Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejarah pendidikan berbagai bangsa mengajarkan kepada kita, bahwa

pendidikan selalu mengalami perubahan dan pembaharuan. Sementara orang

seringkali menyebutkan baik secara sadar atau tidak sadar, bahwa pendidikan

dewasa ini merupakan perwujudan potensi-potensi yang dimiliki dan berupa

peningkatan kwalitas maupun kwantitas pendidikan, menurut ukuran tertentu.

Perkembangan ini berupa norma, tujuan yang dicita-citakan, kegunaanya

secara praktis dalam hidup bermasyarakat, nilainya dalam mengembangkan

harkat manusia dan mutu kehidupan.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. (UU

Sisdiknas No. 20, 2003)

Pembangunan nasional dibidang pendidikan adalah upaya

mencerdaskan, membudayakan, memodernisasikan dan memadanikan

kehidupan bangsa serta meningkatkan kwalitas manusia Indonesia seutuhnya


berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Republik Indonesia tahun

1945.

Pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan, kesempatan

pendidikan, peningkatan mutu serta reverensi dan efisien manajemen

pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan

kehidupan lokal, nasional, dan global, terarah dan berkesinambungan.

Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kwalitas manusia

Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, maju, cerdas,

kreatif, terampil, disiplin, beretos kerja, potensial, bertanggung jawab dan

produktif sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga menumbuhkan

semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial, serta berorientasi masa

depan.

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata

pelajaran yang materinya berisikan peristiwa alam, sehingga di sekolah guru

sering terjebak menggunakan metode pengajaran yang digunakan lebih

mengarah kepada metode ceramah atau bercerita saja. Padahal kedua metode

tersebut dapat mendatangkan kebosanan siswa apabila guru yang memberikan

materi tersebut tidak dapat menyesuaikan dengan kondisi atau keadaan siswa

selain itu metode tersebut membuat siswa kurang kreatif menggunakan semua

aspek kecerdasannya. Karena itu jika terjadi kebosanan pada siswa maka akan

berpengaruh kepada minat siswa untuk mengikuti proses belajar. Demikian


juga pembelajaran IPA yang seperti ini cukup kontektual dari sisi kebutuhan

siswa untuk belajar mengembangkan dirinya sementara belajar berangkat dari

kebutuhan siswa akan mudah membangkitkan minat siswa terhadap mata

pelajaran tersebut, sehingga mereka dapat meraih prestasi yang lebih optimal

ketika siswa tidak lagi merasa berminat untuk mengikuti pelajaran ini,

tentunya hal ini akan memberikan dampak pada tinggi rendahnya prestasi

pembelajaran siswa di bidang mata pelajaran IPA

Dalam perspektif KTSP, Guru diharapkan mampu membaca

perkembangan kurikulum yang mengarah pada inovasi-inovasi di dalam

KTSP, salah satunya strategi pembelajaran yang bervariasi. Ini dimaksudkan

untuk meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Adapun strategi

pembeajaran yang inovatif dan berpariasi banyak macamnya diantaranya

bimbingan kelompok.

Dalam bimbingan kelompok belajar diperlukan keahlian seorang guru

dalam mempersiapkan melakukan metode tersebut. Seorang guru mempunyai

metode-metode yang menarik di dalam meningkatkan prestasi belajar peserta

didik. seorang guru harus bisa membuat metode-metode yang menarik

sehingga peserta didik tidak cepat merasa bosan dalam mengikuti mata

pelajaran tersebut..

Bimbingan yang harus dilakukan oleh seorang guru dalam

meningkatkan prestasi belajar peserta didik dalam mengikuti pelajaran IPA

harus tepat sehingga bimbingan itu bisa meningkatkan prestasi belajar di IPA
di SDN Kelanir Dalam bimbingan kelompok guru tidak terlepas dari metode-

metode mengajar. Pada zaman sekarang banyak sekali metode-metode baru

yang perlu dilakukan oleh seorang guru dalam meningkatkan pelajaran yang

akan dipelajari oleh peserta didik.

Dalam mengikuti pelajaran yang bersifat hapalan kebiasaan dari

peserta didik menganggap pelajaran tersebut gampang dan meremahkannya.

Sehingga minat dari peserta didik kurang dalam mengikuti pelajaran tersebut.

