Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL

“UPAYA KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN


KUALITAS PENDIDIKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SDN
BILIS-BILS 1 ”

Disusun Oleh:

Sitti Fatimah / 719720192

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP

2021
PROPOSAL
“UPAYA KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN
KUALITAS PENDIDIKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SDN
BILIS-BILS 1”

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Metode kualitatif

Oleh Dosen Pembimbing : Ratna Novita Punggeti, S.Pd., M.Pd

Disusun Oleh:

Sitti Fatimah / 719720192

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS WIRARAJA SUMENEP

2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara umum Pengertian Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
(Ludviana Septentriwati, 2020). Pendidikan adalah suatu wadah yang
dialamnya berisi proses segala hal tentang pembelajaran bukan hanya di
bidang pengetahuan tapi dalam segala aspek. Pendidikan dapat diartikan
sebagai usaha sadar serta sistematis untuk mencapai tingkat hidup atau untuk
kemajuan lebih baik. Secara sederhana, Pengertian pendidikan artinya proses
pembelajaran bagi siswa untuk bisa mengerti, paham, dan membentuk insan
lebih kritis dalam berpikir
Pendidikan bisa dimulai sejak usia anak masuk dalam golden age, Hurlock
(2012) mengatakan, masa golden age yaitu masa keemasan anak dan ini
terjadi pada masa prasekolah pada usia 2 sampai 6 tahun di mana pada masa
itu anak mengalami suatu perkembangan yang sangat pesat. Lalu setelah itu
dilanjut ke jenjang pendidikan yanglebih tinggi dimana di negara kita
Indoesia masa pendidikan untuk seorang siswa harus menjalankan proses
pembelajaran selama 12 tahun lamanya dimulai dari tingkat sekolah dasar
(SD) yang dijalani selama 6 tahun, sekolah menengah pertama (SMP) dijalani
selama 3 tahun dan sekolah menengah atas (SMA) dijalani selama 3 tahun.
Setelah itu barulah kita menjadi seorang mahasiswa ( kuliah ) perkuliahan ini
umumnya dijalani selama 4 tahun untuk S1 2 tahun untuk S2 dan S3 idealnya
ditempuh selama tahun atau bisa juga lebih cepat dari itu. Dalam setiap
jenjang pendidikan kualitas pendidikan sangat berperan dalam proses
pembelajaran
Kualitas pendidikan adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh jasa
pelayanan pendidikan secara internal, maupun eksternal yang menunjukan
kemampunnya, memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat
mencakup input, proses, dan output pendidikan. Selain itu kualitas pendidikan
merupakan kemampuan sistem pendidikan dasar, baik dari segi pengelolaan
maupun dari segi proses pendidikan, yang diarahkan secara efektif untuk
meningkatkan nilai tambah dan faktor-faktor input agar menghasilkan output
yang setinggi-tingginya (Sagala,2009). Kualitas pendidikan harus diupayakan
untuk mencapai kemajuan yang dilandasi oleh suatu perubahan terencana.
Menurut Sagala (2009), peningkatan kualitas pendidikan diperoleh melalui
dua strategi, yaitu: 1) peningkatan kualitas pendidikan yang berorientasi
akademis, untuk member dasar minimal dalam perjalanan yang harus
ditempuh untuk mencapai kualitas pendidikan yang dipersyaratkan oleh
tuntutan zaman, 2) peningkatan kualitas yang berorientasi pada keterampilan
hidup esensial yang dicukupi oleh pendidikan yang berlandasan luas, nyata
dan bermakna. Pada proses pembelajaran kualitas pendidikan pada setiap
jenjang dapat berpengaruh
Proses pembelajaran khususnya di SD itu membutuhkan kesabaran dan
ketelatenan yang ekstra karena yang kita ajarkan itu anak pada masa-masa
emas untuk perkembangan intelektualnya. Menurut Chauhan (1979:4)
mengatakan bahwa pembelajaran adalah upaya dalam memberi perangsang
(stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi
proses belajar, lebih lanjut lanjutnya Chauhan, (1979: 4) mengungkapkan
bahwa, “learning is the process by which behavior (in the broader sense) is or
changed through practice or training” (Belajar adalah proses perubahan
tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek
atau latihan). Sementara itu menurut Rustaman (2001), Proses pembelajaran
adalah kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Dalam
proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak
bisa dipisahkan, antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang
saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal.
Seorang pemimpin sekolah (kepala sekolah) dan juga guru harus
menemukan cara bagaimana anak bisa mengerti dan menangkap apa yang
telah ia pelajari di sekolah. Kenyamanan belajar di kelas dan juga lingkungan
sekolah itu berada dikebijakan kepala sekolahnya dan juga guru. Dalam hal
ini yang berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas adalah seorang
guru . menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1998: 213) mengatakan
bahwa “guru yang baik guru yang berhasil dalam pengajaran adalah guru
yang mampu mempersiapkan peserta didik mencapai tujuan yang telah
dirumuskan dalam kurikulum. Untuk membawa peserta didik mencapai
tujuan-tujuan itu, guru perlu memiliki berbagai kemampuan atau klasifikasi
profesional. Karena melalui kemampuan-kemampuan tersebut guru
melaksanakan peranan-perananya”.
Dan untuk keseluruhan keberhasilan suatu lembaga Menurut Alamsyah
(2017), Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada
kepemimpinan kepala sekolah, keberhasilan sekolah adalah keberhasilan
kepala sekolah. Bagaimanapun, kepala sekolah merupakan unsur penting bagi
efektivitas lembaga pendidikan. Kepala sekolah merupakan pemimpin
pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam mengembangkan
kualitas pendidikan. Kepala sekolah sebagai administrator harus mampu
mendayagunakan sumber yang tersedia secara optimal. Sebagai manajer,
kepala sekolah harus mampu bekerjasama dengan orang lain dalam organisasi
sekolah. Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah harus mampu
mengkoordinasi dan menggerakkan potensi peserta didiknya. Sebagai
supervisor, kepala sekolah harus mampu membantu guru meningkatkan
kapasitasnya untuk membelajarkan peserta didik secara optimal.
B. RUMUSAN MASALAH
Beradasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang melatar belakangi
rumusan masalah dibawah ini adalah :
1. Bagaimana cara atau kebijakan kepala sekolah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan dalam proses pembelajaran?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan setelah upaya meningkatkan
kualitas pendidikan pada proses pembelajaran?
3.
C. TUJUAN PENELITIAN
Beradasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Mengetahui cara atau kebijakan kepala sekolah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan dalam proses pembelajaran
2. Mengetahui pengaruh yang signifikan setelah upaya meningkatkan
kualitas pendidikan pada proses pembelajaran?

D. MAMFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini diharapkan dapat menguatkan teori-
teori yang sama dan sudah ada sebelumnya khususnya tentang upaya
kepala sekolah dalam meningkatkan kenyamanan peserta didik dalam
proses pembelajaran
2. Mamfaat praktis
a. Bagi siswa
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermamfaat bagi semua
siswa di jenjang Sekolah Dasar/SD khususnya SDN BILI-BILIS 1 di
kepulauan Kangean Madura, untuk meningkatkan kualitas pendidikan
dalam proses pembelajaran.
b. Bagi Penulis
Pengalaman yang berharga untuk tuga-tugas penelitian di masa depan
nanti. Serta semoga Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat di
jadadikan sebagai sumber referensi dalam pengembangan ilmu.

E. DEFENISI OPRASIONAL VARIABEL


 Kepala Sekolah adalah seorang guru yang mempunyai tugas lebih untuk
memimpin sekolah baik sekolah SD, SMP dan SMA. Kelancaran segala
faktor yang ada disuatu sekolah ini sangat tergantung pada cara
kepemimpinan kepala sekolah bagaimana ia akan membawa sekolahnya
kearah yang lebih baik .
 Kualitas Pendidikan adalah Kualitas pendidikan adalah gambaran dan
karakteristik menyeluruh jasa pelayanan pendidikan secara internal,
maupun eksternal yang menunjukan kemampunnya, memuaskan
kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat mencakup input, proses,
dan output pendidikan.
 Proses Pembelajaran adalah suatu perubahan, proses pembeljaran
adalah suatu tindakan atau peruatan yang dilakukan untuk mencapai
tujuan, Menurut Sudjana (2012), proses pembelajaran merupakan upaya
yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan
peserta didik melakukan kegiatan belajar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. DESKRIPSI TEORI
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah seorang guru yang mempunyai tanggung jawab
yang lebih untuk memimpin sekolah. Setiap jenjang sekolah akan ada 1
orang yang mempunyai hak atau tanggung jawab ini. Menurut E. Mulyasa
(2005), sebagai pemimpin/leader, kepala sekolah dapat melaksanakan hal-
hal sebagai berikut demi pengembangan kualitas pembelajaran,
diantaranya menyusun program pengembangan tenaga kependidikan,
menerima masukan dan saran dari berbagai pihak untuk meningkatkan
kualitas kepemimpinannya, melaksanakan musyawarah bersama untuk
pengambilan keputusan secara bersama untuk kepentingan sekolah.
Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu bertanggung jawab
dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar yang kondusif, sehingga
guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan peserta
didik dapat belajar dengan tenang. Disamping itu Kepala Sekolah dituntut
untuk dapat bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini guru dan staf
TU.
Menurut Wahjosumidjo ( 2008:102 ) bahwa kepemimpinan kepala
sekolah terdiri dari :
a. Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (struktur initiang)
yang meliputi : mengutamakan pencapaian tujuan, menilai
pelaksanaan tugas bawahan, menetapkan batas-batas waktu
pelaksanaan tugas, menetapkan standar tertentu terhadap tugas
bawahan, memberi petunjuk-petunjuk kepada bawahan,
melakukan pengawasan secara ketat terhadap tugas.
b. Kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan manusia yang
meliputi : melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan,
bersikap bersahabat, membina hubungan kerjasama dengan
baik, membeerikan dukungan terhadap bawahan, menghargai
ide atau gagasan, memberi kepercayaan terhadap bawahan.

Karakteristik Kepemimpinan Kepala


Adapun karakteristik kepemimpinan kepala sekolah Menurut Useem
dalam Uyung Sulaksana (2004), karakteristik kepemimpinan yang dapat
mendu-kung proses inovasi memiliki ciri-ciri perilaku kepemimpinan
sebagai berikut visioner, percaya diri yang kuat dan mempercayai orang
lain, mengkomunikasikan ekspektasi kinerja dan standar yang tinggi,
menjadi teladan bagi visi, nilai-nilai dan standar kerja organisasi, dan
menunjukkan pengorbanan diri, kemauan kuat, keberanian serta konsisten.

Tugas Kepala Sekolah Dalam Manajemen Pembelajaran


peran kepala sekolah dalam manajemen pembelajaran, kepala sekolah
merupakan kunci keberhasilan dalam memberdayakan masyarakat dan
lingkungan sekolah untuk itu sebagai seorang pemimpin kepala sekolah
diharapkan mampu untuk berusaha membina, mengelola dan
mengembangkan sumber daya-sumber daya yang ada di sekolah.
Kepemimpinan merupakan hal yang penting dalam meningkatkan
program-program pendidikan dan kepemimpinan pendidikan merupakan
kegiatan yang memfasilitasi pencapaian tujuan pendidikan. Kepemimpinan
disini merujuk kepada kepala sekolah dimana seorang kepala sekolah
diharapkan mampu berperan dan memfasilitasi pencapaian tujuan
pendidikan di sekolah (Politis, D. Jhon, 2002).
Adapun Tugas kepala sekolah dalam manajemen pembelajaran yaitu
mengadakan buku kurikulum pedoman-pedomannya buku umum maupun
khusus, bersama-ama guru memahami dan menjabarkan tujuan-tujuan
pendidikan meliputi:tujuan umum, tujuan instruksional, tujuan kurikuler
dan tujuan-tujuan khusus. Bersama-sama dengan guru menyusun program-
program kurikuler dan kegiatan-kegiatan tambahanna, termasuk dalam hal
ini program tahunan, bersama-sama dengan guru mengembangkan alat-
alat pengajaran, menyusun jadwal dan pembagian tugas, mengembangkan
sistem evaluasi belajar, melakukan pengawasan terhadap kegiatan proses
belajar mengajar, menyusun norma kenaikan kelas, mengembangkan
perpustakaan sebagai ilmu dan tempat belajar (Soewadji Lazaruth, 1992).

