Disusun Oleh:
2021
PROPOSAL
“UPAYA KEPALA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN
KUALITAS PENDIDIKAN DALAM PROSES PEMBELAJARAN DI SDN
BILIS-BILS 1”
Metode kualitatif
Disusun Oleh:
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Secara umum Pengertian Pendidikan adalah sebagai usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
(Ludviana Septentriwati, 2020). Pendidikan adalah suatu wadah yang
dialamnya berisi proses segala hal tentang pembelajaran bukan hanya di
bidang pengetahuan tapi dalam segala aspek. Pendidikan dapat diartikan
sebagai usaha sadar serta sistematis untuk mencapai tingkat hidup atau untuk
kemajuan lebih baik. Secara sederhana, Pengertian pendidikan artinya proses
pembelajaran bagi siswa untuk bisa mengerti, paham, dan membentuk insan
lebih kritis dalam berpikir
Pendidikan bisa dimulai sejak usia anak masuk dalam golden age, Hurlock
(2012) mengatakan, masa golden age yaitu masa keemasan anak dan ini
terjadi pada masa prasekolah pada usia 2 sampai 6 tahun di mana pada masa
itu anak mengalami suatu perkembangan yang sangat pesat. Lalu setelah itu
dilanjut ke jenjang pendidikan yanglebih tinggi dimana di negara kita
Indoesia masa pendidikan untuk seorang siswa harus menjalankan proses
pembelajaran selama 12 tahun lamanya dimulai dari tingkat sekolah dasar
(SD) yang dijalani selama 6 tahun, sekolah menengah pertama (SMP) dijalani
selama 3 tahun dan sekolah menengah atas (SMA) dijalani selama 3 tahun.
Setelah itu barulah kita menjadi seorang mahasiswa ( kuliah ) perkuliahan ini
umumnya dijalani selama 4 tahun untuk S1 2 tahun untuk S2 dan S3 idealnya
ditempuh selama tahun atau bisa juga lebih cepat dari itu. Dalam setiap
jenjang pendidikan kualitas pendidikan sangat berperan dalam proses
pembelajaran
Kualitas pendidikan adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh jasa
pelayanan pendidikan secara internal, maupun eksternal yang menunjukan
kemampunnya, memuaskan kebutuhan yang diharapkan atau yang tersirat
mencakup input, proses, dan output pendidikan. Selain itu kualitas pendidikan
merupakan kemampuan sistem pendidikan dasar, baik dari segi pengelolaan
maupun dari segi proses pendidikan, yang diarahkan secara efektif untuk
meningkatkan nilai tambah dan faktor-faktor input agar menghasilkan output
yang setinggi-tingginya (Sagala,2009). Kualitas pendidikan harus diupayakan
untuk mencapai kemajuan yang dilandasi oleh suatu perubahan terencana.
Menurut Sagala (2009), peningkatan kualitas pendidikan diperoleh melalui
dua strategi, yaitu: 1) peningkatan kualitas pendidikan yang berorientasi
akademis, untuk member dasar minimal dalam perjalanan yang harus
ditempuh untuk mencapai kualitas pendidikan yang dipersyaratkan oleh
tuntutan zaman, 2) peningkatan kualitas yang berorientasi pada keterampilan
hidup esensial yang dicukupi oleh pendidikan yang berlandasan luas, nyata
dan bermakna. Pada proses pembelajaran kualitas pendidikan pada setiap
jenjang dapat berpengaruh
Proses pembelajaran khususnya di SD itu membutuhkan kesabaran dan
ketelatenan yang ekstra karena yang kita ajarkan itu anak pada masa-masa
emas untuk perkembangan intelektualnya. Menurut Chauhan (1979:4)
mengatakan bahwa pembelajaran adalah upaya dalam memberi perangsang
(stimulus), bimbingan, pengarahan dan dorongan kepada siswa agar terjadi
proses belajar, lebih lanjut lanjutnya Chauhan, (1979: 4) mengungkapkan
bahwa, “learning is the process by which behavior (in the broader sense) is or
changed through practice or training” (Belajar adalah proses perubahan
tingkah laku (dalam arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek
atau latihan). Sementara itu menurut Rustaman (2001), Proses pembelajaran
adalah kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar. Dalam
proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan dua komponen yang tidak
bisa dipisahkan, antara dua komponen tersebut harus terjalin interaksi yang
saling menunjang agar hasil belajar siswa dapat tercapai secara optimal.
