Anda di halaman 1dari 5

Analisis Puisi 'Tanah Air Mata' - Sutardji Calzoum

Bachri
TANAH AIRMATA

Soetardji Calzoum Bachri

Tanah airmata tanah tumpah dukaku


mata air airmata kami
airmata tanah air kami

di sinilah kami berdiri


menyanyikan airmata kami

di balik gembur subur tanahmu


kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami

kami coba simpan nestapa


kami coba kuburkan duka lara tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak kemana-mana

bumi memang tak sebatas pandang


dan udara luas menunggu
namun kalian takkan bisa menyingkir
ke manapun melangkah
kalian pijak airmata kami
ke manapun terbang
kalian kan hinggap di air mata kami
ke manapun berlayar
kalian arungi airmata kami
kalian sudah terkepung
takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
menyerahlah pada kedalaman air mata

(1991)

Sajak-sajak Perjuangan dan Nyanyian Tanah Air

Analisis
Puisi ini dituliskan Sutardji Calzoum Bachri menggambarkan
penderitaan warga Riau karena adanya keserakahaan dari Pusat. Pemerintah pusat
dengan sangat mudahnya mengambil segala apa yang ada di Riau, khususnya Sumber
Daya Alam. Mereka mengambil itu semua tanpa mempertimbangkan perasaan rakyat
Riau.

Puisi ini dituliskan Sutardji Calzoum Bahri seakan ini merupakan jeritan dan isi hati
seluruh masyarakat Riau.

Tanah airmata tanah tumpah dukaku


mata air airmata kami
airmata tanah air kami

Sutardji menggunakan kata 'air mata' dengan makna sebenarnya. Seakan


menggambarkan betapa perihnya masyarakat membangun sebuah dunia (khususnya
Riau), dengan banyak airmata yang menetes ke tanah, menyimpulkan bahwa sudah
banyak airmata yang tertetes ditanah, dan seolah-olah digambarkan bahwa tanah
tersusun oleh airmata yang merupakan unsur paling banyak (majas Hiperbola).

di balik gembur subur tanahmu


kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami
Bait ini menggambarkan betapa ironisnya fakta yang ada dimasyarakat. Dibalik semua
kesuburan tanah yang ada tersimpan semua penderitaan masyarakat. Seolah
membandingka antara dua hal sangat sangat berbeda 180 derajat. Antara langit dan
bumi misalnya.

Puisi ini seakan berisikan sindiran-sindiran untuk para penguasa, dalam hal ini
pemerintah. Misalnya tanah subur dan gedung-gedung megah tersimpan perih dan derita
masyarakat jelata yang tak bisa berbuat apa-apa. Tak ada kuasa.

kami coba simpan nestapa


kami coba kuburkan duka lara tapi perih tak bisa sembunyi
ia merebak kemana-mana

Pada awalnya, masyarakat memilih bungkam dan seakan tak mau melihat fakta yang
terjadi. Namun pada akhirnya, masyarakat tak tahan lagi terhadap apa yang terjadi.
Terasa sakit dihati masyarakat melihat para penguasa terus melakukan perbuatan-
perbuatan yang menyekik masyarakat. Lara tak bisa sembunyi, Semakin besar dendam
masyarakat pada pemerintah.

bumi memang tak sebatas pandang


dan udara luas menunggu
namun kalian takkan bisa menyingkir
ke manapun melangkah
kalian pijak airmata kami
ke manapun terbang
kalian kan hinggap di air mata kami
ke manapun berlayar
kalian arungi airmata kami

Masyarakat seakan sudah tak sabar lagi. Mereka menyerukan suara mereka. Mereka
menyudutkan para penguasa dengan orasi-orasi mereka, dengan semua penderitaan yang
pernah mereka terima. Dengan semua sejarah pahit yang mereka alami, mereka terus
membuat hati para penguasa menjadi getir melihat apa yang ada dibalik sejarah kelam
masyarakat Riau.

kalian sudah terkepung


takkan bisa mengelak
takkan bisa ke mana pergi
Masyarakat terus menyudutkan para penguasa karena semua perih dan derita yang
dialami tidak bisa dihilangkan karena akan terus tersirat di nadi mereka. Para penguasa
tidak bisa menutup mata terhadap apa yang terjadi dan menjadi sejarah kelam
masyarakat, khususnya masyarakat Riau pada puisi ini.

menyerahlah pada kedalaman air mata

Menggambarkan tuntutan terakhir masayarkat kepada para penguasa agar mereka


semua sadar terhadap apa yang terjadi atau para penguasa akan tenggelam dilautan
airmata masyarakat dan mati. Masyarakat menuntut para penguasa untuk mulai
memperhatikan semua penderitaan mereka.
TERIMA KASIH
Website : http://sesarjackson.blogspot.com/2014/01/analisis-puisi-tanah-air-mata-sutardji.html
ANALISIS
puisi diatas penulis yang berpihak kepada rakyat kecil dan petinggi negara . petinggi negara yang
menghabiskan uang rakyat.kata "air mata kami" melambangkan penderitaan rakyat , kalimat "di
balik etalase megah gedung-gedungmu,kami coba sembunyikan derita kami" mempunyai makna
dibalik kekayaan petinggi negara masih ada rakyat kecil yang menderita.pada kalimat "takkan bisa
mengela,takkan bisa ke mana pergi,menyerahlah pada kedalaman air mata" makna kalimat tersebut
menyerahlah tidak bisa kemanapun pergi selalu ada rakyat kecil yang menderita.

Website : http://rasapelangimalam.blogspot.com/2014/01/analisis-puisi-tanah-air-mata-karya.html

Anda mungkin juga menyukai