Tugas Kepala Sekolah


Menurut Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0296
Tahun 1996 dalam Rasdi Ekosiswoyo (2007), Kepala Sekolah adalah guru
yang memperoleh tambahan tugas untuk memimpin penyelenggaraan
pendidikan dan upaya peningkatan mutu pendidikan di sekolah. Menurut
ketentuan itu masa tugas Kepala Sekolah adalah empat tahun yang dapat
diperpanjang satu kali masa tugas. Kepala Sekolah selain memimpin
penyeleng garaan pendidikan di sekolah juga berperan/berfungsi sebagai
pendidik, manager, administrator, supervisor, pemimpin, pembaharu dan
pembangkit minat. Dalam melaksanakan sejumlah peran/fungsinya Kepala
Sekolah melaksanakan tugas yang banyak dan kompleks, yaitu :
a. Dalam peranannya sebagai pendidik, Kepala Sekolah bertugas
membimbing guru, karyawan, siswa, mengembangkan staf,
mengikuti perkembangan iptek dan menjadi contoh dalam proses
pembelajaran
b. Dalam peranannya sebagai manajer, Kepala Sekolah bertugas
menyusun program, menyusun pengorganisasian sekolah,
menggerakkan staf, mengoptimalkan sumberdaya sekolah dan
mengendalikan kegiatan;
c. Sebagai administrator Kepala Sekolah bertugas mengelola
administrasi kegiatan belajar mengajar dan bimbingan konseling,
kesiswaan, ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana,
persuratan dan urusan rumah tangga sekolah
d. Sebagai supervisor, Kepala Sekolah bertugas menyusun program
supervisi pendidikan, dan memanfaatkan hasil supervisi
peningkatan kemajuan sekolah
e. Sebagai pembaharu Kepala Sekolah bertugas mencari dan
melakukan pembaharuan dalam berbagai aspek, mendorong guru
dan staf untuk memahami dan memberikan dukungan terhadap
pembaharuan atau inovasi yang ditawarkan
f. Sebagai pembangkit minat, Kepala Sekolah bertugas “menyihir”
lingkungan kerja, suasana kerja, membangun prinsip penghargaan
dan hukuman (reward and punishment) yang sistematis.

Kepala Sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan


sekolah, menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan tujuan
pendidikan pada umumnya dapat direalisasikan, yang pada akhirnya
kualitas pendidikan akan dapat diwujudkan. Kepemimpinan Kepala
Sekolah yang diharapkan adalah kepemimpinan Kepala Sekolah yang
efektif dalam arti dapat mengembangkan kepemimpinannya berorientasi
kepada manajemen berbasis sekolah. Upaya yang dilakukan Kepala
Sekolah melalui kepemimpinannya, yaitu (a) memberdayakan guru untuk
melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar dan produktif; (b)
menyelesaikan tugas pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan dan
tidak mengulur-ulur waktu; (c) menjalin hubungan yang harmonis dengan
masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka
mewujudkan tujuan pendidikan dan tujuan sekolah; (d) menerapkan
prinsip-prinsip efektifitas, efisiensi, adil, bertanggung jawab, dan
akuntabel; dan (e) bekerja dengan tim manajemen dan melibatkan semua
komponen sekolah termasuk siswa ( Rasdi Ekosiswoyo, 2007 ).
Sehubungan dengan berbagai macam tugas tersebut Pidarta (1988),
merekomendasikan adanya tiga macam keterampilan yang harus dimiliki
Kepala Sekolah untuk mensukseskan kepemimpinannya yaitu :
a. keterampilan konseptual: keterampilan untuk memahami dan
mengoperasikan organisasi.
b. keterampilan manusiawi: keterampilan untuk bekerjasama,
memotivasi dan memimpin; dan
c. keterampilan teknik: keterampilan dalam menggunakan
pengetahuan, metode, teknik serta perlengkapan untuk
menyelesaikan tugas tertentu.
Untuk mengembangkan keterampilan tersebut tentunya Kepala Sekolah
tidak selalu “duduk manis” tetapi harus selalu belajar dan melakukan
kegiatan-kegiatan pengembangan diri, seperti (a) senantiasa belajar dari
pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja para guru dan pegawai
sekolah lainnya; (b) melakukan observasi kegiatan manajemen secara
terencana; (c) membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan yang
sedang dilaksanakan; (d) memanfaatkan berbagai hasil penelitian dan
pemikiran orang lain; dan (e) berpikir jauh ke depan untuk masa yang
akan datang, dan mencoba merumuskan ide-ide yang dapat diujicobakan.

Usaha Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan


1. kepala sekolah melakukan usaha peningkatan kualitas pendidikan
dengan pengembangan sarana dan prasarana.
2. kepala sekolah melakukan upaya peningkatan kualitas pendidikan
dengan pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia).
3. kepala sekolah melakukan upaya peningkatan kualitas pendidikan
dengan pemberian motivasi.

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahawa kepala sekolah


diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembeljaran dan membawa
sekolah yang ia pimpin ke pendidikan yang baik serta mengikuti
perkemangan zaman agar tidak tertinggal, selain itu bukan hanya kepala
sekolah yang bertanggung jawab penuh untuk kenyaman dan kemudahan
pesrta didik dalam proses pembelajaran seluruh guru juga berperan aktif
karena guru adalah orang yang berintraksi setiap proses pembelajaran
berlangsung, kenyaman yang dimaksud bukan hanya tentang kebersihan
dan ketenangan saja tapi dalam kemudahan memahami, mengerti saat
KBM berlangsung.
2. Kualitas Pendidikan

Kualitas pendidikan adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh


jasa pelayanan pendidikan secara internal, maupun eksternal yang
menunjukan kemampunnya, memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau
yang tersirat mencakup input, proses, dan output pendidikan. Selain itu
kualitas pendidikan merupakan kemampuan sistem pendidikan dasar, baik
dari segi pengelolaan maupun dari segi proses pendidikan, yang diarahkan
secara efektif untuk meningkatkan nilai tambah dan faktor-faktor input
agar menghasilkan output yang setinggi-tingginya (Sagala,2009). Kualitas
pendidikan harus diupayakan untuk mencapai kemajuan yang dilandasi
oleh suatu perubahan terencana. Menurut Sagala (2009), peningkatan
kualitas pendidikan diperoleh melalui dua strategi, yaitu: 1) peningkatan
kualitas pendidikan yang berorientasi akademis, untuk member dasar
minimal dalam perjalanan yang harus ditempuh untuk mencapai kualitas
pendidikan yang dipersyaratkan oleh tuntutan zaman, 2) peningkatan
kualitas yang berorientasi pada keterampilan hidup esensial yang dicukupi
oleh pendidikan yang berlandasan luas, nyata dan bermakna.
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang
terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu
sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya
manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan
terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha
pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui
pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan
sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta
pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.