Seorang pemimpin sekolah (kepala sekolah) dan juga guru harus
menemukan cara bagaimana anak bisa mengerti dan menangkap apa yang
telah ia pelajari di sekolah. Kenyamanan belajar di kelas dan juga lingkungan
sekolah itu berada dikebijakan kepala sekolahnya dan juga guru. Dalam hal
ini yang berperan aktif dalam proses pembelajaran di kelas adalah seorang
guru . menurut Nana Syaodih Sukmadinata (1998: 213) mengatakan
bahwa “guru yang baik guru yang berhasil dalam pengajaran adalah guru
yang mampu mempersiapkan peserta didik mencapai tujuan yang telah
dirumuskan dalam kurikulum. Untuk membawa peserta didik mencapai
tujuan-tujuan itu, guru perlu memiliki berbagai kemampuan atau klasifikasi
profesional. Karena melalui kemampuan-kemampuan tersebut guru
melaksanakan peranan-perananya”.
Dan untuk keseluruhan keberhasilan suatu lembaga Menurut Alamsyah
(2017), Keberhasilan suatu lembaga pendidikan sangat tergantung pada
kepemimpinan kepala sekolah, keberhasilan sekolah adalah keberhasilan
kepala sekolah. Bagaimanapun, kepala sekolah merupakan unsur penting bagi
efektivitas lembaga pendidikan. Kepala sekolah merupakan pemimpin
pendidikan yang mempunyai peranan penting dalam mengembangkan
kualitas pendidikan. Kepala sekolah sebagai administrator harus mampu
mendayagunakan sumber yang tersedia secara optimal. Sebagai manajer,
kepala sekolah harus mampu bekerjasama dengan orang lain dalam organisasi
sekolah. Sebagai pemimpin pendidikan, kepala sekolah harus mampu
mengkoordinasi dan menggerakkan potensi peserta didiknya. Sebagai
supervisor, kepala sekolah harus mampu membantu guru meningkatkan
kapasitasnya untuk membelajarkan peserta didik secara optimal.
B. RUMUSAN MASALAH
Beradasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang melatar belakangi
rumusan masalah dibawah ini adalah :
1. Bagaimana cara atau kebijakan kepala sekolah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan dalam proses pembelajaran?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan setelah upaya meningkatkan
kualitas pendidikan pada proses pembelajaran?
3.
C. TUJUAN PENELITIAN
Beradasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah :
1. Mengetahui cara atau kebijakan kepala sekolah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan dalam proses pembelajaran
2. Mengetahui pengaruh yang signifikan setelah upaya meningkatkan
kualitas pendidikan pada proses pembelajaran?
D. MAMFAAT PENELITIAN
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain :
1. Manfaat teoritis
Manfaat teoritis penelitian ini diharapkan dapat menguatkan teori-
teori yang sama dan sudah ada sebelumnya khususnya tentang upaya
kepala sekolah dalam meningkatkan kenyamanan peserta didik dalam
proses pembelajaran
2. Mamfaat praktis
a. Bagi siswa
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermamfaat bagi semua
siswa di jenjang Sekolah Dasar/SD khususnya SDN BILI-BILIS 1 di
kepulauan Kangean Madura, untuk meningkatkan kualitas pendidikan
dalam proses pembelajaran.
b. Bagi Penulis
Pengalaman yang berharga untuk tuga-tugas penelitian di masa depan
nanti. Serta semoga Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat di
jadadikan sebagai sumber referensi dalam pengembangan ilmu.
A. DESKRIPSI TEORI
1. Kepala Sekolah
Kepala sekolah adalah seorang guru yang mempunyai tanggung jawab
yang lebih untuk memimpin sekolah. Setiap jenjang sekolah akan ada 1
orang yang mempunyai hak atau tanggung jawab ini. Menurut E. Mulyasa
(2005), sebagai pemimpin/leader, kepala sekolah dapat melaksanakan hal-
hal sebagai berikut demi pengembangan kualitas pembelajaran,
diantaranya menyusun program pengembangan tenaga kependidikan,
menerima masukan dan saran dari berbagai pihak untuk meningkatkan
kualitas kepemimpinannya, melaksanakan musyawarah bersama untuk
pengambilan keputusan secara bersama untuk kepentingan sekolah.
Kepala Sekolah sebagai pemimpin pendidikan yaitu bertanggung jawab
dalam menciptakan suatu situasi belajar mengajar yang kondusif, sehingga
guru-guru dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik dan peserta
didik dapat belajar dengan tenang. Disamping itu Kepala Sekolah dituntut
untuk dapat bekerja sama dengan bawahannya, dalam hal ini guru dan staf
TU.