Untuk meningkatkan prestasi dalam mengikuti pelajaran IPA dibutuhkan

suatu metode yang bisa menarik minat tersebut. Salah satu metode yang

dipilih oleh penulis untuk meningkatkan minat dalam mengikuti pelajaran IPA

adalah metoe belajar kelompok. Metode kelompok dapat menjadikan siswa

lebih bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran.

Sehubungan dengan masalah tersebut dalam kesempatan ini penulis

bermaksud mengkajinya dalam skripsi dengan judul :

“Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Melalui Bimbingan

Kelompok Pada Mata Pelajaran IPA Kelas I SDN Kelanir”.

B. Identifikasi Masalah

Kajian tentang prestasi belajar dan bimbingan kelompok pada mata

pelajaran IPA terkait dengan aspek atau variabel yang akan diteliti sebagai

berikut:

1. prestasi belajar siswa terhadap mata pelajaran IPA

2. Peran guru dalam membangkitkan prestasi belajar IPA


3. Langkah-langkah strategis membangkitkan prestasi belajar IPA

4. Pengaruh bimbingan kelompok terhadap pestasi siswa

5. Hubungan Bimbingan kelompok terhadap prestasi belajar siswa dalam

pembelajaran IPA

C. Batasan Masalah

Karena banyaknya masalah, keterbatasan waktu, dan biaya maka ruang

lingkup penelitian ini perlu dibatasi. Adapun batasan masalahnya adalah

terbatas pada judul meningkatkan prestasi belajar siswa melalui bimbingan

kelompok pada mata pelajaran IPA siswa kelas I SDN Sedong.

D. Perumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka penulis merumuskan

permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah tingkat perkembangan

Perestasi Belajar Siswa Kelas I SDN Kelanir Pada Mata Pelajaran IPA

melalui Bimbingan Kelompok” .

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dalam penelitian ini, dapat

dikemukakan tujuan penelitian sebagai berikut: .


1. Dapat mengetahui sejauh mana tingkat perkembangan prestasi belajar

siswa setelah melakukan bimbingan Kelompok pada mata pelajaran IPA

di kelas I SDN Kelanir.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menambah perbendaharaan penelitian dalam dunia pendidikan,

khususnya dalam Karya tulis ilmiah dalam rangka mengembangkan

khasanah ilmiah

b. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan

penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.

c. Sebagai pengembang disiplin ilmu kearah berbagai spesifikasi

1. Manfaat Praktis.

d. Bagi pengelola pendidikan menengah khususnya Sekolah Dasar :

memberikan masukan di dalam memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhi minat siswa Sekolah Dasar untuk meningkatkan

prestasi belajar.

e. Bagi siswa-siswa Sekolah Dasar

1) Memberi pengetahuan bahwa minat belajar sangat membantu

dalam meningkatkan prestasi belajar di sekolah


2) Memberikan pengetahuan bahwa bantuan orang tua, guru sangat

Mendukung dalam memperbesar minat belajar

3) Memberikan pengetahuan bahwa besarnya perhatian orang

tua,minat belajar sangat berpengaruh dalam mencapai dan

meningkatkan dalam meraih prestasi belajar.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian teoritis

1. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam

dunia pendidikan. Istilah tersebut lazim digunakan sebagai sebutan

dari penilaian dari hasil belajar. Dimana penilaian tersebut bertujuan

melihat kemajuan belajar peserta didik dalam hal penguasaan materi

pengajaran yang telah dipelajarinya sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan. Prestasi belajar terdiri dari dua kata, yakni prestasi dan

belajar. Prestasi belajar digunakan untuk menunjukkan hasil yang

optimal dari suatu aktivitas belajar sehingga artinya pun tidak dapat

dipisahkan dari pengertian belajar .

Prestasi merupakan hasil yang telah dicapai dari usaha yang telah

dilakukan dan dikerjakan (Kamus Besar Bahasa Indonesia 1997;787)

atau dalam definisi yang lebih singkat bahwa prestasi adalah “hasil

yang telah di capai atau dilakukan dan dikerjakan (W.J.S. Purdamimta

1987:768) Senada dengan pengertian di atas, prestasi adalah hasil yang

telah di capai dari apa yang dikerjakan/ yang sudah diusahakan

(Kamus Umum Bahasa Indonesia 1994:1088)

Sedangkan Menurut Mas’ud Khasan Abdul Qahar bahwa :


“prestasi adalah apa yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan, hasil
yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan kerja”.