Indikator Pendidikan Yang Berkualitas


Adapun beberapa indikator pendidikan yang berkualitas, antara lain:
1. Hasil akhir pendidikan merupakan tujuan akhir pendidikan. dari
hasil tersebut diharapkan para lulusannya dapat memenuhi tuntutan
masyarakat apabila dia bekerja atau melanjutkan studi ke lembaga
pendidikan yang lebih tinggi.
2. Hasil langsung pendidikan. Hasil langsung pendidikan yaitu: a)
pengetahuan, b) sikap, c) keterampilan. Hasil inilah yang sering
digunakan sebagai kriteria keberhasilan pendidikan; 3) Proses
pendidikan merupakan interaksi antara raw input, instrumental
input, dan lingkungan untuk mencapai tujuan pendidikan; 4)
Instrumental input terdiri dari tujuan pendidikan; kurikulum,
fasilitas, dan media pendidikan, sistem administrasi pendidikan,
guru, sistem penyampaian, evaluasi, serta bimbingan dan
penyuluhan; 5) Raw input dan lingkungan juga mempengaruhi
kualitas pendidikan.(Nurdin, 2005,79:80).
Saleh (2000, p. 252:254) menyatakan bahwa manajemen peningkatan
kualitas pendidikan memiliki karakteristik yang perlu dipahami oleh
lembaga pendidikan yang akan menerapkannya, yaitu : karakteristik dari
sekolah efektif (effective school), dan manajemen peningkatan kualitas
pendidikan yang merupakan wadah atau kerangkanya. Oleh karena itu,
karakteristik berikut memuat secara inklusif elemen-elemen sekolah efektif
yang dikategorikan menjadi input, proses, dan output. Sedangkan Mantja
(2003, p. 33:34) menyatakatakn bahwa manajemen peningkatan kualitas
pendidikan mempersyaratkan integrasi dari berbagai faktor, yaitu :
pelanggan (klien), kepemimpinan (leadership), tim (team), proses
(process), dan struktur (organization).
Fattah (2003, p. 85) menyatakan bahwa pendidikan yang berkualitas
harus terlihat dari berbagai komponen, yaitu input, kurikulum, sumber
daya manusia, serta penciptaan suasana belajar yang kondusif. Manajemen
sekolah yang menjadi otoritas kepala sekolah, dan manajemen kelas yang
menjadi otoritas guru berfungsi mensinkronkan berbagai input atau
mensinergikan semua komponen dalam proses belajar mengajar.
Kendala Dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan
Terdapat beberapa kendala yang biasa dihadapi dalam meningkatan
kualitas pendidikan, para ahli memaparkannya sebagai berikut:
a. Menurut Soedijarto (2008, p. 56) bahwa rendahnya kualitas atau
mutu pendidikan di samping disebabkan oleh karena pemberian
peranan yang kurang proporsional terhadap sekolah, kurang
memadainya perencanaan, pelaksanaan, dan pengelolaan system
kurikulum, dan penggunaan prestasi hasil belajar secara kognitif
sebagai satu-satunya indikator keberhasilan pendidikan, juga
disebabkan karena sistem evaluasi tidak secara berencana
didudukkan sebagai alat pendidikan dan bagian terpadu dari sistem
kurikulum;
b) Secara umum, Sallis (1984) dalam Total Quality Management in
Education menyebutkan, kondisi yang menyebabkan rendahnya
mutu pendidikan dapat berasal dari berbagai macam sumber, yaitu
miskinnya perancangan kurikulum, ketidak cocokan pengelolaan
gedung, lingkungan kerja yang tidak kondusif, ketidaksesuaian
sistem dan manajemen, tidak cukupnya jam pelajaran, kurangnya
sumber daya, dan pengadaan staf (Syafaruddin, 2002, p. 14).

Oleh sebab itu, Menteri Pendidikan Nasional tanggal 2 Mei 2002


telah mencanangkan, bahwa pada tahun 2002 dimulai gerakan
peningkatan mutu atau kualitas pendidikan. Gerakan ini perlu diawali
dengan mereformasi penyelenggaraan pendidikan di sekolah sebagai
lembaga yang memberikan layanan pendidikan apabila menghendaki
pendidikan ini bermutu. Gerakan tersebut memang sudah saatnya
dimulai, mengingat mutu pendidikan sekarang masih dalam kondisi
yang memprihatinkan. Menurut (Syafaruddin, 2005, p. 290) upaya
untuk meningkatkan kualitas atau mutu pendidikan perlu dilakukan hal-
hal berikut, yaitu: 1) Menyamakan komitmen mutu atau kualitas oleh
kepala sekolah, para guru dan pihak terkait (stakeholders), mencakup:
visi, misi, tujuan dan sasaran. 2) Mengusahakan adanya program
peningkatan mutu sekolah (kurikulum atau pengajaran, pembinaan
siswa, pembinaan guru, keuangan, saran dan prasarana, serta kerjasama
dengan stakeholders sekolah, meliputi jangka panjang dan jangka
pendek. 3) Meningkatkan pelayanan administrasi sekolah. 4)
Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif. 5) Ada standar mutu
lulusan. 6) Jaringan kerjasama yang baik dan luas. 7) Penataan
organisasi sekolah atau tata kerja yang baik. 8) Menciptakan iklim dan
budaya sekolah yang kondusif.

Upaya Dalam Menyiapkan Pendidikan yang Berkualitas


Upaya dalam menyiapkan pendidikan yang berkualitas menurut
Tobroni, dapat dilakukan dengan menerapkan langkah-langkah
diantaranya:
1. peningkatan kemampuan pembelajar.
2. pemanfaatan lingkungan
3. peningkatan prasarana dan sarana
4. pengembangan tes evaluasi belajar
5. menjalin hubungan sekolah dengan masyarakat
6. melakukan pelaksanaan monitoring dan evaluasi secara
terencana
7. meningkatkan kompetensi dasar dan memperbaiki sikap yang
harus dimiliki pembelajar/guru.
Apabila langkah tersebut dilaksanakan, upaya menyiapkan pendidikan
berkualitas akan tercapai dengan baik.

