan. Realitas yang terdapat dalam jalan cerita cerpen AJ mebuat pembaca lebih
mudah memahami isi dari cerpen tersebut.
Cerpen RM karya Rosihan Anwar yang isi ceritanya tidak dapat ditebak secara gamblang,
melainkan pembaca harus menafsirkan terlebih dahulu maksud yang ingin disampaikan oleh
pengarang. Hal tersebut dapat digambarkan dengan keadaan tokoh Kuswari yang tubuhnya dalam
keadaan sehat, namun kejiwaannya terguncang. Ia sebenarnya baik-baik saja, namun ia merasa
tidak baik-baik saja.
Cerpen AJ dan cerpen RM memiliki persamaan, yaitu sama-sama menceritakan tentang
fenomena yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat. Kedua cerpen tersebut menggunakan
manusia dan hubungan timbal balik yang saling memengaruhi antarmanusia.
Selain itu, cerpen AJ dan cerpen RM juga memiliki perbedaan. Perbedaan diantara kedua
cerpen tersebut terletak pada aliran cerpen. Cerpen AJ merupakan cerpen beraliran realis yang
memaparkan realitas yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat. Peristiwa-peristiwa yang terjadi
di dalam cerpen mudah dipahami karena sudah biasa terjadi dalam kehidupan sosial. Sementara
itu, cerpen RM merupakan cerpen beraliran surealis yang isi ceritanya lebih sulit dipahami karena
diperlukan penafsiran terlebih dahulu. Isi cerita yang digambarkan dalam cerpen surealis tidak
terus terang seperti aliran realis, melainkan pengarang mendorong pembaca untuk menafsirkan
terlebih dahulu apa maksud di balik cerita tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian, cerpen Ah, Jakarta merupakan cerpen realis dan cerpen Radio
Masyarakat merupakan cerpen surealis.

DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FPBS/JUR._PEND._BHS._DAN_SASTRA_INDONESIA/1973100
62008012-IDA_WIDIA/kajian_puisi_sosiologi.pdf

Asri, Yasnur. Analisis Sosiologis Cerpen “Si Padang” Karya Harris Effendi Thahar.
Sulaiman, Rais. Analisis Sosiologi Sastra Kumpulan Cerpen “Putik-Putik Bunga di Gunung”
Karya Mayon Soetrisno dan Skenario Pembelajarannya di Kelas X SMA.
Astuti, Trisakti Murti. 2010. Aspek Sosial dalam Kumpulan Cerpen “Protes” Karya Putu Wijaya:
Tinjauan Sosiologi Sastra.
Ardianto dan Saputri, Sitti Khadijayanti. Analisis Novel “Laskar Pelangi” Karya Andrea Hirata
(Tinjauan Sosiologi Sastra).
Nurhuda, Alif Teguh, dkk. 2017. Kajian Sosiologi Sastra dan Pendidikan Karakter dalam Novel
“Simple Miracles” Karya Ayu Utami serta Relevansinya Pada Pembelajaran Sastra di SMA.

Anda mungkin juga menyukai