Menurut Wahjosumidjo ( 2008:102 ) bahwa kepemimpinan kepala
sekolah terdiri dari :
a. Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (struktur initiang)
yang meliputi : mengutamakan pencapaian tujuan, menilai
pelaksanaan tugas bawahan, menetapkan batas-batas waktu
pelaksanaan tugas, menetapkan standar tertentu terhadap tugas
bawahan, memberi petunjuk-petunjuk kepada bawahan,
melakukan pengawasan secara ketat terhadap tugas.
b. Kepemimpinan yang berorientasi pada hubungan manusia yang
meliputi : melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan,
bersikap bersahabat, membina hubungan kerjasama dengan
baik, membeerikan dukungan terhadap bawahan, menghargai
ide atau gagasan, memberi kepercayaan terhadap bawahan.
3. Proses pembelajaran
Arti belajar dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara
etimologis memiliki arti “berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu”.
Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan
untuk mencapai kepandaian atau ilmu. Belajar menurut Baharuddin dan
Esa (2009), merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak manusia lahir
sampai akhir hayat. Menurut makplus (2015), pembelajaran adalah proses
yang diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui berbagai
pengalaman, proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu yang
dipelajari. Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar”
berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada
orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran
“an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar
atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.
Proses pembelajaran adalah proses yang di dalamnya terdapat
kegiatan interaksi antara guru-siswa dan komunikasi timbal balik yang
berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan belajar
(Rustaman, 2001). Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa merupakan
dua komponen yang tidak bisa dipisahkan. Antara dua komponen tersebut
harus terjalin interaksi yang saling menunjang agar hasil belajar siswa
dapat tercapai secara optimal. Menurut pendapat Bafadal (2005),
pembelajaran dapat diartikan sebagai “segala usaha atau proses belajar
mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar mengajar yang efektif
dan efisien”. Sejalan dengan itu, Jogiyanto (2007), juga berpendapat
bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang mana
suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi suatu situasi yang
dihadapi dan karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas tersebut
tidak dapat dijelaskan berdasarkan kecenderungan-kecenderungan reaksi
asli, kematangan atau perubahan-perubahan sementara.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran sebenarnya adalah untuk memperoleh
pengetahuan dengan suatu cara yang dapat melatih kemampuan intelektual
para siswa dan merangsang keingintahuan serta memotivasi kemampuan
mereka (Dahar, 1996). Tujuan pembelajaran dibagi menjadi tiga kategori
yaitu: kognitif (kemampuan intelektual), afektif (perkembangan moral),
dan psikomotorik (keterampilan). Hal ini diperkuat oleh pendapat Blomm
yang membagi tiga kategori dalam tujuan pembelajaran yaitu: 1) Kognitif,
2) Afektif, 3) Psikomotorik (Nasution, 1998:25).
Tujuan kognitif berkenaan dengan kemampuan individu mengenal
dunia sekitarnya yang meliputi perkembangan intelektual. Tujuan afektif
mengenai perkembangan sikap, perasaan, nilai-nilai yang disebut juga
perkembangan moral. Sedangkan tujuan psikomotorik adalah menyangkut
perkembangan keterampilan yang mengandung unsur-unsur motorik
sehingga siswa mengalami perkembangan yang maju dan positif.
Tujuan pembelajaran di dalamnya terdapat rumusan tingkah laku dan
kemampuan yang harus dicapai dan dimiliki siswa atau peserta didik
setelah menyelesaikan kegiatan belajar dalam proses pengajaran. Oleh
karena itu, tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru haruslah bermanfaat
bagi siswa dan sesuai dengan karakteristik siswa supaya tujuan tersebut
dapat tercapai secara optimal. Dalam hal ini tujuan pembelajaran musik
ekstrakurikuler band adalah menjadi wadah siswa untuk menyalurkan
bakat di bidang musik, mengasah keterampilan bermain alat musik dan
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendapatkan pengalaman
bermain musik secara kelompok serta melatih kepercayaan diri siswa pada
saat tampil di depan orang banyak.
Berdasarkan penjelasan tentang tujuan pembelajaran di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran adalah sebagai upaya
membekali diri siswa dengan kemampuan-kemampuan yang bersifat
pengalaman, pemahaman moral dan keterampilan sehingga mengalami
perkembangan positif.
METODE PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Penelitian dengan judul “Upaya Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan
Kualitas Pendidikan Dalam Proses Pembelajaran di SDN Bilis-Bilis”
merupakan jenis penelitian Kualitatif. Penulisan penelitian ini menggunakan
metode kualitatif yaitu untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang
suatu masalah yang berkembang dilingkungan masyarakat, hal ini sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Bogdan & Biklen, S. (1992: 21-22) yang
menjelaskan bahwa penelitian kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang
menghasilkan data deskriptif berupa ucapan atau pun tulisan serta perilaku
orang-orang yang diamati.
Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
menggambarkan dan menganalisis sebuah fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, serta pemikiran orang secara individual
maupun kelompok (Sukmadinata 2010:60). Hal ini sejalan dengan pendapat
Moleong yang menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistic dan dengan
mendeskripsikannya dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks
khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah
Moleong (2012: 6). Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk lebih
mengetahui secara mendalam terkait dengan fenomena, peristiwa, aktivitas
sosial, dan pemikiran-pemikiran setiap orang individual dalam lingkungan
masyarakat dan lain sebagainya, dengan memanfaatkan metode yang
berkesinambungan.
B. WAKTU DAN TEMPAT
Penelitian ini dilaksanakan September 2021sampai dengan Januari 2022
dan bertempat di sekolah dasar yang terletak di pulau terpencil Madura yaitu
kepulauan Kangean di SDN Bilis-Bilis 1 tepatnya di kabupaten Sumenep,
kecamatan Arjasa, desa Bilis-Bilis. Penelitian ini dilakukan di SDN Bilis-
Bilis 1, karena peneliti melihat dari berbagai sumber data sekaligus peneliti
dapat melihat sendiri karena jangkauan sekolah SDN Bilis-Bilis 1 ini sangat
dekat dengan rumah peneliti yang hanya berjarak 2 Meter. Dapat dinyatakan
bahwa di SD ini usaha seorang kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas
pendidikannya di bawah naungan sekolah yang ia pimpin agar dapat
dipercaya terutama oleh para Orangtua atau wali murid untuk
mempercayakan pendidikan anaknya di SDN Bilis-Bilis 1 ini.
C. METODE PENELITIAN
Berdasarkan penjelasan pada jenis penelitian diatas pada metode penelitian
ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk
membuat deskripsi yang akurat, faktual, dan sistematis pada fakta tertentu.
seperti yang disampaikan oleh Moch. Nazir (2003: 54), Metode deskriptif
adalah Suatu metode untuk meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual,dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang
diselidiki.
pengambilan data dilakukan secara purposive dan snowball. Menurut
Sugiyono (2006: 13), metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian
yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti
pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen)
dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber
data dilakukan secara purposive dan snowball, teknik pengumpulan data
dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif yang lebih menekankan makna dibandingkan
generalisasi.
Penelitian kualitatif ini termasuk penelitian studi kasus. Creswell (2015)
mengemukakan bahwa jenis penelitian studi kasus merupakan jenis penelitian
yang digunakan untuk menyelidiki serta memahami sebuah kejadian yang
telah terjadi dengan mengumpulkan berbagai macam informasi dan data yang
kemudian diolah untuk mendapatkan solusi dan perkembangan yang baik.
Penelitian studi kasus ini dipilih karena peneliti tidak dapat mengendalikan
atau memanipulasi kegiatan yang telah diteliti dan berfokus pada fenomena
sekarang dalam konteks kehidupan yang nyata (Yin, 2009:13-14) dalam
Sunar (2014).
Dari uraian di atas, dapat diinterpretasikan bahwa studi kasus dengan
pengambilan data yang dilakukan secara purposive dan snowball merupakan
metode yang sesuai untuk menjawab permasalahan penelitian lebih
mendalam terhadap suatu objek penelitian.
.
D. SUMBER DATA DAN TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Menurut Sutopo (2006:56-57), Sumber data adalah tempat data diperoleh
dengan menggunakan metode tertentu baik itu berupa manusia, artefak,
ataupun dokumen-dokumen. Menurut Moleong (2001:112), pencatatan
sumber data melalui wawancara atau pengamatan merupakan hasil gabungan
dari kegiatan melihat, mendengar, dan bertanya. Pada penelitian kualitatif,
kegiatan-kegiatan ini dilakukan secara sadar, terarah dan senantiasa bertujuan
memperoleh suatu informasi yang diperlukan. Adapun sumber data yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Data primer
Menurut Bungin, sumber data primer adalah sumber data pertama
dimana sebuah data diperoleh (Bungin, 2001: 128). Dalam penelitian ini,
sumber data primer yang digunakan adalah dengan cara mengadakan
wawancara langsung kepada subjek penelitian yaitu kepala sekolah SDN
Bilis-Bilis 1 dan juga wakil kepala sekolah SDN Bilis-Bilis 1.
b. Data sekunder
Sedangkan sumber data sekunder adalah data yang diperoleh tidak
langsung dari sumbernya, tetapi diperoleh dari pihak kedua atau sumber
data yang telah ada. Data sekunder ini dapat diperoleh dari berkas
dokumen, hasil buku, catatan, atau arsip yang diterbitkan dan tidak
diterbitkan. berupa foto, catatan dan lain sebagainya.