Tidak jauh dari pengertian yang dikemukakan oleh Mas’ud, Syaiful

Bahri Djamarah menyatakan bahwa :

“prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan,


diciptakan, yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan keuletan
kerja, baik secara individual maupun kelompok dalam bidang kegiatan
tertentu”.
Dengan demikian, dapat dinyatakan beberapa rumusan dari

pengertian prestasi belajar, diantaranya bahwa prestasi belajar adalah

penguasaan pengetahuan atau materi yang dikembangkan oleh mata

pelajaran.

Sedangkan Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki


siswa, setelah ia menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana
1992:22) Sedangkan prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan
murid untuk mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan
dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah
materi (Hadari Nawawi 1981: 100)

Dalam dunia pendidikan, bentuk penilaian dari suatu prestasi

biasanya dapat dilihat atau dinyatakan dalam bentuk simbol huruf

atau angka-angka. Jadi, prestasi belajar adalah hasil yang diraih

oleh peserta didik dari aktivitas belajarnya yang ditempuh

untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dapat

diwujudkan dengan adanya perubahan sikap dan tingkah laku

dan pada umumnya dinyatakan dalam bentuk simbol huruf atau

angka-angka. Prestasi belajar yang didapatkan oleh seorang


siswa bersifat sementara kadang kala dalam suatu tahapan

belajar, siswa yang berhasil secara gemilang dalam belajar, sering

pula dijumpai adanya siswa yang gagal. Seperti angka raport

rendah, tidak naik kelas, tidak lulus ujian akhir dan sebagainya.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Menurut Muhibbin Syah, secara global faktor-faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga

macam, yaitu “Faktor internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan

belajar”.

1. Faktor Internal

Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan / kondisi

jasmani dan rohani siswa. Faktor ini meliputi 2 aspek, yakni :

a) Aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) Kondisi umum

jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat

kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti

pelajaran. Kondisi jasmani yang tidak mendukung kegiatan

belajar, seperti gangguan kesehatan, cacat tubuh, gangguan

penglihatan, gangguan pendengaran dan lain sebagainya sangat

mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi

dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas.

b) Aspek psikologis (yang bersifat rohaniah)


Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang

dapat mempengaruhi kualitas dan kuantitas perolehan

pembelajaran siswa. Diantaranya adalah tingkat intelegensi

siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat siswa dan motivasi

siswa.

2. Layanan Bimbingan Kelompok

a. Pengertian

Pelayanan konseling dan bimbingan kelompok sama-sama

menggunakan format kelompok. Bimbingan kelompok adalah salah

satu kegiatan layanan yang paling banyak dipakai karena lebih efektif.

Banyak orang yang mendapatkan layanan sekaligus dalam satu waktu.

Layanan ini juga sesuai dengan teori belajar karena mengandung aspek

social yaitu belajar bersama. Peserta layanan akan berbagi ide dan

saling mempengaruhi untuk berkembang menjadi manusia seutuhnya.

Layanan Konseling kelompok ada 2 macam yaitu konseling dan

bimbingan kelompok. Keefektifan layanan kelompok adalah suasana

kelompok yang : Interaksi yang dinamis, Keterikatan emosional,

mengutamakan kepedulian terhadap orang lain, Intelektual (rasional,

cerdas dan kreatif), menambah ilmu dan wawasan individu serta dapat

menumbuhkan ide-ide cemerlang, katarsis (mengemukakan uneg-

unegnya, idenya dan gagasannya), menyatakan emosinya yang lebih

mengarahpada pengungkapan pmasalah yang dipendam, empati


(suasana yang saling memahami tentang apa yang dipikirkan dan

dirasakan sehingga dapat menyesuaikan sikapnya dengan tepat).

http://konselingindonesia.com

Bimbingan kelompok dapat pula diberikan pengertian yang

sederhana dan pengertian yang mendalam. Pengertian bimbingan

kelompok yang lebih sederhana memakai kelompok sekedar sebagai

tempat, wadah atau sasaran dilaksanakan suatu usaha bimbingan,

sedangkan dalam arti yanglebih mendalam, bimbingan kelompok

mempergunakan dimanika kelompok yang benar-benar terah dan

positif untuk membantu klien memperkembangkan dirinya sendiri

dalam menanggulangi masalah-masalahnya.