3. Proses pembelajaran
Arti belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara
etimologis memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.
Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan
untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Belajar menurut Baharuddin dan
Esa (2009), merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir
sampai akhir hayat. Menurut makplus (2015), pembelajaran adalah proses
yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai
pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang
dipelajari. Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar”
berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada
orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran
“an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar
atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat
kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar
(Rustaman, 2001). Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan
dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Antara dua komponen tersebut
harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa
dapat tercapai secara optimal. Menurut pendapat Bafadal (2005),
pembelajaran dapat diartikan sebagai “segala usaha atau proses belajar
mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar mengajar yang efektif
dan efisien”. Sejalan dengan itu, Jogiyanto (2007), juga berpendapat
bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana
suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi suatu situasi yang
dihadapi dan karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut
tidak dapat dijelaskan berdasarkan kecenderungan-kecenderungan reaksi
asli, kematangan atau perubahan-perubahan sementara.

Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran sebenarnya adalah untuk memperoleh
pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual
para siswa dan merangsang keingintahuan serta memotivasi kemampuan
mereka (Dahar, 1996). Tujuan pembelajaran dibagi menjadi tiga kategori
yaitu: kognitif (kemampuan intelektual), afektif (perkembangan moral),
dan psikomotorik (keterampilan). Hal ini diperkuat oleh pendapat Blomm
yang membagi tiga kategori dalam tujuan pembelajaran yaitu: 1) Kognitif,
2) Afektif, 3) Psikomotorik (Nasution, 1998:25).
Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individu mengenal
dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual. Tujuan afektif
mengenai perkembangan sikap, perasaan, nilai-nilai yang disebut juga
perkembangan moral. Sedangkan tujuan psikomotorik adalah menyangkut
perkembangan keterampilan yang mengandung unsur-unsur motorik
sehingga siswa mengalami perkembangan yang maju dan positif.
Tujuan pembelajaran di dalamnya terdapat rumusan tingkah laku dan
kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki siswa atau peserta didik
setelah menyelesaikan kegiatan belajar dalam proses pengajaran. Oleh
karena itu, tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru haruslah bermanfaat
bagi siswa dan sesuai dengan karakteristik siswa supaya tujuan tersebut
dapat tercapai secara optimal. Dalam hal ini tujuan pembelajaran musik
ekstrakurikuler band adalah menjadi wadah siswa untuk menyalurkan
bakat di bidang musik, mengasah keterampilan bermain alat musik dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pengalaman
bermain musik secara kelompok serta melatih kepercayaan diri siswa pada
saat tampil di depan orang banyak.
Berdasarkan penjelasan tentang tujuan pembelajaran di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah sebagai upaya
membekali diri siswa dengan kemampuan-kemampuan yang bersifat
pengalaman, pemahaman moral dan keterampilan sehingga mengalami
perkembangan positif.

Strategi Dalam Pembelajaran


Adapun strategi dalam pembelajaran menurut Crowl, Kaminsky &
Podell (1997) mengemukakan tiga pendekatan yang mendasari
pengembangan strategi pembelajaran. diantaranya :
1. Advance Organizers dari Ausubel, yang merupakan pernyataan
pengantar yang membantu siswa mempersiapkan kegiatan belajar
baru dan menunjukkan hubungan antara apa yang akan dipelajari
dengan konsep atau ide yang lebih luas.
2. Discovery Learning dari Bruner, yang menyarankan pembelajaran
dimulai dari penyajian masalah dari guru untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyelidiki dan menentukan
pemecahannya.
3. peristiwa-peristiwa belajar dari Gagne.
Adapun Peristiwa-peristiwa yang dimaksud dalam proses belajar menurut
Gagne (dalam Gagne & Driscoll, 1988) mengembangkan suatu model
berdasarkan teori pemrosesan informasi yang memandang pembelajaran
dari segi 9 urutan peristiwa sebagai berikut.
a. Menarik perhatian siswa.
b. Mengemukakan tujuan pembelajaran.
c. Memunculkan pengetahuan awal.
d. Menyajikan bahan stimulasi.
e. Membimbing belajar.
f. Menerima respons siswa.
g. Memberikan balikan.
h. Menilai unjuk kerja.
i. Meningkatkan retensi dan transfer.