Teknik pengumpulan data pada suatu penelitian adalah hal yang sangat
penting. Menurut Creswell, (2016:267), Pengumpulan data kualitatif dapat
dilakukan dengan observasi, wawancara, catatan lapangan, rekaman,
dokumen, dll. Agar penelitian ini dapat testruktur dengan baik maka dalam
pengambilan data diperlukan metode yang sesuai dengan tujuan yang akan
dicapai, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa teknik
pengumpulan data diantaranya Observasi, wawancara, dan dokumentasi.
a. Observasi
Observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat
dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena yang
sedang diamati untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga
diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya (Mulyana.
Dedy.2001 : 180). Pada kegiatan obsrvasi ini peneliti dapat mengetahui
secara langsung pada apa yang diteliti yaitu tentang “upaya kepala sekolah
dalam meningkatkan kualitas pendidikan sekolah yang ia pimpin di SDN
Bilis-Bilis 1”.
Berdasarkan penjabaran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
observasi merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan yang dilakukan
oleh peneliti guna menyempurnakan penelitian agar mencapai hasil yang
maksimal.
b. Wawancara
Penulis mengumpulkan data melalui kegiatan tanya jawab dengan
narasumber. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data
apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2012:
231).
Wawancara yang peneliti gunakan dalam penelitian ini dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan terstruktur karena peneliti
menggunakan pedoman wawancara yang disusun secara sistematis dan
lengkap untuk mengumpulkan data yang dicari. Teknik wawancara yang
dilakukan dalam penelitian ini karena peneliti ingin mendapatkan data
yang jelas serta konkret tentang program bagaimana upaya seorang kepala
sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan sekolah yang ia pimpin
di SDN Bilis-Bilis 1.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mengumpulkan data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, website, majalah,
prasasti, notulen, agenda dan sebagainya yang ada hubungannya dengan
topik pembahasan yang diteliti (Arikunto, 1993: 202). Untuk lebih
mendukung data dalam penelitian ini, selain menggunakan metode
wawancara dan observasi, peneliti juga menggunakan metode
dokumentasi. Dalam penelitian ini, dokumentasi yang digunakan adalah
berupa catatan dan alat perekam serta dokumentasi berupa foto atau
gambar dll untuk memperkuat data yang telah diperoleh dari metode-
metode sebelumnya yang digunakan.
E. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan
suatu data. Instrumen penelitian merupakan pedoman tertulis tentang
wawancara, atau pengamatan maupun daftar pertanyaan yang dipersiapkan
untuk mendapatkan suatu informasi. Instrumen adalah alat yang digunakan
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, sehingga mudah diolah (Arikunto, 2006). Alat atau
instrumen pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
lembar observasi, lembar wawancara (interview) dan lembar dokumentasi.
a. Lembar observasi
Pedoman observasi digunakan untuk mempermudah peneliti dalam
melakukan pengamatan secara langsung sesuai dengan tujuan penelitian
terkait dengan upaya kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas
pendidikan sekolah yang ia pimpin di SDN Bilis-Bilis 1.
b. Lembar wawancara (interview)
Lembar wawancara atau interview digunakan untuk mempermudah
peneliti dalam melaksanakan wawancara dengan pihak terkait yaitu
Kepala sekolah dan wakil Kepala sekolah SDN Bilis-Bilis 1 serta
melibatkan juga orantua murid beserta siswa untuk data yang lebih
kredibilitas mengenai bagaimana upaya kepala sekolah dalam
meningkatkan kualitas pendidikan sekolah yang ia pimpin di SDN Bilis-
Bilis 1.
c. Lembar dokumentasi
Lembar dokumentasi digunakan untuk melengkapi data hasil penelitian
yang berhubungan dengan upaya kepala sekolah dalam meningkatkan
kualitas pendidikan sekolah di SDN Bilis-Bilis 1. Seperti foto pada saat
pelaksanaan penelitian berlangsung dokumentasi dalam penelitian ini
memperkuat data sebagai bukti. Lembar dokumentasi bisa dilihat pada
tabel bawah ini.
Tabel lembar Dokumentasi
Variabel Indikator
f. Struktur organisasi
d. Jadwal pembelajaran
e. Foto-foto penelitian
Observasi Wawancara
Dokumentasi
c. Trigulasi waktu
Triangulasi waktu, dilakukan secara berulang-ulang dengan waktu yang
berbeda, karena tidak mungkin melakukan penelitian hanya dengan satu
hari saja. Dengan demikian waktu sangat penting digunakan untuk
membuktikan kredibilitas data.