Hal ini diciptakan melalui pentahapan dan kemampuan

pemimpin kelompok. Perbedaan antara Bimbingan dan Konseling

Kelompok umumnya adalah ada pada masalah yang dibahas. Masalah

bimbingan kelompok biasanya membahas masalah-masalah umum

bagi peserta layanan. Jika suasana kelompok belum tercipta maka sulit

bagi peserta layanan untuk mengungkapkan masalah pribadinya

sehingga konseling kelompok agak sulit pelaksanaannya dibanding

Bimbingan kelompok. Dari itu, bimbingan kelompok sangat

menentukan pelaksanaan konseling kelompok. Pelaksanaan layanan

dapat dilaksanakan dimana saja asal tidak mengganggu proses layanan

dimana dinamika kelompok berlagsung .


b. Tujuan Bimbingan Kelompok

1) Mengembangkan kepribadian siswa dimana berkembang

kemampua sosialisasinya, dan komunikasinya.

2) Kepercayaan diri, keperibadian, dan mampu memecahkan masalah

yang dihadapi berlandaska nilai ilmu dan agama.

3) Membahas topik yang mengandung masalah aktual, hangat dan

menarik perhatian anggota kelompok

4) Konseling kelompok membahas masalah pribadi individu

Didalam membentuk suatu kelompok, memerlukan

pemimpin kelompok yang kemampuannya, jauh lebih baik dari

anggota kelompok. Pemimpin kelompok harus mampu

menciptakan suasana yang harmonis sehingga terciptanya

dinamika kelompok.

c. Metode bimbingan kelompok

Dalam bimbingan kelompok dapat menggunakanberbagai

macam metode, antara lain :

1) Ceramah atau pemberian informasi.

Disini siswa diberi pengetahuan mengenai pentingnya belajar.

Jadi dengan adanya pemberian informasi itu siswa diharapkan

dapat termotivasi dalam belajarnya.

2) Pemberian tugas.
Dengan adanya tugas yang diberikan, siswa akan mempunyai

rasa tanggung jawab untuk menyelesaikan tugas tersebut. Jadi

secara tidak langsung dengan sendirinya siswa akan termotivasi

untuk belajar. Pemberian tugas juga dapat menjadikan siswa lebih

mandiri.

3) Tanya jawab.

Setelah proses pembelajar berlangsung, hendaknya guru

memberikan kesempatan pada siswa untuk bertanya tentang

materi yang belum dipahaminya

4) Konseling individu atau kelompok.

5) Bimbingan kelompok belajar.

6) Belajar kooperatif.

Dengan belajar kooperatif iswa dapatmenggunakan lembar

kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi

belajarnya.

7) Diskusi.

Metode ini digunakan dengan memanfaatkan interaksi anak

individu dalam kelompok untuk memperbaiki kesulitan belajar

yang dialami oleh kelompok siswa sehingga kesulitan itu bisa

teratasi tanpa bantuan guru.


8) Observasi atau pemantauan.

Metode ini dilakukan apabila bimbingan kelompok itu tidak

terlalu mengalami masalah dalam membimbing kelompok itu, guru

hanya memantau keadaan kelompok.

d. Jenis Bimbingan kelompok

Bimbingan kelompok ini dilaksanakan apabila siswa yang

dibimbing jumlahnya banyak. Misalnya : diskusi kelompok, belajar

kelompok, kegiatan kelompok, dan lain-lain. Bimbingan secara

kelompok ini memiliki beberapa jenis teknik antara lain :

1) Home room program

2) Kegiatan bimbingan

Dilakukan oleh guru bersama murid di dalam ruang kelas di

luar jam pelajaran. Kegiatan home room dapat digunakan sebagai

suatu cara dalam bimbingan belajar, melalui kegiatan ini

pembimbing dan murid dapat berdiskusi tentang berbagai aspek

belajar.

3) Dengan karya wisata murid-murid dapat mengenal dan mengamati

secara langsung dari dekat  objek situasi yang menarik

perhatiannya, dan hubungannya dengan pelajaran di sekolah.

4) Diskusi kelompok

Dalam diskusi kelompok sbaiknya dibentuk kelompok-

kelompok kecil yang lebih kurang terdiri dari 4-5 orang. Murid-
murid yang telah tergabung dalam kelompok-kelompok kecil itu

mendiskusikan bersama sebagai permasalahan termasuk

didalamnya permasalahan belajar.

5) Kegiatan bersama

Kegiatan bersama merupakan teknik bimbingan yang baik,

karena dengan melakukan kegiatam bersama mendorong anak

saling membantu sehingga relasi sosial positif dapat dikembangkan

dengan baik.