Jadi dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa proses


pembelajaran adalah segala upaya bersama antara guru dan siswa untuk
berbagi dan mengolah informasi, dengan harapan pengetahuan yang
diberikan bermanfaat dalam diri siswa dan menjadi landasan belajar yang
berkelanjutan, serta diharapkan adanya perubahan-perubahan yang lebih
baik untuk mencapai suatu peningkatan yang positif yang ditandai dengan
perubahan tingkah laku individu demi terciptanya proses belajar mengajar
yang efektif dan efisien. Sebuah proses pembelajaran yang baik akan
membentuk kemampuan intelektual, berfikir kritis.
B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Setelah peneliti melakukan telaah terhadap beberapa peniliti terlebih
dahulu, ada beberapa keterkaitan dan perbedan dengan penelitian yang peneliti
lakukan, penelitian yang relevan ini ada sebagai pembanding terhadap
penelitian yang sedang dilakukan.
Penelitian yang dilakukan oleh Yogi Irfan Rosyadi & Pardjon (2015),
dengan judul “KEPEMIMPINAN PERUBAHAN KEPALA SEKOLAH
DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN” dengan hasil akhir :
Keberhasilan perubahan yang dibawa oleh Kepala SMA Nasional Malang
yaitu melalui perannya sebagai filosofis, penanggung jawab, lokomotif,
motivator, dan patner kerja. Strategi yang digunakan untuk mewujudkan
perubahan tersebut adalah hanya menerima peserta didik peringkat 1 sampai
10 dengan nilai tes minimal 7.5, menumbuhkan budaya sekolah,
mendisiplinkan peserta didik dengan memperketat aturan sekolah, melakukan
rekrutmen guru baru dan pengembangan melalui pelatihan-pelatihan,
mewajibkan guru membuat skenario pembelajaran, membebaskan peserta
didik mendesain kelas untuk kenyamanan pembelajaran, mengadakan program
bimbingan belajar bagi peserta didik kelas XII untuk persipan UN dan
SBMPTN, mendampingi peserta didik menulis lamaran pekerjaan dan
merekomendasikan pada instansi-instansi kerja. Inovasi yang dibuat yaitu
manajemen gopek dan kelas atlet. Faktor pendukung perubahan berasal dari
internal sekolah (kepemimpinan kepala sekolah, dukungan yayasan, dan
sarana prasarana), dan eksternal sekolah (kebutuhan masyarakat akan
pendidikan, dan persaingan antar sekolah). Sedangkan faktor penghambat
perubahan yaitu berasal dari mind set guru yang sulit diubah, kompetensi guru
yang rendah, dan image SMA Nasional kurang baik di masyarakat.
Penelitian ini juga dilakukan oleh Kris Setiyaningsih (2019), dengan judul
“DEMOCRATIC LEADERSHIP: UPAYA KEPALA SEKOLAH DALAM
MEMBANGUN KUALITAS PESERTADIDIK DI SEKOLAH DASAR (SD)
TUNAS TELADAN PALEMBANG” dengan hasil akhir menyatakan bahwa
Kepala sekolah sebagai pemimpin di lembaga pendidikan memiliki pola
kepemimpinan dalam menjalankan tugas kepemimpinan. Mekanisme kerja,
kebijakan, dan intruksi pimpinan sangat bergantung pada hal ini. Begitu juga
dalam operasionalnya, kepala sekolah tidak hanya menduduki posisi leader,
tetapi juga harus menerapkan jabatannya sebagai manager, koordinator,
administrator, supervisor, creator, inovator, dan motivator. Penerapan pola
kepemimpinan sistem kombinasi yakni perpaduan antara tipe demokratis dan
otoriter dalam tingkatan rendah membentuk pola kepemimpinan yang
fleksibel, tidak kaku dan cenderung pada salah satu pola. Keduanya dapat
berjalan seimbang dan sesuai pada porsinya (proposional). Pola demokratis
yang berprinsip pada nilai-nilai islami masih mendominasi pola
kepemimpinan kepala Sekolah Dasar Tunas Teladan Palembang. Implikasi
dari penerapan pola kepemimpinan kepala Sekolah Dasar Tunas Teladan
Palembang berpengaruh baik terhadap peningkatan kualitas peserta didik. Hal
ini dapat dilihat dari aspek akademik yang telah dicapai oleh peserta didik
dalam ujian nasional dengan kategori baik, dan non akademik yang
ditunjukkan dengan banyak prestasi yang cukup membanggakan dalam bidang
seni, keterampilan, olahraga, dan pengembangan bakat maupun potensi
lainnya.
Penelitian ini juga dilakukan oleh Rasdi Ekosiswoyo (2007), degan
judulnya “KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH YANG EFEKTIF
KUNCI PENCAPAIAN KUALITAS PENDIDIKAN” Faktor kepemimpinan
sangat diperlukan dalam mendukung proses peningkatan kualitas
pendidikan,karena gaya atau ciri-ciri perilaku yang ditunjukkan oleh
pemimpin akan mampu mempengaruhi dan menggerakkan individu atau
kelompok dalam organisasi yang dipimpinnya. Gaya kepemimpinan dalam
mengelola sekolah yang tepat dilakukan saat ini adalah bukan gaya paksaan
tetapi menggunakan pen-dekatan komitmen yang didasari kebersamaan. Ciri-
ciri perilaku kepemimpinan yang dapat mendorong proses keberlangsungan
sekolah yang efektif meliputi memiliki visi, percaya diri, mampu mengko-
munikasikan ide, dapat diteladani, mempunyai idealisme, inspirasi,
kemampuan mempengaruhi dan mampu menghargai perbedaan untuk dirubah
menjadi suatu kekuatan bersama, Kepala Sekolah-guru staf karyawan “saeyeg
saeko proyo” membangun kebersamaan untuk mewujudkan kualitas
pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.
Penelitian ini juga dilakukan oleh Anik Muflihah ( 2019), dengan judul
“PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN
MANAJEMEN MUTU PENDIDIKAN DI MADRASAH IBTIDAIYAH”
dengan hasil akhir : Kepala sekolah di MI NU Raudlatut Tholibin Jepangpakis
Jati Kudus telah memiliki kemampuan untuk meningkatkan mutu pendidikan,
yang meliputi sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader,
inovator, dan motivator. Perannya yang sangat kompleks, maka kepala
sekolah harus benar-benar melakukan monitoring dan evaluasi terhadap visi
misi serta program-program yang terlaksana. Sehingga mampu merumuskan
dan menganalisis untuk program-program selanjutnya agar maksimal. Disisi
yang lainpun kepala sekolah sebagai pemimpin tertinggi selalu melakukan
evaluasi kinerja-kinerja guru, staf, dan lingkungan sekolah guna menarik
perhatian masyarakat.
Peneiltian ini juga pernah dilakukan oleh Yuliza Utmi Yati (2019) ,
dengan judul “KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA (SMP) NEGERI 19 KOTA JAMBI” dengan hasil akhir :
Kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan mutu pendidikan di SMP
Negeri 19 Kota Jambi, diawali dengan cara melakukan perencanaan dalam
merencanakan apa yang akan dilakukan dalam meningkatkan mutu pendidikan
selama satu tahun, dua tahun, tiga tahun, empat tahun, dan membagi
personilnya didalam bagian-bagian tertentu dalam meningkatkan mutu
pendidikan, dan membagi tugas pokok dan fungsinya dalam bentuk
meningkatkan mutu pendidikan dan menggerakkan mereka untuk mencapai
perencanaan tersebut. Kendala kepemimpinan kepala sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikan di SMP Negeri 19 Kota Jambi, sejauh ini
kendala yang dihadapi adalah belum adanya buku paket atau lembaran yang
berisi tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Dimana buku
paket tersebut tidak diperbolehkan dikelola disekolah sehingga hal tersebut
dapat menghambat dalam mengupayakan peningkatan wawasan pada peserta
didik, karena sebagian dari peserta didik berada pada ekonomi kalangan
bawah dan menengah kebawah.
Dari hasil penelitian terhadap data yang digunakan peneliti pada peneliti
terdahulu dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan kepala sekolah di
berbagai jenjang pedidikan sangat berengaruh terhadap segala fator di
sekolah, bagaimana cara kepala sekolah memimpin baik ataupun buruk
berdampak pada sekolah yang ia pimpin. ada kesamaan yang relevan yaitu
sama-sama meniliti tentang cara kepemimpinan kepala sekolah yang ia
pimpin kepada kualitas pendidikan yang baik untuk semua siswanya. Selain
itu dalam penelitian ini ada juga perbedaan dari apa yang peneliti teliti
terhadap kelima peneliti terdahulu diatas, yakni subjek yang diteliti berbeda,
tempat sekolah yang diteliti juga berbeda dengan yang peneliti lakukan yang
bertempat di SDN Bilis-Bilis 1 kepulauan Kangean.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Penelitian dengan judul “Upaya Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan
Kualitas Pendidikan Dalam Proses Pembelajaran di SDN Bilis-Bilis”
merupakan jenis penelitian Kualitatif. Penulisan penelitian ini menggunakan
metode kualitatif yaitu untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang
suatu masalah yang berkembang dilingkungan masyarakat, hal ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Bogdan & Biklen, S. (1992: 21-22) yang
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau pun tulisan serta perilaku
orang-orang yang diamati.
Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
menggambarkan dan menganalisis sebuah fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, serta pemikiran orang secara individual
maupun kelompok (Sukmadinata 2010:60). Hal ini sejalan dengan pendapat
Moleong yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic dan dengan
mendeskripsikannya dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
Moleong (2012: 6). Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk lebih
mengetahui secara mendalam terkait dengan fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial, dan pemikiran-pemikiran setiap orang individual dalam lingkungan
masyarakat dan lain sebagainya, dengan memanfaatkan metode yang
berkesinambungan.
B. WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian ini dilaksanakan September 2021sampai dengan Januari 2022
dan bertempat di sekolah dasar yang terletak di pulau terpencil Madura yaitu
kepulauan Kangean di SDN Bilis-Bilis 1 tepatnya di kabupaten Sumenep,
kecamatan Arjasa, desa Bilis-Bilis. Penelitian ini dilakukan di SDN Bilis-
Bilis 1, karena peneliti melihat dari berbagai sumber data sekaligus peneliti
dapat melihat sendiri karena jangkauan sekolah SDN Bilis-Bilis 1 ini sangat
dekat dengan rumah peneliti yang hanya berjarak 2 Meter. Dapat dinyatakan
bahwa di SD ini usaha seorang kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas
pendidikannya di bawah naungan sekolah yang ia pimpin agar dapat
dipercaya terutama oleh para Orangtua atau wali murid untuk
mempercayakan pendidikan anaknya di SDN Bilis-Bilis 1 ini.

