Anggota
Sitti Fatimah
Safarina Tartila
Nadia Farhana
Linda Sari
HerlinaDiana Puti
SYD.Syaqil
Bagian Produksi
Wakil Sutradara :
Ketua Produksi :
Asisten Produksi :
Bendahara :
Sekertaris :
Wakil Sekertaris :
Pemain
Tanah Air Mata
Oleh : Sutarji Calzoum Bachri
4 pemain memasuki panggung dengan baju yang kotor setelah datang bercocok padi di sawah
yang sudah semakin berkurang akibat lahan persawahan sudah banyak dibuat pembanguanan-
pembanguan gedung besar.
ILA : duhh capek sekali ya buk ? ( sambil mengipas-ngipas dengan tangan karena
kepanasan )
NADIA : Pegel semua badan ini, apalagi kita suah berumur tapi harus tetap bekerja
PUTRI : Untung ya buk, masih ada beberapa lahan di tempat tinggal kita ini yang
tidak dijadikan gedung-gedung besar itu, padahall mencari duit untuk
makan sehar-hari saja kita semakin susah karena proyek-proyek besar itu.
(dengan nada sedih )
LINDA : lahan pertanian , tanah sudah mereka rebut untuk memuaskan dahaga
mereka. Kita rakyat miskin rakyat kecil semakin d ihimpit oleh gedung-
gedung besar itu, untuk pernapas saja rasnya sesak
SYAQIL : ya. Banyak sandiwara di bumi ini. pada hakikatnya Hidup hanyalah
sandiwara, dan kita terjebak dalam sebuah sandiwara. Pura-pura baik, pura-
pura bijak, pura-pura mendidik, pura-pura… pura-ura… semua hanyalah pura-
pura! ( nada dipenuhi amarah )
NADIA : sudah pak, suara kita tetap tidak akan terdengar oleh mereka ( menenangkan
si bapak )
SYAQIL : begitu rakusnya mereka terhadap bumi ini, hingga tak terlihat lagi kita yang
begitu menderita ini ( hingga tersimpu menepuk-nepuk tanah merasa lelah )
( Puisi ) “di balik gembur subur tanahmu
kami simpan perih kami
di balik etalase megah gedung-gedungmu
kami coba sembunyikan derita kami
PUTRI : mereka para petinggi tidak peduli pada kami yang hanya rakyat kecil, tidak
berguna..... mereka anggap kita tidak berguna (sambil menangis, meratapi
nasib para rakyat kecil )
ILA : lalu bagaimana? akankah kita diam saja melihat perlakuan tidak adil ini pada
kita yang hanya rakyat kecil ( nada tegas, karena suah muak engan rayuan
para orang besar. )
NADIA : kini bumi semakin tua, udara semakin panas. Bangunan raksasa dimana-mana?
( belum selesai berbicara orang itu suah diusir pergi, mereka sudah tidak mau lagi ditipu dan
termakan rayuan manis si berjas itu )