6) Organisasi murid

Organisasi siswa dapat membantu dalam proses pembentukan

anak, baik secara pribadi maupun secara sebagai anggota

masyarakat.

7) Sosiodrama

Sosiodrama adalah suatu cara dalam bimbingan yang

memberikan kesempatan pada murid-murid untuk

mendramatisasikan sikap, tingkah laku atau penghayatan

seseorang. Maka dari itu sosiadrama dipergunakan dalam

pemecahan-pemecahan masalah.

8) Papan bimbingan

Papan bimbingan berfungsi untuk menempelkan banyak hal

yang berhubungan dengan pengumuman penting, peristiwa hangat,


berita keluarga, tugas atau bahan latihan, berita daerah, berita

pembangunan dan lain-lain.

e. Langkah-Langkah Bimbingan Kelompok

Bimbingan kelompok berlangsung melalui empat langkah.

Menurut (Prayitno, 1995: 44-60) langkah-langkah dalam bimbingan

kelompok adalah sebagai berikut:

1. Langkah Pembentukan

Langkah ini merupakan langkah pengenalan, langkah

pelibatan diri atau tahap memasukkakan diri kedalam kehidupan

suatu kelompok. Pada langkah ini pada umumnya para anggota

saling memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan

ataupun harapan-harapan masing-masing anggota. Pemimpin

kelompok menjelaskan cara-cara dan asas-asas kegiatan bimbingan

kelompok. Selanjutnya pemimpin kelompok mengadakan

permainan untuk mengakrabkan masing-masing anggota sehingga

menunjukkan sikap hangat, tulus dan penuh empati.

2. Langkah Peralihan

Sebelum melangkah lebih lanjut ke langkah kegiatan

kelompok yang sebenarnya, pemimpin kelompok menjelaskan apa

yang akan dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan

lebih lanjut dalam kegiatan kelompok. Pemimpin kelompok

menjelaskan peranan anggota kelompok dalam kegiatan, kemudian


menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap

menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya. Dalam tahap ini

pemimpin kelompok mampu menerima suasana yang ada secara

sabar dan terbuka. Langkah kedua merupakan “jembatan” antara

langkah pertama dan ketiga. Dalam hal ini pemimpin kelompok

membawa para anggota meniti jembatan tersebut dengan selamat.

Bila perlu, beberapa hal pokok yang telah diuraikan pada langkah

pertama seperti tujuan dan asas-asas kegiatan kelompok ditegaskan

dan dimantapkan kembali, sehingga anggota kelompok telah siap

melaksankan langkah bimbingan kelompok selanjutnya.

3. Langkah kegiatan

Langkah ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari

kelompok. Namun, kelangsungan kegiatan kelompok pada langkah

ini amat tergantung pada hasil dari dua tahap sebelumnya. Jika dua

langkah sebelumnya berhasil dengan baik, maka langkah ketiga itu

akan berhasil dengan lancar. Pemimpin kelompok dapat lebih

santai dan membiarkan para anggota sendiri yang melakukan

kegiatan tanpa banyak campur tangan dari pemimpin kelompok. Di

sini prinsip tut wuri handayani dapat diterapkan. Langkah kegiatan

ini merupakan tahap inti dimana masingmasing anggota kelompok

saling berinteraksi memberikan tanggapan dan lain sebagainya

yang menunjukkan hidupnya kegiatan bimbingan kelompok yang


pada akhirnya membawa kearah bimbingan kelompok sesuai

tujuan yang diharapkan.

4. Langkah Pengakhiran

Pada langkah ini merupakan langkah berhentinya kegiatan.

Dalam pengakhiran ini terdapat kesepakatan kelompok apakah

kelompok akan melanjutkan kegiatan dan bertemu kembali serta

berapa kali kelompok itu bertemu. Dengan kata lain kelompok

yang menetapkan sendiri kapan kelompok itu akan melakukan

kegiatan . Dapat disebutkan kegiatan-kegiatan yang perlu

dilakukan pada

tahap ini adalah:

1) Penyampaian pengakhiran kegiatan oleh pemimpin kelompok

2) Pengungkapan kesan-kesan dari anggota kelompok

3) Penyampaian tanggapan-tanggapan dari masing-masing anggota

kelompok

4) Pembahasan kegiatan lanjutan

5) Penutup
B. Penelitian yang Relevan

Hasil Penelitian yang sejalan dengan penelitian ini dilakukan oleh:

1. Zayiroh dengan judul “ Keefektifan Layanan Bimbingan Kelompok

Dalam Meningkatkan Perilaku Komunokasi Antar Pribadi Siswa Kelas

VII MTs. MT. Mamben Tahun Pelajaran 2006/2007”.