C. METODE PENELITIAN
Berdasarkan penjelasan pada jenis penelitian diatas pada metode penelitian
ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk
membuat deskripsi yang akurat, faktual, dan sistematis pada fakta tertentu.
seperti yang disampaikan oleh Moch. Nazir (2003: 54), Metode deskriptif
adalah Suatu metode untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual,dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.
pengambilan data dilakukan secara purposive dan snowball. Menurut
Sugiyono (2006: 13), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber
data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data
dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif yang lebih menekankan makna dibandingkan
generalisasi.
Penelitian kualitatif ini termasuk penelitian studi kasus. Creswell (2015)
mengemukakan bahwa jenis penelitian studi kasus merupakan jenis penelitian
yang digunakan untuk menyelidiki serta memahami sebuah kejadian yang
telah terjadi dengan mengumpulkan berbagai macam informasi dan data yang
kemudian diolah untuk mendapatkan solusi dan perkembangan yang baik.
Penelitian studi kasus ini dipilih karena peneliti tidak dapat mengendalikan
atau memanipulasi kegiatan yang telah diteliti dan berfokus pada fenomena
sekarang dalam konteks kehidupan yang nyata (Yin, 2009:13-14) dalam
Sunar (2014).
Dari uraian di atas, dapat diinterpretasikan bahwa studi kasus dengan
pengambilan data yang dilakukan secara purposive dan snowball merupakan
metode yang sesuai untuk menjawab permasalahan penelitian lebih
mendalam terhadap suatu objek penelitian.
.
D. SUMBER DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Menurut Sutopo (2006:56-57), Sumber data adalah tempat data diperoleh
dengan menggunakan metode tertentu baik itu berupa manusia, artefak,
ataupun dokumen-dokumen. Menurut Moleong (2001:112), pencatatan
sumber data melalui wawancara atau pengamatan merupakan hasil gabungan
dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya. Pada penelitian kualitatif,
kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara sadar, terarah dan senantiasa bertujuan
memperoleh suatu informasi yang diperlukan. Adapun sumber data yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Data primer
Menurut Bungin, sumber data primer adalah sumber data pertama
dimana sebuah data diperoleh (Bungin, 2001: 128). Dalam penelitian ini,
sumber data primer yang digunakan adalah dengan cara mengadakan
wawancara langsung kepada subjek penelitian yaitu kepala sekolah SDN
Bilis-Bilis 1 dan juga wakil kepala sekolah SDN Bilis-Bilis 1.
b. Data sekunder
Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang diperoleh tidak
langsung dari sumbernya, tetapi diperoleh dari pihak kedua atau sumber
data yang telah ada. Data sekunder ini dapat diperoleh dari berkas
dokumen, hasil buku, catatan, atau arsip yang diterbitkan dan tidak
diterbitkan. berupa foto, catatan dan lain sebagainya.

Teknik pengumpulan data pada suatu penelitian adalah hal yang sangat
penting. Menurut Creswell, (2016:267), Pengumpulan data kualitatif dapat
dilakukan dengan observasi, wawancara, catatan lapangan, rekaman,
dokumen, dll. Agar penelitian ini dapat testruktur dengan baik maka dalam
pengambilan data diperlukan metode yang sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data diantaranya Observasi, wawancara, dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat
dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena yang
sedang diamati untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga
diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya (Mulyana.
Dedy.2001 : 180). Pada kegiatan obsrvasi ini peneliti dapat mengetahui
secara langsung pada apa yang diteliti yaitu tentang “upaya kepala sekolah
dalam meningkatkan kualitas pendidikan sekolah yang ia pimpin di SDN
Bilis-Bilis 1”.
Berdasarkan penjabaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan yang dilakukan
oleh peneliti guna menyempurnakan penelitian agar mencapai hasil yang
maksimal.
b. Wawancara
Penulis mengumpulkan data melalui kegiatan tanya jawab dengan
narasumber. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2012:
231).
Wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian ini dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan terstruktur karena peneliti
menggunakan pedoman wawancara yang disusun secara sistematis dan
lengkap untuk mengumpulkan data yang dicari. Teknik wawancara yang
dilakukan dalam penelitian ini karena peneliti ingin mendapatkan data
yang jelas serta konkret tentang program bagaimana upaya seorang kepala
sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan sekolah yang ia pimpin
di SDN Bilis-Bilis 1.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengumpulkan data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, website, majalah,
prasasti, notulen, agenda dan sebagainya yang ada hubungannya dengan
topik pembahasan yang diteliti (Arikunto, 1993: 202). Untuk lebih
mendukung data dalam penelitian ini, selain menggunakan metode
wawancara dan observasi, peneliti juga menggunakan metode
dokumentasi. Dalam penelitian ini, dokumentasi yang digunakan adalah
berupa catatan dan alat perekam serta dokumentasi berupa foto atau
gambar dll untuk memperkuat data yang telah diperoleh dari metode-
metode sebelumnya yang digunakan.

E. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan
suatu data. Instrumen penelitian merupakan pedoman tertulis tentang
wawancara, atau pengamatan maupun daftar pertanyaan yang dipersiapkan
untuk mendapatkan suatu informasi. Instrumen adalah alat yang digunakan
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah (Arikunto, 2006). Alat atau
instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
lembar observasi, lembar wawancara (interview) dan lembar dokumentasi.
a. Lembar observasi
Pedoman observasi digunakan untuk mempermudah peneliti dalam
melakukan pengamatan secara langsung sesuai dengan tujuan penelitian
terkait dengan upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas
pendidikan sekolah yang ia pimpin di SDN Bilis-Bilis 1.
b. Lembar wawancara (interview)
Lembar wawancara atau interview digunakan untuk mempermudah
peneliti dalam melaksanakan wawancara dengan pihak terkait yaitu
Kepala sekolah dan wakil Kepala sekolah SDN Bilis-Bilis 1 serta
melibatkan juga orantua murid beserta siswa untuk data yang lebih
kredibilitas mengenai bagaimana upaya kepala sekolah dalam
meningkatkan kualitas pendidikan sekolah yang ia pimpin di SDN Bilis-
Bilis 1.
c. Lembar dokumentasi
Lembar dokumentasi digunakan untuk melengkapi data hasil penelitian
yang berhubungan dengan upaya kepala sekolah dalam meningkatkan
kualitas pendidikan sekolah di SDN Bilis-Bilis 1. Seperti foto pada saat
pelaksanaan penelitian berlangsung dokumentasi dalam penelitian ini
memperkuat data sebagai bukti. Lembar dokumentasi bisa dilihat pada
tabel bawah ini.
Tabel lembar Dokumentasi

Variabel Indikator

Dokumen yang berhubungan dengan a. Profil lembaga


kelembagaan SDN Bilis-Bilis 1
b. Visi dan misi
Kecamatan Arjasa Kabupaten
Sumenep. d. Data siswa

c. Data guru, tenaga kependidikan, dan


karyawan

e. Data sarana dan prasarana

f. Struktur organisasi

karakteristik disiplin belajar siswa a. RPP


kelas VI SDN Paseraman I
b. Silabus pembelajaran
Kecamatan Arjasa Kabupaten
Sumenep c. Absensi siswa

d. Jadwal pembelajaran

e. Foto-foto penelitian

F. TEKNIK ANALISIS DATA


Teknik analisis data merupakan prosedur dalam mencari data, dan data
tersebut disusun secara terstruktur yang diperoleh dari hasil observasi
lapangan, wawancara serta dokumentasi dengan merangkum atau mengambil
data yang paling penting sehingga dapat menghasilkan kesimpulan yang
benar (Sugiyono, 2010). Pada penelitian ini menggunakan tiga prosedur
perolehan data diantaranya
a. Reduksi data
Sugiyono (2006: 338) menyatakan, mereduksi data berarti merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting,
dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya sehingga akhirnya menghasilkan kesimpulan yang lebih
jelas.
b. Penyajian data
Miles dan Huberman (1984) menyatakan, yang paling sering digunakan
untuk menyajiakan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks
yang bersifat naratif. untuk menjelaskan fakta yang telah ditemukan
dengan cara menggunakan bahasa yang efektif maka peneliti
menggunakan teknik naratif. Bentuk penyajian data dilakukan ketika
sekumpulan informasi tersusun.
c. Konklusi / kesimpulan
merupakan terakhir dari langkah analisis data. Kesimpulan digunakan
untuk menjawab dan memaparkan rumusan masalah dalam penelitian
untuk memperkuat data dengan ditemukannya beberapa bukti yang jelas.
Setelah data yang diperoleh direduksi maka diperoleh informasi untuk
dapat ditarik kesimpulan.

G. PENGUJIAN KREDIBILITAS DATA


Uji kredibilitas merupakan uji keabsahan dari data yang telah dihasilkan
untuk menjamin keakuratan data selama proses penelitian kualitatif
dilakukan. Menurut Moleong (2012:321) keabsahan data merupakan konsep
penting yang diperbaharui dari konsep validitas dan reliabilitas dengan
tuntutan pengetahuan, cerita dan paradigma sendiri. Uji kredibilitas data perlu
dilakukan untuk membuktikan data penelitian kualitatif benar adanya (tidak
manipulasi) sehingga data penelitian tersebut dapat dipertanggung jawabkan.
Triangulasi adalah teknik pengecekan keabsahan data untuk memperoleh
keyakinan terhadap kebenaran data pada penelitian. Adapun alasan peneliti
memilih teknik triangulasi yaitu untuk membuktikan adanya kebenaran data
yang diperoleh dari sumber lain, dari berbagai tahap penelitian yang ada di
lapangan. Dengan demikian peneliti menggunakan beberapa triangulasi
diantaranya :
a. Trigulasi sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas dengan mengecek kembali
sumber-sumber yang telah diperoleh. Perolehan data tidak dapat
dipercaya begitu saja pada sebuah sumber (Putra, 2012:190). Triangulasi
sumber, adalah triangulasi digunakan membuktikan kredibilitas data
dengan melihat dan memilih data yang diperoleh dari berbagai sumber.
Salah satu contoh triangulasi sumber yaitu hasil wawancara dengan
kepala sekolah dan wakil kepala sekolah SDN Bilis-Bilis 1.
b. Trigulasi teknik
Triangulasi teknik, adalah digunakan membuktikan kredibilitas data
dengan teknik yang berbeda yang berasal dari sumber yang sama
sehingga teknik yang digunakan peneliti yaitu observasi, wawancara serta
dokumentasi. Apabila tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut
menghasilkan data berbeda, maka diperlukan diskusi dengan sumber data
atau yang lain untuk memastikan kebenarannya (Sugiyono 2014:127).

Observasi Wawancara

Dokumentasi

c. Trigulasi waktu
Triangulasi waktu, dilakukan secara berulang-ulang dengan waktu yang
berbeda, karena tidak mungkin melakukan penelitian hanya dengan satu
hari saja. Dengan demikian waktu sangat penting digunakan untuk
membuktikan kredibilitas data.

Anda mungkin juga menyukai