2. Sabariah dengan judul PTK “Meningkatkan prestasi belajar siswa dengan

menggunakan media sederhana pada pembelajaran Matematika kelas III

SD Negeri Tapir Kec. Seteluk Tahun Pelajaran 2009/2010”

Hasil penelitian ini peneliti pakai sebagai bahan perbandingan

atau gambaran, walaupun konsep yang dipaparkan berbeda . Dan kalau

dilakukan pada sekolah yang lain dan lebih rendah yang menyangkut mata

pelajaran hasilnya bagaimanan.

C. Kerangka berpikir

Berdasarkan kajian teori di atas, dapat dikemukakan kerangka berpikir

penelitian untuk mengetahui hubungan antara variabel dan dijadikan sebagai

dasar merumuskan hipotesa, bahwa dengan bimbingan kelompok dalam

belajar, prestasi siswa pada mata pelajaran IPA di kelas I SDN Kelanir

semakin meningkat, peserta didik bergairah dan aktif serta bersemangat

dalam mengikuti pelajaran. Sehingga siswa sangat antusias dan berminat

dalam mengikuti mata pelajaran IPA baik pada jam pertama maupun pada jam
mata pelajaran yang terakhir. Pelajaran IPA menjadi yang diminati oleh semua

siswa, dengan adanya bimbingan kelompok, yang langsung dipandu oleh

bapak atau ibu guru bidang studi. Bimbingan kelompok menjadi metode

pengajaran yang tepat pada mata pelajaran apa saja. Bimbingan kelompok

yang terarah dan positif membantu peserta didik dalam mengembangkan

dirinnya sendiri dalam menaggulangi masalah-masalah yang dihadapi ketika

mengikuti pelajaran

D. Hipotesis Tindakan

Untuk memudahkan jalan bagi penelitian ini, Penulis

mengajukan hipotesa yang nantinya akan diuji kebenarannya. Hipotesa

terebut mengacu kepada kerangka berpikir yaitu:

“Prestasi Belajar Siswa Kelas I SDN Kelanir Pada Bidang Studi IPA Dapat

Ditingkatkan Melalui Bimbingan Kelompok”.


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penilitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan kelas

(PTK). Penelitian tindakan kelas adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh

guru atau kelompok guru untuk menguji anggapan-anggapan dari suatu teori

pendidikan dalam suatu praktik, atau sebagai arti dari evaluasi dan

melaksanakan seluruh prioritas program sekolah. (David Hopkins,1993)

Penelitian tindakan kelas dalam pendidikan dan pembelajaran

memiliki tujuan untuk memperoleh dan meningkatkan minat belajar siswa

secara berkesinambungan sehingga meningkatkan mutu hasil instruksional,

mengembangkan keterampilan guru, meningkatkan relevansi, meningkatkan

efisiansi pengelolahan instruksional serta menumbukan budaya peneliti pada

komunitas guru.

B. Setting Penilaian

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan yaitu bulan September 2012 di

SDN Kelanir tahun pelajaran 2012 / 2013.

2. Subjek Penlitian

Subjek penelitian adalah terdiri dari manusia, benda, hewan,


tumbuh-tumbuhan, peristiwa sebagai sumber data yang menilai

karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian.


3.
Dalam penelitian ini yang menjadi Objek Penelitian adalah siswa

kelas I SDN Kelanir kecamatan Seteluk yang berjumlah 20 orang yang

terdiri dari 11 laki dan 9 perempuan.

C. Desain penelitian

Desain penelitian adalah rancangan atau bentuk kerangka

penelitian (Kamus Besar Bahasa Indonesia http://ebsoft.web.id.) Desain

penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan dan

pelaksanaan penelitian (Muhammad Nasiri,1998:99). Desain yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian tindak kelas untuk suatu strategi

pembelajaran yaitu strategi pembelajaran bimbingan kelompok untuk menarik

minat belajar siswa pada mata pelajaran IPA melalui Penelitian Tindak Kelas

yang terdiri dari dua siklus, dan setiap siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu

perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi

D. Prosedur Penelitian

Prosedur Penelitian adalah metode langkah demi langkah secara pasti

dalam memecahkan suatu masalah (Kamus Besar Bahasa Indonesia

http://ebsoft.web.id.). Adapun prosedur penelitian yang digunakan adalah:

1. Langkah- langkah

a. Siklus I
1) Perencanaan

Pada penelitian ini melibatkan seorang pengamat untuk mengamati

apakah kegiatan pembelajaran ini sesuai dengan yang direncanakan

atau tidak. Untuk memudahkan pengamat maka penulis membuat

lembaran pengamat pada tahap ini kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan meliputi :

a.) Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada

mata pelajaran IPA yang akan dituangkan dalam rencana

pelaksanaan pembelajaran.

b.) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

c.) Menyiapkan alat peraga.

d.) Menyusun lembar observasi yang akan digunakan dalam

pelaksanaan pembelajaran.

e.) Menyusun post tes dalam bentuk tes essay.

2) Pelaksanaan tindakan

Pelaksanaan tindakan dilaksanakan disesuaikan dengan skenario

pembelajaran yang telah disusun, meliputi :

a.) Kegiatan Awal

1. Berdoa

2. absensi
3. Apersepsi, guru memberikan pertanyaan kepada siswa sejauh

mana kesiapan siswa memasuki pelajaran baru dan

menanyakan pertanyaan yang relevan dengan materi

pembelajaran.

b.) Kegiatan Inti

1. Guru menyampaikan SK, KD, Indikator, dan Tujuan

Pembelajaran.

2. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok

3. Guru menjelaskan materi yang dipelajari degan bantuan alat

peraga

4. Guru memberikan tugas kelompok kepada setiap kelompok

untuk menyelesaikan susatu masalah.

5. Beberapa siswa wakil dari setiap kelompok maju ke depan

untuk mengerjakan latihan soal atau memaparka hasil

kelompoknya dengan bimbingan guru.

6. Guru memberikan penguatan untuk setiap jawaban dari

masing-masing kelompok

7. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya

mengenai materi yang belum dimengerti.

c.) Kegiatan Akhir

1. Siswa bersama- sama dengan guru menarik kesimpulan dari

materi yang disampaikan.


2. Memberikan tugas rumah kepada masing-masing individu

dan kelompok

3) Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa selama

kegiatan belajar mengajar berlangsung. Mengamati pembelajaran

sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah disusun.

4) Refleksi

Pada tahap ini peneliti dan observer mendiskusikan data

hasil pengamatan. Data yang diperoleh dari instrumen yang

digunakan dikaji secara seksama untuk mengetahui tingkat

keoptimalan hasil individu. Hasil tersebut akan dijadikan dasar

kajian untuk menyusun kegiatan pada siklus berikutnya.

b. Siklus II

1) Perencanaan

Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan

hasil refleksi pada siklus pertama.

2) Pelaksanaan Tindakan

Guru melaksanakan seluruh kegiatan belajar mengajar sesuai

dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah disusun pada

tahap perencanaan.
3) Observasi

Observasi dilakukan secara kontinu selama pembelajaran

berlangsung oleh pengamat. Selain itu dalam pengamatan diamati

pula, apakah pembelajaran sesuai dengan skenario pembelajaran

yang telah disusun.

4) Refleksi

Peneliti melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus

kedua dan menganalisis serta membuat kesimpulan atas pelaksanaan

penggunaan alat peraga garis bilangan pada materi pokok

penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat dalam meningkatkan

pemahaman dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA.

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun dalam pengumpulan data, digunakan alat pengumpulan data

sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara langsung ke

objek penelitian dengan sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki,

dalam arti luas observasi sebenarnya merupakan pengamatan yang

dilakukan baik secara

langsung maupun tidak langsung (Sutrisno Hadi1991:1996). Adapaun


observasi dalam penelitian ini difokuskan pada Pedoman pensekoran
untuk aktivitas siswa, yaitu :
a. Skor 4 (Sangat aktif) diberikan jika > 75% siswa melakukan

indikator/deskriptor yang diamati.

b. Skor 3 (Aktif) diberikan jika > 50% - ≤ 75% siswa melakukan

indikator/deskriptor yang diamati.

c. Skor 2 (Cukup aktif) diberikan jika 25% - ≤ 50% siswa melakukan

indikator/deskriptor yang diamati.

d. Skor 1 (Buruk) diberikan jika < 25% siswa melakukan

indikator/deskriptor yang diamati.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan dalam bentuk dialog langsung dengan

Kepala Sekolah Dasar untuk melengkapi data-data yang diperlukan dalam

penelitian dan dialog dengan guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan blajar

mengajar Ilmu Pengetahuan Alam yang dihadapi.

3. Dokumentasi

sarana penelitian (berupa seperangkat tes dsb) untuk mengumpul-

kan data sebagai bahan pengolahan data.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Lembar observasi aktivitas siwa bertanya


Lembar observasi aktivitas siswa bertanya meliputi frekwensi pertanyaan

oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung setiap siklus.

2. Lembar analisis hasil belajar siswa setiap siklus.

3. Lembar LKS dan RPP.

4. Instrumen observasi kegiatan pembelajaran guru. Aspek yang diamati

meliputi :

a. Kegiatan guru saat pra pembelajaran di kelas,

b. Cara guru memulai pembelajaran/membuka pembelajaran,

c. Kegiatan guru pada saat proses pembelajaran berlangsung/kegiatan

inti, dan Kegiatan guru ketika menutup pembelajaran/kegiatan akhir.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah Mendefinisikan data sebagai proses yang

merinci usaha secara formal untuk menentukan tema dan merumuskan ide

seperti yang disarankan oleh data sebagai usaha untuk memberikan bantuan

pada tema dan ide itu Moeleong, 1994:103)

1. Untuk menganalisa data-data yang berhasil dikumpulkan,

penulis menggunakan rumus persentase sebagai berikut:

a. Ketuntasan Individu

Setelah memperoleh tes hasil belajar, setiap siswa dalam proses

belajar mengajar dikatakan tuntas apabila memperoleh nilai lebih besar

atau sama dengan 65 (Depdikbud, 1994).


Nilai Rata-rata Kelas (R) diperoleh dengan rumus:
∑X

R= ─

Keterangan :

R = Rata-Rata Kelas

∑X = Jumlah Nilai Yang Diperoleh Siswa

N = Jumlah Siswa Ikut Tes

b. Ketuntasan Klasikal

Ketuntasan klasikal ditentukan dengan rumus :

KK = F x 100
N

Ket :

KK = Ketuntasan klasikal

F = Jumlah seluruh siswa yang memperoleh nilai minimal 6,5

N = Jumlah seluruh siswa yang mengikuti tes (Depdikbud, 1994)

Jika KK ≥ 85 % maka belajar dikatakan tuntas klasikal dan

Jika KK < 85 % maka belajar belum dikatakan tuntas.

Untuk mengetahui adanya tingkat aktivitas siswa, dalam peneliatian

ini digunakan rumus:


Skala Katagori guru Katagori siswa

MI + 2 SDI s/d MI + 3 SDI Sangat baik Sangat aktif

MI + 1 SDI s/d < MI + 2 SDI Baik Aktif

MI – 1 SDI s/d < MI + 1 SDI Cukup baik Cukup aktif

MI – 2 SDI s/d < MI -1 SDI Kurang baik Kurang aktif

MI – 3 SDI s/d < MI – 2 SDI Sangat kurang Sangat kurang


baik aktif

Keterangan :

Mi = ½(skor maksimal + skor minimal)

SDi = 1/3 Mi

c. .Data Aktivitas Guru


Setiap aspek aktivitas guru dinilai dengan kualifikasi sebagai

berikut:

BS (Baik Sekali) : Jika semua (3) deskriptor yang nampak

B (Baik) : Jika dua deskriptor yang nampak

C(Cukup) : Jika satu deskriptor yang nampak

K (Kurang) : Jika tidak ada deskriptor yang nampak


H. Indikator Keberhasilan

Untuk menentukan keberhasilan penelitian ini adalah adanya peningkatan

aktivitas dan hasil belajar siswa dengan ketentuan sebagai berikut :

1. Hasil belajar siswa dikatakan meningkat apabila terjadi peningkatan dari

siklus 1 ke siklus II dan minimal 85% siswa mencapai ketuntasan klasikal

minimal (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 65.

2. Aktivitas belajar siswa dikatakan meningkat apabila dalam proses

pembelajaran terdapat peningkatan skor aktivitas belajar siswa dari siklus I

ke siklus II dan aktivitas belajar siswa minimal berkatagori aktif.

3. Aktivitas belajar guru dikatakan meningkat apabila terjadi peningkatan

skor aktivitas guru pada setiap siklusnya dan minimal aktivitas guru

berkatagori baik.

Anda mungkin juga menyukai